SOSIOLOGI KOMUNIKASI 12 Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Program Studi Publik Relations http://mercubuana.ac.id Masalah – Masalah Sosial Dan Media Massa Dr. Heri Budianto.M.Si • Para akademisi dan praktisi meramalkan bahwa media massa akan mengalami perubahan secara drastis baik sifat, peran, maupun jenisnya. Terutama peran media massa, di waktu yang akan datang, banyak media massa lebih banyak mengambil peran sebagai institusi produktif daripada sebagai institusi edukasi. Hal ini disebabkan karena perubahan sosial yang begitu cepat dan tuntutan – tuntutan pemilik modal yang begitu kuat sehingga siapa pun yang telah memilih bekerja di media massa akan memiliki visi yang sama, yaitu “menyelamatkan diri” dengan menyelamatkan medianya dari kebangkrutan atau dari larinya pemilik modal. • Menghadapi persoalan ini, maka secara substansial sebenarnya media massa sudah bermasalah, dimana visi dan misi media massa secara substansial pula sudah berubah. Kalau secara teori media massa adalah institusi yang berfungsi memberi ; informasi, edukasi, dan hiburan, maka media massa akan datang tidak lagi menjadi institusi edukasi dalam pengertian sesungguhnya akan tetapi lebih banyak menjadi institusi pemberi informasi yang tidak edukatif penyaji hiburan yang tidak edukatif pula. Mistisme dan Takhayul • Pada mulanya tayangan mistisme dan takhayul lebih banyak berupa pemberitaan, kemudian menjadi tayangan sinetron yang berbasis tradisi masyarakat, namun akhir – akhir ini tayangan – tayangan mistisme itu lebih banyak dikemas dengan tayangan – tayangan keagamaan, terutama Islam. • Pada dasarnya masyarakat konsumen media di Indonesia yang berbasis tradisional lebih menyukai informasi – informasi takhayul dan mistisme sebagai bagian dari konstruksi besar pengetahuan mereka tentang hidup dan kehidupannya yang diperoleh dari berbagai sumber pengetahuan selama ia hidup. Macam – Macam Tayangan Mistik dan Takhayul Mistik – semi sains, yaitu film – film mistik yang berhubungan dengan fiksi ilmiah. Tayangan ini bertutur tentang berbagai macam bentuk misteri yang ada hubungan dengan ilmiah, walaupun sebenarnya kadang tidak rasional namun secara ilmiah mengandung kemungkinan kebenaran. Contoh tayangan – tayangan macam ini adalah beberapa film discovery yang ditayang ulang oleh stasiun –stasiun TV kita, Manimal, Manusia Harimau, tayangan pertunjukan Deddy Corbuzzer, pertunjukan David Copperfield. • Mistik – fiksi, yaitu film mistik hiburan yang tidak masuk akal, bersifat fiksi, atau hanya sebuah fiksi yang difilmkan untuk menciptakan dan menyajikan misteri, suasana mencekam, kengerian kepada pemirsa. Contohnya adalah beberapa film kartun (semacam Scooby doo, Popeye, dan sebagainya), Batman, Alien, Robocop, Harry Potter, Misteri Gunung Merapi, Anglingdharma, Nini Pelet, Saras, Srikandi, dan sebagainya. • Mistik – horror, yaitu film mistik yang lebih banyak mengeksploitasi dunia lain, seperti hubungannya dengan jin, setan, santet, kekuatan – kekuatan supranatural seseorang, kematian tidak wajar, balas dendam, penyiksaan dan sebagainya. Bahaya Tayangan Mistik dan Takhayul • Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media bagi konsumen media, salah satu efek media tersebut adalah efek keburukan yang dialami oleh masyarakat. Begitu pula tayangan mistik dan takhayul memiliki efek buruk bagi masyarakat yang menontonnya. Efek buruk adalah selain berdampak pada kerusakan kognitif masyarakat, terutama anak – anak, bahaya terbesar dari tayangan mistik dan takhayul adalah pada kerusakan sikap dan perilaku. • Walaupun secara ilmiah tidak ada hubungan konstan antara sikap dan perilaku, namun tayangan mistisme dan takhayul di media massa dikhawatirkan memengaruhi perilaku masyarakat dengan perilaku – perilaku buruk yang ada pada tayangan – tayangan tersebut. Pelecehan Seksual dan Pornomedia • 1. Berawal dari Wacana Seks • Masalah tubuh perempuan sebagai objek porno, sebenarnya telah lama menjadi polemik dihampir semua masyarakat disebabkan karena adanya dua kutup dalam menilai tubuh manusia (terutama perempuan) sebagai objek seks. Pertama : kelompok yang memuja – muja tubuh sebagai objek seks serta merupakan sumber kebahagiaan, kesenangan, keintiman, status sosial dan seni. • Seks juga dipandang sebagai sumber ketenangan batin, sumber inspirasi bahkan salah satu tujuan akhir perjuangan manusia. • Kedua : kelompok yang menuduh seks sebagai objek maupun sumber subjek dari sumber malapetaka bagi kaum perempuan itu sendiri. Kelompok ini diwakili pula oleh dua aliran pemikiran (a) kelompok yang mewakili pemikiran feminis radikal, Pemikiran ini menuduh laki – laki secara biologis maupun politis menguasai tubuh perempuan, Laki – laki memiliki “fisik yang lebih kuat” untuk memperlakukan perempuan sebagai objek seks mereka. • (b) Kelompok lain yang menamakan diri mereka sebagai feminis marxis melihat bahwa ideologi kapitalis adalah sumber penguasaan seks terhadap perempuan. Jatuhnya status seks perempuan disebabkan karena perubahan dalam system kekayaan. Pergeseran Konsep Pornografi • Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti sekarang ini, begitu pula media massa dan teknologi komunikasi belum berkembang seperti saat ini, semua bentuk pencabulan atau tindakan – tindakan yang jorok dengan menonjolkan objek seks disebut dengan kata porno. Kemudian ketika ide – ide porno itu sudah dapat dilukis atau diukir pada lembaran – lembaran kertas atau kanvas dan terutama ketika penemuan mesin cetak di abad ke – 14 sehingga masyarakat telah dapat memproduksi hasil – hasil cetakan termasuk gambar – gambar porno, maka istilah pornografi menjadi sangat sering digunakan untuk menandai gambar – gambar porno saat itu sampai saat ini. • Pornografi • Pornografi sudah banyak kita kenal, bahkan konsep pornografi ini paling umum dikenali karena sifatnya yang mudah dikenal, mudah ditampilkan, dan mudah dicerna. Pornografi adalah gambar – gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. • Pornoteks • Adalah karya pencabulan (porno) yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam berbagai versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk pula cerita porno dalam buku – buku komik, sehingga pembaca merasa seakan – akan ia menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan – hubungan seks itu. • Pornosuara • Pornosuara, yaitu suara, tuturan, kata – kata dan kalimat – kalimat yang diucapkan seseorang, yang berlangsung atau tidak langsung, bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan seksual, suara atau tuturan tentang objek seksual atau aktivitas seksual. • Pornoaksi • Adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian – bagian tubuh yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi yang melihatnya. • Pornomedia • Dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks, pornosuara dan pornoaksi menjadi bagian – bagian yang saling berhubungan sesuai dengan karakter media yang menyiarkan porno itu. Namun dalam banyak kasus, pornografi (cetakvisual) memiliki kedelatan dengan pornoteks, karena gambar dan teks dapat disatukan dalam media cetak. Sedangkan pornoaksi dapat bersamaan pemunculannya dengan pornografi (elektronik) karena ditayangkan di televisi. Kemudian pornosuara dapat bersamaan muncul dalam media audio-visual, seperti televisi, ataupun media audio semacam radio dan media telekomunikasi lainnya seperti telepon. Konstruksi Sosial Pornomedia • Dalam buku Imaji Media Massa (2001:222), penulis menceritakan betapa konstruksi sosial media massa (the social construction of mass media) memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam mengkonstruksi agenda pemberitaan media di masyarakat sehingga agenda itu menjadi konstruksi pengetahuan di masyarakat pada umumnya. Kekuatan konstruksi sosial media massa itu terletak pada kekuatan media massa itu sendiri sebagai media penyebaran informasi yang sangat cepat, luas, serentak, suddenly, dan dapat mengkonstruksi citra yang amat berkesan terhadap objek pemberitaan di masyarakat. • • Ketika media massa menggunakan pornomedia sebagai objek pemberitaan maupun proses pemberitaan, maka informasi dan pemberitaan porno itu akan sangat cepat (dan meluas) terkonstruksi sebagai pengetahuan di masyarakat. Proses kecepatan terjadi melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivitas dan internalisasi Terima Kasih Dr. Heri Budianto.M.Si