1 JENIS-JENIS BAKTERI GRAM POSITIF POTENSIAL PATOGEN PADA IKAN BANDENG (CHANOS CHANOS) DI TAMBAK DESA TANJUNG REJO PALUH PUTRI PERCUT SEI TUAN (Potential Pathogens of Gram Positive Bacteria to Bandeng Fish (Chanos chanos) in Tanjung Village Paluh Percut Sei Tuan) 1 Jamaluddin 2Dwi Suryanto 3Indra Lesmana 1 Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155 [email protected] 2 Staf Pengajar Depertemen Biologi, Fakultas Mipa, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 3 Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia ABSTRACT One of Indonesian popular fish is bandeng (Chanos chanos). One of the problem facing in bandeng culture is pests and diseases. The purpose of this study was to observed potential gram-positive bacteria that infects Bandeng fish. The study was conducted from February to April 2016 in the Laboratory SKIPM Class 1 Medan 1. Samples were taken from infected fish and ponds located in Tanjung Rejo Paluh Putri Percut Sei Tuan. Isolation and characterization of potential bacterial pathogens in Bandeng fish was conducted using a scratch plate method. Two bacterial isolates were found. Identification of the two isolated showed that the isolates were Staphylococcus aureus and Streptococcus iniae. Keywords : Chanos chanos, floating net cages, bacterial pathogens 1. PENDAHULUAN Potensi pengembangan budidaya perikanan sangat besar yang menyebabkan intensifikasi semakin menjadi pilihan. Namun, intensifikasi budidaya tersebut sering menyebabkan menurunnya kondisi lingkungan yang pada akhirnya menimbulkan masalah berupa timbulnya penyakit. (Gardenia dkk., 2010). Penyakit yang menyerang ikan disebabkan adanya hasil interaksi antara inang (host), jasad penyebab penyakit (phatogen) dan lingkungan (environtment) (Hartono dkk., 2001). Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimiliki menjadi lemah, dengan demikian penyakit mudah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit (Cahyono dkk., 2006). Penyakit menghambat pertumbuhan ikan bandeng, bahkan menyebabkan kematian dan gagal panen. Penyakit dipicu seiring dengan memburuknya kualitas air. Penumpukan bahan organik dari sisa kotoran ikan menjadi media perkembangan parasit dan bakteri. Bakteri yang sering menimbulkan penyakit adalah vibrio yang menyebabkan ekor busuk (finrot). Pergantian air secara rutin dapat mengurangi penyakit. Penggunaan 2 bahan kimia untuk menanggulangi penyakit tidak dianjurkan, kecuali dalam kondisi terpaksa (Anwar, 2014). Bakteri Streptococcus iniae menyebabkan penyakit Streptococcosis. Penyakit ini dikenal juga sebagai “pop eye”.Penyakit ini membahayakan pada ikan dan merupakan HPIK (Hama Penyakit Ikan karantina) golongan bakteri. S. iniae bersifat zoonosis (phatogen terhadap manusia) yaitu menyebabkan selulitis. Pola penyerangan bakteri ini terutama pada ikan dewasa yang siap panen sehingga menimbulkan kerugian besar. S. iniae menyebabkan penyakit streptococcosis dan meningoenchepalis yang fatal (Faizal, 2010). Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif, yang infeksinya disebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka.Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik dan mampu memfermentasi mannitol pada media mannitol salt agar. Koloni berwarna kuning emas dan kemampuan memfermentasi mannitol terlihat dari perubahan warna media menjadi kuning. Hal tersebut merupakan ciri khas yang membedakan Staphylococcus aureus dengan Staphylococcus epidermidis (Leboffe dan Pierce, 2011). Tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui jenis-jenis bakteri Gram positif potensial patogen yang hidup dan menginfeksi ikan bandeng dan untuk mengetahui bakteri Gram positif potensial patogen yang paling dominan hidup dan menginfeksi ikan bandeng dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi pembudidaya ikan laut, payau, dan tawar dengan mengetahui bakteri-bakteri Gram positif potensial patogen penyebab penyakit yang dapat menginfeksi ikan laut dan payau khususnya ikan bandeng serta bagaimana cara penanganan kualitas air yang baik. 2. METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan April 2016. Pengambilan sampel ikan dilakukan di tambak milik pak Iwan di Desa Tanjung Rejo Paluh Putri Percut Sei Tuan yang merupakan tempat budidaya ikan bandeng yang diduga terkena penyakit. Identifikasi sampel ikan dilakukan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I. Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain laminar air flow, autoklaf, inkubator, timbangan analitik, hot plate, aluminium foil, magnetic stirer, labu erlenmayer, cawan petri, tabung reaksi, lampu bunsen, botol sampel, coolbox, oven, kulkas, nampan, kaca preparat, mikroskop, jarum ose, dissecting set, alat tulis, kertas label dan plastik. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut sampel ikan uji, Tryptic Soy Agar (TSA), Haemolisis, Bilt Salt 40%, Aesculin Hydrolysis, katalase, Oksidatif/Fermentatif (O/F), Motility Indol Ornithin (MIO), Sulfit Indol Motility (SIM), bahan untuk uji pewarnaan Gram (Crystal violet, aquades, lugol iodine, safranin dan etil alkohol 95%), KOH, Hidrogen peroksida (H2O2), Oksidase, Alkohol 70%. Deskripsi Tambak Lokasi tambak terletak di Desa Tanjung Rejo Paluh Putri Percut Sei Tuan dengan luas ± 3 hektar. Tambak tersebut merupakan tambak alami karena ikan tidak diberi pakan, dan di tengah-tengah tambak terdapat mangrove. Inlet tambak berasal dari aliran anak sungai. Ikan yang dibudidayakan di tambak tersebut tidak 3 hanya ikan bandeng, melainkan, nila, mujair, siakap dan kepiting. Pengambilan Sampel Ikan Sampel ikan bandeng (Chanos chanos) diambil dari tambak. Ikan yang diambil sebagai sampel dipilih ikan yang mengalami gejala penyakit seperti terdapat borok atau luka pada permukaan tubuh ikan. Jumlah ikan uji sebanyak 3 ekor dengan ukuran panjang 24 – 25,5 cm dan berat 149 – 175 gram. Sampel ikan dimasukkan dalam coolbox sebagai wadah penyimpanan sementara dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengidentifikasian. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Positif Potensial Patogen dari Sampel Ikan Bakteri patogen diisolasi pada beberapa bagian organ dalam ikan yaitu hati, ginjal, dan lambung. Isolasi bakteri dilakukan dengan menggunakan teknik cawan gores atau streak plate pada bagian-bagian tubuh ikan tersebut. Kemudian digoreskan pada media yang telah disediakan yaita media TSA, setelah itu dikultur dan diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu ruang. Bakteri yang tumbuh kemudian dimurnikan kembali pada media yang baru dengan menggunakan teknik cawan gores atau streak plate, kultur diinkubasi kembali selama 24-48 jam pada suhu rung. Media TSA yang sudah dikultur selanjutnya dilakukan pengamatan secara makroskopik dan mikroskopik dengan pewarnaan Gram, serta serangkaian uji biokimia untuk identifikasi spesies bakteri yang ada dalam sampel ikan. Pengamatan karakter makroskopik koloni bakteri meliputi ukuran, pigmentasi (warna koloni), sedangkan pengamatan karakter mikroskopik meliputi ukuran, warna dan bentuk bakteri. Uji biokimia meliputi uji KOH, uji katalase, uji oksidase, uji koagulase, uji haemolysis, uji indol, uji methyl red, uji motilitas serta uji gula-gula sebagai uji tambahan (uji glukosa, uji manitol, uji laktosa, dan uji maltosa).Uji reaksi biokimia yang bertujuan untuk menumbuhkan bakteri yang diinginkan dalam media Media TSA yang sudah dikultur dan diinkubasi selama 48 jam, dilakukan isolasi bakteri dengan metode goresan kuadran beberapa tahap hingga diperoleh 1 isolat yang murni. Isolatisolat yang diperoleh kemudian diamati morfologi. Pengamatan pada morfologi koloni meliputi bentuk, tepian, elevasi, dan warna koloni bakteri, secara mikroskopik pada kaca preparat dengan pembesaran 1000 kali. Pengamatan morfologi sel dilakukan dengan melakukan pewarnaan gram dan uji reaksi biokimia. Pewarnaan gram dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bakteri gram positif dan gram negatif secara mikroskopik pada kaca preparat dengan pembesaran 1000 kali sehingga dapat diketahui bentuknya (kokus, batang atau spiral) (Hadioetomo, 1993). Setelah melakukan pengamatan semua uji dibuat tabel hasil sehingga mudah dalam pembacaan ciri-ciri bakteri. Referensi untuk identifikasi bakteri menggunakan buku “Manual for the Identification of Medical Bacteria” oleh Cowan and Steel s (1974), “Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology” oleh Holt dkk, (1994) dan “Bacterial from Fish and Other Aquatic Animals” oleh N.B. Buller, (2004). Pengambilan Data Kualitas Air Derajat Keasaman (pH) Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter kedalam tambak sampai pembacaan pada alat konstan 4 dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut. Kecerahan (m) Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk sehingga hasil pengukuran dapat langsung ditentukan. Salinitas (ppt) Penentuan kadar salinitas air dapat dilakukan dengan menggunakan refrakto meter sehingga nilai salinitas air dapat diukur dengan mudah dan cepat. Suhu (oC) Suhu diukur menggunakan thermometer air raksa yang dimasukkan kedalam sampel air selama lebih kurang 3 menit. Kemudian dibaca skala pada thermometer tersebut. 3.HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ikan Terserang Penyakit Gejala klinis merupakan tanda yang muncul pada ikan yang terinfeksi penyakit baik dibagian dalam dan luar tubuh ikan.Tanda-tanda ikan yang terserang penyakit pada organ tubuh bagian luar ditunjukkan dengan adanya lesi atau luka. Pada bagian mata terjadi perubahan warna menjadi kekuningkuningan dan timbulnya lendir yang berlebihan pada bagian tubuh. Hal ini merupakan gejala klinis ikan sakit yang diuji seperti yang terlihat pada Gambar 3. Gambar. 3 Ikan Bandeng (C. chanos) yang terserang penyakit dan yang sehat Pemeriksaan penyakit ikan juga dilihat dari organ tubuh ikan bagian dalam. Gejala klinis yang terlihat pada organ tubuh bagian dalam ikan bandeng dilihat pada bagian hati, ginjal dan lambung. Hati ikan ikan yang terserang penyakit terlihat pucat berwarna merah kekuning-kuningan dan mengeluarkan bau tak sedap, bagian ginjal terlihat pucat dan lambung ikan terlihat bintikbintik hitam, warnanya pucat dan mengeluarkan bau tak sedap seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 4. Organ Dalam Ikan Bandeng (Chanos chanos). Hasil Isolasi Bakteri dan Identifikasi Bakteri Isolasi yang dilakukan dengan melihat gejala klinis penyakit pada organ tubuh ikan bagian dalam, yaitu hati, ginjal dan lambung. Bakteri yang tumbuh dimurnikan dan diidentifikasi. Dari hasil pemurnian dan identifikasi didapat dua isolat bakteri potensial patogen yang menyerang ikan bandeng. Identifikasi bakteri dilakukan dengan melihat morfologi, sifat Gram dan uji sifat biokimia. Hasil pengamatan morfologi sel berupa pewarnaan Gram dan uji biokimia yang dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang ditemukan pada ikan diduga merupakan bakteri potensial patogen, bakteribakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit pada ikan bandeng. Pengamatan morfologi sel perlu dilakukan pewarnaan Gram dan uji biokimia untuk mengidentifikasi bakteri potensial patogen yang menginfeksi sampel ikan bandeng. Pewarnaan Gram yang dilakukan secara mikroskopis dengan pembesaran 1000x menunjukan isolat berwarna ungu yang merupakan Gram positif dan berbentuk coccus atau 5 bulat. Hasil pengamatan morfologi sel baik pewarnaan Gram dan uji biokimia dari kedua bakteri dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi sel berupa pewarnaan Gram dan uji biokimia isolat bakteri S. iniae. Streptococcus iniae. Pewarnaan Gram bakteri dapat dilihat pada Gambar 5. a b Gambar 5. Bentuk Sel dari Isolat (a) Staphylococcus aureus (b) Streptococcus iniae (perbesaran 1000x). Keterangan: (+) Reaksi Positif, (-) Reaksi Negatif O (Oksidatif), F (Fermentatif Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi sel berupa pewarnaan Gram dan uji biokimia isolat bakteri S. aureus. Keterangan: (+) Reaksi Positif, (-) Reaksi Negatif O (Oksidatif), F (Fermentatif) Dari hasil pengamatan morfologi dan uji biokimia yang dicocokkan dengan SNI, kedua isolat tersebut masing-masing Streptococcus iniae dan Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan bakteri Gram positif potensial patogen pada ikan yang paling dominan yaitu bakteri Streptococcus iniae. Bakteri Gram positif potensial patogen pada sampel ikan bandeng ditemukan sebanyak 2 spesies bakteri yang menginfeksi organ dalam (ginjal, hati, dan lambung), yaitu bakteri Staphylococcus aureus dan Kualitas Air Kondisi lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan pada habitatnya, satu diantaranya tambak. Hasil pengamatan kondisi kualitas air di tambak Desa Tanjung Rejo Paluh Putri Percut Sei Tuan yaitu, Suhu: 32oC, Salinitas: 10 ppt, Kecerahan: 1,8 m dan pH: 8. Pembahasan Gejala klinis yang terlihat pada ikan bandeng yang diambil dari tambak menunjukan terdapatnya lesi, luka atau borok dan lendir yang berlebihan pada luar tubuh ikan (Gambar. 3) pada pengamatan dilapangan ikan bandeng yang diduga sakit juga berenang kepermukaan dan pergerakannya sedikit lambat. Wahjuningrumdkk., (2010), menyatakan bahwa dalam melakukan identifikasi atau diagnosis penyakit ikan, nama penyakit ikan dan gejala klinisnya penting diketahui karena dapat membantu dalam menentukan kepastian penyebabnya. Rahayu dkk., (1992), pengaruh jenis ikan terhadap populasi mikroba terutama disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan lendir diantara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena lendir kulit ikan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan mikroba. 6 Pada pemeriksaan organ dalam ikan uji terjadi gejala klinis seperti pada hati, ginjal dan lambung. Hati ikan terlihat pucat, berwarna merah kekuning-kuningan dan mengeluarkan bau tak sedap, ginjal pada ikan uji terlihat pucat dan lambung ikan uji berbintik bintik hitam dan terlihat tidak sehat. Menurut Sudheesh dan Xu (2001), terjadinya penyakit sangat berkaitan dengan faktor-faktor patogenisitas bakteri, percepatan perkembangbiakan patogen, maupun faktor pertahanan inang dalam melawan patogen. Bakteri yang mampu bertahan tersebut akan masuk kedalam aliran darah sehingga menyebar keseluruh sel tubuh inag maupun menuju organ target. Isolasi bakteri pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bakteri Gram positif potensial patogen pada ikan bandeng yang diduga sakit. Hasil isolasi pada organ dalam ikan seperti hati, ginjal dan lambung didapatkan 2 jenis bakteri Gram positif potensial patogen yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus iniae. Bakteri-bakteri ini merupakan bakteri penyebab penyakit pada ikan yang menyebabkan penyakit Staphylococosis dan Streptococosis. Bakteri S.iniae pada sampel ikan uji merupakan bakteri Gram positif potensial patogen yang paling dominan ditemui pada ikan bandeng. Organ yang paling banyak ditemukannya bakteri ini adalah ginjal. Menurut Supriyadi (2005), Streptococcus sp. merupakan jenis bakteri Gram positif, dimana dinding selnya terdiri dari lapisan peptidoglikan dan asam teikoat. Struktur dinding sel pada bakteri Streptococcus sp. yang sederhana tersebut memungkinkan masuknya senyawa atau partikel besar seperti senyawa bioaktif. Bagian organ luar tubuh ikan juga diserang oleh bakteri S. iniae yang menyebabkan perubahan warna pada mata ikan. Kordi (2004), menyatakan bakteri Streptococcus sp. menyebabkan penyakit pendarahan pada mata ikan yang disebut Streptococcis. Bakteri ini tergolong bakteri gram positif. Ikan yang terserang bakteri S. iniae menampakkan gejala-gejala seperti, ikan lemah, berenang tak teratur dan kadang-kadang terjadi pendarahan pada mata. Ikan-ikan laut jenis kerapu dan kakap diserang penyakit ini. Bakteri S. aureusmenyebabkan ikan mengalami luka atau lesi pada kulit dan juga tubuh ikan menjadi berlendir dan sedikit pucat. Organ dalam ikan pun terlihat terjadi perubahan seperti hati, ginjal, dan lambung. Menurut Jawetzdkk., (2005), S. aureus merupakan bakteri yang infeksinya disebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka misalnya pada infeksi luka pasca operasi, ditandai dengan munculnya furunkel atau abses lokal lainnya, diikuti dengan reaksi peradangan dan nyeri yang mengalami pernanahan. Quin dkk., (2002), menyatakan bahwa sifat patogen dari S. aureus karena dapat menghasilkan faktor-faktor virulensi yaitu koagulase, enzim (lipase, esterase, elastase, stafilokinase, deoksiribonuklease, dan fosfolipase), protein A, leukosidin, dan toksin (α, β, eksfoliatif, dan enterotoksin). Hasil pengamatan morfologi sel yaitu pewarnaan Gram dan bentuk sel menunjukkan S. iniae dan S. aureus berbentuk kokus (bulat) dan merupakan bakteri Gram positif karena bakteribakteri ini tetap mempertahankan warna metil ungu pada pewarnaan Gram. Hal ini sesuai dengan Prasetyo (2009), yang menyatakan dengan pewarnaan gram, golongan bakteri ini akan memberikan warna ungu. Golongan ini memiliki 7 peptidoglikan setebal 20–80 nm dengan komposisi terbesar asam teikoat dan teikuronat, dan berbagai macam polisakarida. Asam teikoat berfungsi sebagai antigen permukaan pada gram positif. Letaknya berada antara lapisan sitoplasma dan lapisan peptidoglikan. Selain itu, golongan ini memiliki 40 lembar peptidoglikan pada dinding selnya, yang merupakan 50% dari seluruhkomponen penyusun dinding sel. Hasil uji biokimia yang dilakukan pada bakteri Gram positif potensial patogen menunjukan bahwa bakteri S. aureus pada saat uji katalase hasilnya positif dan uji oksidase hasilnya negatif. Hal ini sesuai dengan Goldman dan Lorrence (2009), katalase merupakan salah satu uji cepat yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi Staphylococcus aureus. Uji ini dapat membedakan koloni Staphylococcus yang berwarna putih sampai abu-abu dengan koloni Streptococcus. Uji cepat lainnya adalah uji oksidase, uji ini dapat membedakan Staphylococcus dari Micrococcus. Selain kedua uji di atas, uji yang penting dalam mengidentifikasi Staphylococcus aureus adalah melalui uji koagulase. Menurut Public Health England (2014),diameter bakteri S. aureusberkisar 0,8–1,0 mikron. Koloni S. aureus umumnya opak, berwarna putih atau krem dan kadang-kadang berwarna kuning atau oranye. Bakteri S. iniae memiliki karakteristik coccus dengan diameter 0,6 – 0,9 µm, membentuk pasangan atau rantai pendek. Struktur Streptococcus terdiri dari kapsul, dinding sel, membran sitoplasma dan sitoplasma. beta-hemolitic, tidak mengurai amilum arabinosa, inulin, laktosa, rafinosa, dan sarbitol. Ada beberapa tipe hemolisis dalam Streptococcus yaitu alfa (α), beta (β), gamma (γ), dan hemolisis yang meluas (Maryadi, 2009). Kualitas air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit pada ikan, karena penyakit muncul dari interaksi antara inang, pathogen dan lingkungan. Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini adalah suhu, salinitas, kecerahan dan pH. Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ikan bandeng karena kualitas air tempat pemeliharaan ikan akan sangat mempengaruhi kerentanan ikan terinfeksi berbagai penyakit. Suhu mempunyai pengaruh besar terhadap proses kimia dan biologi, secara umum kecepatan reaksi kimia dan biologi akan menjadi dua kali lipat untuk kenaikan suhu sebesar 10°C. Hasil pengamatan kualitas air pada tambak yaitu suhu 32oC. Menurut Kordi dan Tancung (2005), bahwa suhu optimal untuk pemeliharaan ikan bandeng berkisar antara 23 – 32°C. Salinitas berpengaruh terhadap tekanan osmotik sel tubuh. Perbedaan salinitas air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan keseimbangan, hal ini akan mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuaian diri terhadap kondisi kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistim pencernaan dan transportasi zat makanan dalam darah (Maryadi, 2009). Salinitas tambak yaitu 10 ppt, menurut Anwar, 2014), bahwa ikan bandeng dapat tumbuh dengan baik pada salinitas 5-25 ppt. Kecerahan dari hasil pengamatan adalah 1,8 m, menurut Anwar (2004) tingkat kecerahan yang baik untuk budidaya ikan bandeng berkisar antar 30–40cm. Derajat keasaman (pH) untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan suatu perairan dalam memproduksi garam 8 mineral (Maryadi, 2009). Hasil pengamatan, diperoleh nilai pH 8. Menurut Kordi (2009), ikan bandeng masih dapat tumbuh optimal pada pH 6,5–9. Kualitas air yang diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan diketahui bahwa suhu, salinitas, kecerahandan pH keadaanya sangat memungkinkan untuk kegiatan budidaya ikanb andeng. Namun dengan kualitas air yang baik belum tentu ikan tidak terserang penyakit, faktor lain juga sangat mempengaruhi ikan terserang penyakit seperti, pathogen (penyakit) dan inang (ikan itu sendiri).Menurut Slembrouck, (2005), Kualitas air budidaya (kandungan bahan organik yang tinggi, terdapatnya amoniak atau nitrat, konsentrasi oksigen larut yang rendah, pH yang tidak memadai, variasi suhu yang tinggi dan berganti-ganti secara cepat) memaksa ikan mempertahankan keseimbangan metabolismenya, memperlemah ikan dan akhirnya mudah terserang penyakit. Penyakit ikan merupakan problem utama yang dihadapi oleh pembudidaya. Kerugian ekonomi sbagi para pembudidaya cukup terasa baik karena hilangnya produksi akibat kematian dan pertumbuhan ikan yang lambat atau biaya pengobatan yang tinggi. Umumnya, stress menyebabkan turunnya kemampuan daya tahan ikan dan dianggap sebagai salah satu penyebab utama penyakit ikan dalam system budidaya yang intensif. Namun demikian, stress pada ikan yang dibudidayakan bisa dihindari atau di cegah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa ikan yang sehat tidak mudah terinfeksi oleh patogen, sementara ikan yang lemah akan mudah terinfeksi (Woynarovich dan Horvath, 1980). 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Bakteri Gram positif potensial patogen yang menyerang ikan bandengyaitu Staphylococcus aureus penyebab penyakit Staphylococosis dan Streptococcusiniae penyebab penyakit Streptococosis. 2. Bakteri Gram positif potensial patogen pada ikan bandeng yang paling dominan adalah Streptococcus iniae karena paling banyak ditemukan pada isolasi media TSA. Saran Setelah ditemukannya penyakit pada bakterial pada ikan bandeng, perlu dilakukan penelitian untuk mencegah penyakit bakterial ini misalnya dengan menggunakan ekstrak atau obat alami yang dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri Gram positif potensial patogen pada ikan bandeng. DAFTAR PUSTAKA Anwar, C. 2014. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos)Pada Tambak Ramah Lingkungan.WWFIndonesia. Jakarta. Hlm : 127. Cahyono, PM., D.S. Mulia, dan E. Rochmawati. 2006. Identifikasi Ektoparasit Protozoa Pdada Benih Ikan Tawes (Puntius Javanicus) Di Balai Benih Ikan Sidabowa Kabupaten Banyumas dan Balai Benih Ikan Kutasari Kabupaten Purbalingga. Jurnal Protein. 13. (2). Faizal, I. 2010. Pengembangan Produksi Vaksin DNA Streptococcus 9 Gardenia, iniae Untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. Leboffe, M.J dan B.E Pierce. 2011. A Photographic Atlas for The MicrobiologyLaboratory 4th Edition. Morton Publishing Company. Amerika Serikat. L., I. Koesharyani, H. Supriyadi, dan T. Mufidah. 2010. Aplikasi Deteksi Aeromonas hydrophila Penghasil Aerolysin dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Jakarta. Hlm : 877. Maryadi, H. 2009. Studi Perkembangan Gejala Klinis dan Patologi Pada Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscoguttatus) yang Diinfeksi dengan Streptococcus iniae. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Goldman, E dan L.H, Green. 2009. Practical Handbook of Microbiology SecondEdition. Penerbit CRC. Amerika Serikat. Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia. Jakarta. Hartono, P., J. Dewi dan T. Tusihadi. 2001. Penyakit Pada Budidaya Ikan Kerapu. Balai Budidaya Laut Lampung. Bandar Lampung. Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Salemba Medika. Jakarta. Kordi, G. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. Kordi. G dan Tancung, A. B. 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Rineka Cipta. Jakarta. Public Health England. 2014. UK Standards for Microbiology Investigations Identification of Staphylococcusspesies, Micrococcus species and Rothia species. Veterenary Microbiology. Hlm : 76-81. Prasetyo, T.U.W. 2009. Pola Resistensi Bakteri dalam Darah Terhadap Kloramfenikol, Trimethoprim/Sulfametoksazo l, dan Tetrasiklin di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (LMK FKUI) pada Tahun 20012006. Fakultas Kedokteran. Jakarta. Quin, P. P, Markey, B. K, Carter, M. E, Donnelly, W. J dan Leonard, F. C. 2002. Veterinary Microbiology and Microbal Disease. Oxford (UK): Blackwell Press. Hlm : 72-75. Rahayu, W. P., Ma’oen, S., Suliantari dan S. Fardiaz. (1992). Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Bogor. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm : 140. 10 Slembrouck, J., O, Komarudin., Maskur., M, Legendre. 2005. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius djambal. Penerbit IRD, BRPBAT, BRPB, BRKP. Jakarta. Hal : 123. Sudheesh, P. S, Xu, H. S. 2001. Pathogenicity of Vibrio parahaemolytic us in Tiger Pawn Penaeus monodon Fabriciu. Possible Role of Extracellular Proteases. Aquaculture. 196:37-46. Supriyadi, H. 2005. Keragaan Penyakit Bakterial Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Keramba Jaring Apung di Lokasi Berbeda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11 (7) : 35 – 41. Wahjuningrum, D., Solikha, E. H., Budiardi, T., Setiawan, M. 2010. Pengendalian Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) dengan Campuran Meniran (Phyllantus niruri) dan Bawang Putih (Allium sativum) dalam Pakan. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9 (2) : 93 – 101. Woynarovich, E. dan L. Horvath, 1980. The artificial propagation ofwarm-water fin fishes – a manual for extension. FAO Fish. Tech.Pap. Hlm : 183-201.