Lesson 9 for November 26, 2016 Ayub tidak memiliki Alkitab seperti yang kita kenal sekarang ini. Namun demikian, ia cukup mengetahui tentang rencana keselamatan yang berpaut pada pengharapan kedatangan seorang Juruselamat. Pengharapan manusia pada Allah. Melindungi diri dari kepalsuan. Berpegang pada pengharapan. Pengharapan digenapi. Pengharapan Ilahi bagi kita. Rencana keselamatan dimulai. Rencana keselamatan dilakukan. “Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian. Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu.” (Ayub 13:4-5) Setelah mendengarkan teman-temannya, Ayub menyimpulkan bahwa mereka berbohong tentang dua hal penting: 1. Mereka berbohong tentang Ayub. Mereka menyatakan bahwa Ayub menderita karena suatu dosa tersembunyi. Dalam kasusnya, Ayub mengetahui bahwa hal itu tidaklah benar (Ayub 13: 2) 2. Mereka berbohong tentang Allah. “Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?” (Ayub 13: 7). Allah menegaskan bahwa: “karena kamu tidak berkata benar tentang Aku.” (Ayub 42: 7) Teman-teman Ayub mengira bahwa mereka membela Tuhan, namun seharusnya mereka berdiam bukan sebaliknya mengatakan hal yang salah (Amsal 17:28) “Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya.” (Ayub 13:15) Ayub berpikir bahwa Allah memperlakukan dia secara tidak adil, namun ia masih berpegang pada imannya di dalam Dia. Bahkan jika Allah mungkin mengijinkan atau menyebabkan keadaan yang akan membinasakan dia, dia akan tetap menantikan Alllah. Apa yang Ayub harapkan? Mengapa dia berharap? Dia sedang menunggu bertemu Allah setelah kematian, tidak di bumi ini. (Ayub 19:26). Setelah mempelajari bagaimana Ayub memberikan reaksi pada waktu buruk atau baik, kita dapat menerapkan perkataan Yakobus tentang Abraham kepadanya: “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatanperbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham [Ayub] kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” (Yakobus 2:22-23). “Itulah yang menyelamatkan aku; tetapi orang fasik tidak akan menghadap kepada-Nya.” (Ayub 13:16) Kita dapat memahami dari perkataan Ayub bahwa pengharapannya terpusat pada keselamatan Allah baginya. Pengharapan itu akan digenapi setelah ia memasuki hadirat Allah. Berabad-abad kemudian, Paulus menjelaskan bahwa kepastian pengharapan kita adalah berdasarkan pada Kristus yang dibangkitkan (1 Kor 15:. 12-22) Kebangkitan Yesus menjamin kebangkitan kita. Pada Kedatangan Yang Kedua, semua yang telah menaruh pengharapan mereka pada Kristus akan melihat wajah Juruselamat secara langsung, dari Adam ke Ayub dan mereka yang akan hidup kemudian. “Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.” (1 Tes 4:17) “Satu kehidupan yang di dalam Kristus ialah kehidupan yang penuh damai. Mungkin tiada kegembiraan yang meluap-luap, namun harus ada satu pengharapan yang teguh penuh damai. Pengharapanmu bukanlah di dalam dirimu sendiri, melainkan di dalam Kristus. Kelemahanmu dipadukan dengan kekuatanNya, kebodohanmu dengan kebijaksanaanNya, kelemahanmu kepada kekuatanNya yang perkasa itu. Oleh karena itu janganlah engkau bersandar pada dirimu sendiri, atau membiarkan hati memikirmikirkan diri saja, melainkan pandanglah kepada Kristus. Biarlah pikiran tinggal atas kasihNya, atas keindahan, kesempurnaan tabiatNya. Kristus di dalam penyangkalan diriNya sendiri, Kristus di dalam kehinaanNya, Kristus di dalam kekudusan dan kesucianNya, Kristus di dalam kasihNya yang tiada taranya — inilah perkara-perkara yang patut direnung-renungkan jiwa. Dengan mengasihi Dia, meniru Dia, bergantung sepenuhnya atasNya, engkau dapat diubahkan menjadi serupa dengan Dia.” E.G.W. (Steps to Christ, cp. 8, pg. 70) “dan berdasarkan pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta,” (Titus “Setiap orang berdosa, aku akan menyelamatkannya.” Itu adalah komitmen Allah dalam diri-Nya. Itu adalah pengharapan kita. Hal itu terjadi bahkan sebelum manusia diciptakan! Keselamatan kita dibuat bahkan jauh sebelum kita ada, ketika kemerosotan adalah kecil kemungkinan. Allah tahu bahwa sebelum penciptaan dunia manusia akan jatuh dalam dosa, sehingga Dia telah membuat suatu rencana keselamatan. Suatu pengharapan bagi umat manusia yang jatuh. 1:2) Rencana itu dimulai ketika Adam dan Hawa berdosa. Allah menyatakan rencanaNya secara bertahap dalam Alkitab. Kita adalah orang-orang “yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.” (1 Kor 10:11); kita dapat melihat bagaimana rencana keselamatan dilakukan dari janji yang pertama hingga pada penggenapan akhir. E.G.W. (Daughters of God, cp. 4, pg. 78) “Luangkan waktu untuk mempelajari Alkitab, Kitab diatas segala kitab. Tidak pernah ada waktu ketika hal itu begitu penting yaitu para pengikut Kristus harus mempelajari Alkitab seperti sekarang. Pengaruh yang penuh dengan tipuan ada disegala sisi, dan adalah penting jika engkau bertanya kepada Yesus, sahabat terbaikmu. Para musafir dapat menemukan jalan kehidupan melalui iman dan penurutan, dengan tinggal di bawah sinar matahari kebenaran Kristus. Tapi bagaimana kita dapat memahami apa yang dimaksudkan dengan istilah-istilah ini, jika kita tidak memahami Alkitab? Dalam Firman Allah kewajiban dibuat dengan jelas, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan disajikan dengan cara yang pasti. Seluruh rencana keselamatan digambarkan, dan pertolongan bagi jiwa dinyatakan. Jalan di mana orang percaya dapat sempurna dalam Kristus telah dibentangkan.”