Vol.14.No.1.Th.2007 Evaluasi Pertahanan Non Spesifik Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) Evaluation of non-specific defence of Tilapia (Oreochromis sp) injected with LPS (Lipopolysaccharides) of Aeromonas hydrophilla. Sri Dwi Hastuti * Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan – Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Raya Tlogomas No.246 Malang, Telp. (0341) 464318 ABSTRACT Background : Intensif farming of Tilapia often resulted in the diseases causing by microorganisms wheter bacteria or viruses. Using antibiotic as a terapeutic agents found ineffective, therefore the new alternatif for combating diseases problem in aquaculture is needed. It has been known that fish has nonspecific defence which can be stimulated with immunostimulant such as LPS extracted from gram negative bacteria. Hence, this research is important to evaluate the effect of LPS injection with different dosage to hematocrite, leucocrite, and NBT (Nitroblue Tetrazolium) of Tilapia blood. Method : Method using in this research was experiment with completed randomized design, whereas data analized with ANAVA. Conclusion : From the research it can be found that hematocrite level and NBT (Nitroblue Tetrazolium) activity increase with the increase of LPS dosage, while leucocrite level was fluctuated. It is suggested that parameter measured were influenced by physiological condition of fish at the time sampling and fish size. Key words : Nonspecific defence mechanism, Hematocrite, Leucocrite, NBT (Nitroblue Tetrazolium) activity Evaluasi Pertahanan Non Spesifik Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) yang Diinjeksi dengan LPS (Lipopolysaccahrida) Bakteri Aeromonas hydrophila. ABSTRAK Latar Belakang : Pada budidaya ikan nila secara intensif seringkali ditemukan serangan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri atau virus. Penanggulangan dengan antibiotik seringkali tidak efektif, sehingga perlu alternatif baru dalam pemecahan masalah penyakit ini. Diketahui bahwa ikan mempunyai respon kekebalan non spesifik yang bisa dirangsang dengan pemberian immunostimulant seperti LPS dari bakteri. Diharapkan LPS yang diberikan dapat meningkatkan respon kekebalan non spesifik pada ikan sehingga meningkatkan resistensinya terhadap serangan patogen. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi sistem kekebalan non spesifik pada ikan nila pada penyuntikan dosis LPS yang berbeda dengan melihat indikator-indikator seperti hematokrit dan leukokrit, NBT, dan total protein plasma pada darah ikan yang disampling. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL). Sementara data yang diperoleh akan dianalisa dengan ANAVA (Analisa Variansi). Kesimpulan : Untuk level hematokrit didapatkan hasil bahwa semakin tinggi dosis LPS yang disuntikkan maka level hematokritnya semakin tinggi pula, dan pola ini ditemui juga pada kekebalan non spesifik ikan dalam aktivitas NBTnya. Level leukokrit didapatkan hasil yang fluktuatif dan setelah diuji ANAVA ternyata tidak berbeda. Hal ini karena hasil sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis ikan ketika disampling dan ukuran ikan. Kata Kunci : Sistem pertahanan non spesifik, Hematokrit, Leukrokit, aktivitas NBT (Nitroblue Tetrazolium) * Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan – Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang 79 Hastuti PENDAHULUAN Salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah ikan nila gift (Oreochromis sp). Jenis ikan ini banyak disukai oleh konsumen dan permintaannya terus tinggi walaupun banyak jenis ikan budidaya lain sebagai pilihan. Sudah sejak lama ikan nila dibudidayakan secara intensif, dan biasanya pada budidaya intensif kemunculan serangan penyakit seringkali ditemukan. Tingginya padat tebar dan pakan yang digunakan menjadi pendorong bagi timbulnya penyakit akibat menurunnya kualitas air karena timbunan bahan organik dari sisa pakan maupun ekskresi ikan. Sementara itu ikan menjadi stress sehingga rentan terhadap serangan penyakit, khususnya penyakit infeksius seperti yang disebabkan oleh bakteri (Angka, 1990) maupun virus. Upaya penanggulangan penyakit yang disebabkan bakteri Aeromonas hydrophila telah banyak dilakukan baik dengan cara pengobatan dengan antibiotik maupun memakai cara pencegahan dengan vaksin untuk meningkatkan kekebalan ikan terhadap serangan bakteri patogen. Pada umumnya studi yang dilakukan dalam bidang imunologi ikan kebanyakan didasarkan pada produksi antibodi, namun pada kenyataannya beberapa penelitian tidak dapat mendeteksi keberadaan antibodi pada ikan yang diimunisasi dengan bakteri A. hydrophila (Baba, et.al., 1988). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antigen dari A. hydrophila dapat merangsang mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik pada ikan melawan berbagai macam bakteri dari genus Aeromonas (Stevenson, 1988; Karunasagar, et.al., 1991). MATERI DAN METODE PENELITIAN Ikan nila gift, dalam penelitian ini digunakan ikan nila gift dengan ukuran panjang lebih kurang 10 – 12 cm berasal dari satu induk dan berada dalam kondisi sehat. Alkohol digunakan untuk mensterilkan alat-alat. Aquadest sebagai pelarut bahan atau media. Nutrient Broth (NB) sebagai media kultur bakteri. Phosfat Buffer Saline (PBS). Minyak cengkeh. EDTA atau heparin. Tabung kapiler hematokrit. Nitroblue Tetrazolium (NBT). Bovine Serum Albumine (BSA) 100 mg/ml. Protein test kit (Biorad). Pakan ikan yang digunakan adalah pakan buatan 80 Jurnal Protein berbentuk pellet yang besarnya disesuaikan dengan lebar bukaan mulut benih ikan. Alat-alat penelitian yang digunakan Pinset untuk mengambil bahan yang berukuran kecil. Timbangan analitik untuk mengukur berat media. Inkubator untuk menumbuhkan bakteri pada suhu yang sesuai dengan persyaratan pertumbuhannya. Kulkas untuk menyimpan menyimpan biakan bakteri dan LPS. Spuit 1ml dan jarum suntik untuk injeksi ikan dan sampling darah ikan. Pipet mikro dan tipnya untuk pengambilan bahan. Erlenmeyer untuk wadah saat memasak media agar untuk bakteri. Pembakar Bunsen untuk sterilisasi jarum ose pada saat kultur bakteri. Akuarium sebagai wadah pemeliharaan ikan selama penelitian, Coverslip, Tabung appendorf, Spektrofotometer untuk pengukuran aktivitas NBT dan total protein plasma, Penggaris untuk mengukur level hematokrit, Autoclaf untuk sterilisasi alat dan media, Aerator digunakan untuk menyediakan oksigen pada air media pemeliharaan, Filter : untuk menjaga kondisi kualitas air dalam aquarium tetap bersih. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Pada metode ini, percobaan ditujukan untuk melihat suatu hasil yang menggambarkan hubungan kausal variabel-variabel yang diselidiki (Surakhmad, 1989), dengan melakukan serangkaian percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana kedudukan hubungan antara variabel yang diselidiki. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya (Suryabrata, 1995). Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung, yaitu pencatatan pengamatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan yang khusus diadakan (Surakhmad, 1989). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Level Hematokrit dan Leukokrit Kondisi kesehatan ikan dapat diketahui dari pemeriksaan darah, yaitu dengan melihat perbandingan jumlah eritrosit dan leukositnya. Untuk mengetahui level hematokrit dan leukokrit digunakan tabung Vol.14.No.1.Th.2007 Evaluasi Pertahanan Non Spesifik Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) kapiler darah. Sampel darah dimasukkan dalam tabung kapiler kemudian dilakukan sentrifugasi sehingga terjadi pemisahan antara sel darah merah, sel darah putih dan plasmanya. Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang masing-masing lapisan dengan menggunakan mistar. Level hematokrit ditentukan dengan cara hasil pengukuran panjang pada bagian sel darah merah dibagi dengan total panjang darah pada tabung kapiler kemudian dikalikan 100%, sehingga didapatkan level hematokrit dalam bentuk persen. Cara ini juga berlaku untuk penentuan level leukokrit. Hasil pengukuran terhadap level hematokrit ikan uji disajikan pada gambar di bawah ini : Level Hematokrit (%) Level Hematokrit 23,33 25,00 19,81 20,00 15,37 13,07 15,00 10,00 5,00 0,00 1 Dosis LPS (0,25%,50%,100%) Gambar 1. Level Hematokrit Ikan Uji selama Penelitian Volume sel darah merah dalam darah ikan dapat menggambarkan kesehatan ikan. Pada ikan Rainbow Trout yang sehat level hematokritnya sekitar 30-40% (Anderson dan Siwicki, 1994). Pada studi ini level hematokrit yang dimiliki oleh ikan uji pada beberapa perlakuan menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis nampaknya level hematokritnya semakin meningkat. Namun demikian level hematokrit yang dihasilkan masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan hematokrit pada ikan Rainbow Trout sehat. Sayangnya belum ada penelitian yang bisa dijadikan acuan untuk level hematokrit pada ikan nila gift. Anderson dan Siwicki (1994) menyatakan bahwa pemberian Immunostimulant mempunyai pengaruh terhadap persentase hematokrit walaupun tidak begitu besar. Semakin tinggi level hematokrit yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis penyuntikan maka imunostimulant semakin efektif dalam merangsang sistem kekebalan ikan nila. Level hematokrit untuk masing-masing individu bisa dipengaruhi oleh kondisi ikan awal dan penanganan saat penyamplingan darah ikan yang dapat menyebabkan stress sehingga akan menurunkan level hematokrit. Selanjutnya dikatakan bahwa ikan yang mengalami anemia mempunyai persentase hematokrit serendah-rendahnya adalah 10%. Rendahnya hematokrit juga dapat menunjukkan terjadinya kontaminasi, ikan kekurangan makan, kandungan protein pakan rendah, kekurangan vitamin atau terjadi infeksi. Hematokrit yang tinggi dapat menunjukkan juga adanya kontaminan, adanya masalah osmolarity dan stress. Fujaya (2004) menyatakan bahwa ada korelasi yang kuat antara hematokrit dan jumlah hemoglobin darah, semakin rendah jumlah sel-sel darah merah, maka semakin rendah pula kandungan hemoglobin dalam darah. Tabel 1. Level Leukokrit Ikan Uji Selama Penelitian ULANGAN DOSIS LPS TOTAL Rata-rata 1 2 3 0% 11,11 7,69 7,27 26,07 8,69 25 % 10,34 8,88 2,32 21,54 7,18 50 % 1,66 3,22 6,25 11,13 3,71 100 % TOTAL 5,00 4,16 18,75 27,91 86,65 9,30 81 Vol.14.No.1.Th.2007 Evaluasi Pertahanan Non Spesifik Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) Hasil pengukuran leukokrit pada ikan nila uji menunjukkan adanya ketidakkonsistenan dari leukokrit ikan akibat pengaruh penyuntikan LPS. Dapat dilihat pada tabel diatas Leukokrit tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis LPS 100%, namun pada dosis LPS 50% leukokrit ditemukan yang terendah, sementara pada konsentrasi 0% (tanpa LPS) leukokritnya hampir mendekati nilai pada dosis 100%. Leukokrit yang rendah bisa disebabkan oleh infeksi kronis, kualitas nutrisi rendah, kekurangan vitamin dan adanya kontaminan. Sementara itu meningkatnya leukokrit bisa menunjukkan adanya infeksi pada tahap awal atau ikan dalam kondisi stress. Kondisi leukokkrit ikan juga sangat tergantung pada kondisi ikan pada saat disampling, lama waktu antara sampling dan pengukuran darah serta prosedur pengukuran yang digunakan (Anderson dan Siwicki, 1994). Dari data diatas kemudian dianalisis dengan ANAVA. Level leukokrit dalam darah ikan dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan ikan dan menentukan adanya ketidaknormalan karena pengaruh pemberian imunostimulant. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leukokrit pada berbagai perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata diantara perlakuan setelah diuji ANAVA. Oleh karena itu tidak dilanjutkan dengan Uji BNT. 2. Aktivitas NBT NBT akan direduksi oleh formazan pada reaksi dengan radikal oksigen yang diproduksi dari neutrofil dan monosit. Analisa produksi radikal oksigen dengan menggunakan NBT (nitroblue tetrazolium) dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombag 540 nm. Hasil pengamatan Aktivitas NBT dapat dilihat berikut ini : Aktivitas NBT pada OD 540 Aktivitas NBT 0,700 0,600 0,500 0,400 0,300 0,200 0,100 - 0,615 0,421 0,514 0,485 Series1 Series2 Series3 Series4 1 Dosis LPS (0, 25, 50 100 persen) Gambar 2. Aktivitas NBT Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data bahwa semakin meningkat dosis penggunaan LPS maka aktivitas NBT semakin meningkat. Hasil tertinggi didapat pada perlakuan penyuntikan dengan dosis 100% LPS diikuti dengan dosis 50 %, 25 % dan ikan uji tanpa LPS menunjukkan aktivitas NBT yang paling rendah. Semakin tingginya nilai aktivitas NBT menunjukkan bahwa produksi radikal oksigen bebas semakin besar. Produksi radikal bebas ini digunakan untuk melawan patogen. Sebagaimana dikatakan oleh Irianto (2005) bahwa ikan mempunyai mekanisme membunuh oleh sel-sel fagosit melalui oksigen bebas dalam vakuola lisosom yang 93 mampu meningkatkan permeabilitas sel bakteri sehingga bisa menyebabkan masuknya substansi dan cairan dalam sel bakteri yang kemungkinan bisa menyebabkan plasmolisis. Radikal oksigen toksik ini dengan cepat dikonversi menjadi hidrogen peroksida (H2O2) yang memiliki sifat bakterisidal yang kuat. Selain itu radikal oksigen yang bersifat toksik terhadap patogen ini kemungkinan pula dikonversi menjadi radikal hidroksi (OH-) yang memiliki kemampuan mendegradasi membran lipid. Penurunan aktivitas NBT mengindikasikan adanya kontaminan dan infeksi yang kronis atau ikan sedang dalam kondisi stress. Peningkatan NBT dapat mengindikasikan bahwa perlakuan Vol.14.No.1.Th.2007 Evaluasi Pertahanan Non Spesifik Ikan Nila Gift (Oreochromis sp) penyuntikan LPS telah efektif merangsang sistem kekebalan tubuh ikan (Anderson dan Siwicki, 1994). Neutrofil dan sel fagositik yang teraktivasi dapat menghasilkan absorbance 20-30% lebih tinggi, yang menunjukkan produksi oksigen radikal yang lebih tinggi untuk pertahanan terhadap penyakit. 3. Total Protein Plasma Pengukuran total protein plasma dilakukan berdasarkan metode kolorimetri yang mendeteksi sejumlah nitrogen dalam bentuk asam amino. Pengukuran total protein plasma dilakukan dengan metode spektrofotometrik pada panjang gelombang 595 dan kemudian dibandingkan antara sampel dengan standar BSA (Bovine Serum Albumine). Pada pengukuran total protein plasma ini didapatkan hasil larutan yang berwarna biru setelah ditambahkan dengan serum dan protein test kit (Biorad) sementara untuk kurva standard yang dipakai adalah larutan standar BSA. Tabel hasil pengukuran total protein plasma ikan yang telah diinjeksi LPS dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini : Tabel 2. Hasil Pengukuran Total Protein Plasma pada OD 595 nm (mg/ml) ULANGAN DOSIS TOTAL Rata-rata 1 2 3 0% 1.064,30 1.016,40 1.044,80 3.125,50 1.041,83 25 % 861,83 1.064,30 1.094,00 3.020,13 1.006,71 50 % 616,02 1.178,10 1.114,20 2.908,32 969,44 100 % 1.083,80 716,37 952,80 2.752,97 917,66 TOTAL 11.806,92 Dari hasil pengukuran tentang total protein plasma didapatkan bahwa semakin tinggi dosis LPS yang diinjeksikan ternyata total protein plasmanya semakin menurun. Hal ini tidak sesuai dengan teori dan beberapa studi yang telah dilakukan berkenaan dengan hubungan antara level hematokrit, leukokrit, aktivitas NBT dan total protein plasma yang menyatakan bahwa pada umumnya semua indikator kesehatan ikan tersebut mempunyai korelasi yang positif, dimana peningkatan hematokrit, leukokrit, dan NBT biasanya akan diikuti oleh peningkatan aktivitas kekebalan non-spesifik yang lainnya (Anderson, 2005). Setiap jenis ikan mempunyai respon yang berbeda terhadap penyuntikan LPS dibandingkan pada hewan mamalia (Berczi, 1998). Konsentrasi total protein plasma sangat tergantung pada umur dan kondisi individu ikan yang disampling. Penurunan total protein plasma mengindikasikan infeksi kronis, dan rendahnya protein dalam pakan ikan. Sementara peningkatan total protein plasma merupakanb respon terjadinya infeksi atau respon pemberian stimulant dan vaksin. Total protein pada ikan yang sehat biasanya berkisar antara 30-50 (Anderson dan Siwicki). mg/ml plasma KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang evaluasi pertahanan non spesifik pada ikan nila gift yang diinjeksi LPS bakteri menunjukkan bahwa dari pengukuran terhadap darah ikan didapatkan hasil yang tidak konsisten. Untuk level hematokrit didapatkan hasil bahwa semakin tinggi dosis LPS yang disuntikkan maka level hematokritnya semakin tinggi pula, dan pola ini ditemui juga pada kekebalan non spesifik ikan dalam aktivitas NBTnya. Level leukokrit didapatkan hasil yang fluktuatif dan setelah diuji ANAVA ternyata tidak berbeda, demikian pula pada total protein plasma. Hal ini karena hasil sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis ikan ketika disampling, umur ikan dan waktu antara sampling dengan pemeriksaan darah. Saran Perlu adanya pengamatan darah ikan lengkap tidak hanya pada satu waktu tetapi darah disampling beberapa kali sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dan dapat 83 Hastuti diketahui sampai berapa lama LPS efektif memberikan respon kekebalan pada ikan nila gift. Jurnal Protein Yeast Glucan in Atlkantic Salmon (Salmo salar L. Journal of Fish Disease. 16: 313325 DAFTAR PUSTAKA 1. Anderson, D. P. and A.K. Siwicki. !994. Simplified Assays For Measuring Non Spesific Defense Mechanisms in Fish. 2. Baba, T., Imamura, J., Izawa, K. 1988. Immune protection in Carp (Cyprinus carpio L.) After Immunization with Aeromonas hydrophila Crude Lipopolysaccharide. Journal of Fish Diseases, 11 : 237-244 3. Dalmo, R.A., B. Martinsen T.E. Horsberg, A. Ramstad, C. Syvertsen, R. Seljelid, and K. Ingebrigtsen. 1998. Prophylactic Effect of B-1,3-D- glucan (laminaran) Against Experimental Aeromonas salmonicida and Vibrio salmonicida Infection. Journal of Fish Disease 21:459-462 4. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 5. Isnansetyo, A. 2006. Evaluasi Pertahanan Non Spesifik Ikan. LAboratorium Hama Dan Penyakit Ikan Jurusan Perikanan , Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. 6. Isnansetyo, A dan Triyanto. 2006. Sistem Pertahanan Non Spesifik pada Ikan. Fakultas Pertanian. UGM 7. Jorgensen, JB, H.Lunde and B. Robertsen, 1993. Peritoneal and head Kidney Cell Response to Intraperitoneally Injected 84 8. Karunasagar, I., Rosalind, G., Karunasagar, I. 1991. Immunological Response of The Indian Major Carps to Aeromonas hydrophila Vaccine. Journal of Fish Diseases, 14: 413-417 9. Kim, H.K, Y.J. Hwang, and S.C. Bai. 1999. Resistance to Vibrio algynoliticus in Juvenile Rockfish (Sebastes schlegeli) Fed Diets Containing Different Doses of Aloe. Aquaculture. 180:13-21 10. Kresno, B.S.2001. Imunology: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium .Ed 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 11. Matsuyama, H., REP Mangindaan, and T. Yano. 1992. Protective Effect of Schizophyllan and Scleroglucan Against Sterptococcus sp infection in Yellowtali (Seriola quinqueradiata). Aquaculture. 101:197-203 12. Nitimulyo, K.H; A.Isnansetyo; Triyanto; M. Murdjani; L. Sholichah. 2005. Effetiveness of Polyvalen Vaccine to Control Vibriosis in Humback Grouper Cromileptes altivelis). Journal Of Fisheries Sciences. Vol VII No 2, Juli 2005. 13. Sakai, M., K Taniguchi1, K Mamoto2, H Ogawa2 and M Tabata2. Immunostimulant effects of nucleotide isolated from yeast RNA on carp, Cyprinus carpio L. Journal of Fish Diseases 2001, 24, 433-438