RINGKASAN TRIAS ANDATI. Pengaruh Faktor – Faktor Makro – Mikro terhadap Pertumbuhan Investasi Sektoral dalam Era Liberalisasi Keuangan: Analisis Tobin – Q. (HERMANTO SIREGAR sebagai Ketua, BONAR M. SINAGA dan NOER AZAM ACHSANI sebagai Anggota Komisi Pembimbing) Dalam perekonomian terbuka, liberalisasi keuangan dapat mendorong aliran modal (kapital), sehingga pada tingkat suku bunga tertentu, sumber dana eksternal dapat bersaing dengan sumber dana internal. Liberalisasi keuangan di Indonesia diawali saat reformasi sektor keuangan tahun 1988, 1990 dan 1991 untuk meningkatkan mobilisasi dana dari individu (penabung) demi mendorong laju investasi pada sektor produktif melalui peran perantara (intermediaries), yang berlanjut saat terjadi krisis keuangan dan moneter di beberapa negara Asia. Bila dilihat dari realisasi investasi domestik (PMDN, Penanaman Modal Dalam Negeri) pada periode 1990-2008 meningkat sepuluh kali (dari Rp 2 398.6 miliar menjadi Rp 20 363.4 miliar) dan nilai Penanaman Modal Asing (FDI, Foreign Direct Investment) meningkat duapuluh kali (dari US$ 706 juta menjadi US$ 14 871.4). Namun, pertumbuhan investasi tahunan Indonesia cenderung mengalami penurunan, dari 14.7 persen (2004) menjadi 2 persen (2007), meskipun tahun 2009 menunjukkan peningkatan. Selain itu, terdapat pola pertumbuhan yang tidak searah dari realisasi investasi PMDN berdasarkan sektor. Pada sektor primer, terjadi penurunan nilai realisasi investasi hampir seperempatnya dari Rp 5 577.2 miliar (2005) menjadi Rp 640 miliar (2008), sementara untuk industri sekunder misalnya makanan terjadi peningkatan hampir dua kali lipat dari Rp 4 490.8 miliar (2005) menjadi Rp 8 192 miliar di tahun 2008 (BKPM, Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2008). Pada sektor keuangan, terdapat peningkatan nilai nominal transaksi saham dari Rp 21.7 triliun (1995) menjadi Rp 300 triliun (2008). Peningkatan transaksi pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi swasta, seharusnya memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan investasi stok kapital. Namun, perkembangan sektor keuangan lambat laun meninggalkan sektor riil, dan telah menjadi bisnis tersendiri. Pasar keuangan tidak lagi sekedar mekanisme untuk menyediakan tabungan bagi investor sektor produksi, sehingga ada kecenderungan kurang terkait dengan investasi jangka panjang sektor produksi. Beberapa masalah pokok yang terjadi mencakup penurunan FDI dan peningkatan investasi portofolio, sejalan dengan penurunan investasi langsung dan peningkatan bursa saham Indonesia. Di sisi lain, kebijakan otoritas moneter berupa suku bunga patokan tidak selalu diikuti oleh perbankan, dengan suku bunga kredit yang tidak banyak berubah, yang selanjutnya menekan investasi di sektor riil. Keputusan investasi dapat direpresentasikan dengan nilai Q-Tobin, yang menunjukkan perbandingan antara nilai pasar perusahaan terhadap biaya modal. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan terhadap investasi perusahaan sektor pertanian, industri dasar dan kimia serta perbankan, dengan indikator nilai rasio Q-Tobin; (2) menganalisis pengaruh liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter terhadap investasi perusahaan sektor pertanian, industri dasar dan kimia serta perbankan, dengan indikator nilai rasio iv Q-Tobin, dan (3) menganalisis pengaruh nilai Q-Tobin terhadap pertumbuhan riil investasi sektoral. Hasil analisis menunjukkan dari aspek makro bahwa FDI maupun Investasi Portofolio berpengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia serta perbankan, akan tetapi berpengaruh positif terhadap nilai QTobin sektor pertanian. Pengaruh dari liberalisasi keuangan terhadap nilai QTobin dari masing-masing sektor dapat dikatakan relatif kecil, khususnya adalah FDI. Dari aspek mikro, pinjaman perusahaan dan kapitalisasi pasar perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin, sebaliknya dengan aset perusahaan. Kesamaan pola diantara sektor perbankan dan industri dasar dan kimia, dapat dijelaskan dengan adanya hubungan kausal antara nilai Q-Tobin sektor perbankan yang mempengaruhi nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia. Perhitungan nilai Q-Tobin menunjukkan ada kesamaan pola nilai Q-Tobin dengan investasi perusahaan di masing-masing sektor. Pengaruh liberalisasi keuangan bersamaan dengan kebijakan moneter terhadap nilai Q-Tobin masing-masing sektor menunjukkan adanya pengaruh nyata dari suku bunga acuan yaitu SBI. Demikian pula dengan kebijakan uang beredar (money supply, M2), yang berpengaruh nyata terhadap nilai Q-Tobin sektor industri dasar dan kimia dan sektor perbankan. Dari aspek makro, baik SBI dan uang beredar, keduanya memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin masing-masing sektor, kecuali pengaruh M2 terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian. Financial deepening berupa rasio kapitalisasi pasar terhadap Gross Domestic Product yang mencerminkan besarnya partisipan pasar, berpengaruh nyata terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, namun tidak pada kedua sektor lainnya. Sedangkan rasio kredit terhadap GDP hanya berpengaruh nyata terhadap sektor perbankan. Besarnya partisipan di pasar modal memberikan pengaruh negatif terhadap nilai Q-Tobin sektor pertanian, sedangkan jumlah penyaluran kredit memberikan pengaruh positif terhadap nilai Q-Tobin sektor perbankan. Artinya, bahwa nilai Q-Tobin dipengaruhi oleh liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter. Dari aspek mikro, pinjaman dan kapitalisasi pasar perusahaan memberikan pengaruh positif, sebaliknya pada aset perusahaan. Keputusan investasi di ke-3 (tiga) sektor memiliki pola hubungan negatif dengan nilai Q-Tobin dari masing-masing sektor, demikian pula dengan struktur modal. Struktur modal menggambarkan porsi dana internal (ekuitas) terhadap total aset perusahaan memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan investasi. Dalam model yang memasukkan pengaruh suku bunga pinjaman riel, terdapat pengaruh nyata dari variabel ini terhadap pertumbuhan investasi di masing-masing sektor. Pengaruh dari suku bunga pinjaman riel ini adalah positif terhadap pertumbuhan investasi. Artinya, bunga pinjaman riil yang tinggi merupakan insentif untuk melakukan investasi. Liberalisasi keuangan dan kebijakan moneter tidak langsung berpengaruh terhadap keputusan investasi perusahaan, sementara struktur permodalan menjadi salah satu pertimbangan perusahaan untuk melakukan investasi. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa dalam era liberalisasi keuangan, terdapat pengaruh dari investasi portofolio terhadap nilai Q-Tobin dari masingmasing sektor, demikian pula dengan kebijakan moneter berupa pengaruh negatif dari SBI terhadap nilai Q-Tobin masing-masing sektor. Namun demikian, tidak terjadi pengaruh nilai Q-Tobin terhadap pertumbuhan investasi sektoral yang v diwakili oleh pertumbuhan investasi korporasi di sektor tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam era liberalisasi keuangan tidak terjadi transmisi dari investasi portofolio ke sektor riil, namun sebaliknya justru terjadi mekanisme transmisi dari sektor riil ke pasar modal berupa penempatan dana jangka pendek dalam bentuk investasi portofolio. Guna mengatasi aliran dana dari sektor riil ke investasi portofolio, khususnya untuk sektor pertanian, maka diperlukan kebijakan khusus di pasar modal melalui aturan Badan Pengawas Pasar Modal, mengenai pembatasan kepemilikan saham dalam portofolio investasi oleh pihak investor asing, khususnya untuk saham-saham emiten sektor pertanian. Hal ini untuk membatasi investasi portofolio di sektor pertanian, yang pada akhirnya akan mengurangi minat untuk melakukan investasi langsung di sektor primer ini. Guna mengatasi volatilitas dari variabel makroekonomi seperti nilai tukar dikarenakan transmisi gejolak di pasar keuangan, sehingga akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian, maka diperlukan kebijakan pajak yang seragam untuk setiap transaksi yang melibatkan nilai tukar di pasar keuangan, demikian pula yang melibatkan transaksi pasar saham. Kebijakan ini dikenal sebagai teori Tobin Tax. Pengenaan pajak atas setiap transaksi di pasar modal, akan mengurangi keuntungan bersih dari investasi portofolio, sehingga menjadi pertimbangan bagi investor saat menanamkan dananya di instrumen ini. vi