Analisis Kesulitan Pemahaman Siswa pada Materi Sifat Koligatif

advertisement
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Analisis Kesulitan Pemahaman Siswa pada Materi Sifat Koligatif
Larutan dengan Menggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostic
test di Kelas XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh
Aida Auliyani, Latifah Hanum, Ibnu Khaldun
Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
*Corresponding Author: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang analisis kesulitan pemahaman siswa pada materi sifat
koligatif larutan dengan menggunakan tes diagnostik three-tier multiple choice. Penelitian
ini bertujuan untuk 1) mengetahui pemahaman siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda
Aceh pada materi sifat koligatif larutan menggunakan three-tier multiple choice diagnostic
test. ; 2) mengetahui kesulitan yang dialami siswa kelas XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda
Aceh dalam memahami materi sifat koligatif larutan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XII IPA 2 SMA
Negeri 5 Banda Aceh yang dipilih secara purposive sampling dengan jumlah siswa 27 orang
yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Teknik Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik three-tier multiple choice dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 14,81% siswa yang paham konsep, 33,94% siswa
mengalami miskonsepsi, 45,06% siswa tidak paham konsep, dan 5,96% error. Berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang disampaikan guru disebabkan oleh siswa yang kurang
memperhatikan guru saat menjelaskan pelajaran ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Selain itu, siswa juga tidak mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum
pelajaran dimulai, siswa tidak serius mempelajari konsep yang menjadi syarat untuk
mempelajari konsep selanjutnya, banyak siswa belajar dengan cara menghafal, dan
kurangnya latihan soal.
Kata kunci: tes diagnostik, three-tier multiple choice, kesulitan pemahaman, sifat koligatif
larutan
Abstract
The study about analysis of students’ difficult understanding on materials of colligative
properties by using diagnostic test of three-tier multiple-choice have been conducted in
class of XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh. The objectives of study were to 1) indicate
students’ understanding of class XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh on materials of
colligative properties by using diagnostic test of three-tier multiple-choice; 2) understand
students’ difficulties of class XII IPA 2 SMA Negeri 5 Banda Aceh in order to comprehend
materials of colligative properties. The study was implemented by using kind of descriptive
study with a qualitative approach. Initially, 27 students of class XII IPA 2 in SMA Negeri 5
Banda Aceh were selected purposively which were 10 males and 17 females. Then, data
were collected by using diagnostic test of three-tier multiple-choice and interview. The
result of study represented that 14.81% of students were well understand the concept,
33.94% of students were misconception, 45.06% of students were wrong understand the
concept and 5.96% of error. According to interview, it can be indicated that some factors
which were affected difficulties of students’ understanding were lack of interest and
attention during learning process. Besides that, the students have none of preparation
before entered the class, the students were not studied seriously to the conceptual matter
which was most important to improve other concepts, more of them were studied by
memorize, and lack of exercise.
55
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Keywords: diagnostic test, three-tier multiple-choice, difficulty of understanding, colligative
properties of solution.
Pendahuluan
Kimia adalah suatu ilmu logis yang dipenuhi gagasan dengan berbagai penerapan yang
menarik di dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan benda yang ada didunia ini
merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit (Chang, 2005). Ilmu kimia
terdiri dari konsep yang bersifat abstrak dan kompleks sehingga untuk menguasainya
diperlukan pemahaman yang bertahap dan mendalam. Hasil belajar yang rendah
menunjukkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep kimia. Belajar kimia tidak
cukup hanya dengan menyelesaikan soal-soal yang terdiri dari angka-angka tetapi juga
mempelajari fakta, aturan-aturan, dan beberapa peristilahan kimia. Dalam ilmu kimia
terdapat konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain sehingga dalam
mempelajarinya dibutuhkan penguasaan konsep yang mendalam untuk dapat
mempermudah memahaminya.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi dapat dilakukan dengan
memberikan tes dan menelaah atau menganalisis jawaban siswa terhadap soal yang
diberikan. Tes ini dapat dilakukan pada awal maupun akhir pembelajaran. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan mengidentifikasi bentuk
kesulitan belajar yang terjadi pada siswa adalah melalui tes diagnostik. Tes diagnostik
merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa pada materi
tertentu. Dari hasil tes tersebut, maka guru dapat mencari solusi yang tepat untuk
mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa.
Pada umumnya, guru hanya memperoleh hasil pemahaman konsep siswa berdasarkan hasil
ulangan atau hasil ujian dan bentuk alat ukur yang digunakan berupa soal pilihan ganda
biasa (multiple choice konvensional) atau essay. Umumnya guru tidak menggunakan tes
diagnostik untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan waktu dalam membuat instrumen yang lebih baik. Sebuah instrumen yang
baik tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk merancangnya sehingga hasil
yang diperoleh juga bagus.
Ada beberapa cara untuk mengetahui kesulitan pemahaman konsep yang dialami siswa.
Salah satunya dengan multiple choice diagnostic test. Multiple choice diagnostic test ini
merupakan tes diagnostik dalam bentuk pilihan ganda. Menurut Chandrasegaran (2007)
penggunaan item multiple choice diagnostic test yang mencakup tanggapan siswa terhadap
konsep dan siswa juga diharuskan untuk memberikan alasan yang sesuai dengan jawaban
yang mereka pilih. Soal tes diagnostik dengan pertanyaan pilihan ganda disebut tes tingkat
pertama (multiple choice diagnostic test), apabila disertai alasan menjawab disebut tes
tingkat kedua (two-tier multiple choice), jika keyakinan siswa dalam menjawab pada tingkat
pertama dan kedua diminta maka disebut tes tingkat ketiga (three-tier multiple choice).
Pada tes diagnostik three-tier multiple choice ini siswa diberikan satu paket soal dengan
jawaban yang disertai alasan dan dilengkapi dengan skala tingkat keyakinan untuk
mengukur tingkat keyakinan terhadap jawaban dan alasan yang dipilih untuk satu butir
soal. Hanya saja alasan yang ada pada soal dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Jadi siswa
tinggal memilih alasan yang sesuai dengan jawaban.
Hasil penelitian Nur (2014) menunjukkan bahwa persentase kemampuan siswa SMA Negeri
1 Tapa dalam menyelesaikan soal persamaan reaksi dan perhitungan kimia pada konsep
mol dengan menggunakan three-tier multiple choice diagnostic instrument, memiliki tingkat
kemampuannya sangat rendah dan lebih banyak yang dikategorikan tidak paham konsep.
Hasil penelitian Ekawati (2015) menunjukkan bahwa penelitian ini dilakukan pada siswa
56
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
kelas XI IPA SMA Muhamadiyah 2 Kota Tidore Kepulauan menggunakan tes three-tier
multiple choice diagnostic yang mengukur 11 indikator. Instrumen tes ini dapat
membedakan siswa yang sudah paham konsep, tidak paham konsep serta siswa yang
mengalami miskonsepsi. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebanyak
63,13% siswa mengalami miskonsepsi. Hasil penelitian lainnya juga diungkapkan oleh
Dindar dan Geban, (2011), penggunaan instrumen three-tier multiple choice dapat
mengidentifikasi pemahaman konsep siswa dengan mudah dan tidak membutuhkan banyak
waktu. Selain itu, tes ini juga dapat membedakan antara peserta didik yang mengalami
miskonsepsi dengan yang tidak paham konsep.
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian
jenis ini dapat digunakan untuk menentukan kesulitan pemahaman dan penyebab
terjadinya kesulitan siswa dalam memahami materi sifat koligatif larutan. Adapun jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (noneksperimen). Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya kesulitan siswa dengan memaparkan
hasil yang diperoleh dalam penelitian berupa gambaran data dan fenomena yang dialami
subjek penelitian. Sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian ialah SMA Negeri 5 Banda
Aceh tahun ajaran 2016/2017 kelas XII IPA 2 yang beralamat di Jalan Hamzah Fansuri
Lingkar Kampus UIN Ar-Raniry, Darussalam Banda Aceh. Penelitian ini telah dilaksanakan
pada bulan Agustus sampai Desember 2016.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes diagnostik three-tier multiple choice dan
wawancara. Tes diagnostik three-tier multiple choice merupakan soal pilihan ganda dengan
jumlah pilihan sebanyak lima dilengkapi dengan alasan berupa pilihan ganda yang juga
memiliki jumlah pilihan sebanyak lima dan dilengkapi dengan skala tingkat keyakinan. Soal
yang digunakan sebagai instrumen tes diagnostik three-tier multiple choice ini terlebih
dahulu dilakukan validasi kualitatif oleh tim ahli. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui
kelayakan soal yang sudah dibuat untuk diuji coba. Langkah-langkah yang digunakan dalam
penyusunan instrumen penelitian ini yaitu menyusun kisi-kisi soal, menyusun butir-butir
soal, membuat kunci jawaban, membuat alasan dari kunci jawaban dan membuat CRI
(Confidence Rating Index). Sedangkan wawancara adalah proses tanya jawab antara yang
mewawancarai (interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) yang dilakukan
secara sepihak. Wawancara ini dilakukan dengan cara bertatap muka langsung agar
memperoleh jawaban dari orang yang diwawancarai.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan soal three-tier multiple choice diagnostic test dan
wawancara. Tes three-tier multiple choice yang digunakan berjumlah 20 soal yang
mencakup keempat sifat koligatif larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Soal tes yang digunakan terlebih dahulu
dilakukan validasi kualitatif oleh tim ahli. Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan
soal yang sudah dibuat untuk digunakan pada saat tes. Wawancara yang digunakan pada
penelitian ini ditujukan kepada siswa yang mengalami kesulitan pemahaman pada materi
sifat koligatif larutan. Wawancara ini berfungsi sebagai pelengkap serta untuk memperkuat
data yang diperoleh melalui tes tertulis. Selain itu, wawancara juga dapat mengungkapkan
hal-hal yang tidak terungkap dalam tes tertulis sehingga diperoleh gambaran tentang
kesulitan yang dialami oleh siswa.
57
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Teknik Analisis Data
Analisis Butir Soal Secara Kualitatif
Analisis butir soal secara kualitatif dilakukan oleh dua orang validator ahli. Penelaahan butir
soal secara kualitatif oleh validator ahli dilakukan dengan cara memberikan tanda centang
(√) apabila soal-soal yang ditelaah sesuai kriteria atau beri tanda silang (X) apabila soal
tidak sesuai kriteria. Analisis ini mencakup materi, konstruk dan bahasa yang bertujuan
untuk mendapatkan butir soal yang baik dan bermutu. Validator juga diminta memberikan
catatan perbaikan secara langsung apabila dirasa perlu.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif serta
interpretasi miskonsepsi data hasil tes pilihan ganda tiga tingkat. Data yang diperoleh
melalui hasil tes pilihan ganda tingkat tiga dianalisis miskonsepsi yang terdapat pada
jawaban-jawaban tersebut sehingga menghasilkan poin-poin miskonsepsi siswa pada materi
sifat koligatif larutan. Setiap jawaban dari masing-masing soal ditentukan jawaban yang
benar dan yang salah. Jawaban yang salah dianalisis miskonsepsinya kemudian dibuat poinpoin sehingga didapatkan miskonsepsi siswa secara keseluruhan pada materi sifat koligatif
larutan.
Analisis Kombinasi Jawaban pada Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice
Untuk menganalisis kombinasi jawaban pemahaman konsep siswa dalam penelitian ini
peneliti mengadaptasi teknik menganalisis kombinasi jawaban yang digunakan oleh Kaltakci
dan Nilufer (2007). Kombinasi jawaban untuk menganalisis pemahaman konsep siswa
terangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Kombinasi Jawaban pada One-tier, Two-tier, dan Three-tier.
Analisis
Kategori
Tipe Jawaban
Tingkat Soal
Paham konsep
Jawaban benar + alasan benar + yakin
Jawaban benar + alasan benar + tidak yakin
Jawaban salah + alasan benar + tidak yakin
Tidak paham konsep
Jawaban benar + alasan salah + tidak yakin
Three-tier
Jawaban salah + alasan salah + tidak yakin
Error
Jawaban salah + alasan benar + yakin
Jawaban benar + alasan salah + yakin
Miskonsepsi
Jawaban salah + alasan salah + yakin
(Sumber: Kaltakci dan Nilufer, 2007).
Berdasarkan Tabel 1 opsi tingkat keyakinan yang digunakan dalam three-tier multiple
choice hanya dua yaitu yakin dan tidak yakin. Akan tetapi dalam penelitian ini
menggunakan Confidence Rating Index (CRI). CRI merupakan skala tingkat keyakinan
siswa dalam menjawab setiap pertanyaan. Untuk skala CRI yang digunakan pada penelitian
ini adalah skala 4 (1-4) yang merupakan modifikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh
Hasan, dkk., (1999):
Tabel 2. Skala Tingkat Keyakinan (Confedence Rating Index) dan Kriterianya.
CRI
Kriteria
1
Menebak (guessing)
2
Kurang yakin (uncertain)
3
Yakin (confident)
4
Sangat Yakin (very confidence)
(Sumber: Hasan, dkk., 1999)
58
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Apabila skala tingkat keyakinannya 1 menandakan siswa tidak paham konsep terhadap
pertanyaan yang disajikan atau jawaban yang dipilih memiliki unsur penebakan. Sedangkan
jika skala tingkat keyakinannya 4 menandakan bahwa siswa tersebut memiliki kepercayaan
diri yang tinggi dan tidak ada unsur penebakan sama sekali. Jika tingkat keyakinannya
rendah (CRI 1-2) maka dapat diketahui bahwa ada unsur penebakan dalam menjawab
pertanyaan tersebut.
Teknik analisis kombinasi jawaban untuk menganalisis kesulitan pemahaman siswa dalam
penelitian ini merupakan gabungan dari teknik analisis pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang
dirangkum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Analisis Kombinasi Jawaban pada Tes Diagnostik Three-tier Multiple Choice.
Tipe Jawaban
Kategori
Tingkat Satu
Tingkat Dua
Tingkat Tiga
Paham Konsep
Benar
Benar
CRI >2,5
Benar
Benar
CRI ≤2,5
Benar
Salah
CRI ≤2,5
Tidak paham konsep
Salah
Benar
CRI ≤2,5
Salah
Salah
CRI ≤2,5
Error
Salah
Benar
CRI >2,5
Benar
Salah
CRI >2,5
Miskonsepsi
Salah
Salah
CRI >2,5
(Sumber: Kaltakci dan Nilufer, 2007).
Menurut Sudijono (2009), setiap kemungkinan jawaban siswa tersebut selanjutnya dihitung
dalam bentuk persentase untuk mengetahui persentase siswa pada masing-masing kategori
paham, tidak paham, error, dan miskonsepsi dalam setiap konsep dengan menggunakan
rumus:
𝑓
P = x 100%
𝑁
Keterangan:
P
= persentase (% kelompok)
f
= frekuensi (jumlah) pada setiap kelompok
N
= jumlah seluruh siswa
Selanjutnya pendeskripsian
(Sudijono, 2009), yaitu:
data
tingkat
pemahaman
konsep
siswa
menurut
Tabel 4. Pendeskripsian Data Tingkat Pemahaman Konsep.
Persentase(%)
Kriteria Tingkat Pemahaman
80-100
Baik Sekali
66-79
Baik
56-65
Cukup
46-55
Kurang
≤45
Gagal
(Sumber: Sudijono, 2009).
Kriteria tingkat kesulitan pemahaman siswa dapat dilihat pada Tabel 5. Kriteria ini
digunakan untuk menentukan kesulitan pemahaman siswa dalam memahami materi sifat
koligatif larutan.
Tabel 5. Kriteria Tingkat Kesulitan Pemahaman Siswa
59
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Persentase Kesulitan (%)
0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
(Sumber: Buchori, dkk., 2013)
Kriteria Kesulitan
Sangat Rendah
Rendah
Cukup Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini digunakan suatu bentuk tes diagnostik three-tier multiple choice dengan
tujuan untuk dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi sifat koligatif
larutan dan melihat penyebab kesulitan siswa memahami suatu materi melalui wawancara.
Soal tes three-tier multiple choice ini diberikan kepada siswa setelah selesai mempelajari
materi tersebut. Sebelum menjawab soal tersebut, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
tatacara pengisian jawaban pada tes tersebut dan menanyakan kembali siswa yang belum
mengerti tentang cara menjawab soal tes tersebut.
Peneliti juga menjelaskan kepada siswa sekilas tentang pengertian tes diagnostik dan
perbedaan soal tes ini dengan soal-soal lainnya yang pernah dijawab oleh siswa biasanya.
Peneliti menyampaikan bahwa soal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa
sudah memahami materi sifat kolgatif larutan yang sudah dipelajari sebelumnya.
Berdasarkan hasil jawaban siswa nantinya dianalisis jumlah siswa yang sudah paham
konsep, tidak paham konsep, yang mengalami miskonsepsi dan yang error sesuai dengan
kriteria. Hasil analisis nantinya akan digunakan untuk menghitung besarnya tingkat
pemahaman siswa pada materi sifat koligatif larutan.
Hasil Analisis Kombinasi Jawaban Siswa pada Tes Diagnostik Three-Tier Multiple
Choice
Hasil penelitian menggunakan tes diagnostik three-tier multiple choice dianalisis untuk
mengetahui persentase tingkat pemahaman konsep siswa terhadap suatu materi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis jawaban siswa dapat diketahui bahwa
tingkat pemahaman yang dimiliki siswa pada materi sifat koligatif larutan pada masingmasing indikator soal yang diberikan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Siswa
dikatakan paham konsep terhadap materi sifat koligatif larutan apabila siswa menjawab soal
dengan benar pada tingkat pertama serta tingkat kedua dan siswa tersebut yakin terhadap
jawaban pada kedua tingkat soal tersebut atau skala Confidence Rating Index (CRI) yang
dipilih siswa lebih dari 2,5 (CRI>2,5).
Dari hasil analisis diketahui bahwa tingkat pemahaman konsep untuk tiap soal berbedabeda. Rata-rata yang diperoleh sebanyak 25,37% siswa yang sudah memahami konsep,
38,70% mengalami miskonsepsi, 4,63% error dan sebanyak 31,30% siswa tidak paham
konsep. Persentase keseluruhan untuk siswa yang sudah paham konsep sangat rendah
maka tingkat pemahaman tersebut dikategorikan gagal berdasarkan Tabel 4 tentang
kriteria tingkat pemahaman siswa karena nilainya berada di bawah 45-30%.
Tabel 6. Perbandingan Persentase Siswa yang Paham Konsep, Tidak Paham Konsep, Error
dan Miskonsepsi
PERSENTASE CRI
Jumlah
Soal
PK
MIS
ER
TPK
Rata-rata
25,37
38,70
4,63
31,30
60
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Penurunan Tekanan Uap
Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep penurunan tekanan uap adalah soal nomor
1 (Tabel 7). Pada konsep ini, soal yang disajikan dalam bentuk data percobaan. Sebanyak
33,33% siswa tidak paham konsep mengenai penentuan penurunan tekanan uap jenuh
berdasarkan data percobaan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep ini dapat
dilihat dari jawaban siswa yang masih banyak tidak bisa menentukan penyebab penurunan
tekanan uap berdasarkan data percobaan sehingga dari hal tersebut menyebabkan siswa
salah dalam menjawab soal dan menyebabkan miskonsepsi.
Tabel 7. Data Percobaan Penurunan Tekanan Uap
Zat Terlarut
Fraksi Mol
Zat Terlarut
(Air Murni)
Glikol
Glikol
Urea
Urea
0,01
0,02
0,01
0,02
Tekanan Uap
Jenuh Larutan
17,54
17,36
17,18
17,36
17,18
mmHg
mmHg
mmHg
mmHg
mmHg
Penurunan
Tekanan Uap
Jenuh
0,18 mmHg
0,36 mmHg
0,18 mmHg
0,36 mmHg
Dari data diatas, penurunan tekanan uap jenuh ditentukan oleh . . . .
A. Jenis zat terlarut
B. Jenis pelarut
C. Fraksi mol zat terlarut
D. Tekanan uap jenuh larutan
E. Tekanan uap pelarut
Sebanyak 7 dari 27 siswa yang paham konsep yaitu menjawab benar untuk soal tingkat 1,
tingkat 2 yang merupakan alasan dari soal pada tingkat pertama, dan tingkat keyakinannya
dalam kategori yakin dan sangat yakin. Banyak siswa yang beranggapan bahwa penurunan
tekanan uap ditentukan oleh tekanan uap jenuh larutan dan jenis zat yang terlarut sehingga
menyebabkan miskonsepsi. Konsep yang benar menurut (Syukri, 1999) mengemukakan
bahwa penurunan tekanan uap berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
Kenaikan Titik Didih
Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep kenaikan titik didih yaitu tentang
penentuan massa zat yang diperlukan agar larutan dapat mendidih pada suhu tertentu.
Pada konsep ini, soal yang disajikan dalam bentuk perhitungan. Sebanyak 44,44% siswa
tidak paham mengenai perhitungan tersebut. Adanya keterkaitan konsep sehingga siswa
kebingungan dalam menjawab soal. Siswa tidak paham dalam menjawab soal karena hanya
mengingat rumus dasarnya sehingga ketika yang diketahui dari soal berbeda siswa menjadi
kebingungan yang menyebabkan miskonsepsi. Dari alasan soal dapat diketahui petunjuk
untuk menjawab soal pada tingkatan pertama jika siswa paham terhadap konsep tersebut.
Penurunan Titik Beku
Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep penurunan titik beku yaitu tentang
penentuan massa zat yang diperlukan agar larutan dapat mendidih pada suhu tertentu.
Sebanyak 48,10% siswa tidak paham mengenai konsep tersebut sehingga hasil
pemahaman konsep yang diperoleh sangat rendah. Pemahaman siswa gagal pada konsep
diagram P-T penurunan titik beku disebabkan karena siswa tidak memahami konsep
penafsiran diagram P-T. Kesulitan pemahaman siswa dikategorikan sangat tinggi.
Tekanan Osmotik
Satu pertanyaan yang berkaitan dengan konsep tekanan osmotik adalah soal nomor 16.
Pada konsep ini, soal yang disajikan dalam bentuk perhitungan yaitu tentang penentuan
massa molekul zat X jika tekanan osmotik diketahui. Sebanyak 33,33% siswa tidak paham
61
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
mengenai perhitungan tersebut. Siswa kebingungan ketika menemukan soal yang hanya
diketahui tentang massa zat, volume, dan tekanan osmotik. Siswa beranggapan bahwa
yang diketahui soal tidak berkaitan dengan konsentrasi untuk menentukan massa molekul
zat. Setiap soal yang diketahuinya berbeda siswa merasa kebingungan untuk menjawabnya
karena siswa hanya menghafal rumus sehingga kesulitan dalam memahami maksud soal.
Penyebab Kesulitan Pemahaman Siswa
Akan tetapi untuk mengetahui apakah siswa benar-benar sudah memahami konsep pada
materi tersebut maka dapat dilihat dari konsisten atau tidaknya terhadap pilihan jawaban
benar yang diberikan pada soal yang memiliki konseptual yang sama atau soal yang
memiliki indikator yang sama. Rata-rata persentase siswa yang sudah paham konsep yaitu
14,81% yang dilihat dari kekonsistenan siswa dalam menjawab soal. Sebanyak 45,06%
siswa tidak paham konsep, 33,94% siswa mengalami miskonsepsi dan sisanya 5,96% error.
Hasil yang diperoleh berdasarkan tes mendorong peneliti melakukan metode lanjutan yaitu
wawancara untuk mengetahui penyebab siswa tersebut mengalami kesulitan pemahaman
materi sehingga menyebabkan hasil belajar yang rendah. Wawancara ini dilakukan kepada
beberapa siswa yang telah ditentukan berdasarkan kriteria nilai yang diperoleh pada tes
sebelumnya. Jumlah siswa yang diwawancarai adalah 5 orang siswa yang mewakili dari
siswa yang mengalami kesulitan pemahaman. Wawancara ini dilakukan untuk memperkuat
data yang diperoleh melalui tes tertulis dengan tujuan untuk mengetahui penyebab
kesulitan siswa pada setiap konsep dalam materi sifat koligatif larutan.
Wawancara dilakukan setelah tes Three-Tier Multiple Choice. Wawancara dilakukan pada
saat jam istirahat siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, umumnya
siswa menyukai pelajaran kimia. Namun, masih terdapat siswa yang tidak paham mengenai
materi sifat koligatif larutan dan merasa kebingungan sehingga kesulitan dalam
mengerjakan soal yang diberikan guru apalagi jika soalnya berbeda dari contoh yang
pernah diberikan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh siswa yang kurang mempersiapkan
diri terlebih dahulu sebelum menerima suatu materi maka hal ini akan memberi pengaruh
yang besar terhadap pemahaman siswa. Siswa akan sangat mudah menerima materi yang
disampaikan oleh guru apabila siswa tersebut sudah mempersiapkan diri dirumah dengan
baik, baik dari segi pikiran maupun psikologis. Sebaliknya, siswa akan sulit menerima
apapun yang diajarkan oleh guru apabila siswa tersebut tidak memiliki persiapan untuk
belajar. Hal ini dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan pemahaman dan
memungkinkan terjadinya miskonsepsi terhadap materi yang diterimanya.
Selain itu, konsep-konsep penting yang menjadi syarat untuk mempelajari konsep
selanjutnya harus dikuasai dan dipahami oleh siswa. Untuk mempelajari materi sifat
koligatif larutan, konsep-konsep dasar yang merupakan syarat adalah konsep fraksi mol,
larutan elektrolit dan nonelektrolit, konsep mol serta konsep perhitungan kimia. Diantara
empat submateri dari sifat koligatif larutan yaitu penurunan tekanan uap, penurunan titik
beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik, siswa mengalami kesulitan pada submateri
penurunan tekanan uap. Siswa merasa kesulitan dalam menghitung baik itu tekanan uap
maupun penurunan tekanan uap yang disebabkan oleh kurang memahami penentuan fraksi
mol pelarut dan fraksi mol zat terlarut. Pada setiap materi, tentunya ada beberapa konsep
yang harus dijelaskan atau dibahas lebih mendalam. Ketika pembelajaran berlangsung,
guru sering mengajukan pertanyaan tentang pemahaman siswa, beberapa siswa mengaku
sudah paham, namun pada saat dilakukan tes tentang materi yang sudah dipelajari atau
ketika mempelajari konsep selanjutnya, banyak siswa yang mengeluh kesulitan dan bahkan
ada diantara siswa tersebut mengatakan lupa dengan konsep yang telah dipelajarinya.
Suatu konsep harus dipelajari dan dipahami secara mendalam, tidak cukup dengan
menghafal saja karena antara materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
62
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Apabila suatu konsep dapat dipahami dengan baik maka konsep tersebut akan melekat dan
tidak akan mudah hilang atau lupa. Hasil belajar yang diperoleh dengan cara menghafal
tanpa memahaminya dengan baik maka hanya akan bersifat sementara dan memberi
dampak yang tidak baik pada penguasaan konsep sehingga menyebabkan terjadinya
kesulitan pemahaman pada saat mempelajari materi selanjutnya serta kesulitan dalam
menyelesaikan berbagai macam bentuk soal.
Waktu pelajaran disekolah yang tidak cukup mengakibatkan latihan soal-soal disekolah
dijadikan sebagai pekerjaan rumah. Pada saat seperti inilah, waktu luang yang dimiliki
siswa dirumah tidak dimanfaatkan dengan baik untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan
tugas yang diberikan oleh guru. Siswa sering memberikan alasan bahwa tugas atau
pekerjaan rumah yang mereka dapat tidak hanya pelajaran kimia, terkadang hampir semua
pelajaran setiap harinya diberikan tugas sehingga waktu yang dimiliki tidak cukup. Solusi
dari siswa itu sendiri adalah mencontek yaitu menyelesaikan tugas tersebut dengan cara
melihat punya teman yang sudah selesai. Siswa tidak memiliki inisiatif untuk belajar
kelompok atau bertanya hal-hal yang tidak dipahaminya kepada teman yang lebih paham.
Hal ini menyebabkan pengalaman belajar siswa menjadi berkurang karena siswa yang
mengalami kesulitan pemahaman tidak mau berusaha belajar dan hanya berharap contekan
dari temannya yang sudah memahami.
Selain itu, ketika ditanyakan mengenai penyebabnya lainnya, siswa tersebut menjawab
bahwa kesulitan memahami suatu materi disebabkan oleh dirinya sendiri dan pengaruh dari
teman sekitarnya yang membuat konsentrasinya menjadi terganggu. Hal ini membuat
perhatian siswa terhadap materi yang sedang disampaikan oleh guru menjadi terganggu.
Gangguan konsentrasi yang dialami disebabkan oleh faktor eksternal yaitu keributan teman
lainnya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Rata-rata persentase siswa yang sudah paham konsep yaitu 14,81% yang dilihat dari
kekonsistenan siswa dalam menjawab soal. Sebanyak 45,06% siswa tidak paham
konsep, 33,94% siswa mengalami miskonsepsi dan sisanya 5,96% error.
2) Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
sifat koligatif larutan antara lain: (a) siswa yang kurang memperhatikan guru saat
menjelaskan pelajaran ketika proses belajar mengajar berlangsung, (b) Siswa juga
tidak mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai, (c) Siswa tidak
serius mempelajari konsep yang menjadi syarat untuk mempelajari konsep selanjutnya,
(d) Banyak siswa belajar dengan cara menghafal, dan (e) kurangnya latihan soal.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran-saran
sebagai berikut:
1) Penulis menyarankan agar three-tier multiple choice diagnostic test ini dapat digunakan
sebagai tes untuk menganalisis kesulitan pemahaman siswa.
2) Three-tier multiple choice diagnostic test dapat digunakan untuk menganalisis tingkat
pemahaman siswa pada materi kimia yang lain.
Referensi
Buchori, M.L., Ida, B.Y., dan Fauziatul, F. 2013. Identifikasi Tingkat, Jenis, dan faktor-faktor
Penyebab Kesulitan Siswa MA Negeri Wlingi dalam Memahami Materi Indikator dan pH
Larutan Asam-Basa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Malang.
63
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2. No.1 (55-64)
Chandrasegaran, A.L., Davit, F.T., dan Mauro, M. 2007. The Development of a Two-tier
Multiple Choice Diagnostic Instrument of Evaluating Secondary School Student Ability
to Describe and Explain Chemical Reaction Using Multiple Level of Representation. The
Royal Society of Chemistry, 293-307.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1 (Terjemahan
Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung) dari General Chemistry: The essential
Concepts (2003). Jakarta: Erlangga.
Dindar, A.C dan Geban, O.2011. Development Of a Three-Tier Test to Asses High School
Students Understanding Of Acids and Bases, procedia Social and behavioral Science
15: 600-604.
Ekawati, I.H. 2015. Identifikasi Pemahaman Konsep Siswa Terhadap Materi Kesetimbangan
Kimia Menggunakan Instrumen Tes Three-tier Multiple Choice Diagnostic. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo.
Hasan, I., Diola, B., dan Ella, L.K. 1999. Misconceptions and the Certainry of Response
Index. Physics education. 34(5): 294-299.
Kaltakci, D dan Nilufer, D. 2007. Identifikasi of Pre-Service Phisics Teacher’s Misconceptions
on Gravity Concept: A study with a 3 Tier Misconcetion Test. Sixth Internasional
Conference of The Balkan Physical Union: American Institute of Physics.
Nur, Dian. 2014. Identifikasi Kemampuan siswa Menyelesaikan Soal Persamaan Reaksi dan
Perhitungan Kimia Mnggunakan Three-Tier Multiple Choice Diagnostik Instrument.
Skripsi. Jurusan pendidikan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo.
Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 2. Bandung: ITB.
64
Download