FERTILITAS_Ch_12_Pre..

advertisement
NORMA – NORMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENENTUAN PREFERENSI JUMLAH ANAK PADA SUATU KELOMPOK MASYARAKAT
Ervin Jongguran Marajohan
Sumber
 JUDUL BUKU
DETERMINANTS OF FERTILITY IN DEVELOPING COUNTRIES
 EDITOR BUKU
RODOLFO A. BULATAO Et al.
 PENULIS CHAPTER 12
KAREN OPPENHEIM MASON
Pendahuluan
 KONSEP NORMA  DOMAIN SOSIOLOGI  DEMOGRAFER
HARUS ‘AKRAB’
 KONSEP NORMA DAPAT MENJELASKAN POLA FERTILITAS
SUATU WILAYAH
 PAPER INI  MENELA’AH KETERKAITAN NORMA DENGAN
PERILAKU FERTILITAS
 ‘A SEARCH FOR INFORMATION’ INTO ‘A THEORITICAL &
METHODOLOGICAL EXPLORATION’ OF THE CONCEPT OF
NORMS
Pendahuluan
BEBERAPA POINT
DARI PENELITIAN/STUDI
SEBELUMNYA
STUDI OLEH KAREN
OPPENHEIM MASON
(Ch.12)
HASIL YANG
DIHARAPAN
EPISTEMOLOGICAL STATUS
V.S. PENGUJIAN EMPIRIS
KONSEP NORMA
DIDEFINISIKAN SECARA JELAS
& EPISTEMOLOGI DIJELASKAN
LANDASAN TEORI YANG
DAPAT DIJADIKAN
ACUAN SECARA UMUM
MENINJAU TEORI NORMA
YANG MASIH AMBIGU
BASIS TEORI YANG
DISEPAKATI SECARA
UMUM DAPAT
MEMINIMALISIR HASIL
PENELITIAN YANG
AMBIGU
LANDASAN TEORI
AMBIGU
MASIH
HASIL PENELITIAN/ BUKTI
EMPIRIS BANYAK
BERTENTANGAN
MANFAAT & URGENSI
STUDI SERINGKALI TIDAK
JELAS
MENINJAU HASIL PENELITIAN
DEMOGRAFI & METODA
YANG DIGUNAKAN
MENINJAU POSISI NORMA
DALAM MODEL FERTILITAS
THE CONCEPT OF NORMS
( KONSEP NORMA)
 AHLI SOSIOLOGI TIDAK SELALU ‘SEPAKAT’ MENGENAI DEFINISI FORMAL ‘NORMA’ 
TERMASUK PROSES MUNCULNYA ‘NORMA’ DAN CARA ‘NORMA’ MENCEGAH
SESEORANG MELAKUKAN PERILAKU TERTENTU
 KESAMAAN PANDANGAN AHLI SOSIOLOGI MENGENAI KONSEP NORMA:
 Berisi bentuk Perilaku Yang Diharapkan, BUKAN Gambaran mengenai Perilaku
Suatu Masyarakat (Bukan hasil Statistik)
 Mengandung rewards & punishments (sebagian)
 Memiliki kekhasan masing-masing
 Acuan berperilaku, berpikir, dan bersikap dalam suatu situasi tertentu
 Merupakan fenomena sosial, bukan fenomena individual
 Berlaku untuk suatu kelompok masyarakat tertentu, dalam situasi tertentu
 KONSEP NORMA MEMILIKI MASALAH EPISTEMOLOGI  SAMA DENGAN KONSEP
UTILITAS DALAM EKONOMI MIKRO
 MENUNJUKAN BAHWA TEORI TENTANG NORMA BELUMLAH MAPAN DAN MASIH
CENDERUNG AMBIGU  TERUTAMA MENGENAI PROSES MUNCULNYA NORMA DAN
PROSES NORMA DALAM MEMPENGARUHI PIKIRAN DAN PERILAKU SESEORANG
THE THEORY OF NORMS
( TEORI MENGENAI NORMA)
 PEMBANGUNAN TEORI ‘NORMA’ MASIH TERUS MENGALAMI PERDEBATAN
 DALAM MEMBAHAS TEORI NORMA, ADA 2 (DUA) HAL YANG TIDAK BOLEH
DILUPAKAN, YAITU :
• FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN ISI SUATU NORMA;
• BAGAIMANA SUATU NORMA DAPAT MEMPENGARUHI PERILAKU SESEORANG
DALAM SITUASI TERTENTU
 PARA AHLI SOSIOLOGI TIDAK SELALU SETUJU DENGAN HASIL TEMUAN MENGENAI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS SUATU NORMA (DALAM
MEMPENGARUHI DAN MENUNTUN PERILAKU SESEORANG)
 ADA 2 (DUA) TEORI BESAR TERKAIT DENGAN PROSES TERIKATNYA INDIVIDU PADA
SUATU NORMA :
• PARSONIANS
• SOCIAL CONSTRUCTIONIST
THE THEORY OF NORMS
( TEORI MENGENAI NORMA)
URAIAN
PARSONIAN
SOCIAL CONSTRUCTIONIST
TOKOH
Parsons (1951) ; Blake & Davis (1964)
Berger & Luckmann (1966); Cancian
(1975); Kohlberg (1976)
NAMA TEORI
‘Blueprint’ Theory
‘Social Construction of Reality’ Theory
- Norma
menjadi
acuan
karena
adanya ‘Emotional commitment to
the groups’. Artinya, suatu Norma
menjadi acuan perilaku diawali dari
adanya
ketertarikan
individuindividu terhadap nilai-nilai yang
menjadi konsensus suatu kelompok
masyarakat.
Akhirnya,
nilai-nilai
tersebut disepakati menjadi acuan
(Norma) yang harus ditaati oleh
mereka. Terjadilah ikatan emosional
dan
komitmen
moral
seluruh
anggota masyarakat dimaksud untuk
menegakkan Norma tersebut.
- Norma menjadi acuan karena adanya
‘Emotional Commitmen to a set of Social
Identities’.
Artinya,
suatu
Norma
menjadi acuan perilaku diawali dari
adanya ketertarikan dan kekaguman
individu terhadap Citra (image) suatu
status ataupun identitas sosial. Mereka
termotivasi
untuk
mencapai
citra
tersebut demi memperoleh identitas
sosial yang diidam-idamkannya (atau,
untuk mendapatkan pengakuan bahwa
ybs telah memiliki identitas sosial
dimaksud). Konsekuensi dari upaya
mendapatkan identitas ini adalah ybs
harus mengikuti berbagai aturan yang
ditentukan (untuk mendapatkan suatu
identitas, ada suatu Norma yang harus
dita’ati). Akhirnya, terciptalah suatu
Norma yang menjadi acuan perilaku.
ISI TEORI
- Pada
akhirnya,
tujuan
Norma
terinternalisasi
menjadi
tujuan
setiap
penganut/pengikutnya
(Group Goals = Individual Goals)
- Diperlukan sanksi untuk menjamin
diikutinya
ketentuan-ketentuan
dalam Norma
- Pada teori ini, Identitas Sosial suatu
Kelompok Masyarakat penganut Norma
juga menjadi Identitas Sosial setiap
individu anggotanya (Social Labels
becomes Self-Labels)
- Diperlukan sanksi untuk menjamin
diikutinya ketentuan-ketentuan dalam
Norma
THE THEORY OF NORMS
( TEORI MENGENAI NORMA)
URAIAN
PARSONIANS
SOCIAL CONSTRUCTIONIST
PERLU TIDAKNYA
SANKSI
SANKSI TIDAK DIPERLUKAN, KRN
ADA EMOTIONAL COMMITMENT
SANKSI DIPERLUKAN KRN PUNYA
‘KEKUATAN MEMAKSA’
MEMPELAJARI
SANKSI
DITANYAKAN LANGSUNG KPD
SETIAP INDIVIDU
TDK PERLU DITANYAKAN
LANGSUNG, TETAPI DILIHAT DARI
UNSUR YG ADA DI MASYARAKAT
INFO MENGENAI
PERILAKU
DITANYAKAN LANGSUNG KPD
SETIAP INDIVIDU, KRN MEMILIKI
EMOTIONAL COMMITMENT YG
SUBYEKTIF & UNIK
MENANYAKAN SETIAP ANGGOTA
KELOMPOK TENTANG PERILAKU
ANGGOTANYA YANG LAIN
FAKTOR BAWAH
SADAR
HARUS DITERTIMBANGKAN
DALAM PENELITIAN
TIDAK PERLU DIPERTIMBANGKAN, KRN
SETIAP INDIVIDU MENGGUNAKAN
RASIONALITASNYA SECARA BAIK
 AMBIGUITAS LAINNYA :
•
Efektivitas Norma ditentukan juga karakteristik masyarakat dimana Norma tersebut
berlaku (apakah homogen, Heterogen, Profesional, dsb)
•
Metodologi yang tepat dalam menguji efektivitas suatu Norma
THE DEMOGRAPHIC LITERATURE
(LITERATUR DI BIDANG DEMOGRAFI)
 AMBIGUITAS TEORI DAN METODOLOGI (DI ATAS)  PENILAIAN TERHADAP SUATU
NORMA, SEPERTI NORMA YANG MENGATUR JUMLAH ANAK YANG BISA DIMILIKI
OLEH SESEORANG  SANGATLAH SULIT DAN KOMPLEKS
 KEINGINAN MEMILIKI ANAK DAPAT DIBATASI DENGAN 2 (DUA) CARA :


SECARA LANGSUNG  Pembatasan jumlah anak yang bisa dimiliki
SECARA TIDAK LANGSUNG  menetapkan berbagai kebijakan di bidang sosial,
politik, ekonomi atau bahkan syariat agama yang mengatur hubungan antara
orangtua & anak, suami & isteri atau pemerintah & rakyat  yang dapat
mempengaruhi secara signifikan nilai anak atau nilai ekonomis anak di mata
seseorang
 PARA AHLI DEMOGRAFI TIDAK BEGITU YAKIN MENGENAI KEBERADAAN NORMA
TERKAIT UKURAN KELUARGA (FAMILY-SIZE NORMS) DI SETIAP KELOMPOK
MASYARAKAT ATAU SUATU BANGSA
 PEMBAHASAN DIARAHKAN PADA JENIS METODOLOGI YANG DIGUNAKAN
THE DEMOGRAPHIC LITERATURE
(TINJAUAN LITERATUR DI BIDANG DEMOGRAFI)
METODA
KELEBIHAN
KEKURANGAN
INTENSIVE FIELDS
STUDIES &
ETHNOGRAPHIES
• menginventarisir secara
langsung berbagai fakta yang
terkait
• Faktor eksternal & internal yg
langsung & tdk langsung
teridentifikasi
• Melihat dan merasakan
langsung interaksi sosial
• Pertanyaan terbuka
• tidak ada systematic sampling 
tdk dapat di generalisir
• Hanya menggambarkan satu
atau dua kelompok
• peneliti sgt mengandalkan apa
yang dipikirkannya
• Tdk mengandalkan Data
publikasi obyektif
SURVEYS & SURVEYSBASED PSYCHOMETRIC
• menggunakan systematic
sampling
• Bisa digeneralisir
• Cakupan penelitian bisa luas
• tidak dapat membaca pola
hubungan interaksi sosial antar
individu
• Hanya meneliti data/angka
• Ada pengaruh sampling error
• Hasilnya bisa tidak sesuai dengan
dinamika sosial yang ada di lapangan
• Pertanyaan tertutup  misleading
THE DEMOGRAPHIC LITERATURE
(TINJAUAN LITERATUR DI BIDANG DEMOGRAFI)
THE ROLES OF NORMS IN FERTILITY MODELS
(POSISI NORMA DALAM MODEL FERTILITAS)
Download