*KELAS IKOM C, KLP 4 To live alone one must be a beast or a god, says Aristotle.Leaving out the third case: one must be both – a philosopher. ~Friedrich Nietzsche memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya dan bertujuan untuk memahami (understanding) dan kebijaksanaan (Wisdom). mengutarakan problem secara persis filsafat sebagai sikap Filsafat sebagai metode Filsafat sebagai kelompok persoalan Filsafat sebagai sekelompok teori Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa . Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang meneyeluruh terbentuknya sebuah pandangan baru terhadap fenomena keilmuan dan hakikat alam itu sendiri. Pada abad ke 5 SM untuk pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial. Ilmu ini dinyatakan dalam bahasa Yunani “rhetorike” yang dikembangkan di Yunani Purba, kemudian pada abad-abad berikutnya dikembangkan di Romawi dengan nama dalam bahasa Latin “rhetorika” (yang dalam bahasa Inggris “rhetoric” dan di bahasa Indonesiakan “retorika”. Pada zaman Yunani, Negara yang mengembangkan retorika dipelopori oleh Georgias (480-370) yang dianggap sebagai guru retorika pertama dalam sejarah manusia yang mempelajari dan menelaah proses pernyataan antar manusia. Puncak peranan retorika sebagai ilmu pernyataan antar manusia ditandai oleh munculnya Demosthenes dan Aristoteles dua orang pakar yang teorinya hingga kini masih dijadikan bahan kuliah di berbagai belahan dunia. Demosthenes (384-322) di zaman Yunani termasyur karean kegigihannya mempertaruhkan kemerdekaan Athena dari ancaman raja Philipus dari Mecedonia. Saat itu sudah menjadi anggapan umum bahwa dimana terdapat system pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, disitu harus ada pemilihan berkala dari rakyat dan oleh rakyat untuk memilih pemimpinnya. Dimana demokrasi menjadi system pemerintahan, disanalah masyarakat memerlukan orang-orang yang mahir berbicara di depan umum. Sementara Aristoteles, seorang cendekiawan Yunani yang pada zamannya, yakni abad ke 4 SM, merupakan pemuka dalam berbagai disiplin ilmu, berbeda dengan tokoh lain yang memandang retorika sebagai seni, ia memasukannya sebagai bagian dari filsafat. Dengan mengatakan ”anda dalam retorika terutama menggelorakan emosi, itu memang baik, tetapi ucapan-ucapan anda tidak dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan retorika yang sebenarnya adalah membuktikan maksud pembicaraan atau menampakan pembuktiannya. Ini terdapat pada logika. Retorika hanya menimbulkan perasaan seketika, meski lebih efektif daripada silogisme. Pernyataan pokok bagi logika dan bagi retorika akan benar apabila telah diuji oleh dasar-dasar logika”. Demikian retorika di Yunani, ilmu pertama yang mempelajari dan mengkaji gejala pernyataan antar manusia. Dari Yunani retorika merambat ke Romawi, dan di negeri ini retorika dikembangkan oleh Marcus Tulius Cicero (106-43 SM) yang menjadi termasyur karena bukunya berjudul de Oratore dank arena penampilannya sebagai seorang orator. Cicero mempunyai suara yang bervolume berat dan berirama mengalun, pada suatu saat keras menggema, disaat lain halus memelas, dan kadang disertai cucuran air mata (Effendy, O.U, 2003:4). Sampai abad satu Masehi, pernyataan antar manusia untuk jarak jauh masih dilakukan dengan menggunakan Papyrus atau daun lontar, kulit binatang, logam tipis, dan lain-lain. Sampai kemudian ditemukannya kertas oleh bangsa Cina bernama Ts’ai Lun pada tahun 105 M, dan kemudian ditemukannya mesin Cetak yang mampu melipat gandakan oleh Johannes Gutenberg (1400-1468). Seperti halnya ilmu publisistik yang pada mulanya adalah ilmu persuratkabaran, Ilmu Komunikasi pun berasal dari aspek persuratkabaran, yakni “journalisme” atau jurnalistik atau jurnalisme, yaitu suatu pengetahuan tentang seluk beluk pemberitaan mulai dari peliputan bahan berita, melalui pengolahan sampai penyebaran berita. Selanjutnya proses tersebut disebut “mass media cmmunication” yang disingkat menjadi “mass communication” atau komunikasi massa. Dalam proses komunikasi secara total, komunikasi melalui media massa hanya merupakan satu dimensi saja, ada dimensi-dimensi lainnya yang menjadi objek studi suatu ilmu. Karena ilmu menelitinya bukan sebagai Mass Communication Science tetapi Communication Science yang lebih luas yang menelaah mass communication, group communication dan sebagainya. komparasi kritis sejarah perkembangan ilmu, sifat dasar ilmu pengetahuan, metode ilmiah, praanggapan-praanggapan ilmiah, sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan Psikologi yang Melandasi Ilmu Komunikasi Dalam sejarahnya, Ilmu Komunikasi dibagi dalam dua masa yaitu pada masa sebelum dan sesudah emnjadi ilmu psikologi. Kedua masa tersebut dibatasi dengan di dirikannya sebuah laboratorium psikologi oleh Wilhelm Wundt, yang pertama di Leipzig pada tahun 1879. Sebelum berdirinya laboratorium tersebut ilmu psikologi dianggap sebagai bagian dari ilmu filsafat atau faal karena psikologi masih dibicarakan oleh sarjana dan ilmuwan yang mempunyai minat pada ilmu jiwa. . Psikologi Sosial yang Melandasi Ilmu Komunikasi Sebagaimana yang dirumuskan oleh Kufmann (1973:6) seorang tokoh psikologi sosial, menyebutkan bahwa psikologi sosial merupakan suatu usaha untuk memahami, menjelaskan dan juga meramalkan bagaimana pikiran, perasaan dan tingkah laku individu yang dipengaruhi oleh apa yang disebut sebagai pikiran, perasaan dan tindakan orang lain yang keberadaannya bisa dirasakan dan di bayangkan oleh individu tersebut. Sebagai contoh, interaksi yang saling mempengaruhi dalam hal; proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif; proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang; dan termasuk mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, bermain peran, identifikasi, proyeksi serta agresi Sosiologi yang Melandasi Ilmu Komunikasi Sosiologi merupakan ilmu yang membahas masalah tatanan atau susunan, sehingga dengan susunan tersebut orang akan mengetahui berbagai fenomena yang saling mempengaruhi dalam pola-pola kehidupan bermasyarakat Antropologi yang Melandasi Ilmu Komunikasi Jika kita berbicara tentang antropologi maka pembicaraan kita tidak akan terlepas dari yang namanya budaya, yaitu aspek utama dalam ilmu antropologi selain fisik. Fokus terhadap manusia secara fisik dan fokus terhadap budaya sering membuat kita menjadi salah interpretasi terhadap pola perilaku manusia. Hal ini dikarenakan oleh pola pikir kita yang cenderung stereotype terhadap latar belakang budaya orang lain, sehingga metodologi penelitian mesti menyesuaikan dengan keberadaan budaya setempat sebagai objek penelitian. Matematika yang Melandasi Ilmu Komunikasi Berawal dari Teori Informasi yang disajikan dalam buku Cmmunication Theories: Origins Methods Uses, karya Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr., terdapat pula Teori Informasi dari Claude Shannon dan Warren Weaver. Menurut Wilson Taylor dalam prosedur Cloze yang dikembangkannya, yaitu suatu prosedur untuk menghitung entropi atau redudansi pada suatu kalimat tertulis dari pendengar tertentu disebut dengan prosedur Cloze. Kemudian dalam buku ini juga, Severin dan James mengakhiri pembahasannya tentang teori informasi dengan menyimpulkan bahwa teori matematika Shannon tentang komunikasi merupakan sumbangan yang paling penting bagi bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan pada masa sekarang. Karena model proses komunikasi dari Shannon telah dijadikan dasar bagi berbagai bentuk bagan komunikasi. Fisika yang Melandasi Ilmu Komunikasi Claude Shannon menyatakan dalam teori informasinya, yaitu pada dasarnya teori informasi itu adalah teori perpindahan sinyal (transmisi). Teori tersebut telah memberikan suatu penjelasan secara fisika dimana informasi dinyatakan sebagai suatu sinyal yang dikirimkan dan yang diterima, sehingga apabila teori ini diterapkan secara langsung terhadap komunikasi manusia tidaklah lengkap, karena seperti yang dicontohkan oleh Severin dan James bahwa informasi yang diberikan terhadap operator telegram tidaklah terkait dengan pesan yang dikirimkan. Dalam komunikasi manusia, informasi itu mempunyai ikatan mata rantai yang panjang, misalnya seorang pemberita (reporter) sebelum menyampaikan informasi yang diterimanya kepada pendengar, ia dapat mengubah atau menyusunnya terlebih dahulu Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan). Menurut Hocking (1946), agama merupakan obat dari kesulitan dan kekhawatiran yang dihadapi manusia, sekurang-kurangnya meringankan manusia dari kesulitan. Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang benar yang perlu ditemukan. Agama menjadi suatu lembaga yang bersemangat untuk memperoleh kehidupan yang baik dan merenungkannya sebagai suatu tuntutan kosmis,. Menusia menjadi penganutnya yang setia terhadap agama karena manurus keyakinannya agama telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin dapat diuji dengan pengalaman maupun oleh akal sepert halnya menguji kebenaran sains dan filsafat karena agama lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan. Agama merupakan sesuatu yang ada, karena keberadaanya itulah makanya agama dikatakan pengkajian filsafat. Landasan agama atau tauhid meurpkan landasan utama yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk keselamatan di dnia dan menjadi bekal di akhirat nanti. Misalnya dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajran bagi anak didi, dimna alandasan tauhi dan spritual keagaaamini menyangkut dengan hakikat menusi asebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dari pembahasan diatas secara historis dapat dinyatakan bahwa ilmu yang tertua dalam tatanan keilmuan adalah ilmu filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya yang lahir dari ilmu filsafat merupakan bagian dari ilmu filsafat. Demikian juga ilmu komunikasi yang dalam perkembangannya banyak dilakukan oleh pemikir-pemikir filsafat dan ilmu-ilmu lain sebagai cabang dari ilmu filsafat, seperti psikologi, psikologi sosial, sosiologi, matematika, fisika, antropologi. Pada awalnya filsafat merupakan ilmu yang lahir dari pemikiran manusia yang mempunyai kecintaan pada kebijaksanaan, karena semua yang dinyatakan sebagai buah pikiran waktu itu disebut sebagai filsafat. Belum membaca artikel primer bagi presentasi Bagian hubungan ilmu2 lain dg ilmu komunikasi terlalu menyita, baiknya dijelaskan secara general saja. Lebih ditekankan pada apa integrasi antara ilmu komunikasi dengan Agama Islam Maksudnya: bagian dari Islam mana yang anda maksud? Islam sebagai ritual, islam sbagai ajaran, islam sebagai komunitas, atau yang mana? Dlm referensi, islam yang dimaksud adl islamic studies (dirasat islamiyyah/islam sebagai ilmu) Maka Tujuan pembahasan/presentasi anda adl bagaimana memadukan antara ilmu komunikasi dengan islam sbg ilmu (pandangan mendasar tentang manusia, alam, dll; pandangan epistemologinya (tg kebenaran ilmu, tg logika berfikir, dll); pandangan nilai (bisa nilai tg baik-buruk, atau indah-buruk). Bisa juga dijelaskan lebih lanjut: apa yang bisa disumbangkan oleh ilmu komunikasi bagi perbaikan islam sebagai ilmu, dan begitu pula sebaliknya.