BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami fluktuasi dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya kebutuhan hidup manusia, semakin menuntut pula terjadinya peningkatan gaya hidup (lifestyle). Sebagai dampaknya, kebutuhan hidup dan didorong oleh pesatnya teknologi informasi dan komunikasi seperti surat kabar, televise, film, internet, jarak informasi dari satu negara ke negara lain semakin tipis. Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan fenomena LGBT. Banyak sekali yang beranggapan bahwa LGBT adalah kaum yang berdosa, kaum yang menyimpang, kaum terbuang, kaum yang menyalahi kodrat, dan bahkan ada negara yang melarang adanya LGBT. LGBT telah menjadi telaah ilmu yang sangat luas. Tidak hanya sebatas persoalan theology, medis dan psikologis semata, namun merambah ke persoalan politik, pergerakan sosial, sosiologis, sejarah, budaya hingga ke hukum sehingga pembahasan menjadi tidak stuck pada satu permasalahan saat ini. Permasalahan LGBT itu sendiri, memberikan makna epistemologisnya atau pada pemaknaan masing-masing agar ada penyamaan konsep dan pemikiran sebelum masuk pada persoalan inti. Banyak orang menjadi tidak terlalu optimal terhadap pembahasan tentang LGBT, karena setiap kita mengacu pada persoalan LGBT maka hubungan pertama yang akan terbentuk menyangkut pada persepsi masyarakat tentang pemaknaan LGBT itu sendiri yang dibumbui dengan onsep budaya dan sifat patriaki masyarakat yang kental. Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT), dianggap sebuah masalah yang tidak asing kita dengar. Menurut Wikipedia, Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual, biseksual (bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita. Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual maupun aseksual. Dari semua definisi di atas walaupun berbeda dari sisi pemenuhan seksualnya, akan tetapi kesamaanya adalah mereka memiliki kesenangan baik secara psikis ataupun biologis dan orientasi seksual bukan saja dengan lawan jenis akan tetapi bisa juga dengan sesama jenis. Remaja adalah masa dimana seorang manusia sedang berada dalam masa pencarian jati dirinya, ingin mengenal siapa dirinya sebenarnya. Seseorang dikatakan remaja jika ia sudah menginjak usia 17 tahun. Dan dalam usia ini, seorang manusia biasanya ingin mencoba segala sesuatu yang baru dalam hidupnya. Muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak timbul masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan. Remaja yang menikmati masa mudanya dalam batas-batas kewajaran akan meninggalkan masa remaja dengan kesan-kesan dan pengalaman-pengalaman yang manis. Sedangkan bagi remaja yang lepas kendali dalam menikmati masa mudanya akan menjurus ke hal-hal yang berdampak negative seperti kenakalan yang berakibat pada perkelahian antar remaja, narkoba, ataupun perilaku seksual remaja. Masalah generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan. Yakni, keinginan untuk melawan (misalnya dalam bentuk radikalisme, delikuensi dan sebagainya) dan sikap yang apatis (misalnya penyesuaian terhadap moral generasi tua). Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatanperbuatan yang menyimpang. Sedangkan sikap yang apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya menghadapi masalah sosial dan biologis. Apabila seseorang mencapai usia remaja secara fisik sudah matang, tetapi untuk dapat dikatkan dewasa dalam arti sosial masih diperlukan faktor-faktor lainnya. Remaja seperti pelajar siswa-siswi SMA merupakan individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses alkulturasi. Sebaliknya, generasi yang lebih tua dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru. Remaja dinilai rentan terjerat kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Alasannya, pada masa pubertas hormon remaja naik dan sedang memiliki ketertarikan seksual. Faktor lingkungan dan desakan ekonomi, sangat berpengaruh membentuk karakter remaja. Dalam beberapa kasus, remaja memilih menjadi homoseksual. Salah satu alasannya karena ekonomi di mana saat sedang membutuhkan uang dan dekat dengan lingkungan homoseksual, seseorang bisa menjual diri. Akhirnya, mereka terjerumus untuk menjual diri mereka dengan iming-iming uang. Namun, mereka yang terjerumus sebenarnya masih bisa kembali menjadi normal. Menurut Kompasiana, Kota Bandung merupakan salah satu kota yang terkenal dengan banyaknya kaum LGBT setelah kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia. Di Bandung, ada beberapa tempat nongkrong yang terdeteksi kaum LGBT, salah satunya di Mall sekitaran Jalan Merdeka ataupun kelab malam di sekitaran jalan Sulanjana.. Setiap malam, terutama malam Minggu, kelompok tersebut biasa bertemu di situ. Tak ada yang aneh, warga biasapun sudah merasa biasa melihat kelompok tersebut. Kecenderungan ‘menerima’ mereka memang besar, sehingga kelompok tersebut tidak merasa disisihkan dan karenanya eksis. Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti berusaha untuk mengangkat kajian ini dengan judul skripsi: “PERSEPSI TERHADAP KAUM LGBT DI KOTA BANDUNG.” REMAJA 1.2 Fokus Kajian Berdasarkan konteks penelitian yang telah dikemukakan, maka peneliti memfokuskan pada “Bagaimana Persepsi Remaja Terhadap Kaum LGBT Di Kota Bandung?” 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka peneliti memperoleh beberapa pertanyaan penelitian yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana sensasi remaja terhadap kaum LGBT di Kota Bandung? 2. Bagaimana atensi remaja terhadap kaum LGBT di Kota Bandung? 3. Bagaimana interpretasi remaja terhadap kaum LGBT di Kota Bandung? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat ujian sidang Strata 1 (S1), Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung, jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas (Hubungan Masyarakat) dan mengetahui tentang persepsi remaja terhadap kaum LGBT di Kota Bandung, adapun uraiannya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sensasi remaja terhadap kaum LGBT di Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui atensi remaja terhadap kaum LGBT di Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui interpretasi remaja terhadap kaum LGBT di Kota Bandung. 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan suatu ilmu berkaitan dengan judul penelitian. Kegunaan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Kegunaan Teoritis dan Kegunaan Praktis yang secara umum diharapkan mampu mendatangkan manfaat bagi pengemban Ilmu Komunikasi. Adapun jenis dari kegunaan penelitian yaitu: 1.5.1 Kegunaan Teoritis 1. Secara Teoritis, penelitian ini berguna sebagai pengemban Ilmu Komunikasi secara umum dan komunikasi antarpribadi secara khusus yaitu tentang “Persepsi Remaja Terhadap Kaum LGBT Di Kota Bandung” selain itu dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya. 2. Penelitian ini dapat melengkapi kepustakaan bidang kajian Hubungan Masyarakat (Humas). 1.5.2 Kegunaan Praktis 1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai sumbangan pemikiran dalam menyikapi persepsi remaja. 2. Memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dalam bentuk karya tulis ilmiah yang dapat membantu masyarakat mengetahui dan memahami serta memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai 3. banyaknya persepsi atau anggapan mengenai LGBT di Kota Bandung. 1.6 Kerangka Pemikiran Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT), dianggap sebuah masalah yang tidak asing kita dengar. Menurut Wikipedia, Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual, biseksual (bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin baik pria ataupun wanita. Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual maupun aseksual. Manusia adalah makhluk sosial serta makhluk individual yang dinamis dan kritis sehingga apa yang mereka lihat dapat menimbulkan suatu kesan atau pesan yang dituangkan dalam sebuah pendapat (persepsi). Persepsi merupakan pengamatan yang dilakukan seseorang dimana persepsi tersebut memerlukan suatu rangsangan yang disebut dengan indra (pengindraan) baik apa yang dia lihat, dia dengar dan dia rasakan. Salah satu komponen penting dalam berkomunikasi adalah persepsi. Persepsi menjadi penting karena persepsi merupakan inti dari sebuah komunikasi. Dalam kehidupan dan komunikasi sehari-hari betapa sering kita menampilkan persepsi terhadap realitas dunia. Contohnya, setiap hari kita memandang beragam objek yang ditangkap oleh panca indera kita, yaitu, mata.Kita melihat pemandangan di sekitarkita. Kemudian, apa yang kita lihat tersebut, diproses di dalam pikiran kita sehinggamembentuk suatu persepsi, sehingga kita menyadari betapa indahnya dunia besertaisinya. Dalam hal membentuk suatu pesepsi, tentu terdapat beragam faktor yangmempengaruhinya, tetapi sebelumnya kita akan memperhatikan terlebih dahulu pengertian tentang persepsi. Kita mengetahui bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan disini memaksudkan suatu proses menerima stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra. Lalu, stimulus tersebut akan segera diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan saraf, dan proses selanjutnya adalah proses persepsi yang dilakukan oleh masingmasing individu, dengan hasil persepsi yang tentu akan berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Persepsi terbentuk karena suatu stimulus di dalam diri individu yang menerima suatu rangsangan sehingga rangsangan tersebut dapat diterima oleh diri individunya itu sendiri. Rangsangan tersebut membentuk suatu aksi yang dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dikehendaki. Menurut Deddy Mulyana (2007 : 179), persepsi adalah proses yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses yang terjadi pada diri kita terhadap suatu lingkungan atau ruang lingkup yang melibatkan panca indra (pengindraan) serta adanya suatu rangsangan dimana alat indra kita bekerja baik itu indra penglihatan, pendengaran dan penciuman terhadap apa yang kita rasakan tergantung pada stimulus fisik dan sosial dalam lingkungan itu sendiri. Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat – alat indra kita (indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap dan indra pendengar), atensi dan interpretasi. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, dan pengecapan. Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Seseorang tidak lahir untuk kemudian mengetahui bahwa rasa gula itu manis dan api itu membakar. Semua indra itu punya andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterpretasikan. Oleh karena otak menerima kira – kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual, penglihatan mungkin merupakan indra yang paling penting. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Tidak seperti pesan visual yang menuntut mata mengarah pada objek, suara diterima dari semua arah. Penciuman, sentuhan dan pengecapan terkadang memainkan peran penting dalam komunikasi, seperti lewat bau parfume yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam di pantai. Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apapun, kita harus terlebih dulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi masyarakat kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain dan juga diri sendiri. Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian kita cenderung kita anggap lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian kita. Atensi atau perhatian juga dapat dikatakan sebagai keterbukaan kita untuk memilih sesuatu. Beberapa orang psikolog melihat atensi sebagai sejenis alat saring (filter) yang akan menyaring semua informasi pada titik-titik yang berbeda pada proses persepsi. Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indra kita. Namun anda tidak dapat menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan menginterpretasikan makna informasi yang anda percayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut. Interpretasi juga dapat dikatakan sebagai proses subjektif menjelaskan persepsi untuk menetapkan maknanya kepada semua objek. Untuk mengartikan makna, orang merancang penjelasan dari apa yang meraka katakan dan lakukan. Persepsi juga dapat dikatagorikan sebagai sesuatu yang dapat dirasakan oleh panca indra disertai adanya suatu pengalaman, peristiwa yang sedang terjadi dan menimbulkan sebuah pesan, seperti pengindraan kita mengenai lingkungan dimana yang kita ketahui bersama bahwa lingkungan sangat mempengaruhi terjadinya suatu persepsi akibat suatu perubahan yang terjadi. Maka dari itu peneliti meneliti bagaimana persepsi remaja yang dikaitkan dengan objek penelitian, berikut uraian bagan kerangka pemikiran dari permasalahan yang peneliti angkat sebagai berikut: Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Persepsi Remaja LGBTDiDi Kota Bandung Persepsi RemajaTerhadap TerhadapKaum Kaum LGBT Kota Bandung Persepsi (Deddy Mulyana) Sensasi Atensi Interpretasi Sumber: Deddy Mulyana