Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Pengendalian

advertisement
Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen
Pengendalian Proyek
(Studi Kasus Proyek Komunikasi Visual pada
CV. First Aid Kit Media)
1)D I M A S
PRASTYO
2)A N T O K
SUPRIYANTO
3)S U L I S T I O W A T I
1) PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI STIKOM SURABAYA.
EMAIL: [email protected]
2) PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI STIKOM SURABAYA.
EMAIL: [email protected]
3) PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI STIKOM SURABAYA.
EMAIL: [email protected]
ABSTRACT
CV. First Aid Kit Media is a company engaged in the field of visual communication services.
The company is carrying out activities under projects received through. Handling systems for
some of the projects done using a system that has not been organized between planning,
scheduling and allocation of human resources, equipment, Production Costs and Operating
Costs for some projects, so that the allocation of human resources and equipment can not be
maximized. Management of operating costs and production is not maximized, whereas no
warning when working on a project package approaching the critical point of project
scheduling.Of the problem is an application Project Control Management Information System
which is used to identify needs, planning and control of human resources, equipment,
Production Costs and Operating Costs. This application is also able to provide early warning
when several items of work approaching a tipping point.The test is done by inserting a
breakdown of project work items based methods Work Breakdown Structure, and each work
package identified needs of human resources, equipment, Production Costs and Operating
Expenses, as well as determining the boundary critical point of the work item to provide early
warning to the user. From the test results obtained control of the allocation of equipment,
human resources and management costs of the projects and the necessary early warning
management for planning and controlling the project.
Keywords: project management, control, visual communication
CV. First Aid Kit Media adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang layanan jasa komunikasi visual. Perusahaan ini
telah melaksanakan kegiatannya dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Produk – produk jasa yang dihasilkan berupa
komunikasi visual dengan media desain grafis, 3D visualisasi, Multimedia interaktif, desain web, dan video profil.
Perusahaan ini melaksanakan kegiatannya berdasarkan proyek – proyek yang diterima melalui order maupun secara
berkesinambungan. Dengan banyaknya kebutuhan pasar terhadap jasa komunikasi visual saat ini, perusahaan
menerima banyak proyek dari berbagai kalangan, antara lain : instansi pemerintahan, perusahaan, maupun
perorangan. Dalam pengambilan keputusan terhadap suatu proyek, manajer perusahaan belum menggunakan suatu
manajemen proyek yang baik. Manajemen sumber daya yang dilakukan dalam sebuah proyek belum bisa dilaksanakan
dengan baik, karena sering dalam proses produksi tidak ada perencanaan yang matang dengan manajemen sumber
daya di dalamnya, termasuk penentuan penggunaan peralatan, lamanya produksi, biaya produksi dan manajemen
sumber daya manusia yang terlibat dalam sebuah proses produksi di dalam sebuah proyek, sehingga di dalam
pengerjaan proyek, seringkali menemukan kesulitan seperti, terhambatnya proses produksi dikarenakan alat yang tidak
sesuai dengan peruntukan produksi, molornya jadwal produksi, dan pengelolaan keuangan selama produksi yang over
budget ataupun under budget. Hal ini seringkali membuat proyek yang dijadwalkan selesai sesuai batas waktu yang
ditentukan ternyata tidak sesuai dengan harapan, dengan kualitas pengerjaan yang seringkali menghadapi revisi dari
klien, yang mengakibatkan proses produksi menjadi panjang dan pengeluaran biaya produksi bisa melebihi dari
perkiraan semula, dalam hal ini sumber daya yang ada tidak mampu dimaksimalkan sehingga biaya yang dibutuhkan
tidak mampu diminimalkan sesuai dengan prinsip bisnis perusahaan, yang mengakibatkan kerugian ataupun
keuntungan yang didapatkan minimal.
Manajemen proyek adalah gaya manajemen yang berorientasi pada hasil yang menempatkan nilai tinggi pada
pembangunan hubungan kolaboratif di antara berbagai karakter yang berbeda (Gray & Larson, 2006).
Pengembangan sebuah manajemen proyek diarahkan kepada usaha untuk memfokuskan semua proyek
kepada rencana strategis organisasi dan menekankan penguasaan terhadap teknik manajemen proyek
maupun pada ketrampilan yang diperlukan untuk mengerjakan proyek hingga selesai dan sukses. Sebuah
sistem manajemen proyek yang terintegrasi dengan baik telah terbukti dapat memudahkan manajer proyek
dalam merencanakan dan mengelola biaya proyek, jadwal proyek, tenaga kerja, serta peralatan yang
digunakan. Dalam melakukan sebuah analisis perencanaan proyek, tentunya diperlukan suatu ketelitian yang
lebih, agar manajer proyek dapat lebih cepat dalam memutuskan sesuatu. Dengan menggunakan perencanaan
manajemen proyek suatu pekerjaan proyek dapat dibagi menjadi elemen – elemen pekerjaan yang lebih teliti
dan terinci dalam membuat sebuah kerangka perencanaan proyek, termasuk di dalamnya berupa perencanaan
sumber daya yang mencakup sumber daya manusia, perlengkapan, jadwal kerja dan biaya produksi yang
direncanakan di setiap elemen pekerjaan yang telah dibagi.
Permasalahan di atas pernah dibahas oleh Yanuhandoko di dalam tugas akhirnya yang berjudul “Sistem
Informasi Manajemen Proyek Komunikasi Visual menggunakan metode Work Breakdown Structure (studi
kasus PT. Terafulk Multimedia)”, di dalam tugas akhir tersebut sistem informasi manajemen proyek yang
dibuat hanya bisa menangani manajemen untuk satu proyek. Dalam tugas akhir ini merupakan
pengembangan dari tugas akhir Yanuhandoko, yaitu sistem informasi yang dibuat mampu untuk manajemen
lebih dari satu proyek yang dilaksanakan dalam jangka waktu yang bersamaan maupun tidak, maka dengan
diterapkannya
sistem informasi manajemen proyek yang baru ini diharapkan dapat membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi, yaitu bahwa semua pengerjaan elemen pekerjaan proyek telah
diidentifikasi, dapat mengelola sumber daya yang ada dan biaya yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek –
proyek komunikasi visual di dalam perusahaan. Dengan demikian proyek – proyek tersebut dapat dikelola
dengan baik, sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan.
LANDASAN TEORI
Komunikasi Visual
Komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual dimana unsur
dasar bahasa visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan)
adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan
arti, makna, atau pesan (Kusrianto,2007). Metodologi dalam design komunikasi
visual merupakan sebuah proses kreatif.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan visual :
Visual language yakni ilmu yang mempelajari bahasa visual. Visualisasi, yakni
kegiatan menerjemahkan atau mewujudkan informasi dalam bentuk visual.
Visualiser, yakni orang yang pekerjaannya menangani masalah visual atau
mewujudkan suatu ide ke dalam bentuk visual dalam suatu proyek design.
Visual effect membuat efek – efek tipuan seolah – olah terjadi suatu keadaan atau
kejadian yang sulit dilakukan manusia. Misalnya, munculnya seekor dinosaurus
atau monster lain yang luar biasa besarnya, efek seolah – olah manusia sedang
mendarat di sebuah planet asing dan sebagainya.
Visual information adalah informasi melalui penglihatan, misalnya lambaian tangan,
senyuman, baju baru, mobil baru dll.
Visual Literacy yaitu kumpulan karya visual.




Manajemen Proyek
Manajemen Proyek adalah gaya manajemen yang berorientasi pada hasil yang menempatkan nilai tinggi pada
pembangunan hubungan kolaboratif di antara berbagai karakter yang berbeda. Pengembangan sebuah
manajemen proyek diarahkan kepada usaha untuk memfokuskan semua proyek kepada rencana strategis
organisasi dan menekankan penguasaan terhadap teknik dan piranti manajemen proyek maupun pada
ketrampilan yang diperlukan untuk mengerjakan proyek hingga selesai dan sukses. Misi, sasaran dan strategi
organisasi disusun untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pengembangan misi, sasaran dan strategi organisasi bergantung pada faktor – faktor lingkungan, eksternal
dan internal. Faktor lingkungan eksternal biasanya diklasifikasikan sebagai peluang atau ancaman dalam
menetapkan arah organisasi. Faktor lingkungan internal diklasifikasikan sebagai kekuatan atau kelemahan
seperti manajemen, fasilitas, kompetensi inti dan kondisi keuangan. Hasil akhir dari analisis terhadap semua
faktor lingkungan tersebut merupakan sekumpulan strategi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan pelanggan (Gray & Larson,2006).
Manajemen memutuskan dan mengimplementasikan berbagai cara dan alat untuk secara efektif dan efisien
menggunakan sumber daya manusia dan non manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Manajer proyek pada dasarnya melakukan fungsinya dengan merencanakan, menjadwal, memotivasi dan
mengontrol. Manajer proyek mengelola berbagai sumber daya yaitu tenaga kerja/manusia, peralatan,
material/bahan baku, serta modal untuk menyelesaikan proyek yang umurnya telah ditetapkan secara tepat
waktu, sesuai anggaran dan sesuai spesifikasi. Manajer proyek harus memastikan manajemen sumber daya,
pembagian paket kerja, penjadwalan proyek dan manajemen biaya dalam pengerjaan suatu proyek sehingga
ada imbal balik yang tepat antara waktu, biaya dan persyaratan kinerja dari proyek yang mereka kerjakan.
Manajemen Sumber Daya
Dalam pengelolaan proyek yang cukup besar, masalah sumber daya merupakan objek sekaligus
subyek. Karena itulah pengambilan keputusan mengenai kuantitas dan kualitasnya harus
diperhatikan dengan cermat. Macam – macam sumber daya itu adalah tenaga kerja/manusia,
peralatan, material/bahan baku, serta modal. (Gray & Larson, 2006)
Perencanaan sumber daya yang matang dan cermat sesuai kebutuhan logis proyek akan membantu
pencapaian sasaran dan tujuan proyek secara maksimal, dengan tingkat efektifitas dan efisiensi
yang tinggi. Kebutuhan sumber daya pada tiap – tiap proyek tidak selalu sama, bergantung
pada skala, lokasi, serta tingkat keunikan masing – masing proyek. Namun demikian,
perencanaan sumber daya dapat dihitung dengan pendekatan matematis yang memberikan
hasil optimal dibandingkan hanya dengan perkiraan pengalaman saja, yang tingkat efektifitas
dan efisiensinya rendah. Pendekatan matematis menghasilkan tingkat penyimpangan yang
minimal serta perkiraan yang mendekati kondisi sebenarnya.
Dalam menentukan alokasi sumber daya untuk proyek, beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Gray & Larson, 2006) :
 Jumlah sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan maksimal proyek.
 Kondisi keuangan untuk membayar sumber daya yang akan digunakan.
 Produktivitas sumber daya.
 Kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan.
 Efektivitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan.













Work Breakdown Structure (WBS)
Work Breakdown Structure (WBS) adalah proses hirarkis untuk membuat cakupan dan deliverable dikenali sehingga pekerjaan
proyek dapat dibagi menjadi elemen – elemen pekerjaan yang lebih kecil. Pengguna WBS dapat membantu meyakinkan manajer
proyek bahwa semua produk dan elemen pekerjaan telah diidentifikasi, untuk mengintegrasi proyek dengan organisasi saat ini,
dan untuk membangun basis pengendalian. Pada dasarnya, WBS adalah garis besar proyek dengan tingkat detail yang berbeda
(Gray & Larson,2006).
Perhitungan WBS memulai dengan proyek sebagai deliverabel akhir. Deliverable atau ruang lingkup proyek yang utama
diidentifikasi lebih dulu, kemudian subdeliverable yang diperlukan untuk memenuhi deliverable yang lebih besar. Proses diulangi
sampai detail subdeliverable cukup kecil untuk dapat dikelola dan satu orang dapat bertanggung jawab untuk hal tersebut.
Subdeliverable ini lebih lanjut dibagi menjadi paket kerja. Karena subdeliverable yang paling rendah umumnya meliputi
beberapa paket kerja, paket kerja dikelompokkan berdasarkan jenis pekerjaan sebagai contoh, perangkat keras, pemrograman,
pengujian. Pengelompokkan dalam satu subdeliverable disebut akun biaya (cost account). Pengelompokkan memonitor kemajuan
proyek berdasarkan pekerjaan, biaya dan tanggung jawab.
Bagian atas (level 1) adalah item akhir dari proyek, level 1 menghadirkan sasaran proyek secara total dan informasi ini berguna
bagi manajemen puncak: level 2, 3 dan 4 adalah untuk manajemen madya dan level 5 adalah untuk para manajer garis depan.
Pada level terendah atau paket kerja memiliki titik mulai (start) dan titik berhenti (stop) mengonsumsi sumber daya dan
memakan biaya. Masing – masing paket kerja merupakan satu titik kendali. Manajer paket kerja bertanggung jawab untuk
memperhatikan apakah paket – paket selesai tepat waktu, sesuai anggaran, dan sesuai spesifikasi teknis.
Sumber daya dan biaya subdeliverabel adalah jumlah dari sumber dayadan biaya semua paket kerja dalam beberapa
subdeliverabel kerja. Inilah basis bagi istilah project rollup, mulai dengan paket kerja, sumber daya, dan biaya dapat di-roll-up ke
dalam elemen – elemen yang lebih tinggi. Elemen – elemen yang lebih tinggi digunakan untuk mengidentifikasi deliverabel pada
tahap – tahap yang berbeda di dalam proyek dan untuk menyusun laporan status selama tahap eksekusi dari siklus hidup proyek.
Jadi paket kerja adalah unit dasar yang digunakan untuk perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek (Gray & Larson,
2006). Untuk mengkaji ulang, masing – masing paket kerja dalam WBS perlu :
Menentukan pekerjaan (apa).
Mengidentifikasi waktu untuk menyelesaikan sebuah paket kerja (berapa lama).
Mengidentifikasi anggaran time – phased untuk menyelesaikan sebuah paket kerja (biaya).
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah paket kerja (berapa banyak).
Mengidentifikasi satu orang yang bertanggung jawab untuk unit – unit kerja (siapa).
Mengidentifikasi titik – titik monitoring untuk mengukur kemajuan.




Metode Penjadwalan
Waktu yang terencana untuk durasi dan aktifitas proyek tidak dapat menjelaskan pemakaian dan ketersediaan
sumber daya. Estimasi waktu untuk paket kerja dan waktu jaringan dibuat terpisah dengan asumsi implisit
bahwa
Sumber daya akan tersedia. Terkadang hal tersebut dapat menjadi masalah atau terkadang tidak. Jika sumber
daya cukup, tetapi variasi permintaan yang cukup luas di sepanjang hidup proyek, mungkin saja permintaan
sumber daya perlu diratakan dengan menunda aktivitas nonkritis (menunda slack) untuk menurunkan
permintaan sumber daya perlu diratakan dengan menunda aktivitas nonkritis (menggunakan slack) untuk
menurunkan permintaan puncak (peak demand) dan dengan demikian meningkatkan pemakaian sumber
daya. Proses ini disebut resource levelling atau resource smoothing. Pada sisi lain, jika sumber daya tidak
cukup untuk memenuhi permintaan puncak, start akhir (late slack) dari beberapa aktifitas harus ditunda, dan
durasi proyek dapat ditingkatkan. Proses ini disebut penjadwalan dibatasi sumber daya (resource-constrained
schedulling).
Kerugian akibat lalai mempertimbangkan pemakaian dan ketersediaan sumber daya tidak terlihat atau tidak
jelas, akibatnya penjadwalan sumber daya dalam praktik sering tidak dilakukan atau tidak mendapatkan
perhatian yang layak. Konsekuensi akibat tidak menjadwalkan sumber daya yang terbatas adalah aktivitas
menjadi buruk dan proyek menjadi terlambat. Pada umumnya hal tersebut muncul ketika proyek sedang
berjalan. Itulah sebabnya tindakan korektif sulit dilakukan dengan cepat. Konsekuensi lainnya adalah
terabaikannya tingkat tertinggi dan tingkat terendah pemakaian sumber daya di sepanjang durasi proyek.
karena sumber daya proyek pada umumnya ditetapkan secara resmi, ketersediaan yang cukup. Jika semua
proyek dan sumber dayanya dijadwalkan dengan menggunakan sistem komputer, dampak dan kelayakan
untuk menambahkan sebuah proyek baru pada proyek yang sedang dikerjakan dapat dinilai dengan cepat.
(Gray & Larson, 2006).
 Manajemen Biaya Proyek
 Manajemen biaya proyek merupakan salah satu dari 9 area pengetahuan




dalam manajemen proyek. Manajemen biaya proyek diperlukan untuk
memastikan bahwa perencanaan proyek sudah mencakup:
Estimasi biaya untuk setiap resource
Pengalokasian estimasi biaya setiap resource yang dibutuhkan oleh setiap
work item
Dalam manajemen biaya proyek, terdapat beberapa proses yang dilibatkan
dalam tujuan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran yang
disediakan. Proses tersebut yaitu estimasi, budgeting dan kontrol biaya.
Proses estimasi sangat menentukan kelangsungan proyek baik dari mulai
tahap desain, perencanaan, konstruksi, dan maintenance. Berbagai tipe
dan cara dalam mengestimasi biaya akan tergantung pada data/informasi
yang tersedia, batas waktu, dan tujuan dari estimasi tersebut. Peran
estimator dalam estimasi biaya proyek konstruksi dapat ditinjau dari
ketelitian, pengalaman dan spesialisasi terhadap proyek secara
keseluruhan.









Estimasi Biaya Proyek
Terdapat beberapa literatur yang membahas mengenai pengertian estimasi biaya. Dalam AACE International
(2004) [8], disebutkan bahwa estimasi merupakan evaluasi dari keseluruhan elemen dari sebuah proyek atau
usaha yang diberikan berdasarkan kesepakatan terhadap suatu lingkup pekerjaan. Dysert, Larry R.
mengungkapkan bahwa estimasi biaya merupakan sebuah prediksi terhadap biaya yang akan dibutuhkan dari
sebuah proyek berdasarkan data dan lingkup proyek yang diberikan yang akan dilaksanakan pada sebuah
lokasi dan waktu yang telah ditetapkan.
Dalam sebuah estimasi biaya terdapat identifikasi dan pertimbangan dalam memperkirakan beberapa
alternatif biaya untuk memulai dan menyelesaikan proyek. Jumlah biaya yang akan dikeluarkan dan risiko
harus dapat dipertimbangkan, misalnya seperti membuat keputusan untuk membeli suatu barang atau hanya
menyewanya saja untuk keperluan proyek, berbagi sumber daya dalam rangka mengoptimalkan biaya dalam
proyek. Biaya yang disusun akan memperhitungkan keseluruhan sumber daya yang dibutuhkan dalam sebuah
proyek, termasuk tenaga kerja, material, peralatan, jasa, dan fasilitas dan beberapa kategori spesial seperti
faktor inflasi atau biaya contingency. Estimasi biaya merupakan penilaian kuantitatif yang mendekati untuk
kebutuhan sumber daya dalam proyek.
Tujuan dari dibuatnya suatu estimasi proyek adalah :
Sebagai dasar dalam pembuatan anggaran proyek
Sebagai alat untuk mengontrol biaya proyek
Untuk memonitor progress, dengan membandingkan anggaran biaya, biaya estimasi dengan actual di
lapangan.
Untuk membuat suatu database biaya yang dapat digunakan untuk estimasi berikutnya.
Estimasi biaya dan penjadwalan merupakan 2 aktifitas yang sangat berkaitan erat.
 Jenis Estimasi Biaya
 Dilihat dari kelengkapan datanya dan terhadap tahapan proyek, maka estimasi






biaya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Preliminary Estimate
Merupakan estimasi biaya pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, desain proyek
belum ada, hanya ada dalam bentuk gagasan. Estimasi biaya diberikan untuk
keperluan studi kelayakan. Estimasi dihitung secara kasar berdasarkan informasi
harga dari proyek sejenis per satuan kapasitas produksi atau per satuan fungsinya
atau per satuan luasnya.
2. Semi Detail Estimate
Estimasi ini ada pada tahap conceptual engineering. Estimasi biaya sudah dapat
dihitung secara detail karena basic design proyek sudah ada. Hasil estimasi biaya
pada tahap ini dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyiapkan
dana yang diperlukan bagi proyek tersebut, oleh karena itu sering juga disebut
sebagai budget estimate bagi owner.
3. Definitive Estimate
Estimasi ini ada pada tahap detailed engineering, dimana semua informasi yang
diperlukan untuk pelaksanaan sudah lengkap. Estimasi biaya sudah dapat dihitung
secara detail karena construction drawing sudah ada.










Metode Estimasi Biaya
Setelah memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai suatu proyek, maka proses
estimasi akan dilanjutkan dengan pengolahan data tersebut. Terdapat beberapa metode yang
digunakan dalam pengolahan data untuk menyusun suatu estimasi biaya yaitu :
1. Expert Judgment
Dari para ahli dapat diperoleh informasi historikal berdasarkan pengalaman mereka terutama
bagi proyek-proyek sejenis. Dari para ahli juga diperoleh pertimbangan untuk menggabungkan
beberapa metode dalam proses estimasi dan bagaimana menyelaraskan perbedaan yang ada
dalam metode tersebut.
2. Analogous Estimating
Menggunakan nilai dari sebuah parameter, seperti lingkup, biaya, anggaran dan waktu maupun
menggunakan skala perbandingan terhadap ukuran, kompleksitas proyek sebelumnya yang
dijadikan dasar untuk menyusun estimasi biaya proyek yang serupa.
3. Parametric Estimating
Digunakan sebagai statistik dari hubungan antara data historikal dengan variabel lainnya
seperti luas area untuk menghitung estimasi beberapa parameter seperti biaya, anggaran dan
masa pelaksanaan.
4. Bottom-Up Estimating
Merupakan metode dalam mengestimasi komponen pekerjaan. Biaya dan akurasi dari tipe ini
dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas dari aktiftas individual maupun paket pekerjaan.







Sistem Informasi Manajemen
Sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel – variabel yang terorganisasi, salin
berinteraksi dan tergantung satu sama lain secara terpadu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Jogiyanto, 1999). Sistem
menerima input dari luar/lingkungan dan mengolahnya menjadi output yang kemudian keluar kembali ke dalam lingkungan.
Secara umum banyak yang mengartikan bahwa data dan informasi adalah sama. Padahal ada perbedaan yang mendasar tentang
definisi kedua istilah tersebut. Data adalah fakta yang tidak sedang digunakan proses dimana fakta itu dapat berupa angka, teks,
dokumen, bagan, gambar, suara yang mampu mewakili deskripsi verbal atau kode tertentu. Data yang telah diolah/diproses
melalui suatu sistem pengolahan menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi seseorang maka data tersebut menjadi
berubah fungsi menjadi informasi.
Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,
pendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan
laporan – laporan yang diperlukan. Operasi tercipta dari sekumpulan data yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan yang
kemudian diolah untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan Sistem Informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan
menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan
manajemen. Informasi (output) dari sistem informasi dapat membantu pengguna dalam mengidentifikasi suatu masalah,
meyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Sebab informasi dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap
manajemen, termasuk perencanaan dan pengendalian.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) tidak menggunakan Transaction Processing Sistem. SIM adalah sistem informasi yang sudah
terkomputerisasi yang bekerja sama karena adanya interaksi antara manusia dan komputer. Dengan bantuan manusia, perangkat
lunak (program komputer) dan perangkat keras (komputer, printer, dan lain – lain) dapat berfungsi dengan baik. sistem
informasi manajemen mendukung spektrum tugas – tugas organisasional.
Untuk mengakses informasi, pengguna SIM membagi dalam basis data. Basis data di sini bertujuan untuk menyimpan data – data
dan model yang membantu pengguna menginterpretasikan dan menerapkan data – data yang diinputkan. SIM menghasilkan
output informasi yang digunakan untuk membuat keputusan. SIM juga dapat membantu menyatukan beberapa fungsi informasi
bisnis yang sudah terkomputerisasi, meski tidak berupa suatu struktur tunggal. (Kendall & Kendall, 2002).

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka secara umum sistem yang dibuat ini dapat digambarkan seperti yang
tampak pada gambar
Permintaan Data Produksi
Data Sumber Daya
Breakdown Proyek
Data Biaya Proyek
Biaya Produksi
Data Kebutuhan Sumber Daya
0
Ketersediaan Biaya
Manajer Proyek
Penjadwalan Produksi
Data Permintaan Proyek
Analisa Proyek
Kebutuhan Biaya Produksi
Work Breakdown
Data Kebutuhan Produksi
Kebutuhan Biaya
Penjadwalan
Bagian Produksi
Data Sumber Daya
Sistem Informasi Manajemen
Pengendalian Proyek
Progress Produksi
Draft Penawaran Proyek
Persetujuan Proyek
Progress Report
+
Penawaran Kerjasama
Penerimaan Proyek
Permintaan Proyek
Persetujuan Kerjasama
Biaya Proyek
Gambar 3. Gambaran Umum Sistem
Klien
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari dibangunnya sistem ini adalah untuk membangun sistem informasi yang mampu menangani manajemen
optimalisasi pengalokasian SDM dan peralatan, pengelolaan biaya proyek serta peringatan dini titik kritis proyek.
gambar 4 adalah system flow Sistem Informasi Manajemen Pengendalian Proyek CV. First Aid Kit Media
Manajemen Proyek
Klien
Manager
Bag Produksi
Jadwal
Kerja
Permintaan
Mulai
Alokasi
SDM
Pelaksanaan
Produksi
WBS
Perencanaan Proyek
(Penjabaran Paket
Kerja)
Penjadwalan
Tugas
Crew
Manajemen Sumber
Daya Manusia
Alokasi
SDM
Alat
Manajemen
Peralatan
Alokasi Alat
Progress Report
Pengalokasian Biaya
Poduksi
Biaya
Operasional
Biaya
Produksi
FeedBack Progress
Progress Report
Progress Report
Selesai
Progress
Alokasi Alat
Biaya
Operasional
Progress
Biaya
Produksi
Form Breakdown Proyek
Gambar 5
adalah form untuk melakukan breakdown proyek dari order proyek yang sedang dikerjakan oleh CV. First Aid Kit Media.
Form Alokasi SDM
Gambar 6
adalah form untuk melakukan Alokasi SDM berdasarkan breakdown proyek yang sedang dikerjakan oleh CV. First Aid Kit
Media
Form Alokasi Alat
Gambar 7
adalah form untuk melakukan Alokasi Alat berdasarkan breakdown proyek yang sedang dikerjakan oleh CV. First Aid Kit
Media.
Form Biaya Produksi
Gambar 8
adalah form untuk melakukan Alokasi Biaya Produksi berdasarkan breakdown proyek yang sedang dikerjakan oleh CV.
First Aid Kit Media.
Form Biaya Operasional
Gambar 9
adalah form untuk melakukan Alokasi Biaya Operasional berdasarkan breakdown proyek yang sedang dikerjakan oleh CV.
First Aid Kit Media
Form Progress
Gambar 10
adalah form untuk melakukan maintenance progress proyek berdasarkan breakdown proyek yang sedang dikerjakan oleh
CV. First Aid Kit Media.
Form Peringatan Dini
Gambar 11
adalah form peringatan dini proyek berdasarkan titik kritis dari breakdown proyek yang sedang dikerjakan oleh CV. First
Aid Kit Media.



















KESIMPULAN
Dari makalah ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Dengan menggunakan proses secara terkomputerisasi, dapat membantu manajer proyek dalam pengelolaan manajamen proyek,
terutama dalam hal penjadwalan proyek, monitoring progress proyek, pengalokasian SDM dan alat, serta pengelolaan biaya –
biaya proyek.
Dengan adanya aplikasi ini akan membantu mengoptimalkan pengalokasian SDM dan alat di dalam pengerjaan proyek – proyek
yang ditangani oleh perusahaan.
Dengan adanya aplikasi ini peringatan dini dapat diberikan kepada titik – titik pengerjaan proyek pada saat mendekati masa
kritis.
SARAN
Sistem informasi ini dapat dikembangkan sebagai berikut :
Menggunakan sistem yang sudah ada, dapat dikembangkan kembali untuk penggunaan manajemen proyek dalam studi kasus
proyek lain.
Sistem yang sudah ada dapat lebih kompleks apabila terdapat matrix responsibility sebagai acuan untuk fungsi kontrol terhadap
elemen pekerjaan yang sedang dikerjakan dalam sebuah proyek.
Sistem yang sudah ada dapat menjadi lebih komplek apabila diintegrasikan ke dalam sistem penggajian dan sistem penilaian
kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Billows, Dick. 2005.Work Breakdown Structure : Project Design Issue or Clerical Task. Colorado : The Houmpton Group, United
States.
Gray Clifford F, Larson Erick W. 2006. Project Management : The Managerial Process 3th l. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Jogiyanto, HM. 1999. Analisis & Desain Sistem Informasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : Penerbit ANDI
Kendall, Kendall. 2002. Analisa dan Perancangan Sistem. New Jersey.
Kusrianto, Adi. 2006. Pengantar Design Komunikasi Visual. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Project Management Institute. 2008. A Guide to the Project Management Body of Knowledge, 4th Edition. Washington,DC.
Romeo, S.T. 2003.Testing dan Implementasi Sistem. STIKOM. Surabaya.
Download