PEMBANGUNAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH DAN IRIAN JAYA k- B A B VIII PEMBANGUNAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH DAN IRIAN JAYA A. PEMBANGUNAN DESA 1. Pendahuluan. Pembangunan desa dilaksanakan dalam rangka mengisi dan meletakkan landasan yang lebih kuat bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi regional dan nasional yang sehat. Langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam Repelita I untuk melaksanakan pembangunan desa adalah: a. Mengadakan penelitian yang seksama mengenai kedudukan pedesaan dalam rangka pembangunan desa, antara lain mengenai potensi desa, typologi desa, dan pemukiman kembali (resettlement) desa. b. Mengadakan usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat desa. c. Mendorong berdirinya lembaga-lembaga desa baik lembaga sosial maupun lembaga yang bergerak di bidang ekonomi termasuk perkreditan, produksi, pemasaran, perkoperasian, dan lain-lain. d. Mengusahakan bantuan materiil kepada desa untuk menghimpun dan, menggerakkan swadaya gotong-royong masyarakat dalam pembangunan desa. e. Menyeragamkan dan menyederhanakan struktur pemerintahan desa dan meningkatkan kerjasama dengan lembagalembaga desa. 459 Salah satu program yang dilaksanakan selama Repelita I adalah program bantuan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk merangsang usaha desa yang produktif dengan jalan memanfaatkan potensi kegotong-royongan masyarakat pedesaan. Program ini ternyata berhasil menggerakkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan. Berkat adanya usaha-usaha pembinaan masyarakat desa dan lembaga-lembaga pembangunan desa yang intensif seperti Lembaga Sosial Desa (LSD), Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD), Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP), maka pelaksanaan program bantuan pembangunan desa telah berjalan dengan baik. Program tersebut mencakup pembangunan prasarana produksi desa, prasarana perhubungan desa, prasarana pemasaran desa, dan sarana-sarana penunjang lainnya. Berbagai hasil usaha dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat desa dengan meningkatkan keadaan sosial ekonomi mereka telah tampak di mana-mana. Di samping itu program bantuan desa telah pula memberikan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat desa di dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta penyempurnaan organisasi pemerintahan desa. Agar supaya pembangunan desa yang dilakukan oleh berbagai sektor dan dengan partisipasi masyarakat dapat terselenggara dengan efisien dan efektif, maka dibentuklah Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP). Wilayah Unit Daerah Kerja Pembangunan meliputi suatu daerah Kecamatan. Pada Unit Daerah Kerja inilah diselenggarakan berbagai program dan usaha-usaha swadaya gotong-royong masyarakat dalam suatu kesatuan yang bulat serta terkoordinir. 2. Pelaksanaan program bantuan pembangunan desa. Program ini mulai diselenggarakan sejak tahun pertama Repelita I dengan bantuan keuangan Pemerintah Pusat sebesar 460 Rp. 100.000,— tiap desa. Bantuan tersebut diberikan langsung kepada Kepala Desa melalui cabang Bank Rakyat Indonesia yang terdekat. Pemilihan dan pelaksanaan proyek seluruhnya juga menjadi tanggung jawab desa. Jumlah realisasi bantuan Pemerintah Pusat untuk pembangunan desa selama Repelita I mencapai jumlah Rp. 24,84 milyar. Dengan bantuan tersebut proyek-proyek prasarana yang telah dapat diselesaikan sampai dengan akhir Maret 1974 ada sebanyak 366.072 buah yang diperkirakan bernilai Rp. 59,20 milyar, yang terdiri dari bantuan Pemerintah Pusat Rp. 24,84 milyar, bantuan Pemerintah Daerah Rp. 1,66 milyar, dan swadaya masyarakat sebesar Rp. 32,70 milyar. Perkembangan jumlah bantuan desa dan besarnya swadaya masyarakat dalam program bantuan desa selama Repelita I dapat dilihat pada Tabel VIII — 1. Proyek-proyek prasarana desa yang telah selesai dibangun tersebut terdiri dari proyek prasarana produksi 156.343 buah, prasarana perhubungan desa 147.007 buah, prasarana pemasaran desa 32.417 buah, dan prasarana lain-lain 30.305 buah. Perkembangan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan desa dari tahun ke tahun menurut propinsi selama periode 1969/70 — 1973/74 dapat dilihat pada Tabel VIII — 2. Di samping itu Tabel VIII — 3 memberikan perincian jumlah seluruh proyek prasarana desa selama Repelita I menurut jenis proyek dan propinsi. Dari Tabel VIII — 1 tampak bahwa jumlah seluruh nilai proyek menunjukkan perkembangan yang menurun terutama oleh karena menurunnya swadaya masyarakat. Di samping itu bantuan Pemerintah Daerah juga mulai menurun sejak tahun 1971/ 72. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena pada tahuntahun pertama Repelita I semua potensi bantuan Pemerintah Daerah dan swadaya masyarakat diutamakan untuk pelaksanaan program bantuan pembangunan desa. Dalam tahun-tahun 461 TABEL VII — 1 P E R K E M B A N G A N J U M L A H B ANTU AN DESA D A N B E S A R N Y A SWADAYA M A S Y A R A K A T D A L A M P R O G R A M PEMBANGUNAN DESA, 1969/70 — 1973/74 1) (dalam milyar rupiah) R E P EL I T A I I 1970/71 1971/72 1972/73 2,60 5,59 5,25 5,70 5,70 24,84 0,24 11,40 0,59 6,40 0,44 5,50 0,30 5,60 0,09 2) 3,80 2) 1,66 32,70 Jumlah seluruh nilai proyek 14,24 12,58 11,19 11,60 9,59 2) 59,20 Jumlah Proyek (buah) 85,989 98,772 65,819 75,968 39,524 2) 366,072 Bantuan Pemerintah Pusat Bantuan Pemerintah Daerah Swadaya Masyarakat 1) 2) 1973/74 Jumlah (1967/70 — 973/74) 1969/70 Angka-angka diperbaiki. Angka-angka sementara. 462 TABEL VIII - 2 PERKEMBANGAN JUMLAH PROYEK PRASARANA DESA MENURUT PROPINSI, 1969/70 - 1973/74. (satuan proyek) R No. Propinsi E P EL I T A P 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1. 2. DI A c e h Sumatera Utara 7.110 2.776 12.957 5.780 4.036 3.392 3.778 2.581 3. Sumatera Barat 1.348 1.590 1.120 4. Riau 805 709 802 5. Jambi 472 421 6. 7. Bengkulu Sumatera Selatan 165 459 8. Lampung 2.069 I 1973/74 x JUMLAH 316 1.677 28.197 16.206 1.173 893 6.124 741 611 3.668 427 339 260 1.919 207 641 236 793 116 734 93 524 817 3.151 2.135 2.045 1.975 1.147 9.371 9. DKI Jakarta 165 243 276 345 271 1.300 10. Jawa Barat 9.383 11.466 9.153 8.714 6.298 45.014 11. Jawa Tengah 11.721 15.360 14.162 23.938 3.457 68.638 12. 13. D I Yogyakarta Jawa Timur 1.796 23.806 1.906 26.289 1.293 13.535 1.251 17.373 533 14.324 6.779 95.327 14. Kalimantan Barat 7.591 4.793 3.506 3.586 2.498 21.274 15. 16. Kalimantan Tengah 690 1.994 155 108 2.632 Kalimantan Selatan 658 2.044 1.021 1.739 1.569 825 8.171 17. 18. Kalimantan Timur 1.139 608 444 512 166 2.869 Sulawesi Utara 2.963 1.341 667 1.675 7.854 19. 1.057 1.007 461 828 460 357 475 4.152 20. Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara 21. Sulawesi Selatan 22. Bali 23. Nusa Tenggara Barat 1.664 Nusa Tenggara Timur Maluku 1.502 24. 25. 26. 515 x) Angka sementara 463 903 .459 2.370 2.074 2.084 1.094 1.470 1.109 7.831 922 1.282 1.520 964 921 1.025 5.114 1.233 1.214 316 5.947 1.392 1.896 1.470 508 1.173 101 376 190 5.913 1.785 - Irian Jaya. J U M L AH 1.208 85.989 98.772 65.819 254 75.968 4.480 254 39.524 366.072 TABEL V I I I - 3 JUMLAH PROYEK PRASARANA DESA MENURUT JENIS PROYEK DAN PROPINSI SELAMA REPELITA I No. Propinsi Aceh Produksi Perhubungan Pemasaran 18.314 290 921 572 495 174 (satuan proyek) Lainlain 1. DI 2. Sumatera Utara 7.665 5.680 3. 4. Sumatera Barat 2.000 8.285 3.397 Riau 1.207 1.913 5. Jambi 635 847 6. 7. Bengkulu 232 144 82 Sumatera Selatan 789 359 1.786 576 - 3.151 8. Lampung 6.399 706 785 325 9.371 46 1.300 1.862 1.928 1.320 28.197 155 6.124 53 3.668 263 1.919 16.206 817 9. DKI Jakarta 486 10. Jawa Barat 24.292 17.575 62 1.946 1.201 45.014 11. Jawa Tengah 35.804 10.276 9.387 13.171 68.638 12. DI Yogyakarta 1..977 688 2.232 6.779 13. Jawa Timur 1.902 45.891 36.347 7.529 7.529 95.327 14. Kalimantan Barat 8.233 12.047 1.522 172 21.974 15. 16. Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan 1.637 2.632 17. Kalimantan Timur 18. 19. 20. Sulawesi Tenggara 3.216 605 4.402 290 475 100 78 8.171 921 1.601 211 131 2.869 Sulawesi Utara 2.569 7.854 1.888 412 415 5s Sulawesi Tengah 4.822 1.396 453 4.152 664 1.167 404 135 2.370 1.337 407 745 7.831 751 5.114 5.347 21. Sulawesi Selatan 22. Bali 1.237 4.512 99!) Z.957 23. Nusa Tenggara Barat 2.423 24. Nusa Tenggara Timur 3.032 25. Maluku 1.045 26. Irian Java 34 1.39 6 27 156.343 147.007 JUMLAH 2.638 '680 206 1.251 1.630 1.074 - 5.913 965 4,480 11 182 254 32.417 30.305 366.072 464 selanjutnya bantuan Pemerintah Daerah dan swadaya masyarakat tidak hanya diutamakan untuk pelaksanaan program bantuan pembangunan desa, akan tetapi juga untuk proyekproyek lain yang memerlukan partisipasi Pemerintah Daerah dan masyarakat desa seperti Proyek Padat Karya, proyek bantuan desa Pemerintah Daerah, Proyek Pemugaran Desa, dan lain-lain. Apabila jumlah bantuan Pemerintah Pusat dibandingkan dengan swadaya masyarakat, maka nampak bahwa selama Repelita I bantuan Desa telah mendorong tumbuhnya swadaya gotong-royong masyarakat yang lebih besar yaitu kurang lebih 1,3 kali jumlah bantuan yang diberikan. Dari penyebarannya menurut propinsi dan jenis proyek juga tampak bahwa program tersebut telah meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam berbagai kegiatan pembangunan yang tersebar di seluruh Indonesia (lihat Tabel VIII — 2 dan VIII — 3). Hal ini mempunyai arti yang besar dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. 3. Kegiatan-kegiatan lainnya dalam pembangunan desa. Di samping program Bantuan Pembangunan Desa, telah dilakukan pada berbagai kegiatan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam rangka pembangunan desa, yaitu: a. Penelitian tata-desa dan unit daerah kerja pembangunan. Selama Repelita I telah dapat diselesaikan penelitian potensi desa, di seluruh Indonesia. Penelitian typologi desa telah dilaksanakan pada 100 Kecamatan sebagai sample yang meliputi 2.000 desa. Dari hasil penelitian potensi desa, typologi desa dan tata desa di 52 Kecamatan di 52 Kabupaten yang telah mempunyai Unit Daerah Kerja Pembangunan, telah dapat disusun arah dan kebijaksanaan pembangunan desa, terutama yang berhubungan dengan penyerapan tehnologi baru, seperti pengeringan kapur, penggilingan minyak sereh, dan lain-lain. 465 411234 - (30). Juga telah disusun suatu pedoman tehnis tata-desa (perencanaan desa) dan implikasi tata desa pada unit daerah kerja pembangunan. Di samping itu telah dirumuskan langkah-langkah untuk pengembangan dan pembentukan Unit Daerah Kerja Pembangunan sebagai suatu Sistim Pengembangan Desa dalam mempercepat proses tercapainya desa swasembada. b. Pembinaan Lembaga Sosial Desa Selama Repelita I usaha pembinaan lembaga-lembaga sosial desa untuk meningkatkan kesejahteraan sosial desa melalui peningkatan mutu Lembaga-lembaga Sosial Desa terus ditingkatkan baik di bidang ketrampilan petugas-petugas maupun pembentukan organisasinya. Pembinaan dan pengembangan Lembaga Sosial Desa yang bertujuan untuk memperbaharui kreativitas kehidupan pedesaan telah mulai dikembangkan sejak tahun 1952. Pada permulaan Repelita I tercatat sebanyak 38.445 buah Lembaga Sosial Desa. Selama Repelita I telah dapat dibangun lagi sebanyak 11.664 buah sehingga pada akhir Maret 1974 telah tercatat sebanyak 50.109 buah Lembaga Sosial Desa di seluruh Indonesia. Perkembangan jumlah Lembaga Sosial Desa tersebut selama periode Repelita I dapat dilihat pada Tabel VIII — 4. T A B E L VIII — 4 PERKEMBANGAN JUMLAH TAMBAHAN LEMBAGA SOSIAL DESA, 1969/70 — 1973/71 (buah) Tahun 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74 J U M L A H 466 Jumlah Tambahan Lembaga Sosial Desa 900 133 630 3.888 6.113 11.664 Sejak tahun 1971, sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 81 Tahun 1971 tanggal 18 Nopember 1971, pembinaan dan pengembangan Lembaga Sosial Desa telah dialihkan dari Departemen Sosial RI kepada Departemen Dalam Negeri sebagai salah satu langkah untuk melaksanakan pengintegrasian berbagai usaha pembangunan desa yaitu Lembaga Sosial Desa, Pendidikan Masyarakat, dan Pembangunan Masyarakat Desa sebagaimana dimaksudkan dalam Ketetapan MPRS No. XXVIII tahun 1966. Di samping pembentukan Lembaga Sosial Desa baru, selama Repelita I telah dilakukan pula kursus-kursus untuk meningkatkan pengetahuan data ketrampilan kepada 7.508 orang pengurus dan pembina Lembaga Sosial Desa. c. Pemukiman kembali (resettlement). Pemukiman kembali merupakan program yang baru dimulai dalam tahun 1972/73 yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa terkebelakang dan terpencil. Program ini telah dilakukan di beberapa propinsi antara lain di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Nusa Tenggara Barat. Selama Repelita I telah dapat dimukimkan seluruhnya 1.604 kepada keluarga yang berasal dari masyarakat desa yang terkebelakang dan terpencil. d. Perlombaan desa. Dalam rangka merangsang swadaya pembangunan desa, maka telah dilakukan pula semacam perlombaan desa yaitu memilih desa-desa yang paling giat melaksanakan pembangunan sebagai desa juara, baik pada tingkat kabupaten dan propinsi, maupun pada tingkat nasional. Kepada desa-desa pemenang diberikan penghargaan. 467 B. P R O G R A M P E M B A N G U N A N D A E R A H T I N G K A T I I 1. Pendahuluan. Sejak tahun kedua Repelita I, yaitu mulai dengan tahun anggaran 1970/71, Pemerintah telah memberikan bantuan pembangunan kepada Daerah-daerah Tingkat II Maksud pemberian bantuan tersebut adalah untuk meningkatkan partisipasi daerah dalam pelaksanaan pembangunan, memperbaiki prasarana ekonomi pedesaan, meningkatkan perekonomian daerah, sehingga dapat menciptakan perluasan lapangan kerja di dalam masing-masing daerah. Hal tersebut merupakan salah satu usaha dalam rangka pembagian yang lebih merata dari hasilhasil pembangunan. Selanjutnya bantuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan dorongan kepada Daerah Tingkat II dalam meningkatkan pendapatan daerahnya sendiri (terutama IPEDA), sehingga Daerah Tingkat I I yang bersangkutan dapat meningkatkan anggaran pembangunannya. Penentuan jumlah bantuan untuk tiap-tiap Daerah Tingkat I I didasarkan pada jumlah penduduk masing-masing daerah. Dalam tahun 1970/71 jumlah tersebut ditetapkan sebesar Rp. 50, — per jiwa. Untuk Daerah Tingkat II yang jumlah penduduknya sangat sedikit, diberikan jumlah minimum sebesar Rp. 50, — juta. Dalam tahun-tahun berikutnya jumlah bantuan tersebut terus ditingkatkan sesuai dengan kemampuan keuangan negara menjadi Rp. 75, — per jiwa dalam tahun 1971/72, Rp. 100, — dalam tahun 1972/73 dan akhirnya menjadi Rp. 150, — per jiwa dalam tahun 1973/74. Jumlah bantuan minimum juga ditingkatkan dari Rp. 5 juta menjadi Rp. 7,5 juta dalam tahun 1971/72, Rp. 10 juta dalam tahun 1972/73, dan Rp. 15 juta dalam tahun 1973/74. Tabel VIII — 5 memberikan gambaran tentang perkembangan jumlah bantuan tersebut dari tahun 1970/71 sampai dengan tahun 1973/74. Dari Tabel tersebut di atas tampak bahwa jumlah bantuan telah meningkat dari tahun ke tahun sehingga dalam tahun 1973/74 jumlahnya telah menjadi hampir tiga setengah kali jumlah bantuan tahun 1970/71. 468 TABEL VIII — 5 JUMLA H BAN TUAN P E M B A N G U N A N D A E R A H TINGKAT II, 1970/71 — 1973/74 Tahun Bantuan per jiwa (rupiah) Bantuan minimum (juta rupiah) Jumlah bantuan (juta rupiah) 1970/71 50,0 5,0 5.600,0 1971/72 75,0 7,5 8.823,0 1972/73 100,0 10,0 12.800,0 1973/74 100,0 15,0 19.200,0 J U M L A H 46.423,0 Mulai tahun 1972/73, pelaksanaan pemberian bantuan dikaitkan dengan kemampuan masing-masing daerah dalam mengumpulkan IPEDA sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan. Kepada Daerah Tingkat II yang realisasi penerimaan IPEDAnya melampaui target yang telah ditetapkan, disamping bantuan per kapita diberikan pula dana perangsang. Besarnya dana perangsang disesuaikan dengan prestasi realisasi IPEDA pada masing-masing Daerah Tingkat II. Pemberian dana perangsang yang dihubungkan dengan penerimaan IPEDA tersebut bertujuan agar Daerah-daerah Tingkat II secara terus menerus berusaha memperbesar penerimaan daerahnya sendiri. Dari 281 Kabupaten/Kotamadya, yang mendapat perangsang IPEDA dalam tahun 1972/73 ialah sebanyak 130 Kabupaten/ Kotamadya dan dalam tahun 1973/74 sebanyak 184 Kabupaten/ Kotamadya. 469 Dalam rangka mengurangi kesulitan peralatan untuk pembangunan jalan daerah, maka sejak tahun 1972/73 juga diberikan bantuan sebuah mesin gilas jalan kepada Kabupaten/Kotamadya yang sangat memerlukannya. Jumlah mesin gilas yang diberikan dalam tahun tersebut .sebanyak 75 buah. Dalam tahun 1973/74 telah diberikan lagi bantuan mesin gilas kepada 40 Daerah Tingkat II. Daerah-daerah yang sampai dengan tahun 1973/74 belum mendapatkan mesin gilas jalan akan diberikan dalam tahun berikutnya. Di samping perangsang IPEDA dan bantuan mesin gilas jalan, dalam tahun 1973/74 telah diberikan pula bantuan khusus kepada daerah-daerah minus/kritis misalnya daerah-daerah yang sering tertimpa bencana alam atau yang keadaan ekonominya belum tumbuh. Sasaran utama penggunaan bantuan pembangunan Daerah Tingkat II adalah rehabilitasi, peningkatan, dan perluasan prasarana perekonomian di daerah. Termasuk di sini adalah : prasarana perhubungan seperti jalan dan jembatan yang menjadi tanggung jawab masing-masing Daerah Tingkat II; prasarana pertanian seperti bendungan, saluran irigasi, dan bangunan-bangunan pembagi air; serta proyek-proyek lain yang mengarah kepada pengawetan tanah dan air seperti penghijauan, penghutanan kembali, dan pencegahan banjir. Untuk wilayah-wilayah perkotaan, bantuan ini dapat dipergunakan untuk perbaikan kampung atau pembangunan prasarana untuk kepentingan umum seperti riol, pasar, terminal bis, dan pelabuhan sungai di daerah-daerah di mana lalu-lintas sungai memegang peranan yang penting. Agar bantuan pembangunan tersebut dapat mencapai sasarannya, Pemerintah Pusat memberikan pedoman mengenai tata cara pemilihan dan pengusulan proyek, serta jenis dan syarat-syarat proyek yang dapat dibiayai dengan bantuan tersebut. 470 Proyek-proyek yang dapat dibangun dalam rangka bantuan ini adalah proyek-proyek yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. b. Selama pembangunannya proyek-proyek tersebut harus dapat menyerap tenaga kerja dan bilamana selesai dapat memperluas kesempatan kerja; menggunakan tenaga kerja dan bahan yang tersedia setempat serta sedikit mungkin menggunakan bahan-bahan impor; c. d. e. f. meningkatkan produksi dalam waktu singkat; meningkatkan partisipasi penduduk dalam pembangunan; secara tehnis dapat dipertanggung jawabkan; pembangunannya dilakukan atas dasar pengupahan yang wajar dan bukan gotong-royong; g. harus dapat dilaksanakan, c.g. direncanakan, dipersiapkan dan diawasi oleh tenaga tehnik yang telah ada di daerah; h. pelaksanaannya tidak tergantung kepada proyek-proyek lain; i. dapat dilaksanakan dalam satu, tahun anggaran; j. proyek-proyek tersebut adalah proyek-proyek yang diprioritaskan dan pelaksanaannya serasi dengan proyek-proyek Repelita lainnya. Penentuan proyek:-proyek yang akan dibangun dengan bantuan tersebut sepenuhnya diserahkan kepada Daerah Tingkat II yang bersangkutan sepanjang tidak menyimpang dari pedoman yang telah digariskan Dalam hal ini, Bupati Walikota Kepala Daerah dengan dibantu oleh staf tehnis seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertanian, dan sub Resort Tenaga Kerja, merencanakan proyek-proyek yang sesuai untuk daerahnya dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi serta mengembangkan perekonomian daerah yang bersangkutan. Rencana proyek tersebut di atas dituangkan dalam Daftar Usulan Rencana Proyek (DURP) dan harus dilampiri gambar rencana (design) serta perhitungan biaya dari proyek tersebut. 471 Daftar Usulan Rencana Proyek beserta lampirannya disampaikan kepada Gubernur/Kepala Daerah yang bersangkutan untuk dinilai dan dimintakan persetujuaanya. Penilaian Gubernur Kepala Daerah atas proyek tersebut meliputi penilaian yang bersifat sosial, ekonomi, dan penilaian tehnis. Penilaian sosial dan ekonomi dilakukan oleh staf unit perencanaan Daerah Tingkat I (BAPPEDA), sedangkan penilaian tehnis dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Propinsi. Apabila dinilai baik berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi, maupun tehnis, dan proyek tersebut telah memenuhi syarat maka Gubernur Kepala Daerah mengesyahkan rencana tersebut. Selanjutnya Bupati/Walikota Kepala Daerah melaksanakan proyek tersebut sesuai dengan pengesahan Gubernur. Dengan demikian dalam pelaksanaan bantuan tersebut terdapat pembagian tugas antara pusat, propinsi dan kabupaten. Pemerintah pusat memberikan pedoman umum demi keserasiannya dengan program Nasional. Pemerintah Daerah Tingkat I mengadakan penilaian terhadap proyek-proyek yang diajukan oleh Daerah Tingkat II, melihat keserasiannya dengan semua proyek-proyek yang ada dalam lingkungan propinsi yang bersangkutan serta mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Sedangkan Daerah Tingkat II yang bersangkutan merencanakan dan melaksanakan proyek tersebut. Dengan cara yang demikian itu, dikembangkanlah prinsip perencanaan dari bawah ke atas, di samping perencanaan dari atas ke bawah. 2. Pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II Selama Repelita I, dengan bantuan ini telah dibangun 9.880 buah proyek yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada Tabel VIII — 6 dapat dilihat penyebaran proyek menurut propinsi. Dari seluruh jumlah proyek sebanyak 9.880 buah, 1.747 buah proyek terdapat di Jawa Timur, 1.431 buah proyek terdapat di Jawa Tengah, 1.388 buah proyek di Jawa Barat, 737 buah proyek di D.I. Aceh, dan sisanya tersebar di seluruh Indonesia. 472 TABEL VIII — 6 PERKEMBANGAN JUMLAH PROYEK BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II MENURUT PROPINSI, 1969/70 — 1973/74 (satuan proyek) R E P E L I T A No. 1. 2. 3. 4. Propinsi DI A c e h Sumatera Utara Sumatera Barat 1969/70 1970/71 — — — 108 85 109 I 1971/72 1972/73 1973/74 Jumlah 192 146 100 216 182 1) 116 64 737 577 389 95 182 221 164 Riau — 19 33 35 5. Jambi — 19 31 62 49 161 6: Bengkulu — 39 17 7. $. — 34 45 30 Sumatera Selatan 45 79 120 249 Lampung — 10 26 80 1) 41 44 121 9. DKI Jakarta — 27 8 36 1) 24 95 445 1.388 1.431 10. 11. Jawa Barat Jawa Tengah — — 215 206 301 427 1) 345 444 1) 436 12. DI Yogyakarta — 44 57 51 1) 47 199 13. 14. 15. 16. 17. 18. Jawa Timur — 416 357 443 Kalimantan Barat — 26 23 27 531 31 1.747 13 12 18 53 54 7 38 6 49 1) 47 12 23 188 48 29 38 42 40 1) 52 22 159 32 1) 14 97 172 580 50 240 95 127 308 58 X 93 13 . 37 Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara — — — — — 10 19. Sulawesi Tengah 17 20. Sulawesi Tenggara — 25 39 19 21. Sulawesi Selatan — 110 137 161 22. Bali — 42 23. Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur — — 53 44 24. 25. 26. Maluku Irian Jaya JUMLAH — — 9 — 1.763 51 78 179 16 15 2.393 97 1) 82 111 10 9 1) 2.833 2.891 107 113 461 9.880 1) Angka diperbaiki 473 Ikhtisar hasil fisik pelaksanaan bantuan pembangunan Daerah Tingkat II selama Repelita I dapat dilihat pada, Tabel VIII — 7. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah : a. Proyek jalan meliputi 16.203 km, terdiri atas rehabilitasi 14.804 km dan pembuatan jalan baru 1.399 km. b. Proyek jembatan meliputi 67.243 m, terdiri atas rehabilitasi 33.988 m dan pembuatan jembatan baru 33.255 m. c. Proyek pengairan terdiri atas rehabilitasi areal persawahan seluas 385.138 ha. d. Proyek lain-lain di antaranya: — pembangunan pasar yang meliputi 425 proyek dengan luas 517.781 m2, — perbaikan riool dalam perkotaan sepanjang 212.447 m, — pembuatan terminal bus sebanyak 95 buah, —— pelabuhan sungai 64 buah, — proyek penghijauan seluas 178.094 ha, — pencegahan banjir meliputi 21.192 ha, — gorong-gorong sebanyak 5.741 buah, — pembangunan air minum pedesaan, dan lain-lain. Pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasil yang telah dicapai (sangat berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi, penerimaan daerah, perkembangan sosial, dan pembinaan aparatur di daerah. Hasil-hasil rehabilitasi dan pembangunan jalan dan jembatan di daerah pedesaan telah membuka dan memperlancar hubungan antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat pemasaran di kota, sehingga angkutan bahan keperluan pertanian maupun hasil-hasil pertanian dapat dilaksanakan dengan lebih cepat. Hal ini mendorong Para petani untuk meningkatkan produksinya, sehingga pendapatan mereka juga akan meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan petani, maka kemampuan 474 TABEL VIII — 7 HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II, 1969/70 — 1973/74 *) Jenis Proyek R E P E L I T A Satuan 1969/70 I 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74 Jumlah 3.016,4 3.748,3 4 .408,4 5.030,0 16.203 Ja1an Km Jembatan m 12.259,0 15.330,0 18.734,0 20.920,0 67.243 Pengairan ha 57.808,0 114.828,0 95.602,0 116.900,0 385.138 Proyek 368 396 481 457 Proyek lainlain *) 1.703 Angka-angka diperbaiki. 475 mereka dalam memenuhi kewajiban untuk membayar IPEDA juga meningkat sehingga meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah. Pembangunan proyek-proyek dan perbaikan prasarana ekonomi di daerah juga telah banyak menciptakan lapangan kerja baru di daerah, sehingga bantuan tersebut telah dapat membantu menanggulangi masalah pengangguran yang diha dapi dewasa ini. Selain dari pada itu, terciptanya kesempatan kerja baru di daerah telah dapat mengurangi arus urbanisasi ke kota-kota tertentu. Di samping itu maka tersebarnya pembangunan ke daerahdaerah telah menimbulkan tanggapan yang positif di kalangan rakyat, sehingga meningkatkan kepercayaan rakyat pada program pembangunan Pemerintah. Program ini juga telah meningkatkan ketrampilan aparatur Pemerintah di daerah terutama dalam bentuk tertib administrasi dan sikap mental yang berorientasi kepada pembangunan. Meskipun telah banyak hasil yang dicapai selama Repelita I dalam bentuk rehabilitasi dan pembangunan prasarana di daerah seperti jalan, jembatan, dan pengairan namun kebutuhan prasarana di daerah dalam rangka peningkatan perekonomian daerah belum. seluruhnya terpenuhi. Oleh karena itu maka kebijaksanaan pemberian bantuan tersebut akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan dalam Repelita II. C. 1. PEMBANGUNAN DAERAH IRIAN JAYA Pendahuluan. Selama Repelita I kebijaksanaan pembangunan daerah Irian Jaya ditujukan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya rakyatnya. Dengan latar belakang keadaan sosial budaya, ekonomi, dan perhubungan yang buruk, penduduk pedalaman yang terbelakang, terpencar, dan terpencil, maka kebijaksanaan pembangunan di daerah Irian Jaya selama Repelita I adalah : 476 a. Meningkatkan prasarana fisik yang meliputi perhubungan laut, perhubungan udara, perhubungan darat, telekomunikasi, listrik, air minum, dan lain-lain. b. Mengembangkan pertanian dengan mendorong masyarakat untuk meningkatkan produksi pangan, peternakan, perkebunan, dan lain-lain. c. Meningkatkan kegiatan di bidang pendidikan dan ketrampilan guna mendapatkan sumber tenaga kerja yang terdidik dan, terlatih. d. Meningkatkan kegiatan di bidang kesehatan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. e. Meningkatkan prasarana fisik pemerintahan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Selama Repelita I untuk pembangunan daerah Irian Jaya disediakan anggaran sebesar Rp. 17,1 milyar sedangkan jumlah realisasinya sebesar Rp. 12,7 milyar. Di samping itu tersedia pula bantuan PBB (FUNDWI) berupa bantuan tehnis, perala tan, tenaga ahli, yang berjumlah US $ 30 juta. Pemerintah Daerah juga melaksanakan kegiatan pembangunan yang biayanya diperoleh dari surplus anggaran rutin daerah. Pembangunan daerah tersebut antara lain meliputi rehabilitasi jalan/jembatan, kantor dan perumahan pegawai. 2. Pelaksanaan Pembangunan Daerah Irian Jaya. Hingga akhir tahun Repelita I pelaksanaan pembangunan di Irian Jaya telah menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Adanya beberapa keterlambat an pelaksanaan antara lain disebabkan oleh karena keadaan perhubungan yang belum begitu mantap, dan aparatur Pemerintahan yang masih harus terus dilengkapi dan dibina. Selama Repelita I melalui program rehabilitasi/peningkatan prasarana perhubungan udara telah dapat diselesaikan rehabilitasi dan penambahan fasilitas pelabuhan udara dan keselamatan penerbangan, walaupun belum dapat memenuhi per477 syaratan operasi penerbangan secara keseluruhan. Tujuh buah lapangan udara telah ditingkatkan yaitu Biak (DC-9), Sentani (F-27), Merauke (F-27), Wamena (Hercules), Manokwari (F-27) Nabire (F-27) dan Waghete (DC-3). Dewasa ini pembangunan lapangan terbang di Fak-Fak (F-27) sedang dalam taraf penyelesaian. Dengan demikian maka prasarana lalu lintas udara di daerah Irian Jaya telah dapat ditingkatkan. Di bidang perhubungan laut dapat dikemukakan bahwa dengan selesainya rehabilitasi beberapa pelabuhan, galangan kapal, dan telekomunikasi pelayaran maka telah terasa kemajuan-kemajuan dibidang angkutan laut: a. Secara teratur setiap bulan paling sedikit terdapat 3 buah kapal yang datang dari Jakarta ke Irian Jaya. Di samping itu kapal-kapal dari Singapura, Eropa dan Australia juga secara teratur 2 kali sebulan mengunjungi pantai Utara dan Selatan Irian Jaya. b. Kapasitas bongkar-muat telah meningkat menjadi 2 kali kapasitas semula, sehingga lamanya berlabuh dapat dikurangi dan dipersingkat. c. Trayek pelayaran pantai Irian Jaya telah dapat dilaksanakan secara teratur 2 minggu sekali. d. Keselamatan pelayaran dapat ditingkatkan dari 5 persen menjadi 70 persen. Program rehabilitasi/upgrading perhubungan darat, terutama ditujukan untuk meng-upgrade jalan dan jembatan antara Sentani — Jayapura sepanjang 35 km, dan 8 buah jembatan sepanjang ± 180 m. Di samping itu pembukaan jalan-jalan baru, terutama yang menghubungkan kota-kota Kabupaten ke daerah hinterland, telah mulai dilaksanakan. Dengan demikikian timbullah suatu hubungan timbal balik yang dapat mempercepat proses hubungan antara daerah-daerah kantong, yang selanjutnya menuju kepada satu kesatuan sosial ekonomi di daerah Irian Jaya. Di bidang penyediaan air minum pun telah dapat ditingkatkan penyediaan air dari 15 liter/detik menjadi 30 liter/detik di 478 kota-kota Jayapura, Serui, Biak, Nabire dan Wamena. Penyediaan tenaga listrik juga telah meningkat dari 11.058.356 KWH pada tahun 1969/70 menjadi 22.948.810 KWH pada akhir Repelita I yang berarti suatu peningkatan sebesar 107,5 persen. Pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian, kehutanan, perikanan, dan peternakan menunjukkan hasil-hasil yang memuaskan. Perkebunan karet yang sebelum Repelita I dapat dikatakan terbengkalai, pada akhir Repelita I telah mulai berproduksi. Produksi kopra telah ditingkatkan dari 4.926 ton dalam tahun 1969/70 menjadi 6.847 ton pada akhir Repelita I, ikan air tawar dari 628 ton menjadi 1.127 ton, dan telor ayam dari 3 ton menjadi 140 ton. Produksi kehutanan berupa kayu logs juga meningkat dari 28.505 m3 menjadi 38.047 m3, sedangkan produksi kayu gergajian meningkat dengan pesat sekali dari 1.535 m3 menjadi 13.640 m3 pada akhir Repelita I. Di bidang sosial budaya tercatat pula pelbagai hasil pembangunan. Beberapa gedung SD, SLP, penambahan ruang kuliah Universitas Cenderawasih, gedung museum Uncen, dan beberapa asrama telah selesai dibangun/direhabilitir. Dengan selesainya kompleks/kampus Pusat Pendidikan Guru di Abepura maka kampus tersebut telah dapat dipergunakan untuk mendidik tenaga-tenaga baik dengan kursus langsung maupun melalui siaran pendidikan guru. Dari hasil-hasil yang dicapai telah di up-grade sebanyak 1.136 orang guru SD. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga-tenaga terlatih di Irian Jaya telah selesai dibangun Pusat Latihan Tenaga Kerja (Vocational Training Centre) dengan 8 jurusan yaitu motor diesel, mesin, listrik, bangunan, las, montir mobil, alat-alat berat, dan pertukangan kayu. Jumlah murid pada akhir Repelita I ada 296 orang. Di bidang kesehatan telah dapat ditingkatkan jumlah Balai Pengobatan dari 125 buah menjadi 140 buah dan rumah sakit dari 26 buah menjadi 42 buah. Jumlah Puskesmas yang dibangun ada 23 buah. Penambahan perawat 150 orang, bidan 27 orang, dan pembantu kesehatan 685 orang. 479 4. Task Force/ Pembangunan Masyarakat Pedalaman dan Proyek Kemanusiaan. Kegiatan pembangunan masyarakat daerah pedalaman Irian Jaya dilakukan oleh suatu Task Force. Tugas Task Force adalah untuk meningkatkan tata budaya masyarakat dengan menekankan pembangunan di bidang sosial dan mental rakyat pedalaman. Dengan mempertimbangkan keadaan fisik prasarana serta kondisi sosial budaya masyarakat pedalaman tersebut maka Task Force telah menyusun program kerja yang meliputi: 1. memperluas perhubungan menuju ke pedalaman, 2. menyelenggarakan program pendidikan berupa Kursus Pelopor Pembangunan Desa (KPPD), 3. menyelenggarakan penyuluhan di bidang pertanian, 4. menyelenggarakan program pemukiman kembali (resettlement) penduduk ke daerah-daerah yang lebih baik, 5. melaksanakan proyek kemanusiaan dengan menggunakan Dana Pengasuhan Putra Putri Pedalaman Irian Jaya, yang sangat bermanfaat bagi pembinaan generasi muda, 6. menyelenggarakan program penerangan agama dan kesehatan, dan 7. menyelenggarakan proyek sandang masyarakat pedalaman. Hasil-hasil yang telah dicapai oleh Task Force selama Repelita I yang sangat penting berupa pembangunan 13 buah tempat kursus berikut asrama bagi Kursus Pelopor Pembangunan Desa. Sampai dengan akhir Repelita I telah dihasilkan sebanyak 1.378 orang lulusan, yang kemudian diharapkan akan menjadi pelopor pembangunan bagi desanya masing-masing. Pelaksanaan proyek kemanusiaan sampai akhir Repelita I telah berhasil diasuh 6.000 putra-putri Irian Jaya. Kepada mereka telah dibagi-bagikan pakaian seragam pramuka dan pakaian sehari-hari, alat tulis menulis, alat pertukangan, bibitbibit ternak dan tanaman. 480 Dalam bidang pemukiman kembali penduduk (resettlement), Task Force telah berhasil memukimkan kembali sejumlah 612 kepala keluarga, di antaranya 30 keluarga ex Gunung Kidul ke daerah-daerah Manokwari, Nabire, Merauke, dan Wamena. Dengan pemukiman kembali penduduk tersebut, pembangunan tata budaya dan sosial ekonominya dapat ditingkatkan. Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, hingga akhir Repelita I Task Force telah mengirim sebanyak 461 petugas ke daerah pedalaman untuk membantu pembangunan daerah-daerah tersebut. Di samping proyek-proyek Pusat yang dilaksanakan di Irian Jaya, Pemerintah Daerah juga melaksanakan pembangunan daerah dengan biayanya sendiri yang meliputi rehabilitasi jalan, perumahan pegawai, dan lain-lain. 481 411234- (31).