BAB XIX - Bappenas

advertisement
BAB XIX
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN
PENANGGULANGAN BENCANA, KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA SEJAHTERA
A.
PENDAHULUAN
Pembangunan
kesehatan,
kesejahteraan
sosial
dan
penanggulangan bencana, kependudukan dan keluarga sejahtera
dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan harkat dan
martabat serta kualitas sumber daya manusia dan kualitas kehidupan
masyarakat Indonesia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa
yang efektif dan bermutu.
Sasaran pembangunan kesehatan dalam Repelita VI adalah
meningkatnya derajat kesehatan melalui peningkatan kualitas dan
pelayanan kesehatan yang makin menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya angka
harapan hidup waktu lahir menjadi sekitar 64,6 tahun, menurunnya
angka kematian kasar menjadi sekitar 7,5 per 1.000 penduduk,
XIX/3
menurunnya angka kematian bayi menjadi 50 per 1.000 kelahiran
hidup, dan menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 225
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan sasaran keadaan gizi
masyarakat pada akhir Repelita VI adalah menurunnya prevalensi
empat masalah gizi kurang, yaitu gangguan akibat kurang iodium
menjadi 18 persen; anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 40
persen, balita menjadi 40 persen dan tenaga kerja wanita menjadi 20
persen; kurang energi protein menjadi 30 persen; dan kurang vitamin
A pada anak balita menjadi 0,1 persen.
Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, pokok kebijaksanaan
pembangunan kesehatan dalam Repelita VI yang terpenting adalah
meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan;
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin
dan desa tertinggal;
meningkatkan status gizi masyarakat;
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan pada tenaga kerja;
meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat; mengembangkan
peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung pelayanan
kesehatan dan gizi yang bermutu; meningkatkan peran serta
masyarakat dan organisasi profesi; meningkatkan mobilisasi dana
masyarakat untuk pembiayaan kesehatan; meningkatkan manajemen
upaya kesehatan; serta mengoptimasikan penyediaan, pengelolaan,
dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas
disusun tujuh program pokok yang meliputi (1) penyuluhan
kesehatan masyarakat; (2) pelayanan kesehatan masyarakat; (3)
pelayanan kesehatan rujukan dan rumah sakit; (4) pencegahan dan
pemberantasan penyakit; (5) perbaikan gizi; (6) pengawasan obat
dan makanan; dan (7) pembinaan pengobatan tradisional. Programprogram di atas didukung oleh program penunjang, yang
dilaksanakan secara terkoordinasi dengan program pembangunan
XIX/4
bidang lainnya serta mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.
Program penunjang tersebut antara lain mencakup: (1) penyediaan
dan pengelolaan air bersih; (2) penyehatan lingkungan permukiman;
(3) pendidikan dan pelatihan kesehatan; (4) penelitian dan
pengembangan kesehatan; dan (5) pengembangan informasi
kesehatan.
Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial dalam Repelita VI
adalah terlayani dan terehabilitasinya 230 ribu orang penyandang
cacat, 15 ribu orang anak nakal dan korban penyalahgunaan
narkotika dan 31 ribu orang tuna sosial. Sasaran selanjutnya ialah
terlayaninya 225 ribu orang lanjut usia, terbinanya 450 ribu orang
anak yang terlantar, 48,3 ribu KK masyarakat terasing, 23 ribu
karang taruna, 4.100 organisasi sosial, 62 ribu tenaga kesejahteraan
sosial, dan 202,3 ribu KK fakir miskin; dan meningkatnya nilai-nilai
kepeloporan, keperintisan dan kepahlawanan; serta meningkatnya
jumlah dan kualitas tempat-tempat penitipan anak dan balita bagi
para ibu yang bekerja.
Berbagai kebijaksanaan yang ditempuh untuk mencapai
sasaran tersebut, antara lain meningkatkan pelayanan dan
rehabilitasi sosial penyandang cacat, anak nakal dan korban
penyalahgunaan narkotika, serta tunasosial; meningkatkan
pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia; meningkatkan
pembinaan kesejahteraan sosial anak terlantar; melakukan
pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing dan terpencil;
meningkatkan pembinaan Karang Taruna; meningkatkan peranan
organisasi sosial; meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial
fakir miskin; dan meningkatkan penyuluhan dan bimbingan sosial;
serta meningkatkan upaya penanggulangan bencana.
XIX/5
Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan untuk mencapai
sasaran tersebut diatas, ditetapkan tiga program pokok yang
meliputi: (a) program pembinaan kesejahteraan sosial; (b) program
pelayanan dan rehabilitasi sosial; dan (c) program peningkatan
partisipasi sosial masyarakat. Seluruh program pokok tersebut
didukung oleh program penunjang yaitu (a) program pembinaan
generasi muda; (b) program penelitian dan pengembangan sosial;
serta (c) program pendidikan dan pelatihan sosial yang
pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan program
pembangunan bidang lainnya dan dengan mengikutsertakan
masyarakat.
Pada akhir Repelita VI penanggulangan bencana
mengupayakan
terwujudnya
peningkatan
kesadaran
dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggulangi bencana dan
musibah lainnya. Untuk itu sasaran yang ditetapkan adalah
tersedianya peta daerah rawan bencana dan informasi mengenai
kerawanan suatu daerah agar dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk penyusunan rencana umum tata ruang pada setiap tingkat
pemerintahan. Selain itu, terus diupayakan adanya koordinasi yang
makin meningkat dan mantap dalam menanggulangi bencana
melalui penyusunan sistem dan satuan perlindungan masyarakat
(linmas) sehingga terwujudnya linmas di tingkat kecamatan dan
ruang data pusat pengendalian operasional penanggulangan bencana
di tingkat pusat. Undang-undang linmas diharapkan telah dapat
diundangkan pada akhir Repelita VI.
Untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam
Repelita VI, disusun kebijaksanaan dengan memberikan prioritas
tinggi kepada peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
masyarakat dan jajaran pemerintah daerah setempat, khususnya di
daerah rawan bencana dalam menghadapi terjadinya bencana.
XIX/6
Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut, upaya
penanggulangan bencana dilaksanakan secara lintas bidang dan
lintas sektor melalui program penanggulangan bencana yang
dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat. Kegiatan pokok
program penanggulangan bencana meliputi kesiapsiagaan
menghadapi bencana, tanggap darurat terhadap kejadian bencana,
serta rehabilitasi dan rekonstruksi akibat bencana, yang dilaksanakan
oleh berbagai instansi/departemen terkait.
Sasaran pembangunan kependudukan pada akhir Repelita VI
adalah laju pertumbuhan penduduk diperkirakan akan mencapai
1,51 persen dengan jumlah penduduk sekitar 204,4 juta orang serta
angka kelahiran kasar dan angka kematian kasar dapat diturunkan
menjadi masing-masing 22,6 dan 7,5 per seribu penduduk. Sasaran
akhir Repelita VI lainnya yang diupayakan pencapaiannya adalah
penurunan angka kematian bayi menjadi sekitar 50 kematian per
seribu kelahiran hidup dan peningkatan angka harapan hidup
menjadi sekitar 64,6 tahun.
Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai kebijaksanaan
kependudukan telah ditetapkan dan terdiri dari: peningkatan kualitas
penduduk; pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk;
pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk; pembangunan
sistem informasi kependudukan; serta pendayagunaan dan
peningkatan kesejahteraan penduduk usia lanjut.
Sasaran pembangunan keluarga sejahtera pada Repelita VI
adalah: (a) menurunkan angka kelahiran total atau total fertility rate
(TFR) menjadi 2,60 per wanita; (b) meningkatnya kepedulian
dan peran serta masyarakat dalam rangka mewujudkan sikap dan
perilaku kemandirian; (c) terwujudnya tatanan gerakan keluarga
XIX/7
berencana (KB) secara menyeluruh sebagai landasan pembangunan
selanjutnya; dan (d) meningkatnya kesejahteraan keluarga.
Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, ditetapkan kebijaksanaan pembangunan keluarga sejahtera yang meliputi:
pengembangan ketahanan dan peningkatan kualitas keluarga, dengan
mengadakan pembinaan dan bimbingan khususnya kepada keluarga
yang mempunyai anak balita, keluarga yang mempunyai anak dan
remaja, keluarga muda, dan keluarga lansia; peningkatan
kelembagaan gerakan KB, dengan menumbuhkembangkan lembagalembaga masyarakat yang mendukung gerakan keluarga berencana;
dan pengembangan kerjasama internasional program KB, dengan
mengadakan pelatihan bagi pengelola program KB terutama bagi
negara-negara berkembang.
B.
PELAKSANAAN DAN HASIL
TAHUN KEEMPAT REPELITA VI
1.
KESEHATAN
a.
1)
PEMBANGUNAN
Program Pokok
Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Program ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk
dunia usaha. Kegiatan pokok program ini antara lain meliputi
penyebarluasan informasi kesehatan, pengembangan dan pembinaan
penyelenggara penyuluhan, dan pengembangan potensi swadaya
masyarakat di bidang kesehatan.
XIX/8
Penyebarluasan informasi kesehatan pada tahun keempat
Repelita VI telah dilakukan penyuluhan melalui radio sebanyak 73
ribu kali siaran, melalui televisi pemerintah dan swasta sebanyak
800 kali tayangan, dan penyebarluasan media cetak seperti poster,
leaflet, buku pedoman, dan kartu konsultasi sebanyak 2,2 juta
lembar. Khusus untuk rumah sakit, telah dilaksanakan penyuluhan
kesehatan masyarakat di rumah sakit (PKMRS) di 648 rumah sakit.
Dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS, peran serta aktif lembaga
swadaya masyarakat (LSM) terus ditingkatkan, terutama di propinsi
yang rawan seperti DKI Jakarta, Riau, Bali dan Irian Jaya.
2)
Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Program pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk
lebih memperluas cakupan dan sekaligus meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan pokok program ini antara lain
meliputi pelayanan kesehatan keluarga, kesehatan sekolah dan
remaja, kesehatan kerja, penyembuhan dan pemulihan, kesehatan
olah raga, kesehatan matra, pelayanan laboratorium dan penyuluhan
kesehatan masyarakat serta pembinaan peran serta masyarakat.
Pada tahun keempat Repelita VI melalui program Inpres
bantuan sarana kesehatan, pembangunan sarana pelayanan kesehatan
terus dilanjutkan seperti pembangunan puskesmas, puskesmas
pembantu, dan rumah dokter (Tabel XIX-1A). Jumlah sarana
pelayanan kesehatan yang telah tersedia sampai dengan tahun
1997/98 mencakup 7.106 puskesmas, 22.085 puskesmas pembantu,
dan 4.524 rumah dokter (Tabel XIX-1B). Selain itu, dilaksanakan
pula perbaikan sarana pelayanan kesehatan terutama yang
mengalami kerusakan berat (Tabel XIX-1A). Untuk melaksanakan
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan dilakukan pemerataan tenaga
XIX/9
dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan melalui penempatan
tenaga dokter, dokter gigi dan bidan dengan pola pegawai tidak tetap
(PTT) (Tabel XIX-2).
Pelayanan kesehatan ibu hamil meningkat dari 68 persen pada
tahun 1996/97 menjadi 70 persen dari jumlah ibu hamil pada tahun
1997/98. Pelayanan kontrasepsi cakupannya meningkat dari 68
persen menjadi 69 persen. Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terutama oleh bidan juga meningkat dari 42 persen
menjadi 51 persen jumlah persalinan. Kunjungan anak balita ke
sarana pelayanan kesehatan dasar dan pos pelayanan terpadu
(posyandu) telah mencakup 71 persen. Pelayanan anak sekolah dan
remaja dilaksanakan melalui wadah usaha kesehatan sekolah (UKS).
Pada tahun keempat Repelita VI, kegiatan tersebut telah mencakup
150 ribu sekolah dan pelayanan kesehatan bagi anak luar biasa telah
dilaksanakan melalui 1.349 puskesmas. Adapun pelayanan
kesehatan bagi remaja dilaksanakan melalui penyuluhan dan
konseling bagi sekitar 13.350 orang. Pelayanan kesehatan gigi di
sekolah dilaksanakan melalui usaha kesehatan gigi di sekolah
(UKGS) pada 127 ribu SD dan pelayanan klinik gigi dasar pada
4.809 puskesmas.
3)
Program Kesehatan Rujukan dan Rumah Sakit
Program ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan, mutu dan
efisiensi pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit. Kegiatan pokok
program ini antara lain meliputi pemerataan, persebaran dan
penambahan tenaga dokter ahli; penyediaan bantuan obat-obatan;
penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit;
pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit; penggantian, perbaikan
dan penyediaan peralatan medis; serta peningkatan keterampilan
petugas di berbagai bidang pelayanan.
XIX/10
Secara keseluruhan jumlah rumah sakit sampai dengan tahun
1997/98 tercatat sebanyak 1.895 buah dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 135.442 buah (Tabel XIX-3). Dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di RS kabupaten, telah ditingkatkan
dari kelas D menjadi kelas C sebanyak 34 rumah sakit. Selain itu,
dilaksanakan pula penempatan 271 tenaga dokter ahli baru dari
empat keahlian dasar (ahli bedah, ahli anak, ahli penyakit dalam
serta ahli kebidanan dan kandungan), dan 3 keahlian penunjang (ahli
radiologi, anestesi, dan patologi klinik). Bagi tenaga dokter tersebut,
disediakan berbagai paket peralatan yang meliputi 210 paket
peralatan keahlian dasar, 73 paket peralatan keahlian penunjang, dan
154 paket peralatan dokter spesialis lainnya.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit, telah dilakukan pula penggantian atau penambahan peralatan
meliputi 1.332 ribu unit peralatan medik, 2.642 ribu unit peralatan
non-medik, dan pengadaan 57 unit kendaraan operasional/
ambulans. Pembangunan lanjutan rumah sakit dilakukan di RSU
Liwa Propinsi Lampung dan rehabilitasi/renovasi rumah sakit
terhadap 13 rumah sakit. Untuk mewujudkan kemandirian rumah
sakit, secara bertahap rumah-rumah sakit pemerintah yang dinilai
mampu mulai dikembangkan menjadi unit swadana. Sampai dengan
tahun keempat Repelita VI, tercatat sebanyak 59 rumah sakit
swadana terdiri dari 12 RSU vertikal, 1 RS mata vertikal, dan 46
RSU Pemda.
4)
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Program ini ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan
angka kesakitan penyakit terutama yang dapat menimbulkan wabah
dan menyerang bayi, anak dan golongan usia produktif, serta
XIX/11
mengurangi akibat buruk penyakit, baik yang menular maupun tidak
menular.
Pemberantasan penyakit malaria diprioritaskan bagi daerah
transmigrasi, daerah perbatasan dan permukiman baru di luar pulau
Jawa-Bali. Kegiatan utamanya berupa pemberantasan vektor dengan
cara penyemprotan rumah penduduk dan lingkungannya dengan
berbagai jenis insektisida. Penyakit demam berdarah dengue (DBD)
semakin meluas dan meningkat penyebarannya. Pada tahun keempat
Repelita VI, jumlah penderita ini meningkat menjadi sekitar 53 ribu
penderita atau meningkat 40 persen dari tahun sebelumnya. Dengan
berbagai upaya penanggulangan, pada tahun 1997/1998 angka
kesakitan penyakit ini menurun menjadi sekitar 15,5 per 100.000
penduduk dari sekitar 23,3 per 100.000 penduduk pada tahun
1996/97. Pencegahan dan penanggulangan penyakit ini dilakukan
antara lain melalui abatisasi dan penyemprotan masal, serta
pengasapan (fogging) pada rumah-rumah yang diduga menjadi
sarang nyamuk (Tabel XIX-4). Pemberantasan penyakit Tuberkulosa
Paru (TB-Paru) terus ditingkatkan dengan mengintergrasikan
kegiatan pemberantasan di puskesmas dengan balai pengobatan
penyakit paru (BP4) dan rumah sakit. Pemberantasan penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) telah dilaksanakan di seluruh
propinsi melalui penemuan dan pengobatan terhadap sekitar 636,1
ribu penderita. Demikian pula dengan pemberantasan diare yang
dititikberatkan pada pencarian dan pengobatan penderita sedini
mungkin (Tabel XIX-4).
Kegiatan imunisasi dasar (BCG, DPT, Polio, Campak) pada
bayi pada tahun 1997/98 telah mencapai 92,3 persen; melampaui
sasaran yang telah ditetapkan oleh konferensi tingkat tinggi anak
sedunia (World Summit for Children), yaitu sebesar 80,0 persen.
Imunisasi hepatitis B bagi bayi baru lahir mulai dikembangkan,
XIX/12
dengan cakupan sasaran sekitar 3,1 juta bayi. Penyakit HIV/AIDS
menunjukkan kecenderungan meningkat dan meluas penyebarannya.
Sampai dengan bulan Maret 1997 tercatat 475 orang terinfeksi HIV,
dan penderita AIDS sebanyak 156 orang. Penanggulangan penyakit
ini kegiatannya diintegrasikan dengan pemberantasan penyakit
kelamin antara lain pemeriksaan sero survai mencakup 187,5 ribu
sediaan. Upaya pemberantasan penyakit menular lainnya meliputi
pemberantasan penyakit kaki gajah, demam keong, gila anjing, pes,
kusta, dan penyakit patek (Tabel XIX-4).
5)
Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi ditujukan untuk meningkatkan mutu
gizi konsumsi pangan sehingga berdampak pada perbaikan keadaan
gizi masyarakat. Kegiatan utama program ini adalah penyuluhan gizi
masyarakat, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK),
upaya
perbaikan gizi institusi (UPGI), fortifikasi pangan, dan peningkatan
penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG).
Penyuluhan gizi masyarakat di perdesaan dilaksanakan melalui
posyandu serta berbagai kelompok masyarakat seperti kelompok
pengajian, arisan, wanita tani, PKK dan kelompok pendengar,
pembaca dan pemirsa (Kelompencapir). Pada tahun keempat
Repelita VI telah dilatih pelatih pedoman umum gizi seimbang
(PUGS) sebanyak 2.230 orang, dan pelatihan penggunaan air susu
ibu (ASI) secara eksklusif bagi 524 orang petugas.
Kegiatan pokok usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) antara
lain meliputi penyuluhan gizi masyarakat perdesaan, pelayanan gizi
di posyandu dan peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan.
Kegiatan UPGK telah dilaksanakan di 257.000 posyandu oleh para
kader di bawah bimbingan petugas teknis. Untuk menanggulangi
XIX/13
masalah gizi kurang, telah didistribusikan kapsul vitamin A kepada
sekitar 14,5 juta anak balita, pemberian kapsul iodium terhadap
sekitar 10,9 juta penduduk terutama terhadap penduduk yang
bertempat tinggal di desa endemik berat dan sedang, distribusi tablet
besi bagi sekitar 3,6 juta ibu hamil terutama bagi ibu hamil yang
mempunyai risiko tinggi di desa tertinggal, dan pemberian makanan
tambahan bagi anak balita penderita KEP (Kurang Energi Protein).
Dalam usaha perbaikan gizi institusi (UPGI) pada tahun
keempat Repelita VI telah dilaksanakan pelatihan bagi 450 petugas
pengelola gizi perusahaan, 140 petugas panti sosial, dan 110 petugas
pesantren. Program makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS)
yang merupakan salah satu kegiatan UPGI terus dikembangkan.
Sasaran PMT-AS adalah seluruh SD/MI di desa IDT mencakup 297
kabupaten, 26.421 desa IDT, 49.539 SD/MI, dan mencakup sekitar
7,2 juta orang murid. Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan
PMT-AS diberikan bantuan peralatan masak, obat cacing, dan
penyuluhan tentang kebersihan diri dan lingkungan.
Peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi
(SKPG) ditujukan untuk memberikan isyarat dini tentang kemungkinan timbulnya kekurangan pangan, menyediakan informasi
tentang perkembangan penyediaan beranekaragam konsumsi
pangan, dan meningkatkan kemampuan daerah dalam memecahkan
masalah pangan dan gizi berdasarkan keadaaan setempat. Pada tahun
1997, konsumsi energi dan protein masing-masing telah mencapai
1.950 kilokalori per kapita per hari dan 57,1 gram per kapita per
hari. Konsumsi energi dan protein yang dianjurkan masing-masing
sebesar 2.150 kilokalori per kapita per hari dan 46,2 gram per kapita
per hari.
XIX/14
6)
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dilaksanakan dalam rangka menyediakan obat dan
alat kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat yang
didukung oleh industri farmasi dan melindungi masyarakat dari
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tidak
memenuhi ketentuan standar dan persyaratan kesehatan lainnya.
Dalam upaya menyediakan obat yang makin merata, bermutu
dan terjangkau harganya, maka pemakaian obat generik terus
ditingkatkan. Pada tahun 1997/98 nilai penjualan obat generik
tercatat sebesar Rp. 470,1 milyar, meningkat sebesar 24,5 persen
dari tahun 1996/97. Nilai ekspor obat meningkat dari US$ 54,5 juta
pada tahun 1996/97 menjadi US$ 60,4 juta pada tahun 1997/98.
Untuk menjaga kelangsungan industri farmasi dalam negeri,
kemampuan untuk memproduksi bahan baku di dalam negeri terus
ditingkatkan. Namun demikian secara umum industri obat di
Indonesia masih sangat tergantung terhadap penyediaan bahan baku
obat dari luar negeri. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kesulitan
dalam menghadapi krisis ekonomi.
Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan produk
farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tidak memenuhi standar
telah dilaksanakan pengendalian mutu produk. Pada tahun keempat
Repelita VI dilakukan penilaian data teknis bagi 1.700 jenis obat,
3.500 jenis makanan, 3.000 jenis alat kosmetika, alat kesehatan, dan
PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga), serta 3.500 jenis
obat tradisional. Pengujian laboratorium telah dilakukan terhadap 26
ribu sampel obat, 24 ribu sampel makanan dan minuman, 11 ribu
sampel kosmetika dan alat kesehatan, 9 ribu sampel obat tradisional,
dan 6 ribu sampel narkotika dan bahan berbahaya. Selain itu, telah
dilakukan penanggulangan kasus khusus sebanyak 318 kasus. Untuk
XIX/15
memantapkan pengawasan narkotika dan psikotropika telah
ditetapkan Undang-Undang No.7 tahun 1997 tentang Konvensi
Perdagangan Gelap Narkotika dan Psikotropika, dan UndangUndang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Selain itu, untuk
meningkatkan pengawasan makanan telah pula ditetapkan UndangUndang No.7 tahun 1997 tentang Pangan.
7)
Program Pengobatan Tradisional
Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
pendayagunaan obat dan cara pengobatan tradisional, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk itu telah dibentuk sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (P3T) yang sampai tahun keempat Repelita
VI telah terbentuk 8 (delapan) sentra. Di sentra tersebut dilakukan
uji coba klinis dalam rangka memastikan khasiat obat tradisional,
pelatihan tenaga dan pengkajian metode pengobatan tradisional.
Untuk mengetahui potensi tenaga pengobat tradisional, telah
dilaksanakan inventarisasi tenaga pengobat tradisional dan telah
tercatat sebanyak 195.345 orang.
b.
Program Penunjang
1)
Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih
Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
pengamanan kualitas air bagi berbagai kebutuhan dan kehidupan
penduduk. Kegiatan pokoknya meliputi pembakuan dan pengaturan
kualitas air, pengawasan kualitas air, perbaikan kualitas air, dan
pembinaan pemakai air.
XIX/16
Pengawasan kualitas air mencakup pengambilan dan
pemeriksaan sampel air,
penyusunan profil penyediaan dan
pengelolaan air bersih di tingkat desa. Pada tahun keempat Repelita
VI telah diperiksa sebanyak 81,3 ribu sampel dan penyusunan profil
air bersih di 200 desa. Perbaikan kualitas air telah dilaksanakan di
sekitar 1.100 desa. Pembinaan pemakai air berupa pembentukan dan
pembinaan kelompok pemakai air telah berhasil dibentuk di 680
desa.
2)
Program Penyehatan Lingkungan Permukiman
Program ini ditujukan untuk mewujudkan lingkungan yang
lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan terhadap kesehatan. Kegiatan pokok program ini
meliputi pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan,
pemantauan dan pengendalian pencemaran, pendidikan dan
pelatihan tenaga, dan penyuluhan kesehatan lingkungan.
Pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan ditujukan
terhadap sarana tempat pengelolaan makanan, pengelolaan pestisida,
tempat pembuangan sampah, sarana angkutan umum dan kawasan
industri. Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan di 238
Dati II yang mencakup 25 ribu sarana. Pemantauan, pemaparan dan
pengendalian pencemaran telah dilaksanakan di 1.000 lokasi dengan
jumlah sampel yang diperiksa sebanyak 18 ribu sampel, dan
penanggulangan 25 kasus kejadian luar biasa. Penyuluhan kesehatan
lingkungan terutama dilaksanakan di desa tertinggal, daerah kumuh
perkotaan, daerah endemis penyakit menular, daerah transmigrasi,
dan masyarakat terasing. Penyuluhan tersebut telah dilaksanakan di
500 desa. Untuk meningkatkan kemampuan petugas dibidang
kesehatan lingkungan telah dilatih sebanyak 1.000 orang diberbagai
tingkat administrasi.
XIX/17
3)
Program Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan
Program ini ditujukan untuk menyediakan tenaga kesehatan
dalam jumlah, jenis dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan
program kesehatan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia
dibidang kesehatan agar dapat meningkatkan hasil kerjanya dalam
menunjang mutu pelayanan kesehatan. Kegiatan pokok program ini
yaitu pendidikan kedinasan dan pelatihan tenaga kesehatan
Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan
pendidikan bagi sekitar 7.100 orang tenaga bidan, dan 78,9 ribu
orang tenaga perawat. Selain itu, juga telah dididik berbagai tenaga
kesehatan lainnya antara lain D-III untuk jurusan gizi sekitar 4.000
orang, sanitasi 5.000 orang, fisioterapi 800 orang, radiodiagnostik
dan radioterapi 650 orang, serta tenaga teknik elektromedik 600
orang. Guna meningkatkan mutu pendidikan kedinasan, telah
dilaksanakan program AKTA III dan IV bagi sekitar 550 orang dan
pendalaman bidang studi bagi sekitar 900 orang. Pada tahun
keempat Repelita VI, telah dilaksanakan pengembangan institusi
diklat menuju pelembagaan melalui pengkajian peningkatan fungsi
diklat di 5 RS serta pengembangan sarana dan prasarana diklat di 12
Bapelkes. Untuk meningkatkan sumber daya tenaga kesehatan, telah
dilaksanakan pelatihan bagi sekitar 700 pejabat struktural, 19.700
tenaga fungsional, 9.200 tenaga teknis, dan 19.900 peserta pratugas/
prajabatan, serta 16 orang mengikuti pendidikan gelar baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.
4)
Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, mengembangkan ilmu kedokteran, meman-
XIX/18
tapkan dan mengembangkan kemampuan institusional penelitian dan
pengembangan kesehatan serta meningkatkan sistem informasi
kesehatan termasuk sistem informasi iptek kesehatan dan
kedokteran.
Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan beberapa
penelitian penting yang secara keseluruhan jumlahnya sebanyak 151
kegiatan penelitian yang meliputi penelitian dibidang pelayanan
kesehatan 37 penelitian, penyakit menular 19 penelitian, ekologi
kesehatan 33 penelitian, farmasi 24 penelitian, gizi 31 penelitian dan
penyakit tidak menular 7 penelitian. Sedangkan untuk menunjang
penyebaran informasi hasil penelitian kepada masyarakat luas, pada
tahun 1997/98 telah dilakukan kegiatan penghimpunan informasi
penelitian melalui 996 buku ilmiah, 633 majalah, 239 anotasi
bidang kesehatan, dan 950 abstrak penelitian.
5)
Program Pengembangan Informasi Kesehatan
Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan,
mengembangkan dan memantapkan sistem informasi kesehatan,
serta memberikan data dan informasi untuk peningkatan peran serta
masyarakat dalam upaya kesehatan dan menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan.
Dalam rangka memantapkan sistem informasi kesehatan
terutama pada tingkat propinsi, pada tahun keempat Repelita VI
ditingkatkan kemampuan manajemen pada bidang kesehatan dan
penguasaan wilayah, antara lain melalui penyusunan profil
kesehatan sebanyak 2 ribu eksemplar, laporan eksekutif 27 kanwil
Depkes setiap bulan dan triwulan, informasi tenaga kesehatan 27
propinsi, informasi ringkas kesehatan 2 ribu eksemplar dan
pengembangan Jaringan Informasi di 27 propinsi. Selain itu
XIX/19
dilaksanakan pula kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan
penyajian data berupa 27 profil kesehatan propinsi dan 306 profil
kesehatan kabupaten/ kotamadya. Untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan keterampilan tenaga pengelola data, informasi, dan
bidang kepustakaan di tingkat pusat dan daerah, telah dilatih
sebanyak 334 orang.
2.
Kesejahteraan Sosial
a.
Program Pokok
1)
Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial
Program ini ditujukan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
sosial masyarakat, khususnya penyandang masalah sosial, dan
mewujudkan kondisi sosial masyarakat yang dinamis untuk
mendukung berkembangnya kesetiakawanan dan tanggung jawab
sosial masyarakat.
a)
Pembinaan
Terasing
Kesejahteraan
Sosial
Masyarakat
Kegiatan pokok dari program ini antara lain meliputi usaha
pemahaman kondisi, ciri-ciri dan masalah sosial budaya masyarakat
terasing; penyuluhan dan bimbingan sosial; penataan dan
pembangunan permukiman yang dilengkapi dengan penyediaan
lahan; pemberian jaminan hidup; bimbingan keterampilan seperti
pertanian dan peternakan termasuk pemberian bermacam bibit.
Dibandingkan dengan pembinaan tahun 1996/97 sebanyak
6.485 KK, maka kegiatan pembinaan untuk tahun 1997/98
meningkat menjadi 7.985 KK (Tabel XIX-5). Contoh pembinaan
XIX/20
masyarakat terasing yang berhasil, antara lain adalah pembinaan
masyarakat terasing di permukiman Kapenuhan Hilir Propinsi Riau,
permukiman Gunung Pelawan, permukiman Lokait Propinsi
Sulawesi Tengah, dan permukiman Lamel Propinsi Nusa Tenggara
Timur berhasil mengembangkan berbagai usaha tani sebagai mata
pencaharian.
b)
Pembinaan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin
Kegiatan pokok pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin
dilaksanakan antara lain melalui kegiatan penyuluhan sosial,
bimbingan motivasi, pemberian paket bantuan usaha produktif dan
pelatihan keterampilan sesuai dengan bantuan yang diberikan.
Disamping itu untuk meningkatkan motivasi kelompok
melaksanakan kegiatan usahanya, dilakukan pula lomba keberhasilan kelompok usaha bersama (KUBE) bekerjasama dengan
pemerintah daerah.
Pada tahun 1997/98 keluarga miskin yang telah dibantu
melalui program ini berjumlah kurang lebih 78.250 KK (Tabel XIX6). Di samping itu untuk mendukung pelaksanaan program IDT pada
tahun 1997/98 dipersiapkan 718 orang petugas sosial kecamatan
(PSK) yang ditempatkan di desa-desa miskin yang membutuhkan
penanganan khusus sebagai pendamping purna waktu bagi
kelompok masyarakat yang memperoleh bantuan program IDT.
c)
Pembinaan Nilai-nilai Kepeloporan, Keperintisan
dan Kepahlawanan
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain meliputi kegiatan
pembangunan dan pemugaran Taman Makam Pahlawan, Makam
Pahlawan Nasional, Makam Perintis Kemerdekaan dan upaya-upaya
XIX/21
penanaman dan penyebarluasan nilai-nilai perjuangan para
pahlawan, serta bantuan sosial kepada keluarga para pahlawan
nasional dan pejuang keperintisan yang kurang mampu. Pada tahun
keempat Repelita VI telah dilaksanakan pemugaran 48 Taman
Makam Pahlawan yang tersebar di 27 propinsi, 3 buah Makam
Pahlawan Nasional dan 38 Makam Perintis Kemerdekaan. Bantuan
perbaikan rumah telah diberikan kepada 81 orang perintis
kemerdekaan dan keluarganya.
d)
Pembinaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi
kegiatan pelayanan sosial seperti bimbingan mental dan sosial,
pemberian jaminan hidup, pelayanan kesehatan, kegiatan
keagamaan, dan rekreasi. Kegiatan pelayanan sosial tersebut
dilakukan baik di dalam maupun di luar panti. Pada tahun 1997/98
telah diberikan bantuan bagi 50.366 orang lanjut usia yang tidak
mampu atau meningkat dengan sebanyak 2.225 orang bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel XIX-7).
e)
Pembinaan
Terlantar
Kesejahteraan
Sosial
Anak
yang
Kegiatan-kegiatan yang diberikan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial anak terlantar antara lain mencakup kegiatan
asuhan, pendidikan, bimbingan sosial dan keagamaan, serta
pelatihan keterampilan yang dilengkapi dengan pemberian bantuan
modal usaha dan pemberian kesempatan untuk mengikuti praktek
belajar kerja di perusahaan-perusahaan agar dapat mandiri. Pada
tahun keempat Repelita VI telah diberikan pelayanan bagi 261.694
orang anak terlantar yang dilaksanakan oleh pemerintah dan
masyarakat, atau meningkat 895 orang dari tahun sebelumnya (Tabel
XIX-7).
XIX/22
2)
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Program ini bertujuan untuk mengembalikan dan
meningkatkan kemampuan warga masyarakat, baik perseorangan,
keluarga maupun kelompok penyandang masalah sosial sehingga
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan dapat hidup
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Kegiatankegiatan yang diberikan antara lain adalah bimbingan sosial dan
motivasi, rehabilitasi fisik, mental dan sosial, pelatihan keterampilan
kerja yang diikuti dengan pemberian bantuan modal usaha, dan
pemberian kesempatan praktek belajar kerja pada perusahaan, serta
penyaluran mereka untuk bekerja di perusahaan-perusahaan.
Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat pada
tahun 1997/98 ditingkatkan kualitasnya antara lain melalui
pemberian paket praktek belajar kerja yang lebih lengkap di
perusahaan-perusahaan baik milik swasta maupun pemerintah.
Penyandang cacat yang dilayani dan direhabilitasi pada tahun
1997/98 berjumlah 87.843 orang (Tabel XIX-8), atau meningkat
88,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Untuk mendukung peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan
sosial bagi penyandang cacat telah dilaksanakan rehabilitasi dan
penyempurnaan bagi 30 panti-panti rehabilitasi sosial cacat milik
pemerintah dan masyarakat. Di samping itu untuk meningkatkan
mutu dan profesionalisme pelayanan sosial dilakukan pelatihan
pembuatan kaki dan tangan palsu bagi petugas pelayanan panti
rehabilitasi cacat tubuh di RC Dr. Soeharso - Surakarta, pelatihan
keterampilan pijat shiatsu bagi instruktur panti rehabilitasi cacat
netra, dan pemantapan kemampuan penggunaan bahasa isyarat
Bahasa Indonesia bagi petugas rehabilitasi rungu wicara.
XIX/23
Melalui kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia
selama tahun 1997/98 telah dipekerjakan lebih dari 150 orang
penderita cacat tubuh. Para penyandang cacat tubuh yang telah
berhasil dibina melalui Panti Sosial Bina Daksa Bangil Jawa Timur
telah mampu meningkatkan produksi kerajinan tangan dari rotan
maupun kain sulaman. Sedangkan Balai Penerbitan Braille
Indonesia di Bandung Jawa Barat, selain telah berhasil
mengembangkan produksi buku dan kaset rekaman Ilmu
Pengetahuan Umum dan Kesenian, juga telah memproduksi Al
Qur'an Braille. Kegiatan rehabilitasi sosial juga melayani anak nakal
dan korban penyalahgunaan narkotika. Jumlah anak nakal dan
korban penyalahgunaan narkotika yang diberikan pelayanan dan
rehabilitasi sosial pada tahun 1997/98 sebanyak 4.328 orang anak,
atau meningkat 1.283 orang anak dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk menunjang kegiatan penyantunan terhadap anak nakal dan
korban penyalahgunaan narkotika telah diperbaiki dan
disempurnakan sebanyak 12 panti.
Dalam
tahun
1997/98
telah
direhabilitasi
dan
diresosialisasikan sebanyak 6.046 orang tunasosial yang terdiri dari
1.385 orang tuna susila, 2.450 orang gelandangan dan pengemis, dan
2.211 orang bekas narapidana. Jumlah tersebut lebih besar dari
jumlah yang dibina tahun 1996/97, terutama disebabkan oleh
peningkatan intensitas penjaringan terhadap para tunasosial.
3)
Program Peningkatan Partisipasi Sosial Masyarakat
Program
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pembangunan kesejahteraan sosial secara melembaga dan
terorganisasi. Kegiatan pokok program ini meliputi penyuluhan dan
XIX/24
bimbingan sosial pada masyarakat, pembinaan organisasi sosial, dan
pembinaan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat.
Untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendukung bagi
peningkatan peran serta masyarakat dalam menghadapi
permasalahan sosial, pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan
penyuluhan dan bimbingan sosial di 7.039 desa/kelurahan yang
tersebar di semua propinsi dengan memanfaatkan berbagai media
massa. Selain itu telah dibina sebanyak 3.284 orsos, antara lain
melalui pelatihan manajemen dan profesi pekerjaan sosial serta
pemberian bantuan pengembangan organisasi dan pelayanan sosial.
Sementara itu jumlah orsos yang bergerak di bidang pembangunan
kesejahteraan sosial yang tercatat pada tahun 1997/98 hampir sama
dengan tahun sebelumnya yaitu 5,8 ribu orsos.
Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat di tingkat desa atau
kelurahan adalah pekerja sosial masyarakat (PSM) dan tenaga
relawan sosial yang umumnya berasal dari golongan masyarakat
mampu. Pada tahun 1997/98 dilakukan pembinaan lanjutan bagi
PSM dan relawan sosial yang telah dilatih pada tahun sebelumnya
yaitu sebanyak 7.470 orang melalui forum komunikasi PSM dan
relawan sosial. Di samping itu dilakukan pula pelatihan bagi PSM
yang baru (Tabel XIX-9) dan pembinaan bagi PSM satuan tugas
sosial (SATGASOS) yang ditugaskan di daerah-daerah terpencil
dan di daerah permukiman masyarakat terasing di 18 propinsi.
b.
Program Penunjang
1)
Program Pembinaan Generasi Muda
Tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan kualitas
dan kelembagaan karang taruna sebagai organisasi kepemudaan di
XIX/25
tingkat desa/kelurahan sehingga dapat berperan aktif dalam
mencegah dan mengatasi permasalahan sosial. Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan meliputi pelatihan dan pembinaan pengurus dan
anggota karang taruna, Studi Karya Bhakti Karang Taruna,
pemilihan karang taruna teladan, pembinaan Forum Komunikasi
Karang Taruna (FKKT), dan pemberian bantuan sarana, serta
bantuan usaha ekonomis produktif agar karang taruna mampu pula
menciptakan lapangan kerja dan usaha.
Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan pelatihan
dan pemberian bantuan modal kerja (Tabel XIX-10). Pelatihan
keterampilan berusaha meliputi pelatihan peternakan dan pertanian
terpadu, pelatihan pertanian di Balai Pelatihan Pertanian, pembudidayaan udang windu, kerajinan kayu, dan kerajinan rotan dan kulit.
2)
Program Penelitian dan Pengembangan Sosial
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial, serta
menunjang perumusan kebijaksanaan dan meningkatkan kualitas
perencanaan program pembangunan kesejahteraan sosial.
Pada tahun keempat Repelita VI telah dilaksanakan 7 buah
penelitian antara lain mengenai pelayanan lanjut usia berbasis
keluarga, penanganan kemiskinan di daerah perkotaan,
pengembangan metode dan teknis penyuluhan dan bimbingan sosial
masyarakat, dan pengkajian permasalahan kesejahteraan sosial serta
peningkatan kemampuan peneliti.
3)
Program Pendidikan dan Pelatihan Sosial
Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan
XIX/26
kemampuan, keahlian dan keterampilan tenaga kesejahteraan sosial
baik pegawai Pemerintah maupun masyarakat sebagai pelaksana
pembangunan kesejahteraan sosial.
Untuk meningkatkan kemampuan administrasi pegawai, dalam
tahun 1997/98 telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan Staf dan
Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (SPAMA) bagi 60 orang,
dan Administrasi Umum (ADUM) bagi 90 orang. Di samping itu
telah dilaksanakan pendidikan S-2 di dalam negeri untuk bidang
ilmu kesejahteraan sosial bagi 54 orang dan pendidikan Tenaga
Psikologi Panti (D-1) bagi 40 orang. Selain itu telah diselenggarakan
pelatihan fungsional bagi 270 orang, pendidikan dan pelatihan teknis
bagi 150 orang dan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja sosial
masyarakat (TKSM) sebanyak 1.080 orang.
3.
Penanggulangan Bencana
a.
Program Pokok
Program
penanggulangan bencana
ditujukan untuk
meningkatkan kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menanggulangi akibat bencana,
memberikan bantuan khususnya bagi yang tidak mampu, menolong
dan menyelamatkan para korban bencana melalui bantuan darurat
dan memulihkan kembali fungsi sosial perorangan, keluarga dan
masyarakat korban bencana untuk hidup secara normal.
Kejadian bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 1997/98
antara lain adalah bencana alam banjir di propinsi Sulawesi Utara
dan Sumatera Barat, tanah longsor di Nusa Tenggara Timur dan
Jawa Barat, angin ribut di Propinsi Kalimantan Selatan dan Jawa
Timur, kekeringan di Irian Jaya dan kebakaran terutama kebakaran
XIX/27
hutan di beberapa propinsi di Kalimantan. Pada tahun 1997/98 telah
dilaksanakan pemberian bantuan bahan bangunan rumah (BBR) bagi
2.806 KK korban bencana alam, serta dilakukan rehabilitasi atas
prasarana dan bangunan umum yang mengalami kerusakan. Untuk
meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam geologis
dilakukan kegiatan pemetaan, identifikasi, dan penyelidikan daerahdaerah rawan bencana. Dalam tahun 1997/98 telah dilakukan
pemetaan seismik daerah rawan gempa berskala 1:250.000; pemetaan
geologi gunung api skala 1:50.000; menyelesaikan 95% dari seluruh
peta bahaya gunung api skala 1:10.000; dan pemetaan kerentanan
gerakan tanah skala 1:100.000 sebanyak 8 lembar.
Dalam tahun 1997/98, kegiatan perbaikan dan pengendalian
alur sungai dilaksanakan pada beberapa ruas sungai kritis sepanjang
331 km, antara lain dalam bentuk berbagai prasarana seperti; waduk
tunggu, tanggul, perbaikan alur, perkuatan tebing, saluran banjir, dan
stasiun pompa. Selanjutnya, untuk mengendalikan daya rusak banjir
lahar akibat letusan gunung berapi yang sekaligus melindungi desa
dan kota di bagian hilirnya, telah diselesaikan antara lain 19 unit
bangunan pengendali dan kantung lahar di kaki Gunung Merapi,
Gunung Semeru, Gunung Kelud, Gunung Rinjani, dan Gunung
Gamalama. Guna memelihara kewaspadaan dan kesiapsiagaan
masyarakat dalam menghadapi bencana, pada tahun 1997/98 telah
dilatih sebanyak 340 orang instruktur penanggulangan bencana, dan
1.960 orang satuan tugas sosial penanggulangan bencana
(SATGASOS - PB).
Peningkatan upaya tanggap darurat terhadap kejadian bencana
pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan melalui upaya-upaya
peningkatan pelayanan jasa pencarian dan penyelamatan (search and
rescue, SAR) yang difokuskan pada peningkatan kemampuan dan
kecepatan tindak awal SAR. Pada tahun 1997/98 fasilitas SAR
XIX/28
ditingkatkan antara lain melalui penambahan 2 helikopter SAR,
pengembangan satelit komunikasi SAR dan 25 unit Sistem Informasi
Manajemen Operasi SAR (SAROIMS) yang tersebar di 20 lokasi,
pengadaan 1 unit perahu penyelamatan yang dilengkapi dengan
peralatan medis, 2 unit hydrolic rescue pump dan 10 unit lifting bag
untuk pengangkatan pesawat maupun pertolongan bencana alam.
4.
Kependudukan
a.
Peningkatan Kualitas Penduduk
Peningkatan dan pengembangan kualitas penduduk dilaksanakan secara lintas bidang, sektor dan program. Upaya untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas penduduk meliputi
antara lain peningkatan kualitas keagamaan, pendidikan, kesehatan,
ekonomi, sosial-budaya, mental spiritual, dan berbagai peningkatan
usaha kesejahteraan lainnya.
Berbagai upaya tersebut di atas telah berhasil menurunkan
angka kematian kasar dan angka kematian bayi masing-masing
menjadi 7,5 per seribu penduduk dan 52 per seribu kelahiran hidup
pada tahun 1997, dari 7,9 per seribu penduduk dan 58 per seribu
kelahiran hidup pada akhir Repelita V. Penurunan angka kematian
tersebut selanjutnya diikuti oleh makin meningkatnya angka harapan
hidup penduduk dari 62,7 pada akhir Repelita V menjadi 64,2 pada
tahun 1997. Berbagai kegiatan pembangunan lainnya yang
mendukung upaya peningkatan kualitas penduduk secara rinci telah
dijelaskan pada laporan di berbagai program pembangunan yang
terkait dengan program kependudukan.
XIX/29
b.
Pengendalian Pertumbuhan dan Kuantitas Penduduk
Pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk yang
dilakukan secara lintas bidang, sektor, dan program serta terpadu
telah dapat menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Jika pada akhir
Repelita V laju pertumbuhan penduduk adalah 1,66 persen, maka
pada tahun 1997 diperkirakan telah mencapai 1,54 persen. Meskipun
laju pertumbuhan penduduk menurun, secara kuantitatif jumlah
penduduk meningkat dan telah mencapai 201,4 juta orang pada
tahun 1997 yang terdiri dari 100,4 juta orang laki-laki dan 101,0 juta
orang perempuan. Jumlah penduduk tersebut jika dibandingkan
dengan jumlah pada akhir Repelita V telah bertambah sekitar 12,3
juta orang. Pelaksanaan program keluarga berencana yang didukung
oleh berbagai program pembangunan lainnya yang terkait dengan
program kependudukan telah berhasil menurunkan angka kelahiran
kasar dari 24,5 per seribu penduduk pada akhir Repelita V menjadi
22,9 pada tahun 1997; serta menurunkan angka kelahiran total dari
2,87 menjadi 2,65 per wanita dalam periode yang sama.
c.
Pengarahan Persebaran dan Mobilitas Penduduk
Upaya pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk
meliputi kegiatan-kegiatan: penyebaran penduduk melalui
transmigrasi dan angkatan kerja antar daerah (AKAD);
pengembangan
wilayah
pembangunan
dan
kutub-kutub
pertumbuhan; gerakan Bangga Suka Desa; dan pembangunan
ekonomi perdesaan melalui Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra)
dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra). Berbagai kegiatan
pembangunan tersebut dilaksanakan oleh sektor dan program pembangunan yang terkait dengan program kependudukan, dan telah
dijelaskan secara rinci dalam berbagai Bab menurut sektornya.
Selanjutnya dalam rangka program ini telah diupayakan
XIX/30
pengembangan indikator keseimbangan penduduk dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan; pengembangan daerah
penyangga daerah perkotaan; pengembangan daerah penyangga
pusat-pusat pertumbuhan wilayah; dan analisa mobilitas penduduk.
Sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan pada
tahun sebelumnya, pada tahun 1997/98 telah diujicoba indikator
keseimbangan penduduk di lima propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa
Timur, Riau, Bali, dan Kalimantan Timur dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan penduduk dengan kerangka pembangunan yang seimbang antara daerah perdesaan dan perkotaan.
Untuk meningkatkan pembangunan daerah penyangga daerah
perkotaan melalui pemberdayaan penduduk perdesaan, sejak awal
Repelita VI telah dilakukan Gerakan Bangga Suka Desa di 20 desa
di Pulau Jawa. Pada tahun 1998/99 akan dikembangkan pula daerah
penyangga di propinsi-propinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.
Di samping itu berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas
analisa data mobilitas penduduk terus dilakukan antara lain melalui
kegiatan pelatihan analisa data mobilitas penduduk bagi peneliti
PSK dan staf Bappeda sebanyak 90 orang. Sebagai kelanjutan
kegiatan pada tahun sebelumnya, pada tahun 1997/98 telah dilaksanakan analisa mobilitas penduduk di 14 propinsi dan di tingkat
nasional dengan menggunakan data hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 1995. Dengan demikian sampai dengan tahun
1997/98 analisa ini telah mencakup 27 propinsi dan nasional.
d.
Penyempurnaan Sistem Informasi Kependudukan
Kegiatan penyempurnaaan Sistem Informasi Kependudukan
terus dilakukan dan merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebe
XIX/31
lumnya. Upaya yang dilakukan telah menghasilkan rumusan Sistem
Informasi Kependudukan dan Keluarga (SIDUGA) yang akan
dimulai pelaksanaannya pada tahun 1998/99 oleh sekitar 20 instansi
terkait di tingkat pusat dan propinsi. SIDUGA merupakan sistem
terpadu dari sub-sub sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga
yang ada pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) instansi terkait.
Untuk mendukung pelaksanaannya, maka telah dilakukan pelatihan
tenaga pengelola jaringan SIDUGA bagi sekitar 300 orang.
Untuk mendukung tertibnya administrasi kependudukan, saat
ini sedang disiapkan Rencana Undang-Undang mengenai
Administrasi Kependudukan dan Rencana Peraturan Pemerintah
mengenai Pencatatan dan Pendaftaran Penduduk. Untuk itu, sejak
awal Repelita VI telah dilatih sekitar 600 orang aparat pemerintah
daerah.
e.
Pendayagunaan dan Kesejahteraan Penduduk Usia
Lanjut
Kegiatan pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia
lanjut ditujukan untuk meningkatkan dayaguna dan kesejahteraan
penduduk lanjut usia baik yang masih produktif maupun yang sudah
secara fisik tidak produktif lagi. Bagi yang masih produktif, diupayakan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan dan
keahliannya; sedangkan bagi yang secara fisik sudah tidak produktif
lagi, disediakan fasilitas dan sarana pelayanan, antara lain berupa
pemberian santunan oleh Departemen Sosial bagi mereka yang
tinggal di dalam dan di luar panti lanjut usia.
Dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk usia lanjut,
diupayakan tiga langkah strategis, yaitu: 1) upaya persiapan mema
XIX/32
suki usia lanjut; 2) upaya pelibatan lansia dalam kegiatan produktif,
dan 3) upaya pelayanan dan perawatan kepada penduduk usia lanjut.
Jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat dari tahun ke
tahun, seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Pada akhir
Repelita VI ini, diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut akan
mencapai 14,2 juta orang.
5.
Keluarga Sejahtera
a.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pelaksanaan kegiatan KIE ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam berkeluarga
berencana dan berkeluarga sejahtera. Dalam pelaksanaannya
kegiatan ini banyak mendapatkan dukungan dari masyarakat
khususnya tokoh-tokoh masyarakat setempat serta institusi KB di
masyarakat. Keadaan keuangan negara yang semakin sulit telah
banyak mempengaruhi kegiatan KIE.
Pada tahun keempat Repelita VI, kegiatan ini kurang
mendapatkan prioritas tinggi. Kegiatan KIE yang dilaksanakan
antara lain: penerangan dan motivasi melalui mobil unit penerangan
di seluruh dati II, kunjungan rumah oleh kader KB, penayangan
serial pembangunan KB dan KS baik melalui TV maupun Radio,
serta penerangan melalui sarana audio visual (AVA) di hampir
seluruh kecamatan. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI 1994) telah mencapai 95 % lebih dari jumlah
pangan usia subur yang ada (PUS).
XIX/33
b.
Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan KB lebih ditekankan kepada aspek pemerataan
pelayanan yang disertai dengan peningkatan kualitas pelayanan.
Pemerataan pelayanan dilakukan dengan mengintensifkan pelayanan
KB melalui dokter terbang di wilayah terpencil IBT seperti
Kalimantan Timur dan Irian Jaya serta melalui klinik terapung di
berbagai daerah kepulauan antara lain kepualauan Riau dan Maluku.
Selain berbagai kegiatan di atas, Kegiatan TKBK (tim KB keliling)
yang dipadukan dengan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
terus diselenggarakan di berbagai wilayah terutama perdesaan.
Pada tahun 1997/98, pasangan usia subur yang berhasil diajak
untuk pertama kali menjadi peserta KB baru berjumlah 6,27 juta
orang dan telah melampaui sasaran yaitu sebesar 29,7 persen dari
sasaran yang telah ditetapkan. Dari jumlah tersebut, pasangan usia
subur yang dapat diajak untuk memakai alat kontrasepsi efektif
dalam penanggulangan kehamilan dalam jangka waktu yang relatif
lebih lama seperti IUD, suntikan, dan implant adalah sebanyak 69,5
persen (Tabel XIX-12).
Sementara itu, sampai dengan tahun 1997/98 peserta KB aktif
yaitu pasangan usia subur yang secara terus menerus menggunakan
alat kontrasepsi berjumlah 26,47 juta orang. Dari seluruh peserta KB
aktif tersebut sebanyak 65 persen diantaranya menggunakan alat
kontrasepsi efektif ( Tabel XIX-14.).
c.
Pembangunan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka meningkatkan kualitas keluarga agar menjadi
kekuatan pembangunan, sejak tahun 1996 telah dicanangkan
Gerakan Ketahanan Keluarga Sejahtera (GKKS) dan Gerakan
Ekonomi Keluarga Sejahtera. Pokok-pokok kegiatan yang
XIX/34
dilaksanakan antara lain: a) bina keluarga balita (BKB); b) bina
keluarga lansia; c) seleksi penerima beasiswa Supersemar khususnya
untuk anak-anak peserta KB lestari; d) usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera (UPPKS); dan e) Takesra dan Kukesra.
Dalam upaya pengentasan kemiskinan, kegiatan penting yang
dilaksanakan Takesra dan Kukesra. Pemberian Takesra telah
mencakup sebanyak 11,2 juta keluarga yang tergabung dalam 526,3
ribu kelompok usaha. Sedangkan dana yang telah disalurkan sampai
dengan Maret 1998 adalah sebesar 62,6 persen dari total dana
sebesar Rp. 35,5 milyar, dan realisasi penyerapan dana Kukesra
adalah sebesar Rp. 395,7 milyar yaitu sebesar 90,0 persen dari total
dana yang disediakan pada saat itu.
Pada tahun 1997/98 tercatat jumlah anggota UPPKS adalah
sebanyak 10,6 juta keluarga. Pada awalnya kegiatan UPPKS
bertujuan untuk memantapkan penerimaan masyarakat dalam berKB. Namun dalam perkembangannya, pelaksanaan UPPKS lebih
diperluas untuk memberdayakan keluarga pra-KS dan KS I dalam
rangka mengentaskan dari ketertingggalan di bidang ekonomi.
Jumlah anggota kelompok UPPKS yang memiliki usaha produktif
perorangan adalah sebanyak 7,0 juta orang dan yang berwirausaha
secara kolektif sebanyak 1,0 juta keluarga.
d.
Pemantapan Pelembagaan Program
Pengembangan institusi masyarakat perdesaan seperti PPKBD,
Sub PPKBD, Kelompok KS, dan LSOM diupayakan agar semakin
merata dan semakin berperan menjadi institusi yang profesional dan
mandiri. Pembangunan
pelembagaan program KB tersebut
meningkatkan kualitas peran serta masyarakat, sehingga secara
XIX/35
bertahap peran serta masyarakat dalam pengelolaan KB semakin
besar.
Selama empat tahun Repelita VI jumlah institusi masyarakat
perdesaan meningkat dari 1.043,4 ribu institusi pada awal Repelita
VI menjadi 1.239,9 ribu institusi pada tahun ke empat Repelita VI
atau terjadi kenaikan sebesar 18,8 persen. Upaya peningkatan peran
kelembagaan lainnya juga dilaksanakan melalui peningkatan
kerjasama dengan pemuka-pemuka agama, tokoh-tokoh masyarakat,
dan lembaga sosial dan organisasi masyarakat (LSOM). Berbagai
LSOM yang terlibat sangat berperan aktif dalam pengelolaan
gerakan pembangunan keluarga sejahtera antara lain; LKK NU,
Muhammadiyah, PGI, IDI, IBI, POGI, PKK serta Unit Klinik KBABRI.
e.
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan bagi tenaga pengelola dilaksanakan
dalam rangka mendukung perkembangan gerakan keluarga
berencana dan keluarga sejahtera. Program pendidikan dan pelatihan
meliputi upaya-upaya peningkatan mutu manajemen penyelenggaraan diklat, pelatihan tenaga pengelola serta pendidikan jangka
pendek dan jangka panjang bagi pegawai.
Selama empat tahun Repelita VI, telah diadakan pelatihan
teknis pelayanan KB dan KS bagi 24.386 orang dokter, 40.110
orang bidan, 88.470 orang Pengawas Petugas Lapangan KB
(PPLKB) /Petugas Lapangan KB (PLKB)/Penyuluh KB (PKB),
2.498,9 ribu orang PPKBD/Sub-PPKBD/Kader, dan 77.374 orang
tenaga lainnya. Selain itu, pendidikan lanjutan untuk tenaga
pelaksana telah diberikan kepada 2.445 orang , yang meliputi 1.931
XIX/36
orang peserta pendidikan D3 serta 512 pendidikan S1 dan S2 baik di
dalam negeri maupun di luar negeri.
f.
Pelaporan dan Penelitian
Dalam rangka memantau perkembangan pembangunan
kependudukan dan keluarga sejahtera dibutuhkan ketersediaan data
secara teratur, benar, dan tepat waktu. Untuk itu dikembangkan
sistem pencatatan dan pelaporan sehingga dapat memonitor
perkembangan gerakan reproduksi sehat, gerakan ketahanan keluarga
sejahtera, serta gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana
diperlukan penelitian dan pengembangan secara terus menerus
tentang alat kontrasepsi. Selama empat tahun Repelita VI,
pengembangan alat dan obat KB telah menunjukkan hasil yang
berarti antara lain obat suntik bulanan (Cyclofem) dan susuk KB satu
batang (Implanon). Di samping itu, indikator kualitas pelayanan
kontrasepsi terus dikaji dan dikembangkan untuk memantau kualitas
provider, peserta KB serta aspek sosial budaya.
Selain itu, penelitian di bidang kependudukan dan keluarga
sejahtera dilaksanakan untuk mengetahui berbagai aspek ekonomi,
sosial budaya, psikologis dan demografis yang berkaitan dengan
keberhasilan dan dampak gerakan KB. Salah satu penelitian penting
yang dilaksanakan dalam Repelita VI adalah Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan pada tahun 1994 dan
tahun 1997. Hasil survei tersebut meliputi tingkat fertilitas,
pemakaian kontrasepsi, mortalitas serta aspek kesehatan.
XIX/37
TABEL XIX – 1 A
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PUSKESMAS 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1) Angka Tahunan
XIX/38
TABEL XIX – 1 B
PERKEMBANGAN JUMLAHNGUNAN PUSKESMAS 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1) Angka Tahunan
XIX/39
TABEL XIX – 2
PELAKSANAAN PENEMPATAN BEBERAPA
JENIS TENAGA KESEHATAN 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1)
2)
XIX/40
Angka Tahunan
Angka diperbaiki
TABEL XIX – 3
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT) 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1)
2)
XIX/41
Angka kumulatif
Angka diperbaiki
TABEL XIX – 4
PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN
PENYAKIT MENULAR 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
1)
2)
3)
4)
5)
XIX/42
Angka tahunan
Angka diperbaiki
Mulai tahun 1994/95, diintegrasikan dengan kegiatan Puskesmas
Mulai tahun 1996/97, termasuk pengobatan di rumah sakit
Mulai tahun 1990/91, diintegrasikan dengan kegiatan Rumah Sakit
TABEL XIX – 5
PEMBINAAN KESEHATAN SOSIAL MASYARAKAT TERASING
MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(Kepala keluarga)
1)
2)
Mulai tahun 1993/94, Pemda tidak mengusulkan pembinaan masyarakat terasing
Merupakan kegiatan perintisan kerja sama dengan Pemda setempat
3)
Mulai tahun 1995/96, Pemda setempat mengusulkan pembinaan masyarakat terasing
XIX/43
TABEL XIX – 6
PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN
FAKIR MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(desa dan kepala keluarga)
XIX/44
TABEL XIX – 7
PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA
PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(orang)
XIX/45
TABEL XIX – 8
PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN
PENGENTASAN PARA CACAT MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(orang)
XIX/46
TABEL XIX – 9
PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL
MASYARAKAT (PSM) MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(orang)
1)
2)
Angka diperbaiki
Angka diperbaiki
XIX/47
TABEL XIX – 10
BANTUAN PAKET SARANA
USAHA KARANG TARUNA MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(Karang Taruna)
XIX/48
TABEL XIX – 11
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(ribu orang)
1) Angka diperbaiki
XIX/49
TABEL XIX – 12
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU
MENURUT METODE KONTRASEPSI
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(ribu orang)
1) Angka diperbaiki
XIX/50
TABEL XIX – 13
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(ribu orang)
1) Angka diperbaiki
XIX/51
TABEL XIX – 14
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI
1993/94, 1994/95 – 1997/98
(ribu orang)
1) Angka diperbaiki
XIX/52
Download