warta 1 ebookset.cdr

advertisement
i p t e k
AKULTURASI ISLAM DAN
BARAT DI VENESIA
Ratusan tahun sebelum berjayanya kota-kota pelabuhan di Eropa Barat,
Venesia telah berkembang menjadi pusat perdagangan laut antarbenua.
Aktivitas perdagangan itulah yang membuat kota di Italia bagian utara ini
menjadi ajang akulturasi antara budaya Barat dan Timur. Adapun corak
hubungan yang paling terlihat dari dunia Timur adalah hubungan
Venesia dengan Islam.
J
ika berkunjung ke VEnesia saat ini, memang tak
banyak jejak atau peninggalan Islam yang bisa dilihat
di kota ni. Tapi, di sebuah tempat yang disebut Palazzo
Zen tampak jelas jejak sejarah hubungan Venesia dengan
dunia Islam. Seorang penulis tentang budaya sejarah dan
sains di Lembaga Keilmuan Smithsonian, Richard Covington
mengungkapkan, Palazzo Zen merupakan rumah salah satu
keluarga bangsawan di Venesia.
Menurut Covington, tempat ini dahulu penuh dengan
lukisan dinding yang menceritakan kontribusi keluarga Zen
terhadap Republik Venesia dan perannya dalam
perdagangan ke wilayah Timur. Kemakmuran Venesia,
seperti halnya kiprha keluarga Zen, terkait erat dengan
hubungan yang dibangun dengan dunia Islam setidaknya
sejak abad kedelapan ketika itu, banyak pedagang dari
Alexandria, MEsir, datang ke Venesia.
Pergaulan dengan para pedagang Muslim ini lambat laun
berpengaruh pada budaya dan cara hidup warga Venesia.
37
Volume XIX
No.1 2014
Mereka, misalnya, lebih memilih menjadi pedagang atau
pengusaha ketimbang mendaftarkan diri untuk berperang
membela pasukan Salib. Kala itu, Republik Venesia adalah
pintu masuk untuk berbagai barang impor ke Eropa,
terutama berbagai barang mewah dari Asia dam Timur
Tengah, seperti karpet dan tekstil.
Aktivitas dagang ini membuka pintu yang sangat lebar bagi
Eropa untuk berinteraksi dengan budaya Islam dan
menginspirasi mereka untuk menciptakan berbagai macam
produk, tulis Profesor Seni dari Universitas Massachusetts
Walter Denny. Ia mengatakan, kota-kota besar dari dunia
Islam seperti Alexandria, Istanbul atau Konstantinopel, dan
Azerbaijan.
Bagi Venesia, hubungan dagang dengan dunia Islam
sangatlah penting. Bahkan, kata Denny, tanpa bermitra
dagang dengan dunia Islam, Venesia hanyalah sebuah
kampung nelayan. Berkat kontribusi dunia Islam, Venesia
berkembang menjadi kota maritim yang mampu
mendominasi perdagangan di kawasan Mediterania sejak
abad ke-12 hingga ke-16. Kala itu, sutra, rempah-rempah,
karpet, keramik, mutiara, Kristal, dan logam tiba di Venesia
dari TImur. Sebaliknya, barang-barang seperti garam, kayu,
linen, wol, berledu, dan amber tiba di kota-kota pelabuhan
dunia Islam.
Tak hanya mengangkut barang dagangan, kapal-kapal dari
Venesia juga dimanfaatkan Muslim di Tunis, Djerba, dan
Alexandria untuk mengangkut para jemaah haji ke Mekkah.
Pedangan dan penjelajah asal Venesia, Marco Polo, adalah
salah satu tokoh yang menyebarkan informasi mengenai
dunia timur ke eropa. Lahir pada 15 September 1254, Marco
Polo pernah mengunjungi Timur Tengah dan menelusuri
Jalan Sutra. Ia pergi ke Cina pada masa pemerintahan
Dinasti Mongol. Dalam satu kisahnya, Marco Polo mengaku
bertemu unicorn atau kuda bertanduk satu di Pulau
Sumatra. Rupanya, yang ditemui Marco Polo bukanlah kuda
bertanduk satu, melainkan badak bercula satu.
Cordoba, Averroes atau Ibnu Rusyd. Bahkan, sebuah
penerbit buku lokal telah mencetak dan menerbitkan
Alquran pada 1537. Sayangnya, alquran terjemahan itu
penuh dengan kesalahan dan terbitan edisi pertama itu gagal
total. Tapi yang patut dicatat, langkah pertama yang gagal
tersebut telah menginspirasi terbitnya terjemahan Alquran
ke dalam bahasa Italia pada 1547.
Hingga abad ke-15 dan seterusnya, penerbit buku di Venesia
telah mencetak berbagai risalah Islam di bidang kedokteran,
filsafat, astronomi, dan matematika, jelas Giandomenico
Romanelli, direktur Museum Corner di Venesia. Museum
Corner merupakan salah satu museum di dunia yang
menyimpan berbagai karya seni dan budaya Islam. “Venesia
adalah engsel yang menyatukan dunia Timur dan Barat, kata
Romanelli.
Pusat Penerbitan
Ia berpendapat, kunci keberhasilan perdagangan Venesia
saat itu adalah tidak pernah menganggap diri mereka
sebagai pesaing. “Ketika dunia Islam membutuhkan
perluasan bisnis, Venesia membuka ruang itu dengan
mengambil sikap lebih toleran dalam hal agama, katanya.
Selain menjadi pusat perdagangan, Venesia saat itu juga
merupakan pusat penerbitan di Eropa. Dari kota ini terbit
banyak buku karya ilmuwan Muslim diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin ataupun Italia.
Demikian pula ketika ratusan tahun bangsa Eropa
memusuhi Muslim melalui Perang Salib, sambung
Romanelli, Venesia tetap menjalin hubungan dagang dengan
kaum muslim.
Menurut seorang kurator Italia, Stefano Carboni, salah satu
yang paling populer adalah Canon Avicenna atau Kanun
Ibnu Sina, buku referensi kedokteran yang sangat penting
pada masa itu. Buku ini ditulis pakar kedokteran Islam,
Ibnu Sina.
Begitu pun, ketika Vatikan membatasi perdagangan dengan
umat Islam, Venesia mengambil sikap berbeda. Venesia
menolak larangan itu dengan diam-diam melakukan
perdagangan dengan kaum Muslimin di Pulau Siprus dan
Kreta.
Karya lain yang laku keras adalah sebuah buku yang
mengomentari pemikiran Aristoteles dari filsuf Muslim asal
Sumber : Republika
Volume XIX
No.1 2014
38
Download