Membangun Komunikasi Beradab Melalui Konsep SMEPPPA

advertisement
Membangun Komunikasi Beradab Melalui Konsep SMEPPPA
PsychoNews - Kuliah tamu kembali digelar oleh Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang
berlangsung semarak (27/04). Perkuliahan ini menghadirkan dua pemateri utama yang
menjadi daya tarik tersendiri. Narasumber pakar psikologi perdamaian Prof. Dr. Koenjoro,
MBSc., Ph.D dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta hadir ditengah-tengah mahasiswa
psikologi UIN Maliki Malang bersama Dr. Fathul Lubabin Nuqul, M.Si selaku pembanding
dari psikologi UIN Maliki Malang. Tak kurang dari 300 mahasiswa psikologi dari berbagai
angkatan turut meramaikan kuliah tamu yang dilaksanakan di Aula Fakultas Humaniora
UIN Maliki Malang. Kuliah tamu kali ini mengusung tema “Peace Psychology: Membangun
Perdamaian Melalui Komunikasi Beradab”. “Prof. Koenjoro sebagai pematerinya dan
beliau spesialis peace psychology. So, aku sangat menikmati materi yang disampaikan.
Biografi dan pengalaman sebagai peneliti sangat tak bisa diragukan” tutur Firdaus, salah
satu mahasiswa psikologi angkatan 2015.
Acara dibuka dengan menampilkan beberapa tembang lagu pop maupun keroncong yang
dibawakan oleh mahasiswa Psikologi UIN Maliki sendiri, serta dilanjutkan dengan
pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Lana Maimuna Al Jihan dan diakhiri dengan
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya oleh seluruh peserta, panitia, dan pemateri.
Perkuliahan yang berlangsung kurang lebih 4 jam ini di pandu oleh Miftahus Surur, S.Psi,
M.Pd selaku moderator.
Sebagai pembuka, Prof. Koenjoro menegaskan bahwa setiap manusia memiliki
kebebasan dan kemerdekaan bagi dirinya sendiri. Namun, yang perlu digaris bawahi
bahwa kemerdekaan dan kebebasan itu masih dibatasi oleh hak orang lain. Karenanya,
penting bagi setiap manusia untuk membiasakan diri melakukan komunikasi yang saling
memahami satu sama lain guna mewujudkan perdamaian di lingkungan sekitar. Untuk
mewujudkan itu semua, Prof. Koenjoro memberikan formula SMEPPA, akronim dari murah
“S” yang berarti Senyum memiliki dampak yang kuat dalam mempengaruhi akal,
menghilangkan kesedihan, dan mendekatkan tembok penghalang diantara manusia. “M”
yang bermakna Mendengarkan dimaksudkan untuk mengurangi frustrasi-agresi yang ada
didalam diri manusia. “E” Empati yang di maksudkan sebagai saling memahami perasaan
orang lain. “P” Peka terhadap situasi yang ada disekitar. Pandai memuji dan Pandai
memilih kata-kata bijak lebih penting daripada menghukum. Serta “A” yang terakhir
bermakna Action sebagai implementasi kegiatan dari konsep SMEPPPA, “lakukan itu
dalam kehidupanmu maka komunikasi yang kamu lakukan akan menjadikan komunikasi
yang beradab”, tutupnya.
Sementara itu, Dr. Fathul Lubabin Nuqul, M.Si menegaskan bahwa penting dilakukannya
komunikasi yang teduh dan meneduhkan baik kepada seseorang yang dekat secara fisik
maupun psikis (in group) maupun kepada seseorang yang mempunyai prinsip berbeda
dengan kita (out group). Ketika komunikasi dengan seseorang juga harus memperhatikan
bagaimana seharusnya berbicara. Pak Lubab, sapaan akrabnya menekankan 5 komponen
penting dalam berkomunikasi. Benar, jujur, menyenangkan, berorientasi pada konten
yang positif, lembut dan tidak terburu-buru merupakan komponen penting dalam
berkomunikasi. Hal ini akan menciptakan komunikasi yang teduh dan meneduhkan
diantara diri sendiri, keluarga, dan lingkungan macro system yang ada disekitar kita.
Penyampaian materi yang ringan dengan diselingi melempar candaan diantara kedua
pemateri mencairkan suasana kuliah tamu yang diadakan pada siang hari tersebut. Prof.
Koenjoro dengan pembawaannya yang santai sesekali menggoda Pak Lubab yang
notabene merupakan mahasiswanya ketika masih mengenyam pendidikannya di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain itu, kedua pemateri ini merupakan seseorang
yang ahli dalam bidang riset. Prof. Koenjoro dalam kesempatan kali ini mengutarakan
bahwa beliau sudah berkecimpung dalam dunia riset perpelacuran selama bertahun-tahun.
Sedangkan Pak Lubab, selain melakukan riset beliau juga membimbing beberapa
mahasiswa yang melakukan riset. “Kedua pemateri sangat menarik. Biografi dan sepak
terjangnya dalam dunia riset tidak perlu diragukan. Pulang dari sini, aku mendapatkan
banyak ilmu dan wawasan baru dan yang paling penting bisa foto bareng sama Prof.
Koen” curhat Firdaus.
Berkomunikasilah dengan bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang yang tulus karena
Allah, sebab semua pesannya merupakan rahmat bagi seluruh alam. Dalam islam
setidaknya ada 6 etika berkomunikasi, yakni Qaulan Sadida, komunikasi yang harus
menginformasikan fakta dan tidak memanipulasi kata. Hal ini tertuang dalam firman Allah
QS: Al-Hajj: 30 “Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta”. Qaulan Baligha, komunikasi
yang tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, dan menggunakan kata-kata efektif,
“Tidak kami utus seorang Rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa kaumnya”
QS. Ibrahim: 4. Qaulan Ma’rufa, komunikasi dengan perkataan yang baik dan tidak
menyinggung perasaan, “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim
dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang baik” QS. An-Nissa: 8, Qaulan Karima, komunikasi yang
dibarengi dengan rasa hormat, dan bertatakrama, “Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah kamu
mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23), Qaulan Layinan,
komunikasi dengan penuh keramahan, lemah lembut sehingga bisa menyentuh hati “Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut…”(QS.
Thaha: 44), dan Qaulan Maysura merupakan komunikasi yang mudah dipahami, ”Dan jika
kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu
harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28). Red.
Ms
Reportase
Editor
: Wachidatul Zulfiyah
: Fauza Nor Hidayah
Download