BAB 24 KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA BAB 24 KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA A. KESEJAHTERAAN SOSIAL I. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 menetapkan arah dan kebijaksanaan dasar pembangunan di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut : a. Sebagai salah satu upaya menuju tercapainya keadilan sosial, dilanjutkan usaha-usaha untuk memberi kesempatan yang lebih luas dan merata dalam meningkatkan kesejahteraan sosial bagi anggota masyarakat yang kurang beruntung termasuk mereka yang hidupnya terasing dan terbelakang. Usaha perbaikan pelayanan sosial tersebut juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran serta kemampuan setiap warga negara untuk ikut serta dalam pembangunan. b. Pemeliharaan dan penyantunan sosial bagi orang-orang lanjut usia, yang tidak mampu, fakir miskin, anak-anak terlantar, yatim piatu, dan rehabilitasi sosial bagi orang tersesat dilaksanakan dengan lembaga-lembaga ditingkatkan bekerjasama sosial. usaha-usaha dengan Dalam agar masyara-kat hubungan orang-orang dan ini lebih cacat dapat memperoleh kesempatan kerja sesuai dengan kemampuannya. c. Pembinaan cacat veteran dan pejuang kemerdekaan perlu lebih ditingkatkan sesuai dengan dharma bakti mereka kepada bangsa dan negara berdasarkan kemampuan yang ada. 203 d. Bantuan dan rehabilitasi sosial untuk korban bencana alam perlu diselenggarakan secara lebih terpadu sesuai dengan kemampuan yang tersedia dengan mengikutsertakan masyara- kat luas. e. Sesuai dengan kemampuan yang ada panti-panti sosial ditingkatkan mutu dan jumlahnya sehingga dapat memberikan penampungan dan pelayanan yang memadai bagi yang membutuhkannya. f. Lembaga yang bergerak di bidang jaminan kesejahteraan sosial terus dikembangkan dan ditingkatkan sehingga dapat menjangkau golongan masyarakat yang lebih luas. g. Dalam rangka memupuk dan meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab sosial, perlu ditumbuhkan kegairahan dan kesediaan masyarakat untuk menjadi pekerja-pekerja sosial. Dalam Repelita IV pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di samping diarahkan pada kelanjutan, peningkatan, perbaikan dan perluasan segala kegiatan yang berfungsi pelayanan, penekanan akan lebih diutamakan pada kegiatan yang berfungsi pencegahan dan pengembangan. Dalam kaitan ini kesadaran sosial, disiplin sosial dan tanggung jawab sosial akan memperoleh perhatian yang lebih besar. Untuk itu dalam Repelita IV akan ditingkatkan usaha kesejahteraan sosial dengan lebih mengarahkan dan memberikan kesempatan luas kepada masyarakat agar dapat lebih mampu berperanserta dalam proses pembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Di samping itu akan ditingkatkan pula kemampuan masya-rakat dalam menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial di daerah secara lebih terpadu dan terarah, disertai upaya kesediaan dan kegairahan masyarakat untuk menjadi pekerja-pe- 204 kerja sosial, serta menumbuhkan nilai-nilai dan sikap sosial yang menunjang pembangunan dan pembentukan sikap kemandirian dalam kebersamaan. II. KEADAAN DAN MASALAH Permasalahan sosial meliputi berbagai kondisi kehidupan dan penghidupan perorangan, keluarga dan kelompok masyarakat yang penyandang berbagai kerawanan sosial seperti keterbelakangan, keterlantaran, ketunaan sosial, kecacatan serta masalah sosial lainnya yang timbul akibat bencana alam dan musi-bah lainnya. Di samping itu permasalahan sosial juga timbul akibat masih terdapatnya sistem nilai dan sikap sosial dalam masyarakat yang kurang dan/atau tidak mendukung pembaharuan dan pembangunan. Kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu Repelita III antara lain adalah sebagai berikut : 1. Bimbingan dan Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat. Permasalahan yang ditangani adalah kerawanan sosial ekonomis masyarakat yang berpenghasilan sangat rendah. Kegiatankegiatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosialnya dengan cara bergotongroyong guna mewujudkan kehidupan yang berkesejahteraan sosial. 2. Pembinaan Swadaya Masyarakat Bidang Perumahan dan Lingkungan. Permasalahan yang ditangani adalah rendahnya tingkat ke- 205 mauan dan kemampuan sosial kelompok-kelompok masyarakat ter-tentu sehingga kondisi perumahan mereka kurang layak dan syarat kesejahteraan sosial. Melalui tidak memenuhi kegiatan ini telah diusahakan untuk mengembangkan semangat bergotongroyong memugar rumah-rumah mereka sendiri dengan memanfaatkan sepenuhnya potensi sosial maupun alam lingkungan yang tersedia di daerahnya. 3. Pembinaan Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM). Untuk mendorong berhasilnya pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, telah dilakukan pembinaan terhadap anggota masyarakat yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam kegiatankegiatan usaha kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Langkah tersebut dimaksudkan agar mereka merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas sebagai Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM). Dengan aktivitas PSM diharapkan masyarakat mampu menyelesaikan permasalahan sosialnya secara bergotongroyong. Di samping itu dalam kaitannya dengan kegiatan program bidang kesejahteraan sosial lainnya PSM bertugas melaksanakan pendekatan dan pembinaan langsung terhadap keluarga atau perorangan yang menjadi sasaran garapan program tersebut dalam kelompok-kelompok keluarga binaan. 4. Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat. Mengingat luas dan kompleksnya permasalahan sosial, maka dalam penanganannya telah ditingkatkan peranserta masyarakat secara melembaga melalui kegiatan a. Pembinaan dan pengembangan peranserta organisasi-organisasi sosial dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial. 206 b. Pembinaan terhadap tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai tingkatan dan profesi agar mereka dapat berfungsi sebagai Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela (TKSS) untuk menunjang kelancaran kegiatan usaha-usaha kesejahteraan sosial dalam masyarakat. 5. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan Remaja. Permasalahan yang ditangani adalah kerawanan sosial psikologis yang disandang oleh para keluarga yang ditandai adanya keretakan sosial dalam keluarga. Masalah ini menimbulkan berbagai hambatan terhadap fungsi sosial masing-masing anggota keluarga. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut telah dilaksanakan kegiatan bimbingan sosial motivasi dan konsultasi kesejahteraan keluarga guna memulihkan keserasian hubungan sosial keluarga dan remaja dalam keluarga yang bersangkutan. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh para pekerja sosial maupun melalui lembaga konsultasi kesejahteraan sosial keluarga. 6. Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing. Permasalahan yang ditangani melalui kegiatan ini adalah keadaan kesatuan-kesatuan masyarakat yang hidupnya di daerah yang terpencil dan ter isolasi dari berbagai aspek kehidupan, selalu berpindah-pindah dan belum mampu dijangkau oleh pelayanan pembangunan sehingga perkembangan dan kemajuan sosial budaya dan ekonominya relatif jauh ketinggalan dibandingkan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut telah dilakukan pembinaan dan pengembangan potensi sosial budaya yang ada, guna meningkatkan taraf dan cara hidupnya untuk mencapai tingkat kehidupan dan 207 penghidupan yang layak sesuai dengan martabat manusia dan kemanusiaan di lokasi pemukiman baru yang lebih sesuai dan lebih teratur. 7. Penyantunan Anak Terlantar. Permasalahan yang ditangani mencakup masalah-masalah anak terlantar dan/atau tidak terurus. Keterlantaran anak baik jasmaniah maupun rohaniah ini menimbulkan hambatan terhadap perkembangan pribadi mereka secara wajar justru pada saat pertumbuhan dan perkembangannya. Usaha pembinaan kesejahteraan anak tersebut dilakukan melalui sistem pelayanan kesejahteraan sosial secara panti dan luar panti, baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat atau organisasi-organisasi sosial. Guna menunjang usaha tersebut telah dibangun dan/atau direhabilitasi panti/sasana penyantunan anak di berbagai propinsi di seluruh Indonesia. 8. Pembinaan Kesejahteraan bagi Para Lanjut Usia Jompo yang Tidak Mampu. Permasalahan yang ditangani adalah segi keterlantarannya, baik karena kemiskinan maupun karena ketiadaan pemeliharaan atau pengasuhan dari keluarganya. Pembinaan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia dilakukan baik melalui sistem panti maupun di luar panti. Dalam Repelita III pelayanan kepada para lanjut usia telah ditunjang dengan pembangunan panti-panti werdha atau sasana tresna werdha di seluruh Indonesia. 9. Penyantunan dan Rehabilitasi Tuna Sosial. Permasalahan yang ditangani adalah masalah gelandangan 208 dan pengemis, tuna susila, anak nakal dan korban narkotika serta para bekas narapidana. Kegiatan rehabilitasi untuk para tuna sosial ini dilakukan melalui sistem panti dan luar panti. Dalam kaitan ini telah disempurnakan dan dibangun panti dan sasana rehabilitasi sosial di berbagai propinsi. 10. Penyantunan dan Rehabilitasi Sosial Para Cacat. Permasalahan yang ditangani mencakup masalah kecacatan jasmani, mental, netra, rungu dan wicara serta kecacatan akibat penyakit kronis. Kegiatan-kegiatan rehabilitasi sosial bagi para cacat dilaksanakan baik melalui panti maupun luar panti. Dalam Repelita III telah dapat diberikan pelayanan terhadap penyandang cacat dan guna menunjang usaha tersebut telah dibangun dan direhabilitasi lembaga/panti dan sasana rehabilitasi para penyandang cacat serta loka bina karya. Di samping itu juga telah diberikan bantuan kepada lembaga-lembaga sosial swasta yang bergerak dalam bidang rehabilitasi para cacat. 11. Bantuan dan Rehabilitasi Sosial bagi Para Korban Bencana Alam dan Bencana Lainnya. Dalam ruang lingkup usaha ini permasalahan pokok adalah para keluarga yang menjadi korban dan/atau yang bertempat tinggal di daerah rawan kronis bencana alam serta musibah lainnya. Dalam masa Repelita III telah dilakukan usaha bantuan dan rehabilitasi kepada para korban bencana alam, melalui bantuan perbaikan rumah, pemindahan pemukiman secara lokal dan dalam rangka program transmigrasi. 209 12. Pembinaan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Keluarga Pahlawan dan Perintis/Pejuang Kemerdekaan. Permasalahan yang ditangani ialah pemeliharaan tingkat kesejahteraan para keluarga Pahlawan dan Perintis/Pejuang Kemerdekaan untuk membantu mereka terhindar dari keterlantaran serta untuk memelihara kesejahteraan mereka. Di samping itu, dengan maksud melestarikan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan para Pahlawan dan Perintis/Pejuang kemerdekaan telah dilakukan pemugaran makam pahlawan dan pembangunan monumen-monumen kepahlawanan serta telah pula diterbitkan berbagai buku seri kepahlawanan dan perjuangan kemerdekaan. Dengan demikian diharapkan agar generasi muda sebagai generasi penerus dapat menghargai, menghayati dan melanjutkan cita-cita dan semangat pengorbanan para Pahlawan dan Perintis/Pejuang Kemerdekaan. 13. Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan. Untuk menunjang berhasilnya usaha-usaha kesejahteraan sosial, peranan wanita dalam pembangunan perlu ditingkatkan. Hal ini dilakukan antara lain melalui kegiatan bimbingan kepemimpinan sosial terhadap para tokoh wanita dan organisasi wanita, untuk kemudian dipungsikan dalam pelaksanaan bimbingan ketrampilan ekonomis produktif terhadap para wanita dari keluarga-keluarga yang kurang mampu agar potensi sosial yang ada dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan keluarganya. 14. Pembinaan Karang Taruna. Taruna sebagai salah satu wadah pembinaan genera- 210 Karang si muda telah dikembangkan baik jumlah maupun mutunya dalam rangka meningkatkan pelayanan dan partisipasi dari generasi muda dalam upaya kesejahteraan sosial. Bertolak dari hasil pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial selama Repelita III serta memperhatikan ruang lingkup permasalahan dengan kemungkinan-kemungkinan perkembangan selama lima tahun yang akan datang, maka dalam Repelita IV akan lebih ditingkatkan lagi usaha-usaha penanganan permasalahan sosial secara lebih konsepsional, terpadu dan terarah, baik perencanaan maupun pendekatan operasional serta pengawasannya dengan titik berat pada usaha-usaha kesejahteraan sosial yang bersifat pencegahan dan pengembangan, disamping tetap melanjutkan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang bersifat rehabilitatif dan penyembuhan. Kelompok dan/atau golongan masyarakat yang akan menjadi sasaran strategis pembangunan kesejahteraan sosial dalam Repelita IV adalah sebagai berikut : 1. Kelompok/golongan masyarakat yang tingkat kehidupan sosial dan ekonominya termasuk kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Kelompok masyarakat dimaksud umumnya bertempat tinggal di pedesaan dan di bagian-bagian daerah perkotaan tertentu yang rawan kondisi sosial dan ekonominya. Kondisi sosial sedemikian itu ternyata merupakan salah satu sumber timbulnya berbagai macam permasalahan sosial dan merupakan salah satu titik lemah di dalam mata rantai ketahanan sosial. 2. Kelompok/golongan masyarakat yang mengalami permasalahan sosial dalam keluarga sebagai akibat dari pergeseran dan 211 perubahan nilai-nilai sosial budaya sebagai dampak nega- tif dari hasil-hasil pembangunan. 3. Kelompok/golongan masyarakat yang tempat tinggalnya jauh terpencil dan berpindah-pindah, terisolasi dari segala jalur komunikasi sosial, ekonomi dan lain-lain sehingga belum terjangkau oleh proses pelayanan pembangunan. Keadaan dimaksud menimbulkan rendahnya taraf dan cara hidup mereka, sehingga kondisi sosialnya kurang menguntungkan bagi hidupnya secara layak sebagaimana masyarakat lain pada umumnya. Di samping itu cara hidup mereka yang ber- pindah-pindah selain merusak lingkungan juga menimbulkan kerawanan pertahanan dan keamanan di daerah-daerah perbatasan. 4. Kelompok/golongan masyarakat yang disebabkan oleh keadaan kondisi kerawanan sosial sehingga tidak mempunyai kesempatan atau fasilitas secara wajar untuk mengembangkan dirinya (terlantar). Termasuk dalam cakupan masalah keterlantaran adalah para yatim, yatim piatu, dan anak tidak terurus oleh orang tuanya, fakir miskin dan para lanjut usia yang tidak mampu baik yang mempunyai keluarga maupun tidak mempunyai keluarga yang dapat merawat semasa hari tua mereka. 5. Kelompok/golongan masyarakat yang tidak/kurang mampu menjalankan fungsi sosialnya sebagai akibat adanya hambatan berupa cacat fisik dan cacat mental, sehingga sangat sukar untuk meningkatkan kemampuannya dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosial bagi dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Para penyandang cacat tersebut meliputi cacat tubuh, tuna netra, tuna rungu wicara, cacat mental 212 dan para bekas penderita penyakit kronis. 6. Kelompok/golongan masyarakat yang karena kurang dapat mengembangkan fungsi sosial dan ekonominya, sehingga dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya menempuh cara-cara yang kurang sesuai dan bahkan sering menyimpang dari norma- norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Keadaan ini merupakan sumber dari berbagai permasalahan mental dan sosial yang semakin luas dan kompleks di kalangan mereka sendiri dan bahkan meluas di kalangan masyarakat pada umumnya. Termasuk dalam kelompok masalah ini adalah para gelandangan, pengemis, tuna susila, bekas narapidana, anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika. 7. Korban bencana alam adalah sekelompok masyarakat yang menyandang berbagai permasalahan sosial disebabkan oleh terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, tanah longsor, banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pa- sang, gempa bumi dan musibah lainnya. Di samping masalah sosial yang terkait dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti tersebut di atas, terdapat pula masalah-masalah kesejahteraan sosial di daerah-daerah yang dinilai rawan, baik rawan sosial budaya, sosial ekonomis dan politis maupun rawan keamanan/ketertiban dan rawan bencana. 8. Sistem nilai dan sikap sosial yang tidak mendukung pembaharuan/pembangunan, merupakan salah satu perwujudan dari budaya masyarakat yang bersifat tradisional, dalam arti kurang/tidak selalu membuka diri terhadap nilai-nilai pembaharuan yang diperkenalkan dalam upaya pembangunan. Keadaan ini dapat diartikan sebagai kurang kuatnya kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial, sehingga menimbulkan 213 hambatan terhadap tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai kesetiakawanan sosial, disiplin sosial dan rasa kebersamaan/kegotongroyongan untuk menuju terwujudnya tertib sosial. Hal demikian akan sangat menghambat berbagai usaha untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH Bertolak dari kenyataan sosial yang diperkirakan masih akan dihadapi dalam kurun waktu Repelita IV, pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang hasil-hasilnya telah dapat dirasakan selama ini jangkauannya akan dalam dilanjutkan, rangka ditingkatkan memelihara, dan memulihkan diperluas dan me- ningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang baik akan lebih memperlancar pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara salah satu upaya menuju tercapainya keadilan sosial ialah dengan melanjutkan usaha-usaha untuk memberi kesempatan yang lebih luas dan merata dalam meningkatkan kesejahteraan sosial bagi anggota-anggota masyarakat yang kurang beruntung, termasuk mereka yang hidupnya terasing, terbelakang dan terlantar. Hal ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran, tanggung jawab serta kemampuan setiap warga negara untuk ikut serta dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, langkahlangkah yang akan ditempuh antara lain adalah : 1. Memperluas jangkauan dan meningkatkan mutu pelayanan dan bimbingan kesejahteraan sosial bagi kelompok-kelompok/ 214 golongan-golongan masyarakat yang menghadapi masalah kerawanan sosial ekonomi dan keluarga-keluarga yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial sebagai akibat pergeseran dan perobahan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, serta mereka yang hidupnya terasing dan terbelakang yang belum terjangkau oleh proses pelayanan pembangunan dan para korban bencana alam serta musibah lainnya. Termasuk juga dalam usaha ini adalah peningkatan pelayanan dan bimbingan kepada para lanjut usia yang tidak mampu, fakir miskin, anak-anak terlantar, yatim, piatu, dan yatim piatu, para tuna sosial, anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, para cacat baik fisik maupun mental, dan bekas penderita penyakit kronis. 2. Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat yang meliputi semua golongan dan lapisan masyarakat, termasuk para pengusaha serta lembaga-lembaga atau organisasi-organisa- si yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial. 3. Meningkatkan keterpaduan perencanaan dan hasilguna pelaksanaan kegiatan baik secara sektoral maupun lintas sekto-ral dan regional sehingga segala sesuatunya benar-benar dapat tepatguna dalam rangka pembangunan nasional dan pembangunan daerah. 4. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta peranan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang jaminan sosial untuk dapat menjangkau golongan masyarakat yang lebih luas. 5. Meningkatkan dan mengembangkan tenaga kesejahteraan sosial antara lain dengan meningkatkan gairah masyarakat un215 tuk menjadi pekerja-pekerja sosial. 6. Meningkatkan usaha-usaha pembinaan terhadap para cacat veteran pejuang kemerdekaan sesuai dengan dharma bakti mereka kepada negara. 7. Meningkatkan usaha-usaha pelestarian dan pewarisan nilainilai kepahlawanan dan keperintisan para Pahlawan dan Pe- rintis/Pejuang Kemerdekaan. 8. Meningkatkan peranan sosial wanita, baik yang tinggal di daerah-daerah perkotaan maupun pedesaan. 9. Meningkatkan usaha-usaha penyempurnaan organisasi dan administrasi kesejahteraan sosial dalam rangka mewujudkan tertib organisasi, tertib administrasi, tertib operasio- nal, tertib pelaksanaan dan tertib pengawasan. 10. Meningkatkan dan memantapkan penelitian permasalahan kesejahteraan sosial, termasuk antara lain perintisan pro-yek-proyek percontohan dan percobaan (eksperimentasi). 11. Meningkatkan usaha-usaha pencegahan dan rehabilitasi so-sial para penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam satu sistem lingkungan pondok sosial. 12. Meningkatkan dan menyempurnakan secara bertahap sarana dan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial. IV. PROGRAM-PROGRAM Berdasarkan lingkup permasalahan sosial yang ditangani serta tujuan, arah, kebijaksanaan 216 dan langkah-langkah yang akan ditempuh, maka kegiatan-kegiatan pembangunan bidang kesejahteraan sosial dalam Repelita IV tertuang dalam program-program sebagai berikut : 1. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial. Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan swadaya sosial masyarakat, khususnya golongan penduduk rawan sosial budaya dan sosial ekonomi, politik dan keamanan, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan agar mampu meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. Dalam pelaksanaan program ini akan dilibatkan organisasiorganisasi sosial, pekerja-pekerja sosial, kaum wanita dan generasi muda. Dengan demikian potensi sosial masyarakat akan dimanfaatkan sebagai pendukung usaha-usaha kesejahteraan sosial guna membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial, khususnya bagi keluarga-keluarga dari golongan penduduk : a. yang kurang beruntung dan berada di ambang batas penyandang masalah sosial; b. masyarakat terasing dan terbelakang yang belum terjangkau oleh proses dan hasil-hasil pembangunan; c. yang mengalami kesukaran perumahan. Dalam usaha-usaha ini peranan tokoh-tokoh formal dan in-formal dalam masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi sosial serta kelompok-kelompok sosial tertentu akan senantiasa ditingkatkan dalam rangka pembinaan dan pengembangan partisipasi sosial masyarakat dalam pembangunan nasional. Di samping itu diupayakan pula pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan para Pahlawan dan 217 Pejuang/Perintis Kemerdekaan untuk memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, khususnya bagi generasi muda sebagai generasi penerus cita- cita perjuangan bangsa. Selanjutnya melalui program ini akan dikembangkan kegi-atan jaminan kesejahteraan sosial yang berwatak kekeluargaan dan kegotongroyongan dengan prinsip dasar yang mampu membantu yang tidak mampu untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini terutama dituju-kan kepada pembinaan dan pengembangan swadaya sosial masyara-kat guna meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya yang mencakup : a. bimbingan sosial dan motivasi; b. latihan ketrampilan sosial (bimbingan mental, sosial dan keterampilan dasar); c. pemberian stimulant usaha produktif; d. pemberian bantuan tempat tinggal dan bantuan penghidupan/ jaminan hidup untuk jangka waktu tertentu khusus bagi masyarakat terasing; e. pembinaan lanjut untuk peningkatan taraf kesejahteraan sosial. Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial ini meliputi kelompok kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Pembinaan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyarakat Desa; b. Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing; c. Pembinaan Swadaya Masyarakat dalam Masalah Perumahan dan Lingkungan; 218 d. Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat; e. Penyuluhan Sosial dan Pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat; f. Pembinaan Nilai-nilai Kepahlawanan dan Keperintisan Kemerdekaan; g. Pembinaan Jaminan Kesejahteraan Sosial. a. Pembinaan Potensi Kesejahteraan Sosial Masyarakat Desa. Dalam usaha kesejahteraan sosial ini akan dikembangkan upaya penggalian dan pemanfaatan potensi kesejahteraan sosial (baik potensi alami maupun manusiawi) di daerah setempat, baik di daerah-daerah minus di pedesaan maupun daerah penduduk berpenghasilan rendah di daerah perkotaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar yang layak bagi keluarga-keluarga kelompok/kesatuan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dengan mengutamakan kegiatan-kegiatan bimbingan sosial dan motivasi, pemberian latihan ketrampilan serta stimulan usaha produktif, diharapkan pada akhir Repelita IV keluarga/kelompok/kesatuan masyarakat yang kurang beruntung ini akan mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kemanusiaan, bahkan secara bertahap mampu meningkatkan mutu kesejahteraan sosialnya, sehingga mereka akan merupakan golongan masyarakat yang secara berswadaya mampu mengatasi masalah-masalah kesejahteraan sosial dalam lingkungan masyarakatnya. Dalam Repelita IV akan dibina sekitar 10.000 desa yang meliputi sekitar 300.000 keluarga. b. Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing. Sasaran pokok pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing adalah kelompok-kelompok masyarakat yang hidupnya terasing 219 yang belum terjangkau oleh proses pelayanan pembangunan. Di samping itu termasuk dalam sasaran kegiatan ini adalah kelompok-kelompok/kesatuan-kesatuan masyarakat rawan di daerah perbatasan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan membebaskan dari keadaan yang terisolasi bagi kelompok-kelompok masyarakat tersebut dengan penekanan pada pembinaan nilai-nilai sosial budaya khususnya bagi masyarakat terasing sebagai modal dasar dalam pembinaan kesejahteraan sosial kelompok masyarakat tersebut, disertai dengan upaya pemukiman sosial bagi mereka sebagai salah satu usaha pembinaan. Dalam upaya pembinaan ini maka pelaksanaannya akan dipadukan dan dikaitkan dengan program pengembangan wilayah yang antara lain dilaksanakan melalui program transmigrasi serta sekaligus diarahkan sebagai upaya pembinaan dalam rangka pertahanan dan keamanan sebagai sabuk pengaman (security belt) khususnya di daerah-daerah perbatasan. Dalam Repelita IV upa-ya pembinaan akan menjangkau sekitar 18.500 keluarga, disamping pembinaan lanjutan terhadap 26.500 keluarga dan pengalihan pembinaan/penyerahan 18.000 keluarga kepada Pemerintah Daerah. c. Pembinaan Swadaya Masyarakat dalam Masalah Perumahan dan Lingkungan. Dari sudut usaha kesejahteraan sosial masalah perumahan tidak semata-mata diartikan secara fisik, melainkan dari sudut kesadaran sosial keluarga/masyarakat akan arti pentingnya perumahan bagi kesejahteraan keluarga dan keserasiannya dengan lingkungannya dan lingkungan sosial. Bertolak dari kesadaran 220 sosial dimaksud, melalui penyuluhan dan bimbingan sosial keluarga dan masyarakat diarahkan untuk berkemauan dan berkemampuan memenuhi tanggungjawab sosialnya dalam membina dan mengembangkan perumahan sejahtera secara swadaya. Wilayah penggarapan diprioritaskan perumahan di daerah-daerah pedesa- an. Dalam Repelita IV akan dibina dan dikembangkan sekitar 10.000 desa, disamping pembinaan lanjutan bagi 8.000 desa. Dalam pelaksanaannya diperlukan pemantapan koordinasi dan kerjasama lintas sektoral dan antar instansi dan yang sekaligus akan lebih meningkatkan dan mengembangkan peranserta masyarakat dalam swadaya pembinaan perumahan dan lingkungan sosial yang sejahtera. d. Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat. Pembinaan partisipasi sosial masyarakat dimaksudkan untuk dapat meningkatkan, mengembangkan, menyebarluaskan dan melembagakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial khususnya dan berbagai bidang pembangunan lain pada umumnya. Dengan semakin meluas kegiatan-kegiatan partisipasi pembangunan melembaga secara dan sosial dan semakin bemutu-nya masyarakat berkelangsungan, dalam maka di kalangan masyarakat sendiri akan terwujud prasarana, sarana dan mekanisme pembangunan kesejahteraan sosial yang searah dalam kesatupaduan dengan prasarana, sarana dan mekanisme kesejahteraan sosial dari Pemerintah. Sasaran kegiatan ini antara lain dan yang utama adalah : (1) Perkumpulan-perkumpulan sosial, organisasi-organisasi sosial masyarakat yang bergerak di bidang usaha kesejahte- 221 raan sosial, serta lembaga-lembaga lainnya di bidang ekonomi, industri dan keuangan; (2) Potensi-potensi tenaga kesejahteraan sosial masyarakat; (3) Potensi-potensi dana kesejahteraan sosial masyarakat; (4) Potensi-potensi kepemimpinan sosial masyarakat, pria, wanita dan remaja; (5) Kesadaran, disiplin, kesetiakawanan, dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat. Di samping itu dalam rangka mewujudkan keserasian, kebersamaan dan kesetiakawanan serta tanggung jawab sosial masyarakat kegiatan ini mempunyai sasaran kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat dari berbagai tingkatan dan golongan dalam masyarakat. Adapun kegiatan pokok dari usaha kesejahteraan sosial ini adalah : (1) penyuluhan dan bimbingan sosial, (2) latihan pembina keserasian sosial masyarakat dan unsur partisipasi sosi- al masyarakat, (3) musyawarah kerja organisasi-organisasi sosial masyarakat. Dalam Repelita IV akan dilakukan bimbingan dan pembinaan bagi sekitar 15.000 organisasi sosial yang tersebar di seluruh Indonesia. e. Penyuluhan Sosial dan Pembinaan Pekerja Sosial Masyarakat. Penyuluhan sosial sebagai gerak dasar usaha kesejahteraan sosial dilakukan dalam rangka untuk menciptakan kondisi sosial masyarakat yang memungkinkan dapat menerima dan mendukung nilai-nilai pembaharuan seirama dengan kebutuhan pembangunan. Dengan sasaran garapan kelompok-kelompok/kesatuan masyarakat tertentu penyuluhan sosial mengawali mempersiapkan kon- 222 disi sosial dasar baik bagi pelaksanaan program-program usaha kesejahteraan sosial maupun program-program bidang pembangun- an nasional lainnya. Penyuluhan sosial ini dilaksanakan terhadap kelompok-kelompok/kesatuan-kesatuan masyarakat tertentu yang menjadi sasaran garapan program pembangunan bidang kesejahteraan sosial melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan sosial baik lisan dan tulisan maupun melalui berbagai media massa. Di samping itu dalam rangka mewujudkan keserasian sosial akan diselenggarakan musyawarah keserasian sosial. Dengan kegiatan penyuluhan sosial ini diharapkan program-program pembangunan nasional pada umumnya, khususnya program-program pembangunan bidang kesejahteraan sosial akan dapat dilaksana-kan dengan baik dengan mencapai hasil secara optimal. Selanjutnya dalam rangka pengembangan partisipasi masya-rakat dalam usaha kesejahteraan sosial akan diusahakan agar peranan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan sosial akan lebih besar daripada Pemerintah, sehingga titik berat peranan Pemerintah akan lebih pada pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan. Untuk dapat lebih menjangkau sasaran pelayanan dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di daerah pedesaan maka akan lebih ditumbuhkan, dibina dan dikembangkan Pekerja So- sial Masyarakat (PSM) sebagai pekerja sosial masyarakat di pedesaan. Dalam Repelita IV akan dibina sekitar 100.000 tena- ga PSM. Sesuai dengan prinsip dasar penumbuhan PSM sebagai peker- ja sosial dari dan yang berada di tengah-tengah masyarakat dan yang bekerja untuk kepentingan masyarakat di bidang pem- 223 bangunan kesejahteraan sosial, maka pembinaan dan pengembang- an PSM akan lebih dikaitkan dengan nilai-nilai sosial yang melembaga dalam kehidupan masyarakat setempat, antara lain kegotongroyongan dan kebersamaan, sehingga pengabdian PSM kepada masyarakat lingkungannya akan dilandasi oleh rasa dan semangat panggilan terhadap tugas-tugas kemanusiaan dan kesejahteraan sosial. Dalam hubungan ini upaya peningkatan penumbuhan PSM dan peranannya secara fungsional akan lebih dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) khususnya di bidang kesejahteraan sosial. f. Pelestarian Nilai-nilai Kepahlawanan dan Keperintisan Kemerdekaan Sasaran kegiatan ini adalah penyebarluasan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan para Pahlawan dan Perintis/Pejuang Kemerdekaan, serta perbaikan kehidupan keluarga Pahla- wan/Perintis Kemerdekaan yang tidak mampu, di samping rehabilitasi/perbaikan/pembangunan Taman Makam Pahlawan/Perintis Kemerdekaan. Kegiatan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan dimaksudkan untuk : a. Mewariskan dan melestarikan nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan terhadap generasi penerus sebagai salah satu bekal semangat perjuangan untuk mengisi kemerdekaan me-nuju cita-cita bangsa. b. Meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi anggota keluarga para pahlawan dan perintis/pejuang kemerdekaan yang kondisi sosial ekonominya kurang mampu. c. Menyebarluaskan kebesaran nilai-nilai kepahlawanan, per- juangan dan keperintisan para Pahlawan dan Perintis Kemerdekaan melalui lembaga dan organisasi-organisasi sosi224 al yang bergerak di bidang pendidikan dan usaha kesejahteraan sosial. Bantuan sosial kepada anggota keluarganya dan penghargaan atas perjuangan, pengorbanan dan pengab-dian para Pahlawan, Pejuang dan Perintis Kemerdekaan dimaksudkan sebagai tanda penghargaan atas nama Bangsa dan Negara. Nilai-nilai kepahlawanan mereka perlu diketahui, dihayati dan diteruskan oleh generasi muda melalui upaya penyebarluasan buku-buku sejarah perjuangan para pahla- wan, Pejuang dan Perintis Kemerdekaan. Di samping itu kepada para keluarga Pahlawan, Pejuang dan Perintis Kemerdekaan yang kurang mampu akan diberikan bantuan sosial terutama untuk meringankan beban penghidupannya di sam- ping fasilitas pengobatan/perawatan kesehatan dan lain sebagainya. Selanjutnya, Taman-Taman Makam Pahlawan direhabilitasi, diperbaiki dan/atau dibangun secara ber- tahap g. Pembinaan Jaminan Kesejahteraan Sosial. Kegiatan ini bertujuan untuk terus mengembangkan dan meningkatkan lembaga yang bergerak di bidang jaminan kesejahteraan sosial sebagai salah satu bentuk usaha kesejahteraan sosial sehingga dapat menjangkau golongan masyarakat yang le-bih luas. Sistem jaminan kesejahteraan sosial yang terus dikembang-kan dan ditingkatkan ini berwatak kekeluargaan dan kegotongroyongan dengan prinsip dasar yang mampu membantu yang tidak mampu agar dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. 2. Program Bantuan Penyantunan dan Pengentasan Sosial. Program ini dimaksudkan untuk memelihara serta meningkat225 kan kesejahteraan sosial golongan masyarakat, keluarga dan perorangan yang tidak/kurang dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. Dengan pelayanan ini diharapkan mereka da-pat dipersiapkan untuk dientaskan dari permasalahan kesejahteraan sosial yang disandangnya, sehingga mampu memelihara tingkat hidupnya sesuai dengan kelayakan martabat manusia tanpa ketergantungan pada pihak lain. Dengan demikian diharapkan golongan masyarakat ini akan dapat ikut serta secara aktif dalam proses pelaksanaan pembangunan. Program ini diarahkan untuk dapat memberikan pelayanan bantuan penyantunan dan pengentasan dalam rangka memelihara, memulihkan serta meningkatkan kesejahteraan sosial bagi : a. anak terlantar dan yatim piatu terlantar; b. lanjut usia/jompo tidak mampu; c. keluarga yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial sebagai akibat pergeseran dan perubahan nilai-nilai dalam masyarakat; d. penderita cacat yang meliputi penderita cacat tubuh, tuna netra, tuna rungu dan wicara, cacat mental, dan bekas penyandang penyakit kronis; e. fakir miskin dan orang terlantar; f. anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika; g. tuna sosial yang meliputi para gelandangan dan pengemis, tuna susila, serta bekas narapidana; h. korban bencana alam dan musibah lainnya; Kegiatan-kegiatan pokok dalam program ini adalah : a. bimbingan sosial dan motivasi; b. pemberian bantuan perlindungan tempat tinggal, bantuan penghidupan, dan bantuan stimulan usaha produktif; 226 c. pemberian pelayanan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi d. usaha/kerja; bimbingan persiapan, berupa latihan ketrampilan sosial, dan pelaksanaan penyaluran pada lapangan usaha/lapangan kerja; e. bimbingan sosial motivasi dan konsultasi kesejahteraan keluarga, khusus dalam mengupayakan kesejahteraan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat, sehingga akan tercipta keluarga-keluarga yang sejahtera dan bahagia serta kuat lahir dan batin; f. pembinaan lanjut untuk peningkatan kesejahteraan sosial. Pelayanan dilakukan melalui sistem pelayanan kesejahteraan sosial baik dalam panti maupun luar panti serta dalam hal-hal tertentu dilakukan pula secara pemukiman setempat atau melalui sistem lingkungan pondok sosial. Program ini meliputi kegiatan-kegiatan : a. Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar; b. Bantuan Penyantunan Lanjut Usia/Jompo Terlantar; c. Pembinaan Kesejahteraan Sosial Keluarga; d. Penyantunan dan Pengentasan Para Cacat; e. Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin; f. Penyantunan dan Pengentasan Tuna Sosial; g. Penyantunan dan Pengentasan Anak Nakal dan Korban Penyalahgunaan Narkotika. h. Bantuan dan Rehabilitasi Korban Bencana Alam. a. Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar. Anak remaja/pemuda (termasuk anak terlantar, yatim piatu dan anak-anak putus sekolah) adalah yang paling banyak me- 227 nyandang berbagai permasalahan kesejahteraan sosial. Sesuai dengan besaran permasalahan kesejahteraan sosial yang disan-dang anak-anak remaja/pemuda (termasuk anak terlantar, yatim piatu dan anak-anak putus sekolah) maka tujuan kegiatan ini adalah untuk mempersiapkan dan mengentaskan mereka agar mempunyai kepribadian yang mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Dalam Repelita IV diusahakan peningkatan pelayanan bantuan penyantunan dan pengentasannya melalui baik pendekatan/sistem di dalam panti maupun di luar panti, juga melalui asuhan keluarga, di samping pengangkatan anak antar warganegara Indonesia dan sponsor orang tua angkat. Usaha-usaha yang dilaksana-kan melalui kegiatan ini dimaksudkan untuk mengentaskan anak terlantar dan yatim, yatim piatu terlantar termasuk mereka yang putus sekolah agar mempunyai kepribadian yang mandiri untuk mengembangkan pribadi secara wajar dalam menyongsong hari depannya. Dalam Repelita IV akan di santun dan dientas sekitar 300.000 anak terlantar di seluruh Indonesia. Dalam hubungan ini akan dibangun lima panti anak terlantar Sebagai percontohan dan fasilitas latihan pembina di DKI Jakarta, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. b. Bantuan Penyantunan Lanjut Usia/Jompo Terlantar. Semakin baik tingkat pemenuhan kebutuhan dasar manusia termasuk derajat kesehatan penduduk, maka harapan hidup akan meningkat, yang berarti akan lebih meningkatnya prosentase penduduk yang berusia lanjut. Oleh karena itu dalam Repelita IV akan semakin diperluas jangkauan pelayanan kesejahteraan sosial bagi orang-orang lanjut usia/jompo dengan tujuan agar 228 mereka dapat menikmati hari tuanya yang diliputi ketenteraman lahir batin. Pelayanan orang-orang kesejahteraan lanjut sosial usia/jompo di yang dalam diberikan kepada panti-panti sosial diutamakan bagi : (1) Orang-orang lanjut usia/jompo yang nyata-nyata terlantar, baik karena tidak ada atau tidak diketahui keluarganya maupun oleh keluarganya nyata-nyata tidak diurus dan diasuh sebagaimana layaknya. (2) Orang lanjut usia/jompo yang bersangkutan termasuk kategori penderita cacat dalam keluarga miskin yang tidak mampu memberikan perawatan khusus sesuai dengan jenis dan tingkat kecacatannya serta usianya dan oleh keluarganya dimintakan bantuan panti sosial untuk merawatnya tanpa memutuskan hubungan dan tanggungjawab keluarganya. Pelayanan kesejahteraan sosial bagi orang-orang lanjut usia/jompo dimaksudkan untuk tetap melestarikan nilai budaya bangsa Indonesia dalam memelihara dan pengasuh orang-orang lanjut usia/jompo dalam keluarga dengan penuh kesadaran sosial dan tanggungjawab sosial. Dalam Repelita IV akan disantun sekitar 300.000 lanjut usia. c. Pembinaan Kesejahteraan Sosial Keluarga. Sasaran pokok pembinaan kesejahteraan sosial keluarga ini adalah keluarga-keluarga yang menyandang permasalahan kesejahteraan sosial sebagai akibat pergeseran dan perubahan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, dengan tidak pengecualian keluarga-keluarga yang tergolong kaya atau kuat ekonominya. 229 Kegiatan ini berusaha untuk mengurangi dan menghindarkan dam- pak negatif dari hasil-hasil pembangunan di bidang ekonomi dengan tujuan untuk mewujudkan suatu keluarga sebagai satu kesatuan/unit terkecil masyarakat sebagai keluarga-keluarga yang sejahtera dan bahagia, kuat lahir dan batin. Tujuan tersebut akan diupayakan melalui kegiatan-kegiatan bimbingan so-sial dan motivasi serta pembinaan kesejahteraan keluarga se- cara bersama, sehingga pada akhir Repelita IV keluarga-kelu- arga tersebut akan dapat berperanserta sepenuhnya dalam perjuangan mewujudkan suatu masyarakat yang berkesejahteraan so-sial melalui usaha-usaha kesejahteraan sosial yang melembaga dalam masyarakat. c. Penyantunan dan Pengentasan Para Cacat. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengentas- kan para penyandang cacat agar mempunyai harga diri dan kehidupan yang mandiri serta mampu mengatasi kecacatannya sehing- ga tidak merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial-nya. Sasaran kegiatan ini meliputi para cacat tubuh, tuna netra, cacat mental, tuna rungu wicara dan bekas penyandang penyakit kronis serta termasuk pula para cacat veteran. Penanganan terhadap para cacat dilakukan melalui sistem panti sebagai perangkat rehabilitasi para cacat. Di samping itu dilakukan pula pengentasan melalui sistem di luar panti sehingga jangkauan sasarannya lebih luas. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dilakukan melalui unit rehabilitasi mo- bil, loka bina karya maupun melalui kelompok-kelompok usaha pengentasan para cacat (Penca). Dalam Repelita IV akan disan- tun dan dientas sekitar 200.000 orang penyandang cacat di se- 230 luruh Indonesia. Dalam hubungan ini direncanakan untuk dikembangkan beberapa panti rehabilitasi cacat dan fasilitas latihan tenaga pembina. Di samping itu akan ditingkatkan pula intensitas kemampuan panti rehabilitasi yang sudah ada melalui peningkatan kemampuan tenaga, penyempurnaan fasilitas sarana rehabilitasi serta peningkatan pelayanan. e. Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejah- teraan sosial kehidupan fakir miskin yang tidak mempunyai ma-ta pencaharian guna memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Sasaran prioritas kegiatan ini ditujukan kepada keluarga-keluarga fakir miskin yang berada di pedesaan dan daerah rawan sosial ekonomi di perkotaan. Usaha peningkatan taraf kesejahteraan sosial keluarga fakir miskin diarahkan pada kegiatan : (1) membimbing, membina dan mengembangkan kemauan dan kemampuan memperbaiki serta meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya secara swadaya dan swakarya dengan mendayagunakan semua potensi sosial yang ada dalam lingkungannya; (2) menghilangkan sikap hidup pasrah pada nasib dan menggantungkan diri pada belaskasihan dan bantuan orang lain; (3) memberikan bantuan permodalan dan atau peralatan kerja produktif yang bersifat mendorong dan meningkatkan swadaya dan swakarya. Bantuan kesejahteraan sosial yang diberikan kepada keluarga-keluarga fakir-miskin dan melarat diarahkan sebagai usaha bersama yang bersifat komparatif dan pada waktunya apabila usaha produktif yang mereka laksanakan sudah berkembang, maka dengan bantuan Pemerintah ditingkatkan sebagai badan usaha 231 koperasi. Kegiatan ini mengandung makna melibatkan penyandang masalah kesejahteraan sosial sebagai subyek yang aktif dalam proses memperbaiki dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. Dengan kesadaran sosial dan tanggungjawab sosial mere- ka dalam mengusahakan perbaikan dan peningkatan taraf kesejahteraan sosialnya berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan, maka mereka tidak lagi melihat dan menggantungkan di- ri "ke atas", melainkan lebih melihat dan berpikir ke depan. Pelaksanaan kegiatan ini dalam Repelita IV diharapkan akan dapat mengurangi penajaman masalah kesenjangan sosial antara yang kaya dengan yang miskin. f. Penyantunan dan Pengentasan Tuna Sosial. Kegiatan ini ditujukan kepada para gelandangan pengemis, para tuna susila dan para bekas narapidana. Usaha penyantunan dan pengentasan ini dimaksudkan untuk menanamkan kembali har-ga diri, meningkatkan semangat dan kecintaan kerja sehingga mampu menolong dirinya sendiri serta mampu menjalankan fungsi sosialnya secara wajar. Pokok-pokok kegiatan yang dilakukan antara lain: (1) penyuluhan dan bimbingan sosial motivasi; (2) pembinaan mental, sosial dan fisik; (3) pembinaan semangat dan ketrampilan kerja; (4) penyaluran dan penempatan; dan (5) pembinaan lanjut. Upaya pencegahan dilaksanakan secara terpadu antar instansi dan bersama masyarakat di wilayah pedesaan yang dinilai sebagai sumber asal atau potensial menjadi sumber timbulnya ketunaan sosial. Upaya rehabilitasi diarahkan antara lain pada penyaluran melalui transmigrasi sedangkan pola swakarya dilaksanakan terhadap tuna sosial yang masih memiliki sum-ber-sumber mata pencaharian di daerah asalnya. 232 Arab pelaksanaan program penyantunan dan pengentasan tuna sosial ini untuk masing-masing sasaran garapan adalah sebagai berikut : (1) Gelandangan dan Pengemis. Penanggulangan masalah gelandangan dan pengemis di kota-kota terutama kota-kota besar tidak dapat di lepaskan dari upaya pengurangan arus urbanisasi, masalah pengangguran dan penataan kota, sehingga penanggulangannya tidak dapat hanya bersifat penegakan hukum semata-mata, melainkan bersifat pendekatan sosial yang persuasif, motivatif dan rehabilitatif. Penanggulangan masalah gelandangan dan pengemis harus dilaksanakan dalam satu paket kebijaksanaan penanggulangan yang bersifat preventif, represif, rehabilitatif, penyaluran dan pembinaan lanjut. Dalam Repelita IV akan dibina dan disantun sekitar 25.000 orang gelandangan/pengemis. Upaya pencegahan dilaksanakan secara terpadu antar ins-tansi dan bersama masyarakat di wilayah pedesaan yang dinilai sebagai sumber asal atau potensial menjadi sumber asal timbul -nya bergelandangan dan pengemisan. Upaya rehabilitasi ter- hadap para gelandangan secara terprogram akan lebih diarahkan pada penyaluran melalui transmigrasi ke luar Jawa sedangkan dilaksanakan terhadap gelandangan yang pola swakarya hanya masih memiliki sumber-sumber mata pencaharian yang dapat dikembangkan di daerah asalnya dengan pemberian bimbingan dan bantuan permodalan atau bantuan peralatan produktif. Rehabilitasi terhadap para pengemis dalam upayanya dibedakan dari gelandangan, karena secara mental kondisinya lebih berat dibandingkan gelandangan. Bagi pengemis yang memiliki 233 tempat tinggal di daerah asalnya, proses rehabilitasinya lebih ditekankan pada pembinaan keluarga dengan melibatkan PSM dan LKMD setempat. Untuk mencegah kemungkinan meluasnya bergelandangan di daerah perkotaan akan dilaksanakan pembina-an terhadap kelompok-kelompok yang potensial dapat menjadi gelandangan yang dapat dikatagorikan sebagai pra-gelandangan seperti tukang becak, kuli bangunan, dan kuli penggalian ta-nah yang pada umumnya mempunyai tempat tinggal di kampung/ daerah asalnya, sedangkan di kota bekerja tanpa mempunyai tempat tinggal yang tetap dan layak. Terhadap mereka ini direncanakan pembinaan melalui pondok sosial yang dalam pelaksanaanya dapat dikembangkan sebagai sistem lingkungan pondok sosial. (2) Tuna Susila Pelaksanaan program rehabilitasi tuna susila diarahkan pada tiga sasaran sebagai satu kesatuan garapan, yaitu tuna susilanya itu sendiri, keluarga dan lingkungan sosial/masyarakat. Keluarga dan masyarakat diberikan penyuluhan, bimbingan dan motivasi sosial dengan tujuan ganda, yaitu : (a) mencegah kemungkinan berkembangnya atau menjalarnya wanita- wanita yang terjerumus ke dunia pelacuran. (b) kesediaan masyarakat menerima kembali dalam kehidupan keluarga dan kehidupan masyarakat bekas tuna susila yang telah berhasil direhabilitasi. (3) Bekas Narapidana Kecenderungan semakin meningkatnya tindak kejahatan baik kuantitatif maupun kualitatif, mempunyai dampak yang negatif tidak hanya dari sudut keamanan dan ketertiban masyarakat 234 saja, melainkan juga dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap bangsa dan negara. Rehabilitasi sosial bagi para bekas narapidana terutama ditujukan bagi mereka yang tidak termasuk kategori residivis/ penjahat kambuhan. Hambatan rehabilitasi sosial bagi para be-kas narapidana adalah terutama sikap masyarakat yang menilai dan memperlakukan mereka dengan sikap negatif. Karenanya usa- ha rehabilitasi sosial bagi para bekas narapidana juga dibarengi kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial kepada masyarakat khususnya lingkungan sosial dari para bekas narapidana yang bersangkutan. Rehabilitasi sosial bagi para bekas narapidana akan lebih dimantapkan dengan koordinasi dan kerjasama lintas sektoral terutama dengan instansi kehakiman dan kepolisian serta de- ngan melibatkan masyarakat secara aktif. g. Penyantunan dan Pengentasan Anak Nakal dan Korban Penyalahgunaan Narkotika. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan mengentas-kan anak nakal dan remaja korban penyalahgunaan narkotika agar dapat mengembangkan pribadi nya secara wajar dalam memperjuangkan hari depannya sebagai generasi penerus bangsa. Sasaran kegiatan ini adalah anak yang melakukan tindakan melanggar norma-norma keluarga dan masyarakat dan tidak dalam proses penggugatan/pengadilan serta remaja korban penyalah-gunaan narkotika yang telah selesai memperoleh perawatan medis. Kegiatan ini dilakukan melalui usaha-usaha : (1) penyuluhan sosial terutama kepada keluarga/orang tua dan masyarakat sebagai usaha pencegahan; (2) bimbingan mental, sosial dan ketram- 235 pilan dasar; (3) pemberian stimulan sarana produksi; (4) penyaluran dan penempatan; (5) pembinaan lanjut. h. Bantuan dan Rehabilitasi Korban Bencana Alam. Tujuan bantuan dan rehabilitasi sosial para korban benca- na alam ini ialah untuk mengembalikan kepercayaan diri akan kemampuan memulihkan dan memperbaiki kehidupan dan penghidup- an sosialnya agar mampu meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dengan melepaskan diri dari sikap ketergantungan bantuan dari luar. Bantuan dari Pemerintah dan masyarakat lebih diarahkan sebagai pendorong untuk mempercepat proses pemulihan dan peningkatan taraf kesejahteraan sosialnya. Di samping itu sasaran garapan lainnya ialah kelompok kesatuan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana serta perorangan keluarga dan kelompok masyarakat yang potensial perlu ditingkatkan kesiapan siagaannya menghadapi bencana alam. Usaha kesejahteraan sosial ini dengan demikian bertujuan pula untuk mempersiapkan masyarakat tersebut agar memahami jenis dan sifat berbagai macam bencana, mengenali daerah-daerah kronis bencana serta mampu dan trampil mengambil langkah-langkah penanggulangan secara dini, cepat dan tepat sehingga dapat terhindar dari terjadinya korban apabila terjadi bencana alam. Adapun langkah-langkah khusus yang ditempuh dalam kegiat-an penanggulangan bencana alam ini adalah : (1) Memindahkan para keluarga dan kelompok masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana alam serta memukimkan kembali di tempat yang lebih aman dan memungkinkan pengembangan taraf kesejahteraan sosialnya. 236 (2) Memindahkan para keluarga dan kelompok masyarakat yang kehilangan mata pencaharian dan rumah tinggal akibat tertimpa bencana alam serta memukimkan kembali di tempat yang lebih aman melalui transmigrasi atau pemukiman setempat. (3) Penyebar-luasan informasi dan bimbingan sosial masyarakat secara langsung maupun tidak langsung tentang berbagai jenis bencana alam, bahaya yang akan timbul/dihadapi dan usaha penanggulangannya. (4) Penyelenggaraan latihan Satuan Tugas Koordinasi Pelaksa- naan Penanggulangan Bencana Alam (SATKORLAK PBA) Tingkat I, II dan Posko (Pos Komando), serta Satuan Tugas Sosial (SATGASOS). (5) Pembangunan pusat operasi darurat penanggulangan bencana alam beserta sarana kelengkapannya khususnya di daerah-daerah rawan bencana alam. (6) Pembinaan lanjut dengan melibatkan instansi-instansi lain dan masyarakat perorangan maupun kelompok masyarakat dan organisasi-organisasi sosial masyarakat. 3. Program Pembinaan Generasi Muda Program ini dimaksudkan untuk membina generasi muda agar mereka turut serta secara aktif dalam pembangunan bidang kesejahteraan sosial di kalangan pemuda/remaja dalam masyarakat dalam rangka melaksanakan peranan dan tanggungjawabnya seba-gai generasi penerus dalam pembangunan bangsa dan negara. Kegiatan program ini adalah sebagai berikut : 237 a. Pembinaan Karang Taruna. Melalui wadah Karang Taruna, sebagai organisasi sosial remaja di tingkat desa, pembinaan dan pengembangan remaja dilaksanakan dalam rangka penerapan fungsi pencegahan dan fungsi pengembangan usaha kesejahteraan sosial dengan sasaran utama remaja yang mengalami permasalahan sosial. Pembinaan dan pengembangan peranan Karang Taruna diarahkan untuk menciptakan watak para remaja yang dinamis serta pengamalan kesadaran dan tanggung jawab sosial yang tinggi, yang pada gilirannya akan menumbuhkan disiplin sosial di kalangan remaja dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat. Kebijaksanaan pembinaan Karang Taruna akan lebih diarahkan pada upaya-upaya menterpadukan kegiatan pembinaan Karang Taruna dengan berbagai kegiatan pembinaan generasi muda lainnya. Kebijaksanaan tersebut antara lain akan dilaksanakan dengan memfungsikan Karang Taruna sebagai salah satu wadah pembauran kesatuan bangsa, basis-basis khususnya wilayah dikalangan Kelurahan, RW, generasi RT, dan muda yang pada dalam pelaksanaannya dikaitkan dengan program-program Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Di samping itu Karang Taruna diupayakan dapat berfungsi sebagai sarana yang efektif dalam mencegah kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja, dan sekaligus menanamkan pengertian dan kesadaran dalam memasyarakatkan P4. Selanjutnya akan ditingkatkan jumlah Karang Taruna baru dan mengembangkan Karang Taruna yang telah ada agar lebih berperan dalam penanggulangan permasalahan kesejahteraan so- 238 sial pemuda di lingkungannya, memperkokoh ketahanan masyarakat desa dalam rangka mempersiapkan kader-kader penerus cita-cita perjuangan bangsa dan pembangunan nasional. Dalam Repelita IV akan dibentuk sekitar 17.500 Karang Taruna baru ditingkat desa, disamping pembinaan dan pengembangan 12.500 Karang Taruna yang telah ada. b. Pembinaan Kesejahteraan Sosial Remaja. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi bimbingan, dan latihan ketrampilan sosial terhadap para remaja yang mengalami hambatan dalam kehidupan sosialnya sebagai akibat dari permasalahan sosial psikologis di lingkungan keluarganya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sosial remaja dan dapat menyadari peran dan tanggungjawabnya sebagai generasi penerus dalam rangka pembangunan bangsa dan negara. Di samping itu kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial menanggulangi dan mencegah kalangan para remaja. para remaja, khususnya timbulnya masalah dalam rangka kenakalan di Peningkatan dan pengembangan remaja selanjutnya dilaksanakan melalui wadah Karang Taruna. 4. Program Peranan Wanita Program ini dimaksudkan untuk mengembangkan kesejahteraan sosial wanita khususnya guna memantapkan kemampuan dan ketrampilan kaum wanita agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan dengan tidak mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan pembinaan generasi muda khususnya. Untuk itu kaum wanita perlu ditingkatkan pengetahuan, ke- 239 terampilan dan kemampuannya agar lebih berfungsi dan berperan dalam pembangunan nasional dengan peranannya sebagai ibu rumah tangga yang baik, tenaga kerja yang trampil dan produktif serta sebagai sumber potensi bangsa. Dalam Repelita IV akan diusahakan latihan dan pembinaan bagi sekitar 5.000 orang pemimpin organisasi wanita. Di samping untuk meningkatkan peranan tokoh-tokoh pemim-pin wanita dan organisasinya, maka bagi wanita dari keluarga rawan sosial ekonomi antara lain termasuk buruh tani, pembantu-pembantu rumah tangga dan pedagang-pedagang kecil di daerah baik pedesaan maupun perkotaan akan diberikan latihan ketrampilan dan bimbingan sosial agar dapat berpartisipasi memperbaiki tingkat kehidupannya serta semakin ber integrasi dalam pembangunan masyarakat terutama dalam bidang kesejahtera-an sosial. 5. Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesejahteraan Sosial. Melalui program ini diharapkan pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial sejauh mungkin dapat ditangani oleh tenaga ahli dan trampil, sehingga dapat menanggulangi secara profesional setiap permasalahan kesejahteraan masyarakat. Dalam usaha sejahteraan sosial, sosial memenuhi usaha yang berkembang kebutuhan peningkatan mutu dalam pelayanan ke- tenaga-tenaga pelaksana terutama akan ditujukan pada tenaga pelaksana lapangan, baik yang langsung menggarap kasus-kasus masalah sosial, maupun mereka yang mengendalikan lapangan. 240 bertanggungjawab pelayanan untuk kesejahteraan mengorganisasikan sosial pada dan tingkat Dalam Repelita IV usaha peningkatan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana akan terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pelayanan operasional serta diarahkan pada terwujudnya upaya profesionalisasi para pekerja sosial. De- ngan demikian kemampuan sebagian besar aparat pelaksana, baik pada tingkat tenaga administrasi maupun tenaga pelaksana di lapangan diharapkan akan selalu dapat memenuhi kebutuhan usa-ha-usaha peningkatan pelayanan kesejahteraan sosial masyara-kat. Untuk keperluan tersebut akan terus dikembangkan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), disamping meningkatkan kerjasama dengan perguruan tinggi lainnya dalam rangka mengembangkan mutu dan jumlah tenaga profesional bidang kesejahte-raan sosial pada umumnya. Demikian juga STKS sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional akan ma-kin dimantapkan kedudukan kelembagaannya termasuk perangkat lunaknya. Dalam rangka program ini juga akan dilakukan pendidikan/latihan dan pengadaan tenaga-tenaga pekerja sosial lapangan untuk kebutuhan masyarakat luas. 6. Program Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Program penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial akan dilakukan dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha-usaha kesejahteraan sosial yang langsung dapat menunjang peningkatan mutu kesejahteraan sosial secara lebih luas. Selama Repelita IV penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial diharapkan dapat dilaksanakan secara le-bih intensif dan diarahkan untuk operasional, langsung sehingga menunjang dapat pening-katan mengembangkan kegiatan sis-tem dan kebijaksanaan yang lebih sesuai dengan keadaan dan 241 perkembangan permasalahan sosial yang dihadapi. Kecuali itu basil penelaahan dan pengkajian laporan penelitian akan dimanfaatkan pula untuk memberikan dasar dan bahan pertimbangan bagi penentuan kebijaksanaan dan pengembangan program serta pola dan sistem pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang lebih sesuai dan serasi, antara lain melalui perintisan proyek-proyek percontohan dan percobaan (eksperimentasi). 7. Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Pemerintah dan Pengawasan Pelaksanaan Pembangunan. Dalam usaha menunjang berhasilnya pelaksanaan kegiatan operasional pembangunan sebagaimana yang telah direncanakan, maka akan diusahakan penyempurnaan pengaturan dan penertiban yang dapat menjamin pencapaian hasil pelaksanaan kegiatan dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu dalam Repelita IV akan dilakukan usaha-usaha agar pengendalian pelaksanaan kegiatan dapat dimantapkan mulai dari kegiatan perencanaan sampai pada kegiatan pengendalian administratif dan pelaksanaan pengawasannya. Di samping itu akan diusahakan pula agar semua penanggulangan masalah kesejahteraan sosial dapat dilandasi dengan peraturan perundang-undangan. Keseluruhan kegiatan tersebut akan lebih ditingkatkan melalui suatu upaya terintegrasi dalam pengendalian, penertiban dan pembinaan organisasi, personalia dan administrasi pelayanan kesejahteraan sosial. Dengan demikian diharapkan bahwa secara keseluruhan baik administratif maupun teknis, pelaksanaan program-program pembangunan di bidang kesejahteraan sosial akan dapat ditingkatkan dan dikembangkan secara nyata. 242 8. Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Pemerintah. Dalam rangka usaha meningkatkan baik mutu maupun jangkau- an pelayanan kesejahteraan sosial akan dilanjutkan pembangunan dan perluasan serta penambahan berbagai prasarana fisik pelayanan kesejahteraan sosial. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan pula kesiapan dan kemampuan aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah di bidang kesejahteraan sosial agar bersama-sama para pekerja sosial masya-rakat mampu melaksanakan program-program pembangunan kesejahteraan sosial dalam koordinasi yang lebih mantap. B. PERANAN WANITA I. PENDAHULUAN Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan pokok- pokok arah pengembangan peranan wanita dalam pembangunan bangsa sebagai berikut : 1. Pembangunan yang menyeluruh mensyaratkan ikutsertanya pria maupun wanita secara maksimal di segala bidang. Da-lam rangka ini wanita mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria untuk ikut serta dalam segala kegiatan pembangunan. 2. Peranan wanita dalam pembangunan berkembang selaras dan serasi dengan perkembangan tanggungjawab dan peranannya dalam mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat dan sejahtera, termasuk pembinaan generasi muda, anak-anak re- maja dan anak-anak di bawah lima tahun, dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. 243 3. Peranan dan tanggungjawab wanita dalam pembangunan makin dimantapkan melalui peningkatan pengetahuan dan keteram-pilan di berbagai bidang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. 4. Dalam rangka mendorong partisipasi wanita dalam pemba- ngunan perlu makin dikembangkan kegiatan wanita dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga antara lain melalui organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Untuk dapat ikut serta dalam pembangunan yang menyeluruh, baik wanita maupun pria perlu mempunyai kesempatan, hak dan kewajiban yang sama dalam mengembangkan bakat-bakat nya dan kemungkinan-kemungkinan yang tersedia di dalam dirinya untuk terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan keperluan dan tu-juan pembangunan. Sesuai dengan tuntutan pembangunan bangsa akan berkembang pula peranan dan tanggungjawab wanita, selaras dengan ko- dratnya sebagai wanita, baik dalam kedudukannya sebagai ibu rumah tangga, istri, pendidik, maupun sebagai anggota masya-rakat yang sedang membangun. Dalam mewujudkan dan mengembang- kan keluarga sehat dan sejahtera, wanita berperan aktif dalam membina mental dan fisik generasi muda, pemuda, remaja dan anak-anak di bawah usia lima tahun, yang dimulai sedini mungkin, dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai salah satu sumber daya manusia dalam kegiatan pembangunan, wanita perlu memiliki motivasi, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pembangunan. Peningkatan peranan dan tanggung jawab wanita dalam pem-bangunan, yang menuntut pengembangan aspirasi, peningkatan 244 dan pengembangan kemampuan serta pembentukan dirinya, perlu didukung secara serasi oleh iklim lingkungan sosial budaya, dalam masyarakat pada umumnya, dan keluarga khususnya. Dengan demikian, wanita beserta lingkungan secara bersama-sama dapat mewujudkan hasrat, tujuan dan harapan bangsa dalam mengisi peranannya dalam pembangunan dan pembinaan generasi muda tanpa mengganggu keserasian dalam rumah tangga. Tuntutan masyarakat yang sedang membangun akan lebih mendorong wanita untuk mengisi peran ganda, yaitu sebagai inti pembina dan penerus norma serta nilai sosial budaya dalam lingkungan keluarga, dan sebagai peserta aktif dalam kegiatan pembangunan bangsa. Usaha ini perlu ditunjang oleh lembagalembaga formal (resmi) dan sosial (kemasyarakatan) yang mendukung serta memungkinkan pelaksanaan peran ganda wanita, se-cara serasi, seimbang dan selaras dengan masyarakat Indonesia yang sedang membangun. Kesemuanya ini merupakan bagian daripada usaha peningkat- an dan pengembangan peran serta wanita dalam pembangunan nasional dalam Repelita IV guna meletakkan dasar yang kuat untuk dapat tinggal landas sebagai bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. II. KEADAAN DAN MASALAH Selama Repelita III peranan wanita dalam berbagai pro-gram pembangunan telah meningkat dan berkembang. Cukup banyak hasil kuantitatif dan kualitatif yang telah dicapai. Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk mengatasi masa-lah keterbelakangan, produktivitas yang rendah, kondisi kese- 245 hatan dan kesejahteraan keluarga yang rendah, yang terutama disebabkan karena masih banyaknya buta huruf di kalangan wanita terutama di pedesaan, dan kurangnya pendidikan serta ketrampilan dasar di berbagai bidang. Program terpadu peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera (P2W-KSS) dengan sasaran utama kaum wanita dari keluarga yang berpenghasilan rendah di pedesaan dengan prioritas yang berumur 10 - 45 tahun, dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan bersama secara terpadu, bertahap dan berencana guna meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan dengan jalan meningkatkan pengertian, pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap mental serta perilaku kaum wanita. Pada akhir tahun 1982/83 program terpadu lintas sektoral ini telah meliputi 2.820 desa di 26 propinsi, 282 kabupaten dan 1410 kecamatan. Sejak tahun 1982/83 dilaksanakan proyek P2W-KSS di Timor Timur, meliputi 10 desa di 4 kabupaten dan 8 kecamatan, dengan memanfaatkan tenaga anggota Resimen Mahasiswa berbagai perguruan tinggi. Survai pelayanan anak balita telah dilaksanakan dalam proyek rintisan bina keluarga dan balita, yang bertujuan meningkatkan peranan ibu dan anggota keluarga lainnya dalam mengusahakan sedini mungkin daya tumbuh anak dalam aspek fisik, mental, emosional, spiritual dan sosial. Dalam tahun 1982/83 proyek rintisan ini dimulai di tiga propinsi masing-masing meliputi tiga desa binaan, dan dikembangkan dalam tahun 1983/84 sebagai proyek percontohan di 10 desa yang terdapat di 10 propinsi. Dalam tahun 1982/83, di bidang pendidikan telah dilaksanakan latihan dan pengembangan warga belajar wanita baik di 246 tingkat Propinsi maupun di tingkat Kotamadya/Kabupaten sebanyak 3.750 orang. Demikian pula telah dilaksanakan penyelenggaraan lomba desa binaan di 26 propinsi yang meliputi 104 desa. Di samping itu juga telah diselenggarakan penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) tingkat nasional untuk para pemimpin wanita yang diikuti oleh 75 orang peserta. Selanjutnya telah dikembangkan pengembangan belajar wanita menuju wiraswasta yang meliputi 60 kelompok belajar berusaha di 6 daerah yaitu Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Aceh. Di bidang kesehatan kegiatan program peranan wanita dalam pembangunan kesehatan (P2W-PK) mencakup 27 propinsi, 283 kabupaten/kotamadya, 1.284 kecamatan dan 3.287 desa dengan menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dan gizi, mendirikan Ta- man Gizi serta kursus penyegaran bagi organisasi wanita. Di samping itu telah dilatih sebanyak 12.870 kader kesehatan. Di bidang keluarga berencana, melalui BKKBN diselenggarakan penyuluhan dan pelaksanaan keluarga berencana, kependudukan serta usaha meningkatkan pengertian mengenai KB, khususnya bagi pasangan usia subur. Kegiatan ini telah menjangkau 9.361.241 orang peserta KB. Di bidang pertanian kegiatan-kegiatan peranan wanita tani dan nelayan telah menyelenggarakan latihan, kursus dan penyuluhan kepada wanita tani dan nelayan untuk mengenal cara pemanfaatan teknologi baru dalam bidang produksi dan cara penyimpanan, dan pemanfaatan hasil pertanian dalam rangka perbaikan gizi. Di samping itu disebar luaskan cara pemanfaatan tanaman pekarangan, usaha peternakan dan perikanan. Kegiatan 247 tersebut telah mencakup 27 propinsi, 280 kabupaten/kotamadya, 273 unit usaha tani atau 619 Kelompok Wanita Tani dan 273 Kelompok Wanita Nelayan mencakup 5.150 orang nelayan. Dalam rangka pembangunan desa, melalui kegiatan peranan wanita telah diselenggarakan kursus Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) bagi pengurus PKK dalam Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebanyak 222.618 orang mencakup wilayah 27 propinsi, 295 kabupaten/kotamadya, 3.427 kecamatan serta meliputi 65.127 desa binaan. Dalam usaha mengikutsertakan peranan wanita dalam meningkatkan kesehatan lingkungan desa dan perumahan, proyek rintisan pemugaran rumah desa telah berhasil memugar 1.003 rumah desa dengan tambahan 100 rumah pengganti korban bencana alam. Di bidang kesejahteraan sosial peranan dan fungsi wanita ditingkatkan melalui kegiatan latihan keterampilan wanita di bidang ekonomis produktif yang dalam tahun 1983/84 telah dapat menjangkau 7.000 wanita bina swadaya di 26 propinsi dan latihan manajemen serta kepemimpinan bagi 700 pemimpin wani-ta tingkat kabupaten dan propinsi, sehingga selama empat tahun pertama Repelita III telah menjangkau seluruhnya 36.345 wanita bina swadaya dan 4.090 pemimpin wanita. Di bidang perdagangan, kegiatan peningkatan peranan wani-ta ditujukan kepada pedagang kecil golongan ekonomi lemah, menjangkau 3.681 wanita di 20 propinsi. Di bidang koperasi kegiatan telah menjangkau 225 buah koperasi wanita meliputi 44.441 orang anggota di 24 propinsi dan telah dibangun 27 gedung serbaguna. Di bidang perindustrian, kegiatan bimbingan usaha indus- 248 tri kecil di pedesaan bagi wanita, dan latihan motivasi. Usa- ha industri kecil yang dibina menjangkau 158 buah dari 27 propinsi dengan 15.470 pengrajin. Di bidang ketenagakerjaan, kegiatan program peranan wani- ta pedesaan telah melatih sebanyak 12.200 orang wanita di 71 kabupaten dari 21 propinsi. Wanita yang telah dilatih itu membentuk Kelompok Usaha Bersama yang mengarah pada kegiatan produktif. Perhatian ditujukan pula pada tenaga kerja yang ada di pabrik dan perkebunan. Sejak kan tahun 1982/83 dilaksana- rintisan peningkatan produktivitas kerja tenaga kerja wanita melalui pendekatan peningkatan kesejahteraan secara terpadu di 26 perusahaan yang terdapat di 13 propinsi. Pembinaan program Kejar menjangkau 16.630 orang tenaga kerja di 7.479 perusahaan. Juga telah dilatih 60 orang pengawas bu-ruh wanita. Pengujian produktivitas kerja tenaga kerja wanita dilaksanakan di 11 propinsi yang meliputi sektor industri, perkebunan dan konstruksi. Di bidang transmigrasi perhatian diberikan juga pada partisipasi wanita dalam pembangunan sosial ekonomi di daerah transmigrasi. Latihan ketrampilan yang menyangkut bidang usaha pertanian, kesehatan, kesejahteraan keluarga, serta percobaan teknologi tepatguna yang dapat meringankan beban tugas rumah tangga bagi wanita di daerah transmigrasi, telah dilaksanakan di wilayah transmigrasi yang terletak di 6 propinsi. Di bidang penerangan, kegiatan Siaran Wanita dan Pemba-ngunan melalui radio, televisi dan film, sistem memproduksi paket siaran, penataran penulisan naskah serta memproduksi drama hasil sayembara mengarang naskah RRI dan TV RI. Kegiatan 249 tersebut telah menjangkau 27 propinsi meliputi pengadaan 28.317 paket siaran melalui RRI dan 115 paket siaran televisi. Dalam hubungan ini stasiun-stasiun Nusantara RRI maupun stasiun-stasiun produksi TV RI di daerah, masing-masing dilibatkan secara aktif dalam produksi paket-paket siaran terse-but, sehingga isi pesan dapat lebih dipahami oleh wanita pedesaan maupun kota yang berpendidikan rendah, karena menggunakan bahasa daerah setempat dan disesuaikan dengan masalah sehari-hari wanita setempat. Untuk itu telah dibentuk pula kelompok-kelompok pendengar siaran wanita. Proyek Penerangan Wanita melalui pendidikan dan latihan, telah meningkatkan kegiatan penerangan peranan wanita di kabupaten/kotamadya de- ngan 435 juru penerang (Jupen) wanita serta menerbitkan bahan publikasi berupa poster, petunjuk pelaksanaan dan penerbitan lainnya. Di bidang agama sejak tahun 1981/82 telah diselenggarakan penataran/penyuluhan materi Undang-undang Perkawinan ditingkat Pusat dan Propinsi bagi 764 ibu-ibu, ditingkat kabupaten/ kotamadya bagi ibu-ibu dari 116 kecamatan dan ditingkat kecamatan bagi ibu-ibu dari 232 desa, yang keseluruhannya menjangkau sekitar 20.764 peserta. Di samping penataran juga disediakan buku-buku pedoman dan brosur-brosur yang terdiri dari 70.000 buah buku pedoman penyuluhan Undang-undang Perkawinan dan 10.000 buah buku motivasi agama bagi kedudukan dan peranan wanita. Di bidang hukum, telah diadakan inventarisasi peraturan perundang-undangan yang diskriminatif bagi kedudukan wanita. Demikian pula, perhatian mulai ditujukan pula kepada tenaga kerja yang berada di pabrik atau di perkebunan. Dalam rangka 250 ini telah dipersiapkan kegiatan rintisan peningkatan produktivitas kerja tenaga kerja wanita melalui pendekatan pening-katan kesejahteraan secara terpadu. Dalam rangka meningkatkan peranan pegawai negeri wanita dalam pembangunan telah diselenggarakan penelitian untuk mengetahui lebih jauh peranan pegawai negeri wanita serta ham-batan yang mereka hadapi dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Sebagai dukungan politik Indonesia dan sebagai pernyataan kepada dunia Internasional mengenai komitmen Indonesia terha- dap cita-cita persamaan hak wanita dan penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita di mana saja jika hal itu masih ada, maka pada Konperensi Sedunia Dasa Warsa PBB untuk kaum Wanita tahun 1980 di Copenhagen, Indonesia telah ikut serta menanda tangani Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (Convention on the Elimination of all forms of Discrimination against Women). Dalam rangka kerjasama antara negara ASEAN telah dibentuk "ASEAN Women's Programme" (AWP) yang untuk 3 tahun pertama berkedudukan di Indonesia dan diketuai oleh Indonesia sedang- kan di segi organisasi masyarakat/wanita telah resmi berdiri- nya "ASEAN Confederation of Women's Organizations" (ACWO) di-mana Indonesia telah terpilih sebagai ketua ACWO untuk 2 ta- hun pertama. Kerjasama dengan lembaga-lembaga PBB meliputi pelaksanaan berbagai kegiatan peningkatan peranan wanita. Kerjasama de- ngan UNICEF antara lain berupa penyusunan dan penerbitan buku teknologi tepatguna, latihan manajemen bagi pemuka wanita, 251 widya wisata antar daerah bagi pemuka wanita, program bina keluarga dan balita, serta pengembangan informasi dan dokumentasi mengenai wanita. Dengan UNDP diselenggarakan antara lain penelitian mengenai pengembangan usaha yang dapat meningkatkan pendapatan kaum wanita di pedesaan di NTT, NIB, Bali, Ja-wa Timur dan Jawa Barat, serta peningkatan peranan wanita dibidang industri kecil di 9 propinsi. Selain itu dalam rangka "Pengembangan wilayah transmigrasi" telah diadakan kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan wanita di daerah transmigrasi Teluk Dalam Kalimantan Timur. Apabila diperhatikan telah cukup banyak hasil kuantitatif dan kualitatif yang dicapai dalam rangka meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan selama empat tahun Repelita III namun masih perlu terus ditingkatkan peranan wanita di pelbagai bidang pembangunan di masa-masa yang akan datang sehingga sumber daya manusia yang tersedia dapat dimanfaatkan dalam pembangunan secara lebih berdayaguna dan berhasilguna demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Walaupun telah banyak usaha dilaksanakan untuk memung-kinkan dan meningkatkan peranserta wanita dalam pembangunan, masih banyak masalah yang perlu diatasi dalam tahun-tahun mendatang. 1. Sensus penduduk tahun 1980 menunjukkan bahwa wanita merupakan 50,29% dari jumlah penduduk Indonesia. Dari penduduk wanita yang berumur 10 tahun ke atas, 37,23% masih buta huruf. Tingkat buta huruf di daerah pedesaan dua kali le-bih banyak daripada di daerah perkotaan. Selain itu sensus itu mengungkapkan bahwa di kalangan penduduk wanita yang 252 berumur 10 tahun keatas lebih banyak yang belum dapat berbahasa Indonesia dibandingkan dengan penduduk pria, terutama di pedesaan. 2. Wanita yang kurang pendidikannya kurang pula pengetahuan dan ketrampilannya dalam pelaksanaan fungsi pembinaan generasi muda, anak, remaja dan anak balita. Di samping itu rendah pula kemampuan untuk mengembangkan tanggung jawab dan peranannya sebagai pembina keluarga yang sehat dan sejahtera. Mengisi peranan sebagai ibu rumah tangga, istri dan pendidik sangat penting, karena wanita bertanggung jawab terhadap pembinaan generasi muda yang sekaligus merupakan usaha mempersiapkan generasi mendatang yang tangguh dan mampu mengatasi tantangan-tantangan zamannya. Untuk membina generasi yang akan datang, wanita perlu memiliki wawasan tentang perkembangan masyarakat zamannya maupun masa depan, serta mengetahui dan menemukan tempat dan kedudukan diri di dalamnya. Pembinaan generasi muda sekaligus berarti meletakkan dasar kesejahteraan masyarakat dan masa depan bangsa. 3. Masih kurangnya ketrampilan dan pengetahuan mengenai kesehatan, gizi, perawatan anak dan sanitasi, mengakibatkan rendahnya tingkat kesehatan dan status gizi ibu dan anak, sehingga tingkat kematian bayi dan anak serta tingkat ku- rang gizi masih tinggi. 4. Wanita di desa sepanjang sejarah telah membuktikan pera-nannya dalam kehidupan masyarakat. Secara tradisional wa- nita di desa turut serta dalam kegiatan ekonomi, khususnya dalam proses produksi. Dengan adanya kemajuan dan moderni-sasi teknologi berproduksi serta lembaga-lembaga baru di 253 i i bidang pertanian, timbul masalah mengenai makin berkurang-nya kesempatan kerja wanita dalam proses produksi. Masalah yang serupa juga timbul di bidang industri dan jasa. Berkurangnya kesempatan kerja bagi wanita merupakan pemboro- san sumberdaya manusia. Rendahnya pendidikan, ketrampilan, kesehatan dan kepercayaan diri, menyebabkan produktivitas dan upah kerja rendah, serta kurangnya perlindungan terha-dap tenaga kerja wanita. 5. Tingkat penghasilan rendah keluarga menyebabkan wanita ikut mencari tambahan penghasilan bagi keluarga, di sam- ping kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. 6. Sistem nilai sosial dan budaya tradisional, masih kurang mendukung keinginan dan kesempatan wanita untuk lebih berperan secara aktif dalam pembangunan bangsanya. Hal itu antara lain nampak dari : a. Masih adanya anggapan yang berlebihan bahwa wanita selalu dibatasi oleh kodratnya dan bahwa perannya hanya dalam keluarga saja. Keadaan ini pada dasarnya merugikan perlakuan manusiawi maupun perkembangan wanita sebagai manusia seutuhnya. b. Kenyataan lain ialah adanya kesadaran akan kodratnya menyebabkan bahwa wanita cenderung membatasi atau membendung aspirasi dirinya, meskipun secara formal-yuri- dis mempunyai hak dan kesempatan yang seringkali juga ditunjang oleh bakat dan kemampuan nyata. Dengan demi-kian pengekangan wanita dalam gerak tindaknya banyak bersumber juga pada motivasi wanita itu sendiri. 254 c. Dalam masyarakat yang sedang membangun terbuka berbagai alternatif bagi wanita, sehingga pengembangan diri wa- nita sesuai dengan kodratnya harus dipahami dalam hubungannya dengan kemampuan wanita untuk dapat mengisi berbagai peran, baik peran dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Wanita dituntut untuk dapat berperan ganda, yaitu mengisi peran sebagai ibu rumah tangga, istri dan pendidik maupun sebagai wanita yang dapat berkarya di berbagai bidang kegiatan sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Namun di samping masalah dan hambatan itu, terdapat pula faktor-faktor yang mendukung peningkatan peran wanita dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah: 1. Adanya kehendak politik seperti telah ditetapkan dalam Ga-ris-garis Besar Haluan Negara tentang Peranan Wanita dalam Pembangunan Bangsa. 2. Meningkatnya perhatian dan peranan berbagai aparat peme-rintah di tingkat pusat dan daerah dalam mengembangkan dan meningkatkan peran wanita dalam pembangunan. 3. Semangat dan gairah para pemimpin wanita di tingkat pusat dan daerah untuk membantu keberhasilan peningkatan peran wanita dalam pembangunan. 4. Makin tumbuhnya semangat dan gairah di kalangan wanita sendiri untuk turut serta secara aktif berperan dalam pembangunan nasional. 5. Makin meningkatnya pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap aspirasi dan kemampuan wanita. 255 I I I . KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH Kebijaksanaan dan langkah usaha untuk meningkatkan peran- an wanita dalam pembangunan bangsa dalam Repelita IV pada hakekatnya merupakan kelanjutan, peningkatan, pengembangan serta perluasan kebijaksanaan dan langkah usaha yang telah dimulai sejak Repelita III. Kebijaksanaan dan langkah usaha dalam Repelita IV itu ialah dalam rangka mempercepat tercapainya sasaran utama pembangunan, yaitu terciptanya kerangka landas- an yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkem- bang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Untuk itu kegiatan peningkatan peranan wanita diadakan guna memantapkan kemampuan dan keterampilan kaum wanita agar dapat lebih berpartisipasi dalam pembangunan tanpa mengurangi peranannya dalam pembinaan keluarga sejahtera umumnya dan pembinaan generasi muda khususnya dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk itu kaum wanita perlu ditingkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuannya agar lebih berfungsi dan berperan dalam pembangunan nasional sesuai dengan peranannya sebagai ibu rumah tangga yang baik, tenaga kerja yang trampil dan produktif serta sebagai sumber potensi bangsa. Di samping untuk meningkatkan peranan tokoh-tokoh pemim- pin wanita, maka bagi wanita dari kalangan keluarga rawan sosial ekonomi di pedesaan akan diberikan latihan keterampilan dan bimbingan sosial agar lebih mampu berperanserta secara efektif dalam memperbaiki tingkat kehidupannya, serta semakin ber integrasi dalam pembangunan masyarakat. Kebijaksanaan dan langkah usaha untuk meningkatkan peran- 256 an wanita dalam pembangunan bangsa dalam Repelita IV berjalan secara terkoordinasi dan terpadu dengan kebijaksanaan dan langkah usaha di berbagai bidang pembangunan. Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan dan peningkatan peranan wanita di berbagai sektor, diusahakan keterpaduan, sehingga dapat lebih meningkatkan pencapaian basil usaha oleh wanita. Keterpaduan sejauh mungkin diusahakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada tingkat pengawasannya. Dalam upaya meningkatkan peranan wanita dalam pembangunan nasional disegala bidang, ditempuh kebijaksanaan pokok sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita sebagai ibu rumah tangga dalam mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera. 2. Meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita sebagai angkatan kerja melalui perluasan kesempatan kerja di berbagai bidang pembangunan. 3. Meningkatkan dan mengembangkan secara lebih baik peranan wanita di berbagai bidang pembangunan melalui usaha-usaha peningkatan pendidikan dan keterampilan. 4. Meningkatkan kemampuan dan menumbuhkan iklim sosial budaya yang lebih memungkinkan wanita berperanserta dalam pembangunan. 5. Meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita di berbagai bidang pembangunan dalam rangka meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila. 257 Dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pokok tersebut di atas, maka dalam Repelita VI, wanita Indonesia diharapkan menampilkan keselarasan dan keserasian antara berbagai peranannya sehingga mantap lah wanita Indonesia sebagai mitra sejajar dalam pembangunan bagi pria menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. IV. PROGRAM-PROGRAM Pelaksanaan kebijaksanaan pokok tersebut ditempuh melalui berbagai kegiatan program sebagai berikut : 1. Peningkatan Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga. Mengisi peran sebagai ibu rumah tangga, isteri dan pendi-dik sangat penting karena wanita bertanggung jawab atas pembinaan generasi muda yang sekaligus merupakan usaha mempersiapkan generasi-generasi berikut menjadi warga negara yang bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsanya. Untuk ini wanita perlu memiliki wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan masyarakat dan perkembangan zamannya, serta mengetahui dan menemukan tempat diri didalamnya. Dari segi lain pembina-an generasi muda sekaligus berarti meletakkan dasar kesejahteraan masyarakat pada umumnya. a. Dalam rangka mendorong peranserta wanita dalam pembangun- an bangsa, makin perlu dikembangkan kemampuan wanita dalam mengisi peran tunggal maupun peranan gandanya. Pengembang-an kemampuan ini dapat terlaksana apabila lembaga-lembaga masyarakat seperti organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan sejenisnya dapat ditingkatkan peranannya dalam menunjang usaha nasional tersebut. Untuk ini perlu 258 diadakan lembaga-lembaga pendidikan sosial dan ketrampil- an yang meningkatkan dinamika dan kreativitas wanita sebagai manusia utuh dan bermartabat sama dengan pria, hal mana akan lebih meningkatkan lagi kesejahteraan masyarakat, ke- sejahteraan keluarga dan kesejahteraan diri wanita secara jasmaniah dan mental rohaniah. b. Dalam bidang peningkatan kesejahteraan keluarga dilaksanakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kemampu-an dan peranan wanita dalam mengembangkan kehidupan keluarga sehat dan sejahtera, termasuk pembinaan generasi muda, remaja dan anak-anak balita. Untuk itu perlu diusahakan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita meliputi antara lain masalah kesehatan, sosial, keluarga kebersihan Peningkatan Sejahtera program lingkungan, Peranan (P2WKSS) peningkatan berencana, perbaikan Wanita yang gizi. menuju meli-puti peranan wanita kesehatan mental, Program Terpadu Keluarga Sehat jenis-jenis di dan kegiatan berbagai sektor pembangunan dan telah dilaksa-nakan di 27 propinsi akan lebih ditingkatkan dan dikembangkan. c. Usaha perbaikan pangan dan gizi serta usaha penanggulang- an penyakit kurang gizi secara langsung menyangkut peran- an kaum wanita. Sebagian besar penduduk yang mengalami kurang gizi adalah wanita hamil, wanita menyusui serta anak balita. Oleh karena itu, akan lebih ditingkatkan usa-ha dalam menanggulangi berbagai masalah gizi, baik di pedesaan maupun di perkotaan, terutama di kalangan penduduk berpenghasilan rendah. d. Kegiatan peranan wanita dalam pembangunan kesehatan yang 259 pada dasarnya merupakan penyuluhan yang menunjang program pelayanan kesehatan, gizi, imunisasi, sanitasi, dan pembentukan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, akan le- bih ditingkatkan dan dikembangkan. Dalam Repelita IV kegiatan ini diperluas dengan kegiatan peningkatan ketahan- an remaja terhadap bahaya narkotika dan obat-obat terla- rang sebagai bagian dari pembangunan ketahanan nasional bangsa. e. Usaha perbaikan pangan dan gizi Keluarga perlu ditunjang dengan usaha pengadaan bahan pangan yang bergizi cukup dalam lingkungan pemukiman. Untuk itu perlu ditingkatkan usaha pemanfaatan lahan pekarangan dengan kegiatan aneka usaha tani yaitu tanaman pangan, ternak kecil, ikan dan tanaman obat-obatan. Sehubungan dengan itu kegiatan peningkatan peranan wanita tani-nelayan dalam Repelita IV f. Peranan ibu akan makin ditingkatkan dan dikembangkan. dalam proses pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, sangat penting dan menentukan. Untuk itu perlu diberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada para ibu dan anggota keluarga lainnya tentang pemberian rangsangan yang tepat kepada anak sedini mungkin, sehingga dapat meningkatkan daya tumbuh/kembang anak di bidang mental, spiritu-al, moral, emosional, dan sosial menuju terbentuknya manu-sia Indonesia seutuhnya. Selain itu kegiatan Bina Keluarga dan Balita dimaksudkan untuk memperdalam ketrampilan dan pengetahuan para ibu dan anggota keluarga lainnya dalam melaksanakan fungsi tersebut. Kegiatan-kegiatan akan diperluas propinsi. Pada akhir Repelita IV di- 260 menjangkau 27 harapkan bahwa disemua propinsi kegiatan ini sudah dapat dilaksanakan secara swadaya. g. Di samping itu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk menun- jang berhasilnya program nasional Keluarga Berencana (KB) yaitu dengan mengikut sertakan lebih banyak wanita pasangan usia subur. Dalam rangka usaha melestarikan peserta KB dan menunda usia perkawinan bagi remaja putri, kepada mereka diberikan latihan ketrampilan yang bermanfaat untuk menambah pendapatan. h. Usaha perbaikan kesehatan keluarga menyangkut pula perbaikan pemukiman dan lingkungan hidup serta penghayatan hidup sehat. Sehubungan dengan itu kegiatan perintisan pemugaran perumahan desa yang melibatkan wanita secara maksimal akan dilanjutkan. i. Melalui jalur agama juga akan dilaksanakan kegiatan pembinaan peranan wanita menuju keluarga bahagia sejahtera. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan peranan wanita dalam pembangunan melalui pendekatan dan jalur agama, selaras dengan perkembangan tanggung jawab dan peranannya dalam mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat dan sejahtera. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut akan dilaksanakan latihan kepemimpinan wanita, penyuluhan pembinaan keluarga, peningkat- an pengetahuan dan ketrampilan wanita dalam pembangunan melalui jalur agama serta pengadaan buku pedoman, brosur dan media penyuluhan lainnya. j. Untuk menunjang berhasilnya usaha-usaha kesejahteraan sosial antara lain dilakukan kegiatan bimbingan kepemimpinan 261 sosial bagi para pemuka wanita, organisasi wanita, untuk kemudian dipungsikan dalam pelaksanaan bimbingan ketrampilan ekonomis produktif terhadap para wanita terutama da-ri keluarga-keluarga yang kurang mampu agar potensi yang ada padanya dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sehubungan dengan itu usaha peningkatan keterampilan wanita pedesaan guna menambah pendapatan keluarga berupa berbagai jenis kejuruan dan kewiraswastaan makin digalakkan. k. Disamping itu ketrampilan wanita dan ibu-ibu rumah tangga di pedesaan yang memiliki potensi dasar akan ditingkatkan dengan pemberian latihan ketrampilan di bidang industri kecil/kerajinan rumah tangga disertai bimbingan dalam hal promosi pemasaran. 1. Hal yang sama akan dilakukan bagi kaum wanita di pedesaan yang memiliki usaha dagang kecil. Langkah-langkah dalam membantu, membimbing pertumbuhan dan meningkatkan kemam-puan wanita pedagang kecil golongan ekonomi lemah akan ma-kin ditingkatkan. Usaha untuk menambah ketrampilan melalui pendidikan dan latihan, penyuluhan dan pemberian informasi mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan perdagangan serta fasilitas berupa pemberian SIUP otomatis (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan lain-lain akan terus-menerus dilakukan. m. Latihan bagi wanita di pedesaan yang memiliki ketrampilan dasar seperti jahit-menjahit, anyam-menganyam, menyulam, menenun dan sebagainya akan dilanjutkan dan dikembangkan dalam rangka usaha 262 menambah pendapatan keluarga dan mem- buka kesempatan berusaha serta upaya menciptakan perluas- an kesempatan kerja bagi wanita. n. Kelompok-kelompok Wanita yang terbentuk dalam kegiatan pembinaan usaha ekonomis produktif dalam lingkup program terpadu P2W-KSS maupun kegiatan PKK dibimbing ke arah pembentukan usaha-usaha bersama meningkatkan mutu dan dalam wadah jumlah kader koperasi, sekaligus wanita bi- di dang perkoperasian. Kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran berkoperasi di kalangan wanita pedesaan akan makin ditingkatkan dalam rangka menunjang usaha mengembangkan dan memantapkan peran dan fungsi KUD atau unit-unit KUD. o. Untuk mencapai kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan berbagai usaha peningkatan peranan wanita dalam pemba-ngunan perlu diciptakan iklim yang bersifat menunjang se-gala jenis kegiatan tersebut, seperti kegiatan penerang- an. Kegiatan untuk meningkatkan mutu dan jumlah Juru Penerang Wanita (Jurpenwan) serta meningkatkan kegiatan program Siaran Wanita dan Pembangunan akan dilanjutkan. p. Selain itu akan dilanjutkan dan dikembangkan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat menunjang yaitu kegiatan pemberantasan 3 buta melalui jalur Kelompok-kelompok Belajar Wanita/Ibu-ibu rumah tangga pada keluarga-keluarga berpenghasilan rendah di pedesaan, pendidikan mata pencaha-rian bagi ibu-ibu pada keluarga binaan tersebut, latihan bagi para penggerak program terpadu P2W-KSS, serta temu karya antara instansi-instansi teknis yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut. 263 q. Kegiatan program peningkatan peranan wanita dalam pem-bangunan sosial ekonomi di daerah transmigrasi menuju keluarga sehat dan sejahtera akan ditingkatkan antara lain melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita pertanian, kerajinan rumah tang- dalam bidang kesehatan, ga, penggunaan teknologi tepat guna, dan perkoperasian. r. Kegiatan peningkatan peranan wanita di propinsi Timor Timur yang telah dirintis sejak tahun 1982/1983 akan dilanjutkan dan dikembangkan. 2. Peningkatan Peranan Tenaga Kerja Wanita. Sensus penduduk tahun 1980 menunjukkan bahwa + 50,3% jum-lah penduduk Indonesia adalah wanita, sekitar 50 juta diantaranya termasuk dalam golongan usia kerja. Dari penduduk wakerja itu hanya sekitar 17 juta atau 32,65% terma- nita usia suk angkatan kerja, yang bekerja atau mencari pekerjaan. Walaupun tingkat partisipasi angkatan kerja semakin meningkat dari tahun ke tahun, dari 9,6 juta pada tahun 1961 menjadi 14,2 juta pada tahun 1971, 17,1 juta pada tahun 1976 dan menjadi 20 juta pada tahun 1981, namun kemajuan tersebut belum dapat mengejar ketinggalan wanita dari kaum pria. Hal ini nampak dari TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) wanita yang lebih rendah dari TPAK pria, yaitu 24,18% di daerah kota dan 35,17% di pedesaan. Pertumbuhan TPAK wanita sebesar 3,27% itu belum dapat diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja yang baru mencapai 2,5% setahun. Partisipasi angkatan kerja wanita di pedesaan adalah 63,2% di sektor pertanian, 15,8% di sektor perdagangan dan 11,6% di sektor industri, sedangkan di daerah perkotaan 38,4% angkatan kerja wanita ber- 264 peran di sektor jasa, 34,5% di sektor perdagangan dan hanya 7,2% di sektor pertanian. Ada beberapa masalah yang terdapat di bidang ketenaga kerjaan wanita, antara lain ialah: struktur ekonomi pedesaan yang mendorong angkatan kerja wanita untuk pindah dari sektor pertanian ke sektor lainnya, tidak cukupnya ketrampilan dan pengetahuan wanita untuk memperoleh atau menciptakan lapangan kerja bagi dirinya atau lingkungannya, pengenalan teknologi maju yang lebih menguntungkan pria, sikap kaum wanita yang lebih suka memilih pekerjaan secara sambilan dan lain sebagainya. a. Dalam usaha meningkatkan peranserta wanita dalam pembangunan dan dengan memperhatikan masalah yang dihadapi di bidang ketenagakerjaan wanita, dalam Repelita IV dilakukan berbagai usaha untuk mengadakan pembinaan tenaga kerja meliputi berbagai kegiatan, baik berupa peningkatan produktivitas kerja tenaga peningkatan kerja melalui ketrampilan dan peningkatan peningkatan kesejahteraan, perlindungannya maupun berupa perluasan kesempatan kerja antara lain melalui usaha meningkatkan kegiatan kelompokkelompok wanita di bidang ekonomis produktif ke arah terbentuknya unit-unit usaha yang dapat mandiri. b. Diusahakan adanya perencanaan tenaga kerja wanita sebagai bagian dari perencanaan tenaga kerja nasional, dan dikembangkannya informasi pasar kerja terutama yang menyangkut tenaga kerja wanita. Usaha pendataan tenaga kerja wanita seimbang dengan laju pembangunan akan ditingkatkan. Data dan informasi kebutuhan tenaga kerja wanita, kesempatan 265 kerja yang tersedia, serta jumlah kebutuhan lapangan kerja perlu dibina secara khusus. c. Mengusahakan, sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan di bidang teknik dan teknologi industri, peraturan perundangundangan serta ketentuan-ketentuan lainnya yang lebih dapat menjamin perlindungan keselamatan kerja serta kesejahteraan tenaga kerja wanita berlandaskan hubungan ketenagakerjaan Pancasila. Peningkatan angkatan kerja wanita baik di sektor pertanian maupun di sektor industri dan jasa, memerlukan juga perlindungan tenaga kerja wanita secara lebih intensif. d. Perlu dijaga agar tenaga kerja tidak mengalami perlakuan yang berbeda dengan pria baik di dalam memasuki pasaran kerja, maupun di perusahaan atau di lingkungan kerja lainnya. Norma-norma perlindungan tenaga kerja yang dapat menjamin keselamatan, dan kesehatan kerja wanita dikembangkan dalam Repelita IV. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan pula usaha perbaikan perlindungan, keselamat- an, kesehatan dan gizi, kesejahteraan tenaga kerja wanita seperti cuti hamil, penitipan bayi dan anak, pengupahan, asuransi sebagainya. Penyuluhan tenaga dan kerja, perkoperasian pengawasan guna dan mencegah diskriminasi terha- dap tenaga kerja wanita di berbagai lingkungan kerja juga ditingkatkan. e. Dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat dan sejahtera serta peranserta masyarakat bagi wanita yang merangkap tugas ganda sebagai ibu rumah tangga dan pekerja, maka pengusaha didorong untuk menyediakan fasilitas penitipan anak, fasilitas pelayanan kesehatan dan 266 keluarga berencana dengan mengikut-sertakan gerakan PKK. Di samping itu juga akan dikembangkan pendidikan KEJAR bagi tenaga kerja wanita. Usaha pembinaan dan perlindungan tenaga kerja anak juga akan ditingkatkan dengan mengadakan penyuluhan dan pembentukan kegiatan KEJAR bagi tenaga kerja anak. f. Usaha peningkatan produktivitas tenaga kerja wanita juga akan dikembangkan di berbagai perusahaan melalui peningkatan kesejahteraan. Dalam rangka kegiatan ini antara la- in akan diusahakan penanggulangan anemia karena cacing bagi 200.000 orang tenaga kerja wanita di sektor industri, perkebunan dan konstruksi. Di samping itu pemberian tambahan makanan di institusi (institution feeding) akan ditingkatkan dengan sasaran 40.000 orang. Pengembangan kesadaran terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja wanita, lingkungan, peralatan dan sarana kerjanya disesuaikan secara Ergonomi sederhana, akan ditingkatkan dengan pemberian contoh sebanyak 20.000 unit. g. Produktivitas kerja tenaga kerja wanita juga ditingkatkan melalui latihan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan dan harkat manusia bagi peningkatan peranan dan tanggung jawab wanita dalam pembangunan bangsa. Kesempatan dan fasilitas latihan kerja bagi angkatan kerja wanita untuk memasuki pasaran kerja yang tersedia dengan tingkat upah yang layak di berbagai sektor usaha serta mengusahakan kesempatan dan fasilitas yang mencukupi untuk reduksi bagi wanita yang ingin memasuki kembali pasaran kerja. Kaum wanita lebih banyak diikutsertakan dalam berbagai pendidikan dan latihan untuk dapat ikut menggunakan teknologi maju. 267 h. Lebih ditingkatkan terciptanya usaha produktif oleh wani- ta baik di pedesaan maupun di perkotaan serta menciptakan pemasaran hasil produksinya. Perluasan atau penciptaan lapangan kerja/usaha, diusahakan dibidang pertanian, indus-tri rumah tangga, perdagangan dan jasa. Pembinaan usaha proyek produktif diarahkan pada kemampuan wanita untuk memanfaatkan kesempatan kerja yang ada atau menciptakan usaha ekonomis produktif secara berkelompok untuk dapat lebih mandiri dalam rangka peningkatan pendapatan secara koperatif. Di bidang industri kecil akan ditingkatkan ketrampilan pengrajin wanita dan motivator wanita dalam bidang industri. Dalam bidang perdagangan dan perkoperasian akan terus ditingkatkan kegiatan dan ketrampilan wanita demi peningkatan dan penambahan lapangan kerja maupun peningkatan kemampuannya dalam bidang pemasaran dan perkoperasian. Untuk itu diselenggarakan berbagai kegiatan latihan, penyuluhan dan konsultasi teknis untuk para wanita demi peningkatan kemampuannya dalam bidang kewiraswastaan, pemasaran, pengelolaan usaha serta peningkatan daya saingnya. 3. Peningkatan Pendidikan dan Ketrampilan. Tuntutan masyarakat yang membangun dan keinginan wanita akan lebih mendorong wanita mengisi peranan ganda, di satu pihak sebagai inti pembina dan penerus norma serta nilai sosial budaya dalam lingkungan keluarga, di lain pihak lebih berperanserta secara aktif di luar lingkungan keluarga. Hal ini tercermin dalam meningkatnya angka persen bagi proporsi angkatan kerja wanita yang lebih dari 36%. Semua ini perlu ditunjang oleh lembaga-lembaga penunjang peranan ganda wanita 268 dan usaha pendidikan dan pembinaan yang meluas. Usaha itu meliputi pengenalan, penyesuaian dan pemantapan norma sosial dan nilai budaya maupun ketrampilan dan pengetahuan yang selaras dan menunjang tujuan pembangunan masyarakat Indonesia. Proses pendidikan dan pembinaan dalam arti luas, perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan wanita ditinjau dari kondisi sosial ekonominya maupun dari berbagai tingkat perkembangan hidupnya. a. Usaha memberantas 3 (tiga) buta, yaitu buta angka dan aksara latin, pendidikan dasar dan bahasa Indonesia di kalangan wanita akan lebih ditingkatkan antara lain melalui gerakan PKK. Diharapkan bahwa dalam kurun waktu Repelita IV tingkat buta huruf di kalangan wanita terutama yang berumur 10 tahun ke atas terutama di pedesaan, dapat dikurangi setidak-tidaknya dengan 50% dibandingkan dengan keadaan tahun 1980. b. Mengembangkan rasa harga diri wanita dan percaya pada kemampuan sendiri, mengembangkan hidup sederhana dalam rangka memperkokoh solidaritas sosial, memperluas dan memantapkan penghayatan dan pengamalan Pancasila sedini mungkin dan mempertebal jiwa melembaga. Perlu keagamaan, pula perlu dilakukan dilaksana-kan usaha secara pembina-an rasa tanggung jawab sosial dan disiplin nasional bagi wanita pada umumnya sebagai warga negara penuh. Di sam-ping itu perlu dilakukan usaha pengembangan jiwa dan pengembangan sikap yang lebih mandiri sikap wirausaha, sebagai pelaku pembangunan, yang antara lain memiliki sifat produktif dan berorientasi ke masa depan. Usaha ini dilaksanakan melalui berbagai jenis kegiatan pendidikan 269 baik formal maupun non-formal dan informal, dengan antara lain memanfaatkan berbagai jenis kelembagaan yang ada. c. Program mengenai kependudukan, pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, sistem kesehatan nasional dan pengembangan potensi industri, akan lebih mendorong wanita untuk mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan meningkatkan peran sertanya. Untuk itu perlu diadakan berbagai pendidikan formal dan non formal bagi wanita di berbagai bidang kegiatan : pertanian, industri perdagangan, kesehatan, koperasi, jasa, kesenian dan kebudayaan dan lain sebagainya. Pembinaan pendidikan tersebut menekankan pada peningkatan pengetahuan teknis dan ketrampilan serta kemampuan profesional, dalam bidang yang ditekuni; serta pengukuhan dan informasi tentang terbukanya berbagai alternatif baru bagi wanita pembinaan mental dan penyuluhan serta mencakup kegiatan pendidikan dan ketrampilan bagi wanita terutama dalam bidang profe- si yang sebelumnya belum diketahui atau kurang dikenal oleh wanita; dan latihan kepemimpinan terutama bagi wani-ta dari kalangan keluarga rawan sosial ekonomi. d. Di bidang pertanian, baik wanita petani maupun nelayan akan ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya untuk menggunakan cara dan teknologi tepat guna dalam kegiatan produksi, penyimpanan, pengolahan dan penggunaan hasil serta pemasarannya. Selama Repelita IV akan dilanjutkan latihan kelompok wanita tani dan kelompok wanita nelayan di 27 propinsi. e. Selain itu akan diadakan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan wanita untuk lebih berpartisipasi dalam peles- 270 tarian lingkungan hidup maupun dalam usaha membantu penghematan penggunaan bahan bakar minyak, mengurangi kerusa-kan hutan, tanah dan air. Dalam hal ini perlu didorong kemampuan kaum wanita untuk mengembangkan penggunaan sum-ber energi alternatif setempat, seperti tenaga air hidro, tenaga surya, tenaga angin dan biogas. f. Selanjutnya peranan wanita sangat erat hubungannya dengan pemasaran dan penggunaan hasil-hasil industri. Kemampuan kaum wanita untuk memilih hasil-hasil barang industri yang bermutu serta kesediaan mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri akan turut menentukan pula perkembang-an hasil-hasil industri termasuk hasil-hasil industri dalam negeri. Dalam hubungan ini akan diusahakan penyuluhan dan pendidikan mengenai cara-cara untuk memilih barang konsumsi yang bermutu baik, serta meningkatkan kesediaan untuk menggunakan produksi dalam negeri. Penyuluhan ini terutama ditujukan kepada kaum wanita yang tidak mendapat kesempatan memperoleh pendidikan sekolah, termasuk mereka yang putus Sekolah Dasar. Dengan kegiatan tersebut diusahakan tidak hanya kehidupan bertambah baik, kaum tetapi wanita beserta sekaligus juga keluarganya akan mendorong makin meningkatnya mutu barang-barang industri yang dihasilkan serta memperluas penggunaan barang-barang yang dihasilkan industri dalam negeri. g. Penataran P4 antara lain melalui metode simulasi bagi ibu-ibu di pedesaan dan perkotaan akan terus digalakkan dan makin ditingkatkan. 271 4. Pengembangan Lingkungan Sosial Budaya. Peningkatan peranserta wanita dalam pembangunan bangsa, perlu didukung dan mendapat penghargaan masyarakat. Adalah suatu persyaratan bahwa baik keluarga maupun masyarakat seca- ra nyata perlu mendukung tercapainya tujuan pembangunan yang hendak diwujudkan oleh wanita demi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Perlu juga disadari bahwa masalah peranan wanita tidak dapat ditinjau terlepas dari lingkup yang lebih luas di mana pembangunan negara dimaksudkan untuk bersama-sama mengatasi masalah-masalah dunia, seperti masalah kemiskinan, masalah kependudukan, pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya. Menempatkan diri dalam komunitas yang lebih luas ini memerlukan suatu peningkatan kemampuan dari anggota masyarakat termasuk kaum wanita agar dalam proses modernisasi masyarakat Indone- sia dapat mempertahankan identitas budayanya sebagaimana diinginkaq. Masalah wanita juga harus dipahami dalam konteks perkembangan dunia yang pesat, perkembangan dan kemajuan ilmu, teknologi dan iklim pemikiran, dan terjadinya pergeseran norma Keadaan ini menimbulkan berbagai wawasan baru dan nilai. yang mutlak diperlukan dalam menyambut perubahan dan mengatasi krisis dunia dewasa ini. Wawasan bare itu perlu dinilai dan dipertimbangkan dalam mengisi aspirasi pembangunan maupun un-tuk menentukan posisi peningkatan peranan wanita dalam pembangunan. Wawasan wanita, yaitu pandangan, sikap dan tanggap inde-rawi masyarakat tentang peranan ganda wanita merupakan konsep 272 yang perlu dikembangkan agar peranan wanita dalam pembangunan dapat dikelola dan ditingkatkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nyata. Dalam kerangka pemikiran itu dalam Repelita IV akan dilaksanakan berbagai usaha untuk mengembangkan lingkungan dan iklim sosial budaya yang aktif yang mendorong dan menghargai peranserta wanita dalam pembangunan. a. Perlu diusahakan terwujudnya kesepakatan nasional tentang citra wanita Indonesia sebagai insan pembangunan serta pembina keluarga sejahtera, yang tetap berlandaskan kepribadian nasional serta penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam hidup sehari-hari. Juga akan dikembangkan iklim yang baik serta mendorong tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok sosial yang melibatkan banyak wanita, guna menggalang solidaritas sosial dalam proses pembaha-ruan dan sikap mental wanita menuju peningkatan perannya dalam berbagai segi pembangunan nasional dan kehidupan lembaga/organisasi bangsa. masyarakat Kehidupan (lembaga berbagai politik, jenis ekonomi, budaya) yang melibat-kan lebih banyak wanita, akan dibantu pembinaannya, dan diarahkan untuk meningkatkan perannya secara lebih baik bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan keluarga. b. Perlu ditingkatkan kegiatan mutu penerangan dan penyuluh- an kepada masyarakat luas melalui berbagai media massa mengenai berbagai sasaran program peningkatan peranan wanita dalam pembangunan. Di bidang hukum, diusahakan pengembangan hukum nasional yang lebih mendorong dan meningkatkan peranan wanita dalam peningkatan kesadaran dan penegakan hukum nasional bangsa. Diusahakan adanya berba- 273 gai peraturan pelaksanaan undang-undang yang ada, selain mengganti, merubah atau meniadakan produk hukum yang merupakan hambatan bagi peningkatan peranan wanita. Usaha ini antara lain meliputi aspek hukum tentang keselamatan kerja tenaga kerja wanita, aspek hukum tentang kesejahteraan tenaga kerja wanita, aspek hukum dari beberapa pasal UU No. 1/74 tentang perkawinan yang bersifat diskriminatif terhadap wanita. Juga akan diadakan penelitian hukum mengenai berbagai konvensi internasional yang berkaitan dengan masalah wanita, kedudukan wanita Indonesia di bi-dang pembelaan negara, serta berbagai aspek yang dapat merupakan penghambat bagi wanita dalam ikut menikmati pendidikan formal dalam kaitannya dengan Wajib Belajar, c. Kegiatan dan lain sebagainya. pengumpulan informasi dan dokumentasi tentang kegiatan wanita akan lebih dikembangkan. Kegiatan ini merupakan pengukur kemajuan peranan wanita untuk pembangun- an bangsanya. Dengan kerjasama berbagai perguruan tinggi dan lembaga ilmiah di dalam dan di luar negeri terus ditingkatkan dan dikembangkan kegiatan penelitian mengenai peranan wanita dalam pembangunan, kehidupan bangsa dan negara. d. Kerjasama internasional dan regional terus ditingkatkan dan dimanfaatkan untuk memperluas wawasan wanita Indonesia juga dalam mengembangkan kemampuan profesi dalam melaksanakan peranan gandanya dalam masyarakat, baik sebagai wanita lajang maupun wanita berkeluarga. Dengan keberhasilan pelaksanaan berbagai program peningkatan peranan wanita dalam pembangunan bangsa sebagaimana diurai- 274 kan di atas, maka basil-hasil yang dicapai dalam Repelita IV akan dimantapkan dalam Repelita V, sehingga dalam Repelita VI akan mantaplah langkah wanita Indonesia sebagai mitra sejajar dalam pembangunan bagi pria menuju terwujudnya masyarakat yang kita cita-cita kan ialah masyarakat makmur ber keadilan berdasarkan Pancasila. Berbagai program dan kegiatan peranan wanita dalam pembangunan bangsa akan berhasil dengan baik dan mempunyai dam- pak yang luas apabila dipahami dan didukung oleh struktur dan sistem sosial budaya masyarakat pada umumnya, ditunjang oleh organisasi dan keluarga khususnya. Oleh karena itu dalam pelaksanaan program peranan wanita di turut organisasi-organisasi sertakan organisasiorganisasi kesejahteraan sosial dan wanita, organisasi masyarakat lainnya. 275 TABEL 24 - 1 PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT, 1984/85 - 1988/89 (dalam jutaan rupiah) KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERANAN WANITA No. Kode 10 SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM SEKTOR KESEHATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, PERANAN WANITA KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA 1984/85 1984/85-1988/89 (Anggaran (Anggaran Pembangunan) Pembangunan) 407.998 ,0 3.516.515,7 10.2 Sub Sektor Kesejahteraan Sosial dan Peranan - - - - - - - - Wanita 57.737,0 443.658,8 10.2.01 Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial 19.599,2 145.040,2 10.2.02 Program Bantuan Dan Penyantunan Sosial 33.195,2 262.047,8 10.2.03 Program Peranan Wanita 4.942,6 36.570,8 276