Vol. 15 No. 1 Tahun 2007 Pengaruh Pemberian Lps

advertisement
Vol. 15 No. 1 Tahun 2007
Pengaruh Pemberian Lps (Lipopolisacharida)
Pengaruh Pemberian Lps (Lipopolisacharida) Terhadap Aktifitas
Fagositosis dan Jumlah Eritrosit Darah Ikan Nila (Oreocromis sp)
The Effect Of Lps (Lypopolisaccharide) Injection on Phagocytic Activity
And Erytrocyt Count of Tilapia’s Blood (Oreocromis Sp)
Sri Dwi Hastuti dan Ruslan Junaidi Karoror
Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang. Telp. (0341) 464318.
Email : [email protected]
Abstract :
Intensive farming of Tilapia usually susceptible to disease whether caused by bacteria or
viruses.Method control of fish diseases by using antibiotic has been not effective enough. Therefore, it
is need new alternative in combating diseases problem. It has been known that fish has non specific
immune respon which can be stimulated by immunostimulant such as LPS (Lypopolisaccharides) from
outer cell wall of bacteria. It can be expected that LPS can enhance non specific immune respon of the
fish in order to increase resistancy of the fish against pathogens. This research aims to investigate the
effect of LPS injection with different dosage on phagocytic activity and eryrtrocyt count of Tilapia
blood. Results showed that LPS injection give a significant impact to phagocytic activity, with the best
result found in LPS dosage of 75 % and the value of phagocytic activity was 39,33%, while LPS
injection did not give effect to erytrocyt count.
Keywords : Lypopolisaccharides (LPS), erytrocyt, phagocytic activity
Abstraksi :
Pada budidaya ikan nila secara intensif seringkali ditemukan serangan penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri ataupun virus. Penanggulangan dengan antibiotik seringkali tidak efektif, sehingga perlu
alternatif baru dalam pemecahan masalah penyakit ikan. Diketahui bahwa ikan mempunyai respon
kekebalan non spesifik yang bisa dirangsang dengan pemberian immunostimulant seperti LPS dari
bakteri. Diharapkan LPS yang diberikan dapat meningkatkan respon kekebalan non spesifik pada ikan
sehingga meningkatkan resistensinya terhadap serangan patogen. Oleh karena itu penelitian bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian LPS (Lipopolisakarida) dengan dosis yang berbeda terhadap
aktivitas fagositosis dan jumlah eritrosit darah ikan nila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian LPS memberikan pengaruh sangat nyata terhadap aktivitas fagositosis. Perlakuan yang
terbaik terdapat pada dosis penyuntikan LPS 75 % dengan nilai aktivitas fagositosis sebesar 39.33%.
Sementara itu pemberian LPS tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah sel darah merah ikan nila.
Kata Kunci : Lipopolisakarida (LPS), eritrosit, aktvitas fagositosis
PENDAHULUAN
Ikan Nila (Oreochromis sp) adalah
salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang
banyak dibudidayakan petani baik pada
budidaya, pembenihan maupun pembesaran.
Ikan nila mempunyai nilai ekonomis tinggi dan
produksinya dapat mencapai diatas rata-rata
ikan konsumsi lainnya. Sebagai salah satu jenis
ikan budidaya air tawar, ikan nila termasuk
yang paling banyak dibudidayakan oleh petani
sebagai alternatif pemilihan usaha. Selain
memiliki rasa daging yang enak dan gurih, ikan
nila juga memiliki kandungan protein yang
tinggi, sehingga tidak mengherankan jika
banyak diminati konsumen.
Penyakit merupakan salah satu kendala
yang sering dihadapi dalam usaha budidaya
ikan. Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang
dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh
33
Hastuti,
organisme lain, pakan, maupun kondisi
lingkungan. Penyakit yang sering menyerang
ikan nila ini adalah jenis bakteri Aeromonas
hydrophilla. Penanggulangan penyakit ini dapat
dilakukan dengan upaya pencegahan dan
pengobatan. Upaya pencegahan dapat dilakukan
melalui karantina, vaksinasi dan desinfeksi.
Sedangkan
upaya
pengobatan
dapat
menggunakan antibiotik.
Pengobatan dengan antibiotik akan
membawa efek samping jika digunakan dalam
jangka waktu lama, karena bakteri akan resisten
terhadap antibiotik yang digunakan. Selain itu
vaksin atau antibiotik ini hanya manjur bagi
satu jenis penyakit tertentu dan bukan tidak
mungkin ikan yang telah divaksin atau diberi
antibiotik ini dengan mudah diserang oleh
bakteri atau penyakit lain. Oleh karena itu perlu
dicari alternatif baru untuk penanggulangan
penyakit ikan.
Upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh
ikan sendiri tanpa ada pengaruh samping akhirakhir ini sudah mulai di kembangkan.
Pengkajian baru yang masih perlu perlakuan
yang
cermat
ini
menggunakan
“immunostimulant”,, yaitu senyawa yang dapat
merangsang
aktifitas
kekebalan
tubuh.
Immunostimulan merupakan bahan kimia, obat
atau stressor yang bekerja dengan cara
meningkatkan pertahanan non spesifik.
MATERI DAN METODE
Pembuatan LPS dari Bakteri Aeromonas
hydrophilla
Kultur bakteri Aeromonas hydrophilla
pada media cair sebanyak 500 ml dipanen dan
dimasukkan kedalam 12 tabung reaksi masingmasing sebanyak 10ml, dicuci dengan aquadest
dengan volume 100μl, dan disentrifuse pada
4000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya dicuci
dengan etanol dengan volume 100μl, disentrifus
pada 4000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya
dicuci dengan dengan acetone 3x dengan
volume 100μl, disentrifuse 12000 rpm selama 5
menit, dicuci dengan dietil eter 2x dengan
volume 100μl, disentrifuse pada 12000 rpm
selama 5 menit. Sel kemudian disuspensikan
dalam aquadest dengan volume 200μl dan
dipanaskan pada 68° C, selanjutnya dicampur
dengan 90 % phenol dengan volume 200μl dan
34
Jurnal PROTEIN
dipanaskan lagi pada suhu 68° C. Suspensi ini
didinginkan pada suhu 1-2° C dan
disentrifugasi pada 6000 g selama 15 menit
pada suhu 4° C. Selanjutnya supernatant
diambil dan disuspensikan kedalam PBS sesuai
dengan dosis perlakuan.
Hewan Uji dan Penyuntikan
Ikan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah ikan Nila dengan ukuran 12-15 cm
berjumlah 12 ekor, yang dipelihara dalam
akuarium, masing-masing akuarium diisi
dengan 3 ekor ikan. Ikan diadaptasikan pada
kondisi akuarium dan pakan yang diberikan
selama 7 hari. Pada hari ke delapan dilakukan
injeksi dengan suspensi LPS dalam PBS
(Phosphat Buffer Saline) yang telah dibuat,
dengan 4 perlakuan dosis yaitu 0 % LPS
(kontrol: injeksi PBS); LPS 25%; LPS 50% dan
LPS 75 %. Injeksi dilakukan secara
intramuscular di bagian dorsal masing masing
sebanyak 0,2 ml/ekor ikan. Sampling darah
dilakukan pada minggu ke 2 setelah injeksi
LPS. Darah kemudian dianalisa lebih lanjut.
Sampling Darah Ikan
Dua minggu setelah penyuntikan, ikan
diambil darahnya. Masing-masing akuarium
diambil darah dari dua ekor ikan. Sebelum
sampling darah ikan dibius denan menggunakan
minyak cengkeh dengan dosis 1 ml/ 8 liter air.
Ikan dimasukkan dalam larutan minyak
cengkeh sampai pingsan. Pengambilan darah
dilakukan pada bagian dorsal ikan dengan
menggunakan jarum suntik ukuran 1 ml yang
sudah dibasahi dengan EDTA sebagai
antikoagulan. Setelah darah diambil ikan
dimasukkan dalam air mengalir sampai pulih
sadar dan kemudian dikembalikan pada
akuarium pemeliharaan, sementara darah
dimasukkan dalam tabung eppendorf untuk
kemudian dilakukan pengujian.
Pengukuran Akivitas Fagositosis
Menyiapkan darah sampel ikan yang
telah diberi antikoagulan, darah tersebut
dimasukan di dalam kapiler hematokrit,
kemudian disentrifus pada 1000 g selama 10
menit. Kapiler hematokrit dipotong pada batas
eritrosit dan leukosit. Menampung leukosit
dalam tabung ependorf. Memasukkan 100 μl
leukosit ditambah dengan 100 μl bakteri
Aeromonashydrophila
yang
sudah
Vol. 15 No. 1 Tahun 2007
dinonaktifkan dengan formalin, dengan
konsentrasi bakteri 1,8 pada OD 540.
Melakukan pencampuran bakteri dan sampel
darah dengan cara pipeting, selanjutnya
diinkubasi selama 20-30 menit. Membuat
preparat ulas pada obyek glass, fiksasi dengan
etanol, diwarnai dengan giemsa. Melakukan
pengamatan dengan mikroskop dan menghitung
jumlah sel yang memfagosit bakteri dari 100 sel
fagosit.
Perhitungan Eritrosit
Mengambil 100 μl darah ditampung
dalam tabung eppendorf, darah di encerkan
dengan menggunakan EDTA sebanyak 20 kali.
Mengambil sampel darah ikan dengan pipet lalu
diteteskan pada bagian terendah dari
hemositometer. Menutup sampel darah tersebut
dengan cover glass. Mengamati sampel darah
dibawah mikroskop dan menghitung jumlah sel
darah merah yang terlihat.
Tabel 1. Data Aktifitas Fagositosis Ikan Nila (%)
Ulangan
Dosis LPS
1
2
A (0 %)
23
21
B (25 %)
32
27
C (50 %)
31
36
D (75 %)
39
43
Total
Data menunjukkan bahwa akifitas
fagositosis yang paling tinggi terdapat pada
perlakuan D (75 %), dengan nilai aktifitas
fagositosis sebesar 39.33% dan kemudian
perlakuan C dengan aktifitas fagositosis
35.00% dan diikuti perlakuan B sebesar
28.33%. Sementara itu aktifitas fagositosis yang
paling rendah terdapat pada perlakuan A, tanpa
pemberian LPS, dengan nilai aktifitas
Tabel 2. Analisa Sidik Ragam Aktivitas Fagositosis
Sumber
Jumlah
db
Variansi
Kuadrat
Perlakuan
189,137
3
Galat
28,30
8
Total
217,437
11
Keterangan : ** (berpengaruh sangat nyata)
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa
pemberian LPS (Lipopolisakarida) dengan
Pengaruh Pemberian Lps (Lipopolisacharida)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktifitas Fagositosis
Fagositosis merupakan mekanisme
pertahanan dalam tubuh suatu organisme
dengan cara menelan benda asing dan kemudian
menghancurkannya. Pada percobaan ini dosis
LPS yang digunakan yaitu dosis tertinggi
sebesar 75 %. Tingginya pemakaian dosis ini
disebabkan karena jumlah suspensi LPS yang
dihasilkan hanya sedikit, sehingga tidak
memungkinkan untuk dikeringkan sampai
berbentuk powder. Oleh karena itu suspensi
LPS dalam PBS yang bdihasilkan tersebut
kemudian dianggap sebagai larutan stock LPS
dengan dosis 100 %, sehingga kemudian
penentuan dosis perlakuan dibuat dalam bentuk
persen (%). Hasil penelitian pengaruh
pemberian LPS (Lipopolisakarida) terhadap
aktivitas fagositosis ikan nila dapat dilihat pada
Tabel 1.
Jumlah
68
85
105
118
376
3
24
26
38
36
Rata-rata
22,6
28,3
35
39,33
125,32
fagositosis sebesar 22.66%. Selanjutnya untuk
mengetahui
perbedaan
masing-masing
perlakuan, digunakan perhitungan analisa sidik
ragam untuk mengetahui apakah pemberian
LPS (Lipopolisakarida) dengan dosis yang
berbeda memberikan hasil yang berbeda atau
tidak terhadap aktifitas fagositosis ikan nila
(Tabel 2).
KT
F Hitung
63,04
3,53
66,57
17,85**
F Tabel
5%
1%
4,07
7,59
dosis yang berbeda memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap aktivitas fagositosis. Hal
35
Hastuti,
ini bisa dilihat pada nilai F hitung > dari F tabel
5% dan 1%. Dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi dosis penyuntikan LPS maka semakin
tinggi pula nilai aktivitas fagositosisnya.
Aktivitas fagositosis merupakan perbandingan
antara sel fagosit yang aktif dengan sel fagosit
Jurnal PROTEIN
yang teramati. Pada penelitian ini aktivitas
fagositosit diamati dari 100 sel dengan
menggunakan
perbesaran
100X.
Hasil
pengamatan aktivitas fagositosis ditunjukkan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Aktivitas Fagositosis, sel yang memfagosit bakteri ditunjukkan dengan tanda panah
Irianto (2005) menyatakan bahwa
monosit atau makrofag pada ikan teleostei
berperan dalam pertahanan seluler, dimana
perlekatan dan penelanan antigen diperantarai
oleh beragam reseptor permukaan membran,
termasuk lipopolisakarida yang merupakan
komponen karbohidrat penyusun dinding sel
bakteri Gram-negatif. Selanjutnya dikatakan
bahwa segera setelah penelanan suatu pathogen
tipikal, vakuola yang baru bergabung atau
fagosom, yaitu vesikula membran yang
dihasilkan pada proses endositosis atau
penelanan partikel (misalnya sel bakteri) oleh
sel fagosit, akan mengalami asidifikasi oleh
suatu pompa proton membrane dan kemudian
bergabung dengan satu atau beberapa lisosom
membentuk
fagolisosom
atau
vakuola
pencernaan. Lisosom yaitu granula-granula
sitoplasmik pada sel hemocyte yang
mengandung aneka ragam enzim pencernaan
dan senyawa bakterisidal yang dapat
36
menghancurkan sel bakteri. Terbentuknya
fagolisosom memungkinkan enzim-enzim
lisosom secara langsung mendegradasi partikelpartikel yang ditelan. LPS merupakan salah satu
dari reseptor permukaan membran yang
berperan dalam
pelekatan dan penelanan
antigen.
Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah merupakan sel darah
yang paling banyak jumlahnya dibandingkan
dengan sel lainnya, dalam keadaan normal
mencapai hampir separuh dari volume darah.
Sel darah merah mengandung hemoglobin,
yang memungkinkan sel darah merah
membawa oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel,
mitokondria atau ribosom. Hasil penelitian
perhitungan jumlah sel darah merah ikan nila
terdapat pada Tabel 3.
Vol. 15 No. 1 Tahun 2007
Pengaruh Pemberian Lps (Lipopolisacharida)
Tabel 3. Data Jumlah Sel Darah Merah ( X 104 sel/ml )
Ulangan
Dosis LPS
1
2
3
A (0 %)
46,60
45,40
44,00
B (25 %)
46,20
47,40
43,20
C (50 %)
46,40
48,60
49,40
D (75 %)
53,60
51,20
52,80
Total
189,20
192,60
189,40
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa pada perlakuan (A) menunjukan ratarata jumlah sel darah merah yang paling rendah
yaitu sebesar 44,67x104 sel/ml. Untuk perlakuan
(B) rata-rata jumlah sel darah merah sebesar
45,60x104 sel/ml, untuk perlakuan C rata-rata
jumlah sel darah merah sebesar 48,13x104
sel/ml, sedangkan rata-rata jumlah sel darah
merah tertinggi terdapat pada perlakuan D
sebesar 52,53x104 sel/ml. Dari data-data
Eritrosit
merupakan
salah
satu
komponen sel darah ikan yang sangat penting,
karena dalam eritrosit terdapat zat hemoglobin
berperan dalam mengikat oksigen dari
Rata-rata
44,67
45,60
48,13
52,53
190,93
tersebut kemudian dilakukan perhitungan
dengan
menggunakan
analisa
variansi.
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan
masing-masing
perlakuan,
digunakan
perhitungan analisa sidik ragam untuk
mengetahui apakah pemberian LPS dengan
dosis yang berbeda memberikan hasil yang
berbeda atau tidak terhadap jumlah sel darah
merah ikan nila. Hasil perhitungan analisa sidik
ragam terdapat pada Tabel 4.
Tebel 4. Tabel Analisa Sidik Ragam Jumlah Sel Darah Merah
Sumber
Jumlah
db
KT
Variansi
Kuadrat
Perlakuan
189,137
3
37,155
Galat
28,30
8
25,07
Total
217,437
11
Keterangan : ns (tidak berbeda nyata)
Hasil uji ANAVA menunjukkan bahwa
pemberian LPS dengan dosis yang berbeda
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah sel darah merah ikan nila. Jika
dibandingkan antara jumlah sel darah merah
pada semua perlakuan maka, perlakuan D (75%
LPS) memberikan jumlah sel darah merah yang
paling tinggi dari pada ketiga perlakuan
lainnya. Dengan demikian semakin banyak
dosis LPS yang diberikan maka semakin
banyak pula jumlah sel darah merah yang
dihasilkan. Hasil yang menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata mengindikasikan
bahwa penyuntikan LPS tidak meningkatkan
jumlah eritrosit. Hal ini karena LPS hanya
memberikan pengaruh terhadap sel yang
bertanggung jawab terhadap sistem kekebalan
misalnya neutrofil dan makrofag yang
merupakan bagian dari sel darah putih.
Jumlah
134,00
136,80
144,40
157,60
572,80
F Hitung
1,4820 ns
F Tabel
5%
1%
4,07
7,59
lingkungan dan dibawa ke seluruh tubuh yang
memerlukan.
Rendahnya
eritrosit
akan
menyebabkan ikan tidak mampu mengambil
oksigen dalam jumlah banyak walaupun
ketersediaan oksigen di perairan mencukupi.
Akibatnya ikan akan mengalami anoxia
(kekurangan oksigen) (Fujaya, 2003).
Kualitas Air
Air merupakan media bagi kehidupan
ikan, oleh karena itu diperlukan kualitas air
yang baik agar ikan dapat tumbuh secara
optimal. Kualitas air diperairan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan ikan dan
organisme lainnya. Kualitas air yang buruk
dapat menghambat pertumbuhan ikan, bahkan
seringkali menimbulkan kematian pada ikan.
Menurut Cahyono (2001), suatu jasad hidup
memerlukan lingkungan yang sesuai, karena
kehidupannya bergantung pada pertukaran
bahan-bahan energi yang terus menerus antara
jasad tersebut dengan lingkungannya.
37
Hastuti,
Kualitas air media penelitian adalah
homogen dan sesuai dengan kelangsungan
hidup ikan nila. Kisaran suhu pada media
penelitian berkisar antara 23,8 ºC – 24 ºC.
Menurut Cahyono (2001), ikan nila hidup pada
kisaran suhu antara 14 – 38 0C. Hasil penelitian
menunjukna kisaran suhu masih dapat ditolelir
oleh ikan nila. Derajad keasaman (pH) selama
penelitian rata-rata berkisar antara 7,00–7,30.
Menurut Cahyono (2001), derajad keasaman
yang baik untuk kelangsungan hidup ikan nila
adalah 6,5 - 8,5. Hasil pengukuran oksigen
terlarut pada penelitian ini diperoleh nilai
berkisar antara 6,07 – 7,15 (mg/l). Sebagai
hewan akuatik, ikan nila memerlukan kadar
oksigen terlarut yang tersedia didalam air
minimum sebesar 3 mg/l (Cahyono, 2002).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisa
data serta pembahasan yang telah diuraikan
dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian
LPS (Lipopolisakarida) memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap aktivitas fagositosis.
Perlakuan yang terbaik terdapat pada perlakuan
D denagn nilai sebesar yaitu 39.33%.
Pemberian LPS (Lipopolisakarida) tidak
memberikan pengaruh terhadap jumlah sel
darah merah ikan nila. Kondisi kualitas air pada
media dalam keadaan normal tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap ikan nila
yaitu suhu 23,8 ºC – 24 ºC, pH 6,07 – 7,15 dan
kandungan oksigen terlarut (DO) antara 6,07 –
7,15.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pemberian LPS (Lipopolisakarida)
terhadap resistensi ikan nila melawan berbagai
macam penyakit, baik itu jamur, bakteri
maupun virus dengan melakukan uji tantang.
Perlu metode yang lebih baik untuk purifikasi
LPS, sehingga diperoleh kandungan LPS yang
tinggi dan mempunyai efek kekebalan yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto E. dan E. Liviawaty. 1992.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
38
Jurnal PROTEIN
Anonymous, 2006. Apotik Online dan Media
Informasi Obat dan Penyakit. 20
Februari, www.medicastore.com.
Anonymous, 2006. Mengenal Lebih Jauh
Tengtang Probiotik. 15 September,
www.goechi.com.
Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan
Nila Secara Intensif Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Angka, S.L. 1990. Penyakit Ikan Akibat
Bakteri.
Balai
Penataran
dan
LatihanPertanian . Bogor.
Anderson dan Swiki.1994. Dictary Intake of
Immunostimulant by Rainbow Trout
Affects Nonspesifik Immunity and
Protection Againts Furunculosis. Vet.
Immunopathology. 41, 125-139.
Arizona, T.2006. Efek Pemberian Jus Lidah
Buaya (Aloe vera) Melalui Pakan
Buatan Terhadap Respon Imun Non
Spesifik
Ikan
Mas
(Cyprinus
carpio).Universitas
Airlangga.
Surabaya.
Bibiana, W dan Hastowo. 1992. Mikrobiologi.
Institut Pertanian Bogor. Cahyono, B.
2001. Budi Daya Ikan Di Perairan
Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Dealami, Deden. 2001, Agar Ikan Sehat.
Penebar Swadaya Jakarta. Dharma, A
dan Lukamanto. 1982. Fisiologi
Kedokteran. EGC. Jakarta
Evelyn, 2002. Anatomi dan Fisiologis Untuk
Paramedis. Gramedia. Jakarta.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei.
Gadjah
Mada
University Press
Yogyakarta
Johnny, F dan Des Roza. 2002. Pengaruh
vitamin C dalam pakan terhadap
perubahan hemositologi ikan kerapu
Bebek,
26
Februari
2007.
www.aquaculture-mai.org
Johnny, F dan Des Roza. 2004. Pengaruh
Penyuntikan
Imunostimulan
Peptidoglikan
Terhadap
Peningkatan Tanggap Kebal Non
Spesifik Ikan Kerapu Macan
Vol. 15 No. 1 Tahun 2007
Epinephelus fuscoguttatus. 5 Maret
2007. www.aquaculture-mai.org
Kamiso dan Triyanto, 1990. Diktat Kuliah
Penyakit Ikan. Departemen Pertanian
Badan Pendidikan
Latihan
dan
Penyuluhan Pertanian. Pendidikan dan
Latihan Ahli Usaha Perikanan. Jakarta.
Kordi. 2004. Penangulangan Hama dan
Penyakit Ikan. Bina Adiaksara. Jakarta
Kresno, B.S.2001. Imunology: Diagnosis dan
Prosedur Laboratorium .Ed 4.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
Martha, J G; M.U.Snitily and L.C.Preheim.
1995. Phagocytosis of Streptococcus
Pneumoniae Measured In Vitro and
In Vivo in a Rat Model of Carbon
TetrachlorideInduced
Liver
Cirrhosis. Journal of Infection
Diseases. University of Chicago.
Sitanggang, M. 2002. Mengatasi Penyakit dan
Hama Pada Ikan Hias. Agro Media
Pustaka. Jakarta
Pengaruh Pemberian Lps (Lipopolisacharida)
Smith et al. 2003. Curent Research Status of
Immunostimulants. Aquaculture 172,
63-92.
Supriyadi dan Hardjamulia. 1985.
Cara-Cara
Pencegahan
Penyakit Bacterial dan
Dalam Usaha Budi Daya
Tawar. Direktoral Jenderal
Jakarta
Pedoman
Wabah
Parasiter
Ikan Air
Perikanan.
Tizard dan Ian R. 1988. An Introduction to
Veterinary Immunology. Universitas
Arlangga. Surabaya
Tjahjaningsih, W. 2002. Evaluasi Daya
Fagositik Sel-sel Fagosit Pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Setelah
Vaksinasi
Dengan
Bakterin
Aeromonas hydrophila. Universitas
Arlangga. Surabaya
Wanasuria, S. 1993. Vitamin-C Untuk Pakan
Akuakultur.
Primadona.
Jakarta
Wright, 1981. dalam Linder. C. Maria.
1992.
Biokimia
Nutrisi
dan
Metabolisme. UI Press. Jakarta.
39
Download