PROSES – PROSES HIDROTERMAL Proses hidrotermal merupakan suatu proses sirkulasi cairan, menghasilkan perubahan fisika dan kimia dimana batu tersebut berada. Proses hidrotermal terjadi ketika cairan bersentuhan dengan batuan sehingga keseimbangan mineral-mineral dari batuan terubah, tergantung pada suhu, tekanan, kimia batuan, serta komposisi batuan yang dilalui oleh cairan. Proses perubahan ini dapat berupa kimia dan mineraloginya, seperti potasik dan alterasi argilik. Contoh perubahan lain yaitu potasik pada sistem porfiri. Dalam ekplorasi, perubahan yang terjadi pada proses hidrotermal ini sangat penting dalam mencari endapan bijih. Sehingga menargetkan kita untuk eksplorasi secara lebih detail lagi. (Pirajno F, 2009) I.1. Hydrotermal Vein. Vein hidrotermal merupakan petunjuk yang baik untuk adanya aliran fluida hidrotermal dan dianggap bahwa vein tersebut tempat aliran fluida. Mineral yang biasa ada sebagai vein adalah kuarsa dan karbonat, serta endapan silika lainnya (opal, kalsedon). Vearncombe (1993) examined vein morphologies from Archaean Au deposits, based on growth direction of quartz and listed seven categories, namely: (1) facecontrolled, characterised by quartz addition along crystallographic axis; (2) displacement-controlled, characterised by growth along trace of incremental opening; (3) parallel controlled, characterised by bands parallel to the vein margins; (4) radiating, characterised by growth from a point; (5) nondirectional controlled, characterised by unrestricted and homogeneous growth; (6) replacement, characterised by quartz replacing earlier textures; and (7) modified, characterised by deformation. Gambar 1. Seven categories of quartz that form in quartz veins, according to Vearncombe (1993) in Pirajno (2009) a) b) Gambar 2. ( a) Concretionary dan berbulu , kuarsa radial ; vein sistem pada dalam daerah Bukit Skirmish , West Musgrave , Australia Barat ; ( b ) kuarsa berbilah dari epithermal Hes Daba Au terjadinya di basal Ethiopia , Djibouti (photo courtesy of Murray Surtees) Alterasi hidrotermal merupakan proses yang kompleks, karena meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal dengan batuan yang dilaluinya pada kondisi fisika – kimia tertentu (Pirajno, 1992). Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal adalah temperatur, kimia, fluida, konsentrasi dan komposisi batuan samping, durasi aktifitas hidrotermal dan permeabilitas. Namun faktor kimia dan temperatur fluida merupakan faktor yang paling berpengaruh (Browne, 1994 dalam Corbett dan Leach, 1995) Faktor – faktor yang mempengaruhi Alterasi hidrotermal adalah : 1. Karakter/sifat batuan dinding(Pirajno,2009). 2. Komposisi cairan (Pirajno,2009). 3. Konsentrasi, aktivitas dan potensi kimia dari komponen fluida H + , CO2 , O2 , K + , H2S and SO2 (Pirajno,2009) 4. Karakter fluida ( Eh, pH ). 5. Kondisi tekanan dan temperatur pada saat reaksi berlangsung ( Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004 ). 6. Lama aktivitas hidrotermal ( Browne, 1991, dalam Sutarto, 2004 ). Walaupun faktor-faktor di atas saling terkait, tetapi temperatur dan kimia fluida kemungkinan merupakan faktor yang paling berpengaruh pada proses alterasi hidrotermal ( Corbett dan Leach, 1996, dalam Sutarto, 2004 ). Henley dan Ellis ( 1983, dalam Pirajno, 2009 ), meyakini bahwa alterasi hidrotermal pada sistem epitermal tidak banyak bergantung pada komposisi batuan dinding, akan tetapi lebih dikontrol oleh permeabilitas, temperatur, dan komposisi fluida. Contohnya antara temperatur 250 – 280o C, kumpulan mineral yang sama (misalnya Kuarsa – Albit - K - Felspar – Epidot – Illit – kalsit – pirit ) terbentuk pada basalt, batupasir, riolit dan andesit. Skarn adalah batuan kalk-silikat yang terbentuk akibat penggantian batuan karbonat yang mengalami proses metamorfisme regional atau proses metasomatisme kontak yang berkaitan dengan intrusi bauan beku. Kebanyakan skarn berhubungan dengan proses porphyri, dimana porphyri stock sering mengintrusi satuan batuan karbonat. (Einaudi, 1992 di Franco Pirajno, 2009) Gambar 1. Sistem Hidrotermal-Magmatik Gambar di atas menjelaskan tentang endapan yang dihasilkan oleh sistem hidrotermal, dimana pada bagian yang dilingkari merupakan Endapan Skarn. Berdasarkan Host Rock-nya, skarn dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Endoskarn Merupakan proses skarnifikasi yang terjadi pada batuan beku. 2. Exo-skarn Merupakan skarnifikasi yang terjadi pada batugamping sekitar batuan beku. III.2 Genesa Endapan Skarn Gambar 2. Genesa Endapan Skarn Penjelasan tentang genesa endapan skarn gambar di atas, yaitu : 1. Stadia 1. Isokimia Metamorfosa Tahapan ini mengakibatkan rekristalisasi dari batuan samping akibat adanya intrusi. Batugamping = marbel, shale = hornfles, serta Batupasir = kwarsit Reaksi-reaksi terbentuknya skarn dapat terjadi di sepanjang kontak batuan. Secara prinsip, proses-proses ini membentuk adanya isokimia metamorfisme akibat dari difusi unsur-unsur akibat pergerakan fluida, dan merupakan bagian dari pergerakan air metamorfik. Batuan akan menjadi lebih brittle dan menjadi media yang lebih baik untuk infiltrasi fluida-fluida pada tahapan selanjutnya (stage 2). 2. Stadia 2. Metasomatisme skarn Adanya infiltrasi antara fluida hidrothermal-metamorfik mengakibatkan terubahnya yang sebelumnya sudah terbentuk pada tahapan pertama menjadi skarn. Proses ini terjadi pada temperatur 800-400 °C, mineral bijih akan mulai terendapkan pada saat pluton mulai mengalami pendinginan. Mineral-mineral yang terbentuk pada tahapan ini relatif bersifat anhydrous. Pengendapan mineral-mineral oksida (magnetite dan kasiterit) dan disusul oleh sulfida-sulfida mulai terbentuk pada tahapan akhir di stage ini. 3. Stadia 3. Retrograde Skarn dan Mineralisasi Tahapan ini merupakan retrograde (perusakan) yang diikuti oleh pendinginan pluton dan menyebabkan terjadinya alterasi hydrous akibat infiltrasi air meteorik. Kalsium akan terlindikan (leached) dan menghasilkan mineral-mineral seperti epidot (low-iron), klorit, aktinolit, dll. Penurunan temperatur akan menyebabkan terbentuknya mineral-mineral sulfida. Kontak reaksi dengan marbel akan mengakibatnya netralisasi larutan hidrothermal, sehingga mengakibatkan terbentuk bijih sulfida dengan kadar yang tinggi. Proses retrograde yang akan menghasilkan alterasi ini akan lebih intensif berlangsung pada kedalaman yang dangkal. III.3 Mineral yang muncul pada batuan skarn ( Franco Pirajno, 2009) 1. Calcic Skarn (or tactite) : Sangat umum dijumpai : pyroxene, garnet, wolastonit Umum dijumpai : epidot (or zoisite), actinolite-tremolite, vesuvianite, pyrite, chalcopyrite, sphalerite. 2. Magnesian Skarn : Sangat umum dijumpai : forsterite, diopside, serpentine, talc Umum dijumpai : actinolite-tremolite, calcite, magnetite, hematite, chalcopyrite, pyrite, sphalerite. 3. Retrograde Skarn : calcite, chlorite, hematite, pyrite. 4. Jasperoid : Quartz, pyrite, hematite. III.4 Contoh Batuan Hasil Endapan Skarn Gambar 3. Batuan tipe ubahan skarn Komposisi mineral : Magnetite (Fe3O4), Epidot (Ca2 (Al,Fe)3 Si3O12 (OH) dan Mineral Lempung Tipe Ubahan : Tipe Skarn Genesa : Terbentuk pada daerah dekat batuan beku intrusif terbentuk pada fluida yang panas (3000 C) dengan salinitas tinggi.