jenis-jenis bakteri gram positif potensial patogen pada ikan bandeng

advertisement
1
JENIS-JENIS BAKTERI GRAM POSITIF POTENSIAL PATOGEN
PADA IKAN BANDENG (CHANOS CHANOS) DI TAMBAK DESA
TANJUNG REJO PALUH PUTRI PERCUT SEI TUAN
(Potential Pathogens of Gram Positive Bacteria to Bandeng Fish (Chanos chanos) in
Tanjung Village Paluh Percut Sei Tuan)
1
Jamaluddin 2Dwi Suryanto 3Indra Lesmana
1
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
[email protected]
2
Staf Pengajar Depertemen Biologi, Fakultas Mipa, Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia
3
Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia
ABSTRACT
One of Indonesian popular fish is bandeng (Chanos chanos). One of the
problem facing in bandeng culture is pests and diseases. The purpose of this study was
to observed potential gram-positive bacteria that infects Bandeng fish. The study was
conducted from February to April 2016 in the Laboratory SKIPM Class 1 Medan 1.
Samples were taken from infected fish and ponds located in Tanjung Rejo Paluh Putri
Percut Sei Tuan. Isolation and characterization of potential bacterial pathogens in
Bandeng fish was conducted using a scratch plate method. Two bacterial isolates were
found. Identification of the two isolated showed that the isolates were Staphylococcus
aureus and Streptococcus iniae.
Keywords : Chanos chanos, floating net cages, bacterial pathogens
1. PENDAHULUAN
Potensi pengembangan budidaya
perikanan
sangat
besar
yang
menyebabkan intensifikasi semakin
menjadi pilihan. Namun, intensifikasi
budidaya tersebut sering menyebabkan
menurunnya kondisi lingkungan yang
pada akhirnya menimbulkan masalah
berupa timbulnya penyakit. (Gardenia
dkk., 2010).
Penyakit yang menyerang ikan
disebabkan adanya hasil interaksi antara
inang (host), jasad penyebab penyakit
(phatogen)
dan
lingkungan
(environtment) (Hartono dkk., 2001).
Interaksi yang tidak serasi ini
menyebabkan stres pada ikan, sehingga
mekanisme pertahanan diri yang
dimiliki menjadi lemah, dengan
demikian penyakit mudah masuk
kedalam tubuh dan menimbulkan
penyakit (Cahyono dkk., 2006).
Penyakit
menghambat
pertumbuhan ikan bandeng, bahkan
menyebabkan kematian dan gagal
panen. Penyakit dipicu seiring dengan
memburuknya kualitas air. Penumpukan
bahan organik dari sisa kotoran ikan
menjadi media perkembangan parasit
dan bakteri. Bakteri yang sering
menimbulkan penyakit adalah vibrio
yang menyebabkan ekor busuk (finrot).
Pergantian air secara rutin dapat
mengurangi penyakit. Penggunaan
2
bahan kimia untuk menanggulangi
penyakit tidak dianjurkan, kecuali
dalam kondisi terpaksa (Anwar, 2014).
Bakteri
Streptococcus
iniae
menyebabkan penyakit Streptococcosis.
Penyakit ini dikenal juga sebagai “pop
eye”.Penyakit ini membahayakan pada
ikan dan merupakan HPIK (Hama
Penyakit Ikan karantina) golongan
bakteri. S. iniae bersifat zoonosis
(phatogen terhadap manusia) yaitu
menyebabkan
selulitis.
Pola
penyerangan bakteri ini terutama pada
ikan dewasa yang siap panen sehingga
menimbulkan kerugian besar. S. iniae
menyebabkan penyakit streptococcosis
dan meningoenchepalis yang fatal
(Faizal, 2010).
Staphylococcus
aureus
merupakan bakteri Gram positif, yang
infeksinya disebabkan oleh kontaminasi
langsung pada luka.Bakteri ini dapat
tumbuh dengan baik dan mampu
memfermentasi mannitol pada media
mannitol salt agar. Koloni berwarna
kuning
emas
dan
kemampuan
memfermentasi mannitol terlihat dari
perubahan warna media menjadi
kuning. Hal tersebut merupakan ciri
khas yang membedakan Staphylococcus
aureus
dengan
Staphylococcus
epidermidis (Leboffe dan Pierce, 2011).
Tujuan penelitian ini yaitu, untuk
mengetahui jenis-jenis bakteri Gram
positif potensial patogen yang hidup
dan menginfeksi ikan bandeng dan
untuk mengetahui bakteri Gram positif
potensial patogen yang paling dominan
hidup dan menginfeksi ikan bandeng
dan manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai informasi bagi pembudidaya
ikan laut, payau, dan tawar dengan
mengetahui bakteri-bakteri Gram positif
potensial patogen penyebab penyakit
yang dapat menginfeksi ikan laut dan
payau khususnya ikan bandeng serta
bagaimana cara penanganan kualitas air
yang baik.
2. METODE PENELITIAN
Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Februari sampai dengan April
2016. Pengambilan sampel ikan
dilakukan di tambak milik pak Iwan di
Desa Tanjung Rejo Paluh Putri Percut
Sei Tuan yang merupakan tempat
budidaya ikan bandeng yang diduga
terkena penyakit. Identifikasi sampel
ikan dilakukan di Stasiun Karantina
Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan Kelas I Medan I.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain
laminar air flow, autoklaf, inkubator,
timbangan
analitik,
hot
plate,
aluminium foil, magnetic stirer, labu
erlenmayer, cawan petri, tabung reaksi,
lampu bunsen, botol sampel, coolbox,
oven, kulkas, nampan, kaca preparat,
mikroskop, jarum ose, dissecting set,
alat tulis, kertas label dan plastik.
Bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut
sampel ikan uji, Tryptic Soy Agar
(TSA), Haemolisis, Bilt Salt 40%,
Aesculin
Hydrolysis,
katalase,
Oksidatif/Fermentatif (O/F), Motility
Indol Ornithin (MIO), Sulfit Indol
Motility (SIM), bahan untuk uji
pewarnaan Gram (Crystal violet,
aquades, lugol iodine, safranin dan etil
alkohol
95%),
KOH,
Hidrogen
peroksida (H2O2), Oksidase, Alkohol
70%.
Deskripsi Tambak
Lokasi tambak terletak di Desa
Tanjung Rejo Paluh Putri Percut Sei
Tuan dengan luas ± 3 hektar. Tambak
tersebut merupakan tambak alami
karena ikan tidak diberi pakan, dan di
tengah-tengah
tambak
terdapat
mangrove. Inlet tambak berasal dari
aliran anak sungai. Ikan yang
dibudidayakan di tambak tersebut tidak
3
hanya ikan bandeng, melainkan, nila,
mujair, siakap dan kepiting.
Pengambilan Sampel Ikan
Sampel ikan bandeng (Chanos
chanos) diambil dari tambak. Ikan yang
diambil sebagai sampel dipilih ikan
yang mengalami gejala penyakit seperti
terdapat borok atau luka pada
permukaan tubuh ikan. Jumlah ikan uji
sebanyak 3 ekor dengan ukuran panjang
24 – 25,5 cm dan berat 149 – 175 gram.
Sampel ikan dimasukkan dalam coolbox
sebagai wadah penyimpanan sementara
dan kemudian dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan pengidentifikasian.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram
Positif Potensial Patogen dari Sampel
Ikan
Bakteri patogen diisolasi pada
beberapa bagian organ dalam ikan yaitu
hati, ginjal, dan lambung. Isolasi bakteri
dilakukan dengan menggunakan teknik
cawan gores atau streak plate pada
bagian-bagian tubuh ikan tersebut.
Kemudian digoreskan pada media yang
telah disediakan yaita media TSA,
setelah itu dikultur dan diinkubasi
selama 24-48 jam pada suhu ruang.
Bakteri yang tumbuh kemudian
dimurnikan kembali pada media yang
baru dengan menggunakan teknik
cawan gores atau streak plate, kultur
diinkubasi kembali selama 24-48 jam
pada suhu rung.
Media TSA yang sudah dikultur
selanjutnya dilakukan pengamatan
secara makroskopik dan mikroskopik
dengan
pewarnaan
Gram,
serta
serangkaian
uji
biokimia
untuk
identifikasi spesies bakteri yang ada
dalam sampel ikan. Pengamatan
karakter makroskopik koloni bakteri
meliputi ukuran, pigmentasi (warna
koloni), sedangkan pengamatan karakter
mikroskopik meliputi ukuran, warna
dan bentuk bakteri. Uji biokimia
meliputi uji KOH, uji katalase, uji
oksidase, uji koagulase, uji haemolysis,
uji indol, uji methyl red, uji motilitas
serta uji gula-gula sebagai uji tambahan
(uji glukosa, uji manitol, uji laktosa, dan
uji maltosa).Uji reaksi biokimia yang
bertujuan untuk menumbuhkan bakteri
yang diinginkan dalam media
Media TSA yang sudah dikultur
dan diinkubasi selama 48 jam,
dilakukan isolasi bakteri dengan metode
goresan kuadran beberapa tahap hingga
diperoleh 1 isolat yang murni. Isolatisolat yang diperoleh kemudian diamati
morfologi. Pengamatan pada morfologi
koloni meliputi bentuk, tepian, elevasi,
dan warna koloni bakteri, secara
mikroskopik pada kaca preparat dengan
pembesaran 1000 kali.
Pengamatan
morfologi
sel
dilakukan
dengan
melakukan
pewarnaan gram dan uji reaksi
biokimia. Pewarnaan gram dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui bakteri
gram positif dan gram negatif secara
mikroskopik pada kaca preparat dengan
pembesaran 1000 kali sehingga dapat
diketahui bentuknya (kokus, batang atau
spiral) (Hadioetomo, 1993). Setelah
melakukan pengamatan semua uji
dibuat tabel hasil sehingga mudah
dalam pembacaan ciri-ciri bakteri.
Referensi untuk identifikasi bakteri
menggunakan buku “Manual for the
Identification of Medical Bacteria” oleh
Cowan and Steel s (1974), “Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology”
oleh Holt dkk, (1994) dan “Bacterial
from Fish and Other Aquatic Animals”
oleh N.B. Buller, (2004).
Pengambilan Data Kualitas Air
Derajat Keasaman (pH)
Nilai
pH
diukur
dengan
menggunakan pH meter dengan cara
memasukkan pH meter kedalam tambak
sampai pembacaan pada alat konstan
4
dan dibaca angka yang tertera pada pH
meter tersebut.
Kecerahan (m)
Pengukuran
kecerahan
dilakukan dengan menggunakan secchi
disk sehingga hasil pengukuran dapat
langsung ditentukan.
Salinitas (ppt)
Penentuan kadar salinitas air
dapat dilakukan dengan menggunakan
refrakto meter sehingga nilai salinitas
air dapat diukur dengan mudah dan
cepat.
Suhu (oC)
Suhu diukur menggunakan
thermometer air raksa yang dimasukkan
kedalam sampel air selama lebih kurang
3 menit. Kemudian dibaca skala pada
thermometer tersebut.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Ikan Terserang Penyakit
Gejala klinis merupakan tanda
yang muncul pada ikan yang terinfeksi
penyakit baik dibagian dalam dan luar
tubuh ikan.Tanda-tanda ikan yang
terserang penyakit pada organ tubuh
bagian luar ditunjukkan dengan adanya
lesi atau luka. Pada bagian mata terjadi
perubahan warna menjadi kekuningkuningan dan timbulnya lendir yang
berlebihan pada bagian tubuh. Hal ini
merupakan gejala klinis ikan sakit yang
diuji seperti yang terlihat pada Gambar
3.
Gambar. 3 Ikan Bandeng (C. chanos)
yang terserang penyakit dan yang sehat
Pemeriksaan penyakit ikan juga
dilihat dari organ tubuh ikan bagian
dalam. Gejala klinis yang terlihat pada
organ tubuh bagian dalam ikan bandeng
dilihat pada bagian hati, ginjal dan
lambung. Hati ikan ikan yang terserang
penyakit terlihat pucat berwarna merah
kekuning-kuningan dan mengeluarkan
bau tak sedap, bagian ginjal terlihat
pucat dan lambung ikan terlihat bintikbintik hitam, warnanya pucat dan
mengeluarkan bau tak sedap seperti
yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Organ Dalam Ikan Bandeng
(Chanos chanos).
Hasil Isolasi Bakteri dan Identifikasi
Bakteri
Isolasi yang dilakukan dengan
melihat gejala klinis penyakit pada
organ tubuh ikan bagian dalam, yaitu
hati, ginjal dan lambung. Bakteri yang
tumbuh dimurnikan dan diidentifikasi.
Dari hasil pemurnian dan identifikasi
didapat dua isolat bakteri potensial
patogen yang menyerang ikan bandeng.
Identifikasi bakteri dilakukan dengan
melihat morfologi, sifat Gram dan uji
sifat biokimia.
Hasil pengamatan morfologi sel
berupa pewarnaan Gram dan uji
biokimia
yang dilakukan
untuk
mengidentifikasi
bakteri
yang
ditemukan pada ikan diduga merupakan
bakteri potensial patogen, bakteribakteri tersebut dapat menyebabkan
penyakit
pada
ikan
bandeng.
Pengamatan morfologi sel perlu
dilakukan pewarnaan Gram dan uji
biokimia untuk mengidentifikasi bakteri
potensial patogen yang menginfeksi
sampel ikan bandeng. Pewarnaan Gram
yang dilakukan secara mikroskopis
dengan pembesaran 1000x menunjukan
isolat berwarna ungu yang merupakan
Gram positif dan berbentuk coccus atau
5
bulat. Hasil pengamatan morfologi sel
baik pewarnaan Gram dan uji biokimia
dari kedua bakteri dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi
sel berupa pewarnaan Gram
dan uji
biokimia isolat
bakteri S. iniae.
Streptococcus iniae. Pewarnaan Gram
bakteri dapat dilihat pada Gambar 5.
a
b
Gambar 5. Bentuk Sel dari Isolat (a)
Staphylococcus aureus (b)
Streptococcus
iniae
(perbesaran 1000x).
Keterangan: (+) Reaksi Positif, (-)
Reaksi Negatif O (Oksidatif), F
(Fermentatif
Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi
sel berupa pewarnaan Gram
dan uji
biokimia isolat
bakteri S. aureus.
Keterangan: (+) Reaksi Positif, (-)
Reaksi Negatif O (Oksidatif), F
(Fermentatif)
Dari hasil pengamatan morfologi
dan uji biokimia yang dicocokkan
dengan SNI, kedua isolat tersebut
masing-masing Streptococcus iniae dan
Staphylococcus
aureus.
Secara
keseluruhan bakteri Gram positif
potensial patogen pada ikan yang paling
dominan yaitu bakteri Streptococcus
iniae. Bakteri Gram positif potensial
patogen pada sampel ikan bandeng
ditemukan sebanyak 2 spesies bakteri
yang menginfeksi organ dalam (ginjal,
hati, dan lambung), yaitu bakteri
Staphylococcus
aureus
dan
Kualitas Air
Kondisi lingkungan merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi
kehidupan ikan pada habitatnya, satu
diantaranya tambak. Hasil pengamatan
kondisi kualitas air di tambak Desa
Tanjung Rejo Paluh Putri Percut Sei
Tuan yaitu, Suhu: 32oC, Salinitas: 10
ppt, Kecerahan: 1,8 m dan pH: 8.
Pembahasan
Gejala klinis yang terlihat pada
ikan bandeng yang diambil dari tambak
menunjukan terdapatnya lesi, luka atau
borok dan lendir yang berlebihan pada
luar tubuh ikan (Gambar. 3) pada
pengamatan dilapangan ikan bandeng
yang diduga sakit juga berenang
kepermukaan dan pergerakannya sedikit
lambat. Wahjuningrumdkk., (2010),
menyatakan bahwa dalam melakukan
identifikasi atau diagnosis penyakit
ikan, nama penyakit ikan dan gejala
klinisnya penting diketahui karena dapat
membantu dalam menentukan kepastian
penyebabnya. Rahayu dkk., (1992),
pengaruh jenis ikan terhadap populasi
mikroba terutama disebabkan oleh
adanya perbedaan kandungan lendir
diantara satu jenis ikan dengan jenis
ikan lainnya. Hal ini dapat terjadi
karena lendir kulit ikan merupakan
medium yang baik untuk pertumbuhan
mikroba.
6
Pada pemeriksaan organ dalam
ikan uji terjadi gejala klinis seperti pada
hati, ginjal dan lambung. Hati ikan
terlihat
pucat,
berwarna
merah
kekuning-kuningan dan mengeluarkan
bau tak sedap, ginjal pada ikan uji
terlihat pucat dan lambung ikan uji
berbintik bintik hitam dan terlihat tidak
sehat. Menurut Sudheesh dan Xu
(2001), terjadinya penyakit sangat
berkaitan
dengan
faktor-faktor
patogenisitas
bakteri,
percepatan
perkembangbiakan patogen, maupun
faktor pertahanan inang dalam melawan
patogen. Bakteri yang mampu bertahan
tersebut akan masuk kedalam aliran
darah sehingga menyebar keseluruh sel
tubuh inag maupun menuju organ
target.
Isolasi bakteri pada penelitian
ini dilakukan untuk mendapatkan
bakteri Gram positif potensial patogen
pada ikan bandeng yang diduga sakit.
Hasil isolasi pada organ dalam ikan
seperti hati, ginjal dan lambung
didapatkan 2 jenis bakteri Gram positif
potensial patogen yaitu Staphylococcus
aureus dan Streptococcus iniae.
Bakteri-bakteri ini merupakan bakteri
penyebab penyakit pada ikan yang
menyebabkan penyakit Staphylococosis
dan Streptococosis.
Bakteri S.iniae pada sampel ikan
uji merupakan bakteri Gram positif
potensial patogen yang paling dominan
ditemui pada ikan bandeng. Organ yang
paling banyak ditemukannya bakteri ini
adalah ginjal. Menurut Supriyadi
(2005), Streptococcus sp. merupakan
jenis bakteri Gram positif, dimana
dinding selnya terdiri dari lapisan
peptidoglikan dan asam teikoat.
Struktur dinding sel pada bakteri
Streptococcus sp. yang sederhana
tersebut memungkinkan masuknya
senyawa atau partikel besar seperti
senyawa bioaktif.
Bagian organ luar tubuh ikan
juga diserang oleh bakteri S. iniae yang
menyebabkan perubahan warna pada
mata ikan. Kordi (2004), menyatakan
bakteri Streptococcus sp. menyebabkan
penyakit pendarahan pada mata ikan
yang disebut Streptococcis. Bakteri ini
tergolong bakteri gram positif. Ikan
yang terserang bakteri S. iniae
menampakkan gejala-gejala seperti,
ikan lemah, berenang tak teratur dan
kadang-kadang terjadi pendarahan pada
mata. Ikan-ikan laut jenis kerapu dan
kakap diserang penyakit ini.
Bakteri S. aureusmenyebabkan
ikan mengalami luka atau lesi pada kulit
dan juga tubuh ikan menjadi berlendir
dan sedikit pucat. Organ dalam ikan pun
terlihat terjadi perubahan seperti hati,
ginjal,
dan
lambung.
Menurut
Jawetzdkk.,
(2005),
S.
aureus
merupakan bakteri yang infeksinya
disebabkan oleh kontaminasi langsung
pada luka misalnya pada infeksi luka
pasca
operasi,
ditandai
dengan
munculnya furunkel atau abses lokal
lainnya,
diikuti
dengan
reaksi
peradangan dan nyeri yang mengalami
pernanahan. Quin dkk., (2002),
menyatakan bahwa sifat patogen dari S.
aureus karena dapat menghasilkan
faktor-faktor virulensi yaitu koagulase,
enzim (lipase, esterase, elastase,
stafilokinase, deoksiribonuklease, dan
fosfolipase), protein A, leukosidin, dan
toksin
(α,
β,
eksfoliatif,
dan
enterotoksin).
Hasil pengamatan morfologi sel
yaitu pewarnaan Gram dan bentuk sel
menunjukkan S. iniae dan S. aureus
berbentuk kokus (bulat) dan merupakan
bakteri Gram positif karena bakteribakteri ini tetap mempertahankan warna
metil ungu pada pewarnaan Gram. Hal
ini sesuai dengan Prasetyo (2009), yang
menyatakan dengan pewarnaan gram,
golongan bakteri ini akan memberikan
warna ungu. Golongan ini memiliki
7
peptidoglikan setebal 20–80 nm dengan
komposisi terbesar asam teikoat dan
teikuronat, dan berbagai macam
polisakarida. Asam teikoat berfungsi
sebagai antigen permukaan pada gram
positif. Letaknya berada antara lapisan
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan.
Selain itu, golongan ini memiliki 40
lembar peptidoglikan pada dinding
selnya, yang merupakan 50% dari
seluruhkomponen penyusun dinding sel.
Hasil
uji
biokimia
yang
dilakukan pada bakteri Gram positif
potensial patogen menunjukan bahwa
bakteri S. aureus pada saat uji katalase
hasilnya positif dan uji oksidase
hasilnya negatif. Hal ini sesuai dengan
Goldman dan Lorrence (2009), katalase
merupakan salah satu uji cepat yang
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
Staphylococcus aureus. Uji ini dapat
membedakan koloni Staphylococcus
yang berwarna putih sampai abu-abu
dengan koloni Streptococcus. Uji cepat
lainnya adalah uji oksidase, uji ini dapat
membedakan
Staphylococcus
dari
Micrococcus. Selain kedua uji di atas,
uji yang penting dalam mengidentifikasi
Staphylococcus aureus adalah melalui
uji koagulase. Menurut Public Health
England (2014),diameter bakteri S.
aureusberkisar 0,8–1,0 mikron. Koloni
S. aureus umumnya opak, berwarna
putih atau krem dan kadang-kadang
berwarna kuning atau oranye.
Bakteri S. iniae memiliki
karakteristik coccus dengan diameter
0,6 – 0,9 µm, membentuk pasangan atau
rantai pendek. Struktur Streptococcus
terdiri dari kapsul, dinding sel,
membran sitoplasma dan sitoplasma.
beta-hemolitic, tidak mengurai amilum
arabinosa, inulin, laktosa, rafinosa, dan
sarbitol. Ada beberapa tipe hemolisis
dalam Streptococcus yaitu alfa (α), beta
(β), gamma (γ), dan hemolisis yang
meluas (Maryadi, 2009).
Kualitas air merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit pada ikan, karena
penyakit muncul dari interaksi antara
inang, pathogen dan lingkungan.
Parameter kualitas air yang
diamati pada penelitian ini adalah suhu,
salinitas, kecerahan dan pH. Kualitas air
merupakan salah satu faktor penting
dalam pemeliharaan ikan bandeng
karena kualitas air tempat pemeliharaan
ikan akan sangat mempengaruhi
kerentanan ikan terinfeksi berbagai
penyakit.
Suhu mempunyai pengaruh
besar terhadap proses kimia dan biologi,
secara umum kecepatan reaksi kimia
dan biologi akan menjadi dua kali lipat
untuk kenaikan suhu sebesar 10°C.
Hasil pengamatan kualitas air pada
tambak yaitu suhu 32oC. Menurut Kordi
dan Tancung (2005), bahwa suhu
optimal untuk pemeliharaan ikan
bandeng berkisar antara 23 – 32°C.
Salinitas berpengaruh terhadap
tekanan osmotik sel tubuh. Perbedaan
salinitas air media dengan tubuh ikan
akan
menimbulkan
gangguan
keseimbangan,
hal
ini
akan
mengakibatkan sebagian besar energi
yang tersimpan dalam tubuh ikan
digunakan untuk penyesuaian diri
terhadap kondisi kurang mendukung
tersebut, sehingga dapat merusak sistim
pencernaan dan transportasi zat
makanan dalam darah (Maryadi, 2009).
Salinitas tambak yaitu 10 ppt, menurut
Anwar, 2014), bahwa ikan bandeng
dapat tumbuh dengan baik pada
salinitas 5-25 ppt.
Kecerahan
dari
hasil
pengamatan adalah 1,8 m, menurut
Anwar (2004) tingkat kecerahan yang
baik untuk budidaya ikan bandeng
berkisar antar 30–40cm. Derajat
keasaman (pH) untuk memperoleh
gambaran mengenai kemampuan suatu
perairan dalam memproduksi garam
8
mineral
(Maryadi,
2009).
Hasil
pengamatan, diperoleh nilai pH 8.
Menurut Kordi (2009), ikan bandeng
masih dapat tumbuh optimal pada pH
6,5–9.
Kualitas air yang diperoleh dari
hasil pengukuran dilapangan diketahui
bahwa suhu, salinitas, kecerahandan pH
keadaanya sangat memungkinkan untuk
kegiatan budidaya ikanb andeng.
Namun dengan kualitas air yang baik
belum tentu ikan tidak terserang
penyakit, faktor lain juga sangat
mempengaruhi ikan terserang penyakit
seperti, pathogen (penyakit) dan inang
(ikan itu sendiri).Menurut Slembrouck,
(2005),
Kualitas
air
budidaya
(kandungan bahan organik yang tinggi,
terdapatnya amoniak atau nitrat,
konsentrasi oksigen larut yang rendah,
pH yang tidak memadai, variasi suhu
yang tinggi dan berganti-ganti secara
cepat) memaksa ikan mempertahankan
keseimbangan
metabolismenya,
memperlemah ikan dan
akhirnya
mudah terserang penyakit.
Penyakit
ikan
merupakan
problem utama yang dihadapi oleh
pembudidaya. Kerugian ekonomi sbagi
para pembudidaya cukup terasa baik
karena hilangnya produksi akibat
kematian dan pertumbuhan ikan yang
lambat atau biaya pengobatan yang
tinggi. Umumnya, stress menyebabkan
turunnya kemampuan daya tahan ikan
dan dianggap sebagai salah satu
penyebab utama penyakit ikan dalam
system budidaya yang intensif. Namun
demikian, stress pada ikan yang
dibudidayakan bisa dihindari atau di
cegah. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa ikan yang sehat tidak mudah
terinfeksi oleh patogen, sementara ikan
yang lemah akan mudah terinfeksi
(Woynarovich dan Horvath, 1980).
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Bakteri Gram positif potensial
patogen yang menyerang ikan
bandengyaitu
Staphylococcus
aureus
penyebab
penyakit
Staphylococosis
dan
Streptococcusiniae
penyebab
penyakit Streptococosis.
2. Bakteri Gram positif potensial
patogen pada ikan bandeng yang
paling
dominan
adalah
Streptococcus iniae karena paling
banyak ditemukan pada isolasi
media TSA.
Saran
Setelah ditemukannya penyakit
pada bakterial pada ikan bandeng, perlu
dilakukan penelitian untuk mencegah
penyakit bakterial ini misalnya dengan
menggunakan ekstrak atau obat alami
yang
dapat
digunakan
sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif potensial patogen pada ikan
bandeng.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
C. 2014. Budidaya Ikan
Bandeng
(Chanos
chanos)Pada Tambak Ramah
Lingkungan.WWFIndonesia. Jakarta. Hlm : 127.
Cahyono, PM., D.S. Mulia, dan E.
Rochmawati.
2006.
Identifikasi
Ektoparasit
Protozoa Pdada Benih Ikan
Tawes (Puntius Javanicus) Di
Balai Benih Ikan Sidabowa
Kabupaten Banyumas dan
Balai Benih Ikan Kutasari
Kabupaten
Purbalingga.
Jurnal Protein. 13. (2).
Faizal, I. 2010. Pengembangan Produksi
Vaksin DNA Streptococcus
9
Gardenia,
iniae Untuk Pencegahan
Penyakit
Streptococcosis
pada Ikan Nila. Badan
Pengkajian dan Penerapan
Teknologi. Jakarta.
Leboffe, M.J dan B.E Pierce. 2011. A
Photographic Atlas for The
MicrobiologyLaboratory 4th
Edition. Morton Publishing
Company. Amerika Serikat.
L., I. Koesharyani, H.
Supriyadi, dan T. Mufidah.
2010.
Aplikasi
Deteksi
Aeromonas
hydrophila
Penghasil Aerolysin dengan
Menggunakan
Polymerase
Chain
Reaction (PCR).
Prosiding Forum Inovasi
Teknologi
Akuakultur.
Jakarta. Hlm : 877.
Maryadi, H. 2009. Studi Perkembangan
Gejala Klinis dan Patologi
Pada Ikan Kerapu Macan
(Ephinephelus fuscoguttatus)
yang
Diinfeksi
dengan
Streptococcus iniae. [Tesis].
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Goldman, E dan L.H, Green. 2009.
Practical
Handbook
of
Microbiology SecondEdition.
Penerbit
CRC.
Amerika
Serikat.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi
Dasar Dalam Praktek Teknik
dan
Prosedur
Dasar
Laboratorium.
Gramedia.
Jakarta.
Hartono, P., J. Dewi dan T. Tusihadi.
2001.
Penyakit
Pada
Budidaya Ikan Kerapu. Balai
Budidaya Laut Lampung.
Bandar Lampung.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2005.
Mikrobiologi
Kedokteran.
Alih
Bahasa
Bagian
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Airlangga. Salemba Medika.
Jakarta.
Kordi, G. 2004. Penanggulangan Hama
dan Penyakit Ikan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Kordi. G dan Tancung, A. B. 2005.
Pengelolaan Kualitas Air.
Rineka Cipta. Jakarta.
Public Health England. 2014. UK
Standards for Microbiology
Investigations Identification
of
Staphylococcusspesies,
Micrococcus species and
Rothia species. Veterenary
Microbiology. Hlm : 76-81.
Prasetyo, T.U.W. 2009. Pola Resistensi
Bakteri
dalam
Darah
Terhadap
Kloramfenikol,
Trimethoprim/Sulfametoksazo
l,
dan
Tetrasiklin
di
Laboratorium Mikrobiologi
Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (LMK
FKUI) pada Tahun 20012006. Fakultas Kedokteran.
Jakarta.
Quin, P. P, Markey, B. K, Carter, M. E,
Donnelly, W. J dan Leonard,
F. C. 2002. Veterinary
Microbiology and Microbal
Disease.
Oxford
(UK):
Blackwell Press. Hlm : 72-75.
Rahayu, W. P., Ma’oen, S., Suliantari
dan S. Fardiaz. (1992).
Teknologi Fermentasi Produk
Perikanan. Bogor. Pusat
Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Hlm : 140.
10
Slembrouck, J., O, Komarudin.,
Maskur., M, Legendre. 2005.
Petunjuk Teknis Pembenihan
Ikan
Patin
Indonesia,
Pangasius djambal. Penerbit
IRD,
BRPBAT,
BRPB,
BRKP. Jakarta. Hal : 123.
Sudheesh, P. S, Xu, H. S. 2001.
Pathogenicity
of
Vibrio
parahaemolytic us in Tiger
Pawn Penaeus monodon
Fabriciu. Possible Role of
Extracellular
Proteases.
Aquaculture. 196:37-46.
Supriyadi, H. 2005. Keragaan Penyakit
Bakterial
Ikan
Nila
(Oreochromis niloticus) pada
Keramba Jaring Apung di
Lokasi
Berbeda.
Jurnal
Penelitian
Perikanan
Indonesia. 11 (7) : 35 – 41.
Wahjuningrum, D., Solikha, E. H.,
Budiardi, T., Setiawan, M.
2010. Pengendalian Infeksi
Aeromonas hydrophila pada
Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)
dengan Campuran Meniran
(Phyllantus
niruri)
dan
Bawang Putih (Allium sativum)
dalam
Pakan.
Jurnal
Akuakultur Indonesia. 9 (2) :
93 – 101.
Woynarovich, E. dan L. Horvath, 1980.
The artificial propagation
ofwarm-water fin fishes – a
manual for extension. FAO
Fish. Tech.Pap. Hlm : 183-201.
Download