HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara) TRI NUGROHO WICAKSONO DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 ii iii PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL PENELITIAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian berjudul “Hubungan Partisipasi Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir proposal penelitian ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2016 Tri Nugroho Wicaksono NIM. I34120064 iv v ABSTRAK TRI NUGROHO WICAKSONO Hubungan Partisipasi Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara). Dibawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dari Kementerian Pertanian memiliki tujuan memberi solusi keterbatasan modal khususnya petani kecil. Pelaksanaan program ini membutuhkan modal sosial kepercayaan, jaringan sosial, dan norma untuk mendorong pelaksanaan program dan meningkatkan partisipasi petani. Partisipasi dilihat dari setiap tahap pelaksanaan program yang diduga memiliki kontribusi pada perkembangan program. Perkembangan tersebut secara konsisten akan menghasilkan perubahan taraf hidup masyarakat yang dapat dilihat dari perubahan keadaan fisik dan fasilitas rumah tangga, pendapatan, pengeluaran, dan tabungan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif didukung kualitatif dengan instrumen kuesioner dan panduan wawancara mendalam. Pengolahan data menggunakan uji korelasi SPSS Rank Spearman untuk melihat hubungan modal sosial dengan partisipasi petani pada Program PUAP, serta hubungannya dengan perubahan taraf hidup masyarakat. Kata Kunci: Modal sosial, tingkat partisipasi, PUAP, taraf hidup ABSTRACT TRI NUGROHO WICAKSONO The Relations of Farmers Participation in Rural Agribusiness Development Program to Community Living Standards (Case Farmers Beneficiaries of Rural Agribusiness Development Program (RADP) in Ngetuk Village, Nalumsari Subdistrict, Jepara Regency). Supervised by IVANOVICH AGUSTA Rural Agribusiness Development Program (PUAP) of the Ministry of Agriculture has the goal to provide solutions lack of capital, especially small farmers. Implementation of this program requires a social capital of trust, social networks and norms to encourage the implementation of the program and increase participation of farmers. Participation views from every stage of the implementation of the program which is thought to have contributed to the development of the program. Such a development will consistently produce a change in people's life that can be seen from the changes in the physical state and household facilities, income, expenses, and savings. This research is a quantitative Research (using questionnaire) which supported by qualitative data (using indepth interview). The data processing was carried out using SPSS Rank Spearman correlation test to examine the relations of social capital with the participation of farmers in RADP Program, as well as its relation with changes of standard of living Keywords: Social capital, the level of participation, RADP, the standard of living vi vii HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara) TRI NUGROHO WICAKSONO I34120064 Proposal Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 viii ix Judul Proposal Penelitian : Hubungan Partisipasi Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara) Nama : Tri Nugroho Wicaksono NIM : I34120064 Disetujui oleh Dr Ivanovich Agusta SP, MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : _________ x xi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga Studi Pustaka dengan judul “Hubungan Partisipasi Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara) “ dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir. Proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ivanovich Agusta SP, MSi sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan proposal skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Heru Wicaksono dan Ibu Marni Al-Mesiyem orang tua tercinta, kakak dan adik tersayang serta semua keluarga yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat terdekat dan keluarga The Kons, UKM MAX!!, Up To Date, dan Pengurus HIMASIERA 2015 serta Divisi Broadcasting yang selalu memberikan dukungan dan semangat layaknya keluarga. Dan juga ucapan terimakasih untuk temen-temen seperjuangan SKPM 49 atas semangat dan kebersamaan selama ini serta semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya proposal skripsi ini. Semoga laporan proposal skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2016 Tri Nugroho Wicaksono NIM. I3412064 xii xiii DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Masalah Penelitian .............................................................................................. 2 Tujuan .................................................................................................................. 3 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 4 PENDEKATAN TEORITIS ................................................................................... 5 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 5 Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ...................... 5 Modal Sosial .................................................................................................... 7 Partisipasi ......................................................................................................... 9 Taraf Hidup .................................................................................................... 12 Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 13 Hipotesis Penelitian ........................................................................................... 14 PENDEKATAN LAPANG................................................................................... 15 Metode Penelitian .............................................................................................. 15 Lokasi dan Waktu .............................................................................................. 15 Teknik Penentuan Responden dan Informan ..................................................... 16 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 16 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................................... 17 Definisi Operasional .......................................................................................... 17 Tingkat Modal sosial ..................................................................................... 17 Tingkat Partisipasi Masyarakat ...................................................................... 18 Tingkat Taraf Hidup Masyarakat ................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22 LAMPIRAN .......................................................................................................... 26 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 44 xiv xv DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 14 Gambar 2. Lokasi Penelitian ................................................................................. 27 DAFTAR TABEL Tabel 1. Rencana Jadwal Penelitian tahun 2016 ................................................... 15 Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data ............................................. 17 Tabel 3. Definisi operasional tingkat modal sosial ............................................... 18 Tabel 4. Definisi operasional tingkat pasrtisipasi masyarakat .............................. 19 Tabel 5. Definisi operasional tingkat taraf hidup masyarakat............................... 20 Tabel 6. Dummy Tables......................................................................................... 20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Wilayah ..................................................................................... 27 Lampiran 2. Kerangka Sampling .......................................................................... 29 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 30 Lampiran 4. Panduan Pertanyaan .......................................................................... 39 Lampiran 5. Format Catatan Harian...................................................................... 40 Lampiran 6. Outline Skripsi .................................................................................. 42 xvi 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja sekaligus sumber pendapatan penting bagi masyarakat Indonesia. Bidang tersebut mampu menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar pendapatan Negara. Selain itu sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang sedang dikembangkan oleh pemerintah karena sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian. Data Badan Pusat Statistik tahun 2015 menyebutkan jumlah angkatan kerja nasional yang bekerja di bidang pertanian sebesar 32,88 persen jauh lebih besar dibanding dengan penyerapan tenaga kerja pada bidang lain. Sementara jika ditambah dengan jumlah usaha sektor pertanian baik primer maupun turunan mampu menyerap lebih dari 50 persen total penyerapan lapangan kerja di Indonesia (BPS, 2009). Sektor yang menjadi arus utama tenaga kerja nasional ini tidak terlepas dari berbagai masalah. Masalah tersebut terutama terkait dengan sektor pertanian primer yang pada umumnya berpusat di perdesaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80 persen berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar (Kementan, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan pada tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia karena masih banyak petani yang memiliki skala usaha rendah. Skala usaha yang rendah pada masyarakat desa rata-rata terjadi karena berbagai persoalan seperti pengetahuan, modal, dan produktivitas. Seperti yang dijelaskan oleh Kementerian Pertanian (2008) terkait masalah rendahnya usaha masyarakat desa dikarenakan kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Modal merupakan hal mendasar bagi suatu usaha dapat memproduksi kembali barangnya. Rata-rata dengan tingkat kemiskinan yang tinggi di perdesaan, masyarakat cukup sulit untuk memperoleh tambahan modal dikarenakan jaringan sosial maupun sistem bank yang masih sulit dijangkau. Selain itu kurangnya pengetahuan menyebabkan masyarakat kurang mampu menerapkan teknologi sederhana dari bantuan pemerintah. Serupa dengan pendapat Hakim dalam Prihartono (2009) yang menyebutkan masalah umum petani perdesaan adalah sulitnya dalam mengadopsi teknologi sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian, keterbatasan petani dalam akses informasi harga pertanian, keterbatasan sumberdaya manusia, dan masalah keterbatasan modal. Masalah keterbatasan modal ini menjadi salah satu penyebab dari masalah lain seperti terbatasnya kapasitas dan teknologi produksi, terbatasnya upaya perawatan tanaman, terbatasnya jumlah bibit unggul, dan kepemilikan lahan yang relatif kecil. Sesuai pada tujuan mengatasi masalah-masalah tersebut dan meningkatkan produktivitas pertanian, maka pemerintah mencanangkan Program Pembangunan Pertanian. Realisasi Program Jangka Menengah Kementerian Pertanian (20052009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Atas dasar program tersebut pemerintah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (Kementan, 2 2008). Salah satunya adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. Melalui tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. PUAP difokuskan untuk mempercepat pengembangan usaha ekonomi produktif yang diusahakan para petani di perdesaan. Guna mencapai tujuan tersebut, maka dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur partisipasi masyarakat, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi (Kementan, 2010). Unit pelaksana dari program PUAP ini adalah Gapoktan di setiap desa. Gapoktan merupakan kelembagaan tani yang akan mengelola dan menyalurkan penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota dengan didampingi oleh Tenaga Pendamping PUAP (Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani). Seperti pada tujuan PNPM Mandiri program ini juga mensyaratkan partisipasi aktif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam lembaga gapoktan menjadi sangat penting dalam mencapai keberhasilan program tersebut. Melalui partisipasi masyarakat miskin mampu menumbuhkan kesadaran kritis untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Seperti yang dikutip dari Wibawa (2013) bahwa modal sosial adalah hubungan yang aktif di antara manusia, rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku mampu memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi serta memungkinkan adanya kerja sama. Sehingga modal sosial diharapkan mampu memfasilitasi perkembangan suatu program secara partisipastif untuk mengatasi permasalahan masyarakat. Hasil Evaluasi pelaksanaan PUAP selama 3 tahun menunjukan bahwa dana PUAP tahun 2008-2009 yang diterima Gapoktan sebesar Rp 100 juta telah bertumbuh dan meningkat sebesar 5-30 % (Kementan, 2010). Sementara jika dilihat pada beberapa kasus di berbagai daerah, program PUAP sebagian besar mampu membawa pengaruh positif terhadap usaha agribisnis dan pendapatan anggota Gapoktan, sedangkan pada beberapa kasus lain program mengalami kendala seperti kemacetan pembayaran dan dana pinjaman tidak kembali, serta rendahnya produktivitas gapoktan. Hal ini dikarenakan belum terwujudnya syarat keberlangsungan program PUAP yaitu partisipasi sehingga partisipasi dirasa sangat dibutuhkan di setiap tahap program pembangunan. Selain itu untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam suatu program pembanguan, masyarakat desa biasanya memiliki ciri-ciri kepemilikan modal sosial dan jaringan yang tinggi untuk mendorong kerjasama dalam suatu program. Mengacu dengan adanya modal sosial dan partisipasi dari masyarakat sesuai dengan syarat program pembangunan, diharapkan program PUAP ini mampu memberdayakan masyarakat serta memberi pengaruh peningkatan taraf hidup masyarakat yang berkelanjutan melalui perkembangan modal usaha. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana hubungan peran modal sosial dengan partisipasi petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) terhadap tingkat taraf hidup masyarakat? Masalah Penelitian Modal sosial mengacu pada apa yang dibawa atau dimiliki masyarakat dalam membantu menjalani suatu organisasi sosial. Modal sosial merupakan suatu sistem hasil dari organisasi sosial dan ekonomi seperti pandangan umum (world- 3 view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompokkelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colleta dan Cullen, 2000 dalam Nasdian, 2014). Hasil dari modal sosial berupa tindakan kolektif dalam pembangunan ini akan memberi dampak pada kelancaran dan kemudahan suatu program pembangunan seperti PUAP. Namun beberapa stakeholder maupun pengelola program masih ada yang lebih mengutamkan modal fisik dan manusia daripada modal sosial. Padahal modal sosial ini akan mampu memberi pengaruh langsung dan tidak langsung pada pelaksanaan program melalui tindakan kolektif dan nantinya akan menumbuhkan partisipasi masyarakat Oleh karena itu, menjadi penting dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi bagaimana hubungan modal sosial terhadap partisipasi petani dalam program PUAP? Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dicanangkan Kementerian Pertanian memiliki tujuan utama untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, PUAP difokuskan untuk mempercepat pengembangan usaha ekonomi produktif yang diusahakan para petani di perdesaan. Seperti pada tujuan PNPM Mandiri, PUAP juga mensyaratkan partisipasi aktif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat dalam pelaksanaan program ini di masyarakat (Kementan, 2010). Partisipasi anggota gapoktan dalam mengelola PUAP jika dilakukan secara terorganisir dan terkoordinir akan mampu mengantarkan pada perkembangan program PUAP salah satunya yaitu peningkatan pendapatan anggota dan jika berkelanjutan akan memberi dampak pada taraf hidup masyarakat. Sehingga perlu diidentifikasi bagaiamana hubungan partisipasi petani pada program PUAP terhadap tingkat taraf hidup masyarakat? Selanjutnya setelah hubungan modal sosial dengan partisipasi diketahui, serta hubungan partisipasi dengan taraf hidup juga diketahui. Peneliti ingin menganalisis secara berkesinambungan antara hubungan modal sosial dengan partisipasi yang diduga mampu mendorong perkembangan usaha agribisnis, berkembangnya gapoktan yang dikelola petani, dan berkembangnya pelaku usaha agribisnis perdesaan sehingga menyebabkan perubahan taraf hidup masyarakat. Maka perlu diketahui bagaimana hubungan modal sosial dengan partisipasi petani pada Program PUAP terhadap tingkat taraf hidup masyarakat? Tujuan 1. Menganalisis hubungan modal sosial terhadap partisipasi petani dalam program PUAP. 2. Menganalisis hubungan partisipasi petani pada program PUAP terhadap tingkat taraf hidup masyarakat. 3. Menganalisis hubungan modal sosial dengan partisipasi petani pada Program PUAP terhadap tingkat taraf hidup masyarakat. 4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa mamfaat antara lain : 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai hubungan modal sosial dengan partisipasi pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan PUAP terhadap taraf hidup masyarakat, terutama hubungan modal sosial dengan partisipasi dalam mengembangkan program pembangunan. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk memperoleh pengetahuan akan pentingnya modal sosial dan partisipasi pada program PUAP sehingga masyarakat mampu meningkatkan taraf hidup mereka. 3. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan khususnya bagi tim pengelola PUAP Pusat hingga Daerah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan PUAP agar mampu memberi peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya anggota gapoktan. 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang selanjutnya disingkat PUAP adalah program bantuan langsung masyarakat sebagai impelmentasi dari program utama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan keberhasilan melalui penyaluran dana BLM PUAP kepada Gapoktan dalam mengembangkan Usaha Produktif petani untuk mendukung swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Bantuan modal tersebut diberikan untuk menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran (Pedum, 2015). Kegiatan PUAP memiliki bentuk yaitu pemberian fasilitas modal kepada Gapoktan, yang selanjutnya akan dikoordinir mereka dan disalurkan kepada petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani sebagai bantuan modal dalam kegiatan usaha pertanian. (Proposal Evaluasi PUAP, 2010). Secara umum Program PUAP bertujuan untuk: (1) Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani (PMT); (3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; dan (4) Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Selanjutnya sasaran program PUAP yang hendak dicapai adalah: (1) Berkembangnya usaha agribisnis di desa terutama desa miskin sesuai dengan potensi pertanian desa; (2) Berkembangnya Gapoktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani untuk menjadi kelembagaan ekonomi; (3) Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan (4) Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha. Program PUAP memiliki Indikator keberhasilan yang terbagi kedalam keberhasilan output, outcome, serta benefit dan impact yang nantinya akan menjadi tolak ukur keberhasilan dan perkembangan program PUAP tersebut. Indikator keberhasilan output tersebut antara lain: (1) Tersalurkannya dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP 2015 kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha produktif pertanian; dan (2) Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh dan PMT. Selanjutnya pada indikator keberhasilan outcome antara lain: (1) Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik petani pemilik penggarap, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani; (2) Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha; dan (3) Meningkatnya aktivitas kegiatan usaha agribisnis (hulu, budidaya dan hilir) di perdesaan. Sementara indikator benefit dan Impact yang ingin dicapai program ini antara lain: (1) Berkembangnya usaha agribisnis di perdesaan; (2) Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang dimiliki dan dikelola oleh 6 petani; dan (3) Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Pedum, 2015). Selanjutnya untuk menentukan peserta program atau Gapoktan dari berbagai desa, Kementerian Pertanian atau Tim PUAP Pusat telah menentukan terlebih dahulu kriteria Gapoktan yang layak untuk menerima bantuan. Keriteria tersebut telah diambil dan disepakati secara formal dan tertulis dalam pedoman umum PUAP dari tahun ke tahun. Kriteria Gapoktan penerima bantuan modal usaha PUAP yaitu : a) Memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengelola usaha agribisnis; b) Mempunyai kepengurusan yang aktif dan dikelola oleh petani; dan c) Pengurus Gapoktan adalah petani dan bukan Kepala Desa/Lurah dan Sekretaris Desa/Lurah atau yang setingkat dengan jabatan tersebut. Pada setiap desa calon lokasi PUAP, akan ditetapkan 1 (satu) Gapoktan penerima Dana BLM PUAP Tahun 2015 (Juknis, 2015). Program pengembangan masyarakat yang diinisiasi pemerintah pada dasarnya membutuhkan pastisipasi anggota untuk mencapai keberhasilan setiap program tersebut. Sama halnya seperti pelaksanaan PUAP, program ini juga melibatkan peran aktif anggota melalui musyawarah/rapat anggota sebagai forum tertinggi dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang diputuskan pada musyawarah/ rapat anggota yaitu memilih dan memberhentikan pengurus, penambahan anggota, pengesahan rencana usaha Gapoktan terkait dengan penyaluran dana BLM PUAP, penetapan unit usaha otonom, evaluasi pengembangan pengelolaan unit usaha Gapoktan, penyusunan dan perubahan RUB, tahapan penyaluran dan pemanfaatan dana BLM-PUAP. (Juknis BLM PUAP, 2015). Jika dilihat dari pedomam umun program PUAP, pelaksanaan kegiatan PUAP ini memiliki tahapan atau prosedur baik dari perencanaan, menikmasti hasil, hungga evaluasi. Tahapan pelaksaan program PUAP tersebut meliputi: 1. Identifikasi dan verifikasi usulan Desa calon lokasi serta Gapoktan calon penerima dana BLM PUAP 2015; 2. Verifikasi, pemberkasan, dan penetapan Desa/Gapoktan penerima dana BLM PUAP 2015; 3. Pelatihan bagi fasilitator (Penyuluh dan PMT) serta pembekalan pengetahuan tentang PUAP bagi pengurus Gapoktan; 4. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT; 5. Sosialisasi dan koordinasi kegiatan PUAP; 6. Pendampingan; 7. Penyaluran BLM PUAP 2015; 8. Pembinaan dan Pengendalian; 9. Pengawasan; dan 10. Evaluasi dan pelaporan (Pedum, 2015). Hasil penelitian dari beberapa daerah yang sudah dapat diketahui perkembangan PUAP menunjukkan bahwa pelaksanaan Program PUAP mampu memberi manfaat peningkatan pendapatan petani dan di daerah lain ada yang tidak memberi peningkatan pendapatan. Pada Penelitian di Desa Kuta Jeumpa, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Aceh Barat Daya hasilnya menunjukan Program PUAP ini sangat memberi pengaruh positif terhadap masyarakat khususnya petani. Baik itu dalam bidang permodalan, sikap petani terhadap penggunaan teknologi, dan juga peningkatan pendapatan petani. Peningkatan pendapatan sebesar 16 persen membuat program ini berhasil dalam meningkatkan total pendapatan masyarakat penerima program yaitu para petani menjadi lebih berinovasi dalam berusaha tani dalam hal pemilihan benih yang lebih berkualitas dan perawatan yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu Penyuluh Pertanian berpengaruh penting dalam hal menyampaikan informasi tentang Program PUAP, yang diantaranya pemberian pinjaman bantuan modal, informasi tentang teknologi, pupuk, dan sebagainya. Perkembangan PUAP di desa Kuta Jeumpa masih dalam bentuk Gapoktan dan 7 belum menjadi LKM (Lembaga Keuangan Mikro) dikarenakan PUAP ini sebagai program baru dan masih butuh proses untuk menjadi LKM (Siregar et. al., 2013) Modal Sosial Disadari atau tidak modal sosial sudah ada dan melekat pada setiap masyarakat melalui hubungan-hubungan sosial. Modal ini sangat berbeda dengan modal lain karena modal ini tidak berwujud nyata dan tampak namun bisa kita identifikasi keberadaannya dalam masyarakat. Seperti yang dijelaskan alfitri (2011) modal sosial adalah kemampuan membangun jaringan dan kerjasama antar masyarakat dalam bentuk norma resiprositas dan jaringan keterlibatan antar warga yang bermanfaat terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan kemandirian masyarakat lokal. Berbeda dengan modal lain seperti modal ekonomi dan modal manusia, modal sosial lebih memperlihatkan hubungan dan potensi pada kelompok dengan perhatian ruang jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama yang lahir yang dari kehidupan berkelompok. Sementara modal manusia lebih menekankan pada sesuatu yang merujuk pada individual seperti daya dan keahlian yang dimiliki individu. Begitu pula modal fisik yang lebih menekankan pada keuangan, asset, serta barang-barang terlihat lain yang dapat digunakan sebagai modal (alfitri, 2011). Bank Dunia (1999) dalam Alfitri (2011) menjelaskan bahwa modal sosial merupakan sesuatu yang merujuk pada dimensi institusional, hubungan yang tercipta dan norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Pada awalnya memang modal sosial diidentifikasi pada suatu institusi ataupun dalam kelembagaan formal sebagai sesuatu yang mampu merekatkan dan menambah kerjasama mereka namun seiring perkembangan menurut Putnam, Coleman, dan Fukuyama modal sosial dapat dikembangkan dalam bentuk norma informal yang dimiliki bersama antar anggiota masyarakat dalam melakukan kerjasama. Berdasarkan kategorinya Cox (1995) dalam Alfitri (2011) menjelaskan modal sosial sebagai rangka hubungan manusia dibentuk dari komponen yaitu kepercayaan (trust), norma (norms), dan jaringan (networks) yang memungkinkan efektivitas dan efisiensi kerjasama didalamnya. Selanjutnya untuk setiap komponen diatas akan dijelaskan lebih rinci menurut Alfitri sebagai berikut. Kepercayaan (Trust) Kepercayaan merupakan suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosial yang didasari perasaan yakin bahwa orang lain kan melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita harapkan dan akan bertindak kedalam pola yang saling mendukung (Putnam dalam Alfitri, 2011). Kepercayaan dapat membuat masyarakat saling bersatu dan bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Kepercayaan memiliki beberapa tingkatan berdasarkan ranah dan sumber hadirnya kepercayaan tersebut. Pada tingkat individual kepercayaan hadir dari nilai kepercayaan agama yang dianut, kompetensi seeorang, serta norma keterbukaan dalam masyarakat. Selanjutnya pada tingkat komuntas, kepercayaan hadir berdasarkan nilai dan norma yang telah melekat dalam hubungan-hubungan masyarakat. Sementara pada tingkat institusi, kpercayaan akan muncul dari karakteristik sistem yang memberi nilai tinggi pada tanggung jawab sosial setiap anggota kelompok. Namun kepercayaan dapat hilang daya optimalnya ketika mengabaikan salah satu spektrum pentiing didalamnya yaitu rentang rasa 8 mempercayai seperti berkurang pengharapan dan kepercayaan dikarenakan suatu norma baru ataupun suatu kejadian (Alfitri, 2011) Norma (Norms) Norma merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Norma ini biasanya telah terinstitusionalisasi termasuk sanksi sosialnya yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan bermasyarakat (Alfitri, 2011). Norma biasanya memiliki aturan kolektif yang tidak tertulis namun telah dipahami masyarakat dalam mengatur pola hidup mereka seperti menghormati yang lebih tua, sopan santun, tidak mengganggu kesibukan orang lain, dan adat istiadat. Norma yang telah mendalam tersebut dapat menimbulkan kohesivitas masyarakat, namun norma ini juga dapat membuat masyarakat tertutup dengan ide atau pemikiran baru karena lebih mengutamakan hubungan atau melihat dari labelnya saja ketimbang melihat substansi pemikiran tersebut (Alfitri, 2011). Jaringan Sosial (Networks) Jaringan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam membangun relasinya. Kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pada kemampuan sekelompok orang melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial. Jaringan sosial ini membuat masyarakat mampu memiliki variasi hubungan saling berdampingan dengan prinsip kesukarelaan, kesamaan, kebebasan, dan keadaan sehingga kerja sama dan upaya saling menguntungkan akan timbul dalam jaringan ini untuk mencapai tujuan bersama. Jaringan sosial memiliki tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Ketika kelompok terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan dan pengalaman secara turun temurun cenderung memiliki kohesifitas tinggi, tetapi jaringan dan kepercayaan terbangun sangat sempit, lain halnya dengan kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih terbuka akan memilik jaringan lebih luas dan memfasilitasi pastisipasi masyarakat dengan baik. Tipologi ini yang membuat dampak positif bagi kelompok sehingga mampu mendorong kemajuan kelompok dan mendorong pembangunan (Alfitri, 2011). Selanjutnya Nasdian (2014) mengelompokan modal sosial kedalam empat dimensi untuk melihat hubungan sesama mayarakat dan komunitas serta hubungan dengan pihak berpengaruh lain. Keempat dimensi tersebut meliputi Integrasi, Pertalian, Integrasi Organisasional, dan Sinergi. Integrasi (integration) merupakan ikatan kuat antar anggota keluaga dan keluarga dengan tetangga sekitarnya. Contohnya ikatan-ikatan berdasarkan etnik, kekerabatan, dan agama. Pertalian (linkage) adalah ikatan dengan komunitas lain diluar komunitas asal. Seperti jejaring (network) dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan (civic associations) yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama. Selanjutnya integrasi organisasional (organizational integrity) merupakan keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan penegakan aturan. Terakhir adalah Sinergi (sinergy) meliputi relasi antara pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas (state-community relations) yang berfokus tentang apakah negara memberikan ruang yang luas atau tidak untuk partisipasi warganya. Dari keempat dimensi ini pada dimensi pertama 9 dan kedua berada pada tingkat horizontal sedangkan ketiga dan keempat ditambah pasar (market) berfokus pada tingkat vertikal (Nasdian, 2014). Penciptaan modal sosial yang efektif dengan memperhatikan setiap komponen-komponen diatas harus menjadi tujuan dari program pembangunan karena penciptaan setiap komponen dan dimensi tersebut membuat masyarakat mampu mengembangkan diri, menumbuhkan rasa memiliki dan pelibatan aktif masyarakat dalam program sehingga meciptakan kemandirian masyarakat dalam mendukung program pembangunan. Konsep modal sosial dan partisipasi sebenarnya merupakan kedua konsep yang saling berhubungan dalam setiap kegiatan masyarakat. Alfitri (2011) menjelaskan bahwa modal sosial berbentuk nilai dan norma informal yang dimiliki bersama kelompok masyarakat mampu menumbuhkan kerjasama. Modal sosial yang telah diterapkan dalam pola kehidupan masyarakat menbuat tingkat modal sosial yang semakin tinggi dan membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam bentuk apapun. Bahkan kesaling-percayaan antara masyarakat dan pemerintah disebabkan keterbukaan dan komitmen pemerintah daerah mampu mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program pembangunan maupun sistem pemerintahan daerah yang lebih baik (Inayah, 2012). Selain itu pada penelitian Anggita (2013) partisipasi diikutsertakan dalam konsep modal sosial dan berkaitan dengan kerjasama dalam melihat kolektivitas usaha tani. Hasilnya menunjukan modal sosial dan partisipasi saling terkait dilihat dari keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan sosial dan ekonomi pertanian, bahkan partisipasi telah menjadi tradisi budaya turun temurun dalam memenuhi kebutuhan bersama (Anggita, 2013). Partisipasi Program pembangunan yang diinisiasi oleh pemerintah maupun secara swadaya umumnya harus menumbuhkan pemberdayaan masyarakatnya. Menurut Nasdian (2014) pemberdayaan merupakan konsep bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Sementara ketika kita melihat definisi partisipasi, partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif (Nasdian, 2014). Berdasarkan kedua definisi diatas bahwa upaya partisipasi masyarakat dapat menumbuhkan inisiatif, cara berfikir, dan tindakan mereka sendiri untuk mengontrol kehidupan mereka sehingga dengan adanya partisipasi penting untuk membuat masyarakat merasakan pemberdayaan yang mereka bentuk. Partisipasi mampu mendukung masyarakat untuk menyadari akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka atau memiliki kesadaran kritis. Partisipasi sendiri memiliki dua kategori yaitu warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang dan dikontrol orang lain, dan partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri (Nasdian, 2014). Dalam hal ini partisipasi mampu mendorong penumbuhan kesadaran kritis masyarakat dan mencari solusi untuk mengatasinya. Untuk 10 memahami bagaimana partisipasi tersebut berjalan, perlu diketahui bagaimana tahapan partisipasi terlebih dahulu menurut pendapat beberapa ahli. Berdasarkan teori Uphoff et al. (1979) dalam Nasdian (2006), partisipasi dipandang sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya. Keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi. Selanjutnya ditambahkaan oleh Cohen dan Uphoff dalam Nasdian (2014) bahwa partisipasi memiliki tahapan meliputi tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Selanjutnya tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Serta tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Berbeda dengan dua teori sebelumnya, Arnstein memiliki pendapat bahwa partisipasi mempunyai tingkatan atau level yang dilihat dari seberapa jauh masyarakat terlibat dalam program ataupun seberapa sering masyarakat terlibat dalam setiap bagian program. Menurut Arnstein (1969) dalam Suroso, Hakim, dan Noor (2014), tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu program dapat dilihat dari sebarapa jauh peran masyarakat terhadap penguasa dalam program. Berdasar pada Arnsterin dalam Nasdian (2014) terdapat delapan tangga atau tingkatan partisipasi yang dapat mengukur seberapa jauh masyarakat dilibatkan dalam program. Delapan tingkat tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Manipulation (Manipulasi) Masyarakat dianggap sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh golongan penguasa. 2. Therapy (Terapi) Penguasa menganggap ketidakberdaayan masyarakat sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan yang bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab lukanya. 3. Informing (Menginformasikan) Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi. 4. Consultation (Konsultasi) Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu 11 5. 6. 7. 8. karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak dari kuesioner dijawab. Placation (Menenangkan) Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Partnership (Kemitraan) Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Delegated Power (Kekuasaan didelegasikan) Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah yang kurang memiliki legitimasi bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Citizen Control (Kontrol warga negara) Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Partisipasi merupakan salah satu syarat utama dalam setiap program pembangunan baik dari pemerintah maupun secara swadaya. Lastinawati (2011) menjelaskan bahwa tahapan partisipasi juga bisa dilihat dari spesifik program yang akan diteliti. Seperti program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dengan tujuan penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat berdasarkan tahapan kegiatan program tersebut. Tahapan partisipasi Program PUAP secara spesifik dilihat dari tahap pelatihan PUAP, tahap sosialisasi program PUAP, tahap pendampingan pengajuan RUA, tahap penyusunan RUK, penyusunan RUB, penggunaan dana, pengembalian dana, dan tahap penyusunan laporan. Penelitian Siregar et al. (2013) menyebutkan bahwa Program PUAP sangat memberi pengaruh positif terhadap masyarakat khususnya petani. Baik itu dalam bidang permodalan, sikap petani terhadap penggunaan teknologi, dan juga terhadap pendapatan petani. Program menghasilkan pendapatan sebesar 16 persen membuat program ini berhasil dalam meningkatkan total pendapatan masyarakat penerima program yaitu para petani menjadi lebih berinovasi dalam berusaha tani dalam hal pemilihan benih yang lebih berkualitas dan perawatan yang lebih baik 12 dari sebelumnya. Peningkatan pendapatan tersebut juga berdampak pada perubahan taraf hidup masyarakat. Penelitian lain banyak menjelaskan bahwa partisipasi pada program pembangunan memberi dampak pada perubahan taraf hidup masyarakat. Pada program CSR perusahaan dengan partisipasi masyarakat yang aktif mampu memberi dampak pada aspek ekologi, struktur, kultur, dan perubahan taraf hidup masyarakat. Hasil telaah menunjukan semakin tinggi pelapisan sosial masyarakat penerima program maka semakin tinggi perubahan taraf hidupnya (Nasdian, 2014). Serupa dengan hasil program PUAP di Desa Sidourip Kecamatan Beringan Kabupaten Deliserdang terkait partisipasi dengan perkembangan keuangan. Desa Sidourip dengan partisipasi tinggi mampu membuat dana semakin berkembang hingga 78,55 persen lebih tinggi dibanding desa lain. Perkembangan dana tersebut juga membuat pendapatan petani bertambah dan menyebabkan peningkatan taraf hidup petani penerima program tersebut (Rajagukguk et al., 2012). Taraf Hidup Kata taraf dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) berarti tingkatan, mutu atau kualitas. Jika kata tersebut dihubungkan dengan kehidupan masyarakat berarti taraf hidup merupakan kualitas hidup yang dimiliki seseorang atau keluarga dalam suatu masyarakat. Kualitas hidup ini juga dapat diartikan sebagai kemampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan berkecukupan. Kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut menurut Manullang dapat didefinisikan kedalam dua kategori yaitu taraf hidup primer adalah suatu kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan hidup seperti makanan, minuman, pakaian dan perumahan. Sedangkan taraf hidup sekunder merupakan kebutuhan yang diperlukan guna melengkapi kebutuhan primer seperti alat-alat dan perabot (Manullang dalam Fargomeli, 2014). Ketika kebutuhan-kebutuhan primer dan sekunder tersebut terpenuhi, maka hal ini juga dapat menggambarkan seberapa tinggi kesejahteraan masyarakat dalam kehidupannya seperti tingkat konsumsi atau pengeluaran. Karena kondisi sejahtera dapat didefinisikan juga sebagai suatu kondisi terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan (Fargomeli, 2014). Kualitas hidup ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Sesuai dengan pendapat diatas bahwa taraf hidup adalah kulaitas kehidupan seseorang atau kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Purnamasari (2015) menambahkan bahwa peningkatan taraf hidup masyarakat, adalah segala kegiatan dan upaya masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Selanjutnya Purnamasari melihat kebutuhan hidup ini dari beberapa indikator yang menggambarkan pemenuhan kebutuhan hidup meliputi tingkat kecukupan pangan, tingkat kecukupan sandang, kelayakan rumah tempat tinggal, pendidikan keluarga, dan kesehatan keluarga. Menurut Purnamasari selain sandang, pangan, dan papan, faktor pendidikan keluarga dan kesehatan juga sangat mempengaruhi taraf hidup dalam suatu keluarga sehingga kedua faktor tersebut layak untuk dijadikan parameter taraf hidup (Purnamasari, 2015). Terkait dengan taraf hidup tersebut dari hasil penelitian Rosyida dan Nasdian (2011) menjelaskan adanya program pemerintah maupun perusahan seperti Corporate Social Responsibility (CSR) yang pelaksanaannya mampu 13 melibatkan kontribusi masyarakat dibeberapa proyek dan program tersebut memeberi pengaruh terhadap dampak sosial ekonomi masyarakat. Pengaruh pada dampak sosial tersebut dilihat dari modal sosial sedangkan dampak ekonomi dilihat dari tingkat taraf hidup meliputi tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat investasi, dan juga kondisi fisik dan prasarana tempat tinggal seseorang meliputi luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, pemilikan alat transportasi, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat investasi yang seluruhnya dapat menggambarkan taraf hidup masyarakat (Rosyida dan Nasdian, 2011). Selanjutnya Suharto (2009) dalam Fargomeli (2014) menambahkan bahwa upaya untuk meningkatkan taraf hidup tersebut juga dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimaksud berupa kondisi terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Adanya perubahan taraf hidup masyarakat tentunya disebabkan oleh beberapa aspek diantaranya seperti adanya modal sosial yang kuat dan partisipasi aktif masyarakat. Seperti yang dibahas pada pustaka sebelumnya bahwa modal sosial yang telah diterapkan dalam pola kehidupan masyarakat membuat tingkat modal sosial yang semakin tinggi dan membawa dampak pada tingginya partisipasi masyarakat sipil dalam bentuk apapun (Inayah, 2012). Program PUAP juga mensyarakatkan partisipasi aktif setiap anggotanya. Siregar et al. (2013) menjelaskan hasil Program PUAP mampu memberi pengaruh positif terhadap masyarakat khususnya petani. Baik itu dalam bidang permodalan, sikap petani terhadap penggunaan teknologi, dan juga peningkatan pendapatan petani. Pendapatan merupakan salah satu aspek dari taraf hidup sehingga dengan berkembangnya pendapatan akan menyebabkan perkembangan taraf hidup masyarakat. Kerangka Pemikiran Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program yang tergabung dalam PNPM-Mandiri yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian. Progarm ini memiliki bentuk bantuan langsung modal usaha tani kepada gapoktan di setiap desa yang memiliki ciri kelayakan tertentu yang diajukan Gapoktan dan dikoordinasikan dengan Tim PUAP Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan Kecamatan. Pelaksanaan Program PUAP ini membutuhkan keterlibatan aktif anggota Gapoktan dalam merencanakan usaha bersama, usaha anggota, pengelolaan dana, penyaluran, hingga evaluasi yang murni mereka kerjakan sendiri dengan bantuan dan bimbingan dari penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani. Anggota harus mampu menanamkan rasa kepedulian terhadap program tersebut serta memiliki rasa bahwa program tersebut akan memberi manfaat terhadap kelangsungan hidupnya. Kondisi kepedulian terhadap program akan tumbuh pada masyarakat melalui hubungan-hubungan sosial antar anggota, serta nilai dan aturan yang dianut komunitas bersama yang lebih akrab disebut modal sosial. Modal sosial memiliki dimensi-dimensi dalam mengatur hubungan sosial masyarakat yang mampu menyebabkan rasa kepedulian terhadap Program PUAP sebagai program bersama meliputi kepercayaan, jaringan sosial, dan norma-norma sosial. Kepercayaan berhubungan dengan harapan yang tumbuh pada masyarakat 14 terhadap Program PUAP yang mampu memberi nilai positif terhadap kehidupan masyarakat. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan pada masyarakat yang dapat mempermudah penukaran informasi serta pelaksanaan Program. Kemudian norma-norma merupakan nilai-nilai yang diyakini dan dijalani suatu masyarakat terhadap hadirnya Program PUAP. Tentunya dengan adanya modal sosial yang dimiliki setiap masyarakat dalam suatu komunitas ini mampu meningkatkan kepedulian masyarakat khususnya anggota Gapoktan sehingga memberi pengaruh pada keterlibatan aktif atau partisipasi anggota pada pelaksanaan Program PUAP. Partisipasi merupakan keterlibatan aktif masyarakat untuk sadar akan masalahnya dan upaya untuk mencapai solusi masalah tersebut. Keterlibatan aktif anggota pada Program PUAP sangat diperlukan untuk memberi solusi masyarakat pada masalah permodalan. Partisipasi program yang baik harus mampu melibatkan kontribusi seluruh anggota pada setiap tahapan pelaksanaan program. Tahapan tersebut meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi program. Melalui kontribusi masyarakat pada setiap program tersebut masyarakat akan menyampaikan pendapat mereka, melaksanakan kegiatan, serta mampu menikmati hasil jerih payah mereka dan merasakan manfaatnya untuk mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat. Pencapaian dari Program PUAP tersebut akan memberi pengaruh terhadap taraf hidup masyarakat khususnya anggota Gapoktan. Taraf hidup yang menggambarkan kualitas hidup masyarakat ini dilihat dari empat komponen meliputi kondisi fisik dan fasilitas rumah tangga, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat tabungan. Keempat faktor tersebut digunakan untuk menggambarkan sejauh mana kualitas hidup anggota Gapoktan setelah mengikuti program PUAP selama beberapa periode. Selain itu taraf hidup ini juga akan memberikan gambaran terhadap pencapaian Program PUAP pada Gapoktan tersebut. Tingkat Modal Sosial 1. Tingkat kepercayaan 2. Tingkat norma 3. Tingkat jaringan sosial Keterangan: Tingkat Partisipasi Petani dalam Program PUAP 1. 2. 3. 4. Tahap perencanaan Tahap implementasi Tahap pemanfaatan Tahap evaluasi program Tingkat Taraf Hidup Masyarakat 1. 2. 3. 4. Tingkat pendapatan Tingkat pengeluaran Tingkat tabungan Kondisi fisik dan fasilitas rumah tangga : Hubungan Gambar 1 Kerangka pemikiran Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara tingkat modal sosial dengan tingkat partisipasi petani dalam Program PUAP. 2. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi petani pada Program PUAP dengan tingkat taraf hidup masyarakat. 15 PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode survei menggunakan sampel yang mana kuesioner digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi dari responden. Pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Pendekatan kuantitatif pada penelitain ini bertujuan melihat bagaimana hubungan yang ditimbulkan pada variabel modal sosial dengan partisipasi, Serta variabel partisipasi yang memiliki hubungan dengan perubahan taraf hidup masyarakat. Jenis penelitian merupakan penelitian eksplanatori. Data kualitatif diambil melalui metode wawancara mendalam kepada beberapa aktor penting menggunakan panduan pertanyaan untuk memahami secara mendalam dan rinci mengenai suatu peristiwa, serta dapat menggali berbagai realitas, proses sosial, dan makna yang berkembang dari individu yang menjadi subjek penelitian. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan serta memperkuat hasil dari pendekatan kuantitatif. Semua data hasil penelitian akan dikombinasikan dengan menjelaskan data kuantitatif dari hasil olah data kuesioner serta diperkuat dan dideskripsikan dengan data kualitatif dari hasil pengamatan dan wawancara mendalam. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Peran Modal Sosial dan Partisipasi pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Taraf Hidup Masyarakat ini dilakukan di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena Desa Ngetuk merupakan salah satu desa yang memiliki program puap sejak tahun 2009 sehingga dampaknya sudah dapat dirasakan masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan hasil evaluasi PUAP di Kabupaten tahun 2015, desa ini masuk pada kategori Perkembangan PUAP yang baik karena mampu mengelola PUAP dengan kondisi pinjaman dominan lancar sehingga dapat berkelanjutan hingga sekarang. Peneliti sendiri akan melakukan pengambilan data ke lapang dengan rentang biaya sekitar satu juta rupiah. Proses penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian pada bulan Januari 2016. Selanjutnya setelah proposal dibahas pada kolokium dan disetujui langkah selanjutnya adalah mengambil data baik primer maupun sekunder untuk diolah dalam skripsi. Secara rinci kegiatan penelitian ini terdiri dari kegiatan penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data Lapangan Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Jan Feb Mar Apr Mei Jun 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 16 Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Penelitian Tabel 1. Rencana jadwal penelitian tahun 2016 Teknik Penentuan Responden dan Informan Terdapat dua subjek dalam penelitian ini yaitu responden dan informan. Responden adalah seseorang atau individu yang dapat memberikan informasi mengenai dirinya sendiri terkait kondisi dirinya dengan Program PUAP. Populasi penelitian ini ialah seluruh petani Desa Ngetuk. Sementara populasi sampelnya meliputi petani Desa Ngetuk yang menjadi penerima Program PUAP. Selanjutnya, populasi sampel tersebut akan dibentuk lebih sempit menggunakan kerangka sampling. Kerangka sampling disini berisi sejumlah responden yang akan diambil dari populasi sampel yaitu petani Desa Ngetuk yang menjadi penerima Program PUAP. Adapun sampel ditentukan untuk penelitian ialah sebanyak 50 orang responden. Pengambilan sampel atau responden dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling karena pertimbangan sampel cenderung memiliki karakteristik seragam yaitu petani kecil atau anggota gapoktan dan tergabung dalam Program PUAP hingga saat ini. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Pada awalnya, teknik ini dilakukan dengan cara mendapatkan data jumlah populasi masyarakat anggota Gapoktan yang menerima Program PUAP kemudian penulis akan melakukan pengambilan sampel dengan metode simple random sampling. Informan merupakan seseorang atau individu yang dapat menjelaskan dan memberikan keterangan berupa gambaran mengenai dirinya sendiri, keluarga, pihak lain dan lingkunganya terkait kondisi dan perkembangan Program PUAP. Informan juga dapat dikatakan sebagai pihak yang mampu mendukung kelancaran informasi yang diberikan. Adapun informan yang diambil adalah instansi terkait dalam penelitian ini seperti Perangkat Desa, Pengurus Gapoktan, tokoh masyarakat, serta anggota Gapoktan yang memiliki pengaruh kuat di desa tersebut. Banyaknya informan di sini tidak dibatasi, akan tetapi informan tersebut sudah dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat membantu peneliti dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini berjenis data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Dalam melakukan pengamatan langsung, peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada informan dengan mengacu pada panduan pertanyaan dan dicatat pada catatan lapangan, serta wawancara kuesioner kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dan panduan pertanyaan wawancara mendalam merupakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Setelah panduan pertanyaan ditanyakan kepada informan, hasil dari wawancara mendalam akan direkam atau ditulis kedalam catatan lapangan berisi deskripsi dan interpretasinya sesuai format pada lampiran. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis baik yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi dari instansi terkait. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dan berguna mengenai penelitian ini. Data sekunder dapat diperoleh dari instansi terkait, dalam penelitian ini seperti data dari kantor desa dan kecamatan, Kementerian Pertanian, maupun studi literatur penelitian sebelumnya. 17 Tabel 2. Teknik pengumpulan data dan jenis data Teknik Pengumpulan Data Data yang Dikumpulkan ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· ï‚· Kuesioner Wawancara mendalam Observasi lapang dan dokumentasi data sekunder Karakteristik penerima program PUAP Kondisi tingkat modal sosial Kondisi tingkat partisipasi pada PUAP Perubahan tingkat taraf hidup masyarakat Kondisi dan Masalah Program PUAP Kondisi modal sosial pada masyarakat Pencapaian dan upaya partisipasi petani Perkembangan perubahan taraf hidup akibat Program PUAP ï‚· Gambaran umum desa melalui data monografi dan data potensi desa ï‚· Literatur pendukung Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013 dan SPSS Version 21. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013. Kemudian SPSS Version 21 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata ataupun tabel dan matriks yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan, dan dosen pembimbing untuk memperjelas kembali kebenarannya. Data sekunder akan disortir dan disajikan untuk untuk menjelaskan gambaran dasar lokasi dan memperkuat penjelasan data primer. Seluruh hasil penelitian ini akan dituliskan dalam laporan berbentuk skripsi. Definisi Operasional Tingkat Modal sosial Modal sosial merupakan salah satu pendorong anggota Gapoktan agar memiliki kepedulian terhadap berjalannya Program PUAP sehingga menimbulkan keterlibatan aktif pada program tersebut. Adapun bentuk modal sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah tingkat kepercayaan, tingkat norma, dan tingkat jaringan sosial. Ketiga aspek tersebut akan dilihat hubungannya dalam mendukung tingkat partisipasi pada Program PUAP. Setiap aspek akan diukur menggunakan data ordinal. Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai pada setiap skor meliputi skor 18 rendah =1, skor sedang =2, dan skor tinggi =3. Selanjutnya skor akan diakumulasi dan dibagi menjadi tiga kategori atau sesuai kebutuhan. Tabel 3. Definisi operasional tingkat modal sosial Indikator Definisi Definisi Operasional Kategori Tingkat Keperca yaan Tingkat Norma Tingkat keyakinan dan kepercayaan kepada pengelola Program PUAP, pengurus Gapoktan, dan anggota lain mampu terlibat aktif dalam Program PUAP dan memberi solusi terhadap kurangnya modal anggota dalam berusaha tani Tingkat kepatuhan anggota terhadap aturan-aturan dari masyarakat, Gapoktan, maupun dari Program PUAP. 1. Skor kepercayaan pengelola 2. Skor kepercayaan penyuluh pendamping 3. Skor kepercayaan pengurus Gapoktan 4. Skor kepercayaan anggota lain 1. Kepatuhan aturan masyarakat 2. Kepatuhan aturan desa 3. Kepatuhan aturan Gapoktan 4. Kepatuhan aturan program 1. 2. 3. Tingkat Jaringan Sosial Banyaknya hubungan sosial maupun relasi baik mengenal maupun akrab dengan mitra atau stakeholder yang berhubungan dengan PUAP. 4. 5. 6. 7. 8. Skor Jaringan dengan pengelola Skor Jaringan dengan penyuluh Skor Jaringan dengan pengurus gapoktan Skor Jaringan dengan perangkat desa anggota lain Skor Jaringan dengan pedagang Skor Jaringan dengan pengumpul Skor Jaringan dengan peminjam modal Skor Jaringan dengan orang lain yang membantu. Skor Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Skor 1-3 2. Sedang : Skor 4-7 3. Tinggi : Skor 8-10 Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Skor 1-3 2. Sedang : Skor 4-7 3. Tinggi : Skor 8-10 Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Skor saling kenal 2. Tinggi : Skor hubungan akrab Skala Pengu kuran Ordinal Ordinal Ordinal Tingkat Partisipasi Masyarakat Partisipasi dipandang sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya. Keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi (Uphoff et al. dalam Nasdian, 2006). Selanjutnya ditambahkaan oleh Cohen dan Uphoff dalam Nasdian (2014) bahwa partisipasi memiliki tahapan meliputi tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya. Setiap aspek 19 akan diukur menggunakan data ordinal. Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai pada setiap skor meliputi skor rendah =1, skor sedang =2, dan skor tinggi =3. Selanjutnya skor akan diakumulasi dan dibagi menjadi tiga kategori atau sesuai kebutuhan. Tabel 4. Definisi operasional tingkat pasrtisipasi masyarakat Indikator Definisi Definisi Operasional Kategori Skor 1. Jumlah kehadiran rapat 2. Penyampaian pendapat 3. Penyanggahan pendapat 4. Pendapat dipertimbangkan dan diterima 1. Kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan 2. Keikutsertaan pengelolaan dana 3. Keikutsertaan dalam mengelola usaha 4. Jumlah keikutsertaan pelatihan 5. Inisiatif dalam pelaksanaan program 6. Pertimbangan masukan pada pelaksanaan Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Skor Tidak 2. Sedang : Skor Jarang 3. Tinggi : Skor Sering Tahap pengambil an keputusan dalam perencana an Keikutsertaan seorang individu dalam tahap perencanaan suatu kegiatan. Tahap implement asi Partisipasi terhadap pelaksanaan program. Bentuk partisipasi yang dapat diambil ialah dengan berbentuk sumbangan pemikiran dan sumbangan berupa tindakan seorang individu. Tahap pemanfaat an Manfaat dari program yang dirasakan anggota. Semakin besar manfaat dari suatu program maka program tersebut berhasil mengenai sasaran. 1. Peningkatan pendapatan usaha 2. Peningkatan skala usaha 3. Peningkatan pengetahuan usaha 4. Peningkatan keterampilan usaha Tahap evaluasi program pembangu nan Umpan balik yang diterima dari partisipasi masyarakat dalam menjalankan program. Masyarakat dapat menyuarakan atau memberikan pendapat serta pernyataan untuk perbaikan program selanjutnya. 1. Jumlah keikutsertaan evaluasi 2. Jumlah penyampaian pendapat 3. Pendapat diterima dan dipertimbangkan 4. Program Berkembang 5. Pengontrolan program Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Skor Tidak 2. Sedang : Skor Jarang 3. Tinggi : Skor Sering Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Skor Tidak 2. Sedang : Skor Kurang 3. Tinggi : Skor Sangat Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Skor Tidak 2. Sedang : Skor Jarang 3. Tinggi : Skor Sering Skala Penguku ran Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Tingkat Taraf Hidup Masyarakat Taraf hidup merupakan kemampuan seseorang atau keluaraga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. taraf hidup sendiri dapat dilihat dari beberapa komponen meliputi tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat 20 investasi, dan juga kondisi fisik dan fasilitas rumah tangga. Kondisi fisik dan fasilitas rumah tangga tersebut meliputi luas lantai bangunan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, pemilikan alat transportasi, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan tingkat investasi yang seluruhnya dapat menggambarkan taraf hidup masyarakat (Rosyida dan Nasdian, 2011). Setiap aspek akan diukur menggunakan data ordinal. Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai pada setiap skor meliputi skor rendah =1, skor sedang =2, dan skor tinggi =3. Selanjutnya skor akan diakumulasi dan dibagi menjadi tiga kategori atau sesuai kebutuhan. Tabel 5. Definisi operasional tingkat taraf hidup masyarakat Indikator Tingkat Pendapat an Tingkat Pengeluar an Tingkat Investasi Kondisi Fisik dan Fasilitas Rumah Tangga Definisi Banyaknya pendapatan responden selama sebulan dengan satuan rupiah Banyaknya pengeluaran responden selama sebulan dengan satuan rupiah (pangan dan non-pangan) Banyaknya simpanan, uang, barang, dan lahan yang digunakan responden sebagai tabungan di hari mendatang Keadaan fisik tempat tinggal dan fasilitas barang-barang yang membantu perkerjaan rumah tangga Definisi Operasional Kategori Skor Skala Penguk uran Seluruh pendapatan responden (rupiah) 1. Rendah : X ≤ ½ SD 2. Sedang : ½ SD < X < ½ SD 3. Tinggi : X ≥ ½ SD Ordinal 1. Rendah : X ≤ ½ SD 2. Sedang : ½ SD < X < ½ SD 3. Tinggi : X ≥ ½ SD Ordinal Seluruh tabungan responden (rupiah) 1. Rendah : X ≤ ½ SD 2. Sedang : ½ SD < X < ½ SD 3. Tinggi : X ≥ ½ SD Ordinal 1. Sumber air 2. Status kepemilikan 3. Luas bangunan (ha) 4. Jenis lantai 5. Jenis dinding 6. Fasilitas BAB 7. Sumber penerangan 8. Alat transportasi 9. Bahan bakar utama Untuk setiap kategori/poin 1. Rendah : Poin 1 2. Sedang : Poin 2-3 3. Tinggi : Poin > 3 Ordinal Seluruh pengeluaran responden (rupiah) DUMMY TABLES DAN TABULASI SILANG Tabel 6. Dummy Tables Tabel Frekuensi Tingkat Modal Sosial Kategori Rendah Sedang Tinggi Jumlah (n) Persentase (%) 21 Tabel Frekuensi Tingkat Partisipasi Kategori Rendah Sedang Tinggi Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%) Tabel Frekuensi Tingkat Taraf Hidup Kategori Rendah Sedang Tinggi Tabel Tabulasi Silang : Hubungan Tingkat Modal Sosial dengan Tingkat Partisipasi Variabel pengaruh : Tingkat Modal Sosial Variabel terpengaruh : Tingkat Partisipasi Tingkat Modal Sosial Rendah Sedang Tinggi Rendah (responden) (responden) (responden) Tingkat Partisipasi Sedang (responden) (responden) (responden) Tinggi (responden) (responden) (responden) n minimal : 45 responden HIPOTESIS Terdapat hubungan antara tingkat modal sosial dengan tingkat partisipasi anggota dalam Program PUAP Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Taraf Hidup Variabel pengaruh : Tingkat Partisipasi Variabel terpengaruh : Tingkat Taraf Hidup Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Rendah (responden) (responden) (responden) Tingkat Taraf Hidup Sedang Tinggi (responden) (responden) (responden) (responden) (responden) (responden) n minimal : 45 responden HIPOTESIS Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat taraf hidup anggota pada Program PUAP 22 23 DAFTAR PUSTAKA Alfitri. 2011. Community Development Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Anggita. 2013. Dukungan Modal Sosial dalam Kolektivitas Usaha Tani untuk Mendukung Kinerja Produksi Pertanian Studi Kasus : Kabupaten Karawang dan Subang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. [Internet]. [diunduh tanggal 23 September 2015, pukul 12.34 WIB]. Volume 24 No. 3 Tahun 2013. Dapat diunduh pada : http://sappk.itb.ac.id/jpwk1/wpcontent/uploads/2014/04/V1N2481-487.pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Profil Sektor Pekerjaan di Indonesia. [berita resmi statistik] [internet]. [diunduh 13 Januari 2016]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Profil kemiskinan di Indonesia maret 2010 [berita resmi statistik] [internet]. [diunduh 13 Januari 2016]; 45(07) 1-7. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/getfile.php?news=776 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia 2016. [berita resmi statistik] [internet]. [diunduh 13 Januari 2016]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id Fargomeli. 2014. Interaksi Kelompok Nelayan dalam Meningkatkan Taraf Hidup di Desa Tewil Kecamatan Sangaji Kabupaten Maba Halmahera Timur. Journal “Acta Diurna”. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Januari 2016, pukul 23.30 WIB]. Volume III. No.3. Tahun 2014. Dapat diunduh pada : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/5728 Inayah. 2012. Peranan Modal Sosial dalam Pembangunan. Jurnal Pengembangan Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 23 September 2015, pukul 12.34 WIB]. Vol. 12 No. 1, April 2012. Dapat diunduh pada : http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/.../paper_6%20apr%202012.pd f Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2016. [internet]. Tersedia pada : http://kbbi.web.id/taraf Kementerian Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian. Jakarta : Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Jakarta : Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian. 2010. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Jakarta : Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian. 2015. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Jakarta : Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian. 2015. Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen Administrasi Penyaluran BLM-PUAP. Jakarta : Kementerian Pertanian. Ginting YB. Maryunianta Y. Kesuma SI. Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja dan Pendapatan Usaha Tani Anggota Kelompok Tani (Kasus : Desa Paluh Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang). [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Dapat diunduh pada : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=184455&val=4143&t itle=DAMPAK%20PROGRAM%20PENGEMBANGAN%20USAHA%2 24 0AGRIBISNIS%20PERDESAAN%20TERHADAP%20KINERJA%20D AN%20PENDAPATAN%20USAHA%20TANI%20ANGGOTA%20KEL OMPOK%20TANI%20%20(Kasus%20:%20Desa%20Paluh%20Manan% 20Kecamatan%20Hamparan%20Perak%20Kabupaten%20Deli%20Serdan g) Lastinawati E. 2011. Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kab. OKU. AgronobiS. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Vol. 3, No. 5, Maret 2011 ISSN: 1979 – 8245X, Hal; 47- 57. Dapat diunduh pada : https://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/12-endang-petanihal-47-57-oke.pdf Nasdian FT. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Tidak Diterbitkan. Institut Pertanian Bogor. Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Primadona. 2012. Penguatan Modal Sosial Untuk Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan (Kelompok Tani Kecamatan Rambutan). Polibisnis. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Volume 4 No. 1 April 2012 ISSN 1858-3717. Dapat diunduh pada : http://ojs.polinpdg.ac.id/index.php/JEB/article/download/645/610 Purnamasari NI. 2015. Pengaruh Program Pemerintah PNPM Mandiri (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri) terhadap Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat di Desa Sangatta Utara Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu Pemerintahan. [Internet]. [diunduh tanggal 23 September 2015, pukul 12.34 WIB]. Dapat diunduh pada : http://ejournal.ip.fisipunmul.ac.id/site/?p=1222 Rachmawati AN. Marwanti S. Wijianto A. Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Sukoharjo. Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Dapat diunduh pada : http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/humaniora/article/view/833 Rivai, et. al. 2010. Evaluasi dan Penyusunan Desa Calon Lokasi Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). [Internet]. [diunduh tanggal 9 Januari 2016, pukul 23.11 WIB]. Dapat diunduh pada : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MAKPROP_RSR.pdf Rajagukguk SI. Ginting M. Emalisa. Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (Kasus: Desa Sidourip dan Desa Pasar V Kebun Kelapa Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang). [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, Pukul 23:07 WIB]. Dapat diunduh pada : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34496/7/Cover.pdf Rosyida I. Nasdian FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaran Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Januari 2016, pukul 23.30 WIB]. Vol. 05, No. 01 hlm. 51-70 ISSN : 25 1978-4333. Dapat diunduh pada : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/5832 Siregar S, et al. 2013. Peranan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) terhadap Peningkatan Pendapatan Petani. Agrium. [Internet]. [diunduh tanggal 23 September 2015, pukul 12.04 WIB]. April 2013 Volume 18 No 1. Dapat diunduh pada : http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/agrium/article/download/342/309 Suandi. Damayanti Y. Yulismi. 2012. Model Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pada Usahatani Padi Sawah Di Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Volume 14, Nomor 2, Hal. 25-34 ISSN 0852-8349. Dapat diunduh pada : http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/humaniora/article/view/833 Suroso H. Hakim A. Noor I. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Wacana. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, pukul 23.07 WIB]. Vol. 17, No. 1(2014) ISSN : 1411-0199. Dapat diunduh pada : http://wacana.ub.ac.id/index.php/wacana/article/view/290 Wibawa L. 2013. Pemberdayaan Pemuda Melalui Social Capital. Prosiding Seminar Nasional dan Jurnal. [Internet]. [diunduh tanggal 19 September 2015, Pukul 23:07 WIB]. ISBN : 978-602-99286-2-4. Dapat diunduh pada : http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Lutfi%20Wibawa,%20S. %20Pd.,%20M.%20Pd/Pemberdayaan%20Pemuda%20Melalui%20Social %20Capital-%20LUTFI.pdf 26 27 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Wilayah Gambar 2. Lokasi Penelitian 28 Keterangan : Nama Wilayah : Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara Batas-batas Geografis : a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bategede b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tritis c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bendanpete d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Karangnongko 29 Lampiran 2. Kerangka Sampling No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. Nama Alamat Jenis Usaha 30 31 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Nomor Kuesioner Tanggal Wawancara Tanggal Entri Data KUESIONER HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara) I. DATA PRIBADI RESPONDEN I.1 Data Pribadi dan Karakteristik Responden 1. Nama 2. No. HP 3. Alamat 4. Umur 5. Jenis Kelamin 6. Pendidikan terakhir 7. Jumlah anggota keluarga 8. Status dalam rumah tangga 9. Status Perkawinan 10. Pekerjaan 11. Status Keanggotaan Gapoktan RT: RW: Desa Ngetuk Kec. Nalumsari Kab. Jepara Prov. Jawa Tengah ... tahun No.: 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Tidak Tamat Sekolah Dasar 2. Tamat Sekolah Dasar 3. Tamat SMP / Sederajat 4. Tamat SMA / Sederajat 5. Tamat Perguruan Tinggi ... orang 1. Kepala Rumah Tangga 2. Ibu Rumah Tangga 3. Anggota Rumah Tangga 1. Belum Menikah 2. Menikah 3. Janda/Duda 1. Petani dengan tanah sendiri 2. Buruh tani 3. Pegawai Negeri 4. TNI/Polri 5. Pengusaha dengan pengelola sendiri 6. Mengelola usaha orang lain 7. Lainnya……………… Karakteristik Program PUAP 1. Pengurus 2. Anggota 3. Anggora Luar Biasa 4. Bukan Anggota 32 Lama anggota: ………. Bulan 1. Hanya meminjam 2. Meminjam dan terlibat dalam program Lama meminjam/terlibat: ………. Bulan Rp. 12. Keterlibatan dalam Program PUAP 13. Total dana PUAP yang diterima 14. Berapa kali meminjam dana PUAP 15. Status pinjaman 16. Alokasi penggunaan dana PUAP 1. Satu kali 2. Dua kali 3. Tiga kali 4. Lainnya..................… 1. Lewat masa tenggang 2. Masa tenggang 3. Masa pengembalian 4. Sudah dikembalikan 1. Keperluan bertani 2. Keperluan berdagang 3. Lainnya…………….. I.2 Anggota Keluarga yang Tinggal Bersama Responden No. Nama Anggota Keluarga Pendidikan A Hubungan KeluargaB JK (L/P) Usia (tahun) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Status PerkawinanC Pekerjaan Utama 1 2 3 4 5 6 Keterangan : A: 1. 2. 3. 4. 5. Tidak Tamat Sekolah Dasar Tamat Sekolah Dasar Tamat SMP / Sederajat Tamat SMA / Sederajat Tamat Perguruan Tinggi 1. 2. 3. 4. Suami Isteri Anak Anggota keluarga lain B: C: 1. Belum menikah 2. Menikah 3. Janda/Duda II. TINGKAT MODAL SOSIAL II.1 KEPERCAYAAN Bapak/Ibu diminta untuk membaca pernyataan yang ada di bawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu mengenai pernyataan tersebut. Tanggapan dapat diberikan dengan memilih lima kolom tanggapan yang ada, mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju dengan memberi tanda (√)! Tambahan 33 Nilai (1-10) No Pernyataan 1. Pengelola PUAP baik pusat maupun daerah mampu mengelola sistem PUAP dengan baik. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2. Penyuluh pendamping mampu memberikan pelatihan dan pendampingan dengan baik. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3. Pengurus Gapoktan mampu mengelola kegiatan dengan baik. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4. Pengurus Gapoktan mampu mengelola dana dengan baik. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5. Anggota Gapoktan bersedia mengikuti kegiatan PUAP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 6. Anggota Gapoktan mampu memanfaatkan dana sesuai aturan PUAP dan Gapoktan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II.2 TINGKAT NORMA Bapak/Ibu diminta untuk membaca pernyataan yang ada di bawah ini dan menentukan tanggapan yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu mengenai pernyataan tersebut. Tanggapan dapat diberikan dengan memilih lima kolom tanggapan yang ada, mulai dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju dengan memberi tanda (√)! Nilai (1-10) No Pernyataan 7. Anda mematuhi aturan adat dan budaya masyarakat dengan benar dan bersedia dikenakan sangsi apabila melanggar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 8. Anda mematuhi aturan Pemeritah Desa dengan benar dan bersedia dikenakan sangsi apabila melanggar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9. Anda mematuhi aturan Gapoktan dengan benar dan bersedia dikenakan sangsi apabila melanggar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 10. Anda mematuhi aturan Program PUAP dengan benar dan bersedia dikenakan sangsi apabila melanggar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 34 III.3 TINGKAT JARINGAN SOSIAL Bapak/Ibu diminta untuk menentukan jaringan yang dimiliki berdasarkan tingkat keakraban dengan orang tersebut. Penentuan diberikan memberi tanda (√) pada salah satu kolom pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu! No. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Jaringan Pengelola Program PUAP Penyuluh pendamping Pengurus Gapoktan Pemerintah Desa Anggota Gapoktan lain (minimal 5) Pedagang pertanian Pengumpul komoditas pertanian Pemberi pinjaman modal Orang lain yang membantu usaha III. Saling Kenal Hubungan Akrab TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT II.1 TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERENCANAAN No. Indikator Pilihan Apakah Anda pernah diundang untuk mengikuti 1. Tidak 20. rapat perencanaan? 2. Ya 1. Pihak pengelola 2. Penyuluh Jika Ya, siapa yang mengundang Anda dalam rapat 21. 3. Pengurus Gapoktan tersebut? 4. Pemerintah Desa 5. Anggota lain 22. Berapa kali Anda diundang rapat perencanaan? ……………. kali 1. Tidak 23. Apakah Anda mengikuti rapat perencanaan? 2. Ya 24. Berapa kali Anda hadir dalam rapat perencanaan? ......................kali 1. Tidak Apakah Anda diberikan kesempatan dalam 25. 2. Jarang mengemukakan pendapat? 3. Sering 1. Tidak 26. Apakah Anda pernah mengemukakan pendapat? 2. Jarang 3. Sering Apakah Anda dapat menyanggah apabila pendapat 1. Tidak 27. orang lain tidak sesuai dengan prinsip Anda? 2. Jarang 3. Sering Apakah pendapat Anda diterima dan 1. Tidak 28. dipertimbangkan dengan baik? 2. Jarang 3. Sering 1. Pihak pengelola 2. Penyuluh 29. Dalam rapat, keputusan akhir diambil oleh siapa? 3. Pengurus Gapoktan 4. Pemerintah Desa 5. Kesepakatan Bersama I.2 TAHAP IMPLEMENTASI No. Indikator 30. Apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan keputusan perencanaan? Pilihan 1. Tidak 2. Jarang 3. Sering Jawaban Jawaban 35 31. 32. Apakah anda diberi kesempatan menyampaikan pendapat dalam pelaksanaan? Apakah pendapat anda dipertimbangkan ketika pelaksanaan? 33. Apakah Anda ikut serta dalam mengelola dana PUAP di Gapoktan ? 34. Apakah anda ikut serta dalam mengelola usaha tani pribadi? 35. 36. 37. Apakah anda mengikuti pelatihan diselenggarakan PUAP? Berapa kali anda mengikuti pelatihan? yang Bagaimana kondisi anda ketika melaksanakan program? II.3 TAHAP PEMANFAATAN No. Indikator Apakah Anda merasa bahwa program tersebut 38. berhasil? 39. Apakah Anda merasa bahwa program tersebut mempengaruhi kehidupan Anda? 40. Apakah pendapatan Anda per bulan meningkat setelah adanya program? 41. Apakah skala usaha anda meningkat setelah adanya program? 42. Apakah anda mendapat pengetahuan baru setelah mengikuti pelaksanaan program? 43. Apakah keterampilan usaha anda bertambah setelah mengikuti pelaksanaan program? II.4 TAHAP EVALUASI PROGRAM No. Indikator Apakah Anda ikut serta dalam proses evaluasi 44. program? 45. Berapa kali anda mengikuti evaluasi program? Apakah Anda diberikan kesempatan dalam 46. mengemukakan pendapat? 47. Apakah Anda pernah mengemukakan pendapat? 48. Apakah Anda dapat menyanggah apabila pendapat orang lain tidak sesuai dengan prinsip Anda? 49. Apakah pendapat Anda dipertimbangkan dengan baik? diterima dan 1. Tidak 2. Ya 1. Tidak 2. Ya 1. Tidak 2. Jarang 3. Sering 1. Tidak 2. Jarang 3. Sering 1. Tidak 2. Ya ……………Kali 1. Mengikuti arahan 2. Memberi masukan 3. Berinisiatif menggerakan Pilihan 1. Tidak 2. Kurang 3. Sangat 1. Tidak 2. Kurang 3. Sangat 1. Tidak 2. Kurang 3. Sangat 1. Tidak 2. Kurang 3. Sangat 1. Tidak 2. Kurang 3. Sangat 1. Tidak 2. Kurang 3. Sangat Jawaban Pilihan 1. Tidak 2. Ya …………kali 1. Tidak 4. Ya 1. Tidak 2. Jarang 3. Sering 1. Tidak 2. Jarang 4. Sering 4. Tidak 5. Jarang 6. Sering Jawaban 36 50. Apakah Anda merasa program tersebut akan berjalan secara berkelanjutan? 51. Apakah program telah dikontrol secara rutin? 52. Menurut Anda, siapa yang mengontrol program ketika program terus berjalan? IV. 1. Tidak 2. Ya 1. Tidak 2. Jarang 3. Sering 1. Pengurus Gapoktan 2. Penyuluh 3. Ketua program 4. Kepala Desa 5. Semua Anggota 6. Lainnya... TARAF HIDUP MASAYARAKAT IV.1 KONDISI FISIK DAN FASILITAS RUMAH TANGGA No. Indikator 53. Darimana Anda memperoleh sumber air? 54. Apakah status kepemilikan bangunan tempat tinggal Anda? 55. Berapa luas bangunan tempat tinggal Anda? 56. Apakah jenis lantai bangunan tempat tinggal Anda? 57. Apakah jenis dinding bangunan tempat tinggal Anda? 58. Apakah jenis fasilitas yang Anda miliki sebagai tempat untuk buang air besa/WC? 59. Apahkah sumber penerangan yang Anda gunakan untuk tempat tinggal? 60. Apakah jenis alat transportasi utama yang Anda miliki? Pilihan Jawaban Sebelum Sesudah 1. Sungai 2. Mata air sumur 3. Ledeng meteran (PAM) 4. Sumur bor/pompa terlindung 5. Air minum dalam kemasan/isi ulang 6. Lainnya... 1. Milik orang lain 2. Milik saudara 3. Kontrak/Sewa 4. Dinas 5. Milik sendiri 6. Lainnya…….. ... m2 1. Tanah 2. Kayu 3. Semen/plester 4. Ubin 5. Keramik 6. Marmer 7. Lainnya……… 1. Bambu 2. Kayu 3. Tembok 4. Lainnya……… 1. Sungai 2. WC umum 3. WC pribadi 4. Lainnya............ 1. Obor 2. Petromak 3. Listrik non-PLN 4. Listrik PLN 5. Lainnya............. 1. Gerobak 2. Sepeda 3. Sepeda motor ... m2 37 61. No. 62. Apakah bahan bakar utama yang digunakan untuk memasak 4. Mobil untuk angkutan umum 5. Mobil untuk pribadi 6. Lainnya............ 1. Listrik 2. Gas/elpiji 3. Gas kota 4. Minyak tanah 5. Arang 6. Briket 7. Kayu 8. Lainnnya……. Status kepemilikan (v) Sebelum Sesudah Apakah rumah tangga memiliki sendiri asset sebagai berikut? 1. Rumah Kontrakan/kos 2. Mobil 3. Sepeda Motor 4. Sepeda 5. Mesin Industri 6. Televisi 7. Radio 8. Laptop 9. Komputer 10. Lemari Es 11. Mesin Cuci 12. Telepon Rumah (bukan HP) 13. Handphone Indikator Jumlah (unit) Sebelum Sesudah IV.2 TINGKAT PENDAPATAN No. 63. 64. 65. Indikator Sebelum Berapa pendapatan bersih (uang dan barang) yang biasanya diterima selama sebulan dari pekerjaan utama Berapa pendapatan bersih (uang dan barang) yang biasanya diterima selama sebulan dari pekerjaan tambahan Berapa pendapatan diluar pekerjaan yang biasanya diterima selama sebulan Jawaban Sesudah Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. IV.3 TINGKAT PENGELUARAN Diisi oleh Responden Sebelum Sesudah Pengeluaran 66. Pengeluaran Terakhir 1 Padi-padian 2 Umbi-umbian 3 Ikan 3 Daging Konsumsi Seminggu Rp. 38 4 Telur dan susu 5 Sayur-sayuran 6 Kacang-kacangan 7 Buah-buahan 8 Minyak dan Lemak 9 Bahan minuman 10 Bumbu-bumbuan 11 Tembakau 12 Makanan dan minuman jadi Total 67. Pengeluaran Non-Konsumsi Sebulan Terakhir 1 Perumahan dan fasilitas rumah tangga (sewa, kontrak,pemeliharaan rumah dan perbaikan ringan, rekening listrik, air, gas, minyak tanah, kayu bakar, rekening telepon rumah, pulsa HP, telepon umum, wartel, internet, warnet) 2 Aneka barang dan jasa (aneka barang, biaya kesehatan, biaya pendidikan, transportasi, jasa lain) 3 Pakaian, alas kaki, tutup kepala (pakaian jadi, bahan pakaian, sepatu, topi,dll) 4 Barang tahan lama (alat rumah tangga, perkakas, alat dapur, alat hiburan (elektronik), alat olahraga, perhiasan, kendaraan, payung, arloji, kamera, HP, pasang telepon, pasang listrik, barang elektronik, dll.) 5 Pajak, pungutan, dan asuransi 6 Rp. Keperluan pesta dan upacara Total IV.4 TINGKAT TABUNGAN No. 68. 69. Jawaban Indikator Berapa jumlah tabungan rumah tangga setiap bulannya Berapa jumah asset barang/lahan/investasi yang dimiliki dengan satuan rupiah Sebelum Sesudah Rp. Rp. Rp. Rp. 39 Lampiran 4. Panduan Pertanyaan PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara) Topik Tujuan : Partisipasi, PUAP : Memahami informasi modal sosial, partisipasi, dan taraf hidup pada Program PUAP Pertanyaan Penelitian: I. KONDISI PROGRAM PUAP 1. 2. 3. 4. Bagaimana kinerja Pengurus dan Anggota Gapoktan dalam mengelola PUAP? Bagaimana kinerja penyuluh pendamping selama kegiatan berjalan? Bagaimana perkembangan program hingga saat ini? Apa saja yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan Program PUAP selama ini? II. MODAL SOSIAL 5. Bagaimana sikap masyarakat terhadap aturan-aturan yang diterapkan Pemerintah Desa dan Gapoktan? 6. Apa saja sangsi yang diterapkan ketika melanggar aturan tersebut? 7. Bagaimana pandangan masyarakat terkait adanya program PUAP? 8. Siapa saja pihak yang sangat dibutuhkan dalam mendukung kelancaran program? 9. Bagaimana peran setiap pihak tersebut selama ini? III. PARTISIPASI 10. Apakah penerapan program PUAP melibatkan partisipasi anggota pada tahap perencanaan, pelaksanaan, manfaat program, dan evaluasi? 11. Bagaimana bentuk keterlibatan anggota tersebut? 12. Apa saja kegiatan yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya? 13. Menurut anda apakah program tersebut berhasil dan dapat berkelanjutan? 14. Bagaimana manfaat yang dirasakan setelah mengikuti program? 15. Bagaimana proses evaluasi dan pengontrolan program tersebut? IV. TARAF HIDUP 16. 17. 18. 19. Bagaimana perkembangan usaha tani anggota hingga saat ini? Apakah terjadi peningkatan pendapatan pada sebagian besar usaha anggota? Apakah terjadi peningkatan pengeluaran pada sebagian besar usaha anggota? Apakah terjadi peningkatan investasi pada anggota? 40 41 Lampiran 5. Format Catatan Lapangan CATATAN LAPANGAN KEHubungan Partisipasi Petani pada Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan terhadap Taraf Hidup Masyarakat (Kasus Petani Penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Ngetuk, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara) Topik : Metode : Informan/Partisipan : Hari & Tanggal : Waktu & Durasi : Tempat Kondisi & Situasi : : DESKRIPSI INTERPRETASI 42 43 Lampiran 6. Outline Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis 2.4. Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data 3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN PROGRAM PUAP 4.1. Letak dan Keadaan Fisik 4.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi 4.3. Profil Gapoktan 4.4. Profil Program PUAP 5. HUBUNGAN TINGKAT MODAL SOSIAL DENGAN PARTISIPASI PETANI 5.1. Tingkat Kepercayaan terhadap Partisipasi 5.2. Tingkat Norma terhadap Partisipasi 5.3. Tingkat Jaringan Sosial terhadap Partisipasi 6. HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI DENGAN TARAF HIDUP MASYARAKAT 6.1. Tingkat Partisipasi terhadap Kondisi Fisik dan Fasilitas Rumah Tangga 6.2. Tingkat Partisipasi terhadap Tingkat Pendapatan 6.3. Tingkat Partisipasi terhadap Tingkat Pengeluaran 6.4. Tingkat Partisipasi terhadap Tingkat Tabungan 7. HUBUNGAN MODAL SOSIAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADA PROGRAM PUAP DAN HUBUNGANNYA DENGAN TARAF HIDUP MASYARAKAT 7.1. Hubungan modal sosial dengan partisipasi petani 7.2. Hubungan partisipasi petani dengan taraf hidup masyarakat 8. PENUTUP 8.1. Kesimpulan 8.2. Saran 9. DAFTAR PUSTAKA 10. LAMPIRAN 11. RIWAYAT HIDUP 44 45 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Tri Nugroho Wicaksono dilahirkan di Kota Madiun Provinsi Jawa Timur, 10 Maret 1994 dari pasangan Heru Wicaksono dan Marni Al-Mesiyem. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Pendidikan formal dijalani penulis mulai dari TK. YWKA (1999-2000), SD Negeri 01 Madiun Lor (2000-2006), SMP Negeri 03 madiun (2006-2009), SMA Negeri 05 Madiun (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis merupakan mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan Mahasiswa Berprestasi (Bidik Misi) Dikti Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, sejak pertama kali masuk dunia perkulian, penulis sudah aktif mengikuti berbagai organisasi, yaitu bergabung dalam Paguyuban Sedulur Madiun (PASMAD), UKM MAX!! IPB, Ketua Komunitas Teater UpToDate periode 2014, dan menjadi Direktur Broadcasting pada Organisasi HIMASIERA (Himpunan mahasiswa peminat ilmu-ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat) periode 2015, serta beberapa kali tergabung dalam kepanitian ACRA, MPF, MPKMB, dan Connection. Hingga kini penulis masih menjadi mahasiswa aktif tingkat akhir di IPB dan belum menikah.