214 BAB VII KESIMPULAN Berdasarkan hasil

advertisement
214
DWI WINARTI
10/310851/00323
BAB VII. KESIMPULAN
BAB VII
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tingkat kerentanan gerakan tanah di daerah alterasi hidrotermal pada
lereng Pegunungan Selatan Pulau Lombok dibedakan menjadi 4 (empat),
yaitu sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi. Semakin banyak
jumlah gerakan tanah dan semakin tinggi tingkat kerapatan maka semakin
tinggi tingkat kerentanan gerakan tanah yang terbentuk.
2.
Alterasi hidrotermal tipe argilik intermediet dengan intensitas kuat pada
lereng Pegunungan Selatan Pulau Lombok membentuk material yang di
dominasi oleh montmorilonit dengan kadar air, porositas, dan plastisitas
lebih tinggi, serta permeabilitas dan kuat geser lebih rendah dari material
hasil alterasi tipe propilitik pada intensitas lemah / sedang yang didominasi
oleh klorit, dan material non alterasi. Semakin tinggi kadar air, porositas,
dan plastisitas, serta semakin rendah permeabilitas dan kuat geser material,
maka semakin tinggi tingkat kerentanan gerakan tanah yang terbentuk.
3.
Alterasi hidrotermal tipe argilik intermediet pada intensitas kuat di lereng
Pegunungan Selatan Pulau Lombok menyebabkan terjadinya luncuran
bahan rombakan dan rayapan. Hal tersebut dikarenakan material hasil
alterasi bersifat rapuh dan didominasi oleh montmorilonit dengan
mempunyai morfologi melembar dan bersifat mudah mengembang.
Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap penurunan kuat geser
tanah/batuan. Sedangkan tipe propilitik pada intensitas lemah/sedang
menyebabkan terjadinya jatuhan batuan. Hal tersebut dikarenakan material
hasil alterasi masih dalam kondisi kompak dan didominasi oleh klorit yang
dengan morfologi membutir dan tidak mudah mengembang. Kondisi
tersebut kurang berpengaruh terhadap penurunan kuat geser batuan.
Disertasi
Pengaruh Tipe Dan Intensitas Alterasi Hidrotermal Terhadap Karakteristik Gerakan Tanah
Pada Lereng Pegunungan Selatan Pulau Lombok
214
215
DWI WINARTI
10/310851/00323
BAB VII. KESIMPULAN
4.
Kadar air relatif rendah dan kekuatan lempung hasil alterasi hidrotermal
relatif tinggi menyebabkan terjadinya jatuhan batuan pada lereng
Pegunungan Selatan Pulau Lombok, sedangkan kadar air relatif tinggi dan
kekuatan lempung hasil alterasi hidrotermal relatif rendah menyebabkan
terjadinya luncuran bahan rombakan dan rayapan.
5.
Pembobotan parameter kerentanan gerakan tanah dengan metode Analytic
Hierarchy Process (AHP) menunjukkan kondisi alterasi hidrotermal dan
kemiringan lereng mempunyai pengaruh sama besar dalam mengakibatkan
gerakan tanah pada lereng Pegunungan Selatan Pulau Lombok, 2,86 kali
lebih besar dibandingkan struktur geologi, dan 5,22 kali lebih besar
dibandingkan penggunaan lahan, sedangkan struktur geologi mempunyai
pengaruh 1,83 kali lebih besar dibandingkan penggunaan lahan.
6.
Berdasarkan analisis hasil pengujian sifat keteknikan tufa andesit dan hasil
analisis stabilitas lereng membuktikan bahwa penurunan kuat geser
tanah/batuan akibat alterasi hidrotermal dengan intensitas kuat memberi
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan faktor keamanan pada
lereng Pegunungan Selatan Pulau Lombok. Kondisi tersebut ditunjukkan
oleh tufa andesit segar yang mempunyai nilai kuat geser sebesar 311,02
kN/m² dan FK = 6,16, teralterasi lemah dengan kuat geser sebesar 258,71
kN/m² dan FK = 4,59, dan teralterasi kuat dengan kuat geser sebesar 11,51
kN/m² dan FK = 0,65.
7.
Lereng akan berada dalam kondisi kritis (FK=1) pada saat berat volume
basah mencapai nilai terendah (b = 17,66 kN/m³) dan kuat geser
mencapai 25,59 kN/m2.
Disertasi
Pengaruh Tipe Dan Intensitas Alterasi Hidrotermal Terhadap Karakteristik Gerakan Tanah
Pada Lereng Pegunungan Selatan Pulau Lombok
Download