BAB XIX KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN BENCANA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA SEJAHTERA A. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan, kesejahteraan sosial dan penanggulangan bencana, kependudukan dan keluarga sejahtera dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas sumber daya manusia dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa yang efektif dan bermutu. Sasaran pembangunan kesehatan dalam Repelita VI adalah meningkatnya derajat kesehatan melalui peningkatan kualitas dan pelayanan kesehatan yang makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya angka harapan hidup waktu lahir menjadi sekitar 64,6 tahun, menurunnya angka kematian kasar menjadi sekitar 7,5 per 1.000 penduduk, XIX/3 menurunnya angka kematian bayi menjadi 50 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan sasaran keadaan gizi masyarakat pada akhir Repelita VI adalah menurunnya prevalensi empat masalah gizi kurang, yaitu gangguan akibat kurang iodium menjadi 18 persen; anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 40 persen, balita menjadi 40 persen dan tenaga kerja wanita menjadi 20 persen; kurang energi protein menjadi 30 persen; dan kurang vitamin A pada anak balita menjadi 0,1 persen. Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, pokok kebijaksanaan pembangunan kesehatan dalam Repelita VI yang terpenting adalah meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan; meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin dan desa tertinggal; meningkatkan status gizi masyarakat; meningkatkan upaya pelayanan kesehatan pada tenaga kerja; meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat; mengembangkan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu; meningkatkan peran serta masyarakat dan organisasi profesi; meningkatkan mobilisasi dana masyarakat untuk pembiayaan kesehatan; meningkatkan manajemen upaya kesehatan; serta mengoptimasikan penyediaan, pengelolaan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan. Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas disusun tujuh program pokok yang meliputi (1) penyuluhan kesehatan masyarakat; (2) pelayanan kesehatan masyarakat; (3) pelayanan kesehatan rujukan dan rumah sakit; (4) pencegahan dan pemberantasan penyakit; (5) perbaikan gizi; (6) pengawasan obat dan makanan; dan (7) pembinaan pengobatan tradisional. Programprogram di atas didukung oleh program penunjang, yang dilaksanakan secara terkoordinasi dengan program pembangunan XIX/4 bidang lainnya serta mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha. Program penunjang tersebut antara lain mencakup: (1) penyediaan dan pengelolaan air bersih; (2) penyehatan lingkungan permukiman; (3) pendidikan dan pelatihan kesehatan; (4) penelitian dan pengembangan kesehatan; dan (5) pengembangan informasi kesehatan. Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial dalam Repelita VI adalah terlayani dan terehabilitasinya 230 ribu orang penyandang cacat, 15 ribu orang anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika dan 31 ribu orang tuna sosial. Sasaran selanjutnya ialah terlayaninya 225 ribu orang lanjut usia, terbinanya 450 ribu orang anak yang terlantar, 48,3 ribu KK masyarakat terasing, 23 ribu karang taruna, 4.100 organisasi sosial, 62 ribu tenaga kesejahteraan sosial, dan 202,3 ribu KK fakir miskin; dan meningkatnya nilai-nilai kepeloporan, keperintisan dan kepahlawanan; serta meningkatnya jumlah dan kualitas tempat-tempat penitipan anak dan balita bagi para ibu yang bekerja. Berbagai kebijaksanaan yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut, antara lain meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat, anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, serta tunasosial; meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia; meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial anak terlantar; melakukan pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing dan terpencil; meningkatkan pembinaan Karang Taruna; meningkatkan peranan organisasi sosial; meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin; dan meningkatkan penyuluhan dan bimbingan sosial; serta meningkatkan upaya penanggulangan bencana. XIX/5 Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan untuk mencapai sasaran tersebut diatas, ditetapkan tiga program pokok yang meliputi: (a) program pembinaan kesejahteraan sosial; (b) program pelayanan dan rehabilitasi sosial; dan (c) program peningkatan partisipasi sosial masyarakat. Seluruh program pokok tersebut didukung oleh program penunjang yaitu (a) program pembinaan generasi muda; (b) program penelitian dan pengembangan sosial; serta (c) program pendidikan dan pelatihan sosial yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan program pembangunan bidang lainnya dan dengan mengikutsertakan masyarakat. Pada akhir Repelita VI penanggulangan bencana mengupayakan terwujudnya peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggulangi bencana dan musibah lainnya. Untuk itu sasaran yang ditetapkan adalah tersedianya peta daerah rawan bencana dan informasi mengenai kerawanan suatu daerah agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk penyusunan rencana umum tata ruang pada setiap tingkat pemerintahan. Selain itu, terus diupayakan adanya koordinasi yang makin meningkat dan mantap dalam menanggulangi bencana melalui penyusunan sistem dan satuan perlindungan masyarakat (linmas) sehingga terwujudnya linmas di tingkat kecamatan dan ruang data pusat pengendalian operasional penanggulangan bencana di tingkat pusat. Undang-undang linmas diharapkan telah dapat diundangkan pada akhir Repelita VI. Untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Repelita VI, disusun kebijaksanaan dengan memberikan prioritas tinggi kepada peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dan jajaran pemerintah daerah setempat, khususnya di daerah rawan bencana dalam menghadapi terjadinya bencana. XIX/6 Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut, upaya penanggulangan bencana dilaksanakan secara lintas bidang dan lintas sektor melalui program penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat. Kegiatan pokok program penanggulangan bencana meliputi kesiapsiagaan menghadapi bencana, tanggap darurat terhadap kejadian bencana, serta rehabilitasi dan rekonstruksi akibat bencana, yang dilaksanakan oleh berbagai instansi/departemen terkait. Sasaran pembangunan kependudukan pada akhir Repelita VI adalah laju pertumbuhan penduduk diperkirakan akan mencapai 1,51 persen dengan jumlah penduduk sekitar 204,4 juta orang serta angka kelahiran kasar dan angka kematian kasar dapat diturunkan menjadi masing-masing 22,6 dan 7,5 per seribu penduduk. Sasaran akhir Repelita VI lainnya yang diupayakan pencapaiannya adalah penurunan angka kematian bayi menjadi sekitar 50 kematian per seribu kelahiran hidup dan peningkatan angka harapan hidup menjadi sekitar 64,6 tahun. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai kebijaksanaan kependudukan telah ditetapkan dan terdiri dari: peningkatan kualitas penduduk; pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk; pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk; pembangunan sistem informasi kependudukan; serta pendayagunaan dan peningkatan kesejahteraan penduduk usia lanjut. Sasaran pembangunan keluarga sejahtera pada Repelita VI adalah: (a) menurunkan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) menjadi 2,60 per wanita; (b) meningkatnya kepedulian dan peran serta masyarakat dalam rangka mewujudkan sikap dan perilaku kemandirian; (c) terwujudnya tatanan gerakan keluarga XIX/7 berencana (KB) secara menyeluruh sebagai landasan pembangunan selanjutnya; dan (d) meningkatnya kesejahteraan keluarga. Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, ditetapkan kebijaksanaan pembangunan keluarga sejahtera yang meliputi: pengembangan ketahanan dan peningkatan kualitas keluarga, dengan mengadakan pembinaan dan bimbingan khususnya kepada keluarga yang mempunyai anak balita, keluarga yang mempunyai anak dan remaja, keluarga muda, dan keluarga lansia; peningkatan kelembagaan gerakan KB, dengan menumbuhkembangkan lembagalembaga masyarakat yang mendukung gerakan keluarga berencana; dan pengembangan kerjasama internasional program KB, dengan mengadakan pelatihan bagi pengelola program KB terutama bagi negara-negara berkembang. B. PELAKSANAAN DAN HASIL TAHUN KEEMPAT REPELITA VI 1. KESEHATAN a. 1) PEMBANGUNAN Program Pokok Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Program ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha. Kegiatan pokok program ini antara lain meliputi penyebarluasan informasi kesehatan, pengembangan dan pembinaan penyelenggara penyuluhan, dan pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan. XIX/8 Penyebarluasan informasi kesehatan pada tahun keempat Repelita VI telah dilakukan penyuluhan melalui radio sebanyak 73 ribu kali siaran, melalui televisi pemerintah dan swasta sebanyak 800 kali tayangan, dan penyebarluasan media cetak seperti poster, leaflet, buku pedoman, dan kartu konsultasi sebanyak 2,2 juta lembar. Khusus untuk rumah sakit, telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat di rumah sakit (PKMRS) di 648 rumah sakit. Dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS, peran serta aktif lembaga swadaya masyarakat (LSM) terus ditingkatkan, terutama di propinsi yang rawan seperti DKI Jakarta, Riau, Bali dan Irian Jaya. 2) Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Program pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk lebih memperluas cakupan dan sekaligus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan pokok program ini antara lain meliputi pelayanan kesehatan keluarga, kesehatan sekolah dan remaja, kesehatan kerja, penyembuhan dan pemulihan, kesehatan olah raga, kesehatan matra, pelayanan laboratorium dan penyuluhan kesehatan masyarakat serta pembinaan peran serta masyarakat. Pada tahun keempat Repelita VI melalui program Inpres bantuan sarana kesehatan, pembangunan sarana pelayanan kesehatan terus dilanjutkan seperti pembangunan puskesmas, puskesmas pembantu, dan rumah dokter (Tabel XIX-1A). Jumlah sarana pelayanan kesehatan yang telah tersedia sampai dengan tahun 1997/98 mencakup 7.106 puskesmas, 22.085 puskesmas pembantu, dan 4.524 rumah dokter (Tabel XIX-1B). Selain itu, dilaksanakan pula perbaikan sarana pelayanan kesehatan terutama yang mengalami kerusakan berat (Tabel XIX-1A). Untuk melaksanakan berbagai kegiatan pelayanan kesehatan dilakukan pemerataan tenaga XIX/9 dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan melalui penempatan tenaga dokter, dokter gigi dan bidan dengan pola pegawai tidak tetap (PTT) (Tabel XIX-2). Pelayanan kesehatan ibu hamil meningkat dari 68 persen pada tahun 1996/97 menjadi 70 persen dari jumlah ibu hamil pada tahun 1997/98. Pelayanan kontrasepsi cakupannya meningkat dari 68 persen menjadi 69 persen. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terutama oleh bidan juga meningkat dari 42 persen menjadi 51 persen jumlah persalinan. Kunjungan anak balita ke sarana pelayanan kesehatan dasar dan pos pelayanan terpadu (posyandu) telah mencakup 71 persen. Pelayanan anak sekolah dan remaja dilaksanakan melalui wadah usaha kesehatan sekolah (UKS). Pada tahun keempat Repelita VI, kegiatan tersebut telah mencakup 150 ribu sekolah dan pelayanan kesehatan bagi anak luar biasa telah dilaksanakan melalui 1.349 puskesmas. Adapun pelayanan kesehatan bagi remaja dilaksanakan melalui penyuluhan dan konseling bagi sekitar 13.350 orang. Pelayanan kesehatan gigi di sekolah dilaksanakan melalui usaha kesehatan gigi di sekolah (UKGS) pada 127 ribu SD dan pelayanan klinik gigi dasar pada 4.809 puskesmas. 3) Program Kesehatan Rujukan dan Rumah Sakit Program ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan, mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit. Kegiatan pokok program ini antara lain meliputi pemerataan, persebaran dan penambahan tenaga dokter ahli; penyediaan bantuan obat-obatan; penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit; pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit; penggantian, perbaikan dan penyediaan peralatan medis; serta peningkatan keterampilan petugas di berbagai bidang pelayanan. XIX/10 Secara keseluruhan jumlah rumah sakit sampai dengan tahun 1997/98 tercatat sebanyak 1.895 buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 135.442 buah (Tabel XIX-3). Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RS kabupaten, telah ditingkatkan dari kelas D menjadi kelas C sebanyak 34 rumah sakit. Selain itu, dilaksanakan pula penempatan 271 tenaga dokter ahli baru dari empat keahlian dasar (ahli bedah, ahli anak, ahli penyakit dalam serta ahli kebidanan dan kandungan), dan 3 keahlian penunjang (ahli radiologi, anestesi, dan patologi klinik). Bagi tenaga dokter tersebut, disediakan berbagai paket peralatan yang meliputi 210 paket peralatan keahlian dasar, 73 paket peralatan keahlian penunjang, dan 154 paket peralatan dokter spesialis lainnya. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, telah dilakukan pula penggantian atau penambahan peralatan meliputi 1.332 ribu unit peralatan medik, 2.642 ribu unit peralatan non-medik, dan pengadaan 57 unit kendaraan operasional/ ambulans. Pembangunan lanjutan rumah sakit dilakukan di RSU Liwa Propinsi Lampung dan rehabilitasi/renovasi rumah sakit terhadap 13 rumah sakit. Untuk mewujudkan kemandirian rumah sakit, secara bertahap rumah-rumah sakit pemerintah yang dinilai mampu mulai dikembangkan menjadi unit swadana. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, tercatat sebanyak 59 rumah sakit swadana terdiri dari 12 RSU vertikal, 1 RS mata vertikal, dan 46 RSU Pemda. 4) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Program ini ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan penyakit terutama yang dapat menimbulkan wabah dan menyerang bayi, anak dan golongan usia produktif, serta XIX/11 mengurangi akibat buruk penyakit, baik yang menular maupun tidak menular. Pemberantasan penyakit malaria diprioritaskan bagi daerah transmigrasi, daerah perbatasan dan permukiman baru di luar pulau Jawa-Bali. Kegiatan utamanya berupa pemberantasan vektor dengan cara penyemprotan rumah penduduk dan lingkungannya dengan berbagai jenis insektisida. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) semakin meluas dan meningkat penyebarannya. Pada tahun keempat Repelita VI, jumlah penderita ini meningkat menjadi sekitar 53 ribu penderita atau meningkat 40 persen dari tahun sebelumnya. Dengan berbagai upaya penanggulangan, pada tahun 1997/1998 angka kesakitan penyakit ini menurun menjadi sekitar 15,5 per 100.000 penduduk dari sekitar 23,3 per 100.000 penduduk pada tahun 1996/97. Pencegahan dan penanggulangan penyakit ini dilakukan antara lain melalui abatisasi dan penyemprotan masal, serta pengasapan (fogging) pada rumah-rumah yang diduga menjadi sarang nyamuk (Tabel XIX-4). Pemberantasan penyakit Tuberkulosa Paru (TB-Paru) terus ditingkatkan dengan mengintergrasikan kegiatan pemberantasan di puskesmas dengan balai pengobatan penyakit paru (BP4) dan rumah sakit. Pemberantasan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) telah dilaksanakan di seluruh propinsi melalui penemuan dan pengobatan terhadap sekitar 636,1 ribu penderita. Demikian pula dengan pemberantasan diare yang dititikberatkan pada pencarian dan pengobatan penderita sedini mungkin (Tabel XIX-4). Kegiatan imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, Campak) pada bayi pada tahun 1997/98 telah mencapai 92,3 persen; melampaui sasaran yang telah ditetapkan oleh konferensi tingkat tinggi anak sedunia (World Summit for Children), yaitu sebesar 80,0 persen. Imunisasi hepatitis B bagi bayi baru lahir mulai dikembangkan, XIX/12 dengan cakupan sasaran sekitar 3,1 juta bayi. Penyakit HIV/AIDS menunjukkan kecenderungan meningkat dan meluas penyebarannya. Sampai dengan bulan Maret 1997 tercatat 475 orang terinfeksi HIV, dan penderita AIDS sebanyak 156 orang. Penanggulangan penyakit ini kegiatannya diintegrasikan dengan pemberantasan penyakit kelamin antara lain pemeriksaan sero survai mencakup 187,5 ribu sediaan. Upaya pemberantasan penyakit menular lainnya meliputi pemberantasan penyakit kaki gajah, demam keong, gila anjing, pes, kusta, dan penyakit patek (Tabel XIX-4). 5) Program Perbaikan Gizi Program perbaikan gizi ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan sehingga berdampak pada perbaikan keadaan gizi masyarakat. Kegiatan utama program ini adalah penyuluhan gizi masyarakat, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), upaya perbaikan gizi institusi (UPGI), fortifikasi pangan, dan peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG). Penyuluhan gizi masyarakat di perdesaan dilaksanakan melalui posyandu serta berbagai kelompok masyarakat seperti kelompok pengajian, arisan, wanita tani, PKK dan kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa (Kelompencapir). Pada tahun keempat Repelita VI telah dilatih pelatih pedoman umum gizi seimbang (PUGS) sebanyak 2.230 orang, dan pelatihan penggunaan air susu ibu (ASI) secara eksklusif bagi 524 orang petugas. Kegiatan pokok usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) antara lain meliputi penyuluhan gizi masyarakat perdesaan, pelayanan gizi di posyandu dan peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan. Kegiatan UPGK telah dilaksanakan di 257.000 posyandu oleh para kader di bawah bimbingan petugas teknis. Untuk menanggulangi XIX/13 masalah gizi kurang, telah didistribusikan kapsul vitamin A kepada sekitar 14,5 juta anak balita, pemberian kapsul iodium terhadap sekitar 10,9 juta penduduk terutama terhadap penduduk yang bertempat tinggal di desa endemik berat dan sedang, distribusi tablet besi bagi sekitar 3,6 juta ibu hamil terutama bagi ibu hamil yang mempunyai risiko tinggi di desa tertinggal, dan pemberian makanan tambahan bagi anak balita penderita KEP (Kurang Energi Protein). Dalam usaha perbaikan gizi institusi (UPGI) pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan pelatihan bagi 450 petugas pengelola gizi perusahaan, 140 petugas panti sosial, dan 110 petugas pesantren. Program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) yang merupakan salah satu kegiatan UPGI terus dikembangkan. Sasaran PMT-AS adalah seluruh SD/MI di desa IDT mencakup 297 kabupaten, 26.421 desa IDT, 49.539 SD/MI, dan mencakup sekitar 7,2 juta orang murid. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan PMT-AS diberikan bantuan peralatan masak, obat cacing, dan penyuluhan tentang kebersihan diri dan lingkungan. Peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) ditujukan untuk memberikan isyarat dini tentang kemungkinan timbulnya kekurangan pangan, menyediakan informasi tentang perkembangan penyediaan beranekaragam konsumsi pangan, dan meningkatkan kemampuan daerah dalam memecahkan masalah pangan dan gizi berdasarkan keadaaan setempat. Pada tahun 1997, konsumsi energi dan protein masing-masing telah mencapai 1.950 kilokalori per kapita per hari dan 57,1 gram per kapita per hari. Konsumsi energi dan protein yang dianjurkan masing-masing sebesar 2.150 kilokalori per kapita per hari dan 46,2 gram per kapita per hari. XIX/14 6) Program Pengawasan Obat dan Makanan Program ini dilaksanakan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat yang didukung oleh industri farmasi dan melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan kesehatan lainnya. Dalam upaya menyediakan obat yang makin merata, bermutu dan terjangkau harganya, maka pemakaian obat generik terus ditingkatkan. Pada tahun 1997/98 nilai penjualan obat generik tercatat sebesar Rp. 470,1 milyar, meningkat sebesar 24,5 persen dari tahun 1996/97. Nilai ekspor obat meningkat dari US$ 54,5 juta pada tahun 1996/97 menjadi US$ 60,4 juta pada tahun 1997/98. Untuk menjaga kelangsungan industri farmasi dalam negeri, kemampuan untuk memproduksi bahan baku di dalam negeri terus ditingkatkan. Namun demikian secara umum industri obat di Indonesia masih sangat tergantung terhadap penyediaan bahan baku obat dari luar negeri. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menghadapi krisis ekonomi. Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan produk farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tidak memenuhi standar telah dilaksanakan pengendalian mutu produk. Pada tahun keempat Repelita VI dilakukan penilaian data teknis bagi 1.700 jenis obat, 3.500 jenis makanan, 3.000 jenis alat kosmetika, alat kesehatan, dan PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga), serta 3.500 jenis obat tradisional. Pengujian laboratorium telah dilakukan terhadap 26 ribu sampel obat, 24 ribu sampel makanan dan minuman, 11 ribu sampel kosmetika dan alat kesehatan, 9 ribu sampel obat tradisional, dan 6 ribu sampel narkotika dan bahan berbahaya. Selain itu, telah dilakukan penanggulangan kasus khusus sebanyak 318 kasus. Untuk XIX/15 memantapkan pengawasan narkotika dan psikotropika telah ditetapkan Undang-Undang No.7 tahun 1997 tentang Konvensi Perdagangan Gelap Narkotika dan Psikotropika, dan UndangUndang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Selain itu, untuk meningkatkan pengawasan makanan telah pula ditetapkan UndangUndang No.7 tahun 1997 tentang Pangan. 7) Program Pengobatan Tradisional Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pendayagunaan obat dan cara pengobatan tradisional, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk itu telah dibentuk sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (P3T) yang sampai tahun keempat Repelita VI telah terbentuk 8 (delapan) sentra. Di sentra tersebut dilakukan uji coba klinis dalam rangka memastikan khasiat obat tradisional, pelatihan tenaga dan pengkajian metode pengobatan tradisional. Untuk mengetahui potensi tenaga pengobat tradisional, telah dilaksanakan inventarisasi tenaga pengobat tradisional dan telah tercatat sebanyak 195.345 orang. b. Program Penunjang 1) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pengamanan kualitas air bagi berbagai kebutuhan dan kehidupan penduduk. Kegiatan pokoknya meliputi pembakuan dan pengaturan kualitas air, pengawasan kualitas air, perbaikan kualitas air, dan pembinaan pemakai air. XIX/16 Pengawasan kualitas air mencakup pengambilan dan pemeriksaan sampel air, penyusunan profil penyediaan dan pengelolaan air bersih di tingkat desa. Pada tahun keempat Repelita VI telah diperiksa sebanyak 81,3 ribu sampel dan penyusunan profil air bersih di 200 desa. Perbaikan kualitas air telah dilaksanakan di sekitar 1.100 desa. Pembinaan pemakai air berupa pembentukan dan pembinaan kelompok pemakai air telah berhasil dibentuk di 680 desa. 2) Program Penyehatan Lingkungan Permukiman Program ini ditujukan untuk mewujudkan lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan terhadap kesehatan. Kegiatan pokok program ini meliputi pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan, pemantauan dan pengendalian pencemaran, pendidikan dan pelatihan tenaga, dan penyuluhan kesehatan lingkungan. Pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan ditujukan terhadap sarana tempat pengelolaan makanan, pengelolaan pestisida, tempat pembuangan sampah, sarana angkutan umum dan kawasan industri. Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan di 238 Dati II yang mencakup 25 ribu sarana. Pemantauan, pemaparan dan pengendalian pencemaran telah dilaksanakan di 1.000 lokasi dengan jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 18 ribu sampel, dan penanggulangan 25 kasus kejadian luar biasa. Penyuluhan kesehatan lingkungan terutama dilaksanakan di desa tertinggal, daerah kumuh perkotaan, daerah endemis penyakit menular, daerah transmigrasi, dan masyarakat terasing. Penyuluhan tersebut telah dilaksanakan di 500 desa. Untuk meningkatkan kemampuan petugas dibidang kesehatan lingkungan telah dilatih sebanyak 1.000 orang diberbagai tingkat administrasi. XIX/17 3) Program Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Program ini ditujukan untuk menyediakan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan program kesehatan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia dibidang kesehatan agar dapat meningkatkan hasil kerjanya dalam menunjang mutu pelayanan kesehatan. Kegiatan pokok program ini yaitu pendidikan kedinasan dan pelatihan tenaga kesehatan Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan pendidikan bagi sekitar 7.100 orang tenaga bidan, dan 78,9 ribu orang tenaga perawat. Selain itu, juga telah dididik berbagai tenaga kesehatan lainnya antara lain D-III untuk jurusan gizi sekitar 4.000 orang, sanitasi 5.000 orang, fisioterapi 800 orang, radiodiagnostik dan radioterapi 650 orang, serta tenaga teknik elektromedik 600 orang. Guna meningkatkan mutu pendidikan kedinasan, telah dilaksanakan program AKTA III dan IV bagi sekitar 550 orang dan pendalaman bidang studi bagi sekitar 900 orang. Pada tahun keempat Repelita VI, telah dilaksanakan pengembangan institusi diklat menuju pelembagaan melalui pengkajian peningkatan fungsi diklat di 5 RS serta pengembangan sarana dan prasarana diklat di 12 Bapelkes. Untuk meningkatkan sumber daya tenaga kesehatan, telah dilaksanakan pelatihan bagi sekitar 700 pejabat struktural, 19.700 tenaga fungsional, 9.200 tenaga teknis, dan 19.900 peserta pratugas/ prajabatan, serta 16 orang mengikuti pendidikan gelar baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 4) Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, mengembangkan ilmu kedokteran, meman- XIX/18 tapkan dan mengembangkan kemampuan institusional penelitian dan pengembangan kesehatan serta meningkatkan sistem informasi kesehatan termasuk sistem informasi iptek kesehatan dan kedokteran. Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan beberapa penelitian penting yang secara keseluruhan jumlahnya sebanyak 151 kegiatan penelitian yang meliputi penelitian dibidang pelayanan kesehatan 37 penelitian, penyakit menular 19 penelitian, ekologi kesehatan 33 penelitian, farmasi 24 penelitian, gizi 31 penelitian dan penyakit tidak menular 7 penelitian. Sedangkan untuk menunjang penyebaran informasi hasil penelitian kepada masyarakat luas, pada tahun 1997/98 telah dilakukan kegiatan penghimpunan informasi penelitian melalui 996 buku ilmiah, 633 majalah, 239 anotasi bidang kesehatan, dan 950 abstrak penelitian. 5) Program Pengembangan Informasi Kesehatan Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan, mengembangkan dan memantapkan sistem informasi kesehatan, serta memberikan data dan informasi untuk peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan dan menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Dalam rangka memantapkan sistem informasi kesehatan terutama pada tingkat propinsi, pada tahun keempat Repelita VI ditingkatkan kemampuan manajemen pada bidang kesehatan dan penguasaan wilayah, antara lain melalui penyusunan profil kesehatan sebanyak 2 ribu eksemplar, laporan eksekutif 27 kanwil Depkes setiap bulan dan triwulan, informasi tenaga kesehatan 27 propinsi, informasi ringkas kesehatan 2 ribu eksemplar dan pengembangan Jaringan Informasi di 27 propinsi. Selain itu XIX/19 dilaksanakan pula kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data berupa 27 profil kesehatan propinsi dan 306 profil kesehatan kabupaten/ kotamadya. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keterampilan tenaga pengelola data, informasi, dan bidang kepustakaan di tingkat pusat dan daerah, telah dilatih sebanyak 334 orang. 2. Kesejahteraan Sosial a. Program Pokok 1) Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial Program ini ditujukan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat, khususnya penyandang masalah sosial, dan mewujudkan kondisi sosial masyarakat yang dinamis untuk mendukung berkembangnya kesetiakawanan dan tanggung jawab sosial masyarakat. a) Pembinaan Terasing Kesejahteraan Sosial Masyarakat Kegiatan pokok dari program ini antara lain meliputi usaha pemahaman kondisi, ciri-ciri dan masalah sosial budaya masyarakat terasing; penyuluhan dan bimbingan sosial; penataan dan pembangunan permukiman yang dilengkapi dengan penyediaan lahan; pemberian jaminan hidup; bimbingan keterampilan seperti pertanian dan peternakan termasuk pemberian bermacam bibit. Dibandingkan dengan pembinaan tahun 1996/97 sebanyak 6.485 KK, maka kegiatan pembinaan untuk tahun 1997/98 meningkat menjadi 7.985 KK (Tabel XIX-5). Contoh pembinaan XIX/20 masyarakat terasing yang berhasil, antara lain adalah pembinaan masyarakat terasing di permukiman Kapenuhan Hilir Propinsi Riau, permukiman Gunung Pelawan, permukiman Lokait Propinsi Sulawesi Tengah, dan permukiman Lamel Propinsi Nusa Tenggara Timur berhasil mengembangkan berbagai usaha tani sebagai mata pencaharian. b) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin Kegiatan pokok pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin dilaksanakan antara lain melalui kegiatan penyuluhan sosial, bimbingan motivasi, pemberian paket bantuan usaha produktif dan pelatihan keterampilan sesuai dengan bantuan yang diberikan. Disamping itu untuk meningkatkan motivasi kelompok melaksanakan kegiatan usahanya, dilakukan pula lomba keberhasilan kelompok usaha bersama (KUBE) bekerjasama dengan pemerintah daerah. Pada tahun 1997/98 keluarga miskin yang telah dibantu melalui program ini berjumlah kurang lebih 78.250 KK (Tabel XIX6). Di samping itu untuk mendukung pelaksanaan program IDT pada tahun 1997/98 dipersiapkan 718 orang petugas sosial kecamatan (PSK) yang ditempatkan di desa-desa miskin yang membutuhkan penanganan khusus sebagai pendamping purna waktu bagi kelompok masyarakat yang memperoleh bantuan program IDT. c) Pembinaan Nilai-nilai Kepeloporan, Keperintisan dan Kepahlawanan Kegiatan yang dilaksanakan antara lain meliputi kegiatan pembangunan dan pemugaran Taman Makam Pahlawan, Makam Pahlawan Nasional, Makam Perintis Kemerdekaan dan upaya-upaya XIX/21 penanaman dan penyebarluasan nilai-nilai perjuangan para pahlawan, serta bantuan sosial kepada keluarga para pahlawan nasional dan pejuang keperintisan yang kurang mampu. Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan pemugaran 48 Taman Makam Pahlawan yang tersebar di 27 propinsi, 3 buah Makam Pahlawan Nasional dan 38 Makam Perintis Kemerdekaan. Bantuan perbaikan rumah telah diberikan kepada 81 orang perintis kemerdekaan dan keluarganya. d) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi kegiatan pelayanan sosial seperti bimbingan mental dan sosial, pemberian jaminan hidup, pelayanan kesehatan, kegiatan keagamaan, dan rekreasi. Kegiatan pelayanan sosial tersebut dilakukan baik di dalam maupun di luar panti. Pada tahun 1997/98 telah diberikan bantuan bagi 50.366 orang lanjut usia yang tidak mampu atau meningkat dengan sebanyak 2.225 orang bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel XIX-7). e) Pembinaan Terlantar Kesejahteraan Sosial Anak yang Kegiatan-kegiatan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial anak terlantar antara lain mencakup kegiatan asuhan, pendidikan, bimbingan sosial dan keagamaan, serta pelatihan keterampilan yang dilengkapi dengan pemberian bantuan modal usaha dan pemberian kesempatan untuk mengikuti praktek belajar kerja di perusahaan-perusahaan agar dapat mandiri. Pada tahun keempat Repelita VI telah diberikan pelayanan bagi 261.694 orang anak terlantar yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat, atau meningkat 895 orang dari tahun sebelumnya (Tabel XIX-7). XIX/22 2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Program ini bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan kemampuan warga masyarakat, baik perseorangan, keluarga maupun kelompok penyandang masalah sosial sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Kegiatankegiatan yang diberikan antara lain adalah bimbingan sosial dan motivasi, rehabilitasi fisik, mental dan sosial, pelatihan keterampilan kerja yang diikuti dengan pemberian bantuan modal usaha, dan pemberian kesempatan praktek belajar kerja pada perusahaan, serta penyaluran mereka untuk bekerja di perusahaan-perusahaan. Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat pada tahun 1997/98 ditingkatkan kualitasnya antara lain melalui pemberian paket praktek belajar kerja yang lebih lengkap di perusahaan-perusahaan baik milik swasta maupun pemerintah. Penyandang cacat yang dilayani dan direhabilitasi pada tahun 1997/98 berjumlah 87.843 orang (Tabel XIX-8), atau meningkat 88,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk mendukung peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan sosial bagi penyandang cacat telah dilaksanakan rehabilitasi dan penyempurnaan bagi 30 panti-panti rehabilitasi sosial cacat milik pemerintah dan masyarakat. Di samping itu untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan sosial dilakukan pelatihan pembuatan kaki dan tangan palsu bagi petugas pelayanan panti rehabilitasi cacat tubuh di RC Dr. Soeharso - Surakarta, pelatihan keterampilan pijat shiatsu bagi instruktur panti rehabilitasi cacat netra, dan pemantapan kemampuan penggunaan bahasa isyarat Bahasa Indonesia bagi petugas rehabilitasi rungu wicara. XIX/23 Melalui kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia selama tahun 1997/98 telah dipekerjakan lebih dari 150 orang penderita cacat tubuh. Para penyandang cacat tubuh yang telah berhasil dibina melalui Panti Sosial Bina Daksa Bangil Jawa Timur telah mampu meningkatkan produksi kerajinan tangan dari rotan maupun kain sulaman. Sedangkan Balai Penerbitan Braille Indonesia di Bandung Jawa Barat, selain telah berhasil mengembangkan produksi buku dan kaset rekaman Ilmu Pengetahuan Umum dan Kesenian, juga telah memproduksi Al Qur'an Braille. Kegiatan rehabilitasi sosial juga melayani anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika. Jumlah anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika yang diberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial pada tahun 1997/98 sebanyak 4.328 orang anak, atau meningkat 1.283 orang anak dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk menunjang kegiatan penyantunan terhadap anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika telah diperbaiki dan disempurnakan sebanyak 12 panti. Dalam tahun 1997/98 telah direhabilitasi dan diresosialisasikan sebanyak 6.046 orang tunasosial yang terdiri dari 1.385 orang tuna susila, 2.450 orang gelandangan dan pengemis, dan 2.211 orang bekas narapidana. Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah yang dibina tahun 1996/97, terutama disebabkan oleh peningkatan intensitas penjaringan terhadap para tunasosial. 3) Program Peningkatan Partisipasi Sosial Masyarakat Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial secara melembaga dan terorganisasi. Kegiatan pokok program ini meliputi penyuluhan dan XIX/24 bimbingan sosial pada masyarakat, pembinaan organisasi sosial, dan pembinaan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendukung bagi peningkatan peran serta masyarakat dalam menghadapi permasalahan sosial, pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan penyuluhan dan bimbingan sosial di 7.039 desa/kelurahan yang tersebar di semua propinsi dengan memanfaatkan berbagai media massa. Selain itu telah dibina sebanyak 3.284 orsos, antara lain melalui pelatihan manajemen dan profesi pekerjaan sosial serta pemberian bantuan pengembangan organisasi dan pelayanan sosial. Sementara itu jumlah orsos yang bergerak di bidang pembangunan kesejahteraan sosial yang tercatat pada tahun 1997/98 hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu 5,8 ribu orsos. Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat di tingkat desa atau kelurahan adalah pekerja sosial masyarakat (PSM) dan tenaga relawan sosial yang umumnya berasal dari golongan masyarakat mampu. Pada tahun 1997/98 dilakukan pembinaan lanjutan bagi PSM dan relawan sosial yang telah dilatih pada tahun sebelumnya yaitu sebanyak 7.470 orang melalui forum komunikasi PSM dan relawan sosial. Di samping itu dilakukan pula pelatihan bagi PSM yang baru (Tabel XIX-9) dan pembinaan bagi PSM satuan tugas sosial (SATGASOS) yang ditugaskan di daerah-daerah terpencil dan di daerah permukiman masyarakat terasing di 18 propinsi. b. Program Penunjang 1) Program Pembinaan Generasi Muda Tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan kualitas dan kelembagaan karang taruna sebagai organisasi kepemudaan di XIX/25 tingkat desa/kelurahan sehingga dapat berperan aktif dalam mencegah dan mengatasi permasalahan sosial. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi pelatihan dan pembinaan pengurus dan anggota karang taruna, Studi Karya Bhakti Karang Taruna, pemilihan karang taruna teladan, pembinaan Forum Komunikasi Karang Taruna (FKKT), dan pemberian bantuan sarana, serta bantuan usaha ekonomis produktif agar karang taruna mampu pula menciptakan lapangan kerja dan usaha. Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan pelatihan dan pemberian bantuan modal kerja (Tabel XIX-10). Pelatihan keterampilan berusaha meliputi pelatihan peternakan dan pertanian terpadu, pelatihan pertanian di Balai Pelatihan Pertanian, pembudidayaan udang windu, kerajinan kayu, dan kerajinan rotan dan kulit. 2) Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial, serta menunjang perumusan kebijaksanaan dan meningkatkan kualitas perencanaan program pembangunan kesejahteraan sosial. Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan 7 buah penelitian antara lain mengenai pelayanan lanjut usia berbasis keluarga, penanganan kemiskinan di daerah perkotaan, pengembangan metode dan teknis penyuluhan dan bimbingan sosial masyarakat, dan pengkajian permasalahan kesejahteraan sosial serta peningkatan kemampuan peneliti. 3) Program Pendidikan dan Pelatihan Sosial Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan XIX/26 kemampuan, keahlian dan keterampilan tenaga kesejahteraan sosial baik pegawai Pemerintah maupun masyarakat sebagai pelaksana pembangunan kesejahteraan sosial. Untuk meningkatkan kemampuan administrasi pegawai, dalam tahun 1997/98 telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (SPAMA) bagi 60 orang, dan Administrasi Umum (ADUM) bagi 90 orang. Di samping itu telah dilaksanakan pendidikan S-2 di dalam negeri untuk bidang ilmu kesejahteraan sosial bagi 54 orang dan pendidikan Tenaga Psikologi Panti (D-1) bagi 40 orang. Selain itu telah diselenggarakan pelatihan fungsional bagi 270 orang, pendidikan dan pelatihan teknis bagi 150 orang dan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja sosial masyarakat (TKSM) sebanyak 1.080 orang. 3. Penanggulangan Bencana a. Program Pokok Program penanggulangan bencana ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi akibat bencana, memberikan bantuan khususnya bagi yang tidak mampu, menolong dan menyelamatkan para korban bencana melalui bantuan darurat dan memulihkan kembali fungsi sosial perorangan, keluarga dan masyarakat korban bencana untuk hidup secara normal. Kejadian bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 1997/98 antara lain adalah bencana alam banjir di propinsi Sulawesi Utara dan Sumatera Barat, tanah longsor di Nusa Tenggara Timur dan Jawa Barat, angin ribut di Propinsi Kalimantan Selatan dan Jawa Timur, kekeringan di Irian Jaya dan kebakaran terutama kebakaran XIX/27 hutan di beberapa propinsi di Kalimantan. Pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan pemberian bantuan bahan bangunan rumah (BBR) bagi 2.806 KK korban bencana alam, serta dilakukan rehabilitasi atas prasarana dan bangunan umum yang mengalami kerusakan. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam geologis dilakukan kegiatan pemetaan, identifikasi, dan penyelidikan daerahdaerah rawan bencana. Dalam tahun 1997/98 telah dilakukan pemetaan seismik daerah rawan gempa berskala 1:250.000; pemetaan geologi gunung api skala 1:50.000; menyelesaikan 95% dari seluruh peta bahaya gunung api skala 1:10.000; dan pemetaan kerentanan gerakan tanah skala 1:100.000 sebanyak 8 lembar. Dalam tahun 1997/98, kegiatan perbaikan dan pengendalian alur sungai dilaksanakan pada beberapa ruas sungai kritis sepanjang 331 km, antara lain dalam bentuk berbagai prasarana seperti; waduk tunggu, tanggul, perbaikan alur, perkuatan tebing, saluran banjir, dan stasiun pompa. Selanjutnya, untuk mengendalikan daya rusak banjir lahar akibat letusan gunung berapi yang sekaligus melindungi desa dan kota di bagian hilirnya, telah diselesaikan antara lain 19 unit bangunan pengendali dan kantung lahar di kaki Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Kelud, Gunung Rinjani, dan Gunung Gamalama. Guna memelihara kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, pada tahun 1997/98 telah dilatih sebanyak 340 orang instruktur penanggulangan bencana, dan 1.960 orang satuan tugas sosial penanggulangan bencana (SATGASOS - PB). Peningkatan upaya tanggap darurat terhadap kejadian bencana pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan melalui upaya-upaya peningkatan pelayanan jasa pencarian dan penyelamatan (search and rescue, SAR) yang difokuskan pada peningkatan kemampuan dan kecepatan tindak awal SAR. Pada tahun 1997/98 fasilitas SAR XIX/28 ditingkatkan antara lain melalui penambahan 2 helikopter SAR, pengembangan satelit komunikasi SAR dan 25 unit Sistem Informasi Manajemen Operasi SAR (SAROIMS) yang tersebar di 20 lokasi, pengadaan 1 unit perahu penyelamatan yang dilengkapi dengan peralatan medis, 2 unit hydrolic rescue pump dan 10 unit lifting bag untuk pengangkatan pesawat maupun pertolongan bencana alam. 4. Kependudukan a. Peningkatan Kualitas Penduduk Peningkatan dan pengembangan kualitas penduduk dilaksanakan secara lintas bidang, sektor dan program. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas penduduk meliputi antara lain peningkatan kualitas keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial-budaya, mental spiritual, dan berbagai peningkatan usaha kesejahteraan lainnya. Berbagai upaya tersebut di atas telah berhasil menurunkan angka kematian kasar dan angka kematian bayi masing-masing menjadi 7,5 per seribu penduduk dan 52 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1997, dari 7,9 per seribu penduduk dan 58 per seribu kelahiran hidup pada akhir Repelita V. Penurunan angka kematian tersebut selanjutnya diikuti oleh makin meningkatnya angka harapan hidup penduduk dari 62,7 pada akhir Repelita V menjadi 64,2 pada tahun 1997. Berbagai kegiatan pembangunan lainnya yang mendukung upaya peningkatan kualitas penduduk secara rinci telah dijelaskan pada laporan di berbagai program pembangunan yang terkait dengan program kependudukan. XIX/29 b. Pengendalian Pertumbuhan dan Kuantitas Penduduk Pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk yang dilakukan secara lintas bidang, sektor, dan program serta terpadu telah dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Jika pada akhir Repelita V laju pertumbuhan penduduk adalah 1,66 persen, maka pada tahun 1997 diperkirakan telah mencapai 1,54 persen. Meskipun laju pertumbuhan penduduk menurun, secara kuantitatif jumlah penduduk meningkat dan telah mencapai 201,4 juta orang pada tahun 1997 yang terdiri dari 100,4 juta orang laki-laki dan 101,0 juta orang perempuan. Jumlah penduduk tersebut jika dibandingkan dengan jumlah pada akhir Repelita V telah bertambah sekitar 12,3 juta orang. Pelaksanaan program keluarga berencana yang didukung oleh berbagai program pembangunan lainnya yang terkait dengan program kependudukan telah berhasil menurunkan angka kelahiran kasar dari 24,5 per seribu penduduk pada akhir Repelita V menjadi 22,9 pada tahun 1997; serta menurunkan angka kelahiran total dari 2,87 menjadi 2,65 per wanita dalam periode yang sama. c. Pengarahan Persebaran dan Mobilitas Penduduk Upaya pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk meliputi kegiatan-kegiatan: penyebaran penduduk melalui transmigrasi dan angkatan kerja antar daerah (AKAD); pengembangan wilayah pembangunan dan kutub-kutub pertumbuhan; gerakan Bangga Suka Desa; dan pembangunan ekonomi perdesaan melalui Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra). Berbagai kegiatan pembangunan tersebut dilaksanakan oleh sektor dan program pembangunan yang terkait dengan program kependudukan, dan telah dijelaskan secara rinci dalam berbagai Bab menurut sektornya. Selanjutnya dalam rangka program ini telah diupayakan XIX/30 pengembangan indikator keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan; pengembangan daerah penyangga daerah perkotaan; pengembangan daerah penyangga pusat-pusat pertumbuhan wilayah; dan analisa mobilitas penduduk. Sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, pada tahun 1997/98 telah diujicoba indikator keseimbangan penduduk di lima propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Riau, Bali, dan Kalimantan Timur dengan tujuan untuk mengetahui keseimbangan penduduk dengan kerangka pembangunan yang seimbang antara daerah perdesaan dan perkotaan. Untuk meningkatkan pembangunan daerah penyangga daerah perkotaan melalui pemberdayaan penduduk perdesaan, sejak awal Repelita VI telah dilakukan Gerakan Bangga Suka Desa di 20 desa di Pulau Jawa. Pada tahun 1998/99 akan dikembangkan pula daerah penyangga di propinsi-propinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur. Di samping itu berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas analisa data mobilitas penduduk terus dilakukan antara lain melalui kegiatan pelatihan analisa data mobilitas penduduk bagi peneliti PSK dan staf Bappeda sebanyak 90 orang. Sebagai kelanjutan kegiatan pada tahun sebelumnya, pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan analisa mobilitas penduduk di 14 propinsi dan di tingkat nasional dengan menggunakan data hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995. Dengan demikian sampai dengan tahun 1997/98 analisa ini telah mencakup 27 propinsi dan nasional. d. Penyempurnaan Sistem Informasi Kependudukan Kegiatan penyempurnaaan Sistem Informasi Kependudukan terus dilakukan dan merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebe XIX/31 lumnya. Upaya yang dilakukan telah menghasilkan rumusan Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga (SIDUGA) yang akan dimulai pelaksanaannya pada tahun 1998/99 oleh sekitar 20 instansi terkait di tingkat pusat dan propinsi. SIDUGA merupakan sistem terpadu dari sub-sub sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga yang ada pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) instansi terkait. Untuk mendukung pelaksanaannya, maka telah dilakukan pelatihan tenaga pengelola jaringan SIDUGA bagi sekitar 300 orang. Untuk mendukung tertibnya administrasi kependudukan, saat ini sedang disiapkan Rencana Undang-Undang mengenai Administrasi Kependudukan dan Rencana Peraturan Pemerintah mengenai Pencatatan dan Pendaftaran Penduduk. Untuk itu, sejak awal Repelita VI telah dilatih sekitar 600 orang aparat pemerintah daerah. e. Pendayagunaan dan Kesejahteraan Penduduk Usia Lanjut Kegiatan pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan dayaguna dan kesejahteraan penduduk lanjut usia baik yang masih produktif maupun yang sudah secara fisik tidak produktif lagi. Bagi yang masih produktif, diupayakan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan dan keahliannya; sedangkan bagi yang secara fisik sudah tidak produktif lagi, disediakan fasilitas dan sarana pelayanan, antara lain berupa pemberian santunan oleh Departemen Sosial bagi mereka yang tinggal di dalam dan di luar panti lanjut usia. Dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk usia lanjut, diupayakan tiga langkah strategis, yaitu: 1) upaya persiapan mema XIX/32 suki usia lanjut; 2) upaya pelibatan lansia dalam kegiatan produktif, dan 3) upaya pelayanan dan perawatan kepada penduduk usia lanjut. Jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Pada akhir Repelita VI ini, diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut akan mencapai 14,2 juta orang. 5. Keluarga Sejahtera a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Pelaksanaan kegiatan KIE ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam berkeluarga berencana dan berkeluarga sejahtera. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini banyak mendapatkan dukungan dari masyarakat khususnya tokoh-tokoh masyarakat setempat serta institusi KB di masyarakat. Keadaan keuangan negara yang semakin sulit telah banyak mempengaruhi kegiatan KIE. Pada tahun keempat Repelita VI, kegiatan ini kurang mendapatkan prioritas tinggi. Kegiatan KIE yang dilaksanakan antara lain: penerangan dan motivasi melalui mobil unit penerangan di seluruh dati II, kunjungan rumah oleh kader KB, penayangan serial pembangunan KB dan KS baik melalui TV maupun Radio, serta penerangan melalui sarana audio visual (AVA) di hampir seluruh kecamatan. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 1994) telah mencapai 95 % lebih dari jumlah pangan usia subur yang ada (PUS). XIX/33 b. Pelayanan Keluarga Berencana Pelayanan KB lebih ditekankan kepada aspek pemerataan pelayanan yang disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan. Pemerataan pelayanan dilakukan dengan mengintensifkan pelayanan KB melalui dokter terbang di wilayah terpencil IBT seperti Kalimantan Timur dan Irian Jaya serta melalui klinik terapung di berbagai daerah kepulauan antara lain kepualauan Riau dan Maluku. Selain berbagai kegiatan di atas, Kegiatan TKBK (tim KB keliling) yang dipadukan dengan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terus diselenggarakan di berbagai wilayah terutama perdesaan. Pada tahun 1997/98, pasangan usia subur yang berhasil diajak untuk pertama kali menjadi peserta KB baru berjumlah 6,27 juta orang dan telah melampaui sasaran yaitu sebesar 29,7 persen dari sasaran yang telah ditetapkan. Dari jumlah tersebut, pasangan usia subur yang dapat diajak untuk memakai alat kontrasepsi efektif dalam penanggulangan kehamilan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama seperti IUD, suntikan, dan implant adalah sebanyak 69,5 persen (Tabel XIX-12). Sementara itu, sampai dengan tahun 1997/98 peserta KB aktif yaitu pasangan usia subur yang secara terus menerus menggunakan alat kontrasepsi berjumlah 26,47 juta orang. Dari seluruh peserta KB aktif tersebut sebanyak 65 persen diantaranya menggunakan alat kontrasepsi efektif ( Tabel XIX-14.). c. Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam rangka meningkatkan kualitas keluarga agar menjadi kekuatan pembangunan, sejak tahun 1996 telah dicanangkan Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera (GKKS) dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. Pokok-pokok kegiatan yang XIX/34 dilaksanakan antara lain: a) bina keluarga balita (BKB); b) bina keluarga lansia; c) seleksi penerima beasiswa Supersemar khususnya untuk anak-anak peserta KB lestari; d) usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS); dan e) Takesra dan Kukesra. Dalam upaya pengentasan kemiskinan, kegiatan penting yang dilaksanakan Takesra dan Kukesra. Pemberian Takesra telah mencakup sebanyak 11,2 juta keluarga yang tergabung dalam 526,3 ribu kelompok usaha. Sedangkan dana yang telah disalurkan sampai dengan Maret 1998 adalah sebesar 62,6 persen dari total dana sebesar Rp. 35,5 milyar, dan realisasi penyerapan dana Kukesra adalah sebesar Rp. 395,7 milyar yaitu sebesar 90,0 persen dari total dana yang disediakan pada saat itu. Pada tahun 1997/98 tercatat jumlah anggota UPPKS adalah sebanyak 10,6 juta keluarga. Pada awalnya kegiatan UPPKS bertujuan untuk memantapkan penerimaan masyarakat dalam berKB. Namun dalam perkembangannya, pelaksanaan UPPKS lebih diperluas untuk memberdayakan keluarga pra-KS dan KS I dalam rangka mengentaskan dari ketertingggalan di bidang ekonomi. Jumlah anggota kelompok UPPKS yang memiliki usaha produktif perorangan adalah sebanyak 7,0 juta orang dan yang berwirausaha secara kolektif sebanyak 1,0 juta keluarga. d. Pemantapan Pelembagaan Program Pengembangan institusi masyarakat perdesaan seperti PPKBD, Sub PPKBD, Kelompok KS, dan LSOM diupayakan agar semakin merata dan semakin berperan menjadi institusi yang profesional dan mandiri. Pembangunan pelembagaan program KB tersebut meningkatkan kualitas peran serta masyarakat, sehingga secara XIX/35 bertahap peran serta masyarakat dalam pengelolaan KB semakin besar. Selama empat tahun Repelita VI jumlah institusi masyarakat perdesaan meningkat dari 1.043,4 ribu institusi pada awal Repelita VI menjadi 1.239,9 ribu institusi pada tahun ke empat Repelita VI atau terjadi kenaikan sebesar 18,8 persen. Upaya peningkatan peran kelembagaan lainnya juga dilaksanakan melalui peningkatan kerjasama dengan pemuka-pemuka agama, tokoh-tokoh masyarakat, dan lembaga sosial dan organisasi masyarakat (LSOM). Berbagai LSOM yang terlibat sangat berperan aktif dalam pengelolaan gerakan pembangunan keluarga sejahtera antara lain; LKK NU, Muhammadiyah, PGI, IDI, IBI, POGI, PKK serta Unit Klinik KBABRI. e. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan Pelatihan bagi tenaga pengelola dilaksanakan dalam rangka mendukung perkembangan gerakan keluarga berencana dan keluarga sejahtera. Program pendidikan dan pelatihan meliputi upaya-upaya peningkatan mutu manajemen penyelenggaraan diklat, pelatihan tenaga pengelola serta pendidikan jangka pendek dan jangka panjang bagi pegawai. Selama empat tahun Repelita VI, telah diadakan pelatihan teknis pelayanan KB dan KS bagi 24.386 orang dokter, 40.110 orang bidan, 88.470 orang Pengawas Petugas Lapangan KB (PPLKB) /Petugas Lapangan KB (PLKB)/Penyuluh KB (PKB), 2.498,9 ribu orang PPKBD/Sub-PPKBD/Kader, dan 77.374 orang tenaga lainnya. Selain itu, pendidikan lanjutan untuk tenaga pelaksana telah diberikan kepada 2.445 orang , yang meliputi 1.931 XIX/36 orang peserta pendidikan D3 serta 512 pendidikan S1 dan S2 baik di dalam negeri maupun di luar negeri. f. Pelaporan dan Penelitian Dalam rangka memantau perkembangan pembangunan kependudukan dan keluarga sejahtera dibutuhkan ketersediaan data secara teratur, benar, dan tepat waktu. Untuk itu dikembangkan sistem pencatatan dan pelaporan sehingga dapat memonitor perkembangan gerakan reproduksi sehat, gerakan ketahanan keluarga sejahtera, serta gerakan ekonomi keluarga sejahtera. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana diperlukan penelitian dan pengembangan secara terus menerus tentang alat kontrasepsi. Selama empat tahun Repelita VI, pengembangan alat dan obat KB telah menunjukkan hasil yang berarti antara lain obat suntik bulanan (Cyclofem) dan susuk KB satu batang (Implanon). Di samping itu, indikator kualitas pelayanan kontrasepsi terus dikaji dan dikembangkan untuk memantau kualitas provider, peserta KB serta aspek sosial budaya. Selain itu, penelitian di bidang kependudukan dan keluarga sejahtera dilaksanakan untuk mengetahui berbagai aspek ekonomi, sosial budaya, psikologis dan demografis yang berkaitan dengan keberhasilan dan dampak gerakan KB. Salah satu penelitian penting yang dilaksanakan dalam Repelita VI adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 1997. Hasil survei tersebut meliputi tingkat fertilitas, pemakaian kontrasepsi, mortalitas serta aspek kesehatan. XIX/37 TABEL XIX – 1 A PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PUSKESMAS 1) 1993/94, 1994/95 – 1997/98 1) Angka Tahunan XIX/38 TABEL XIX – 1 B PERKEMBANGAN JUMLAHNGUNAN PUSKESMAS 1) 1993/94, 1994/95 – 1997/98 1) Angka Tahunan XIX/39 TABEL XIX – 2 PELAKSANAAN PENEMPATAN BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN 1) 1993/94, 1994/95 – 1997/98 1) 2) XIX/40 Angka Tahunan Angka diperbaiki TABEL XIX – 3 PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT) 1) 1993/94, 1994/95 – 1997/98 1) 2) XIX/41 Angka kumulatif Angka diperbaiki TABEL XIX – 4 PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR 1) 1993/94, 1994/95 – 1997/98 1) 2) 3) 4) 5) XIX/42 Angka tahunan Angka diperbaiki Mulai tahun 1994/95, diintegrasikan dengan kegiatan Puskesmas Mulai tahun 1996/97, termasuk pengobatan di rumah sakit Mulai tahun 1990/91, diintegrasikan dengan kegiatan Rumah Sakit TABEL XIX – 5 PEMBINAAN KESEHATAN SOSIAL MASYARAKAT TERASING MENURUT DAERAH TINGKAT I 1) 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (Kepala keluarga) 1) 2) Mulai tahun 1993/94, Pemda tidak mengusulkan pembinaan masyarakat terasing Merupakan kegiatan perintisan kerja sama dengan Pemda setempat 3) Mulai tahun 1995/96, Pemda setempat mengusulkan pembinaan masyarakat terasing XIX/43 TABEL XIX – 6 PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN FAKIR MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I 1) 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (desa dan kepala keluarga) XIX/44 TABEL XIX – 7 PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR MENURUT DAERAH TINGKAT I 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (orang) XIX/45 TABEL XIX – 8 PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN PARA CACAT MENURUT DAERAH TINGKAT I 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (orang) XIX/46 TABEL XIX – 9 PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM) MENURUT DAERAH TINGKAT I 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (orang) 1) 2) Angka diperbaiki Angka diperbaiki XIX/47 TABEL XIX – 10 BANTUAN PAKET SARANA USAHA KARANG TARUNA MENURUT DAERAH TINGKAT I 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (Karang Taruna) XIX/48 TABEL XIX – 11 PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (ribu orang) 1) Angka diperbaiki XIX/49 TABEL XIX – 12 JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (ribu orang) 1) Angka diperbaiki XIX/50 TABEL XIX – 13 PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (ribu orang) 1) Angka diperbaiki XIX/51 TABEL XIX – 14 JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI 1993/94, 1994/95 – 1997/98 (ribu orang) 1) Angka diperbaiki XIX/52