hubungan partisipasi petani pada program

advertisement
HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT
(Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten
Jepara)
TRI NUGROHO WICAKSONO
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL PENELITIAN DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian berjudul “Hubungan
Partisipasi Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
terhadap Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk,
Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara)” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir proposal penelitian ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Tri Nugroho Wicaksono
NIM. I34120064
iv
v
ABSTRAK
TRI NUGROHO WICAKSONO Hubungan Partisipasi Petani pada Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Taraf Hidup Masyarakat
(Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara). Dibawah
bimbingan IVANOVICH AGUSTA
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dari Kementerian
Pertanian memiliki tujuan memberi solusi keterbatasan modal khususnya petani
kecil. Pelaksanaan program ini membutuhkan modal sosial kepercayaan, jaringan
sosial, dan norma untuk mendorong pelaksanaan program dan meningkatkan
partisipasi petani. Partisipasi dilihat dari setiap tahap pelaksanaan program yang
diduga memiliki kontribusi pada perkembangan program. Perkembangan tersebut
secara konsisten akan menghasilkan perubahan taraf hidup masyarakat yang dapat
dilihat dari perubahan keadaan fisik dan fasilitas rumah tangga, pendapatan,
pengeluaran, dan tabungan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
didukung kualitatif dengan instrumen kuesioner dan panduan wawancara
mendalam. Pengolahan data menggunakan uji korelasi SPSS Rank Spearman untuk
melihat hubungan modal sosial dengan partisipasi petani pada Program PUAP, serta
hubungannya dengan perubahan taraf hidup masyarakat.
Kata Kunci: Modal sosial, tingkat partisipasi, PUAP, taraf hidup
ABSTRACT
TRI NUGROHO WICAKSONO The Relations of Farmers Participation in Rural
Agribusiness Development Program to Community Living Standards (Case
Farmers Beneficiaries of Rural Agribusiness Development Program (RADP) in
Ngetuk Village, Nalumsari Subdistrict, Jepara Regency). Supervised by
IVANOVICH AGUSTA
Rural Agribusiness Development Program (PUAP) of the Ministry of Agriculture
has the goal to provide solutions lack of capital, especially small farmers.
Implementation of this program requires a social capital of trust, social networks
and norms to encourage the implementation of the program and increase
participation of farmers. Participation views from every stage of the
implementation of the program which is thought to have contributed to the
development of the program. Such a development will consistently produce a
change in people's life that can be seen from the changes in the physical state and
household facilities, income, expenses, and savings. This research is a quantitative
Research (using questionnaire) which supported by qualitative data (using indepth
interview). The data processing was carried out using SPSS Rank Spearman
correlation test to examine the relations of social capital with the participation of
farmers in RADP Program, as well as its relation with changes of standard of living
Keywords: Social capital, the level of participation, RADP, the standard of living
vi
vii
HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN
TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT
(Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten
Jepara)
TRI NUGROHO WICAKSONO
I34120064
Proposal Skripsi
sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497)
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
viii
ix
Judul Proposal Penelitian : Hubungan Partisipasi Petani pada Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap
Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari,
Kabupaten Jepara)
Nama
: Tri Nugroho Wicaksono
NIM
: I34120064
Disetujui oleh
Dr Ivanovich Agusta SP, MSi
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan : _________
x
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,
yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat
bagi penulis sehingga Studi Pustaka dengan judul “Hubungan Partisipasi Petani
pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Taraf
Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari,
Kabupaten Jepara) “ dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti.
Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW,
keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir.
Proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapangan
dan skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ivanovich Agusta SP,
MSi sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian laporan proposal skripsi ini. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Heru Wicaksono dan Ibu
Marni Al-Mesiyem orang tua tercinta, kakak dan adik tersayang serta semua
keluarga yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk
penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat terdekat
dan keluarga The Kons, UKM MAX!!, Up To Date, dan Pengurus HIMASIERA
2015 serta Divisi Broadcasting yang selalu memberikan dukungan dan semangat
layaknya keluarga. Dan juga ucapan terimakasih untuk temen-temen seperjuangan
SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan selama ini serta semua pihak yang telah
memberikan dukungan sehingga terselesaikannya proposal skripsi ini. Semoga
laporan proposal skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2016
Tri Nugroho Wicaksono
NIM. I3412064
xii
xiii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Masalah Penelitian .............................................................................................. 2
Tujuan .................................................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 4
PENDEKATAN TEORITIS ................................................................................... 5
Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 5
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ...................... 5
Modal Sosial .................................................................................................... 7
Partisipasi ......................................................................................................... 9
Taraf Hidup .................................................................................................... 12
Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 13
Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 14
PENDEKATAN LAPANG................................................................................... 15
Metode Penelitian .............................................................................................. 15
Lokasi dan Waktu .............................................................................................. 15
Teknik Penentuan Responden dan Informan ..................................................... 16
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 16
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 17
Definisi Operasional .......................................................................................... 17
Tingkat Modal sosial ..................................................................................... 17
Tingkat Partisipasi Masyarakat ...................................................................... 18
Tingkat Taraf Hidup Masyarakat ................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
LAMPIRAN .......................................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 44
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 14
Gambar 2. Lokasi Penelitian ................................................................................. 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rencana Jadwal Penelitian tahun 2016 ................................................... 15
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data ............................................. 17
Tabel 3. Definisi operasional tingkat modal sosial ............................................... 18
Tabel 4. Definisi operasional tingkat pasrtisipasi masyarakat .............................. 19
Tabel 5. Definisi operasional tingkat taraf hidup masyarakat............................... 20
Tabel 6. Dummy Tables......................................................................................... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Wilayah ..................................................................................... 27
Lampiran 2. Kerangka Sampling .......................................................................... 29
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 30
Lampiran 4. Panduan Pertanyaan .......................................................................... 39
Lampiran 5. Format Catatan Harian...................................................................... 40
Lampiran 6. Outline Skripsi .................................................................................. 42
xvi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam penyerapan tenaga
kerja sekaligus sumber pendapatan penting bagi masyarakat Indonesia. Bidang
tersebut mampu menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar pendapatan
Negara. Selain itu sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang sedang
dikembangkan oleh pemerintah karena sebagian besar masyarakat Indonesia
bekerja di sektor pertanian. Data Badan Pusat Statistik tahun 2015 menyebutkan
jumlah angkatan kerja nasional yang bekerja di bidang pertanian sebesar 32,88
persen jauh lebih besar dibanding dengan penyerapan tenaga kerja pada bidang lain.
Sementara jika ditambah dengan jumlah usaha sektor pertanian baik primer maupun
turunan mampu menyerap lebih dari 50 persen total penyerapan lapangan kerja di
Indonesia (BPS, 2009). Sektor yang menjadi arus utama tenaga kerja nasional ini
tidak terlepas dari berbagai masalah. Masalah tersebut terutama terkait dengan
sektor pertanian primer yang pada umumnya berpusat di perdesaan. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2
juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata
pencaharian utama di sektor pertanian dan 80 persen berada pada skala usaha mikro
yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar (Kementan, 2008). Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan pada tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia karena masih banyak petani yang memiliki skala usaha
rendah.
Skala usaha yang rendah pada masyarakat desa rata-rata terjadi karena
berbagai persoalan seperti pengetahuan, modal, dan produktivitas. Seperti yang
dijelaskan oleh Kementerian Pertanian (2008) terkait masalah rendahnya usaha
masyarakat desa dikarenakan kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar
dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Modal merupakan hal
mendasar bagi suatu usaha dapat memproduksi kembali barangnya. Rata-rata
dengan tingkat kemiskinan yang tinggi di perdesaan, masyarakat cukup sulit untuk
memperoleh tambahan modal dikarenakan jaringan sosial maupun sistem bank
yang masih sulit dijangkau. Selain itu kurangnya pengetahuan menyebabkan
masyarakat kurang mampu menerapkan teknologi sederhana dari bantuan
pemerintah. Serupa dengan pendapat Hakim dalam Prihartono (2009) yang
menyebutkan masalah umum petani perdesaan adalah sulitnya dalam mengadopsi
teknologi sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian,
keterbatasan petani dalam akses informasi harga pertanian, keterbatasan
sumberdaya manusia, dan masalah keterbatasan modal. Masalah keterbatasan
modal ini menjadi salah satu penyebab dari masalah lain seperti terbatasnya
kapasitas dan teknologi produksi, terbatasnya upaya perawatan tanaman,
terbatasnya jumlah bibit unggul, dan kepemilikan lahan yang relatif kecil.
Sesuai pada tujuan mengatasi masalah-masalah tersebut dan meningkatkan
produktivitas pertanian, maka pemerintah mencanangkan Program Pembangunan
Pertanian. Realisasi Program Jangka Menengah Kementerian Pertanian (20052009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan salah satunya ditempuh
melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat
kelembagaan pertanian di perdesaan. Atas dasar program tersebut pemerintah telah
mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (Kementan,
2
2008). Salah satunya adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat.
Melalui tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.
PUAP difokuskan untuk mempercepat pengembangan usaha ekonomi produktif
yang diusahakan para petani di perdesaan. Guna mencapai tujuan tersebut, maka
dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang
melibatkan unsur partisipasi masyarakat, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,
hingga pemantauan dan evaluasi (Kementan, 2010).
Unit pelaksana dari program PUAP ini adalah Gapoktan di setiap desa.
Gapoktan merupakan kelembagaan tani yang akan mengelola dan menyalurkan
penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota dengan didampingi oleh Tenaga
Pendamping PUAP (Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani). Seperti pada tujuan PNPM
Mandiri program ini juga mensyaratkan partisipasi aktif, kesadaran kritis, dan
kemandirian masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam lembaga gapoktan menjadi
sangat penting dalam mencapai keberhasilan program tersebut. Melalui partisipasi
masyarakat miskin mampu menumbuhkan kesadaran kritis untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri. Seperti yang dikutip dari Wibawa (2013) bahwa
modal sosial adalah hubungan yang aktif di antara manusia, rasa percaya, saling
pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku mampu memfasilitasi pencarian solusi
dari permasalahan yang dihadapi serta memungkinkan adanya kerja sama.
Sehingga modal sosial diharapkan mampu memfasilitasi perkembangan suatu
program secara partisipastif untuk mengatasi permasalahan masyarakat.
Hasil Evaluasi pelaksanaan PUAP selama 3 tahun menunjukan bahwa dana
PUAP tahun 2008-2009 yang diterima Gapoktan sebesar Rp 100 juta telah
bertumbuh dan meningkat sebesar 5-30 % (Kementan, 2010). Sementara jika
dilihat pada beberapa kasus di berbagai daerah, program PUAP sebagian besar
mampu membawa pengaruh positif terhadap usaha agribisnis dan pendapatan
anggota Gapoktan, sedangkan pada beberapa kasus lain program mengalami
kendala seperti kemacetan pembayaran dan dana pinjaman tidak kembali, serta
rendahnya produktivitas gapoktan. Hal ini dikarenakan belum terwujudnya syarat
keberlangsungan program PUAP yaitu partisipasi sehingga partisipasi dirasa sangat
dibutuhkan di setiap tahap program pembangunan. Selain itu untuk memfasilitasi
partisipasi masyarakat dalam suatu program pembanguan, masyarakat desa
biasanya memiliki ciri-ciri kepemilikan modal sosial dan jaringan yang tinggi untuk
mendorong kerjasama dalam suatu program. Mengacu dengan adanya modal sosial
dan partisipasi dari masyarakat sesuai dengan syarat program pembangunan,
diharapkan program PUAP ini mampu memberdayakan masyarakat serta memberi
pengaruh peningkatan taraf hidup masyarakat yang berkelanjutan melalui
perkembangan modal usaha. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengetahui
bagaimana hubungan peran modal sosial dengan partisipasi petani pada
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) terhadap
tingkat taraf hidup masyarakat?
Masalah Penelitian
Modal sosial mengacu pada apa yang dibawa atau dimiliki masyarakat
dalam membantu menjalani suatu organisasi sosial. Modal sosial merupakan suatu
sistem hasil dari organisasi sosial dan ekonomi seperti pandangan umum (world-
3
view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran
ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompokkelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi
yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga
memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan (Colleta dan Cullen, 2000 dalam Nasdian, 2014). Hasil dari modal
sosial berupa tindakan kolektif dalam pembangunan ini akan memberi dampak pada
kelancaran dan kemudahan suatu program pembangunan seperti PUAP. Namun
beberapa stakeholder maupun pengelola program masih ada yang lebih
mengutamkan modal fisik dan manusia daripada modal sosial. Padahal modal sosial
ini akan mampu memberi pengaruh langsung dan tidak langsung pada pelaksanaan
program melalui tindakan kolektif dan nantinya akan menumbuhkan partisipasi
masyarakat Oleh karena itu, menjadi penting dalam penelitian ini untuk
mengidentifikasi bagaimana hubungan modal sosial terhadap partisipasi
petani dalam program PUAP?
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang
dicanangkan Kementerian Pertanian memiliki tujuan utama untuk mengurangi
tingkat kemiskinan dan pengangguran, PUAP difokuskan untuk mempercepat
pengembangan usaha ekonomi produktif yang diusahakan para petani di perdesaan.
Seperti pada tujuan PNPM Mandiri, PUAP juga mensyaratkan partisipasi aktif,
kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat dalam pelaksanaan program ini di
masyarakat (Kementan, 2010). Partisipasi anggota gapoktan dalam mengelola
PUAP jika dilakukan secara terorganisir dan terkoordinir akan mampu
mengantarkan pada perkembangan program PUAP salah satunya yaitu peningkatan
pendapatan anggota dan jika berkelanjutan akan memberi dampak pada taraf hidup
masyarakat. Sehingga perlu diidentifikasi bagaiamana hubungan partisipasi
petani pada program PUAP terhadap tingkat taraf hidup masyarakat?
Selanjutnya setelah hubungan modal sosial dengan partisipasi diketahui,
serta hubungan partisipasi dengan taraf hidup juga diketahui. Peneliti ingin
menganalisis secara berkesinambungan antara hubungan modal sosial dengan
partisipasi yang diduga mampu mendorong perkembangan usaha agribisnis,
berkembangnya gapoktan yang dikelola petani, dan berkembangnya pelaku usaha
agribisnis perdesaan sehingga menyebabkan perubahan taraf hidup masyarakat.
Maka perlu diketahui bagaimana hubungan modal sosial dengan partisipasi
petani pada Program PUAP terhadap tingkat taraf hidup masyarakat?
Tujuan
1. Menganalisis hubungan modal sosial terhadap partisipasi petani dalam program
PUAP.
2. Menganalisis hubungan partisipasi petani pada program PUAP terhadap tingkat
taraf hidup masyarakat.
3. Menganalisis hubungan modal sosial dengan partisipasi petani pada Program
PUAP terhadap tingkat taraf hidup masyarakat.
4
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa mamfaat antara lain :
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan
mengenai hubungan modal sosial dengan partisipasi pada program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP terhadap taraf hidup
masyarakat, terutama hubungan modal sosial dengan partisipasi dalam
mengembangkan program pembangunan.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya anggota
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk memperoleh pengetahuan akan
pentingnya modal sosial dan partisipasi pada program PUAP sehingga
masyarakat mampu meningkatkan taraf hidup mereka.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan
khususnya bagi tim pengelola PUAP Pusat hingga Daerah dalam menentukan
kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan PUAP agar mampu memberi
peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya anggota gapoktan.
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disingkat
PUAP adalah program bantuan langsung masyarakat sebagai impelmentasi dari
program utama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Kegiatan ini
dirancang untuk meningkatkan keberhasilan melalui penyaluran dana BLM PUAP
kepada Gapoktan dalam mengembangkan Usaha Produktif petani untuk
mendukung swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Bantuan
modal tersebut diberikan untuk menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai
dengan potensi pertanian desa sasaran (Pedum, 2015). Kegiatan PUAP memiliki
bentuk yaitu pemberian fasilitas modal kepada Gapoktan, yang selanjutnya akan
dikoordinir mereka dan disalurkan kepada petani anggota, baik petani pemilik,
petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani sebagai bantuan modal
dalam kegiatan usaha pertanian. (Proposal Evaluasi PUAP, 2010).
Secara umum Program PUAP bertujuan untuk: (1) Mengurangi kemiskinan
dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha
agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) Meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani (PMT); (3) Memberdayakan kelembagaan petani
dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; dan (4)
Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Selanjutnya sasaran
program PUAP yang hendak dicapai adalah: (1) Berkembangnya usaha agribisnis
di desa terutama desa miskin sesuai dengan potensi pertanian desa; (2)
Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk menjadi
kelembagaan ekonomi; (3) Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin,
petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4)
Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha.
Program PUAP memiliki Indikator keberhasilan yang terbagi kedalam
keberhasilan output, outcome, serta benefit dan impact yang nantinya akan menjadi
tolak ukur keberhasilan dan perkembangan program PUAP tersebut. Indikator
keberhasilan output tersebut antara lain: (1) Tersalurkannya dana Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) PUAP 2015 kepada petani, buruh tani dan rumah
tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha
produktif pertanian; dan (2) Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan
kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh dan PMT.
Selanjutnya pada indikator keberhasilan outcome antara lain: (1) Meningkatnya
kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha
untuk petani anggota baik petani pemilik penggarap, petani penggarap, buruh tani
maupun rumah tangga tani; (2) Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah
tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; dan (3) Meningkatnya
aktivitas kegiatan usaha agribisnis (hulu, budidaya dan hilir) di perdesaan.
Sementara indikator benefit dan Impact yang ingin dicapai program ini antara lain:
(1) Berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan; (2) Berfungsinya Gapoktan
sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh
6
petani; dan (3) Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan
(Pedum, 2015).
Selanjutnya untuk menentukan peserta program atau Gapoktan dari
berbagai desa, Kementerian Pertanian atau Tim PUAP Pusat telah menentukan
terlebih dahulu kriteria Gapoktan yang layak untuk menerima bantuan. Keriteria
tersebut telah diambil dan disepakati secara formal dan tertulis dalam pedoman
umum PUAP dari tahun ke tahun. Kriteria Gapoktan penerima bantuan modal usaha
PUAP yaitu : a) Memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengelola usaha
agribisnis; b) Mempunyai kepengurusan yang aktif dan dikelola oleh petani; dan c)
Pengurus Gapoktan adalah petani dan bukan Kepala Desa/Lurah dan Sekretaris
Desa/Lurah atau yang setingkat dengan jabatan tersebut. Pada setiap desa calon
lokasi PUAP, akan ditetapkan 1 (satu) Gapoktan penerima Dana BLM PUAP
Tahun 2015 (Juknis, 2015).
Program pengembangan masyarakat yang diinisiasi pemerintah pada
dasarnya membutuhkan pastisipasi anggota untuk mencapai keberhasilan setiap
program tersebut. Sama halnya seperti pelaksanaan PUAP, program ini juga
melibatkan peran aktif anggota melalui musyawarah/rapat anggota sebagai forum
tertinggi dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang diputuskan pada
musyawarah/ rapat anggota yaitu memilih dan memberhentikan pengurus,
penambahan anggota, pengesahan rencana usaha Gapoktan terkait dengan
penyaluran dana BLM PUAP, penetapan unit usaha otonom, evaluasi
pengembangan pengelolaan unit usaha Gapoktan, penyusunan dan perubahan RUB,
tahapan penyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP. (Juknis BLM PUAP,
2015). Jika dilihat dari pedomam umun program PUAP, pelaksanaan kegiatan
PUAP ini memiliki tahapan atau prosedur baik dari perencanaan, menikmasti hasil,
hungga evaluasi. Tahapan pelaksaan program PUAP tersebut meliputi: 1.
Identifikasi dan verifikasi usulan Desa calon lokasi serta Gapoktan calon penerima
dana BLM PUAP 2015; 2. Verifikasi, pemberkasan, dan penetapan Desa/Gapoktan
penerima dana BLM PUAP 2015; 3. Pelatihan bagi fasilitator (Penyuluh dan PMT)
serta pembekalan pengetahuan tentang PUAP bagi pengurus Gapoktan; 4.
Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT; 5. Sosialisasi dan koordinasi kegiatan PUAP;
6. Pendampingan; 7. Penyaluran BLM PUAP 2015; 8. Pembinaan dan
Pengendalian; 9. Pengawasan; dan 10. Evaluasi dan pelaporan (Pedum, 2015).
Hasil penelitian dari beberapa daerah yang sudah dapat diketahui
perkembangan PUAP menunjukkan bahwa pelaksanaan Program PUAP mampu
memberi manfaat peningkatan pendapatan petani dan di daerah lain ada yang tidak
memberi peningkatan pendapatan. Pada Penelitian di Desa Kuta Jeumpa,
Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya hasilnya menunjukan Program
PUAP ini sangat memberi pengaruh positif terhadap masyarakat khususnya petani.
Baik itu dalam bidang permodalan, sikap petani terhadap penggunaan teknologi,
dan juga peningkatan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan sebesar 16 persen
membuat program ini berhasil dalam meningkatkan total pendapatan masyarakat
penerima program yaitu para petani menjadi lebih berinovasi dalam berusaha tani
dalam hal pemilihan benih yang lebih berkualitas dan perawatan yang lebih baik
dari sebelumnya. Selain itu Penyuluh Pertanian berpengaruh penting dalam hal
menyampaikan informasi tentang Program PUAP, yang diantaranya pemberian
pinjaman bantuan modal, informasi tentang teknologi, pupuk, dan sebagainya.
Perkembangan PUAP di desa Kuta Jeumpa masih dalam bentuk Gapoktan dan
7
belum menjadi LKM (Lembaga Keuangan Mikro) dikarenakan PUAP ini sebagai
program baru dan masih butuh proses untuk menjadi LKM (Siregar et. al., 2013)
Modal Sosial
Disadari atau tidak modal sosial sudah ada dan melekat pada setiap
masyarakat melalui hubungan-hubungan sosial. Modal ini sangat berbeda dengan
modal lain karena modal ini tidak berwujud nyata dan tampak namun bisa kita
identifikasi keberadaannya dalam masyarakat. Seperti yang dijelaskan alfitri (2011)
modal sosial adalah kemampuan membangun jaringan dan kerjasama antar
masyarakat dalam bentuk norma resiprositas dan jaringan keterlibatan antar warga
yang bermanfaat terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan kemandirian
masyarakat lokal. Berbeda dengan modal lain seperti modal ekonomi dan modal
manusia, modal sosial lebih memperlihatkan hubungan dan potensi pada kelompok
dengan perhatian ruang jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama
yang lahir yang dari kehidupan berkelompok. Sementara modal manusia lebih
menekankan pada sesuatu yang merujuk pada individual seperti daya dan keahlian
yang dimiliki individu. Begitu pula modal fisik yang lebih menekankan pada
keuangan, asset, serta barang-barang terlihat lain yang dapat digunakan sebagai
modal (alfitri, 2011).
Bank Dunia (1999) dalam Alfitri (2011) menjelaskan bahwa modal sosial
merupakan sesuatu yang merujuk pada dimensi institusional, hubungan yang
tercipta dan norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam
masyarakat. Pada awalnya memang modal sosial diidentifikasi pada suatu institusi
ataupun dalam kelembagaan formal sebagai sesuatu yang mampu merekatkan dan
menambah kerjasama mereka namun seiring perkembangan menurut Putnam,
Coleman, dan Fukuyama modal sosial dapat dikembangkan dalam bentuk norma
informal yang dimiliki bersama antar anggiota masyarakat dalam melakukan
kerjasama. Berdasarkan kategorinya Cox (1995) dalam Alfitri (2011) menjelaskan
modal sosial sebagai rangka hubungan manusia dibentuk dari komponen yaitu
kepercayaan (trust), norma (norms), dan jaringan (networks) yang memungkinkan
efektivitas dan efisiensi kerjasama didalamnya. Selanjutnya untuk setiap komponen
diatas akan dijelaskan lebih rinci menurut Alfitri sebagai berikut.
Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko
dalam hubungan sosial yang didasari perasaan yakin bahwa orang lain kan
melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita harapkan dan akan bertindak kedalam
pola yang saling mendukung (Putnam dalam Alfitri, 2011). Kepercayaan dapat
membuat masyarakat saling bersatu dan bekerjasama dalam menyelesaikan suatu
masalah. Kepercayaan memiliki beberapa tingkatan berdasarkan ranah dan sumber
hadirnya kepercayaan tersebut. Pada tingkat individual kepercayaan hadir dari nilai
kepercayaan agama yang dianut, kompetensi seeorang, serta norma keterbukaan
dalam masyarakat. Selanjutnya pada tingkat komuntas, kepercayaan hadir
berdasarkan nilai dan norma yang telah melekat dalam hubungan-hubungan
masyarakat. Sementara pada tingkat institusi, kpercayaan akan muncul dari
karakteristik sistem yang memberi nilai tinggi pada tanggung jawab sosial setiap
anggota kelompok. Namun kepercayaan dapat hilang daya optimalnya ketika
mengabaikan salah satu spektrum pentiing didalamnya yaitu rentang rasa
8
mempercayai seperti berkurang pengharapan dan kepercayaan dikarenakan suatu
norma baru ataupun suatu kejadian (Alfitri, 2011)
Norma (Norms)
Norma merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti
oleh anggota masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Norma ini biasanya
telah terinstitusionalisasi termasuk sanksi sosialnya yang dapat mencegah individu
berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan bermasyarakat (Alfitri, 2011).
Norma biasanya memiliki aturan kolektif yang tidak tertulis namun telah dipahami
masyarakat dalam mengatur pola hidup mereka seperti menghormati yang lebih tua,
sopan santun, tidak mengganggu kesibukan orang lain, dan adat istiadat. Norma
yang telah mendalam tersebut dapat menimbulkan kohesivitas masyarakat, namun
norma ini juga dapat membuat masyarakat tertutup dengan ide atau pemikiran baru
karena lebih mengutamakan hubungan atau melihat dari labelnya saja ketimbang
melihat substansi pemikiran tersebut (Alfitri, 2011).
Jaringan Sosial (Networks)
Jaringan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam
membangun relasinya. Kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pada
kemampuan sekelompok orang melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan
sosial. Jaringan sosial ini membuat masyarakat mampu memiliki variasi hubungan
saling berdampingan dengan prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan, dan
keadaan sehingga kerja sama dan upaya saling menguntungkan akan timbul dalam
jaringan ini untuk mencapai tujuan bersama. Jaringan sosial memiliki tipologi khas
sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Ketika kelompok terbentuk
secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan dan pengalaman secara turun
temurun cenderung memiliki kohesifitas tinggi, tetapi jaringan dan kepercayaan
terbangun sangat sempit, lain halnya dengan kelompok yang dibangun atas dasar
kesamaan orientasi dan tujuan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih
terbuka akan memilik jaringan lebih luas dan memfasilitasi pastisipasi masyarakat
dengan baik. Tipologi ini yang membuat dampak positif bagi kelompok sehingga
mampu mendorong kemajuan kelompok dan mendorong pembangunan (Alfitri,
2011).
Selanjutnya Nasdian (2014) mengelompokan modal sosial kedalam empat
dimensi untuk melihat hubungan sesama mayarakat dan komunitas serta hubungan
dengan pihak berpengaruh lain. Keempat dimensi tersebut meliputi Integrasi,
Pertalian, Integrasi Organisasional, dan Sinergi. Integrasi (integration) merupakan
ikatan kuat antar anggota keluaga dan keluarga dengan tetangga sekitarnya.
Contohnya ikatan-ikatan berdasarkan etnik, kekerabatan, dan agama. Pertalian
(linkage) adalah ikatan dengan komunitas lain diluar komunitas asal. Seperti
jejaring (network) dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan (civic associations)
yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama. Selanjutnya integrasi
organisasional (organizational integrity) merupakan keefektifan dan kemampuan
institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian
hukum dan penegakan aturan. Terakhir adalah Sinergi (sinergy) meliputi relasi
antara pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas (state-community
relations) yang berfokus tentang apakah negara memberikan ruang yang luas atau
tidak untuk partisipasi warganya. Dari keempat dimensi ini pada dimensi pertama
9
dan kedua berada pada tingkat horizontal sedangkan ketiga dan keempat ditambah
pasar (market) berfokus pada tingkat vertikal (Nasdian, 2014). Penciptaan modal
sosial yang efektif dengan memperhatikan setiap komponen-komponen diatas harus
menjadi tujuan dari program pembangunan karena penciptaan setiap komponen dan
dimensi tersebut membuat masyarakat mampu mengembangkan diri,
menumbuhkan rasa memiliki dan pelibatan aktif masyarakat dalam program
sehingga meciptakan kemandirian masyarakat dalam mendukung program
pembangunan.
Konsep modal sosial dan partisipasi sebenarnya merupakan kedua konsep
yang saling berhubungan dalam setiap kegiatan masyarakat. Alfitri (2011)
menjelaskan bahwa modal sosial berbentuk nilai dan norma informal yang dimiliki
bersama kelompok masyarakat mampu menumbuhkan kerjasama. Modal sosial
yang telah diterapkan dalam pola kehidupan masyarakat menbuat tingkat modal
sosial yang semakin tinggi dan membawa dampak pada tingginya partisipasi
masyarakat sipil dalam bentuk apapun. Bahkan kesaling-percayaan antara
masyarakat dan pemerintah disebabkan keterbukaan dan komitmen pemerintah
daerah mampu mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program
pembangunan maupun sistem pemerintahan daerah yang lebih baik (Inayah, 2012).
Selain itu pada penelitian Anggita (2013) partisipasi diikutsertakan dalam konsep
modal sosial dan berkaitan dengan kerjasama dalam melihat kolektivitas usaha tani.
Hasilnya menunjukan modal sosial dan partisipasi saling terkait dilihat dari
keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan sosial dan ekonomi pertanian, bahkan
partisipasi telah menjadi tradisi budaya turun temurun dalam memenuhi kebutuhan
bersama (Anggita, 2013).
Partisipasi
Program pembangunan yang diinisiasi oleh pemerintah maupun secara
swadaya umumnya harus menumbuhkan pemberdayaan masyarakatnya. Menurut
Nasdian (2014) pemberdayaan merupakan konsep bagaimana individu, kelompok,
atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Sementara ketika
kita melihat definisi partisipasi, partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh
warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif (Nasdian, 2014). Berdasarkan kedua definisi
diatas bahwa upaya partisipasi masyarakat dapat menumbuhkan inisiatif, cara
berfikir, dan tindakan mereka sendiri untuk mengontrol kehidupan mereka sehingga
dengan adanya partisipasi penting untuk membuat masyarakat merasakan
pemberdayaan yang mereka bentuk.
Partisipasi mampu mendukung masyarakat untuk menyadari akan situasi
dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat
dipakai untuk mengatasi masalah mereka atau memiliki kesadaran kritis. Partisipasi
sendiri memiliki dua kategori yaitu warga komunitas dilibatkan dalam tindakan
yang telah dipikirkan atau dirancang dan dikontrol orang lain, dan partisipasi
merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri
(Nasdian, 2014). Dalam hal ini partisipasi mampu mendorong penumbuhan
kesadaran kritis masyarakat dan mencari solusi untuk mengatasinya. Untuk
10
memahami bagaimana partisipasi tersebut berjalan, perlu diketahui bagaimana
tahapan partisipasi terlebih dahulu menurut pendapat beberapa ahli.
Berdasarkan teori Uphoff et al. (1979) dalam Nasdian (2006), partisipasi
dipandang sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya.
Keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan
yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam
suatu organisasi. Selanjutnya ditambahkaan oleh Cohen dan Uphoff dalam Nasdian
(2014) bahwa partisipasi memiliki tahapan meliputi tahap perencanaan, ditandai
dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan
program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana
kerjanya. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Selanjutnya
tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Serta tahap evaluasi,
dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai
umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek
selanjutnya.
Berbeda dengan dua teori sebelumnya, Arnstein memiliki pendapat bahwa
partisipasi mempunyai tingkatan atau level yang dilihat dari seberapa jauh
masyarakat terlibat dalam program ataupun seberapa sering masyarakat terlibat
dalam setiap bagian program. Menurut Arnstein (1969) dalam Suroso, Hakim, dan
Noor (2014), tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu program dapat dilihat dari
sebarapa jauh peran masyarakat terhadap penguasa dalam program. Berdasar pada
Arnsterin dalam Nasdian (2014) terdapat delapan tangga atau tingkatan partisipasi
yang dapat mengukur seberapa jauh masyarakat dilibatkan dalam program. Delapan
tingkat tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Manipulation (Manipulasi)
Masyarakat dianggap sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan
dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni,
karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh golongan
penguasa.
2. Therapy (Terapi)
Penguasa menganggap ketidakberdaayan masyarakat sebagai penyakit mental.
Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan,
mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang
memerlukan pengobatan yang bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan
bukannya menemukan penyebab lukanya.
3. Informing (Menginformasikan)
Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan
pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
pelaksanaan partisipasi masyarakat. namun seringkali pemberian informasi dari
penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak
memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki
kekuatan untuk negosiasi.
4. Consultation (Konsultasi)
Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju
partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu
11
5.
6.
7.
8.
karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang
sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan
dengar pendapat. Partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran dalam
pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa
banyak dari kuesioner dijawab.
Placation (Menenangkan)
Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun
dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan
diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan
atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang
untuk menentukan.
Partnership (Kemitraan)
Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang
kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul
tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan
ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak
mengalami perubahan secara sepihak.
Delegated Power (Kekuasaan didelegasikan)
Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah yang kurang memiliki
legitimasi bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada
masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat
menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan
suatu keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam
menjamin akuntabilitas program tersebut.
Citizen Control (Kontrol warga negara)
Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan
untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka,
bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan
bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan
perubahan.
Partisipasi merupakan salah satu syarat utama dalam setiap program
pembangunan baik dari pemerintah maupun secara swadaya. Lastinawati (2011)
menjelaskan bahwa tahapan partisipasi juga bisa dilihat dari spesifik program yang
akan diteliti. Seperti program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
dengan tujuan penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat
berdasarkan tahapan kegiatan program tersebut. Tahapan partisipasi Program
PUAP secara spesifik dilihat dari tahap pelatihan PUAP, tahap sosialisasi program
PUAP, tahap pendampingan pengajuan RUA, tahap penyusunan RUK, penyusunan
RUB, penggunaan dana, pengembalian dana, dan tahap penyusunan laporan.
Penelitian Siregar et al. (2013) menyebutkan bahwa Program PUAP sangat
memberi pengaruh positif terhadap masyarakat khususnya petani. Baik itu dalam
bidang permodalan, sikap petani terhadap penggunaan teknologi, dan juga
terhadap pendapatan petani. Program menghasilkan pendapatan sebesar 16 persen
membuat program ini berhasil dalam meningkatkan total pendapatan masyarakat
penerima program yaitu para petani menjadi lebih berinovasi dalam berusaha tani
dalam hal pemilihan benih yang lebih berkualitas dan perawatan yang lebih baik
12
dari sebelumnya. Peningkatan pendapatan tersebut juga berdampak pada perubahan
taraf hidup masyarakat.
Penelitian lain banyak menjelaskan bahwa partisipasi pada program
pembangunan memberi dampak pada perubahan taraf hidup masyarakat. Pada
program CSR perusahaan dengan partisipasi masyarakat yang aktif mampu
memberi dampak pada aspek ekologi, struktur, kultur, dan perubahan taraf hidup
masyarakat. Hasil telaah menunjukan semakin tinggi pelapisan sosial masyarakat
penerima program maka semakin tinggi perubahan taraf hidupnya (Nasdian, 2014).
Serupa dengan hasil program PUAP di Desa Sidourip Kecamatan Beringan
Kabupaten Deliserdang terkait partisipasi dengan perkembangan keuangan. Desa
Sidourip dengan partisipasi tinggi mampu membuat dana semakin berkembang
hingga 78,55 persen lebih tinggi dibanding desa lain. Perkembangan dana tersebut
juga membuat pendapatan petani bertambah dan menyebabkan peningkatan taraf
hidup petani penerima program tersebut (Rajagukguk et al., 2012).
Taraf Hidup
Kata taraf dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) berarti
tingkatan, mutu atau kualitas. Jika kata tersebut dihubungkan dengan kehidupan
masyarakat berarti taraf hidup merupakan kualitas hidup yang dimiliki seseorang
atau keluarga dalam suatu masyarakat. Kualitas hidup ini juga dapat diartikan
sebagai kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak
dan berkecukupan. Kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut menurut Manullang dapat
didefinisikan kedalam dua kategori yaitu taraf hidup primer adalah suatu kebutuhan
yang paling utama untuk mempertahankan hidup seperti makanan, minuman,
pakaian dan perumahan. Sedangkan taraf hidup sekunder merupakan kebutuhan
yang diperlukan guna melengkapi kebutuhan primer seperti alat-alat dan perabot
(Manullang dalam Fargomeli, 2014). Ketika kebutuhan-kebutuhan primer dan
sekunder tersebut terpenuhi, maka hal ini juga dapat menggambarkan seberapa
tinggi kesejahteraan masyarakat dalam kehidupannya seperti tingkat konsumsi atau
pengeluaran. Karena kondisi sejahtera dapat didefinisikan juga sebagai suatu
kondisi terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat
mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan
kesehatan (Fargomeli, 2014). Kualitas hidup ini dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Sesuai dengan pendapat diatas bahwa taraf hidup adalah kulaitas kehidupan
seseorang atau kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
Purnamasari (2015) menambahkan bahwa peningkatan taraf hidup masyarakat,
adalah segala kegiatan dan upaya masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan
hidupnya. Selanjutnya Purnamasari melihat kebutuhan hidup ini dari beberapa
indikator yang menggambarkan pemenuhan kebutuhan hidup meliputi tingkat
kecukupan pangan, tingkat kecukupan sandang, kelayakan rumah tempat tinggal,
pendidikan keluarga, dan kesehatan keluarga. Menurut Purnamasari selain sandang,
pangan, dan papan, faktor pendidikan keluarga dan kesehatan juga sangat
mempengaruhi taraf hidup dalam suatu keluarga sehingga kedua faktor tersebut
layak untuk dijadikan parameter taraf hidup (Purnamasari, 2015).
Terkait dengan taraf hidup tersebut dari hasil penelitian Rosyida dan
Nasdian (2011) menjelaskan adanya program pemerintah maupun perusahan
seperti Corporate Social Responsibility (CSR) yang pelaksanaannya mampu
13
melibatkan kontribusi masyarakat dibeberapa proyek dan program tersebut
memeberi pengaruh terhadap dampak sosial ekonomi masyarakat. Pengaruh pada
dampak sosial tersebut dilihat dari modal sosial sedangkan dampak ekonomi dilihat
dari tingkat taraf hidup meliputi tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat
investasi, dan juga kondisi fisik dan prasarana tempat tinggal seseorang meliputi
luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis
dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar, sumber
penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak,
pemilikan alat transportasi, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat
investasi yang seluruhnya dapat menggambarkan taraf hidup masyarakat (Rosyida
dan Nasdian, 2011). Selanjutnya Suharto (2009) dalam Fargomeli (2014)
menambahkan bahwa upaya untuk meningkatkan taraf hidup tersebut juga dapat
dilihat dari tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimaksud berupa kondisi
terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar
seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan.
Adanya perubahan taraf hidup masyarakat tentunya disebabkan oleh
beberapa aspek diantaranya seperti adanya modal sosial yang kuat dan partisipasi
aktif masyarakat. Seperti yang dibahas pada pustaka sebelumnya bahwa modal
sosial yang telah diterapkan dalam pola kehidupan masyarakat membuat tingkat
modal sosial yang semakin tinggi dan membawa dampak pada tingginya partisipasi
masyarakat sipil dalam bentuk apapun (Inayah, 2012). Program PUAP juga
mensyarakatkan partisipasi aktif setiap anggotanya. Siregar et al. (2013)
menjelaskan hasil Program PUAP mampu memberi pengaruh positif terhadap
masyarakat khususnya petani. Baik itu dalam bidang permodalan, sikap petani
terhadap penggunaan teknologi, dan juga peningkatan pendapatan petani.
Pendapatan merupakan salah satu aspek dari taraf hidup sehingga dengan
berkembangnya pendapatan akan menyebabkan perkembangan taraf hidup
masyarakat.
Kerangka Pemikiran
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan
program yang tergabung dalam PNPM-Mandiri yang diinisiasi oleh Kementerian
Pertanian. Progarm ini memiliki bentuk bantuan langsung modal usaha tani kepada
gapoktan di setiap desa yang memiliki ciri kelayakan tertentu yang diajukan
Gapoktan dan dikoordinasikan dengan Tim PUAP Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan
Kecamatan. Pelaksanaan Program PUAP ini membutuhkan keterlibatan aktif
anggota Gapoktan dalam merencanakan usaha bersama, usaha anggota,
pengelolaan dana, penyaluran, hingga evaluasi yang murni mereka kerjakan sendiri
dengan bantuan dan bimbingan dari penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani.
Anggota harus mampu menanamkan rasa kepedulian terhadap program tersebut
serta memiliki rasa bahwa program tersebut akan memberi manfaat terhadap
kelangsungan hidupnya. Kondisi kepedulian terhadap program akan tumbuh pada
masyarakat melalui hubungan-hubungan sosial antar anggota, serta nilai dan aturan
yang dianut komunitas bersama yang lebih akrab disebut modal sosial.
Modal sosial memiliki dimensi-dimensi dalam mengatur hubungan sosial
masyarakat yang mampu menyebabkan rasa kepedulian terhadap Program PUAP
sebagai program bersama meliputi kepercayaan, jaringan sosial, dan norma-norma
sosial. Kepercayaan berhubungan dengan harapan yang tumbuh pada masyarakat
14
terhadap Program PUAP yang mampu memberi nilai positif terhadap kehidupan
masyarakat. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan pada masyarakat yang
dapat mempermudah penukaran informasi serta pelaksanaan Program. Kemudian
norma-norma merupakan nilai-nilai yang diyakini dan dijalani suatu masyarakat
terhadap hadirnya Program PUAP. Tentunya dengan adanya modal sosial yang
dimiliki setiap masyarakat dalam suatu komunitas ini mampu meningkatkan
kepedulian masyarakat khususnya anggota Gapoktan sehingga memberi pengaruh
pada keterlibatan aktif atau partisipasi anggota pada pelaksanaan Program PUAP.
Partisipasi merupakan keterlibatan aktif masyarakat untuk sadar akan
masalahnya dan upaya untuk mencapai solusi masalah tersebut. Keterlibatan aktif
anggota pada Program PUAP sangat diperlukan untuk memberi solusi masyarakat
pada masalah permodalan. Partisipasi program yang baik harus mampu melibatkan
kontribusi seluruh anggota pada setiap tahapan pelaksanaan program. Tahapan
tersebut meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan
tahap evaluasi program. Melalui kontribusi masyarakat pada setiap program
tersebut masyarakat akan menyampaikan pendapat mereka, melaksanakan
kegiatan, serta mampu menikmati hasil jerih payah mereka dan merasakan
manfaatnya untuk mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat.
Pencapaian dari Program PUAP tersebut akan memberi pengaruh terhadap
taraf hidup masyarakat khususnya anggota Gapoktan. Taraf hidup yang
menggambarkan kualitas hidup masyarakat ini dilihat dari empat komponen
meliputi kondisi fisik dan fasilitas rumah tangga, tingkat pendapatan, tingkat
pengeluaran, dan tingkat tabungan. Keempat faktor tersebut digunakan untuk
menggambarkan sejauh mana kualitas hidup anggota Gapoktan setelah mengikuti
program PUAP selama beberapa periode. Selain itu taraf hidup ini juga akan
memberikan gambaran terhadap pencapaian Program PUAP pada Gapoktan
tersebut.
Tingkat Modal Sosial
1. Tingkat kepercayaan
2. Tingkat norma
3. Tingkat jaringan
sosial
Keterangan:
Tingkat Partisipasi
Petani dalam Program
PUAP
1.
2.
3.
4.
Tahap perencanaan
Tahap implementasi
Tahap pemanfaatan
Tahap
evaluasi
program
Tingkat Taraf Hidup
Masyarakat
1.
2.
3.
4.
Tingkat pendapatan
Tingkat pengeluaran
Tingkat tabungan
Kondisi fisik dan
fasilitas
rumah
tangga
: Hubungan
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara tingkat modal sosial dengan tingkat partisipasi petani dalam
Program PUAP.
2. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi petani pada Program PUAP dengan tingkat
taraf hidup masyarakat.
15
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh data kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei menggunakan sampel yang
mana kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi dari
responden. Pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari
sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Pendekatan kuantitatif pada
penelitain ini bertujuan melihat bagaimana hubungan yang ditimbulkan pada variabel
modal sosial dengan partisipasi, Serta variabel partisipasi yang memiliki hubungan dengan
perubahan taraf hidup masyarakat. Jenis penelitian merupakan penelitian eksplanatori.
Data kualitatif diambil melalui metode wawancara mendalam kepada beberapa aktor
penting menggunakan panduan pertanyaan untuk memahami secara mendalam dan rinci
mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai realitas, proses sosial, dan makna
yang berkembang dari individu yang menjadi subjek penelitian. Informasi yang diperoleh
melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai interpretasi terhadap data yang
didapatkan serta memperkuat hasil dari pendekatan kuantitatif. Semua data hasil penelitian
akan dikombinasikan dengan menjelaskan data kuantitatif dari hasil olah data kuesioner
serta diperkuat dan dideskripsikan dengan data kualitatif dari hasil pengamatan dan
wawancara mendalam.
Lokasi dan Waktu
Penelitian mengenai Peran Modal Sosial dan Partisipasi pada Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Taraf Hidup Masyarakat ini
dilakukan di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena Desa Ngetuk
merupakan salah satu desa yang memiliki program puap sejak tahun 2009 sehingga
dampaknya sudah dapat dirasakan masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan hasil evaluasi
PUAP di Kabupaten tahun 2015, desa ini masuk pada kategori Perkembangan PUAP yang
baik karena mampu mengelola PUAP dengan kondisi pinjaman dominan lancar sehingga
dapat berkelanjutan hingga sekarang. Peneliti sendiri akan melakukan pengambilan data ke
lapang dengan rentang biaya sekitar satu juta rupiah. Proses penelitian dimulai dari
pembuatan proposal penelitian pada bulan Januari 2016. Selanjutnya setelah proposal
dibahas pada kolokium dan disetujui langkah selanjutnya adalah mengambil data baik
primer maupun sekunder untuk diolah dalam skripsi. Secara rinci kegiatan penelitian ini
terdiri dari kegiatan penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data
lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi,
dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Kegiatan
Penyusunan Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan Proposal
Pengambilan Data
Lapangan
Pengolahan dan
Analisis Data
Penulisan Draft
Skripsi
Uji Petik
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
16
Sidang Skripsi
Perbaikan Laporan
Penelitian
Tabel 1. Rencana jadwal penelitian tahun 2016
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yaitu responden dan informan. Responden
adalah seseorang atau individu yang dapat memberikan informasi mengenai dirinya sendiri
terkait kondisi dirinya dengan Program PUAP. Populasi penelitian ini ialah seluruh petani
Desa Ngetuk. Sementara populasi sampelnya meliputi petani Desa Ngetuk yang menjadi
penerima Program PUAP. Selanjutnya, populasi sampel tersebut akan dibentuk lebih
sempit menggunakan kerangka sampling. Kerangka sampling disini berisi sejumlah
responden yang akan diambil dari populasi sampel yaitu petani Desa Ngetuk yang menjadi
penerima Program PUAP. Adapun sampel ditentukan untuk penelitian ialah sebanyak 50
orang responden. Pengambilan sampel atau responden dalam penelitian ini menggunakan
teknik simple random sampling karena pertimbangan sampel cenderung memiliki
karakteristik seragam yaitu petani kecil atau anggota gapoktan dan tergabung dalam
Program PUAP hingga saat ini. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Pada
awalnya, teknik ini dilakukan dengan cara mendapatkan data jumlah populasi masyarakat
anggota Gapoktan yang menerima Program PUAP kemudian penulis akan melakukan
pengambilan sampel dengan metode simple random sampling.
Informan merupakan seseorang atau individu yang dapat menjelaskan dan
memberikan keterangan berupa gambaran mengenai dirinya sendiri, keluarga, pihak lain
dan lingkunganya terkait kondisi dan perkembangan Program PUAP. Informan juga dapat
dikatakan sebagai pihak yang mampu mendukung kelancaran informasi yang diberikan.
Adapun informan yang diambil adalah instansi terkait dalam penelitian ini seperti
Perangkat Desa, Pengurus Gapoktan, tokoh masyarakat, serta anggota Gapoktan yang
memiliki pengaruh kuat di desa tersebut. Banyaknya informan di sini tidak dibatasi, akan
tetapi informan tersebut sudah dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat
membantu peneliti dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini.
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini berjenis data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan
melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Dalam melakukan pengamatan
langsung, peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada informan dengan
mengacu pada panduan pertanyaan dan dicatat pada catatan lapangan, serta wawancara
kuesioner kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan panduan
pertanyaan wawancara mendalam merupakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Setelah panduan pertanyaan
ditanyakan kepada informan, hasil dari wawancara mendalam akan direkam atau ditulis
kedalam catatan lapangan berisi deskripsi dan interpretasinya sesuai format pada lampiran.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
tertulis baik yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi dari instansi terkait.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang
relevan dan berguna mengenai penelitian ini. Data sekunder dapat diperoleh dari instansi
terkait, dalam penelitian ini seperti data dari kantor desa dan kecamatan, Kementerian
Pertanian, maupun studi literatur penelitian sebelumnya.
17
Tabel 2. Teknik pengumpulan data dan jenis data
Teknik Pengumpulan Data
Data yang Dikumpulkan








Kuesioner
Wawancara mendalam
Observasi
lapang
dan
dokumentasi data sekunder
Karakteristik penerima program PUAP
Kondisi tingkat modal sosial
Kondisi tingkat partisipasi pada PUAP
Perubahan tingkat taraf hidup masyarakat
Kondisi dan Masalah Program PUAP
Kondisi modal sosial pada masyarakat
Pencapaian dan upaya partisipasi petani
Perkembangan perubahan taraf hidup akibat Program
PUAP
 Gambaran umum desa melalui data monografi dan data
potensi desa
 Literatur pendukung
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data
kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013
dan SPSS Version 21. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang
untuk melihat data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal
menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013. Kemudian SPSS Version 21 digunakan untuk
membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan Rank Spearman. Uji korelasi Rank
Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel
yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan,
penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam,
observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam,
menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah
penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi
serangkaian kata-kata ataupun tabel dan matriks yang mudah dibaca ke dalam sebuah
laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah
terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap
reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden,
informan, dan dosen pembimbing untuk memperjelas kembali kebenarannya. Data
sekunder akan disortir dan disajikan untuk untuk menjelaskan gambaran dasar lokasi dan
memperkuat penjelasan data primer. Seluruh hasil penelitian ini akan dituliskan dalam
laporan berbentuk skripsi.
Definisi Operasional
Tingkat Modal sosial
Modal sosial merupakan salah satu pendorong anggota Gapoktan agar
memiliki kepedulian terhadap berjalannya Program PUAP sehingga menimbulkan
keterlibatan aktif pada program tersebut. Adapun bentuk modal sosial yang dibahas
dalam penelitian ini adalah tingkat kepercayaan, tingkat norma, dan tingkat jaringan
sosial. Ketiga aspek tersebut akan dilihat hubungannya dalam mendukung tingkat
partisipasi pada Program PUAP. Setiap aspek akan diukur menggunakan data
ordinal. Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai pada setiap skor meliputi skor
18
rendah =1, skor sedang =2, dan skor tinggi =3. Selanjutnya skor akan diakumulasi
dan dibagi menjadi tiga kategori atau sesuai kebutuhan.
Tabel 3. Definisi operasional tingkat modal sosial
Indikator
Definisi
Definisi Operasional
Kategori
Tingkat
Keperca
yaan
Tingkat
Norma
Tingkat keyakinan dan
kepercayaan kepada
pengelola Program PUAP,
pengurus Gapoktan, dan
anggota lain mampu
terlibat aktif dalam
Program PUAP dan
memberi solusi terhadap
kurangnya modal anggota
dalam berusaha tani
Tingkat kepatuhan anggota
terhadap aturan-aturan dari
masyarakat, Gapoktan,
maupun dari Program
PUAP.
1. Skor kepercayaan
pengelola
2. Skor kepercayaan
penyuluh pendamping
3. Skor kepercayaan
pengurus Gapoktan
4. Skor kepercayaan
anggota lain
1. Kepatuhan aturan
masyarakat
2. Kepatuhan aturan
desa
3. Kepatuhan aturan
Gapoktan
4. Kepatuhan aturan
program
1.
2.
3.
Tingkat
Jaringan
Sosial
Banyaknya hubungan
sosial maupun relasi baik
mengenal maupun akrab
dengan mitra atau
stakeholder yang
berhubungan dengan
PUAP.
4.
5.
6.
7.
8.
Skor Jaringan dengan
pengelola
Skor Jaringan dengan
penyuluh
Skor Jaringan dengan
pengurus gapoktan
Skor Jaringan dengan
perangkat desa
anggota lain
Skor Jaringan dengan
pedagang
Skor Jaringan dengan
pengumpul
Skor Jaringan dengan
peminjam modal
Skor Jaringan dengan
orang lain yang
membantu.
Skor
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah :
Skor 1-3
2. Sedang :
Skor 4-7
3. Tinggi :
Skor 8-10
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah :
Skor 1-3
2. Sedang :
Skor 4-7
3. Tinggi :
Skor 8-10
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah :
Skor saling
kenal
2. Tinggi :
Skor
hubungan
akrab
Skala
Pengu
kuran
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dipandang sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara
kerjanya. Keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan
keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama
dalam suatu organisasi (Uphoff et al. dalam Nasdian, 2006). Selanjutnya
ditambahkaan oleh Cohen dan Uphoff dalam Nasdian (2014) bahwa partisipasi
memiliki tahapan meliputi tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan
yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya. Setiap aspek
19
akan diukur menggunakan data ordinal. Pengukuran dilakukan dengan memberi
nilai pada setiap skor meliputi skor rendah =1, skor sedang =2, dan skor tinggi =3.
Selanjutnya skor akan diakumulasi dan dibagi menjadi tiga kategori atau sesuai
kebutuhan.
Tabel 4. Definisi operasional tingkat pasrtisipasi masyarakat
Indikator
Definisi
Definisi Operasional
Kategori
Skor
1. Jumlah kehadiran
rapat
2. Penyampaian
pendapat
3. Penyanggahan
pendapat
4. Pendapat
dipertimbangkan dan
diterima
1. Kesesuaian
perencanaan dengan
pelaksanaan
2. Keikutsertaan
pengelolaan dana
3. Keikutsertaan dalam
mengelola usaha
4. Jumlah
keikutsertaan pelatihan
5. Inisiatif dalam
pelaksanaan program
6. Pertimbangan
masukan pada
pelaksanaan
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah :
Skor Tidak
2. Sedang : Skor
Jarang
3. Tinggi : Skor
Sering
Tahap
pengambil
an
keputusan
dalam
perencana
an
Keikutsertaan seorang
individu dalam tahap
perencanaan suatu
kegiatan.
Tahap
implement
asi
Partisipasi terhadap
pelaksanaan program.
Bentuk partisipasi yang
dapat diambil ialah
dengan berbentuk
sumbangan pemikiran
dan sumbangan berupa
tindakan seorang
individu.
Tahap
pemanfaat
an
Manfaat dari program
yang dirasakan
anggota. Semakin besar
manfaat dari suatu
program maka program
tersebut berhasil
mengenai sasaran.
1. Peningkatan
pendapatan usaha
2. Peningkatan skala
usaha
3. Peningkatan
pengetahuan usaha
4. Peningkatan
keterampilan usaha
Tahap
evaluasi
program
pembangu
nan
Umpan balik yang
diterima dari partisipasi
masyarakat dalam
menjalankan program.
Masyarakat dapat
menyuarakan atau
memberikan pendapat
serta pernyataan untuk
perbaikan program
selanjutnya.
1. Jumlah
keikutsertaan evaluasi
2. Jumlah
penyampaian pendapat
3. Pendapat diterima
dan dipertimbangkan
4. Program
Berkembang
5. Pengontrolan
program
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah :
Skor Tidak
2. Sedang : Skor
Jarang
3. Tinggi : Skor
Sering
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah :
Skor Tidak
2. Sedang : Skor
Kurang
3. Tinggi : Skor
Sangat
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah :
Skor Tidak
2. Sedang : Skor
Jarang
3. Tinggi : Skor
Sering
Skala
Penguku
ran
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Tingkat Taraf Hidup Masyarakat
Taraf hidup merupakan kemampuan seseorang atau keluaraga dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. taraf hidup sendiri dapat dilihat dari
beberapa komponen meliputi tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat
20
investasi, dan juga kondisi fisik dan fasilitas rumah tangga. Kondisi fisik dan
fasilitas rumah tangga tersebut meliputi luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis
lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas
tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum,
bahan bakar untuk memasak, pemilikan alat transportasi, tingkat pendapatan,
tingkat pengeluaran, dan tingkat investasi yang seluruhnya dapat menggambarkan
taraf hidup masyarakat (Rosyida dan Nasdian, 2011). Setiap aspek akan diukur
menggunakan data ordinal. Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai pada
setiap skor meliputi skor rendah =1, skor sedang =2, dan skor tinggi =3. Selanjutnya
skor akan diakumulasi dan dibagi menjadi tiga kategori atau sesuai kebutuhan.
Tabel 5. Definisi operasional tingkat taraf hidup masyarakat
Indikator
Tingkat
Pendapat
an
Tingkat
Pengeluar
an
Tingkat
Investasi
Kondisi
Fisik dan
Fasilitas
Rumah
Tangga
Definisi
Banyaknya pendapatan
responden selama
sebulan dengan satuan
rupiah
Banyaknya pengeluaran
responden selama
sebulan dengan satuan
rupiah (pangan dan
non-pangan)
Banyaknya simpanan,
uang, barang, dan lahan
yang digunakan
responden sebagai
tabungan di hari
mendatang
Keadaan fisik tempat
tinggal dan fasilitas
barang-barang yang
membantu perkerjaan
rumah tangga
Definisi Operasional
Kategori
Skor
Skala
Penguk
uran
Seluruh pendapatan
responden (rupiah)
1. Rendah : X ≤ ½ SD
2. Sedang : ½ SD < X
< ½ SD
3. Tinggi : X ≥ ½ SD
Ordinal
1. Rendah : X ≤ ½ SD
2. Sedang : ½ SD < X
< ½ SD
3. Tinggi : X ≥ ½ SD
Ordinal
Seluruh tabungan
responden (rupiah)
1. Rendah : X ≤ ½ SD
2. Sedang : ½ SD < X
< ½ SD
3. Tinggi : X ≥ ½ SD
Ordinal
1. Sumber air
2. Status
kepemilikan
3. Luas bangunan
(ha)
4. Jenis lantai
5. Jenis dinding
6. Fasilitas BAB
7. Sumber
penerangan
8. Alat transportasi
9. Bahan bakar
utama
Untuk setiap
kategori/poin
1. Rendah : Poin 1
2. Sedang : Poin 2-3
3. Tinggi : Poin > 3
Ordinal
Seluruh
pengeluaran
responden (rupiah)
DUMMY TABLES DAN TABULASI SILANG
Tabel 6. Dummy Tables
Tabel Frekuensi Tingkat Modal Sosial
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah (n)
Persentase (%)
21
Tabel Frekuensi Tingkat Partisipasi
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Jumlah (n)
Persentase (%)
Jumlah (n)
Persentase (%)
Tabel Frekuensi Tingkat Taraf Hidup
Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi
Tabel Tabulasi Silang :
Hubungan Tingkat Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi
Variabel pengaruh
: Tingkat Modal Sosial
Variabel terpengaruh : Tingkat Partisipasi
Tingkat Modal
Sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
(responden)
(responden)
(responden)
Tingkat Partisipasi
Sedang
(responden)
(responden)
(responden)
Tinggi
(responden)
(responden)
(responden)
n minimal : 45 responden
HIPOTESIS
Terdapat hubungan antara tingkat modal sosial dengan tingkat partisipasi anggota dalam
Program PUAP
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Taraf Hidup
Variabel pengaruh
: Tingkat Partisipasi
Variabel terpengaruh : Tingkat Taraf Hidup
Tingkat
Partisipasi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
(responden)
(responden)
(responden)
Tingkat Taraf Hidup
Sedang
Tinggi
(responden)
(responden)
(responden)
(responden)
(responden)
(responden)
n minimal : 45 responden
HIPOTESIS
Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat taraf hidup anggota pada
Program PUAP
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Alfitri. 2011. Community Development Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Anggita. 2013. Dukungan Modal Sosial dalam Kolektivitas Usaha Tani untuk
Mendukung Kinerja Produksi Pertanian Studi Kasus : Kabupaten Karawang
dan Subang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. [Internet]. [diunduh
tanggal 23 September 2015, pukul 12.34 WIB]. Volume 24 No. 3 Tahun
2013. Dapat diunduh pada : http://sappk.itb.ac.id/jpwk1/wpcontent/uploads/2014/04/V1N2481-487.pdf
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Profil Sektor Pekerjaan di Indonesia. [berita
resmi statistik] [internet]. [diunduh 13 Januari 2016]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Profil kemiskinan di Indonesia maret 2010
[berita resmi statistik] [internet]. [diunduh 13 Januari 2016]; 45(07) 1-7.
Tersedia pada: http://www.bps.go.id/getfile.php?news=776
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia 2016.
[berita resmi statistik] [internet]. [diunduh 13 Januari 2016]. Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
Fargomeli. 2014. Interaksi Kelompok Nelayan dalam Meningkatkan Taraf Hidup
di Desa Tewil Kecamatan Sangaji Kabupaten Maba Halmahera Timur.
Journal “Acta Diurna”. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Januari 2016, pukul
23.30 WIB]. Volume III. No.3. Tahun 2014. Dapat diunduh pada :
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/5728
Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pengembangan
Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 23 September 2015, pukul 12.34
WIB]. Vol. 12 No. 1, April 2012. Dapat diunduh pada :
http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/.../paper_6%20apr%202012.pd
f
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2016. [internet]. Tersedia pada :
http://kbbi.web.id/taraf
Kementerian Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian. Jakarta : Kementerian
Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan. Jakarta : Kementerian Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2010. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan. Jakarta : Kementerian Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2015. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan. Jakarta : Kementerian Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2015. Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen Administrasi
Penyaluran BLM-PUAP. Jakarta : Kementerian Pertanian.
Ginting YB. Maryunianta Y. Kesuma SI. Dampak Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usaha Tani
Anggota Kelompok Tani (Kasus : Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang). [Internet]. [diunduh tanggal 19 September
2015,
pukul
23.07
WIB].
Dapat
diunduh
pada
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=184455&val=4143&t
itle=DAMPAK%20PROGRAM%20PENGEMBANGAN%20USAHA%2
24
0AGRIBISNIS%20PERDESAAN%20TERHADAP%20KINERJA%20D
AN%20PENDAPATAN%20USAHA%20TANI%20ANGGOTA%20KEL
OMPOK%20TANI%20%20(Kasus%20:%20Desa%20Paluh%20Manan%
20Kecamatan%20Hamparan%20Perak%20Kabupaten%20Deli%20Serdan
g)
Lastinawati E. 2011. Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU. AgronobiS. [Internet].
[diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Vol. 3, No. 5,
Maret 2011 ISSN: 1979 – 8245X, Hal; 47- 57. Dapat diunduh pada :
https://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/12-endang-petanihal-47-57-oke.pdf
Nasdian FT. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Tidak Diterbitkan.
Institut Pertanian Bogor.
Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Primadona. 2012. Penguatan Modal Sosial Untuk Pemberdayaan Masyarakat dalam
Pembangunan Pedesaan (Kelompok Tani Kecamatan Rambutan).
Polibisnis. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07
WIB]. Volume 4 No. 1 April 2012 ISSN 1858-3717. Dapat diunduh pada :
http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JEB/article/download/645/610
Purnamasari NI. 2015. Pengaruh Program Pemerintah PNPM Mandiri (Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri) terhadap Peningkatan Taraf
Hidup Masyarakat di Desa Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
eJournal Ilmu Pemerintahan. [Internet]. [diunduh tanggal 23 September
2015, pukul 12.34 WIB]. Dapat diunduh pada : http://ejournal.ip.fisipunmul.ac.id/site/?p=1222
Rachmawati AN. Marwanti S. Wijianto A. Pengaruh Program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Produktivitas dan
Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Sukoharjo. Humaniora. [Internet].
[diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Dapat diunduh
pada
:
http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/humaniora/article/view/833
Rivai, et. al. 2010. Evaluasi dan Penyusunan Desa Calon Lokasi Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). [Internet]. [diunduh tanggal 9 Januari
2016,
pukul
23.11
WIB].
Dapat
diunduh
pada
:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf
Rajagukguk SI. Ginting M. Emalisa. Partisipasi Petani dalam Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (Kasus: Desa Sidourip
dan Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli
Serdang). [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, Pukul 23:07
WIB].
Dapat
diunduh
pada
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34496/7/Cover.pdf
Rosyida I. Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam
Penyelenggaran Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan
Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin
Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. [Internet]. [diunduh tanggal
20 Januari 2016, pukul 23.30 WIB]. Vol. 05, No. 01 hlm. 51-70 ISSN :
25
1978-4333.
Dapat
diunduh
pada
:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5832
Siregar S, et al. 2013. Peranan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan
(PUAP) terhadap Peningkatan Pendapatan Petani. Agrium. [Internet].
[diunduh tanggal 23 September 2015, pukul 12.04 WIB]. April 2013
Volume
18
No
1.
Dapat
diunduh
pada
:
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/agrium/article/download/342/309
Suandi. Damayanti Y. Yulismi. 2012. Model Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan Pada Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07
WIB]. Volume 14, Nomor 2, Hal. 25-34 ISSN 0852-8349. Dapat diunduh
pada
:
http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/humaniora/article/view/833
Suroso H. Hakim A. Noor I. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Wacana. [Internet]. [diunduh
tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Vol. 17, No. 1(2014) ISSN
:
1411-0199.
Dapat
diunduh
pada
:
http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/290
Wibawa L. 2013. Pemberdayaan Pemuda Melalui Social Capital. Prosiding
Seminar Nasional dan Jurnal. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September
2015, Pukul 23:07 WIB]. ISBN : 978-602-99286-2-4. Dapat diunduh pada
:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Lutfi%20Wibawa,%20S.
%20Pd.,%20M.%20Pd/Pemberdayaan%20Pemuda%20Melalui%20Social
%20Capital-%20LUTFI.pdf
26
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Wilayah
Gambar 2. Lokasi Penelitian
28
Keterangan :
Nama Wilayah : Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara
Batas-batas Geografis :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bategede
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tritis
c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bendanpete
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karangnongko
29
Lampiran 2. Kerangka Sampling
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
Nama
Alamat
Jenis Usaha
30
31
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Nomor Kuesioner
Tanggal Wawancara
Tanggal Entri Data
KUESIONER
HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT
(Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di
Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara)
I.
DATA PRIBADI RESPONDEN
I.1 Data Pribadi dan Karakteristik Responden
1. Nama
2. No. HP
3. Alamat
4. Umur
5. Jenis Kelamin
6. Pendidikan terakhir
7. Jumlah anggota keluarga
8. Status dalam rumah tangga
9. Status Perkawinan
10. Pekerjaan
11. Status Keanggotaan
Gapoktan
RT:
RW:
Desa Ngetuk
Kec. Nalumsari
Kab. Jepara
Prov. Jawa Tengah
... tahun
No.:
1. Laki-laki
2. Perempuan
1. Tidak Tamat Sekolah Dasar
2. Tamat Sekolah Dasar
3. Tamat SMP / Sederajat
4. Tamat SMA / Sederajat
5. Tamat Perguruan Tinggi
... orang
1. Kepala Rumah Tangga
2. Ibu Rumah Tangga
3. Anggota Rumah Tangga
1. Belum Menikah
2. Menikah
3. Janda/Duda
1. Petani dengan tanah sendiri
2. Buruh tani
3. Pegawai Negeri
4. TNI/Polri
5. Pengusaha dengan pengelola sendiri
6. Mengelola usaha orang lain
7. Lainnya………………
Karakteristik Program PUAP
1. Pengurus
2. Anggota
3. Anggora Luar Biasa
4. Bukan Anggota
32
Lama anggota: ………. Bulan
1. Hanya meminjam
2. Meminjam dan terlibat dalam program
Lama meminjam/terlibat: ………. Bulan
Rp.
12. Keterlibatan dalam
Program PUAP
13. Total dana PUAP yang
diterima
14. Berapa kali meminjam
dana PUAP
15. Status pinjaman
16. Alokasi penggunaan dana
PUAP
1. Satu kali
2. Dua kali
3. Tiga kali
4. Lainnya..................…
1. Lewat masa tenggang
2. Masa tenggang
3. Masa pengembalian
4. Sudah dikembalikan
1. Keperluan bertani
2. Keperluan berdagang
3. Lainnya……………..
I.2 Anggota Keluarga yang Tinggal Bersama Responden
No.
Nama
Anggota
Keluarga
Pendidikan
A
Hubungan
KeluargaB
JK
(L/P)
Usia
(tahun)
Berat
Badan (kg)
Tinggi
Badan
(cm)
Status
PerkawinanC
Pekerjaan
Utama
1
2
3
4
5
6
Keterangan :
A:
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak Tamat Sekolah Dasar
Tamat Sekolah Dasar
Tamat SMP / Sederajat
Tamat SMA / Sederajat
Tamat Perguruan Tinggi
1.
2.
3.
4.
Suami
Isteri
Anak
Anggota keluarga lain
B:
C:
1. Belum menikah
2. Menikah
3. Janda/Duda
II.
TINGKAT MODAL SOSIAL
II.1 KEPERCAYAAN
Bapak/Ibu diminta untuk membaca pernyataan yang ada di bawah ini dan
menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu mengenai
pernyataan tersebut. Tanggapan dapat diberikan dengan memilih lima kolom
tanggapan yang ada, mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju dengan
memberi tanda (√)!
Tambahan
33
Nilai (1-10)
No
Pernyataan
1.
Pengelola PUAP baik pusat maupun
daerah mampu mengelola sistem
PUAP dengan baik.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2.
Penyuluh pendamping mampu
memberikan pelatihan dan
pendampingan dengan baik.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3.
Pengurus Gapoktan mampu mengelola
kegiatan dengan baik.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4.
Pengurus Gapoktan mampu mengelola
dana dengan baik.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5.
Anggota Gapoktan bersedia mengikuti
kegiatan PUAP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
6.
Anggota Gapoktan mampu
memanfaatkan dana sesuai aturan
PUAP dan Gapoktan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
II.2 TINGKAT NORMA
Bapak/Ibu diminta untuk membaca pernyataan yang ada di bawah ini dan
menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu mengenai
pernyataan tersebut. Tanggapan dapat diberikan dengan memilih lima kolom
tanggapan yang ada, mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju dengan
memberi tanda (√)!
Nilai (1-10)
No
Pernyataan
7.
Anda mematuhi aturan adat dan budaya
masyarakat dengan benar dan bersedia
dikenakan sangsi apabila melanggar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8.
Anda mematuhi aturan Pemeritah Desa
dengan benar dan bersedia dikenakan
sangsi apabila melanggar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
9.
Anda mematuhi aturan Gapoktan
dengan benar dan bersedia dikenakan
sangsi apabila melanggar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10.
Anda mematuhi aturan Program PUAP
dengan benar dan bersedia dikenakan
sangsi apabila melanggar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
34
III.3 TINGKAT JARINGAN SOSIAL
Bapak/Ibu diminta untuk menentukan jaringan yang dimiliki berdasarkan tingkat
keakraban dengan orang tersebut. Penentuan diberikan memberi tanda (√) pada
salah satu kolom pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi
Bapak/Ibu!
No.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Jaringan
Pengelola Program PUAP
Penyuluh pendamping
Pengurus Gapoktan
Pemerintah Desa
Anggota Gapoktan lain (minimal 5)
Pedagang pertanian
Pengumpul komoditas pertanian
Pemberi pinjaman modal
Orang lain yang membantu usaha
III.
Saling Kenal
Hubungan Akrab
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT
II.1 TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERENCANAAN
No.
Indikator
Pilihan
Apakah Anda pernah diundang untuk mengikuti 1. Tidak
20.
rapat perencanaan?
2. Ya
1. Pihak pengelola
2. Penyuluh
Jika Ya, siapa yang mengundang Anda dalam rapat
21.
3. Pengurus Gapoktan
tersebut?
4. Pemerintah Desa
5. Anggota lain
22.
Berapa kali Anda diundang rapat perencanaan?
……………. kali
1. Tidak
23.
Apakah Anda mengikuti rapat perencanaan?
2. Ya
24.
Berapa kali Anda hadir dalam rapat perencanaan? ......................kali
1. Tidak
Apakah Anda diberikan kesempatan dalam
25.
2. Jarang
mengemukakan pendapat?
3. Sering
1. Tidak
26.
Apakah Anda pernah mengemukakan pendapat?
2. Jarang
3. Sering
Apakah Anda dapat menyanggah apabila pendapat 1. Tidak
27.
orang lain tidak sesuai dengan prinsip Anda?
2. Jarang
3. Sering
Apakah
pendapat
Anda
diterima
dan 1. Tidak
28.
dipertimbangkan dengan baik?
2. Jarang
3. Sering
1. Pihak pengelola
2. Penyuluh
29.
Dalam rapat, keputusan akhir diambil oleh siapa?
3. Pengurus Gapoktan
4. Pemerintah Desa
5. Kesepakatan Bersama
I.2 TAHAP IMPLEMENTASI
No.
Indikator
30.
Apakah pelaksanaan program sudah sesuai
dengan keputusan perencanaan?
Pilihan
1. Tidak
2. Jarang
3. Sering
Jawaban
Jawaban
35
31.
32.
Apakah anda diberi kesempatan menyampaikan
pendapat dalam pelaksanaan?
Apakah pendapat anda dipertimbangkan ketika
pelaksanaan?
33.
Apakah Anda ikut serta dalam mengelola dana
PUAP di Gapoktan ?
34.
Apakah anda ikut serta dalam mengelola usaha tani
pribadi?
35.
36.
37.
Apakah anda mengikuti pelatihan
diselenggarakan PUAP?
Berapa kali anda mengikuti pelatihan?
yang
Bagaimana kondisi anda ketika melaksanakan
program?
II.3 TAHAP PEMANFAATAN
No.
Indikator
Apakah Anda merasa bahwa program tersebut
38.
berhasil?
39.
Apakah Anda merasa bahwa program tersebut
mempengaruhi kehidupan Anda?
40.
Apakah pendapatan Anda per bulan meningkat
setelah adanya program?
41.
Apakah skala usaha anda meningkat setelah
adanya program?
42.
Apakah anda mendapat pengetahuan baru setelah
mengikuti pelaksanaan program?
43.
Apakah keterampilan usaha anda bertambah
setelah mengikuti pelaksanaan program?
II.4 TAHAP EVALUASI PROGRAM
No.
Indikator
Apakah Anda ikut serta dalam proses evaluasi
44.
program?
45.
Berapa kali anda mengikuti evaluasi program?
Apakah Anda diberikan kesempatan dalam
46.
mengemukakan pendapat?
47.
Apakah Anda pernah mengemukakan pendapat?
48.
Apakah Anda dapat menyanggah apabila pendapat
orang lain tidak sesuai dengan prinsip Anda?
49.
Apakah
pendapat
Anda
dipertimbangkan dengan baik?
diterima
dan
1. Tidak
2. Ya
1. Tidak
2. Ya
1. Tidak
2. Jarang
3. Sering
1. Tidak
2. Jarang
3. Sering
1. Tidak
2. Ya
……………Kali
1. Mengikuti arahan
2. Memberi masukan
3. Berinisiatif
menggerakan
Pilihan
1. Tidak
2. Kurang
3. Sangat
1. Tidak
2. Kurang
3. Sangat
1. Tidak
2. Kurang
3. Sangat
1. Tidak
2. Kurang
3. Sangat
1. Tidak
2. Kurang
3. Sangat
1. Tidak
2. Kurang
3. Sangat
Jawaban
Pilihan
1. Tidak
2. Ya
…………kali
1. Tidak
4. Ya
1. Tidak
2. Jarang
3. Sering
1. Tidak
2. Jarang
4. Sering
4. Tidak
5. Jarang
6. Sering
Jawaban
36
50.
Apakah Anda merasa program tersebut akan
berjalan secara berkelanjutan?
51.
Apakah program telah dikontrol secara rutin?
52.
Menurut Anda, siapa yang mengontrol program
ketika program terus berjalan?
IV.
1. Tidak
2. Ya
1. Tidak
2. Jarang
3. Sering
1. Pengurus Gapoktan
2. Penyuluh
3. Ketua program
4. Kepala Desa
5. Semua Anggota
6. Lainnya...
TARAF HIDUP MASAYARAKAT
IV.1 KONDISI FISIK DAN FASILITAS RUMAH TANGGA
No.
Indikator
53.
Darimana Anda memperoleh
sumber air?
54.
Apakah status kepemilikan
bangunan tempat tinggal Anda?
55.
Berapa luas bangunan tempat
tinggal Anda?
56.
Apakah jenis lantai bangunan
tempat tinggal Anda?
57.
Apakah jenis dinding bangunan
tempat tinggal Anda?
58.
Apakah jenis fasilitas yang Anda
miliki sebagai tempat untuk
buang air besa/WC?
59.
Apahkah sumber penerangan
yang Anda gunakan untuk
tempat tinggal?
60.
Apakah jenis alat transportasi
utama yang Anda miliki?
Pilihan
Jawaban
Sebelum
Sesudah
1. Sungai
2. Mata air sumur
3. Ledeng meteran
(PAM)
4. Sumur bor/pompa
terlindung
5. Air minum dalam
kemasan/isi ulang
6. Lainnya...
1. Milik orang lain
2. Milik saudara
3. Kontrak/Sewa
4. Dinas
5. Milik sendiri
6. Lainnya……..
... m2
1. Tanah
2. Kayu
3. Semen/plester
4. Ubin
5. Keramik
6. Marmer
7. Lainnya………
1. Bambu
2. Kayu
3. Tembok
4. Lainnya………
1. Sungai
2. WC umum
3. WC pribadi
4. Lainnya............
1. Obor
2. Petromak
3. Listrik non-PLN
4. Listrik PLN
5. Lainnya.............
1. Gerobak
2. Sepeda
3. Sepeda motor
... m2
37
61.
No.
62.
Apakah bahan bakar utama yang
digunakan untuk memasak
4. Mobil untuk angkutan
umum
5. Mobil untuk pribadi
6. Lainnya............
1. Listrik
2. Gas/elpiji
3. Gas kota
4. Minyak tanah
5. Arang
6. Briket
7. Kayu
8. Lainnnya…….
Status kepemilikan (v)
Sebelum
Sesudah
Apakah rumah tangga memiliki sendiri asset sebagai berikut?
1. Rumah Kontrakan/kos
2. Mobil
3. Sepeda Motor
4. Sepeda
5. Mesin Industri
6. Televisi
7. Radio
8. Laptop
9. Komputer
10. Lemari Es
11. Mesin Cuci
12. Telepon Rumah (bukan HP)
13. Handphone
Indikator
Jumlah (unit)
Sebelum
Sesudah
IV.2 TINGKAT PENDAPATAN
No.
63.
64.
65.
Indikator
Sebelum
Berapa pendapatan bersih (uang dan barang) yang
biasanya diterima selama sebulan dari pekerjaan utama
Berapa pendapatan bersih (uang dan barang) yang
biasanya diterima selama sebulan dari pekerjaan
tambahan
Berapa pendapatan diluar pekerjaan yang biasanya
diterima selama sebulan
Jawaban
Sesudah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
IV.3 TINGKAT PENGELUARAN
Diisi oleh Responden
Sebelum
Sesudah
Pengeluaran
66. Pengeluaran
Terakhir
1
Padi-padian
2
Umbi-umbian
3
Ikan
3
Daging
Konsumsi
Seminggu
Rp.
38
4
Telur dan susu
5
Sayur-sayuran
6
Kacang-kacangan
7
Buah-buahan
8
Minyak dan Lemak
9
Bahan minuman
10
Bumbu-bumbuan
11
Tembakau
12
Makanan dan minuman jadi
Total
67. Pengeluaran Non-Konsumsi Sebulan
Terakhir
1
Perumahan dan fasilitas rumah tangga
(sewa, kontrak,pemeliharaan rumah
dan perbaikan ringan, rekening listrik,
air, gas, minyak tanah, kayu bakar,
rekening telepon rumah, pulsa HP,
telepon umum, wartel, internet,
warnet)
2
Aneka barang dan jasa (aneka barang,
biaya kesehatan, biaya pendidikan,
transportasi, jasa lain)
3
Pakaian, alas kaki, tutup kepala
(pakaian jadi, bahan pakaian, sepatu,
topi,dll)
4
Barang tahan lama (alat rumah tangga,
perkakas, alat dapur, alat hiburan
(elektronik), alat olahraga, perhiasan,
kendaraan, payung, arloji, kamera, HP,
pasang telepon, pasang listrik, barang
elektronik, dll.)
5
Pajak, pungutan, dan asuransi
6
Rp.
Keperluan pesta dan upacara
Total
IV.4 TINGKAT TABUNGAN
No.
68.
69.
Jawaban
Indikator
Berapa jumlah tabungan rumah tangga setiap
bulannya
Berapa jumah asset barang/lahan/investasi yang
dimiliki dengan satuan rupiah
Sebelum
Sesudah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
39
Lampiran 4. Panduan Pertanyaan
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN
USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP TARAF HIDUP
MASYARAKAT
(Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara)
Topik
Tujuan
: Partisipasi, PUAP
: Memahami informasi modal sosial, partisipasi, dan taraf hidup pada
Program PUAP
Pertanyaan Penelitian:
I. KONDISI PROGRAM PUAP
1.
2.
3.
4.
Bagaimana kinerja Pengurus dan Anggota Gapoktan dalam mengelola PUAP?
Bagaimana kinerja penyuluh pendamping selama kegiatan berjalan?
Bagaimana perkembangan program hingga saat ini?
Apa saja yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan Program PUAP selama ini?
II. MODAL SOSIAL
5. Bagaimana sikap masyarakat terhadap aturan-aturan yang diterapkan Pemerintah
Desa dan Gapoktan?
6. Apa saja sangsi yang diterapkan ketika melanggar aturan tersebut?
7. Bagaimana pandangan masyarakat terkait adanya program PUAP?
8. Siapa saja pihak yang sangat dibutuhkan dalam mendukung kelancaran program?
9. Bagaimana peran setiap pihak tersebut selama ini?
III. PARTISIPASI
10. Apakah penerapan program PUAP melibatkan partisipasi anggota pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, manfaat program, dan evaluasi?
11. Bagaimana bentuk keterlibatan anggota tersebut?
12. Apa saja kegiatan yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya?
13. Menurut anda apakah program tersebut berhasil dan dapat berkelanjutan?
14. Bagaimana manfaat yang dirasakan setelah mengikuti program?
15. Bagaimana proses evaluasi dan pengontrolan program tersebut?
IV. TARAF HIDUP
16.
17.
18.
19.
Bagaimana perkembangan usaha tani anggota hingga saat ini?
Apakah terjadi peningkatan pendapatan pada sebagian besar usaha anggota?
Apakah terjadi peningkatan pengeluaran pada sebagian besar usaha anggota?
Apakah terjadi peningkatan investasi pada anggota?
40
41
Lampiran 5. Format Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN KEHubungan Partisipasi Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap
Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara)
Topik
:
Metode
:
Informan/Partisipan
:
Hari & Tanggal
:
Waktu & Durasi
:
Tempat
Kondisi & Situasi
:
:
DESKRIPSI
INTERPRETASI
42
43
Lampiran 6. Outline Skripsi
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis
2.4. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Lokasi dan Waktu
3.2. Teknik Pengumpulan Data
3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN PROGRAM PUAP
4.1. Letak dan Keadaan Fisik
4.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi
4.3. Profil Gapoktan
4.4. Profil Program PUAP
5. HUBUNGAN TINGKAT MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI PETANI
5.1. Tingkat Kepercayaan terhadap Partisipasi
5.2. Tingkat Norma terhadap Partisipasi
5.3. Tingkat Jaringan Sosial terhadap Partisipasi
6. HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DENGAN TARAF HIDUP
MASYARAKAT
6.1. Tingkat Partisipasi terhadap Kondisi Fisik dan Fasilitas Rumah Tangga
6.2. Tingkat Partisipasi terhadap Tingkat Pendapatan
6.3. Tingkat Partisipasi terhadap Tingkat Pengeluaran
6.4. Tingkat Partisipasi terhadap Tingkat Tabungan
7. HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI
PADA PROGRAM PUAP DAN HUBUNGANNYA DENGAN TARAF HIDUP
MASYARAKAT
7.1. Hubungan modal sosial dengan partisipasi petani
7.2. Hubungan partisipasi petani dengan taraf hidup masyarakat
8. PENUTUP
8.1. Kesimpulan
8.2. Saran
9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN
11. RIWAYAT HIDUP
44
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Tri Nugroho Wicaksono dilahirkan di Kota
Madiun Provinsi Jawa Timur, 10 Maret 1994 dari pasangan Heru Wicaksono dan
Marni Al-Mesiyem. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Pendidikan formal dijalani penulis mulai dari TK. YWKA (1999-2000), SD Negeri
01 Madiun Lor (2000-2006), SMP Negeri 03 madiun (2006-2009), SMA Negeri
05 Madiun (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima menjadi mahasiswa
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis
merupakan mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Berprestasi
(Bidik Misi) Dikti
Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, sejak pertama kali masuk dunia
perkulian, penulis sudah aktif mengikuti berbagai organisasi, yaitu bergabung
dalam Paguyuban Sedulur Madiun (PASMAD), UKM MAX!! IPB, Ketua
Komunitas Teater UpToDate periode 2014, dan menjadi Direktur Broadcasting
pada Organisasi HIMASIERA (Himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu
komunikasi dan pengembangan masyarakat) periode 2015, serta beberapa kali
tergabung dalam kepanitian ACRA, MPF, MPKMB, dan Connection. Hingga kini
penulis masih menjadi mahasiswa aktif tingkat akhir di IPB dan belum menikah.
Download