BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat
ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu
pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.
Alterasi batuan akan mengurangi kekuatan batuan (Bell, 2007) dan membentuk
mineral lempung pada beberapa tipe alterasi (Meyer dan Hemley, 1967) sehingga
dapat memicu terbentuknya bidang gelincir yang mengawali terjadinya longsor.
Beberapa daerah di Pulau Jawa yang diketahui memiliki tingkat alterasi tinggi
diantaranya adalah di daerah Perkebunan Teh Patuhawati di Patuha, Jawa Barat,
dataran tinggi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, dan di daerah Candi
Gedongsongo, Gunung Ungaran, Jawa Tengah.
Candi Gedongsongo merupakan daerah wisata yang berada di lereng Gunung
Ungaran. Di kompleks Candi Gedongsongo terdapat sembilan buah candi
peninggalan budaya Hindu yang dikelola oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya
Provinsi Jawa Tengah. Setiap hari daerah wisata ini ramai didatangi wisatawan baik
lokal maupun asing. Pada tahun 2015 Candi Gedongsongo dikunjungi oleh 1.003
wisatawan asing dan 202.305 wisatawan lokal (Disporapar Kabupaten Semarang,
2015 dalam www.diversityhall.com).
1
2
Sebagian besar area dari kompleks wisata Candi Gedongsongo berada di sekitar
Sungai Panjang yang merupakan daerah panasbumi aktif dan tersusun oleh batuan
alterasi dengan ketebalan yang tinggi. Lereng-lereng curam yang tersusun atas
batuan ubahan ini dikhawatirkan akan mudah longsor dan membahayakan baik
pengunjung maupun peninggalan sejarahnya sendiri. Dengan melihat kondisi di
atas, penelitian di Ungaran, Jawa Tengah menjadi penting untuk dilakukan terkait
kajian pengaruh proses alterasi terhadap faktor keamanan lereng agar kejadian
gerakan massa dapat diantisipasi dengan lebih baik.
I.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui pengaruh tipe terhadap sifat keteknikan batuan.
2.
Mengetahui pengaruh intensitas dan indeks alterasi terhadap sifat keteknikan
batuan.
3.
Mengetahui pengaruh alterasi hidrotermal terhadap faktor keamanan lereng
batuan.
I.3. Batasan Penelitian
I.3.1 Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di sekitar objek wisata Candi Gedongsongo, lereng
Gunung Ungaran, tepatnya di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Semarang,
Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Dari Kota Semarang, perlu ditempuh
jarak kurang lebih 45 km untuk mencapai daerah ini. Daerah penelitian dapat
3
ditemui pada Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Sumowono nomor 1408-541
dengan skala 1 : 25.000 yang terbit pada tahun 2000 seperti terlihat pada Gambar
1.1. Kavling penelitian berada pada koordinat UTM 49 S 426859-427451 dan
9202974-9203838 dengan luas kurang lebih 0,6 m x 0,9 m.
Gambar 1.1. Lokasi penelitian di sekitar daerah wisata Candi Gedongsongo
I.3.2 Batasan masalah
1.
Melakukan pemetaan geologi, pemetaan kemiringan lereng, pemetaan tipe
alterasi, pemetaan intensitas alterasi, pemetaan indeks alterasi, dan pemetaan Rock
Mass Rating (RMR) dengan skala 1 : 10.000.
2.
Mengambil sampel batuan segar dan batuan teralterasi pada masing-masing
tipe dan intensitas alterasi berupa sampel terganggu dan tidak terganggu.
4
3.
Pengambilan sampel batuan tidak terganggu terbatas pada lereng yang tersusun
oleh batuan alterasi pada area yang diijinkan oleh pengelola wisata Candi
Gedongsongo karena pertimbangan keamanan lokasi.
4.
Pengambilan sampel batuan untuk uji X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray
Fluoresence (XRF) dan sifat keteknikan hanya dilakukan pada daerah yang
tersusun oleh batuan alterasi.
5.
Melakukan pengolahan sampel untuk mendapatkan hasil uji petrografi, XRD,
XRF dan sifat keteknikan batuan.
6.
Membuat permodelan kestabilan lereng berdasarkan hasil uji direct shear dan
pemetaan RMR serta pengukuran kemiringan lereng menggunakan software Slide
6.0 metode Bishop.
7.
Melakukan analisis kuantitatif pengaruh alterasi hidrotermal terhadap sifat
keteknikan batuan.
8.
Melakukan analisis kuantitatif pengaruh alterasi hidrotermal terhadap
kestabilan lereng berdasarkan pengamatan kondisi kemiringan lereng dan sebaran
zona intensitas alterasi.
I.4. Peneliti Terdahulu
Area Candi Gedongsongo merupakan daerah prospek panasbumi yang telah
banyak dilakukan survei baik dari geologi, geokimia dan geofisika. Berikut
diuraikan beberapa hasil survei dan penelitian yang telah dilakukan di daerah
tersebut.
5
1.
Thanden dkk. (1996)
Penelitian yang dilakukan oleh Thanden dkk. (1996) menghasilkan Peta
Geologi Regional Lembar Magelang dan Semarang, Jawa dengan skala 1 : 100.000.
Berdasarkan hasil pemetaan tersebut diketahui litologi di daerah penelitian adalah
Qdf (debris flow deposits).
2.
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (2000)
Penelitian yang dilakukan BAKOSURTANAL menghasilkan Peta Rupa Bumi
Indonesia lembar Sumowono nomor 1408-541 dengan skala 1 : 25.000.
3.
Van Bemmelen (1970)
Daerah panasbumi di Jawa Tengah termasuk di dalamnya Gunungapi Ungaran,
berada di Sabuk Volkanis Kuarter (Zona Solo). Sabuk ini terletak di antara
Pegunungan Serayu Utara dan Zona Kendeng, dan tersusun atas hasil erupsi muda
berumur Kuarter, termasuk Dieng, Sindoro, Sumbing, Ungaran, Soropati,
Telomoyo, Merapi, Muria, dan Lawu.
4.
Nukman (2009)
Penelitian yang dilakukan oleh Nukman membahas tentang manifestasi
panasbumi yang ditemukan disekitar wilayah Candi Gedongsongo, Gunungapi
Ungaran. Manifestasi permukaan yang ada telah terpetakan dan memiliki orientasi
kelurusan utara-selatan. Kelurusan ini dikontrol oleh keberadaan struktur geologi
yang menjadi zona lemah yang berfungsi menghantarkan fluida panas ke
permukaan. Sampel yang digunakan adalah sampel air yang diambil dari
manifestasi dan dianalisis komposisi isotop untuk mengetahui asal dan proses
pembentukan fluida. Di Gedongsongo sendiri tipe fluida yang ditemui
6
diklasifikasikan sebagai air asam klorida-sulfat yang konsisten dengan proses
struktural.
5.
Atmaja (2010)
Penelitian yang dilakukan Atmaja menghasilkan peta zonasi alterasi dengan
skala 1 : 10.000. Pemetaan alterasi yang dilakukan terbatas pada beberapa kavling
tertentu dimana alterasi ditemukan. Berdasarkan data petrografi, jenis lava andesit
pada daerah Gedongsongo merupakan andesit piroksen dengan intensitas alterasi
sedang-tinggi. Alterasi permukaan di daerah penelitian dapat dibagi menjadi enam
zonasi alterasi yaitu zona kuarsa, zona kuarsa-kristobalit, zona kristobalit, zona
kristobalit-alunit, zona kuarsa-alunit, dan zona alunit. Kehadiran mineral alunit
pada daerah penelitian menunjukkan adanya interaksi uap panas dengan muka air
tanah yang membentuk zona steam heated di atas bidang piezometrik. Identifikasi
zona patahan ditunjukkan oleh kehadiran mineral kuarsa serta adanya anomali gas
(Phuong dkk., 2005 dalam Atmaja, 2010) dan suhu permukaan tinggi. Pola aliran
panasbumi yang tercermin di permukaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
pusat aktifitas panasbumi dimana terdapat zona kuarsa sebagai penciri suhu tinggi
dan bagian tepi aktifitas panasbumi yang diindikasikan oleh zona kristobalit sebagai
penciri suhu rendah. Sistem panasbumi daerah Gedongsongo merupakan sistem
vulkanik-hidrotermal yang berasosiasi dengan manifestasi permukaan dimana air
magmatik naik ke atas dan bercampur dengan air meteorik.
6.
Syabaruddin, dkk. (2003)
Penelitian Syabaruddin menghasilkan peta fasies vulkanik di daerah prospek
panasbumi Gunungapi Ungaran. Daerah penelitian berdasarkan penelitian
7
Syabaruddin dkk. (2003) berada di fasies sentral yang terdiri dari aliran lava dan
piroklastik aliran. Litologi ini telah mengalami alterasi dan memiliki permeabilitas
yang rendah sehingga dapat berfungsi sebagai batuan penudung (caprock).
Komposisi magma asal yang menjadi sumber panas pada sistem panasbumi
Gunung Ungaran dikatakan berkomposisi andesitik.
7.
Phuong, dkk. (2005)
Penelitian yang dilakukan Phuong berkaitan dengan geokimia air tanah daerah
panasbumi Gedongsongo dan sekitarnya. Interpretasi Phuong menyatakan bahwa
berdasarkan hasil analisis geokimia, air tanah di daerah Gedongsongo memiliki tipe
Ca-(Na)-Mg-SO4-HCO3. Kandungan SO4 tinggi ditemukan pada derah disekitar
manifestasi berupa fumarol dan di sekitar zona alterasi. Geotermometer silika
memberikan nilai temperatur minimal reservoir adalah 140C. Pengukuran
konsentrasi dan penyebaran CO2 dan rasio gas Rn/Tn menunjukkan pula bahwa
daerah yang memiliki konsentrasi besar berada di sekitar fumarol.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hingga saat ini
belum ada peneliti yang melakukan penelitian terkait hubungan antara alterasi
hidrotermal dengan faktor keamanan lereng di daerah Candi Gedongsongo.
Download