MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Pemasaran Politik Media Massa dan Politik Fakultas Program Studi Tatap Muka Pascasarjana Magister Ilmu Komunikasi 06 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Dr. Heri Budianto, M.Si Abstract Kompetensi Pokok bahasan Komunikasi Politik membahas mengenai Arti dan Pemahaman Tentang Media Massa dan Politik, Representasi Poitik di Media Massa dstnya Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mampu menjelaskan mengenai arti dan pemahaman tentang Media Massa dan Politik Pembahasan Komunikasi Politik dan Media Massa Komunikasi adalah pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan. dalam proses komunikasi, terjadi pengkoordinasian makna antara seseorang dan khalayak. Selain itu, dalam proses komunikasi terjadi proses saling berbagi informasi, gagasan atau sikap. Melalui komunikasi, diharapkan terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan, perangkat simbol bersama didalam pikiran. Secara garis besar, dalam proses komunikasi ada informasi, gagasan, perilaku, pengertian, pengalaman internal, dan sebagainya. Individu mengamati berbagai hal, menginterpretasikannya, menyusun makna, bertindak berdasarkan makna itu. Ada tiga jenis yang diamati orang: objek fisik yang beraneka ragam, objek sosial, baik orang lain atau dirinya sendiri, dan objek abstrak seperti gagasan, ajaran, perasaan dan keinginan. Berdasarkan pemaparan diatas komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyusun makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis”, yang berarti ‘membuat kebersamaan’ atau ‘membangun kebersamaaan antara dua orang atau lebih’. Akar kata communis adalah “communico”, yang artinya ‘berbagi’. Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman kebersamaan melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa inggris, “communicate” yang berarti: - Untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi. - Untuk menjadikan paham (tahu). - Untuk membuat bersama; dan - Untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti: - Pertukaran simbol-simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi. - Proses pertukaran di antara individu - individu melalui sistem simbol -simbol yang sama. 2016 2 - Seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; dan - Ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi. Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Jadi secara umum, komunikasi dapat didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia.1 Komunikasi juga merupakan proses penyampaian pesan baik verbal maupun non verbal dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah perilaku. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan. Berbicara tentang pengertian komunikasi, tidak ada yang benar atau salah, definis harus dilihat dari kemanfaatannya yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa pengertian tentang komunikasi terkadang terlalu sempit, seperti komunikasi adalah “penyampaian pesan”, ataupun terlalu luas, seperti “komunikasi adalah proses interaksi antara dua makhluk”, sehingga pelaku tersebut dapat termasuk hewan, tumbuhan, bahkan jin. Sebagaimana dikemukakan oleh John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Eward M. Bodaken, setidaknya ada tiga pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi sebagai tindakan satu arah (linier) yaitu proses dimana pesan diibaratkan mengalir dari sumber dengan melalui beberapa komponen menuju komunikan. Sedangkan Gerald R. Miller berpendapat “komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang sengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi linier ini selalu dikaitkan dengan komunikasi model Lasswell yaitu dengan menjawab pertanyaan - pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect” atau siapa berkata melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa. Komunikasi juga dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi interaksi, yaitu komunikasi dengan proses sebab - akibat atau aksi - reaksi yang arahnya bergantian. Dalam konteks ini, komunikasi melibatkan komunikator yang menyampaikan pesan, baik verbal maupun nonverbal secara aktif, dinamis dan timbal balik. Dan komunikasi sebagai transaksi, dalam hal ini komunikasi tidak membedakan pengirim dan penerima pesan dan tidak lagi berorientasi pada sumber, karena komunikasi ini melibatkan banyak individu dan tampak komunikasi ini bersifat dinamis.2 1 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu komunikasi, AR-RUZZ Media, 2010, h.55-56 2 H. Syaiful Rohim, M.Si, Teori komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Rineka Cipta, 2009, h. 8-9-10. 2016 3 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Proses komunikasi dibagi menjadi dua tahap yaitu: Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan“ pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi yang kedua adalah proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Penting peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, dan televisi merupakan media efisien dalam mencapai jumlah komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Menurut Miriam budiardjo, politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dalam melaksanakan tujuan-tujuan. Politik adalah kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Politik, seperti komunikasi adalah proses, dan seperti komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap memiliki konsekuensi - konsekuensi (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Komunikasi pada dasarnya memiliki definisi yang sama dengan arti komunikasi itu sendiri, hanya saja dalam komunikasi politik, jenis pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi tersebut adalah hal-hal yang berkenaan dengan politik. Ada beragam saluran komunikasi politik, pada dasarnya saluran komunikasi politik sama dengan saluran komunikasi secara umum. Jadi, saluran komunikasi politik adalah alat sarana yang memudahkan penyampaian pesan politik. Saluran komunikasi politik tidak hanya mencakup alat, sarana, dan mekanisme seperti media cetak, radio, pesawat televisi, selebaran dan lain-lain. Dalam komunikasi politik saluran yang tidak kalah pentingnya adalah manusia itu sendiri, manusia sebagai otak perumusan pesan politik melalui sarana yang ada di media massa. Media massa adalah media yang digunakan dalam proses komunikasi massa. Contohnya adalah surat kabar, radio dan televisi. Baran dan Davis menyebutkan beberapa fungsi dari media masa yang antara lain adalah fungsi pengawasan, korelasi, transmisi, dan hiburan. Fungsi pengawasan artinya media massa mengawasi apa yang terjadi di 2016 4 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id masyarakat lalu kemudian melaporkannya. Fungsi korelasi artinya media massa mengawasi apa yang terjadi di media massa menjadi penghubung berbagai macam lapisan masyarakat (contoh: antara pemerintah dan rakyat). Fungsi transmisi berkaitan dengan menyebarkan norma dan nilai dalam masyarakat. Sedangkan fungsi hiburan berkaitan dengan kemampuan media massa untuk menghibur audiensnya. Kekuatan media massa sebagai saluran untuk mempengaruhi khalayak telah banyak memberi andil dalam pembentukan opini publik. Bahkan dalam komunikasi politik media massa menjadi penggerak utama dalam usaha mempengaruhi perilaku individu terhadap exposure berita yang diterimanya. Maka digunakan media massa dalam proses politik tentu mempunyai arti yang sangat penting. Begitu pula dampak atau akibat dari penyebaran pesan terhadap khalayak luas akan terjadi secara kuat, apalagi dilihat dari dampak penyebaran pesan tidak hanya sampai pada tahap kognitif dan efektif tetapi juga pada tahap konatif. Media massa menjadi saluran yang sering digunakan dalam menyampaikan informasi politik bahkan media massa dilihat sebagai alat yang mampu menjustifikasi terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh media massa tersebut, maka lembaga-lembaga politik, misalnya: partai-partai politik, organisasi-organisasi pemerintah, kelompok kepentingan, serikat buruh, LSM, dan organisasi-organisasi massa, selalu memanfaatkan media massa untuk tujuan-tujuan politiknya. Hal diatas cukup beralasan, karena peranan media massa cukup potensial dalam usaha merebut pengaruh (kekuasaan) dalam suatu pemerintahan. Apabila digali lebih dalam tentang pengaruh media massa dengan kekuasaan, maka media massa seringkali dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif karena kemampuannya untuk melakukan salah satu (atau lebih) dari beberapa hal dibawah ini: 1. Menarik dan mengarahkan perhatian 2. Membujuk pendapat dan anggapan 3. Mempengaruhi pilihan sikap 4. Memberikan status dan legitimasi 5. Mendefinisikan dan membentuk persepsi realitas Representasi Politik di Media Massa Representasi politik di media massa ingin melihat bagaimana wacana politik direpresentasikan di dalam 2016 5 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si media massa. Representasi dimaknai Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagai bagaimana dunia dikonstruksikan secara sosial dan disajikan kepada kita dan oleh kita di dalam pemaknaan tertentu (Barker;2004). Hall (1997) menyatakan representasi merupakan salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut 'pengalaman berbagi'. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kodekode kebudayaan yang sama, berbicara dalam 'bahasa' yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Hall membagi representasi menjadi dua pengertian: (1) Representasi mental yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yag ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini berbentuk sesuatu yang abstrak. (2) Representasi bahasa. Representasi bahasa ini yang berperan penting dalam membentuk makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan symbol-simbol tertentu. Dalam pemahaman konsep diatas, proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem peta konseptual kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksikan seperangkat korespondensi antara peta konseptual dengan bahasan atau simbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘peta konseptual’, dan ‘bahasa simbol’ jantung dari produksi makna lewat bahasa. adalah Proses yang secara bersama-sama inilah dinamakan representasi. Representasi mengacu pada penggunaan bahasa dan citra untuk membentuk pemahaman tentang dunia disekitar kita. Kita menggunakan kata-kata untuk memahami, menggambarkan, dan mendefinisikan dunia sebagaimana yang kita lihat dan kita juga menggunakan citra untuk melakukan hal tersebut. (Sturken, M. and Cartwright, Lisa; 2001) Representasi sendiri memiliki dua pengertian, sehingga harus dibedakan antara keduanya. Pertama, representasi sebagai sebuah proses sosial dari representing, Kedua, representasi sebagai produk proses sosial representing. Istilah yang pertama merujuk pada proses, sementara istilah yang kedua produk dari pembuatan tanda yang mengacu pada sebuah makna. (O’Sullivan, Tim et all dalam Noviani:2002). 2016 6 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari pemahaman diatas, representasi biasanya, dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi. Representasi tidak hanya berarti “to present”, “to image”, atau “to depict”. Gambaran politis hadir untuk merepresentasikan kepada kita. Kedua hal ini berdiri bersama untuk menjelaskan gagasan mengenai representasi. “Representasi” adalah sebuah cara dimana kita memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkannya. Jadi representasi merupakan suatu konstruksi segala bentuk media terhadap segala aspek realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga identitas budaya. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkrit. Dalam konteks penelitian ini representasi yang dimaksud adalah representasi media mengenai wacana politik di media massa. Dalam pandangan Hall (1997:15) terdapat tiga pendekatan teori representasi: (1) The Reflective Theory, yang mana mengusulkan pendekatan yang mengatur hubungan yang nyata dari peniruan atau gagasan antara kata (tanda) dan benda. (2) The Intentional Theory (sengaja),merupakan representasi yang diturunkan dengan sengaja oleh yang menciptakan atau subjek. (3) The Constructionist Theory, merupakan pendekatan yang kompleks yang menghubungkan antara dan kata serta konsep dalam pemikiran kita dan bahasa. Ketika membicarakan representasi media, maka representasi dalam pandangan Konstruksionis-lah yang paling tepat untuk memandangnya. Karena bahasa yang dikonstruksikan oleh media dalam bentuk wacana dibangun dan terkait dengan berbagai relasi yang melingkupi media tersebut yang bersifat kompleks. Hall menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam pendekatan constructionist theory memandang makna bagi dunia materiil melalui konteks budaya yang spesifik sifatnya seperti terjadi dalam beberapa bagian melalui sistem bahasa baik itu tulisan, percakapan atau gambar yang kita gunakan. Oleh karena itu objek materiil hanya memiliki makna dan hanya bisa “dilihat” oleh kita melalui sistem representasi. Ini berarti bahwa dunia tidak secara sederhana direfleksikan kepada kita melalui sistem representasi, namun kitalah yang membangun makna dari objek materiil dengan menggunakan sistem ini. Representasi media dibentuk melalui wacana, dalam pandangan Fairclough (1995: 55) menyebutkan wacana merupakan sebuah praktik sosial. Dalam pandangan studi wacana (discourse view) 2016 7 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si ‘bahasa adalah bentuk dari praktek Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sosial’ (language as a form of social practise) . Suatu teks merupakan produk (hasil ) dari pada sebuah proses – sebuah produk dari proses dari produksi teks. Fairclough lebih menggunakan istilah ‘wacana’ yang mengacu dari proses dari interaksi sosial yang mana teks hanya menjadi bagian. Wacana dalam pemahaman Fairclough mempunyai tiga efek, yaitu : (1) Wacana memberikan andil dalam mengkonstruksi identitas sosial dan posisi subjek. (2) Wacana membantumengkonstruksi relasi sosial di antara orang-orang. (3) Wacana member kontribusi dalam mengkonstruksi sistem pengetahuan dan kepercayaan. Menurut Vass dalam Titscher dkk (dalam Ibrahim; 2009: 42) menjelaskan makna wacana berikut (1) (secara umum): tuturan, percakapan diskusi; (2) penyajian diskursif sederet pemikiran dengan menggunakan serangkaian pernyataan; (3) serangkaian pernyataan atau ujaran, sederet pernyataan; (4) bentuk sebuah rangkaian pernyataan/ ungkapan; yang dapat berupa (arkeologi): wacana ilmiah, puitis religious; (5) Perilaku yang diatur kaidah yang mengiringi kearah lahirnya serangkaian atau system pernyataan-pernyataan yang saling terkait (=berbagai bentuk pengetahuan misalnya kedokteran, psikologi, dan sebagainya) sebagaimana dicermati dalam karya Michel Foucault; (6) bahasa sebagai sesuatu yang dipraktikkan; bahasa tutur (misalnya, dalam karya Paul Ricoeur); (7) bahasa sebagai suatu totalitas; seluruh bidang linguistik; (8) mendiskusikan dan mempertanyakan kriteria validitas dengan tujuan menghasilkan konsensus di antara peserta wacana (misalnya, dalam karya Jurgen Habermas). Foucault mengemukakan definisi dari wacana beserta dengan potensi politis dan kaitannya dengan kekuasaaan. Wacana adalah elemen taktis yang beroperasi dalam kancah relasi kekuasaan (Foucault, 1990:102). Antara wacana dan kekuasaan memiliki hubungan timbal balik, seperti yang dikatakan Foucault “elemen taktis” ini sangat terkait dengan kajian strategis dan politis. Dari definsi yang diungkapkan Foucault jelaslah bahwa wacana adalah alat kepentingan dominasi kekuasaan pegetahuan. Wacana sangatlah berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh sebagian orang, di mana keberagaman wacana masih dianggap terikat oleh kelas-kelas tertantu dalam masyarakat. Kita tidak seharusnya menganggap dunia wacana terpisah-pisah, mana wacana yag diterima secara social dan mana yang ditolak, ataupun pengkelasan wacana, seperti wacana dominan dan ada pula wacana yang termarginalkan. Akan tetapi segala bentuk kompleksitas wacana merupakan elemen2016 8 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id elemen yag sering dibicarakan dan sering muncul dalam kehidupan, di mana itu semua bermain secara strategis (Foucault,1990: 100). Foucault menjabarkan bahwa bahwa keseluruhan wacana memiliki potensi strategis, baik itu wacana dominan maupun tidak. Bahkan Foucault mengeleminir wacana itu karena setia wacana bisa bermain secara strategis berdasarkan kepentingan tertentu. Produksi wacana berkait bagaimana terbentuknya bangunan wacana. Produksi wacana selalu berkaitan dengan realitas. Realitas tidak bisa didefinisikan jika tidak mempunyai akses dengan pembentukan struktur diskursif tersebut. Wacana dicirikan oleh batasan bidang dari objek, definisi dari perspektif yang paling dipercaya dan dipandang benar. Wacana membentuk dan mengkonstruksi peristiwa tertentu dan gabungan dari peristiwa tersebut ke dalam narasi yang dapat dikenali dalam kebudayaan tertentu. Dalam prosesnya, kita mengkategorikan dan menafsirkan pengalaman dan peristiwa mengikuti struktur yang tersedia dan dalam menafsirkan tersebut kita sukar keluar dari struktur diskursif yang terbentuk. Wacana politik selalu menarik media massa untuk memberitakannya, karena menyangkut tentang berbagai macam realitas politik. Menurut McNair (1995: 215)menyatakan bahwa dalam era mediasi fungsi media massa dalam komunikasi politik bisa menjadi penyampai (tranmitters) pesan-pesan politik dari pihak-pihak di luar dirinya; sekaligus menjadi pengirim (senders) pesan politik yang dibuat oleh wartawan kepada audiens. Para aktor politik dan media massa dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan politik mereka kepada khalayak; sementara untuk para wartawan, media massa adalah wadah untuk memproduksi pesan-pesan politik, karena peristiwa-peristiwa politik politik itu memiliki nilai berita. Sementara ituNimmo (2006: 185-187)menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa politik selalu laik berita. Kemudian ia membagi peristiwa politik kedalam empat jenis yakni peristiwa-peristiwa rutin, peristiwa insidental, peristiwa skandal, dan peristiwa skandal. Kesemuanya selalu menarik untuk diberitakan. Mengacu pada pandangan Nimmo, konteks penelitian ini fokus pada peristiwa skandal politik Kasus Bank Century. Dalam Kasus Bank Century, media tidak hanya sekedar merepresentasinya. Dalam hal ini, media massa tidak sekedar mereproduksi atau menampilkan kembali fakta kehadapan khalayak, tetapi melalui beragam konsepnya representasi kasus tersebut, menghadirkan maksud tertentu kepada kita. Dalam konteks media massa pertarungan wacana politik Kasus Bank Century adalah pada teks, yang mana teks seringkali digunakan oleh kelompokkelompok tertentu untuk memarjinalkan kelompok lainnya di dalam media massa. Pada titik inilah representasi penting untuk dibicarakan. Wacana secara ideologi dapat menggusur gagasan orang lain atau kelompok-kelompok tertentu. 2016 9 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam konteks penelitian ini, terdapat dua kelompok yang bertarung dalam wacana Kasus Bank Century yaitu kelompok partai koalisi yang mendukung pemerintah dan mendukung bahwa kebijakan penyelamatan Bank Century adalah sudah tepat untuk menyelamatkan perekonomian nasional dan partai oposisi yang menyatakan bahwa langkah penyelamatan kasus Bank Century menyalahi aturan hukum dan merugikan Negara Rp 6,7 triliun. Ketika media mengkonstruksi realitas politik dalam bentuk wacana melalui teks berita, lalu media merepresentasikan gagasan-gagasan kelompok tertentu dan meminggirkan kelompok lainnya. Menurut Fiske (1996:33-34) saat menampilkan objek, peristiwa, gagasan atau kelompok atau seseorang paling tidak ada tiga proses yang dihadapi seorang wartawan: (1) peristiwa yang ditandakan dengan (encode) sebagai realitas; dalam bahasa tulis seperti dokumen, wawancara, transkrip, dan sebagainya; (2) ketika kita memandang sesuatu sebagai realitas, maka itu ditandai dengan elemen tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan sebagainya; (3) bagaimana persitiwa-peristiwa tersebut diorganisir kedalam konvensi-konvensi yang dapat diterima secara ideologis seperti indivudialism, liberalism, sosialisme, materialism, kapitalisme, dan sebagainya. 3. Hegemoni Politik dan Media Massa Hegemoni dalam pengertian tradisionalnya adalah sistem kekuasaan atau dominasi politik. Istilah tersebut dalam tradisi Marxisme diperluas kea rah pengertian hubungan kekuasaan di antara kelas-kelas sosial, khususnya kelas berkuasa (rulling class). Konsep hegemoni kemudian dikembangkan oleh pemikir filsafat politik dan aktivis sosial Italia Antonio Gramsci bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya menjalankan kekuasaan dan persuasi. Istilah hegemoni pertama kali diperkenalkan oleh Plekhanov dan pengikut Marxis Rusia pada tahun 1880an (Perry Anderson dalam Simon: 2004) untuk menunjukan perlunya kelas pekerja untuk membangun aliansi dengan petani dengan tujuan meruntuhkan gerakan Tsarisme. Kemudian peristiwa ini dikembangkan oleh Lenin. Bagi Lenin hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang harus dijalankan oleh kelas-kelas pekerja dan anggotanya untuk memperoleh dukungan dari mayoritas. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini dengan memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kapitalis beserta anggota-anggotanya, baik merebut kekuasaan negara maupun dalam mempertahankan kekuasaan yang sudah diperolehnya. 2016 10 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Gramsci bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi. Dalam catatannya terhadap Machiavelli, The Princes (sang Penguasa), Gramsci menggunakan Centaur Mitologi Yunani yaitu setengah binatang dan setengah manusia, sebagai symbol dari ‘perspektif ganda’ suatu tindakan politik, kekuatan dan consensus, otoritas, dan hegemoni, kekerasan, dan kesopanan. Hegemoni bukanlah dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah suatu organisasi konsensus. Gramsci berpendapat bahwa kekuatan dominasi kapitalis tidak hanya melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga kekuatan (force) dan hegemoni. Menurut Wiliam dalam Berger (1991:49) menegaskan bahwa hegemoni bekerja melalui dua saluran yakni ideologi dan budaya melalui mana nilainilai itu bekerja. Melalui hegemoni ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaan dapat ditularkan. Akan tetapi berbeda dengan manipulasi dan indoktrinisasi, hegemoni justru terlihat wajar, orang menerima sebagai kewajaran dan sukarela. Ideologi hegemoni itu menyatu dan tersebar dalam praktik kehidupan, persepsi dan pandangan dunia sebagai sesuatu yang dilakukan dan dihayati secara sukarela. Menurut Gramsci (1991;57-58) dominasi kekuasaan diperjuangkan, disamping lewat kekuatan senjata, juga melalui penerimaan publik (public consent), yaitu diterimanya ide kelas berkuasa oleh masyarakat luas, yang diekspresikan melalui apa yang disebut sebagai mekanisme opini publik (public opinion) melalui media massa. Media massa merupakan sarana yang paling ampuh dalam menyebarkan ideologi dan budaya melalui hegemoni kelompok-kelompok tertentu terhadap kelompok-kelompok lain yang menjadi target hegemoni-nya. Hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu kelompok terhadap kelompok lain. Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berfikir atau wacana tertentu yang dominan, yang sehingga dianggap benar, sementara wacana lain dianggap salah. Proses hegemoni media melalui produksi berita, proses itu terjadi melalui cara yang halus, sehingga apa yang terjadi dan diberitakan oleh media tampak sebagai suatu kebenaran, memang begitulah adanya, logis, dan bernalar. Menurut Hall dalam Eriyanto (2001) proses hegemoni dalam media massa terkadang tidak disadari oleh si wartawan sendiri, misalnya memberikan kesempatan yang lebih 2016 11 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id banyak kepada suara pengusaha ketimbang pekerja dalam pemberitaan media massa. Jadi hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu kelompok terhadap kelompok lainnya. Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berfikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar sementara wacana lainnya dianggap salah. Berdasarkan teori hegemoni Gramsci, media massa adalah alat yang dipergunakan oleh kelompok elite untuk mengabadikan kekuasaan, kesejahteraan dan status melalui penciptaan popularisasi filosofi, budaya dan moral mereka. Dengan kata lain media mampu menciptakan, memperkuat, mendukung atau bahkan meruntuhkan sebuah hegemoni berdasarkan kecenderungan institusi media yang juga memiliki ideologi sendiri. (Stillo: 1998). Teori hegemoni Gramsci juga menekankan bahwa dalam lapangan sosial ada pertarungan untuk memperebutkan penerimaan publik. Salah satu strategi kunci dalam hegemoni adalah nalar awam (common sense). Jika ide atau gagasan dari kelompok dominan diterima sebagai sesuatu common sense, kemudian ideologi itu diterima, maka hegemoni telah terjadi. 2016 12 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Firmanzah, Marketing Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007 Syamsudin Haris, Masalah-masalah Demokrasi & Kebangsaan, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2014 M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 2009 Prof. Dr. Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia, Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2010 2016 13 Komunikasi Pemasaran Politik Dr. Heri Budianto, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id