Pemanfaatan Bakteri Indigenus dalam Mendekolorisasi.… PEMANFAATAN BAKTERI INDIGENUS DALAM MENDEKOLORISASI AIR LIMBAH GULA RAFINASI PADA VARIASI PH Dianita Puspitasari, Kinanti A. P. Lestari, Lailatus Sa’diyah, Ganden Supriyanto, Ni’matuzahroh Universitas Airlangga, Surabaya [email protected] ABSTRAK Air limbah gula rafinasi serupa dengan molase karena menghasilkan pigmen warna coklat gelap yang disebut dengan melanoidin. Melanoidin merupakan senyawa polimer yang bewarna coklat dengan Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang melebihi ambang batas sehingga diperlukan adanya perlakuan khusus sebelum dibuang ke lingkungan. Proses pengolahan limbah yang mengandung melanoidin dapat dilakukan dengan dekolorisasi menggunakan agen biologi, seperti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pH terhadap dekolorisasi air limbah gula rafinasi dengan menggunakan 4 bakteri indigenus, yaitu DC1, DC2, DC7a, dan DC7b selama waktu inkubasi 48 jam. Air limbah gula rafinasi digunakan dalam kondisi tidak steril. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 3 kali pengulangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah pH dan bakteri terbaik dalam mendekolorisasi melanoidin dan kadar penurunan pigmen melanoidin yang dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ 450-480). Hasil dekolorisasi melanoidin air limbah gula rafinasi tertinggi pada pH 9,11, dan 13 adalah oleh bakteri DC7a dengan nilai persentase secara berturut-turut adalah sebesar 7,704%, 9,325% dan 8,683%. Bakteri DC7a adalah Micrococcus sp. Kata kunci: Bakteri indegenus, Dekolorisasi Limbah, Gula Rafinasi, Micrococcus sp. . PENDAHULUAN Limbah gula rafinasi serupa dengan molase, menghasilkan pigmen warna coklat gelap yang disebut dengan melanoidin. Polimer berwarna ini merupakan polutan air dengan Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang melebihi ambang batas serta mengandung zat beracun seperti fenol (Tiwari et al, 2014). Jika melanoidin dibuang langsung ke dalam tanah dapat menyebabkan penghambatan perkecambahan biji dan penipisan vegetasi akibat derajat keasaman pada tanah yang meningkat (Tiwari et al, 2014). Melanoidin memerlukan perlakuan khusus terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Telah banyak penelitian yang telah dilakukan dalam mendekolorisasi limbah melanoidin menggunakan berbagai mikroba. Namun, pengolahan limbah melanoidin gula rafinasi belum pernah dilakukan dengan menggunakan bakteri indigenus yang berasal dari salah satu pabrik gula rafinasi yang berada di Cilegon. Bakteri indigenus dari masing-masing daerah dapat memiliki potensi yang tidak sama. Sehingga, penelitian dilakukan dengan menggunakan isolat bakteri indigenus terpilih untuk menggali potensi dan memperoleh interaksi positif dari berbagai isolat bakteri yang berasal dari pabrik gula rafinasi yang berada di Cilegon. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam mengisolasi bakteri indigenus pada air limbah gula rafinasi, ditemukan 4 bakteri terpilih yang memiliki kemampuan dalam mendekolorisasi air limbah gula rafinasi. Nugroho (2006) menyatakan bahwa pH dapat mempengaruhi kemampuan bakteri dalam mendegradasi komponen yang ada pada lingkungannya karena medium akan mempengaruhi toleransi adaptasi pada bakteri tersebut. Sehingga keempat isolat bakteri yaitu DC1, DC2, DC7a, dan DC7b, digunakan untuk uji lebih lanjut Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 dalam mengetahui kemampuan bakteri dalam mendekolorisasi melanodin air limbah gula rafinasi pada variasi pH. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 4 x 3 dengan menggunakan empat macam bakteri pada pH 9, 11, dan 13 dengan menggunakan air limbah gula rafinasi dalam kondisi tidak steril. Perlakuan Variasi pH Terhadap Dekolorisasi Melanoidin Air Limbah Pabrik Gula Rafinasi Sebanyak 4 biakan murni bakteri indigenus terpilih, dikulturkan pada media Nutrient Agar miring selama 24 jam, kemudian diinokulasikan ke dalam botol kultur yang telah berisi 10 mL Nutrient Broth dengan pengocokan (200 rpm) pada suhu ruang. Kultur diambil 1,5 mL untuk diukur rapatan optisnya menggunakan spektrofotometer dan ditentukan pada λ 600 dengan OD 0,5. Masing-masing bakteri biakan murni pada λ 600 nm dengan OD 0,5, diinokulasikan ke dalam botol kultur steril dengan konsentrasi 10%( ⁄ ) terdiri dari DC1, DC2, DC7a dan DC7b. K adalah tanpa penambahan bakteri, digunakan sebagai kontrol. Sebanyak 0,6 mL inokulan dimasukkan ke dalam botol kaca 250 mL yang ditambahkan pada pH 9, 11, dan 13 hingga volume menjadi 6 mL. Seluruh perlakuan diinkubasi selama 48 jam dengan pengocokan (200 rpm) pada suhu ruang. Analisis Dekolorisasi Dekolorisasi dianalisis dengan Optical density diukur dengan cara mengambil kultur setelah diinkubasi 155 Pemanfaatan Bakteri Indigenus dalam Mendekolorisasi.… selama 2 x 48 jam sebanyak 1,5 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung kuvet dan diletakkan pada spektrofotometer dengan pengaturan panjang gelombang (λ) 450-480 nm. Nilai efisiensi dekolorisasi dihitung dengan menggunakan persamaan: Dekolorisasi (%) = I adalah nilai kekeruhan awal (kontrol) dan F adalah nilai kekeruhan pada media yang terdekolorisasi oleh bakteri. Data dekolorisasi melanoidin air limbah gula rafinasi dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandidat 4 bakteri yang akan digunakan sebagai formula bakteri, diinkubasi selama 2 hari pada pH 9, 11 dan 13 (Gambar 1). Pada pH 9 bakteri DC1 mendekolorisasi air limbah gula rafinasi sebesar 2,281%, bakteri DC7a mendekolorisasi air limbah gula rafinasi sebesar 7,784%, bakteri DC2 dan DC7b tidak dapat mendekolorisasi air limbah gula rafinasi karena nilai dekolorisasi lebih kecil dari kontrol. Peningkatan warna bisa terjadi karena polimerisasi melanoidin (Bahl dan Bahl, 1988). Pada pH 11 bakteri DC1 mendekolorisasi sebesar 1,19%, bakteri bakteri DC2 mendekolorisasi sebesar 3,542%, bakteri DC7a mendekolorisasi sebesar 9,325%, bakteri DC7b mendekolorisasi sebesar 4,681%. Pada pH 13 bakteri DC1 mendekolorisasi sebesar 6,154%, bakteri DC2 mendekolorisasi sebesar 6,387%, bakteri DC7a sebesar 8,683%, bakteri DC7b mendekolorisasi sebesar 5,689%. Dekolorisasi tertinggi dilakukan oleh bakteri DC7a pada pH 11. Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa bakteri DC7a adalah bakteri yang mendominasi dalam mendekolorisasi melanoidin pada berbagai pH (9, 11 dan 13). Pada penampakan makroskopis, bakteri DC7a bewarna kuning muda. Bakteri DC7a adalah Micrococcus sp. (Gambar 2) yang merupakan kokus aerob, gram positif yang tumbuh pada suhu pertumbuhan optimum 25-37°C (Public Health England, 2014). Micrococcus sp. tumbuh baik pada pH 69 dengan medium yang mengandung L-arabinosa, Dxylose, rafinosa, glukosa, D-fruktosa, D-manosa, Dgalaktosa, sukrosa, D-maltosa, mannose, laktosa, asam laktat, manitol, gliserol, myo-inositol, sorbitol, sitrat, asetat, piruvat, asam piruvat, glutamat, format, asam malat, dekstrin, pati atau glukosamin yang disediakan sebagai sumber karbon tunggal (Shivaji et al, 1988). Dengan profil DC7a (Micrococcus sp.) seperti yang dijelaskan, mampu menunjang hasil penelitian bahwa bakteri DC7a merupakan bakteri yang dapat tumbuh baik pada pH basa. Gambar 2. Bakteri DC7a pada penampakan makroskopis dan mikroskopis SIMPULAN Hasil dekolorisasi melanoidin air limbah gula rafinasi tertinggi pada pH 9,11, dan 13 adalah oleh bakteri DC7a dengan nilai persentase secara berturutturut adalah sebesar 7,704%, 9,325% dan 8,683%. Bakteri DC7a adalah Micrococcus sp. Dekolorisasi (%) 12 8 DC1 DC2 4 DC7a DC7b 0 9 11 DAFTAR PUSTAKA Alkane, H.V, M. N. Dange., Selvakumari.K. 2006. Optimization of Anaerobically Digested Distillery Molasses Spent Wash Decolorization Using Soil as Inoculum in The Abscense of Additional Carbon and Nitrogen Source. Bioremidiation Technology. 13 pH Bahl, B.S and Bahl,A. 1988. Advanced Organic Chemistry. S. Chand and Company. India. Gambar 1. Perlakuan pH terhadap dekolorisasi air limbah Ballard.R.W, Dudorof.M, Stainer.R.Y, 1968. Taxonomy oleh bakteri terpilih. of The Aerobic Pseudomonas : Pseudomonas diminuta and P. vesiculare. Britain. Journal Pada pH media awal 13, seluruh bakteri mampu Genetic Microbiology. mendekolorisasi melanoidin dengan baik, karena bakteri yang didapatkan merupakan bakteri indigenus yang Nugroho, A. 2007. Dinamika Populasi Konsorsium diisolasi dari air limbah gula rafinasi pada pH 13. Alkane Bakteri Hidrokarbonoklastik Studi Kasus et al. (2006) melaporkan bahwa pH memiliki peran Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi Skala penting dalam dekolorisasi melanoidin. Laboratorium. Jurnal ilmu Dasar. 8(1):13-23 Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 156 Pemanfaatan Bakteri Indigenus dalam Mendekolorisasi.… Public Health England (PHE). 2014. Identification of Staphylococcus species, Micrococcus species and Rothia species. Standards Unit, Microbiology Services. Shivaji, S., Rao, S., Saisree, L., Sheth, V., Reddy and Bhargava, P.M. 1988. Isolation and Identification of Micrococcus roseus and Planococcus sp. from Schirmacher oasis, Antarctica. India. Journal Bioscience for Cellular and Molecular Biology. Tiwari.S, Gaur.R, Singh.A. 2014. Distillery Spentwash Decolorization by a Novel Consortium of Pediooccus acidilactici and Candida tropicalis under Static Condition. Pakistan Journal of Biological Science. Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016_ ISBN: 978‐602‐0951‐11‐9 157