825 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur - BPPBAP

advertisement
825
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENGHASIL ENZIM AMILASE, PROTEASE,
KITIN, DAN SELULOSA DARI MAKROALGA
Bunga Rante Tampangallo, Muharijadi Atmomarsono, dan Muliani
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan
E-mail:[email protected]; [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penghasil enzim amilase, protease,
kitin, dan selulosa dari bakteri yang ada pada makroalga. Kegiatan penelitian ini meliputi a) isolasi bakteri
dari beberapa jenis makroalga, b) uji biokimiawi masing-masing isolat bakteri terutama terhadap O/F medium,
uji amilase, protease, kitin, dan selulosa, c) uji sequencing 16S-rRNA terhadap beberapa isolat terpilih. Hasil
penelitian menunjukkan, bahwa 191 dari 250 isolat yang dikoleksi merupakan penghasil salah satu, dua,
tiga, atau keempat enzim di atas. Sebanyak 157 isolat bakteri yang mampu menghasilkan enzim amilase,
enzim protease 120 isolat, enzim kitin 87 isolat, enzim selulosa 12 isolat, dan hanya tiga isolat yang mampu
menghasilkan keempat jenis enzim tersebut. Hasil identifikasi dengan menggunakan sequensing 16S-rRNA
terhadap ketiga isolat tersebut menunjukkan bahwa isolat dengan kode BM31 adalah Bacillus sp., BM58
adalah Bacillus licheniformis, dan BM205 adalah Vibrio sp. Satu isolat lain yang memiliki keaktifan positif
terhadap amilase dan protease, teridentifikasi sebagai Bacillus subtilis dengan kode isolat BM12. Dengan
diperolehnya bakteri indigenous dari makroalga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bakteri pengurai
untuk kegiatan budidaya perikanan.
KATA KUNCI:
isolasi bakteri, 16S-rRNA, enzim, makroalga
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan mempunyai pulau yang cukup banyak, serta
panjang garis pantai 81.000 km yang sangat kaya akan sumberdaya alam (Dahuri et al., 1996). Salah
satu sumberdaya alam yang keberadaannnya cukup melimpah dan dapat dijumpai di hampir semua
wilayah perairan adalah makroalga. Beberapa jenis makroalga yang tumbuh melimpah di perairan
laut Indonesia, telah berhasil dibudidayakan baik di laut maupun di tambak, namun sebagian di
antaranya masih hidup liar.
Beberapa jenis bakteri telah diketahui dapat mengurai bahan organik dengan baik. Bakteri ini
dapat hidup sendiri di alam seperti Azosprillium sp. dan Azotobacter sp. dan ada juga yang hidupnya
bersimbiosis dengan tanaman seperti Rhizobium sp. yang sering ditemukan di akar kacang-kacangan
(Anonim, 2009). Selanjutnya dilaporkan bahwa beberapa mikroba yang diketahui dapat melarutkan
P dari sumber-sumber yang sukar larut seperti dari kelompok kapang/fungi seperti Penicillium sp. dan
Aspergillus sp. atau dari kelompok bakteri seperti Bacillus megaterium var. phosphaticum yang mulai
digunakan sebagai inokulum pertanian sejak tahun 1950-an.
Mengacu pada kegiatan pertanian, pemanfaatan makroalga yang diketahui dapat dijadikan salah
satu biofilter dalam perbaikan kualitas air budidaya, maka dilakukan isolasi bakteri yang berasosiasi
dengan makroalga. Beberapa jenis bakteri diketahui dapat menghasilkan enzim yang dibutuhkan
dalam budidaya perikanan. Bakteri penghasil enzim kitin, selulosa, amilase, protease, dan sebagainya
sangat dibutuhkan dalam memudahkan mengurai limbah hasil perikanan dan membantu pencernaan
ikan yang dibudidayakan. Bakteri-bakteri tersebut dapat diisolasi dari lingkungan budidaya itu sendiri
seperti Muliani et al. (2004) yang telah berhasil mengisolasi bakteri probiotik dari lingkungan budidaya
tambak, mangrove, dan dari laut dan mengaplikasikannya kembali ke tambak. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penghasil enzim amilase,
protease, kitin, dan selulosa dari bakteri yang berasosiasi di makroalga.
Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo)
826
BAHAN DAN METODE
Koleksi Makroalga dan Isolasi Bakteri
Makroalga diambil dari hasil budidaya di laut dan tambak, serta makroalga yang hidup liar di
pesisir laut di daerah Takalar, Barru, Bantaeng, dan Maros. Sampel makroalga yang dikoleksi,
dimasukkan ke dalam plastik klip, lalu dibawa ke Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan,
Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau Maros dan diusahakan tetap dalam
keadaan segar. Setiap jenis makroalga diidentifikasi untuk mengetahui spesiesnya (Cribb, 1996) dan
selanjutnya diisolasi bakterinya dengan teknik replika dan teknik pengenceran.
Isolasi Bakteri dengan Teknik Replika
Makroalga yang telah dikoleksi dipotong kecil-kecil kemudian dicuci dengan air laut steril, lalu
ditempelkan langsung ke media Tryptic Soy Agar (TSA) dan Marine Agar (MA). Setelah makroalga
ditempelkan, kemudian diinkubasikan pada suhu ruang selama 48 jam dengan posisi agar di bawah
dengan tujuan agar contoh makroalga yang ditempelkan tidak terlepas dari medianya. Koloni bakteri
yang tumbuh diisolasi berdasarkan bentuk, elevasi, warna, dan ukuran koloni (Lay, 1994). Setiap
koloni tunggal diisolasi ke media TSA yang dimiringkan untuk pengujian selanjutnya.
Isolasi Bakteri dengan Teknik Pengenceran
Makroalga yang sudah dicuci air laut steril dipotong-potong kecil dan dihaluskan dalam lumpang.
Kemudian ditimbang sebanyak 1 g, dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi 9 mL larutan
fisiologis (larutan NaCl 0,85%). Selanjutnya diencerkan secara berseri hingga 10 -4 lalu diinokulasi ke
dalam media TSA dan MA, masing-masing sebanyak 0,1 mL. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang
selama 48 jam dengan posisi agar di atas. Koloni bakteri yang tumbuh dihitung dan dimurnikan
berdasarkan bentuk, elevasi, warna, dan ukuran koloni (Lay, 1994). Setiap koloni tunggal diisolasi
ke media TSA yang dimiringkan untuk pengujian selanjutnya.
Uji Fisiologi dan Biokimiawi
Semua isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga dikarakterisasi secara fisiologi dan biokimia
yang meliputi pewarnaan gram, oksidasi/fermentasi, uji aktivitas amilolitik menggunakan media
yeast extract lima gram, soluble starch dua gram, bacto agar 20 g, dan basal medium 1 L; uji aktivitas
proteolitik menggunakan media Luria agar (LA) ditambah 1,5% skim milk; uji aktivitas kitinolitik
menggunakan media Luria agar (LA) ditambah 1% koloida kitin, dan uji aktivitas cellubiolitik
menggunakan media yang mengandung CMC 1% (Ariffin, 2006); uji antagonis dengan Vibrio harveyi
penyebab penyakit pada udang windu (Austin, 1993; Austin & Austin, 1993; Alsina & Blanch, 1994;
Muir, 1996), dan uji urease.
Identifikasi Bakteri secara Biomolekuler
Untuk menentukan identitas isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga, maka isolat bakteri
diidentifikasi berdasarkan sekuen 16S-rRNA. Analisis mengikuti metode Marchesi et al. (1998) yang
telah dimodifikasi oleh Suwanto et al. (2000) yaitu meliputi ekstraksi DNA, amplifikasi gen 16S-rRNA
dengan PCR, gene clean, Cycle sequensing dengan metode BigDye, presipitasi DNA, dan sekuensing
dengan mesin Sequenser.
HASIL DAN BAHASAN
Jenis Makroalga
Beberapa jenis makroalga yang telah dikoleksi dan diisolasi bakterinya antara lain adalah
Kappaphycus alvarezii, Caulerpa spp., Chnoospora implexa, Achantopora sp., Asparagopsis taxiformis, Padina
sp., dan Fidalia fimbriata berasal dari Kabupaten Takalar, Sargassum spp. dari Kabupaten Takalar dan
Kabupaten Barru, Kappaphycus alvarezii, lumut sutra dari Kabupaten Bantaeng dan Gracilaria spp. dari
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Beberapa jenis makrolaga baik yang telah dibudidayakan maupun
yang masih hidup liar disajikan pada Gambar 1.
827
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
Sargassum spp.
Kappaphycus alvarezii
Caulerpa sp.
Sargassum spp.
Gambar 1. Beberapa jenis makroalga sebagai sumber kandidat bakteri aktivator pada pembutan
pupuk organik
Isolat Bakteri
Isolat Bakteri pada Teknik Replika. Beberapa contoh koloni bakteri dari makroalga yang tumbuh
pada media TSA dengan teknik replika disajikan pada Gambar 2, terlihat bahwa dengan teknik replika
bakteri yang tumbuh pada medai TSA sebagian tidak berbentuk koloni tunggal akan tetapi masih
diffiuse atau bercampur satu koloni dengan koloni lainnya. Dengan demikian masih perlu dilakukan
pemisahan koloni pada media TSA dalam cawan petri sebelum dilakukan pemurnian koloni
menggunkan TSA yang dimiringkan dalam tabung reaksi.
Eucheuma spinosum
Gracillaria sp.
Caulerpa lentifera
Gambar 2. Performansi koloni bakteri pada media TSA dengan teknik replika
Hasil Uji Fisiologi dan Biokimia
Hasil Pewarnaan Gram. Hasil uji pewarnaan gram terhadap 250 isolat yang terkumpul adalah 50%
merupakan bakteri gram positif dan 30,77% merupakan bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif
akan berwarna merah pada saat dilakukan pewarnaan gram sedangkan bakteri gram positif berwarna
biru keunguan. Hal ini disebabkan adanya lapisan dinding sel pada bakteri gram positif yang dapat
menyerap warna biru keunguan pada safranin dan menyimpan warna tersebut sehingga pada saat
dilakukan pecucian dengan alkohol warna biru keunguan tersebut tidak dapat keluar lagi. Hal
sebaliknya pada bakteri gram negatif yang tidak dapat menyimpan warna biru keunguan dari kristal
violet sehingga ketika dibilas dengan alkohol, warna tersebut akan tercuci. Biru keunguan adalah
warna kristal violet yg mewarnai peptidoglikan (Purwoko, 2007). Manfaat pewarnaan gram adalah
dengan mengetahui bentuk bakteri tersebut maka dapat dikembangkan penggunaan dari bakteri
tersebut. Bakteri gram negatif misalnya, dapat menjadi sumber lipopolisakarida karena bahan
Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo)
828
imunostimulan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh kultivan sedangkan
pada bakteri gram positif hanya ditemukan peptidoglikan.
Hasil Uji Oksidatif/Fermentatif. Bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk berkembang biak akan
tetapi ada juga yang bersifat anaerob yang tidak membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Uji
oksidasi-fermentasi (O/F) dapat menjadi indikasi akan kebutuhan oksigen. Sekitar 21,33% isolat yang
dikoleksi bersifat oksidatif dan fermentatif, 11,33% bersifat oksidatif dan selebihnya memberikan
hasil negatif.
Hasil Uji Aktivitas Amilolitik. Mikroorganisme memproduksi enzim untuk memecah substansi di
dalam sel, salah satunya adalah amilase. Enzim ini dapat berperan dalam mengubah karbohidrat
kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Makroalga terdiri atas 23%-42% karbohidrat
(Rachmat, 2007). Oleh karena itu, bakteri yang dapat memproduksi enzim amilase diperlukan dalam
rangka mempercepat penguraian karbohidrat dalam mengurai makroalga. Sebanyak 157 (62,8%)
isolat bakteri dari makroalga menghasilkan enzim amilase. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas
amilolitik yang ditandai adanya zona bening/halo pada media agar yang mengandung soluble starch
(Gambar 3.).
Gambar 3. Uji aktivitas amilolitik terhadap bebrapa
isolat bakteri dari makroalga
Hasil Uji Aktivitas Kitinolitik. Kitin merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh cendawan
dan bakteri (Tsujibo et al., 1992) serta berperan penting dalam pemecahan kitin. Enzim ekstraseluler
adalah enzim yang dihasilkan di dalam sel, tetapi dikeluarkan ke medium tumbuhnya. Kitin
(homopolimer ikatan b-1,4 dari nasetilglukosamin) merupakan komponen struktural dari sebagian
besar dinding sel cendawan patogen (Yanai et al., 1994) dan polisakarida struktural terbesar penyusun
utama kerangka luar udang dan serangga. Kitin dapat mengkatalisis hidrolisis ikatan b-1,4
homopolimer N-asetilglukosamin menjadi monomer N-asetilglukosamin. Beberapa organisme hidup
bersimbiosis dengan makroalga dan untuk mempercepat penguraiannya maka diperlukan bakteri
yang dapat mengurai zat ini dengan cepat. Dari 250 isolat bakteri yang diisolasi, sebanyak 87 (34,8%)
isolat mengahsilkan enzim kitin. Hal ini ditandai dengan terbentuknya sona bening di sekitar isolat
yang ditanam ke media yang mengandung kitin (Gambar 4). Isolat ini juga dapat dimanfaatkan
dalam penanggulangan limbah industri udang sehingga kulit udang dapat terhidrolisis lebih cepat.
Kulit udang yang telah terhidrolisis dapat dijadikan sebagai campuran pakan ikan dan udang kembali
oleh karena kulit udang ini juga mengandung protein yang cukup tinggi. Dengan demikian
permasalahan tentang pengolahan limbah industri udang dapat sedikit teratasi.
Hasil Uji Aktivitas Proteolitik. Protein adalah poli-peptida dengan struktur tertentu, suatu heteropolimerdari asam amino. Enzim protease (poli-peptidase, oligo-peptidase, di-peptidase) merombak
protein menjadi peptida yang lebih sederhana atau asam amino. Selanjutnya asam amino mengalami
829
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
Gambar 4. Uji antivitas kitinolitik terhadap
bebrapa isolat bakteri dari makroalga
transaminasi, deaminasi, dekarboksilasi, atau dehidrogenasi menjadi zat lain yang lebih sederhana
yang selanjutnya dapat dimetabolisme antara lain lewat siklus Krebs (Anonim, 2010). Makroalga
mengandung protein 4%-15% b/b (Rachmat, 2007) dan untuk itu, pada pembuatan pupuk organik
yang berbahan dasar makroalga diperlukan bakteri yang dapat menghasilkan enzim protease. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 120 isolat (48%) bakteri proteolitik yang berhasil diisolasi
dari makroalga. Diharapkan dengan menggunakan isolat tersebut maka pupuk makroalga yang
dihasilkan mempunyai unsur hara yang cukup tinggi. Beberapa isolat bakteri yang diisolasi dari
makroalga telah dicoba digunakan sebagai aktivator pada pembuatan pupuk organik yang berbahan
baku Sarggassum sp. dan hasilnya menunjukkan bahwa bentuk/morfologi pupuk kompos, kandungan
C-organik, N-total, dan rasio C dan N cenderung lebih baik dibanding aktivator komersial (Susianingsih
et al., 2009).
Hasil Uji Aktivitas Selulolitik. Sebagian besar tumbuhan mengandung selulosa, demikian halnya
dengan makroalga. Selulosa ini dapat diurai oleh mikroba menjadi senyawa sederhana berupa glukosa,
CO2 dan hidrogen yang sangat berguna sebagai zat hara. Proses penguraian selulosa terjadi secara
enzimatik ekstraseluler yang dilakukan oleh beberapa mikroba selulolitik. Sebanyak 12 (0,48%) dari
250 isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga dapat mengurai selulosa. Hal ini ditandai dengan
adanya sona bening di sekitar isolat setelah ditetesi congo red. Isolat ini dapat digunakan dalam
pembuatan pupuk kompos berbahan baku makroalga. Makroalga mengandung unsur K, Na, Ca, dan
Mg yang cukup tinggi yang sangat dibutuhkan dalam tanah sehingga sangat baik dijadikan sebagai
bahan baku pupuk kompos.
Gambar 5. Uji aktivitas Proteolitik terhadap
bebrapa isolat bakteri dari makroalga
Hasil Uji Antagonisme dengan V. harveyi. Bakteri yang diisolasi dari makroalga ini juga dapat
dijadikan sebagai pengontrol populasi bakteri patogen pada udang windu. Hal ini diketahui dari
hasil uji daya hambat beberapa isolat bakteri dari makroalga terhadp V. harveyi di antaranya isolat
Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo)
830
Gambar 6. Uji aktivitas selulolitik terhadap
beberapa isolat bakteri dari makroalga
BM12 mampu menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp. Isolat lainnya yang telah diketahui
aktivitasnya adalah isolat kode BM58 yang bersifat urea positif. Hal ini dapat menjadi indikator
bahwa isolat ini mampu mengurai amoniak. Seperti diketahui bahwa amoniak dalam media budidaya
jika keberadaannya tinggi dapat menyebabkan kematian organisme budidaya. Isolat BM58 ini potensial
untuk digunakan dalam memperbaiki kualitas air.
Identifikasi Bakteri secara Biomolekuler
Identifikasi bakteri dapat dilakukan secara biokimiawi maupun secara molekuler. Sebanyak empat
isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga diidentifikasi secara molekuler berdasarkan sekuen 16SrRNA. Hasil analisis sekuen 16S-rRNA menunjukkan, bahwa isolat dengan kode BM12 yang memiliki
aktivitas enzim amilase dan protease adalah Bacillus subtilis dengan indeks kedekatan 97%. Isolat
BM31 yang memiliki aktivitas enzim amilase, kitin, protease, dan selulosa adalah Bacillus sp. dengan
indeks kedekatan 96%. Isolat BM58 yang memiliki aktivitas enzim amilase, kitin, protease, dan selulosa
adalah Bacillus licheniformis dengan indeks kedekatan 82%. Sedangkan isolat BM205 yang memiliki
aktivitas enzim amilase, kitin, protease, dan selulosa adalah Vibrio sp. dengan indeks kedekatan
95%. Ciri-ciri morfologi, karakteristik kimiawi, dan sumber isolat bekateri tersebut disajikan pada
Tabel 1.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Sebanyak 191 isolat bakteri dari 250 isolat yang diperoleh dari beberapa jenis makroalga di perairan
Sulawesi Selatan memiliki aktivitas enzimatik
Tabel 1. Karakteristik morfologi, biokimiawi, dan sumber isolat bakteri yang memiliki aktivitas
enzim
Kode
isolat
Nama bakteri
Karaketiristik
BM12
Bacillus subtilis
Berkerut, licin, agak kering, putih,
bersifat gram positif, O/F negatif
31
Bacillus sp.
Bulat, licin, cembung, merah bata
muda gram positif, oksidatif
58
Bacillus
licheniformis
205
Vibrio sp.
Bentuk tidak beraturan, elevasi
cekung, bulat, warna putih, gram
positif, O/F negatif
Bentuk bulat, tepian licin, elevasi
timbul berwarna hitam, bersifat
gram negatif, oksidatif
Sumber isolat
Caulerpa lentifera dari perairan Kabupaten
Takalar, dari media TSA metode
pengenceran
Eucheuma spinosum segar dari perairan
Kabupaten Takalar, dari media TSA metode
pengenceran
Eucheuma spinosum kering dari Kabupaten
Takalar,
dari media TSA metode pengenceran
Chnoospora complexa dari perairan
Kabupaten Takalar, dari media marine agar
dengan teknik replika
831
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013
2. Sebanyak 157 isolat memiliki aktivitas amilolitik, 120 isolat memiliki aktivitas protelitik, 87 isolat
memiliki aktivitas kitinolitik, 12 isolat memiliki aktivitas selulolitik, satu isolat memiliki aktivitas
urease positif dan tiga isolat bakteri memiliki aktivitas positif terhadap keempat enzim tersebut.
3. Dari empat isolat yang diuji dengan sequencing 16S-rRNA, tiga di antaranya tergolong dalam genera
Bacillus, sedang satu di antaranya tergolong Vibrio.
DAFTAR ACUAN
Alsina, M. & Blanch, A.R. 1994. A set of keys for biochemical identification of environmental Vibrio
species. J. Appl. Bacteriol., 76: 79-85.
Anonim. 2010. http://www.majudesaku.com/?p=44. Diakses 15 Maret 2010
Anonim. 2010. http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/macam-jalur-glikolisis/ Diakses 15 Maret
2010.
Anonim. 2009. http://totonunsri.blogsome.com/2009/04. Diakses 10 Februari 2009.
Ariffin, H., Abdullah, N., Kalsom, M.S., Shirai, Y., & Hassan, M.A. 2006. Production and characterisation
of cellulase by Bacillus pumilus SB3. International Journal of Engineering and Technology, 3(1): 47-53.
Austin, B. 1993. Metods in aquatic bacteriology. Jhon Wiley and Son’s. Chichester. New York. Brisbane,
Toronto. Singapore, 425 pp.
Austin, B. & Austin, D.A. 1993. Bacterial fish pathogens. Disease in farmed and wildfish. Second
edition. New York. London, 384 pp.
Cribb, A.B. 1996. Seaweeds of Queensland a naturalist’s guide. The Queensland Naturalists’ Club:
Handbook No. 2. Brisbane, 130 pp.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., & Sitepu M.J. 1996. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan
lautan secara terpadu. PT Pradaya Paramita. Jakarta.
Lay, B.W. 1994. Analisis mikroba di laboratorium. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Muliani, Nurbaya, Atmomarsono, M., & Tompo, A. 2004. Eksplorasi bakteri dari tanaman mangrove
sebagai bakteri probiotik pada budidaya udang windu Penaeus monodon. Laporan Hasil Penelitian
Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau, 18 hlm.
Purwoko, T. 2007. Fisiologi mikroba. PT Bumi Aksara. Jakarta, 286 hlm.
Rachmat, R. 2007. Potensi makroalga Indonesia untuk makanan kesehatan. Prosiding Seminar Kelautan
III. Universitas Hangtuah. Surabaya, hlm. 31-34.
Susianingsih, E., Nurbaya, & Asmanelly. 2009. Jenis dan dosis aktivator pada pembuatan kompos
berbahan baku makroalga. Laporan Hasil Penelitian Hibah Penelitian Bagi Peneliti dan Perekayasa
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Tsujibo, H., Yoshida, Y., Miyamoto, K., Hasegawa, T., & Inamori, Y. 1992. Purification and propertiies
of two types of chitinases produced by alkalophilic actinomycete. Bisci. Biotech. Biochem., 56:
1,304-1,305.
Yanai, K., Kojima, N., Takaya, N., Horiuchi, H., & Ohta, A. 1994. Isolation and characterization of two
chitin syntthase genes from Aspergillus nidulans. Biosci. Biotech. Biochem., 58: 1,828-1,835.
Muir, P. 1996. Identification of Vibrio and Pseudomonas bacteria. Departement of Mikrobiology,
Biochemical, and Tropical Veterinary Science. James Cook University of North Queensland. Australia,
6 pp.
Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo)
832
DISKUSI
Nama Penanya:
Pertanyaan:
Prof. Haryanti
Bakteri yang di isolasi bagaimana hubungannya dengan makroalga
Tanggapan:
Bakteri – bakteri tersebut bersimbiosis dengan makroalga tetapi bagaimana bentuk
hubungannya masih menjadi rencana penelitian selanjutnya.
Nama Penanya:
Pertanyaan:
Lili Solihah
Mungkin hasilnya dapat ditampilkan berdasarkan area lokasi sampel sebagai
terbentuk peta sebaran
Tanggapan:
Bakteri – bakteri tersebut bersimbiosis dengan makroalga tetapi bagaimana bentuk
hubungannya masih menjadi rencana penelitian selanjutnya.
Download