Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 Al-QURAN DAN PRINSIP KOMUNIKASI Sibawaih Agus Dedi Putrawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Institut Agama Islam Negeri IAIN Mataram Email: [email protected] Abstrak Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah manusia. Sedang komunikasi adalah proses pengiriman pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan kemudian menghasilkan umpan balik feedback. Allah dalam konteks ini mengambil posisi sebagai komunikator kemudian pesan-nya tertulis dalam al-Qur’an itu sendiri dan manusia sebagai komunikan. Naba’ dalam bahasa arab berarti berita kemudian Nabi adalah orang yang menyampaikan berita, dalam surat (Qs. al-a’raf: 188). Dalam tulisan ini penulis ingin menunjukkan bahwa inti dakwah adalah berkomunikasi, mengajak orang lain untuk mengikuti tuntunan Allah SWT. Oleh karenanya, kemampuan berkomunikasi dengan baik menduduki posisi yang strategis. Karena itu Islam memandang bahwa setiap muslim adalah da’i. Sebagai da’i, ia senantiasa dituntut untuk mau dan mampu mengkomunikasikan ajaran-ajaran Ilahi secara baik. Sebab, kesalahan dalam mengkomunikasikan ajaran Islam, justru akan membawa akibat yang cukup serius dalam perkembangan dakwah Islam itu sendiri. Kata Kunci: al-Quran, Komunikasi, Naba’, Dakwah. Sibawaih & Agus Dedi Putrawan 1 Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 A. Pendahuluan Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang merupakan mukjizat ter­ besar sepanjang sejarah manusia.1 Dan bagi siapa saja yang membaca AlQur’an sekalipun tidak memahami maknanya terhitung sebagai ibadah dan mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam Hadist Qudsi yang artinya: Diriwayatkan oleh Abu Said, Rasulullah SAW bersabda: “ Allah berfirman: barang siapa yang disibukkan dari memohon kepadaKu karena membaca Al-Qur’an, maka Aku akan berikan dia sebaikbaik ganjaran orang yang memohon. Kelebihan firman Allah dari semua perkataan adalah seperti kelebihan Allah dari semua mahluk-Nya.” Sedang Komunikasi adalah pro­ ses pengiriman pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan kemudian menghasilkan suatu feedback atau respon. Allah SWT di sini mengambil posisi sebagai komunikator kemudian “pesan”-nya tertulis dalam Al-Qur’an itu sendiri dan manusia sebagai komunikan. Naba’ dalam bahasa arab berarti berita kemudian Nabi adalah orang yang menyampaikan berita, dalam surat (Qs.al-A’raf: 188) yang artinya: 2 Al-Quran dan Prinsip Komunikasi “Katakanlah aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengtahui yang gaib tentulah aku membuat kebajikan yang sebanyak – banyaknya dan aku tidak ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” Nabi Muhammad sebagaimana nabi-nabi terdahulu telah dimandat­ kan oleh Allah untuk menyampaikan pesan kepada umat-umat mereka sesuai dengan komunitas, tempat, waktu dan bahasa masing-masing, al-Qur’an disampaikan untuk seluruh mahluk yang ada di dunia baik Muslim maupun non Muslim sekalipun. Meskipun taurat dan injil diterjemahkan dalam berbagai versi bahasa, akan tetapi al-Qur’an tetap melebihi kitab-kitab suci tersebut, sehingga bentuk komunikasi Allah kepada mahluk-nya ini terabadikan dalam teks (tulisan). Al-Qur’an sebagai kitab suci dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis media massa cetak, (Fahrurrozi, 2010). Tidak jauh beda dengan fungsi-fungsi yang dimiliki media massa yaitu: fungsi information, fungsi education, fungsi kritik, Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 fungsi control social, fungsi penyalur inspirasi dan aspirasi masyarakat, ia juga mampu membuat masyarakat merasakan keadaan di sekitar kita, baik di dalam lingkungan sendiri maupun di luar lingkungan mereka, (Rusdi Hamka dan Rafiq, 1989 ). B. Komunikasi ala al-Qur’an dan Prinsip-Prinsip Komunikasi dalam al-Qur’an Secara etimologis, komunikasi merupakan terjemahan dari commu­ nication yang mula-mula ber­kembang di Amerika. Secara terminologis menurut Webster New Dictionary sebagaimana di­kutip oleh Sri Haryani komunikasi dapat diterjemahkan: ”The art of expressing ideas especially in speech and writting.” atau dengan kata lain, seni mengekpresikan ideide baik melalui lisan maupun tulisan. Terminologi lain dikemukakan oleh Hovland seperti yang dikutip Efendi: “Communication is the process by which an individual as communicator transmits stimuli to modify the behavior of other individuals”, komunikasi merupakan suatu proses dimana seorang komunikator mengirimkan stimuli untuk mengubah perilaku dari orang lain atau komunikan. Secara garis besar bentuk komunikasi ada dua macam, yakni komunkasi non verbal dan komunkasi verbal. 1. Komunikasi non verbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata .Komunikasi non verbal memiliki berbagai perbedaan dengan ko­ mu­nikasi verbal. Salah satunya, tidak mempunyai struktur yang jelas, sehingga relatif lebih sulit untuk dipelajari. Disamping itu intensitas ter­ jadinya komunikasi non verbal juga tidak dapat diperkirakan dan bersifat spontanitas. Namun demikian dalam praktiknya banyak digunakan karena mem­ punyai beberapa manfaat, se­ tidaknya memperjelas apa yang disampaikan secara verbal, di samping dapat menguatkan. 2. Komunikasi verbal adalah ko­ munikasi dengan mengguna­kan simbol-simbol yang mem­punyai makna dan berlaku umum, seperti suara, tulisan, atau gambar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi ini tidak hanya menyangkut komunikasi lisan saja, tetapi juga komunikasi tertulis. Bahasa merupakan simbol atau lambang yang paling banyak digunakan. Mengapa demikian? Karena bahasa da­ Sibawaih & Agus Dedi Putrawan 3 Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 pat mewakili banyak fakta, fenomena, dan bahkan sesuatu yang bersifat abstrak yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu dalam komunikasi bahasa inilah yang banyak digunakan oleh masyarakat. Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna seharusnya memiliki konsep tentang know how berkomunkasi verbal. Demikian pula halnya dengan al-Qur’an sebagai kitab suci yang mengkover berbagai persoalan yang dihadapi manusia, tidak terkecuali tentang konsep komunikasi verbal. Al-Qur’an memerintahkan untuk berbicara efektif (Qaulan Baligha). Semua perintah jatuhnya wajib, selama tidak ada keterangan lain yang memperingan. Begitu bunyi kaidah yang dirumuskan Ushul Fiqh. Dari sisi lain Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah berbicara secara efektif atau diam”. Asy-Syaukani dalam Kitab tafsir Fathul Qadir, sebagaimana dikutip Jalauddin Rahmat, mengartikan al-Bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Konsep tentang komunkasi verbal tidak hanya berkaitan dengan masalah cara berbicara efektif saja melainkan juga etika bicara. 4 Al-Quran dan Prinsip Komunikasi Sebagai Kalam Allah, Al-Qur’an memiliki multi dimensi pembahasan dan multi manfaat. Diturunkan kepada umat manusia sebagai rahmat dan hidayat. Untuk memperoleh petunjuk dan pelajaran dari kitab Suci ini, konsep-konsep yang dikandungnya harus dijabarkan dan dioperasionalkan agar lebih mudah dicerna, dipahami, dan diamalkan dalam berbagai tingkat serta latar belakang sosiokultural. Istilah Qaulan Layyina terdapat dalam Al-Qur’an Surah Thaha ayat 44 : إذ هبا إىل فرعون إنه طغى فقوال قوال لينا لعله يتذكرون أوخيشى “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS. Thaha: 44). Dalam Tafsir Al-Qurtubi di­ jelas­kan bahwa ayat ini me­ rekomendasikan untuk memberi peringatan dan melarang sesuatu yang munkar dengan cara yang simpatik melalui ungkapan atau katakata yang baik dan hendaknya hal itu dilakukan dengan menggunakan perkataan yang lemah lembut, lebihlebih jika hal itu dilakukan terhadap penguasa atau orang-orang yang Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 berpangkat. Bukankah Allah sendiri لعله يتذكر أوخيشى telah memperingatkan dalam firman­ Nya yang artinya: “Maka berbicaralah Kata la’alla (mudah-mudahan) kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dalam kalimat ini menunjukkan dengan kata-kata yang lemah lembut.” tercapainya maksud sesudah kata itu, Oleh sebab itu, datang perintah yakni, perintah untuk menjalankan yang serupa kepada Nabi Muhammad risalah, mengajarkan atas apa yang diperintahkan Allah dan berusaha saw: untuk mengerjakan seperti halnya إدع اىل سبيل ربك باحلكمة واملوعظةorang lain mengerjakan atau bahkan lebih. Untuk itulah kata . احلسنة وجادهلم بالتى هيىاحسنlembut tidak berarti kata-kata yang “Serulah (manusia) kepada jalan lemah, karena dalam kelembutan Tuhan-Mu dengan hikmah dan tersebut tersimpan kekuatan yang pelajaran yang baik dan bantahlah dahsyat yang melebihi kata-kata mereka dengan cara yang baik”. yang diungkapkan secara lantang dan kasar, terlebih jika disertai sikap (QS. An-Nahl: 125). yang tidak bersahabat, justru akan Contoh lain perkataan lemah mendatangkan sikap antipati dan lembut ialah perkataan Musa kepada memusuhi. Fir’aun: Kata yang lembut mengandung هل لك إىل أن تزكى واهديكkeindahan. Indah untuk didengar­ kan dan untuk disampaikan serta إىلربك فتخشى mudah dicerna siapa pun. Oleh “Adakah keinginan bagimu untuk karenanya dalam berdakwah, katamembersihkan diri (dari kesesatan) kata yang lembut hendaknya lebih dan kamu akan kupimpin ke jalan diutamakan, sehingga orang yang Tuhanmu agar supaya kamu takut mendengarkannya tidak merasa kepadanya” (QS. An Nazi’at:18- terganggu, bahkan justru tumbuh rasa simpati, empati untuk selalu 19). mendengarkannya. Dan bahkan Selanjutnya Allah mengemuka­ menjadikannya suatu prinsip hidup. kan alasan, mengapa Musa di­ Sikap simpatik yang tercermin pada perintahkan untuk berkata lemah kehalusan sikap dan kelembutan lembut: kata, mutlak diperlukan untuk men­ Sibawaih & Agus Dedi Putrawan 5 Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 jamin efektifitas komunikasi verbal dan optimalisasi hasil. C. Prinsip-Prinsip Komunikasi dalam al-Qur’an Di dalam al-Qur’an tidak membicarakan masalah komunikasi secara spesifik, namun, jika diteliti ada banyak ayat yang memberikan gambaran umum prinsip-prinsip komunikasi. Antara lain, term qaulan balighan, qaulan maisuran, qaulan kariman, qaulan ma’rufan, qaulan layyinan, qaulan sadidan, juga termasuk qaul al-zur, dan lain-lain. 1. Prinsip Qaulan balighan Di dalam Al-Qur’an term qaulan balighan hanya disebutkan sekali, yaitu surat An-Nisa: َ ْفَ َكي ت ْ صابَتْ ُه ْم ُم ِصيبٌَة مِبَا قَ َّد َم َ َف إِ َذا أ َ أَيْ ِدي ِه ْم ثُ َّم َجا ُء وك حَيْ ِل ُفو َن بِاللهَِّ إِ ْن )62( أَ َر ْدنَا إِلاَّ إِ ْح َسانًا َوتَ ْو ِفي ًقا َّين يَعلَم ه َ ِأُولَئ اللُ َما يِف قُلُوبِ ِه ْم ُ ْ َ ك الَّ ِذ ض َعنْ ُه ْم َو ِع ْظ ُه ْم َوقُ ْل لهَُ ْم يِف ْ فَأَ ْع ِر ُ ) ان63( أَنْ ُف ِس ِه ْم قَ ْولاً بَِلي ًغا َ ْْظ ْر َكي ف َ َ فَ َّضلْنَا بَ ْع ُض َولَ آْل ِخ َرة ٍ ض ُه ْم َعلى بَ ْع َ) لا21( ب تَ ْف ِض اًيل ٍ ب َد َر َج ُ َات َوأَ ْك ر ُ َأَ ْك ر َ جَتْ َع ْل َم َع اللهَِّ إِلهًَا آخ َر فَتَ ْق ُع َد َم ْذ ُمو ًما )22( ًخَمْ ُذولا 6 Al-Quran dan Prinsip Komunikasi “Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (QS. An-Nisa: 62-63). Ayat ini memberikan informasi tentang kebusukan hati kaum munafik, bahwa mereka tidak akan pernah mengikuti tuntunan Rasulullah saw, meski mereka bersumpah atas nama Allah bahwa apa yang mereka lakukan sematamata hanya menghendaki kebaikan. Walapun begitu, Rasulullah SAW dilarang menghukum mereka secara fisik (makna dari “berpalinglah dari mereka”). Akan tetapi, cukup memberi nasehat sekaligus ancaman bahwa perbuatan buruk mereka akan mengakibatkan turunnya siksa Allah, dan berkata kepada mereka dengan perkataan yang baligh. Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 Term baligh, yang berasal dari ba la gha, oleh para ahli bahasa dipahami sampainya sesuatu kepada sesuatu yang lain. Juga bisa dimaknai dengan “cukup” (al-kifayah). Sehingga perkataan yang baligh adalah perkataan yang merasuk dan membekas dalam jiwa. Sementara menurut al-Ishfahani dalam buku Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an, ditahqiq oleh Muhammad Sayyid Kailani, bahwa perkataan tersebut mengandung tiga unsur utama, yaitu (1) bahasanya tepat sesuai kondisi lawan bicara (2) substansinya sesuai dengan yang dikehendaki (jelas), dan (3) isi perkataan adalah suatu kebenaran. Sedangkan term baligh dalam konteks pembicara dan lawan bicara, adalah bahwa si pembicara secara sengaja hendak menyampaikan sesuatu dengan cara yang benar agar bisa diterima oleh pihak yang diajak bicara. 2. Prinsip Qaulan kariman Term ini ditemukan di dalam al-Quran hanya sekali, yaitu dalam surat Al-Isra’: )23( َك ِرميًا “Dan Tuhanmu telah memerintah­ kan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia“ (QS. Al Isra’: 23). Ayat tersebut memberikan in­ formasi bahwa ada dua ketetapan Allah yang menjadi kewajiban setiap manusia, yaitu menyembah Allah dan berbakti kepada kedua orang tua. Ajaran ini sebenarnya ajaran kemanusiaan yang bersifat umum, karena setiap manusia pasti menyandang dua predikat ini sekaligus, yakni sebagai makhluk ciptaan Allah, yang oleh karenanya harus menghamba kepada-Nya semata; dan anak dari kedua orang tuanya. َ ُّضى َرب َ ََوق ُك أَلاَّ تَ ْعبُ ُدوا إِلاَّ إِيَّاه Sebab, kedua orang tuanyalah َ َوبِالْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َسانًا إِ َّما يَبْلُ َغ َّن ِعنْد َك yang menjadi perantara kehadirannya الْ ِكبرََ أَ َح ُد ُه َما أَ ْو ِك اَل ُه َما فَ اَل تَ ُق ْلdi muka bumi ini. Bukan hanya ًف َولاَ تَنْ َهر ُه َما َوقُ ْل لهَُ َما قَ ْولا ٍّ ُ لهَُ َما أitu, struktur ayat ini, di mana dua ْ pernyataan tersebut dirangkai dengan Sibawaih & Agus Dedi Putrawan 7 Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 huruf wawu ‘athaf, yang salah satu fungsinya adalah menggabungkan dua pernyataan yang tidak bisa saling dipisahkan, menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua menjadi parameter bagi kualitas penghambaan manusia kepada Allah. Dalam sebuah hadis dinyata­ kan: Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. Bersabda, “Merugilah 3x, seseorang yang menemukan salah satu atau kedua orang tuanya sudah lanjut usia tidak bisa masuk surga” (HR. Ahmad) Berkaitan dengan inilah, alQur’an memberikan petunjuk bagai­mana cara berprilaku dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada kedua orang tua, terutama sekali, di saat keduanya atau salah satunya sudah berusia lanjut. Dalam hal ini, al-Qur’an menggunakan term karim, yang secara kebahasaan berarti mulia. Term ini bisa disandarkan kepada Allah, misalnya, Allah Maha Karim, artinya Allah Maha Mulia; juga bisa disandarkan kepada manusia, yaitu menyangkut keluhuran akhlak dan kebaikan prilakunya. Artinya, seseorang akan dikatakan karim, jika kedua hal itu benar-benar terbukti dan terlihat dalam kesehariannya. 8 Al-Quran dan Prinsip Komunikasi Namun, jika term karim di­rangkai dengan kata qaulan atau perkataan, maka berarti suatu perkataan yang menjadikan pihak lain tetap dalam kemuliaan, atau perkataan yang membawa manfaat bagi pihak lain tanpa bermaksud merendahkan. Di sinilah Sayyid Quthb menyatakan bahwa perkataan yang karim, dalam konteks hubungan dengan kedua orang tua, pada hakikatnya adalah tingkatan yang tertinggi yang harus dilakukan oleh seorang anak. Yakni, bagaimana ia berkata kepadanya, namun keduanya tetap merasa dimuliakan dan dihormati. Ibn ‘Asyur menyatakan bahwa qaulan karima adalah perkataan yang tidak memojokkan pihak lain yang membuat dirinya merasa seakan terhina. Contoh yang paling jelas adalah ketika seorang anak ingin menasehati orang tuanya yang salah, yakni dengan tetap menjaga sopan santun dan tidak bermaksud menggurui, apalagi sampai menyinggung perasaannya. Qaulan karima, adalah setiap perkataan yang lembut, baik, yang mengandung unsur pemuliaan dan penghormatan. Dalam konteks dan kondisi yang berbeda untuk kedua hal diatas, Al Qur’an mengajarkan kepada kita substansi dan metode komunikasi Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 yang berbeda. Sekali lagi tetap dalam bingkai tujuan komunikasi yang efektif dan bermanfaat. Bagaimana kualitas komunikasi kita. Term komunikasi lainnya dalam Islam, yang secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut, qaulan maisyura (perkataan lembut dan melegakan), qaulan ma’rufan (perkataan baik yang sesuai dengan kondisi pihak – pihak yang berkomunikasi), qaulan layyinan (perkataan baik yang disertai penguatan dengan contoh), qaulan syadiidan (perkataan argumentatif dan menguatkan) adalah keragaman pola dan prinsip komunikasi yang secara substansial menunjukkan metode yang berbeda untuk konteks dan tujuan yang berbeda pula. Namun semua metode harus tetap berdasarkan pada substansi yang dibenarkan oleh Islam. Bagaimana implementasi yang tepat untuk se­ tiap metode komunikasi ? Bagaimana Rasulullah saw mengamalkan perintah–perintah Allah Swt dalam setiap konteks dan masalah yang terkait, begitulah implementasinya. Salah satu metode komunikasi lainnya yang cukup penting diuraikan lebih rinci dalam konteks sebagai pengingat untuk dihindari adalah qaulan zuura (perkataan dusta). Dalam al-Qur’an, Allah swt berfirman: َ َِذل ات اللهَِّ فَ ُه َو ِ ك َو َم ْن يُ َع ِّظ ْم ُح ُر َم ت لَ ُك ُم أْالَنْ َعا ُم ْ َخ رْيٌ لَ ُه ِعنْ َد َربِّ ِه َوأُ ِح َّل س ِّ اجتَنِبُوا ْ َإِلاَّ َما يُتْلَى َعلَيْ ُك ْم ف َ الر ْج ُّ اجتَنِبُوا قَ ْو َل الزو ِر ِ َِم َن أْالَ ْوث ْ ان َو )30( Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah. Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. dan telah Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu ke­ haramannya, Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataanperkataan dusta. (QS Al-Hajj: 30). Ayat ini dapat dipahami, bahwa ketika seseorang berbuat baik dengan meninggalkan yang haram dan melaksanakan yang halal, akan tetapi tidak menjauhi syirik dan perkataan dusta, maka perbuatan baik tersebut tidak memiliki dampak spiritual apapun bagi dirinya. Atau juga bisa dipahami bahwa perkataan dusta hakikatnya sama dengan menyembah berhala, dalam hal sama-sama mengikuti hawa nafsu. Dimaknai sebagai perkataan dusta, karena menyimpang dari yang semestinya atau yang dituju, yang Sibawaih & Agus Dedi Putrawan 9 Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 oleh sebagian ulama ditafsirkan sebagai mengharamkan yang halal atau sebaliknya menghalalkan yang haram; serta ber-saksi palsu. Rasulullah saw, sebagaimana dikutip oleh al-Razi, bersabda ‘saksi palsu itu sebanding syirik’. Dalam kaitan ini menurut al-Qurthubi, ayat ini mengandung ancaman bagi yang memberikan saksi dan sumpah palsu. Ia termasuk salah satu dosa besar. C. Peluang dan Tantangan Komu­ nikasi al-Qur’an di Era Global Era Global yang ditandai dengan revolusi teknologi informasi dan transportasi telah menyulap dunia menjadi sebuah desa (global village) (Moh, Amir Aziz, 2007). Jarak bisa dipangkas oleh waktu, mobilitas komunikasi dan transportasi di era ini menjadikan masyarakat lebih mudah melakukan segala hal termasuk berkomunikasi. Allah menciptakan manusia di muka bumi ini sebagai khalifah, pemimpin atau wakil tuhan yang mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah daripada yang mungkar, dengan itu Allah memberikan kitab-kitab suci sebagai pedoman (pesan) yaitu : taurat, zabur, injil dan al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat di zaman ini, sehingga tugas menyampaikan pesan-pesan dakwah islam dari allah 10 Al-Quran dan Prinsip Komunikasi ini secara turun temurun mulai dari periode para kulafaurrosidin hingga sekarang. Isi pesan tetap sama dari segi sumbernya yaitu al-Qur’an dan hadist, namun sangatlah berbeda peluang dan tantangan dakwah yang di hadapi masing-masing periode. Secara garis besar era globalisasi memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk mengekspresikan berpikir, berkreasi, ide, inovasi dan lain-lain. Sehingga tidak jarang kita lihat umat beragama menyembah dengan tuhan mereka dengan cara yang diada-adakan oleh mereka sendiri tidak terkecuali umat islam. Di era globalisasi saat ini memerlukan upaya ekstra untuk memanegement cara penyampaian pesan-pesan dakwah yang akan disampaikan kepada umat. Dimana kita ketahui problematika umat di zaman ini bermacam-macam jenisnya, kemiskinan dan kebodohan menjadi center dari semuanya yang menjadi faktor penghambat dalam penyampaian pesan sacara efektif kepada umat (komunikan), sehingga cara-cara lama penyampaian pesan harus diubah dan inovasi-inovasi baru sangatlah dibutuhkan, dengan demikian memudahkan para Da’I dalam penyampaian pesan-pesan Ilahi itu sendiri. Ada beberapa Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 metode yang digunakan dalam proses penyampaian dakwah islam diantaranya: 1. Dakwah Bil Hal adalah dakwah yang orientasinya dengan cara mengajak para dermawan me­ minimalisir kemiskinan, mem­ berikan santunan kepada anak yatim dan orang miskin, mem­ berikan beasiswa bagi pelajar yang miskin dan berprestasi guna meminimalisir kebodohan, dengan demikian dakwah bil hal ini dapat digolongkan sebagai komunikasi nonverbal karena muatan-muatan dakwahnya tidak tampak namun dapat dirasakan. 2. Dakwah Bil Lisan adalah bentuk komunikasi yang biasa kita lihat di televisi : ceramah-ceramah, kultum. Biasa juga kita melihat di lingkungan kita masing-masing seperti, ceramah Tuan Guru di masjid, jamaah tabligh, dan lainlain. 3. Dakwah Bil Kitabah (tulisan) adalah bentuk penyampaian pesan-pesan dakwah melalui tulisan di atas kertas yang biasa disebut media massa kemudian disampaikan kepada para pembaca, bahkan di era ini sekarang bukan saja tulisantulisan itu hanya tertulis di kertas saja namun lebih dari itu terdapat pula di media elektronik yang di sebut computer, handphone, mp3 serta internet sebagai medianya. Internet merupakan jaringan media komunikasi dunia yang langsung dapat dengan cepat mengakses data dan informasi dari suatu tempat ke tempat lain, baik dalam sekala local, nasional maupun internasional. Dari penjelasan di atas jelaslah al-Qur’an sebagai pesan Allah yang kita terima dari perantara malikat Jibril kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW demikian juga orang-orang yang beriman yang berdakwah di jalan Allah sesuai tuntunan al-Qur’an menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dakwah yang dilakukan selama ini bersifat tradisional sudah tidak mempan lagi dan tidak bisa diandalkan. Dibutuhkan perhatian serius dari kita semua selaku umat islam, umat penyampai pesan-pesan Allah kepada diri kita sendiri dan orang banyak haruslah bekerjasama dengan memenejemen. Jika tidak kita akan kalah cepat oleh ideologi - ideologi sesat yang lebih privasi dan lebih luas jangkauannya13 kerena di era global saat ini segalanya tanpa batas ruang dan waktu. Permasalahan dakwah Sibawaih & Agus Dedi Putrawan 11 Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 terus berubah sesuai perkembangan zaman yang begitu cepat tanpa memandang dimensi jarak, sosio dan kultur apapun. D. Penutup Secara umum al-Qur’an adalah pesan ilahi yang di turunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat jibril. Al-Qur’an merupakan pedoman bagi manusia (hudallinnas) sebagai petunjuk jalan yang lurus akan tetapi al-Qur’an yang secara kontek berbahasa Arab bagi masyarakat awam belumlah bisa memahami dikarenakan merekapun tidak mengerti apa arti tulisan alQur’an tersebut apalagi harus mempedomaninya, hanya segelintir orang yang mampu berbahasa Arab atau yang konsen dalam hal tersebut. Dalam kata lain al-Qur’an adalah suatu pesan untuk mengatur, mengajak atau berdakwah di jalan Allah yaitu agama Islam. Komunikasi ini layaknya komunikasi media massa melalui teks-teks suci yang mengandung kedahsyatan arti di dalamnya, meskipun dalam kenyataannya banyak umat Islam tidak mengetahui arti dari teks tersebut namun meski mereka 12 Al-Quran dan Prinsip Komunikasi tidak mengerti terhitung pahala bagi pembacanya. Dakwah pada intinya adalah mengajak orang lain untuk mengikuti tuntunan Allah SWT. Oleh karenanya, kemampuan berkomunikasi dengan baik menduduki posisi yang strategis, karena Islam memandang bahwa setiap muslim adalah da’i. Sebagai da’i, ia senantiasa dituntut untuk mau dan mampu mengkomunikasikan ajaran-ajaran Ilahi secara baik. Disamping itu, kesalahan dalam mengkomunikasikan ajaran Islam, justru akan membawa akibat yang cukup serius dalam perkembangan dakwah Islam itu sendiri. Menurut Khaled Abou El-Fadl, “makna sebuah teks suci seringkali bergantung pada moral pembacanya. Masyarakat semacam ini pernah dibangun oleh Rasulullah SAW sewaktu berada di Madinah; dan ini merupakan bukti konkrit dari keberhasilan dakwah beliau. Keberhasilan ini tentu saja suatu prestasi yang luar biasa. Dengan bersandar kepada kekuatan dan pertolongan dari Allah Swt semata, dari aspek manusiawi ada faktor lain yang dianggap cukup dominan dalam konteks keberhasilan dakwah dan pembangunan masyarakat Madinah yaitu kemampuan beliau Komunike, Volume 7, No. 1, Juni 2015 dalam melakukan komunikasi atas ajaran-ajaran Ilahi tersebut dengan baik dan persuasif, yang ditopang oleh keluhuran budi pekerti beliau sendiri. Rusdi Hamka dan Rafiq, Islam dan Era Informasi, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1989. Daftar Pustaka Moh, Amir Aziz, Peluang Dan Tantangan Dakwah di Era Global dan Revitalisasi, Tasamuh Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Dakwah. Tim Penyusun, Pintu Cahaya AlQur’an: Dasar-Dasar Pengajaran Al-Qur’an, laboratorium AlQur’an IAIN Mataram, 2010. Lalu Ahmad Zainuri, Dakwah di Dunia Maya, Cyber Dakwah, Tasamuh Jurnal Kajian IlmuIlmu Dakwah, 2007. Fahrurrozi, Al-Qur’an dan Praktek Jurnalisme, Tasamuh, Jurnal Kajian ilmu-ilmu Dakwah, IAIN Mataram, juni 2010. Khaled Abou el-Fadl, The Place of Tolerance in Islam, (Boston: Beacon Press, 2002) Zul Karnain 13