Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Analisis Kesulitan Pemahaman Siswa pada Materi Sifat Koligatif Larutan dengan Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic test di Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh Aida Auliyani, Latifah Hanum, Ibnu Khaldun Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding Author: [email protected] Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang analisis kesulitan pemahaman siswa pada materi sifat koligatif larutan dengan menggunakan tes diagnostik three-tier multiple choice. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh pada materi sifat koligatif larutan menggunakan three-tier multiple choice diagnostic test. ; 2) mengetahui kesulitan yang dialami siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh dalam memahami materi sifat koligatif larutan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh yang dipilih secara purposive sampling dengan jumlah siswa 27 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik three-tier multiple choice dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 14,81% siswa yang paham konsep, 33,94% siswa mengalami miskonsepsi, 45,06% siswa tidak paham konsep, dan 5,96% error. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru disebabkan oleh siswa yang kurang memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran ketika proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu, siswa juga tidak mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai, siswa tidak serius mempelajari konsep yang menjadi syarat untuk mempelajari konsep selanjutnya, banyak siswa belajar dengan cara menghafal, dan kurangnya latihan soal. Kata kunci: tes diagnostik, three-tier multiple choice, kesulitan pemahaman, sifat koligatif larutan Abstract The study about analysis of students’ difficult understanding on materials of colligative properties by using diagnostic test of three-tier multiple-choice have been conducted in class of XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh. The objectives of study were to 1) indicate students’ understanding of class XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh on materials of colligative properties by using diagnostic test of three-tier multiple-choice; 2) understand students’ difficulties of class XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh in order to comprehend materials of colligative properties. The study was implemented by using kind of descriptive study with a qualitative approach. Initially, 27 students of class XII IPA 2 in SMA Negeri 5 Banda Aceh were selected purposively which were 10 males and 17 females. Then, data were collected by using diagnostic test of three-tier multiple-choice and interview. The result of study represented that 14.81% of students were well understand the concept, 33.94% of students were misconception, 45.06% of students were wrong understand the concept and 5.96% of error. According to interview, it can be indicated that some factors which were affected difficulties of students’ understanding were lack of interest and attention during learning process. Besides that, the students have none of preparation before entered the class, the students were not studied seriously to the conceptual matter which was most important to improve other concepts, more of them were studied by memorize, and lack of exercise. 55 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Keywords: diagnostic test, three-tier multiple-choice, difficulty of understanding, colligative properties of solution. Pendahuluan Kimia adalah suatu ilmu logis yang dipenuhi gagasan dengan berbagai penerapan yang menarik di dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan benda yang ada didunia ini merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit (Chang, 2005). Ilmu kimia terdiri dari konsep yang bersifat abstrak dan kompleks sehingga untuk menguasainya diperlukan pemahaman yang bertahap dan mendalam. Hasil belajar yang rendah menunjukkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep kimia. Belajar kimia tidak cukup hanya dengan menyelesaikan soal-soal yang terdiri dari angka-angka tetapi juga mempelajari fakta, aturan-aturan, dan beberapa peristilahan kimia. Dalam ilmu kimia terdapat konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain sehingga dalam mempelajarinya dibutuhkan penguasaan konsep yang mendalam untuk dapat mempermudah memahaminya. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi dapat dilakukan dengan memberikan tes dan menelaah atau menganalisis jawaban siswa terhadap soal yang diberikan. Tes ini dapat dilakukan pada awal maupun akhir pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan mengidentifikasi bentuk kesulitan belajar yang terjadi pada siswa adalah melalui tes diagnostik. Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa pada materi tertentu. Dari hasil tes tersebut, maka guru dapat mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa. Pada umumnya, guru hanya memperoleh hasil pemahaman konsep siswa berdasarkan hasil ulangan atau hasil ujian dan bentuk alat ukur yang digunakan berupa soal pilihan ganda biasa (multiple choice konvensional) atau essay. Umumnya guru tidak menggunakan tes diagnostik untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dalam membuat instrumen yang lebih baik. Sebuah instrumen yang baik tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk merancangnya sehingga hasil yang diperoleh juga bagus. Ada beberapa cara untuk mengetahui kesulitan pemahaman konsep yang dialami siswa. Salah satunya dengan multiple choice diagnostic test. Multiple choice diagnostic test ini merupakan tes diagnostik dalam bentuk pilihan ganda. Menurut Chandrasegaran (2007) penggunaan item multiple choice diagnostic test yang mencakup tanggapan siswa terhadap konsep dan siswa juga diharuskan untuk memberikan alasan yang sesuai dengan jawaban yang mereka pilih. Soal tes diagnostik dengan pertanyaan pilihan ganda disebut tes tingkat pertama (multiple choice diagnostic test), apabila disertai alasan menjawab disebut tes tingkat kedua (two-tier multiple choice), jika keyakinan siswa dalam menjawab pada tingkat pertama dan kedua diminta maka disebut tes tingkat ketiga (three-tier multiple choice). Pada tes diagnostik three-tier multiple choice ini siswa diberikan satu paket soal dengan jawaban yang disertai alasan dan dilengkapi dengan skala tingkat keyakinan untuk mengukur tingkat keyakinan terhadap jawaban dan alasan yang dipilih untuk satu butir soal. Hanya saja alasan yang ada pada soal dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Jadi siswa tinggal memilih alasan yang sesuai dengan jawaban. Hasil penelitian Nur (2014) menunjukkan bahwa persentase kemampuan siswa SMA Negeri 1 Tapa dalam menyelesaikan soal persamaan reaksi dan perhitungan kimia pada konsep mol dengan menggunakan three-tier multiple choice diagnostic instrument, memiliki tingkat kemampuannya sangat rendah dan lebih banyak yang dikategorikan tidak paham konsep. Hasil penelitian Ekawati (2015) menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan pada siswa 56 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) kelas XI IPA SMA Muhamadiyah 2 Kota Tidore Kepulauan menggunakan tes three-tier multiple choice diagnostic yang mengukur 11 indikator. Instrumen tes ini dapat membedakan siswa yang sudah paham konsep, tidak paham konsep serta siswa yang mengalami miskonsepsi. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebanyak 63,13% siswa mengalami miskonsepsi. Hasil penelitian lainnya juga diungkapkan oleh Dindar dan Geban, (2011), penggunaan instrumen three-tier multiple choice dapat mengidentifikasi pemahaman konsep siswa dengan mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu. Selain itu, tes ini juga dapat membedakan antara peserta didik yang mengalami miskonsepsi dengan yang tidak paham konsep. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian jenis ini dapat digunakan untuk menentukan kesulitan pemahaman dan penyebab terjadinya kesulitan siswa dalam memahami materi sifat koligatif larutan. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (noneksperimen). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya kesulitan siswa dengan memaparkan hasil yang diperoleh dalam penelitian berupa gambaran data dan fenomena yang dialami subjek penelitian. Sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian ialah SMA Negeri 5 Banda Aceh tahun ajaran 2016/2017 kelas XII IPA 2 yang beralamat di Jalan Hamzah Fansuri Lingkar Kampus UIN Ar-Raniry, Darussalam Banda Aceh. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2016. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes diagnostik three-tier multiple choice dan wawancara. Tes diagnostik three-tier multiple choice merupakan soal pilihan ganda dengan jumlah pilihan sebanyak lima dilengkapi dengan alasan berupa pilihan ganda yang juga memiliki jumlah pilihan sebanyak lima dan dilengkapi dengan skala tingkat keyakinan. Soal yang digunakan sebagai instrumen tes diagnostik three-tier multiple choice ini terlebih dahulu dilakukan validasi kualitatif oleh tim ahli. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan soal yang sudah dibuat untuk diuji coba. Langkah-langkah yang digunakan dalam penyusunan instrumen penelitian ini yaitu menyusun kisi-kisi soal, menyusun butir-butir soal, membuat kunci jawaban, membuat alasan dari kunci jawaban dan membuat CRI (Confidence Rating Index). Sedangkan wawancara adalah proses tanya jawab antara yang mewawancarai (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) yang dilakukan secara sepihak. Wawancara ini dilakukan dengan cara bertatap muka langsung agar memperoleh jawaban dari orang yang diwawancarai. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan soal three-tier multiple choice diagnostic test dan wawancara. Tes three-tier multiple choice yang digunakan berjumlah 20 soal yang mencakup keempat sifat koligatif larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Soal tes yang digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi kualitatif oleh tim ahli. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan soal yang sudah dibuat untuk digunakan pada saat tes. Wawancara yang digunakan pada penelitian ini ditujukan kepada siswa yang mengalami kesulitan pemahaman pada materi sifat koligatif larutan. Wawancara ini berfungsi sebagai pelengkap serta untuk memperkuat data yang diperoleh melalui tes tertulis. Selain itu, wawancara juga dapat mengungkapkan hal-hal yang tidak terungkap dalam tes tertulis sehingga diperoleh gambaran tentang kesulitan yang dialami oleh siswa. 57 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Teknik Analisis Data Analisis Butir Soal Secara Kualitatif Analisis butir soal secara kualitatif dilakukan oleh dua orang validator ahli. Penelaahan butir soal secara kualitatif oleh validator ahli dilakukan dengan cara memberikan tanda centang (√) apabila soal-soal yang ditelaah sesuai kriteria atau beri tanda silang (X) apabila soal tidak sesuai kriteria. Analisis ini mencakup materi, konstruk dan bahasa yang bertujuan untuk mendapatkan butir soal yang baik dan bermutu. Validator juga diminta memberikan catatan perbaikan secara langsung apabila dirasa perlu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif serta interpretasi miskonsepsi data hasil tes pilihan ganda tiga tingkat. Data yang diperoleh melalui hasil tes pilihan ganda tingkat tiga dianalisis miskonsepsi yang terdapat pada jawaban-jawaban tersebut sehingga menghasilkan poin-poin miskonsepsi siswa pada materi sifat koligatif larutan. Setiap jawaban dari masing-masing soal ditentukan jawaban yang benar dan yang salah. Jawaban yang salah dianalisis miskonsepsinya kemudian dibuat poinpoin sehingga didapatkan miskonsepsi siswa secara keseluruhan pada materi sifat koligatif larutan. Analisis Kombinasi Jawaban pada Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Untuk menganalisis kombinasi jawaban pemahaman konsep siswa dalam penelitian ini peneliti mengadaptasi teknik menganalisis kombinasi jawaban yang digunakan oleh Kaltakci dan Nilufer (2007). Kombinasi jawaban untuk menganalisis pemahaman konsep siswa terangkum dalam Tabel 1. Tabel 1. Analisis Kombinasi Jawaban pada One-tier, Two-tier, dan Three-tier. Analisis Kategori Tipe Jawaban Tingkat Soal Paham konsep Jawaban benar + alasan benar + yakin Jawaban benar + alasan benar + tidak yakin Jawaban salah + alasan benar + tidak yakin Tidak paham konsep Jawaban benar + alasan salah + tidak yakin Three-tier Jawaban salah + alasan salah + tidak yakin Error Jawaban salah + alasan benar + yakin Jawaban benar + alasan salah + yakin Miskonsepsi Jawaban salah + alasan salah + yakin (Sumber: Kaltakci dan Nilufer, 2007). Berdasarkan Tabel 1 opsi tingkat keyakinan yang digunakan dalam three-tier multiple choice hanya dua yaitu yakin dan tidak yakin. Akan tetapi dalam penelitian ini menggunakan Confidence Rating Index (CRI). CRI merupakan skala tingkat keyakinan siswa dalam menjawab setiap pertanyaan. Untuk skala CRI yang digunakan pada penelitian ini adalah skala 4 (1-4) yang merupakan modifikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan, dkk., (1999): Tabel 2. Skala Tingkat Keyakinan (Confedence Rating Index) dan Kriterianya. CRI Kriteria 1 Menebak (guessing) 2 Kurang yakin (uncertain) 3 Yakin (confident) 4 Sangat Yakin (very confidence) (Sumber: Hasan, dkk., 1999) 58 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Apabila skala tingkat keyakinannya 1 menandakan siswa tidak paham konsep terhadap pertanyaan yang disajikan atau jawaban yang dipilih memiliki unsur penebakan. Sedangkan jika skala tingkat keyakinannya 4 menandakan bahwa siswa tersebut memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan tidak ada unsur penebakan sama sekali. Jika tingkat keyakinannya rendah (CRI 1-2) maka dapat diketahui bahwa ada unsur penebakan dalam menjawab pertanyaan tersebut. Teknik analisis kombinasi jawaban untuk menganalisis kesulitan pemahaman siswa dalam penelitian ini merupakan gabungan dari teknik analisis pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang dirangkum dalam Tabel 3. Tabel 3. Analisis Kombinasi Jawaban pada Tes Diagnostik Three-tier Multiple Choice. Tipe Jawaban Kategori Tingkat Satu Tingkat Dua Tingkat Tiga Paham Konsep Benar Benar CRI >2,5 Benar Benar CRI ≤2,5 Benar Salah CRI ≤2,5 Tidak paham konsep Salah Benar CRI ≤2,5 Salah Salah CRI ≤2,5 Error Salah Benar CRI >2,5 Benar Salah CRI >2,5 Miskonsepsi Salah Salah CRI >2,5 (Sumber: Kaltakci dan Nilufer, 2007). Menurut Sudijono (2009), setiap kemungkinan jawaban siswa tersebut selanjutnya dihitung dalam bentuk persentase untuk mengetahui persentase siswa pada masing-masing kategori paham, tidak paham, error, dan miskonsepsi dalam setiap konsep dengan menggunakan rumus: 𝑓 P = x 100% 𝑁 Keterangan: P = persentase (% kelompok) f = frekuensi (jumlah) pada setiap kelompok N = jumlah seluruh siswa Selanjutnya pendeskripsian (Sudijono, 2009), yaitu: data tingkat pemahaman konsep siswa menurut Tabel 4. Pendeskripsian Data Tingkat Pemahaman Konsep. Persentase(%) Kriteria Tingkat Pemahaman 80-100 Baik Sekali 66-79 Baik 56-65 Cukup 46-55 Kurang ≤45 Gagal (Sumber: Sudijono, 2009). Kriteria tingkat kesulitan pemahaman siswa dapat dilihat pada Tabel 5. Kriteria ini digunakan untuk menentukan kesulitan pemahaman siswa dalam memahami materi sifat koligatif larutan. Tabel 5. Kriteria Tingkat Kesulitan Pemahaman Siswa 59 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Persentase Kesulitan (%) 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 (Sumber: Buchori, dkk., 2013) Kriteria Kesulitan Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini digunakan suatu bentuk tes diagnostik three-tier multiple choice dengan tujuan untuk dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi sifat koligatif larutan dan melihat penyebab kesulitan siswa memahami suatu materi melalui wawancara. Soal tes three-tier multiple choice ini diberikan kepada siswa setelah selesai mempelajari materi tersebut. Sebelum menjawab soal tersebut, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tatacara pengisian jawaban pada tes tersebut dan menanyakan kembali siswa yang belum mengerti tentang cara menjawab soal tes tersebut. Peneliti juga menjelaskan kepada siswa sekilas tentang pengertian tes diagnostik dan perbedaan soal tes ini dengan soal-soal lainnya yang pernah dijawab oleh siswa biasanya. Peneliti menyampaikan bahwa soal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa sudah memahami materi sifat kolgatif larutan yang sudah dipelajari sebelumnya. Berdasarkan hasil jawaban siswa nantinya dianalisis jumlah siswa yang sudah paham konsep, tidak paham konsep, yang mengalami miskonsepsi dan yang error sesuai dengan kriteria. Hasil analisis nantinya akan digunakan untuk menghitung besarnya tingkat pemahaman siswa pada materi sifat koligatif larutan. Hasil Analisis Kombinasi Jawaban Siswa pada Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Hasil penelitian menggunakan tes diagnostik three-tier multiple choice dianalisis untuk mengetahui persentase tingkat pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis jawaban siswa dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman yang dimiliki siswa pada materi sifat koligatif larutan pada masingmasing indikator soal yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Siswa dikatakan paham konsep terhadap materi sifat koligatif larutan apabila siswa menjawab soal dengan benar pada tingkat pertama serta tingkat kedua dan siswa tersebut yakin terhadap jawaban pada kedua tingkat soal tersebut atau skala Confidence Rating Index (CRI) yang dipilih siswa lebih dari 2,5 (CRI>2,5). Dari hasil analisis diketahui bahwa tingkat pemahaman konsep untuk tiap soal berbedabeda. Rata-rata yang diperoleh sebanyak 25,37% siswa yang sudah memahami konsep, 38,70% mengalami miskonsepsi, 4,63% error dan sebanyak 31,30% siswa tidak paham konsep. Persentase keseluruhan untuk siswa yang sudah paham konsep sangat rendah maka tingkat pemahaman tersebut dikategorikan gagal berdasarkan Tabel 4 tentang kriteria tingkat pemahaman siswa karena nilainya berada di bawah 45-30%. Tabel 6. Perbandingan Persentase Siswa yang Paham Konsep, Tidak Paham Konsep, Error dan Miskonsepsi PERSENTASE CRI Jumlah Soal PK MIS ER TPK Rata-rata 25,37 38,70 4,63 31,30 60 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Penurunan Tekanan Uap Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep penurunan tekanan uap adalah soal nomor 1 (Tabel 7). Pada konsep ini, soal yang disajikan dalam bentuk data percobaan. Sebanyak 33,33% siswa tidak paham konsep mengenai penentuan penurunan tekanan uap jenuh berdasarkan data percobaan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep ini dapat dilihat dari jawaban siswa yang masih banyak tidak bisa menentukan penyebab penurunan tekanan uap berdasarkan data percobaan sehingga dari hal tersebut menyebabkan siswa salah dalam menjawab soal dan menyebabkan miskonsepsi. Tabel 7. Data Percobaan Penurunan Tekanan Uap Zat Terlarut Fraksi Mol Zat Terlarut (Air Murni) Glikol Glikol Urea Urea 0,01 0,02 0,01 0,02 Tekanan Uap Jenuh Larutan 17,54 17,36 17,18 17,36 17,18 mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg Penurunan Tekanan Uap Jenuh 0,18 mmHg 0,36 mmHg 0,18 mmHg 0,36 mmHg Dari data diatas, penurunan tekanan uap jenuh ditentukan oleh . . . . A. Jenis zat terlarut B. Jenis pelarut C. Fraksi mol zat terlarut D. Tekanan uap jenuh larutan E. Tekanan uap pelarut Sebanyak 7 dari 27 siswa yang paham konsep yaitu menjawab benar untuk soal tingkat 1, tingkat 2 yang merupakan alasan dari soal pada tingkat pertama, dan tingkat keyakinannya dalam kategori yakin dan sangat yakin. Banyak siswa yang beranggapan bahwa penurunan tekanan uap ditentukan oleh tekanan uap jenuh larutan dan jenis zat yang terlarut sehingga menyebabkan miskonsepsi. Konsep yang benar menurut (Syukri, 1999) mengemukakan bahwa penurunan tekanan uap berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Kenaikan Titik Didih Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep kenaikan titik didih yaitu tentang penentuan massa zat yang diperlukan agar larutan dapat mendidih pada suhu tertentu. Pada konsep ini, soal yang disajikan dalam bentuk perhitungan. Sebanyak 44,44% siswa tidak paham mengenai perhitungan tersebut. Adanya keterkaitan konsep sehingga siswa kebingungan dalam menjawab soal. Siswa tidak paham dalam menjawab soal karena hanya mengingat rumus dasarnya sehingga ketika yang diketahui dari soal berbeda siswa menjadi kebingungan yang menyebabkan miskonsepsi. Dari alasan soal dapat diketahui petunjuk untuk menjawab soal pada tingkatan pertama jika siswa paham terhadap konsep tersebut. Penurunan Titik Beku Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep penurunan titik beku yaitu tentang penentuan massa zat yang diperlukan agar larutan dapat mendidih pada suhu tertentu. Sebanyak 48,10% siswa tidak paham mengenai konsep tersebut sehingga hasil pemahaman konsep yang diperoleh sangat rendah. Pemahaman siswa gagal pada konsep diagram P-T penurunan titik beku disebabkan karena siswa tidak memahami konsep penafsiran diagram P-T. Kesulitan pemahaman siswa dikategorikan sangat tinggi. Tekanan Osmotik Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep tekanan osmotik adalah soal nomor 16. Pada konsep ini, soal yang disajikan dalam bentuk perhitungan yaitu tentang penentuan massa molekul zat X jika tekanan osmotik diketahui. Sebanyak 33,33% siswa tidak paham 61 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) mengenai perhitungan tersebut. Siswa kebingungan ketika menemukan soal yang hanya diketahui tentang massa zat, volume, dan tekanan osmotik. Siswa beranggapan bahwa yang diketahui soal tidak berkaitan dengan konsentrasi untuk menentukan massa molekul zat. Setiap soal yang diketahuinya berbeda siswa merasa kebingungan untuk menjawabnya karena siswa hanya menghafal rumus sehingga kesulitan dalam memahami maksud soal. Penyebab Kesulitan Pemahaman Siswa Akan tetapi untuk mengetahui apakah siswa benar-benar sudah memahami konsep pada materi tersebut maka dapat dilihat dari konsisten atau tidaknya terhadap pilihan jawaban benar yang diberikan pada soal yang memiliki konseptual yang sama atau soal yang memiliki indikator yang sama. Rata-rata persentase siswa yang sudah paham konsep yaitu 14,81% yang dilihat dari kekonsistenan siswa dalam menjawab soal. Sebanyak 45,06% siswa tidak paham konsep, 33,94% siswa mengalami miskonsepsi dan sisanya 5,96% error. Hasil yang diperoleh berdasarkan tes mendorong peneliti melakukan metode lanjutan yaitu wawancara untuk mengetahui penyebab siswa tersebut mengalami kesulitan pemahaman materi sehingga menyebabkan hasil belajar yang rendah. Wawancara ini dilakukan kepada beberapa siswa yang telah ditentukan berdasarkan kriteria nilai yang diperoleh pada tes sebelumnya. Jumlah siswa yang diwawancarai adalah 5 orang siswa yang mewakili dari siswa yang mengalami kesulitan pemahaman. Wawancara ini dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui tes tertulis dengan tujuan untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa pada setiap konsep dalam materi sifat koligatif larutan. Wawancara dilakukan setelah tes Three-Tier Multiple Choice. Wawancara dilakukan pada saat jam istirahat siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, umumnya siswa menyukai pelajaran kimia. Namun, masih terdapat siswa yang tidak paham mengenai materi sifat koligatif larutan dan merasa kebingungan sehingga kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan guru apalagi jika soalnya berbeda dari contoh yang pernah diberikan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh siswa yang kurang mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum menerima suatu materi maka hal ini akan memberi pengaruh yang besar terhadap pemahaman siswa. Siswa akan sangat mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru apabila siswa tersebut sudah mempersiapkan diri dirumah dengan baik, baik dari segi pikiran maupun psikologis. Sebaliknya, siswa akan sulit menerima apapun yang diajarkan oleh guru apabila siswa tersebut tidak memiliki persiapan untuk belajar. Hal ini dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan pemahaman dan memungkinkan terjadinya miskonsepsi terhadap materi yang diterimanya. Selain itu, konsep-konsep penting yang menjadi syarat untuk mempelajari konsep selanjutnya harus dikuasai dan dipahami oleh siswa. Untuk mempelajari materi sifat koligatif larutan, konsep-konsep dasar yang merupakan syarat adalah konsep fraksi mol, larutan elektrolit dan nonelektrolit, konsep mol serta konsep perhitungan kimia. Diantara empat submateri dari sifat koligatif larutan yaitu penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik, siswa mengalami kesulitan pada submateri penurunan tekanan uap. Siswa merasa kesulitan dalam menghitung baik itu tekanan uap maupun penurunan tekanan uap yang disebabkan oleh kurang memahami penentuan fraksi mol pelarut dan fraksi mol zat terlarut. Pada setiap materi, tentunya ada beberapa konsep yang harus dijelaskan atau dibahas lebih mendalam. Ketika pembelajaran berlangsung, guru sering mengajukan pertanyaan tentang pemahaman siswa, beberapa siswa mengaku sudah paham, namun pada saat dilakukan tes tentang materi yang sudah dipelajari atau ketika mempelajari konsep selanjutnya, banyak siswa yang mengeluh kesulitan dan bahkan ada diantara siswa tersebut mengatakan lupa dengan konsep yang telah dipelajarinya. Suatu konsep harus dipelajari dan dipahami secara mendalam, tidak cukup dengan menghafal saja karena antara materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. 62 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Apabila suatu konsep dapat dipahami dengan baik maka konsep tersebut akan melekat dan tidak akan mudah hilang atau lupa. Hasil belajar yang diperoleh dengan cara menghafal tanpa memahaminya dengan baik maka hanya akan bersifat sementara dan memberi dampak yang tidak baik pada penguasaan konsep sehingga menyebabkan terjadinya kesulitan pemahaman pada saat mempelajari materi selanjutnya serta kesulitan dalam menyelesaikan berbagai macam bentuk soal. Waktu pelajaran disekolah yang tidak cukup mengakibatkan latihan soal-soal disekolah dijadikan sebagai pekerjaan rumah. Pada saat seperti inilah, waktu luang yang dimiliki siswa dirumah tidak dimanfaatkan dengan baik untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa sering memberikan alasan bahwa tugas atau pekerjaan rumah yang mereka dapat tidak hanya pelajaran kimia, terkadang hampir semua pelajaran setiap harinya diberikan tugas sehingga waktu yang dimiliki tidak cukup. Solusi dari siswa itu sendiri adalah mencontek yaitu menyelesaikan tugas tersebut dengan cara melihat punya teman yang sudah selesai. Siswa tidak memiliki inisiatif untuk belajar kelompok atau bertanya hal-hal yang tidak dipahaminya kepada teman yang lebih paham. Hal ini menyebabkan pengalaman belajar siswa menjadi berkurang karena siswa yang mengalami kesulitan pemahaman tidak mau berusaha belajar dan hanya berharap contekan dari temannya yang sudah memahami. Selain itu, ketika ditanyakan mengenai penyebabnya lainnya, siswa tersebut menjawab bahwa kesulitan memahami suatu materi disebabkan oleh dirinya sendiri dan pengaruh dari teman sekitarnya yang membuat konsentrasinya menjadi terganggu. Hal ini membuat perhatian siswa terhadap materi yang sedang disampaikan oleh guru menjadi terganggu. Gangguan konsentrasi yang dialami disebabkan oleh faktor eksternal yaitu keributan teman lainnya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) Rata-rata persentase siswa yang sudah paham konsep yaitu 14,81% yang dilihat dari kekonsistenan siswa dalam menjawab soal. Sebanyak 45,06% siswa tidak paham konsep, 33,94% siswa mengalami miskonsepsi dan sisanya 5,96% error. 2) Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi sifat koligatif larutan antara lain: (a) siswa yang kurang memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran ketika proses belajar mengajar berlangsung, (b) Siswa juga tidak mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai, (c) Siswa tidak serius mempelajari konsep yang menjadi syarat untuk mempelajari konsep selanjutnya, (d) Banyak siswa belajar dengan cara menghafal, dan (e) kurangnya latihan soal. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1) Penulis menyarankan agar three-tier multiple choice diagnostic test ini dapat digunakan sebagai tes untuk menganalisis kesulitan pemahaman siswa. 2) Three-tier multiple choice diagnostic test dapat digunakan untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa pada materi kimia yang lain. Referensi Buchori, M.L., Ida, B.Y., dan Fauziatul, F. 2013. Identifikasi Tingkat, Jenis, dan faktor-faktor Penyebab Kesulitan Siswa MA Negeri Wlingi dalam Memahami Materi Indikator dan pH Larutan Asam-Basa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. 63 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64) Chandrasegaran, A.L., Davit, F.T., dan Mauro, M. 2007. The Development of a Two-tier Multiple Choice Diagnostic Instrument of Evaluating Secondary School Student Ability to Describe and Explain Chemical Reaction Using Multiple Level of Representation. The Royal Society of Chemistry, 293-307. Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1 (Terjemahan Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung) dari General Chemistry: The essential Concepts (2003). Jakarta: Erlangga. Dindar, A.C dan Geban, O.2011. Development Of a Three-Tier Test to Asses High School Students Understanding Of Acids and Bases, procedia Social and behavioral Science 15: 600-604. Ekawati, I.H. 2015. Identifikasi Pemahaman Konsep Siswa Terhadap Materi Kesetimbangan Kimia Menggunakan Instrumen Tes Three-tier Multiple Choice Diagnostic. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Hasan, I., Diola, B., dan Ella, L.K. 1999. Misconceptions and the Certainry of Response Index. Physics education. 34(5): 294-299. Kaltakci, D dan Nilufer, D. 2007. Identifikasi of Pre-Service Phisics Teacher’s Misconceptions on Gravity Concept: A study with a 3 Tier Misconcetion Test. Sixth Internasional Conference of The Balkan Physical Union: American Institute of Physics. Nur, Dian. 2014. Identifikasi Kemampuan siswa Menyelesaikan Soal Persamaan Reaksi dan Perhitungan Kimia Mnggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostik Instrument. Skripsi. Jurusan pendidikan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo. Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB. 64