Menganalisis Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan Kimia

advertisement
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Menganalisis Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan Kimia
Menggunakan Instrumen Penilaian Four-Tier Multiple Choice (Studi
Kasus pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh)
Malik Yakubi*, Zulfadli, Latifah Hanum
Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
*Corresponding Author: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar persentase tingkat pemahaman siswa pada
materi ikatan kimia dengan menggunakan instrumen penilaian four-tier multiple choice
(FTMC) dan mengetahui tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC dalam
menganalisis tingkat pemahaman siswa. Jenis penelitiannya adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 2 sebanyak 31
orang dan 5 orang guru mata pelajaran kimia Tahun Ajaran 2016/2017 yang ditentukan
berdasarkan teknik random sampling. Data penelitian diperoleh menggunakan tes dan
angket. Tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda FTMC sebanyak 15 butir dan lembar
angket tanggapan guru sebanyak 5 pertanyaan. Hasil analisis terhadap data penelitian
menunjukkan bahwa persentase tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia yang
menggunakan instrumen FTMC yang dikategorikan memahami konsep sebesar 43%, tidak
memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11% serta tanggapan guru terhadap
penggunaan instrumen penilaian FTMC dalam menganalisis tingkat pemahaman siswa pada
materi ikatan kimia dikategorikan baik sekali dengan persentase 92%.
Kata kunci: four-tier multiple choice, tingkat pemahaman, ikatan kimia.
Abstract
The study titled “Analyze of level of students’ understanding in learning of chemical bonding
by using instrumentation of Four-Tier Multiple Choice” had been done in Class X of SMA Negeri
4 Banda Aceh. The objectives of study were to understand level of understanding in learning
of chemical bonding by using the instrumentation of four-tier multiple choice (FTMC) and to
understand teacher’s responses to the instrumentation in analyzing of students’
understanding. The descriptive research used qualitative approach. Then, subject of study
was 31 students of class X IPA 2 and 5 teachers of chemistry department in academic year
of 2016/2017 which was determined by using technique of random sampling. Data were
collected by using test and questionnaire. The test used 15 questions of FTMC and 5 questions
of questionnaire. The result of study indicated that the level of students’ understanding which
was analyzed by using FTMC were 43% of understand the concept, 27% of wrong conception,
19% of misconception, and 11% of error conception. Furthermore, the teachers’ responses
to the implementation of FTMC were categorized as very good with a percentage of 92%.
Keyword: four-tier multiple choice, level of understanding, chemical bonding.
Pendahuluan
Kimia merupakan mata pelajaran yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, terdapat
banyak sekali konsep abstrak dan berkembang sangat cepat. Materi yang diberikan dalam
kegiatan pembelajaran sangat banyak dan saling berhubungan, sehingga apabila salah satu
konsep materi tidak tertanam dengan kuat maka siswa cenderung akan mengalami kesulitan
dengan konsep materi yang lain. Selain dituntut menguasai materi yang kuat, siswa juga
harus memahami tiga aspek yang saling berhubungan yakni aspek makroskopik, mikroskopik,
dan simbolik. Aspek makroskopik berhubungan dengan sifat suatu materi yang dapat diamati
langsung oleh siswa, aspek mikroskopik berhubungan dengan partikel penyusun suatu materi
(atom, molekul, ion), sedangkan aspek simbolik berhubungan dengan simbol dan perhitungan
kimia (Chandra dalam Rachmawati, 2014).
19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Berdasarkan hasil observasi penulis selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan
wawancara dengan guru-guru kimia di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Banda Aceh
pada tanggal 20 Februari 2016 diperoleh informasi bahwa salah satu materi yang dianggap
sulit adalah ikatan kimia. Menurut siswa konsep materi ikatan kimia jauh dari pengalaman
sehari-hari, siswa tidak dapat melihat atom, struktur, dan interaksi antar atom sehingga sulit
bagi siswa untuk memahami konsep-konsep yang terdapat dalam materi ikatan kimia.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia dapat menghambat siswa untuk
memahami materi yang lebih tinggi. Hasilnya siswa membangun suatu pemahaman pribadi
terhadap fenomena dan konsep sains yang mereka terapkan dalam pelajaran sains.
Konsep yang dibangun oleh siswa dengan berdasarkan pemahaman pribadi, memunculkan
implikasi dimana siswa membangun pemahaman konsep yang tidak lengkap (Dahar, 2011).
Kesulitan siswa dalam memahami materi ikatan kimia perlu dianalisis untuk mengetahui
penyebab kesulitannya sehingga dapat ditentukan pemecahannya. Penilaian yang tepat
berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar, memotivasi siswa untuk belajar dan
sebagai penghargaan atas usaha yang telah mereka lakukan. Penilaian harus bersifat
diagnostik agar dapat memperbaiki proses pembelajaran, artinya penilaian tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian penanganan yang tepat (Arikunto, 2012). Oleh karena
itu, perlu dilakukannya suatu penilaian agar dapat mengetahui kemajuan siswa dalam
memahami materi pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi oleh siswa
dalam proses kegiatan belajar (Hamalik, 2010).
Instrumen penilaian yang baik adalah yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah tertentu
yang dapat memberikan data akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel
perilaku tertentu (Arifin, 2009). Salah satu bentuk instrumen penilaian yang dapat digunakan
untuk melakukan diagnostik adalah four-tier multiple choice (FTMC). Instrumen ini
merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Instrumen penilaian
FTMC dirancang untuk menentukan seberapa kuat siswa menguasai konsep melalui tingkat
keyakinan dalam menjawab pertanyaan. Menurut Kaltakci (2016) format FTMC disusun atas
4 tingkatan, yaitu tingkatan pertama untuk soal pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda
dengan empat atau lima pilihan jawaban, tingkat kedua berisi tentang tingkat keyakinan atas
jawaban pada tingkat pertama, tingkat ketiga berisi tentang penyajian alasan jawaban pada
tingkat pertama dan tingkat terakhir disajikan pertanyaan penegasan tentang keyakinan
terhadap jawaban pada tingkat ketiga. Penambahan tingkat keyakinan masing-masing
jawaban dan alasan dapat mengukur perbedaan tingkat pengetahuan siswa sehingga akan
membantu dalam mendeteksi tingkat pemahaman siswa.
Metode Penelitian
Pendekatan yang diterapkan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dimana
penelitian ini fokus pada identifikasi tingkat pemahaman konsep siswa dengan menggunakan
instrumen penilaian FTMC. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2010). Deskripsi yang akan diberikan dalam penelitian ini
mengenai identifikasi tingkat pemahaman konsep pada materi ikatan kimia dan mengetahui
tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X IA 2 berjumlah 31 orang dan 5 orang guru mata pelajaran SMA Negeri
4 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan angket. Tes yang digunakan
berupa soal pilihan ganda FTMC sebanyak 15 butir. Tes ini bertujuan untuk memperoleh data
tingkat pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia. Lembar angket tentang tanggapan
guru digunakan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC
20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan meliputi validasi instrumen, validitas item tes, reliabilitas,
analisis tingkat pemahaman siswa, dan interpretasi hasil instrumen penilaian FTMC. Pengujian
validasi instrumen dilakukan oleh 2 orang dosen ahli. Pengujian validiitas item soal
menggunakan teknik korelasi Point Biserial (rpbi). Pengujian reliabilitas menggunakan korelasi
Spearman-Brown dengan teknik belah dua (ganjil-genap). Analisis tingkat pemahaman siswa
mengadaptasi kombinasi jawaban yang digunakan oleh Kaltacki dan Eryilmaz (2015) dalam
menganalisis setiap kombinasi jawaban pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep siswa
dalam dalam instrumen penilaian FTMC dapat dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu
memahami konsep, tidak paham konsep, miskonsepsi dan error seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Kombinasi Jawaban pada Instrumen Penilain FTMC
Tipe Jawaban
Kategori
Confidence
Jawaban
Alasan
Rating Index
Memahami Konsep
Benar
CRI > 2,5
Benar
Benar
CRI > 2,5
Benar
Benar
CRI > 2,5
Salah
Benar
CRI ≤ 2,5
Benar
Benar
CRI ≤ 2,5
Benar
Tidak Memahami
Benar
CRI ≤ 2,5
Salah
Konsep
Salah
CRI > 2,5
Benar
Salah
CRI > 2,5
Salah
Salah
CRI ≤ 2,5
Benar
Salah
CRI ≤ 2,5
Salah
Benar
CRI > 2,5
Salah
Benar
CRI ≤ 2,5
Salah
Miskonsepsi
Salah
CRI > 2,5
Salah
Error
Confidence
Rating Index
CRI > 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI > 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI ≤ 2,5
CRI > 2,5
CRI > 2,5
CRI > 2,5
Salah
CRI ≤ 2,5
Salah
CRI > 2,5
Salah
CRI > 2,5
Benar
CRI > 2,5
Salah
CRI ≤ 2,5
Benar
CRI > 2,5
Berdasarkan Tabel 1, opsi tingkat keyakinan yang digunakan dalam FTMC dalam penelitian
ini menggunakan Confidence Rating Index (CRI) dengan empat pilihan jawaban yang
didasarkan skala Likert yang digunakan oleh Schafer (2013) dalam penelitiannya yang
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Skala Tingkat Keyakinan (Confidence Rating Index) dan Kriterianya
CRI
1
2
3
4
Kriteria
Menebak (guessing)
Tidak yakin (uncertain)
Yakin (confident)
Sangat yakin (very confident)
Kemungkinan jawaban siswa tersebut dihitung untuk mengetahui persentase siswa pada
masing-masing kategori memahami, tidak memahami, error, dan miskonsepsi dalam setiap
konsep.
P=
f
n
x 100%
Keterangan:
21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
P = Persentase (% kelompok)
F = Frekuensi (jumlah) pada setiap kelompok
N = Jumlah seluruh siswa
Selanjutnya dideskripsian data tingkat pemahaman konsep siswa menurut (Sudijono, 2009),
yaitu:
Tabel 3 Pendeskripsian Data Tingkat Pemahaman Konsep
Persentase %
Kriteria Tingkat Pemahaman
80 – 100
Baik Sekali
66 – 79
Baik
56 – 65
Cukup
46 – 55
Kurang
30 – 45
Gagal
Hasil Dan Pembahasan
Validasi Instrumen
Validasi instrumen dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisisis butir soal
secara kualitatif terhadap butir soal objektif bentuk pilihan ganda beralasan sebanyak 20 butir
soal dilakukan oleh validator ahli yaitu dosen pada Program Studi Pendidikan Kimia Unsyiah.
Setiap validator diminta untuk memberikan penilaian dengan menelaah terhadap butir soal
dan dosen penelaah diberikan kesempatan untuk memperbaiki langsung pada teks soal dan
memberikan komentar, kritik dan saran serta memberikan nilai pada setiap butir soal dengan
kriteria soal baik, perlu diperbaiki, atau diganti. Soal-soal yang tidak sesuai dengan aspek
yang dinilai selanjutnya diperbaiki hingga hasil analisis diperoleh 100%. Butir soal yang telah
mencapai 100% dikatakan sudah mencapai tingkat validitasnya.
Analisis secara kuantitatif meliputi validitas item soal dan reliabilitas. Validitas item tes
dihitung dengan Microsoft Excel dibandingkan dengan harga rtabel dengan db 28 pada taraf
signifikan 5% yaitu 0,361. Berdasarkan hasil analisis dari 15 butir item yang diuji ternyata
hanya 11 item yang dinyatakan valid sedangkan 4 item yang dinyatakan tidak valid. Butir
item yang valid tersebut yakni item nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13 dan 15 dan butir
item yang tidak valid yakni iten nomor 2, 9, 10 dan 14. Data yang digunakan untuk uji
reliabilitas adalah data yang diperoleh dari jawaban yang diberikan oleh siswa terhadap 15
butir soal. Hasil tersebut diolah dan dihitung indeks korelasi dengan persamaan korelasi
product moment menggunakan Microsoft Excel. Analisis reliabilitas menghasilkan nilai
reliabilitas 0,7177. Hasil r11 ini lebih dari nilai rtabel. Artinya, soal tes item yang dianalisis
reliabel dengan kriteria tinggi.
Data hasil penelitian yang diperoleh dari instrumen penilaian FTMC dianalisis untuk
mengetahui persentase tingkat pemahaman konsep siswa terhadap penggunaan tes tersebut
sehingga dapat membedakan siswa yang berpeluang memahami konsep, tidak memahami
konsep, miskonsepsi ataupun error. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis
jawaban siswa diketahui bahwa tingkat pemahaman yang dimiliki siswa pada materi ikatan
kimia masing-masing indikator soal yang diberikan menunjukkan hasil berbeda-beda. Siswa
dikatakan memahami konsep terhadap materi ikatan kimia apabila jawaban menjawab benar
pada soal tingkat satu dengan tingkat keyakinan > 2,5 dan menjawab benar pada soal tingkat
tiga dengan tingkat keyakinan > 2,5. Rekapitulasi persentase tingkat pemahaman siswa pada
materi ikatan kimia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan Kimia
Indikator Soal
Persentase (%)
22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Memahami
Konsep
Tidak Memahami
Konsep
Miskonsepsi
Error
Menjelaskan kestabilan
Suatu Unsur
Berdasarkan
Konfigurasi Elektron
91,94
3,23
3,23
1,61
Proses Pembentukan
Ikatan Ion Beserta
Contohnya
33.33
22,58
29,03
15,05
32,26
26,88
22,58
18,28
22,58
40,32
29,03
8,06
35
19
29
16
28,51
45,16
16,13
12,90
66,13
29,03
3,23
1,61
43,01
26,88
19,14
10,97
Proses Pembentukan
Ikatan Kovalen Beserta
Contohnya
Menentukan Kepolaran
Suatu Molekul
Menjelaskan Proses
Pembentukan Ikatan
Logam Beserta
Contohnya
Menganalisis
Pembentukan Senyawa
Berdasarkan
Pembentukan Ikatan
Hubungan Antara
Keelektronegatifan
Unsur dengan
Kecenderungan
Interaksi
Antarmolekulnya
Rata-rata
1. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Menjelaskan Kestabilan Suatu Unsur
Berdasarkan Konfigurasi Elektron
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa dalam menjawab indikator I berdasarkan
pada Tabel 2 yang memahami konsep 92%, tidak memahami konsep 3%, miskonsepsi
3%, dan error sebesar 1,5%. Dari hasil persentase rata-rata pada kategori memahami
konsep yang diperoleh yaitu sebesar 91,94%, dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa
baik sekali dalam menjelaskan kestabilan suatu unsur berdasarkan konfigurasi elektron
sesuai dengan konsep.
2. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Ion
Beserta Contohnya
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator II berdasarkan Tabel 2 yang
memahami konsep sebesar 33,33%, tidak memahami konsep 22,58%, miskonsepsi
29,03%, dan error 15,05%. Dari hasil persentase rata-rata dapat dikategorikan
pemahaman siswa gagal karena siswa yang memahami konsep hanya 33,33%. Hal ini
disebabkan karena siswa belum sepenuhnya memahami cara menentukan rumus
senyawa, tidak bisa menentukan unsur yang melepas dan menangkap elektron
berdasarkan konfigurasi elektron, siswa tidak bisa menentukan rumus senyawa dan jenis
ikatan yang mungkin terjadi pada senyawa berdasarkan suatu reaksi serta siswa hanya
menghafal pengertian dari ikatan ion tanpa mengetahui mekanisme dan interaksi yang
terjadi dalam ikatan ion.
3. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Kovalen
Beserta Contohnya
23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator III berdasarkan tabel 2 yang
memahami konsep 32,26%, tidak memahami konsep 26,88%, miskonsepsi 22,58% dan
error 18,28%. Dari hasil persentase rata-rata tersebut dapat dikatakan pemahaman siswa
gagal karena hanya 32,26% siswa yang paham konsep. Hal ini disebabkan siswa hanya
mampu menuliskan senyawa yang terbentuk tanpa menjelaskan cara-cara senyawa
tersebut berikatan, siswa tidak memahami hubungan energi afinitas dengan ikatan
kovalen, tidak bisa menentukan rumus senyawa dan jenis ikatan yang mungkin terjadi
pada senyawa berdasarkan suatu reaksi serta siswa masih memahami bahwa pasangan
elektron yang digunakan dalam ikatan kovalen koordinasi berasal dari kedua atom yang
berikatan, padahal pasangan elektron yang digunakan bersama-sama berasal dari salah
satu atom yang berikatan.
4. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa dalam Menentukan Kepolaran Suatu Molekul
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator IV berdasarkan Tabel 2
yang memahami konsep 22,58%, tidak memahami konsep 40,32%, miskonsepsi 29,03%,
dan error 8,06%. Dari hasil persentase rata-rata yang diperoleh dapat dikatakan bahwa
pemahaman siswa gagal dalam menentukan kepolaran suatu molekul karena hanya
22,58% siswa yang memahami konsep. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum
memahami konsep untuk mengukur tingkat kepolaran molekul berdasarkan harga
keelegtronegatifan, siswa masih kurang memahami cara menentukan PEB ataupun PEI
dalam suatu senyawa dan siswa belum paham hubungan PEB dengan sifat kepolaran suatu
molekul.
5. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Logam
Beserta Contohnya
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator V berdasarkan Tabel 2 yang
memahami konsep 35%, tidak memahami konsep sebesar 19%, miskonsepsi 29%, dan
error sebesar 16%. Dilihat dari persentase rata-rata pada kategori memahami konsep yang
diperoleh dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa gagal dalam menjelaskan proses
pembentukan ikatan logam beserta contohnya. Hal ini disebabkan karena siswa masih
belum bisa membedakan antara ikatan kovalen dengan ikatan logam dan masih kurang
memahami mekanisme terjadinya ikatan logam.
6. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menganalisis Pembentukan Senyawa Berdasarkan
Pembentukan Ikatan (Berhubungan Dengan Kecenderungan Atom untuk Mencapai
Kestabilan)
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator VI berdasarkan Tabel 2
yang memahami konsep sebesar 25,81%, tidak memahami konsep 45,16%, miskonsepsi
16,13%, dan error 12,90%. Dari hasil persentase rata-rata pada kategori memahami
konsep yang diperoleh yaitu sebesar 25,81% dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa
gagal menganalisis pembentukan senyawa berdasarkan pembentukan ikatan. Hal ini
disebabkan karena siswa masih belum bisa meramalkan bentuk molekul, siswa
beranggapan bahwa PEB tidak memiliki pengaruh dalam penentuan bentuk molekul dan
siswa belum memahami cara menentukan kepolaran dari suatu bentuk molekul serta siswa
kurang memahami cara menentukan elektron yang digunakan dari dua buah atom yang
berikatan agar memenuhi aturan oktet.
7. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menganalisis Hubungan Antara Keelektronegatifan
Unsur dengan Kecenderungan Interaksi Antar Molekulnya
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator VII berdasarkan Tabel 2
yang memahami konsep sebesar 66,13%, tidak memahami konsep 29,03%, miskonsepsi
3,23%, dan error 1,61%. Dari hasil persentase rata-rata pada kategori memahami konsep
yang diperoleh sebesar 66,13% dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa baik dalam
menganalisis hubungan keelektronegatifan unsur dengan kecenderungan interaksi antar
molekulnya.
24
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Berdasarkan data Tabel 2, dapat dilihat bahwa tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan
kimia sangat rendah. Padahal tes ini diberikan tepat setelah materi ikatan kimia diajarkan.
Sehingga seharusnya materi tersebut masih teringat jelas dalam ingatan siswa. Berikut
diagram perbandingan persentase tingkat pemahaman siswa dapat dilihat pada Gambar.
19%
Memahami Konsep
11%
Tidak Memahami Konsep
27%
43%
Miskonsepsi
Error
Gambar 1. Diagram Perbandingan Siswa Memahami Konsep, Tidak Memahami,
Miskonsepsi Dan Error Pada Materi Ikatan Kimia
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa persentase siswa yang tergolong memahami konsep
sebesar 43%, tidak memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11%, maka dari
hasil persentase yang diperoleh dapat disimpulkan secara keseluruhan tingkat pemahaman
siswa pada materi ikatan kimia dikategorikan gagal karena hanya 43% siswa yang menjawab
benar pada tingkat pertama dan tingkat ketiga serta nilai CRI pada tingkat kedua dan tingkat
keempat >2,5.
Instrumen penilaian FTMC yang digunakan dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa
pada materi ikatan kimia dengan mudah dan jelas dilihat dari hasil persentase yang diperoleh.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ismail (2015) tentang FTMC yang digunakan untuk
mendiagnostik siswa yang berpeluang memahami konsep sebesar 13,9%, miskonsepsi
39,9%, tidak memahami konsep 44,01%, serta siswa yang mengalami error 2,1%.
Selanjutnya, Kaltakci (2015) berpendapat bahwa instrumen penilaian FTMC lebih akurat
mendeteksi tingkat pemahaman siswa dalam suatu konsep serta data yang diperoleh sesuai
dengan fakta. Pernyataannya itu diperkuatnya dengan berpendapat bahwa instrumen
penilaian berupa FTMC dapat menilai tingkat pemahaman konsep suatu materi dan dapat
dikembangkan dalam sampel yang lebih besar (Kaltakci, 2016).
Angket tanggapan guru terdiri dari 5 butir pertanyaan terhadap penggunaan instrumen
penilaian FTMC. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai instrumen penilaian FTMC dan
kelebihannya. Pertanyaan dalam angket tersebut bertujuan untuk mengetahui tanggapan
guru terhadap instrumen yang digunakan ini untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa
pada materi ikatan kimia. Berdasarkan jawaban dan alasan yang diisi oleh guru, peneliti dapat
menyimpulkan kelayakan instrumen penilaian ini dalam membantu guru mengevaluasi dan
menganalisis pemahaman konsep siswa pada materi ikatan kimia.
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Pertanyaan 1 Pertaanyaan 2 Pertanyaan 3
Pertanyaan 3
Pertanyaan 4
Pertanyaan 5
Gambar 2 Grafik tanggapan guru terhadap penerapan instrumen penilaian
FTMC
25
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Berdasarkan Gambar 2 persentase rata-rata hasil tanggapan guru terhadap penerapan
instrumen penilaian FTMC secara keseluruhan diperoleh sebesar 92% sehingga dapat
dikatakan penilaian angket dengan kategori baik sekali. Dari hasil persentase tersebut dapat
disimpulkan bahwa instrumen FTMC dapat membantu guru dalam mengevaluasi hasil belajar
dan menganalisis tingkat pemahaman siswa terhadap konsep materi ikatan kimia.
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Persentase ingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia yang dianalisis
menggunakan instrumen penilaian FTMC yang dikategorikan memahami konsep sebesar
43%, tidak memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11%.
2. Tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC dalam menganalisis tingkat
pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dikategorikan baik sekali dengan persentase
92%.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan
kepada guru diharapkan dapat memilih metode atau model pembelajaran yang lebih variatif
disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa dalam pembelajaran kimia khususnya
pada materi ikatan kimia agar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi ikatan
kimia. Karena banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memperluas
konsep siswa dengan menambah bahan ajar dan informasi. Misalnya dengan menggunakan
multimedia animasi, diskusi kelompok, peta konsep serta percobaan dan pengalaman
lapangan.
Referensi
Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ismail, I.I, 2015. Diagnostik Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test. ISBN,
381-384.
Kaltakci, D dan Eryilmaz, A. 2015. A Review and Comparison og Diagnostic Instrumen to
Identify Student’s Misconception in Science. Eurasia Journal of Mathematics, Science
& Tecnologi Education, 11(5): 989-1008.
Kaltakci, D dan Eryilmaz, A. 2016. Identifying Pre-service Physics Teachers’ Misconception
and Conceptual Difficultes About Geometrical Optical. Eurasia Journal of Physics, 37:
1-30.
Racmawati, L. 2014. Pengembangan dan Penerapan Instrumen Diagnostik Two-Tier dalam
Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Tentang Atom dan Molekul. Edusentris, 2(1): 4149.
Schaffer, L.D. 2013. The Development and Validation of A Three-Tier Diagnostic Test
Measuring Pre-Service Elementary Education and Secondary Science Teachers’
Understanding of the Water Cyle. Tesis. The Faculty of the Graduate School University
of Missouri.
Sukardi, H.M. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara
Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
26
Download