C. Profil Penduduk Miskin Kota Semarang

advertisement
VISI
Pembangunan Pemberdayaan
Perempuan
Mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam kehidupan
keluarga, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
MISI
• Meningkatkan kualitas hidup perempuan.
• Memajukan tingkat keterlibatan perempuan
dalam proses politik dan jabatan publik.
• Menghapuskan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan.
• Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan
anak.
• Meningkatkan pelaksanaan dan memperkuat
kelembagaan pengarusutamaan gender.
• Meningkatkan partisipasi masyarakat.
STRATEGI
• Pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam
berbagai bidang pembangunan.
• Pemberian peluang sementara (affirmative
action) terhadap perempuan dalam upaya
mengejar ketertinggalan.
• Pemberdayaan masyarakat sesuai potensi dan
kemampuan yang dimiliki dan
• Harmonisasi peraturan perundang-undangan dan
perumusan kebijaksanaan pembangunan yang
perspektif gender.
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Penguatan perempuan dalam berbagai bentuk
kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
berdasarkan pada keterkaitan antara kebebasan
pribadi dan aturan masyarakat yang berlaku.
(Sumber : Website Kalyanamitra – 14 Mei 2007)
• Pemberdayaan perempuan seharusnya tidak
dimaksudkan untuk memaksa perempuan
bersaing dengan laki-laki dalam sektor publik
untuk mencapai posisi yang sejajar, tetapi
seharusnya dilakukan untuk mendorong
perempuan (dan juga laki-laki) menciptakan
kerja sama dan sinergi antara perempuan dan
laki-laki baik dalam sektor domestik maupun
publik dalam mencapai tatanan keluarga dan
masyarakat yang aman dan nyaman.
(Agustin Satyawati – Ayasha’s weblog)
Mengapa perempuan wajib diberdayakan dan
dilibatkan dalam pembangunan ?
• Karena perempuan mempunyai kepentingan yang sama dalam
pembangunan, dan juga merupakan pengguna hasil
pembangunan, yang mempunyai hak sama dengan laki-laki.
• Perempuan juga memiliki kepentingan yang khusus sifatnya
bagi perempuan itu sendiri dan anak-anak. Yang kurang
optimal jika digagas oleh laki-laki karena membutuhkan
kepekaan yang sifatnya khusus, terkait dengan keseharian,
sosio kultural yang ada.
• Memberdayakan dan melibatkan perempuan dalam
pembangunan, secara tidak langsung akan juga
memberdayakan dan menularkan semangat yang positif
kepada generasi penerus, yang pada umumnya dalam
keseharian sangat lekat dengan sosok ibu, perempuan yang
mengasuh mereka.
Permasalahan Keberpihakan kepada perempuan
Permasalahan umum :
a.
b.
c.
d.
Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam
pembangunan.
Masih rendahnya manfaat pembangunan bagi kaum
perempuan.
Masih rendahnya perempuan terlibat didalam pengambilan
keputusan.
Masih ada ketimpangan akses dan kontrol terhadap
sumberdaya antara laki-laki dan perempuan.
Permasalahan khusus :
Masih rendahnya partisipasi perempuan dalam pelaksanaan
kegiatan terutama pada musyawarah rencana pembangunan
kelurahan, pertanggungjawaban, dan pemeliharaan kegiatan.
Kualitas Partisipasi Perempuan
• Dalam pembangunan, keterlibatan perempuan masih lebih
banyak di sektor domestik dibandingkan dalam sektor publik.
Perempuan, terutama dari kalangan miskin seringkali menjadi
penerima informasi, karena tidak pernah/jarang terlibat dalam
pengambilan keputusan yang diselenggarakan untuk
memecahkan permasalahan masyarakat.
• Kesadaran kritis kepemimpinan berbasis nilai seharusnya bukan
berdasarkan jenis kelamin kepada semua kelompok masyarakat
baik melalui media masyarakat maupun melalui musyawarah.
• Masih menunjukkan rendahnya partisipasi perempuan terutama
pada proses kegiatan Musrenbang Kelurahan,
Pertanggungjawaban serta proses Pemeliharaan Kegiatan
kurang dari 30 persen keterlibatan perempuan.
Hal - hal yang harus dicermati :
• Dalam upaya pemberdayaan perempuan, sesuai
dengan makna pengarusutamaan gender, maka para
laki-laki di desa/kelurahan juga harus diberikan
pengertian dan diberikan penyadaran tentang
pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan, agar tidak terjadi bias gender.
• Upaya penyadaran bersama-sama dengan laki-laki di
desa khususnya para tokoh desa/kelurahan dalam
meyakinkan perempuan perdesaan untuk ikut
berperan, akan lebih mempercepat proses
peningkatan partisipasi perempuan dalam
pembangunan di perdesaan.
Peran Fasilitator Kecamatan
• Melakukan pemetaan dan analisa sosio kultural, terutama terkait
dengan perempuan perdesaan setempat;
• Memfasilitasi proses penyadaran kritis bagi para perempuan
perdesaan;
• Sebagai mediator untuk menghindari bias gender di kalangan kaum
laki-laki, dan memberikan pemahaman tentang kesetaraan gender
kepada laki-laki di daerah tersebut;
• Memotivasi dan meyakinkan perempuan perdesaan untuk dapat
turut berperan dalam pembangunan;
• Memfasilitasi proses menemukenali potensi dan kekurangan diri dan
lingkungan, serta alternatif solusi yang dapat dilakukan;
• Sebagai “agen pencerahan” yang dapat memberikan alternatif jalan
bagi pemecahan permasalahan perempuan perdesaan;
• Memdorong keterlibatan perempuan secara aktif dalam setiap
proses pelaksanaan kegiatan di daerahnya.
Pembekalan kepada Fasilitator meliputi :
• Pengetahuan tentang gender;
• Pentingnya kesetaraan gender dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat;
• Kemampuan memetakan dan menganalisa kondisi sosio
kultural di tempat tugas;
• Kemampuan untuk memfasilitasi proses penyadaran kepada
perempuan dan laki-laki, tentang pentingnya kesetaraan
gender dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat;
• Kemampuan untuk memotivasi perempuan agar memiliki
keyakinan untuk berperan aktif dalam pembangunan;
• Kemampuan memfasilitasi keterlibatan perempuan dalam
setiap tahap pelaksanaan di wilayahnya;
• Kepekaan terhadap permasalahan perempuan perdesaan,
khususnya perempuan miskin perdesaan, sehingga dapat
memunculkan semangat positif untuk belajar, peduli dan
kreatif.
Pemberdayaan perempuan merupakan langkah
nyata untuk mewariskan semangat yang positif
dan keberlanjutan pemberdayaan itu sendiri
kepada generasi penerus.
Gender adalah :
Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”,
berarti tipe atau jenis. Gender adalah sifat dan
perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan
perempuan yang dibentuk secara sosial maupun
budaya. Karena dibentuk oleh sosial dan budaya
setempat, maka gender tidak berlaku selamanya
tergantung kepada waktu (tren) dan tempatnya.
Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat
sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan oleh Tuhan.
Pengarusutamaan Gender (PUG)
adalah :
Strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis,
untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan
manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui
kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman,
aspirasi, kebutuhan,dan permasalahan perempuan dan
laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan
program di berbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
(Sumber : Situs resmi Wikipedia – Ensiklopedia)
Ketidakaadilan Gender :
merupakan bentuk perbedaan perlakuan
berdasarkan alasan gender, seperti pembatasan
peran, penyingkiran atau pilih kasih yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas
pengakuan hak asasi, persamaan antara laki-laki
dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang
sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain-lain.
Lawan dari ketidakadilan adalah kesetaraan
gender, upaya menjadikan yang tidak adil menjadi
setara adalah suatu proses, karena terkait dengan
merubah sosio kultural yang ada.
Bentuk-bentuk diskriminasi gender?
•
Marginalisasi (peminggiran). Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi.
Misalnya banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus,
baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Hal ini
terjadi karena sangat sedikit perempuan yang mendapatkan peluang pendidikan.
Peminggiran dapat terjadi di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara
yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah, maupun asumsiasumsi ilmu pengetahuan (teknologi).
•
Subordinasi (penomorduaan), anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu
memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua
setelah laki-laki
•
Stereotip (citra buruk) yaitu pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya
perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk
lainnya.
•
Violence (kekerasan), yaitu serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan
mengalami kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi maupun
stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh kekerasan
paling banyak dialami perempuan.
•
Beban kerja berlebihan, yaitu tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan
terus menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu, kadang ia juga ikut
mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak berarti menghilangkan tugas dan
tanggung jawab diatas.
Terima kasih
Download