Bersama : Dr. Engkos Kosasih, Lc.M.Ag Komunikasi sebagai alat Pada awalnya komunikasi memang sekadar alat antar manusia, agar manusia bisa saling berhubungan. Pada waktu itu, sebagai sebuah kegiatan biasa. Komunikasi tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus diberi perhatian, dikaji, atau distrukturkan dalam bentuk yang ajeg. Kelahiran Retorika Namun pada abad ke-5 sebelum masehi, di Yunani, berkembang suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia. Namanya retorika. Kata ini berasal dari bahasa yunan retorike yang berarti seni berdebat, dari akar kata retor (orang yang berpidato). Retorika berarti aseni berpidato dan berargumentasi yang bersifat menggugah atau seni menggunakan bahasa secara lancar untuk mempengaruhi dan mengajak. Proses Perkembangan Komunikasi Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abadabad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Kontinuitas Ilmu Komunikasi sejarah perkembangan komunikasi sebenarnya tidak pernah terputus. Karena pada dasarnya hubungan antara komunikasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban manusia begitu erat. Hal ini dikarenakan aktifitas retorika sudah ada di zaman pertengahan, tetapi memang belum berbentuk ilmu. Fenomena yang lebih banyak bersifat dakwah (persebaran agama) ini baru berupa gejala-gejala sosial, dan pada masa itu belum ada suatu ilmu yang mengkhususkan fokus dan lokus kajiannya tentang komunikasi. Tetapi setidaknya hal di atas cukup memberikan argumen bahwa komunikasi merupakan fenomena yang sudah sangat lama terjadi dan baru dikaji secara utuh sebagai suatu ilmu pada abad ke-19 di daratan Amerika. Kontribusi kaum sofis Semenjak abad itu urusan memperbincangkan gagasan, keinginan kepada orang lain mendapatkan perhatian khusus. Sejumlah tokoh yang secara misterius mengkaji (bahkan melatih diri) seni retorika bermunculan. Mulanya dari mazhab filsafat Sophis, tokohnya adalah Georgias dan Protagoras. Melalui mazhab ini retorika mendapat pembahasan khusus disamping pembahasan tentang asal muasal alam (arkhe), kedokteran, pemerintahan dan sebagainya. Bahkan pemikiran itu mendapatkan retorika sebagai hal penting dalam masyarakat dan pemerintahan. Julius Kaisar dan Ilmu Komunikasi Komunikasi terus berkembang tidak hanya menyampaikan gagasan melalui lisan. Pada zaman kekaisaran Romawi, salah satu kaisarnya yang bernama Julius Caesar (100-44 SM) membuat papan pengumuman yang dinamakan Acta Diurna, penyampaian gagasan mengenai apa yang penting bagi masyarakat saat itu telah bertambah, dari sekedar lisan menjadi bentuk tuliasan. Hal ini terus berkembang lagi setelah ditemukannya kertas, penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg (1400-1468), dan terbitnya surat kabar pertama (Avisa Relation Oder Zeitung di Jerman dan Weekly News di Inggris sekitar tahun 1622). Latar belakang kemunculan Retorika Kaum sofis menyatakan bahwa pemerintahan harus dibangun berdasarkan pilihan warga negara, oleh itu pimpinan harus dipilih oleh warga negara. Karena adanya proses pemilihan maka berkembanglah seni mempengaruhi pilihan orang lain. Inilah retorika. Jadi, retorika menjadi syarat penting bagi pembentukan pemerintahan. Mengelola pembicaraan (retorika) demi kemenangan adalah pendapat Georgias (480-370 SM) Dinamika Perdebatan motivasi retorika ). Pendapat ini kemudian dibantah oleh Protagoras (500- 432 SM) yang menyatakan bahwa pengolahan pembicaraan bukan demi kemenangan melainkan demi keindahan bahasa. Socrates berbeda Lagi, dia menyatakan bahwa pengolahan pembicaraan adalah demi kebenaran bukan demi kemenangan atau sekadar memperindah bhasa, maka Socrates mengajukan cara mengolah pembicaraan dan gagasan yang berbeda dari retorika, namanya dialog atau meieutic (baca mayetik). Kontribusi Plato Mayetik atau meieutic dari bahasa Yunani, maieuesthei (seseorang yang bertindak sebagai bidan). Dari kata maia yang berarti bidan. Istilah ini merupakan metode Socrates dalam buku Phaedrus karya Plato. Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa seseorang sudah memiliki pengetahuan. Namun pengetahuan itu perlu dikeluarkan, dilahirkan. Pembicara atau pembimbing berusaha sedapat mungkin memancing ide dari pendengar agar dapat memunculkan pengetahuan si pendengar. Metode olah gagasan yang dikembangkan oleh Socrates (dan Plato) ini kemudian menjadi dasar dari pembahasan filsafat yang sistematis. Perbedaan Retorika dengan Silogisme Aristoteles, filsuf setelah Plato, disamping mengembangkan fisafatnya. Ia mengemukakan bahwa retorika sama pentingnya dengan silogisme (silogisme adalah cara penarikan kesimpulan logis dalam filsafat). Keduanya sama-sama mengemukakan suatu gagasan dan menarik kesimpulan logis dan sejumlah gagasan. Perbedaannya retorika lebih menekankan ekspresi emosi sehingga kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Retorika hanya menimbulkan perasaan seketika, meski lebih efektif dibanding silogisme. Sebaliknya, silogisme menekankan pada keketatan logika sehingga dapat menampilkan kebenaran dengan baik walaupun tidak ekspresif. Gagasan Cicero ttg Orasi Cicero (106-43SM) adalah filsuf Romawi yang mengembangkan pengelolaan kalimat dan gagasan. Ia mengembangkan suatu istilah baru yaitu orasi (pelakunya dinamakan orator). Pada Cicero inilah retorika disusun sebagai ilmu yang lebih sistematis. Cicerolah yang membuat dasar-dasar penyusunan pidato yang terdiri dari pendahuluan (exordium), pemaparan (naratio), peneguhan (conformation), pertimbangan (reputatio) dan penutup (perotario). Cicero juga menegaskan bahwa isi pembicaraan haruslah berisi bahan yang benar terbukti dan dilakukan untuk mendidik, membangkitkan kepercayaan, dan menggerakkan perasaan. Stagnasi Romawi Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan Kunci kebangkitan komunikasi Cina dan islam perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Dinamika Komunikasi Islam Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunnikasi yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam Masa Kegemilangan Dinasti Umayah Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah ditemukannya suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Perhubungan antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropah Motivasi Komunikasi Islam Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Dakwah ialah suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman jahiliyah) ke situasi yang positif. Substansi Komunikasi islam Cepatnya perkembangan Islam bisa jadi merupakan dampak dari penggunaan dakwah-dakwah yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, seperti; dakwah yang berisi tentang jihad fisabilillah, yaitu jaminan untuk masuk surga bagi mereka yang mati dalam usahanya untuk memperjuangkan Islam. Artinya terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat. Gradualisasi komunikasi dakwah komunikasi di awali dengan adanya perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad untuk memberikan peringatan (dalam hal ini berdakwah) kepada umnat manusia untuk percaya kepada Allah. Awalnya komunikasi itu dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring dari wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan (Q.S Al-Hijr;9495). Media Komunikasi Dakwah Dalam media tulisan, sebenarnya telah dirintis oleh Rasulullah, yaitu ketika beliau mengirimkan surat yang isinya ajakan untuk memeluk Islam kepada para raja di Eropah. Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hirakles, raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain. Dalam setiap suratnya, selalu dibubuhi stempel yang terbuat dari perak yang berukirkan tulisan “Muhammadurrasulullah”. Dengan contoh ini, maka Rasulullah telah merintis sistem jurnalistik dalam melakukan komunikasi Islam sebagai bentuk dakwah Diskusi sebagai metode komunikasi Islam Dalam perkembangannya, komunikasi telah sedemikian maju, contoh lain dalam hal diskusi yang merupakan bagian dari bentuk komunikasi kelompok. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut: alasannya kuat (hujjah), tutr kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun yang baik. Kembali hubungannya de ngan pers sebagai bagian dari komunikasi, Islam telah merintis perkembangan komunikasi itu sendiri, sekali lagi dalam bentuk dakwah. Misalnya turun temurunnya hadits-hadits nabi dan sunnah Rasul. Peradaban Islam sebagai pelanjut peradaban komunikasi sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari ajaranajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari intellectual migration dari daratan Eropah ke utara benua Amerika pada masa Hitler). Kaidah-Kaidah Komunikasi Islam Pertama, 1. QAULAN SADIDA “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anakanak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar” (QS. 4:9) Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Ada beberapa cara menutup kebenaran dengan komunikasi. Pertama, menggunakan kata-kata yang sangat abstark, ambigu, atau menimbulkan penafsiran yang sangat berlainan apabila kita tidak setuju dengan pandangan kawan kita. Kedua, menciptakan istilah yang diberi makna lain berupa eufimisme atau pemutarbalikan makna terjadi bila kata-kata yang digunakan sudah diberi makna yang sama sekali bertentangan dengan makna yang lazim. Kedua, . QAULAN BALIGHA “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63). Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point). Prinsip Qaulan Baligha Qaulan balighan terjadi bila komunikator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat komunikan. Dalam istilah Al-Quran, ia berbicara fi anfusihim (tentang diri mereka). Dalam istilah sunah, “Berkomunikasilah kamu sesuai dengan kadar akal mereka”. Pada zaman modern, ahli komunikasi berbicara tentang frame of reference dan field experience. Komunikator baru efektif bila ia menyesuaikan pesannya dengan kerangka rujukan dan medan pengalaman komunikannya. Qaulan balighan terjadi bila komunikator menyentuh komunikan pada hati dan otaknya sekaligus. Aristoteles pernah menyebut tiga cara yang efektif untuk memengaruhi manusia, yaitu ethos, logos dan pathos. Dengan ethos (kredibilitas komunikator), kita merujuk pada kualitas komunikator. Dengan logos (pendekatan rasional), kita meyakinkan orang lain tentang kebenaran argumentasi kita. Dengan pathos (pendekatan emsional), kita bujuk komunikan untuk mengikuti pendapat kita. Ketiga, QAULAN MA’RUFA Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32. Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat). Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan hrta anak yatim. Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang miskin. Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan kepada orang lain. Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah terhadap istri Nabi. Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita. Kata ma’rufan dari kelima ayat tersebut, berbentuk isim maf’ul dari kata ‘arafa, bersinonim dengan kata alKhair atau al-Ihsan yang berarti baik. Keempat, QAULAN KARIMA “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima –ucapan yang mulia” (QS. AlIsra: 23). Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemahlembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka. Kriteria Qaulan Karima Kata-kata bijaksana (fasih, tawaduk): yaitu kata-kata yang bermakna agung, teladan, dan filosofis. Dalam hal ini, Nabi saw sering menyampaikan nasihat kepada umatnya dengan kata-kata bijaksana. Kata-kata berkualitas: yaitu kata-kata yang bermakna dalam, bernilai tinggi, jujur, dan ilmiah. Kata-kata seperti ini sering diungkapkan oleh orang-orang cerdas, berpendidikan tinggi, dan filsuf. Kata-kata bermanfaat: yaitu kata-kata yang memiliki efek positif bagi perubahan sikap dan perilaku komunikan. Kelima, QAULAN LAYINA “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44). Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemahlembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar. Nabi Muhammad saw mencotohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut kepada siapa pun, baik kepada keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun kepada manusia yang belum beriman. Dalam konteks komunikasi, model komunikasi demikian disebut komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil mencapai tujuan dengan feedback yang positif. Wilbur Schramm menuliskan apa yang dinamakan the condition of success in communication (kondisi suksenya komunikasi). Keenam, QAULAN MAYSURA ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28). Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (AlMunawir,1997: 158). Ketika kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang artinya berkata dengan mudah atau gampang. Salah satu prinsip komunikasi dalam Islam adalah setiap berkomunikasi harus bertujuan mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hambahambanya yang lain. Islam mengharamkan setiap komunikasi yang membuat manusia terpisah dari Tuhannya dan hamba-hambanya.