PROPOSAL PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA KAJIAN LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN TRANSGENDER) MENURUT PERSPEKTIF BUDDHIS BIDANG KEGIATAN: PKM – GAGASAN TERTULIS Oleh : TARA TIANA NPM : 2013101015 Program Study Dharma Acarya Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha JINARAKKHITA BANDAR LAMPUNG 2016 PENGESAHAN PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS 1. Judul Kegiatan 2. Bidang Kegiatan 3. Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. PTKB e. Alamat Rumah dan No HP f. Alamat email 4. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIDN c. Alamat Rumah /No HP : Kajian LGBT Menurut Perspektif Buddhis : PKM-GT : TARA TIANA : 2013101015 : Dharma Acarya : STIAB Jinarakkhita Bandar Lampung : Adirejo Kec. Pekalongan Lam-Tim (085758953931) : [email protected] : Agus Susilo, S.Pd.B., M.M : 2908088901 : Teluk Betung, Bandar Lampung/081379130589 Bandar Lampung, 23 Juni 2016 Menyetujui Ketua Program Studi Penulis Taridi, S.Ag., M.Pd., M.Pd.B NIDN. 2908078501 Tara Tiana NPM. 2013101015 Ketua Sekolah Tinggi Dosen Pendamping Wandi, M.Si., M.Pd.B NIDN. 2931128701 Agus Susilo, S.Pd.B., M.M NIDN. 2908088901 ii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii DAFTAR ISI ....................................................................................................iii RINGKASAN .................................................................................................. iv PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Tujuan .................................................................................................... 2 C. Manfaat .................................................................................................. 2 GAGASAN A. Pengertian LGBT ................................................................................... 3 1. Lesbian ............................................................................................... 4 2. Gay ..................................................................................................... 5 3. Biseksual ............................................................................................ 5 4. Transgender ....................................................................................... 6 B. LGBT Dalam Perspektif Buddha ........................................................... 6 KESIMPULAN ............................................................................................... 12 DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 13 BIODATA PENULIS ..................................................................................... 14 iii RINGKASAN Kondisi mental setiap manusia berbeda-beda. Ada yang normal, bahkan ada juga yang abnormal. Normal disini maksudnya adalah kondisi mental manusia yang terbentuk sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan Abnormal merupakan kondisi mental yang tidak selayaknya terjadi atau dalam kata lain tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kondisi mental abnormal merupakan kondisi yang menyimpang. Penyimpangan ini lebih kepada penyimpangan seksual. Penulis mengangkat permasalahan ini dikarenakan adanya perbincangan dan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang yang menderta penyimpangan seksual. Penyimpangan seksual yang akan dikupas pada artikel ini adalah penyimpangan homoseksual yang lebih spesifik kepada jenisnya yaitu LGBT. LGBT adalah kepanjangan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender. Kondisi tersebut terjadi karena banyak faktor. Ada yang disebabkan karena keluarga dan ada pula yang disebabkan karena lingkungan dan pergaulan yang kurang baik sehingga berakibat demikian. Menurut pandangan agama Buddha, hal tersebut merupakan salah satu hambatan bagi setiap individu dalam mencapai tingkat kesucian. Dalam agama Buddha, nafsu merupakan salah satu hambatan terbesar. Akan tetapi, agama Buddha tidak terlalu membesarkan masalah tersebut. Permasalahan ini tidak tercantum didalam sutta. Akan tetapi, didalam sutta Sang Buddha hanya memberikan petunjuk kepada umat manusia bagaimana cara membangun sebuah hubungan. Hubungan tersebut adalah hubungan yang normal, bukan sesama jenis. Selain itu, hukum di Indonesia melarang adanya hubungan sesama jenis karena hubungan yang normal telah diatur dalam Undang-Undang Hubungan sesama jenis merupakan salah satu prilaku menyimpang. Jadi, idealnya manusia itu menjalani hubungan lawan jenis dan bukan sesama jenis. iv PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi mental setiap manusia berbeda-beda. Ada yang normal, bahkan ada juga yang abnormal. Normal disini maksudnya adalah kondisi mental manusia yang terbentuk sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Salah satu contoh manusia yang normal yaitu seorang pria yang memiliki perilaku dan sifat layaknya seorang pria. Abnormal merupakan kondisi mental yang tidak selayaknya terjadi atau dalam kata lain tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Contohnya adalah seorang pria yang memiliki mental dan sifat seperti seorang perempuan. Itulah salah satu kondisi abnormal dari manusia yang merupakan contoh dari penyimpangan seksual. Penyimpangan seksual tersebut tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal demikian bisa terjadi. Salah satu penyebabnya adalah karena lingkungan atau pergaulan. Apabila manusia dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan lingkungan, maka hidup manusia tersebut tidak akan bertahan lama karena manusia adalah makhluk sosial. Penyimpangan seksual yang akan dikupas pada artikel ini adalah penyimpangan homoseksual yang lebih spesifik kepada jenisnya yaitu LGBT. LGBT adalah kepanjangan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender.Istilah LGBT ini memang sudah ada sejak lama. Kemudian istilah tersebut muncul kembali karena adanya perbincangan dan lebih tepatnya adalah adanya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang gay terhadap pasangan sejenisnya. Pembunuhan tersebut bukan berasal dari kaum awam, namun kasus tersebut akhir-akhir ini menyeret seorang publik figur. Penulis akan menguraikan bagaimana kasus tersebut dipandang berdasarkan perspektif agama Buddha, apakah menolak, menerima atau bahkan tidak memihak keduanya. 1 B. Tujuan Sejalan dengan latar belakang diatas, penulisan artikel ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kajian LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) dalam perspektif agama Buddha. C. Manfaat Manfaat penulisan artikel ini terdiri dari manfaat akademis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoritis Hasil kajian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pandangan agama Buddha terhadap LGBT. 2. Manfaat praktis a. Hasil kajian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca yang membutuhkan. b. Bagi umat Buddha diperoleh informasi tentang LGBT ini secara benar sehingga dapat melakukan upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi masalah LGBT . c. Merupakan bahan perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang relevan dengan masalah LGBT. 2 GAGASAN A. Pengertian LGBT Manusia dilahirkan hanya memiliki dua macam jenis kelamin, yaitu perempuan dan laki-laki. Perempuan yang identik dengan perasaan yang lembut. Sedangkan laki-laki yang memiliki fisik lebih kuat dibandingkan dengan perempuan. Namun, telah banyak di jumpai bahwa keadaan pada era globalisasi sekarang ini terdapat banyak perubahan dan tidak semestinya terjadi. Pada era sekarang ini, banyak perempuan yang merubah dirinya menjadi laki-laki, begitu juga sebaliknya laki-laki juga mengubah dirinya menjadi perempuan. Kondisi yang demikian juga diperparah dengan perilaku tiap individu yang berubah tidak semestinya sehingga dianggap telah melakukan penyimpangan. Kondisi tersebut tidak terjadi begitu saja, terdapat banyak faktor yang menyebabkan perilaku tersebut bisa berubah. Ada yang disebabkan karena keluarga dan ada pula yang disebabkan karena lingkungan dan pergaulan yang kurang baik sehingga berakibat demikian. Merubah fisik dan perubahan perilaku merupakan hak tiap individu. Namun, apabila menyalahi aturan dan norma maka itu dapat dikatakan penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud disini adalah perilaku yang tidak semestinya. Salah satunya adalah penyimpangan homoseksual. Homoseksual adalah seseorang yang lebih menyukai sesama jenis yaitu perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki.Sejalan dengan pengertian yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa homoseksual adalah keadaan tertarik terhadap orang dari jenis kelamin yang sama. LGBT adalah kepanjangan dari kata “Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender”. Istilah ini telah digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan dengan frasa “komunitas gay” karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan (Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas). 3 Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau LGBT dianggap sebagai suatu kondisi penyimpangan orientasi seksual dan pengertiannya yaitu: 1. Lesbian Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan(Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Istilah ini juga mengarah kepada perempuan yang mencintai perempuan lain dari berbagai segi (fisik, seksual, emosional, spiritual dan lain-lain). Selain itu, istilah ini juga bermakna sebagai siri objek atau aktivitas yang masih berkaitan dengan hubungan sesama jenis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lesbian berarti wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya, wanita yang homoseks. Lesbian juga merupakan perilaku yang abnormal atau tidak sewajarnya berperilaku seperti layaknya wanita. Banyak perempuan beranggapan bahwa mereka menjadi Lesbian itu sejak lahir, sedangkan yang lainnya beranggapan bahwa itu merupakan suatu pilihan dalam kehidupan setiap orang. Lesbianisme juga bisa didefinisikan bukanlah sekedar faktor alamiah, tetapi lebih kepada masalah preferensi seksual berdasarkan pengalaman perempuan yang tidak terjadi pada suatu titik spesifik dalam hidup seorang perempuan. Menjadi Lesbian tidak mengenal kelas sosial, bisa jadi siapa saja, guru, perawat, model, aktris, agamawan dan lain-lain. Beberapa istilah yang dikenal dalam masyarakat Lesbian seperti Femme, Butchy dan Andro. Femme merupakan istilah karakter lesbian yang menjadi perempuan, Butchie adalah karakter lesbian yang menjadi laki-laki, serta Andro merupakan karakter lesbian yang mempunyai dua kepribadian dan bisa berperan menjadi laki-laki ataupun perempuan. Biasanya yang berperan sebagai butchie dapat dilihat atau dibedakan dari cara berpakaiannya yang cenderung seperti laki-laki, bahkan sudah bertingkah laku seperti laki-laki. Sedangkan yang femme yaitu seperti perempuan pada umumnya yang berpenampilan feminim, suka berdandan dan tampak seperti perempuan normal pada umumnya. Andro lebih fleksibel lagi 4 tergantung dari peran yang dilakoni pada saat itu, akan berperan menjadi perempuan atau laki-laki. 2. Gay Kebanyakan orang mengenal bahwa gay adalah sebutan bagi seorang pria yang memiliki ketertarikan emosi dan hubungan seksualnya terhadap pria lain (sesama jenis). Gay adalah istilah yang umumnya merujuk kepada seorang homoseksual atau seseorang yang memiliki sifat homoseksual. Pada awalnya, istilah ini digunakan untuk mengungkapkan perasaan “bebas/tidak terikat, bahagia dan menyolok”. Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Istilah ini awalnya digunakan untuk mengungkapkan perasaan "bebas/tidak terikat", "bahagia" atau "cerah dan menyolok". Kata ini mulai digunakan untuk menyebut homoseksualitas mungkin semenjak akhir abad ke-19 M, tetapi menjadi lebih umum pada abad ke-20. Dalam bahasa Inggris modern, gay digunakan sebagai kata sifat dan kata benda, merujuk pada orang, terutama pria gay dan aktivitasnya, serta budaya yang diasosiasikan dengan homoseksualitas. 3. Biseksual Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus. Istilah ini juga didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau seksual pada semua jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelamin atau gender biologis orang tersebut, yang terkadang disebut panseksualitas. Biseksualitas adalah salah satu dari tiga klasifikasi utama orientasi seksual, bersama dengan heteroseksualitas dan homoseksualitas, yang masing-masing merupakan bagian dari Rangkaian kesatuan heteroseksual- 5 homoseksual. Suatu identitas biseksual tidak harus memiliki ketertarikan seksual yang sama besar pada kedua jenis kelamin; biasanya, orang-orang yang memiliki ketertarikan pada kedua jenis kelamin tetapi memiliki tingkat ketertarikan yang berbeda juga mengidentifikasikan diri mereka sebagai biseksual. Biseksualitas umumnya dikontraskan dengan homoseksualitas, heteroseksualitas, dan aseksualitas. 4. Transgender Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Transgender bukan merupakan orientasi seksual. Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual, maupun aseksual. Beberapa menilai penamaan orientasi seksual yang umum tidak cukup atau tidak dapat diterapkan terhadap kondisi transgender. Individu transgender dapat memiliki karakteristik yang biasanya dikaitkan dengan gender tertentu dan dapat pula mengidentifikasi gender mereka di luar dari definisi umum yaitu seperti agender, gender netral, genderqueer, non-biner, atau gender ketiga. Seseorang yang transgender dapat pula mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang yang bigender, pangender, atau mencakup bagian-bagian dari beberapa rangkaian kesatuan transgender yang umum atau juga mencakup bagian lainnya yang berkembang dengan adanya studi-studi terkini yang lebih rinci. Lebih lanjut lagi, banyak orang transgender mengalami masa perkembangan identitas termasuk pemahaman yang lebih baik terhadap citra, refleksi, serta ekspresi diri mereka. Secara lebih spesifik, keadaan seseorang merasa lebih asli, autentik, serta nyaman terhadap penampilan luar mereka dan menerima identitas asli mereka disebut sebagai keselarasan transgender. B. LGBT Dalam Perspektif agama Buddha Terlahir sebagai penderita homoseksual seperti LGBT adalah akibat atau buah dari karma buruk yang telah dilakukan pada kehidupan lampau dan 6 karena pilihan serta kondisi lingkungan dari individu sendiri. Karma buruk yang telah dilakukan pada kehidupan lampau seperti mengebiri atau memotong alat vital orang lain/binatang, melanggar sila karena nafsu seksual, merendahkan pertapa yang sedang menjalankan sila serta mengajak orang lain untuk melakukan pelanggaran sila akibat nafsu seksual. Ada pula yang menganggap bahwa homoseksual disebabkan sebagai buah dari akusala kamma pada kehidupan lampau. Hal ini terjadi karena kemelekatan seksual pada kehidupan lampau. Mungkin pada kehidupan lampau penderita homoseksual terlalu melekat kepada seseorang yang dipujanya. Hingga akhirnya keduanya terlahir dengan gender yang sejenis. Itulah beberapa hal yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian terlahir sebagai homoseksual. Selain itu, penderita homoseksual disebabkan karena pilihan. Pilihan maksudnya adalah individu memutuskan secara pribadi untuk menjadi seorang homoseksual. Pilihan itulah yang akan menentukan karma dimasa atau kehidupan yang akan datang. Buddha tidak mengajarkan LGBT sebagai hal yang harus ditolak atau dikecam dan dikucilkan. Umumnya umat agama Buddha memandang homoseksual sebagai rintangan untuk seseorang dalam mencapai kesucian batin dalam kehidupan pada saat itu juga, karena mereka yang homoseksual tidak akan dapat mengembangkan pandangan terang (Vipassana) akibat kekotoran batin yang selalu bergejolak dari waktu ke waktu (dalam WorldPeace : 2012). Homoseksual pada dasarnya telah ada sejak dahulu kala, ini terbukti sejak peradaban Yunani kuno. Di India sendiri (zaman Sang Buddha) sudah ada kaum homoseksual yang feminis yang didalam Vinaya disebut sebagai Pandaka (Wijaya, 2007:29). Pandaka sering diterjemahkan sebagai banci atau seorang homoseksual yang berperilaku seperti wanita. Sang Buddha mengetahui bahwa pandaka adalah sifat dari manusia yang penuh dengan nafsu seksual dan akan sulit untuk menjalankan kehidupan menjadi anggota Sangha. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar pandaka bukan 7 mengacu kepada homoseksual secara umum, namun pada homoseksual yang bertingkah seperti wanita dan penuh nafsu seksual. Orang yang normal maupun tidak bukan menjadi penentu seseorang mencapai tingkat kesucian. Seseorang yang mengidap LGBT atau homoseksual tersebut masih bisa menanam benih kebajikan (KusalaKamma) dengan cara berbuat baik, mengembangkan Sila, berdana dan sebagainya untuk bekal dikehidupan akan datang yang lebih baik. Namun, apabila tidak diiringi dengan perbuatan baik, maka akan dapat dipastikan, pada kehidupan yang akan datang terlahir di alam yang menderita atau alam rendah. Buddha telah menjelaskan dalam Nidhikanda Sutta bahwa dengan beramal, dengan bermoral baik, dengan pengendalian diri, dan dengan menjinakkan diri sendiri ini adalah harta karun yang telah ditimbun dengan baik, cara menimbun harta karun yang baik dan sejati adalah dengan cara melakukan kebajikan-kebajikan, pengendalian diri, terhadap nafsu indra dan pemahaman tentang ajaran (Ismoyo, 2010) Bagi seseorang yang tidak mengidap homoseksual atau normal juga belum tentu mampu mensucikan hati dan pikirannya serta mengembangkan pandangan terang. Seseorang akan mampu mencapai pandangan terang apabila telah mampu menghilangkan hal-hal buruk yang ada didalam diri dan memunculkan serta merealisasikan hal-hal baik. Pada intinya seseorang tersebut harus menjalankan Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Yang terpenting adalah mampu menghilangkan nafsu indra seperti yang Sang Buddha katakan dalam Mahagopalaka Sutta. Khusus untuk pengidap homoseksual, itu berarti hal yang tidak baik. Namun, apabila jika ada pengidap homoseksual ingin menjadi anggota Sangha, akan sangat sulit baginya untuk menjalankan praktik Dhamma karena seseorang tersebut masih diselimuti oleh nafsu indra. Apabila nafsu indra tersebut tidak dengan segera diatasi dan dihilangkan maka penahbisan sebagai anggota Sangha tidak bisa dilakukan, karena ada beberapa aliran agama Buddha yang menolak keras adanya penahbisan bagi penderita homoseksual. 8 Lain halnya dengan pendapat James (dalam Guhmanaff : 2012) yang mengatakan bahwa “seksualitas bukanlah masalah besar dalam Buddhisme, yang terpenting adalah tanggung jawab pada diri sendiri. Memberdayakan diri dengan tidak menghakimi, pada hal-hal yang bersifat dogmatis membuat ajaran Buddhisme menjadi agama yang bersifat dua arah”. Pendapat tersebut senada dengan seorang biarawan Katolik Fransiskan bernama David. David kecewa dengan gereja dan meninggalkan biara yang diperkirakan karena agamanya tidak menerima dengan keadaan David. Kemudian David memutuskan untuk memeluk agama Buddha dan menjadi seorang Bhikkhu dengan perasaan yang bahagia (dalam Guhmanaff : 2012). Nafsu merupakan rintangan dan menjadi halangan bagi seseorang dalam mencapai kesucian batin. Nafsu pun berkaitan dengan homoseksual. Tetapi, nafsu dapat dikendalikan atau tidak semua bergantung kepada diri masing-masing. Apakah seseorang tersebut mampu mengendalikan dan kemudian menghilangkan nafsunya atau tidak. Apabila seorang yang mengidap homoseksual telah mampu mengendalikan nafsunya dan mengalahkan hal-hal negatif lain maka itu bukanlah sebuah larangan bagi agama itu sendiri dan tidak perlu dikecam atau dikucilkan. Perilaku tersebut memang akan membuat seseorang sulit dalam mencapai kesucian batin. Dalam Mahagopalaka Sutta menjelaskan bahwa terdapat 11 kesempurnaan yang harus dimiliki oleh seorang Bhikkhu agar mampu menambah pengetahuan dalam Dhamma dan disiplin. Sebelas kesempurnaan tersebut salah satunya adalah seorang Bhikkhu harus mampu menghilangkan nafsunya. Karena nafsu adalah musuh terbesar yang ada dalam diri setiap manusia.Dengan demikian nafsu akan membawa manusia menuju penderitaan dan menjadi penyebab menurunnya moral manusia. Selain membawa penderitaan, perilaku menyimpang seksual juga akan membuat umur kehidupan manusia menjadi menurun. Cakkavati Sihanada Sutta menjelaskan bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan manusia akan mengakibatkan umur kehidupannya yang awalnya sepuluh ribu tahun hanya hidup selama lima ribu tahun (D.III.26). Itulah mengapa nafsu merupakan hal terpenting yang mempengaruhi seseorang dalam mencapai kesucian batin. 9 Apabila seseorang telah mampu mempraktikkan perbuatan baik,tetapi tidak dapat mengendalikan hawa nafsu seksual maka semuanya akan menjadi siasia dan seseorang harus mampu mengendalikannya. LGBT ini merupakan suatu penyimpangan yang dapat disembuhkan. Karena penyebab dari penyimpangan ini yang paling mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Apabila lingkungan tempat tinggal bisa dirubah, maka penyimpangan ini akan berangsur-angsur menghilang. Namun, apabila penyebabnya adalah karena faktor biologis seperti karena pengaruh genetik dan hormon maka itu kembali kepada individu tersebut. Perilaku homoseksual atau LGBT ini didalam agama Buddha tidak dapat disalahkan atau pun dibenarkan. Dikarenakan hal tersebut tidak terlalu dibahas didalam sutta-sutta suci. Di dalam sutta hanya mencantumkan penyimpangan homoseksual yang hanya mengacu kepada pelanggaran sila ke-3 saja. Tetapi, penyimpangan homoseksual mengacu kepada penyimpangan yang menyukai kepada sesama jenis. Sedangkan di sila pertama adalah penyimpangan seksual terhadap lawan jenis. Penyimpangan atau pelanggaran sila ke-3 memang benar dilarang dan ditolak oleh agama Buddha. Bukan hanya agama Buddha saja, tetapi semua agama. Sang Buddha juga telah menjelaskan didalam sutta-sutta mengenai bagaimana dasar-dasar perkawinan dalam agama Buddha, bagaimana syarat dalam membina rumah tangga dan yang terpenting adalah pernikahan tersebut hanya diakukan oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang artinya lawan jenis dan bukan sesama jenis. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 1 juga menuliskan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai sami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi artinya, di negara Indonesia melarang dan menolak adanya hubungan sesama jenis yang berakhir kepada sebuah pernikahan. Pernikahan di Indonesia hanya diperbolehkan oleh individu yang berbeda jenis kelamin. 10 Agama Buddha sendiri, tidak bisa menolak dan menerima hubungan sesama jenis. Akan tetapi, hubungan yang dikehendaki didalam agama Buddha adalah hubungan yang berbeda jenis namun sudah memiliki ikatan yang sah. Ikatan yang sah tersebut adalah sebuah pernikahan yang mengikat keduanya. Jadi, idealnya adalah hubungan yang normal itu hanya dilakukan oleh orang yang berbeda jenis kelamin namun telah mempunyai ikatan. Itulah hubungan yang moral dan tidak termasuk kedalam penyimpangan homoseksual. 11 KESIMPULAN LGBT merupakan perilaku penyimpangan yang tidak normal dan menyalahi norma-norma yang berlaku. Normalnya adalah perempuan yang menyukai lakilaki dan sebaliknya, laki-laki menyukai perempuan. Karena pada dasarnya, manusia tercipta hanya ada dua jenis kelamin/gender, yaitu perempuan dan lakilaki. Selain itu, jika di pandang dari segi kenormalan hubungan, manusia seharusnya berhubungan lawan jenis, antara laki-laki dengan perempuan, bukan sesama jenis. Pada dasarnya, di dalam agama Buddha Sang Buddha tidak terlalu membesarkan masalah penyimpangan homoseksual. Penyimpangan Homoseksual tersebut juga tidak terlalu dibahas didalam sutta-sutta, apakah penyimpangan tersebut dipersalahkan atau dibenarkan dan ditolak atau diterima. Tetapi, idealnya didalam agama Buddha dan hukum di Indonesia, suatu hubungan yang normal itu dijalani oleh seorang perempuan dan laki-laki. Tujuan hubungan tersebut adalah untuk memperoleh dan melangsungkan keturunan. Apabila hubungan tersebut dijalani oleh sesama jenis, maka dipastikan hubungan tersebut tidak akan memperoleh keturunan. Jadi, kesimpulannya adalah hubungan yang normal itu hanya dijalani oleh seorang perempuan dan laki-laki saja. 12 Daftar Rujukan Bhikkhu Bodhi. 2013. The Middle Length Discourses of the Buddha A Translation of the Majjhima Nikāya.pdf.Trans. Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi. Jakarta Barat : DhammaCitta Press. Guhmanaff. 2012. Mengapa Buddha Ramah Terhadap LGBT, (Online), http://www.suarakita.org/2012/09/mengapa-buddha-ramah-terhadap-lgbt/. Diakses : Rabu, 25 Mei 2016. Ismoyo, Tejo. 2010. Kajian Perilaku Pria Metroseksual Menurut Pandangan Agama Buddha. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bandar Lampung : Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Jinarakkhita Bandar Lampung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Walshe, Maurice. 2009. The Long Discourses of the BuddhaA Translation of the Dīgha Nikāya.pdf. Trans. Indra Anggara dan Sumedho Benny. Tanpa kota :DhammaCitta Press. Wijaya, Willy Yandi. 2007. Seksualitas Dalam Buddhisme.pdf.Trans. Amri. Yogyakarta : Vidyāsenā Production. Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2016. LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender), (Online),https://id.wikipedia.org/wiki/LGBT. Diakses : Rabu, 11 Mei 2016. WorldPeace. 2012. Memerangi Invasi LGBT (1): Pandangan Agama Buddha, (Online),http://worldpeace8281.blogspot.co.id/2012/08/memerangi-invasilgbt-1-pandangan-agama.html. Diakses : Jum’at, 13 Mei 2016. 13 BIODATA PENULIS Nama Lengkap : TARA TIANA Tempat, Tanggal dan Lahir : Adirejo, 05 Januari 1995 NPM : 2013101015 PTAB : STIAB JINARAKKHITA Jurusan : DHARMA ACARYA Alamat Rumah/No HP : Adirejo Kec.Pekalongan/085758953931 Alamat E-mail : [email protected] 14