825 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI PENGHASIL ENZIM AMILASE, PROTEASE, KITIN, DAN SELULOSA DARI MAKROALGA Bunga Rante Tampangallo, Muharijadi Atmomarsono, dan Muliani Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:[email protected]; [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penghasil enzim amilase, protease, kitin, dan selulosa dari bakteri yang ada pada makroalga. Kegiatan penelitian ini meliputi a) isolasi bakteri dari beberapa jenis makroalga, b) uji biokimiawi masing-masing isolat bakteri terutama terhadap O/F medium, uji amilase, protease, kitin, dan selulosa, c) uji sequencing 16S-rRNA terhadap beberapa isolat terpilih. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa 191 dari 250 isolat yang dikoleksi merupakan penghasil salah satu, dua, tiga, atau keempat enzim di atas. Sebanyak 157 isolat bakteri yang mampu menghasilkan enzim amilase, enzim protease 120 isolat, enzim kitin 87 isolat, enzim selulosa 12 isolat, dan hanya tiga isolat yang mampu menghasilkan keempat jenis enzim tersebut. Hasil identifikasi dengan menggunakan sequensing 16S-rRNA terhadap ketiga isolat tersebut menunjukkan bahwa isolat dengan kode BM31 adalah Bacillus sp., BM58 adalah Bacillus licheniformis, dan BM205 adalah Vibrio sp. Satu isolat lain yang memiliki keaktifan positif terhadap amilase dan protease, teridentifikasi sebagai Bacillus subtilis dengan kode isolat BM12. Dengan diperolehnya bakteri indigenous dari makroalga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bakteri pengurai untuk kegiatan budidaya perikanan. KATA KUNCI: isolasi bakteri, 16S-rRNA, enzim, makroalga PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan mempunyai pulau yang cukup banyak, serta panjang garis pantai 81.000 km yang sangat kaya akan sumberdaya alam (Dahuri et al., 1996). Salah satu sumberdaya alam yang keberadaannnya cukup melimpah dan dapat dijumpai di hampir semua wilayah perairan adalah makroalga. Beberapa jenis makroalga yang tumbuh melimpah di perairan laut Indonesia, telah berhasil dibudidayakan baik di laut maupun di tambak, namun sebagian di antaranya masih hidup liar. Beberapa jenis bakteri telah diketahui dapat mengurai bahan organik dengan baik. Bakteri ini dapat hidup sendiri di alam seperti Azosprillium sp. dan Azotobacter sp. dan ada juga yang hidupnya bersimbiosis dengan tanaman seperti Rhizobium sp. yang sering ditemukan di akar kacang-kacangan (Anonim, 2009). Selanjutnya dilaporkan bahwa beberapa mikroba yang diketahui dapat melarutkan P dari sumber-sumber yang sukar larut seperti dari kelompok kapang/fungi seperti Penicillium sp. dan Aspergillus sp. atau dari kelompok bakteri seperti Bacillus megaterium var. phosphaticum yang mulai digunakan sebagai inokulum pertanian sejak tahun 1950-an. Mengacu pada kegiatan pertanian, pemanfaatan makroalga yang diketahui dapat dijadikan salah satu biofilter dalam perbaikan kualitas air budidaya, maka dilakukan isolasi bakteri yang berasosiasi dengan makroalga. Beberapa jenis bakteri diketahui dapat menghasilkan enzim yang dibutuhkan dalam budidaya perikanan. Bakteri penghasil enzim kitin, selulosa, amilase, protease, dan sebagainya sangat dibutuhkan dalam memudahkan mengurai limbah hasil perikanan dan membantu pencernaan ikan yang dibudidayakan. Bakteri-bakteri tersebut dapat diisolasi dari lingkungan budidaya itu sendiri seperti Muliani et al. (2004) yang telah berhasil mengisolasi bakteri probiotik dari lingkungan budidaya tambak, mangrove, dan dari laut dan mengaplikasikannya kembali ke tambak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penghasil enzim amilase, protease, kitin, dan selulosa dari bakteri yang berasosiasi di makroalga. Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo) 826 BAHAN DAN METODE Koleksi Makroalga dan Isolasi Bakteri Makroalga diambil dari hasil budidaya di laut dan tambak, serta makroalga yang hidup liar di pesisir laut di daerah Takalar, Barru, Bantaeng, dan Maros. Sampel makroalga yang dikoleksi, dimasukkan ke dalam plastik klip, lalu dibawa ke Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau Maros dan diusahakan tetap dalam keadaan segar. Setiap jenis makroalga diidentifikasi untuk mengetahui spesiesnya (Cribb, 1996) dan selanjutnya diisolasi bakterinya dengan teknik replika dan teknik pengenceran. Isolasi Bakteri dengan Teknik Replika Makroalga yang telah dikoleksi dipotong kecil-kecil kemudian dicuci dengan air laut steril, lalu ditempelkan langsung ke media Tryptic Soy Agar (TSA) dan Marine Agar (MA). Setelah makroalga ditempelkan, kemudian diinkubasikan pada suhu ruang selama 48 jam dengan posisi agar di bawah dengan tujuan agar contoh makroalga yang ditempelkan tidak terlepas dari medianya. Koloni bakteri yang tumbuh diisolasi berdasarkan bentuk, elevasi, warna, dan ukuran koloni (Lay, 1994). Setiap koloni tunggal diisolasi ke media TSA yang dimiringkan untuk pengujian selanjutnya. Isolasi Bakteri dengan Teknik Pengenceran Makroalga yang sudah dicuci air laut steril dipotong-potong kecil dan dihaluskan dalam lumpang. Kemudian ditimbang sebanyak 1 g, dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang berisi 9 mL larutan fisiologis (larutan NaCl 0,85%). Selanjutnya diencerkan secara berseri hingga 10 -4 lalu diinokulasi ke dalam media TSA dan MA, masing-masing sebanyak 0,1 mL. Selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam dengan posisi agar di atas. Koloni bakteri yang tumbuh dihitung dan dimurnikan berdasarkan bentuk, elevasi, warna, dan ukuran koloni (Lay, 1994). Setiap koloni tunggal diisolasi ke media TSA yang dimiringkan untuk pengujian selanjutnya. Uji Fisiologi dan Biokimiawi Semua isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga dikarakterisasi secara fisiologi dan biokimia yang meliputi pewarnaan gram, oksidasi/fermentasi, uji aktivitas amilolitik menggunakan media yeast extract lima gram, soluble starch dua gram, bacto agar 20 g, dan basal medium 1 L; uji aktivitas proteolitik menggunakan media Luria agar (LA) ditambah 1,5% skim milk; uji aktivitas kitinolitik menggunakan media Luria agar (LA) ditambah 1% koloida kitin, dan uji aktivitas cellubiolitik menggunakan media yang mengandung CMC 1% (Ariffin, 2006); uji antagonis dengan Vibrio harveyi penyebab penyakit pada udang windu (Austin, 1993; Austin & Austin, 1993; Alsina & Blanch, 1994; Muir, 1996), dan uji urease. Identifikasi Bakteri secara Biomolekuler Untuk menentukan identitas isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga, maka isolat bakteri diidentifikasi berdasarkan sekuen 16S-rRNA. Analisis mengikuti metode Marchesi et al. (1998) yang telah dimodifikasi oleh Suwanto et al. (2000) yaitu meliputi ekstraksi DNA, amplifikasi gen 16S-rRNA dengan PCR, gene clean, Cycle sequensing dengan metode BigDye, presipitasi DNA, dan sekuensing dengan mesin Sequenser. HASIL DAN BAHASAN Jenis Makroalga Beberapa jenis makroalga yang telah dikoleksi dan diisolasi bakterinya antara lain adalah Kappaphycus alvarezii, Caulerpa spp., Chnoospora implexa, Achantopora sp., Asparagopsis taxiformis, Padina sp., dan Fidalia fimbriata berasal dari Kabupaten Takalar, Sargassum spp. dari Kabupaten Takalar dan Kabupaten Barru, Kappaphycus alvarezii, lumut sutra dari Kabupaten Bantaeng dan Gracilaria spp. dari Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Beberapa jenis makrolaga baik yang telah dibudidayakan maupun yang masih hidup liar disajikan pada Gambar 1. 827 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Sargassum spp. Kappaphycus alvarezii Caulerpa sp. Sargassum spp. Gambar 1. Beberapa jenis makroalga sebagai sumber kandidat bakteri aktivator pada pembutan pupuk organik Isolat Bakteri Isolat Bakteri pada Teknik Replika. Beberapa contoh koloni bakteri dari makroalga yang tumbuh pada media TSA dengan teknik replika disajikan pada Gambar 2, terlihat bahwa dengan teknik replika bakteri yang tumbuh pada medai TSA sebagian tidak berbentuk koloni tunggal akan tetapi masih diffiuse atau bercampur satu koloni dengan koloni lainnya. Dengan demikian masih perlu dilakukan pemisahan koloni pada media TSA dalam cawan petri sebelum dilakukan pemurnian koloni menggunkan TSA yang dimiringkan dalam tabung reaksi. Eucheuma spinosum Gracillaria sp. Caulerpa lentifera Gambar 2. Performansi koloni bakteri pada media TSA dengan teknik replika Hasil Uji Fisiologi dan Biokimia Hasil Pewarnaan Gram. Hasil uji pewarnaan gram terhadap 250 isolat yang terkumpul adalah 50% merupakan bakteri gram positif dan 30,77% merupakan bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif akan berwarna merah pada saat dilakukan pewarnaan gram sedangkan bakteri gram positif berwarna biru keunguan. Hal ini disebabkan adanya lapisan dinding sel pada bakteri gram positif yang dapat menyerap warna biru keunguan pada safranin dan menyimpan warna tersebut sehingga pada saat dilakukan pecucian dengan alkohol warna biru keunguan tersebut tidak dapat keluar lagi. Hal sebaliknya pada bakteri gram negatif yang tidak dapat menyimpan warna biru keunguan dari kristal violet sehingga ketika dibilas dengan alkohol, warna tersebut akan tercuci. Biru keunguan adalah warna kristal violet yg mewarnai peptidoglikan (Purwoko, 2007). Manfaat pewarnaan gram adalah dengan mengetahui bentuk bakteri tersebut maka dapat dikembangkan penggunaan dari bakteri tersebut. Bakteri gram negatif misalnya, dapat menjadi sumber lipopolisakarida karena bahan Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo) 828 imunostimulan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh kultivan sedangkan pada bakteri gram positif hanya ditemukan peptidoglikan. Hasil Uji Oksidatif/Fermentatif. Bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk berkembang biak akan tetapi ada juga yang bersifat anaerob yang tidak membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Uji oksidasi-fermentasi (O/F) dapat menjadi indikasi akan kebutuhan oksigen. Sekitar 21,33% isolat yang dikoleksi bersifat oksidatif dan fermentatif, 11,33% bersifat oksidatif dan selebihnya memberikan hasil negatif. Hasil Uji Aktivitas Amilolitik. Mikroorganisme memproduksi enzim untuk memecah substansi di dalam sel, salah satunya adalah amilase. Enzim ini dapat berperan dalam mengubah karbohidrat kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Makroalga terdiri atas 23%-42% karbohidrat (Rachmat, 2007). Oleh karena itu, bakteri yang dapat memproduksi enzim amilase diperlukan dalam rangka mempercepat penguraian karbohidrat dalam mengurai makroalga. Sebanyak 157 (62,8%) isolat bakteri dari makroalga menghasilkan enzim amilase. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas amilolitik yang ditandai adanya zona bening/halo pada media agar yang mengandung soluble starch (Gambar 3.). Gambar 3. Uji aktivitas amilolitik terhadap bebrapa isolat bakteri dari makroalga Hasil Uji Aktivitas Kitinolitik. Kitin merupakan enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh cendawan dan bakteri (Tsujibo et al., 1992) serta berperan penting dalam pemecahan kitin. Enzim ekstraseluler adalah enzim yang dihasilkan di dalam sel, tetapi dikeluarkan ke medium tumbuhnya. Kitin (homopolimer ikatan b-1,4 dari nasetilglukosamin) merupakan komponen struktural dari sebagian besar dinding sel cendawan patogen (Yanai et al., 1994) dan polisakarida struktural terbesar penyusun utama kerangka luar udang dan serangga. Kitin dapat mengkatalisis hidrolisis ikatan b-1,4 homopolimer N-asetilglukosamin menjadi monomer N-asetilglukosamin. Beberapa organisme hidup bersimbiosis dengan makroalga dan untuk mempercepat penguraiannya maka diperlukan bakteri yang dapat mengurai zat ini dengan cepat. Dari 250 isolat bakteri yang diisolasi, sebanyak 87 (34,8%) isolat mengahsilkan enzim kitin. Hal ini ditandai dengan terbentuknya sona bening di sekitar isolat yang ditanam ke media yang mengandung kitin (Gambar 4). Isolat ini juga dapat dimanfaatkan dalam penanggulangan limbah industri udang sehingga kulit udang dapat terhidrolisis lebih cepat. Kulit udang yang telah terhidrolisis dapat dijadikan sebagai campuran pakan ikan dan udang kembali oleh karena kulit udang ini juga mengandung protein yang cukup tinggi. Dengan demikian permasalahan tentang pengolahan limbah industri udang dapat sedikit teratasi. Hasil Uji Aktivitas Proteolitik. Protein adalah poli-peptida dengan struktur tertentu, suatu heteropolimerdari asam amino. Enzim protease (poli-peptidase, oligo-peptidase, di-peptidase) merombak protein menjadi peptida yang lebih sederhana atau asam amino. Selanjutnya asam amino mengalami 829 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 Gambar 4. Uji antivitas kitinolitik terhadap bebrapa isolat bakteri dari makroalga transaminasi, deaminasi, dekarboksilasi, atau dehidrogenasi menjadi zat lain yang lebih sederhana yang selanjutnya dapat dimetabolisme antara lain lewat siklus Krebs (Anonim, 2010). Makroalga mengandung protein 4%-15% b/b (Rachmat, 2007) dan untuk itu, pada pembuatan pupuk organik yang berbahan dasar makroalga diperlukan bakteri yang dapat menghasilkan enzim protease. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 120 isolat (48%) bakteri proteolitik yang berhasil diisolasi dari makroalga. Diharapkan dengan menggunakan isolat tersebut maka pupuk makroalga yang dihasilkan mempunyai unsur hara yang cukup tinggi. Beberapa isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga telah dicoba digunakan sebagai aktivator pada pembuatan pupuk organik yang berbahan baku Sarggassum sp. dan hasilnya menunjukkan bahwa bentuk/morfologi pupuk kompos, kandungan C-organik, N-total, dan rasio C dan N cenderung lebih baik dibanding aktivator komersial (Susianingsih et al., 2009). Hasil Uji Aktivitas Selulolitik. Sebagian besar tumbuhan mengandung selulosa, demikian halnya dengan makroalga. Selulosa ini dapat diurai oleh mikroba menjadi senyawa sederhana berupa glukosa, CO2 dan hidrogen yang sangat berguna sebagai zat hara. Proses penguraian selulosa terjadi secara enzimatik ekstraseluler yang dilakukan oleh beberapa mikroba selulolitik. Sebanyak 12 (0,48%) dari 250 isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga dapat mengurai selulosa. Hal ini ditandai dengan adanya sona bening di sekitar isolat setelah ditetesi congo red. Isolat ini dapat digunakan dalam pembuatan pupuk kompos berbahan baku makroalga. Makroalga mengandung unsur K, Na, Ca, dan Mg yang cukup tinggi yang sangat dibutuhkan dalam tanah sehingga sangat baik dijadikan sebagai bahan baku pupuk kompos. Gambar 5. Uji aktivitas Proteolitik terhadap bebrapa isolat bakteri dari makroalga Hasil Uji Antagonisme dengan V. harveyi. Bakteri yang diisolasi dari makroalga ini juga dapat dijadikan sebagai pengontrol populasi bakteri patogen pada udang windu. Hal ini diketahui dari hasil uji daya hambat beberapa isolat bakteri dari makroalga terhadp V. harveyi di antaranya isolat Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo) 830 Gambar 6. Uji aktivitas selulolitik terhadap beberapa isolat bakteri dari makroalga BM12 mampu menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio sp. Isolat lainnya yang telah diketahui aktivitasnya adalah isolat kode BM58 yang bersifat urea positif. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa isolat ini mampu mengurai amoniak. Seperti diketahui bahwa amoniak dalam media budidaya jika keberadaannya tinggi dapat menyebabkan kematian organisme budidaya. Isolat BM58 ini potensial untuk digunakan dalam memperbaiki kualitas air. Identifikasi Bakteri secara Biomolekuler Identifikasi bakteri dapat dilakukan secara biokimiawi maupun secara molekuler. Sebanyak empat isolat bakteri yang diisolasi dari makroalga diidentifikasi secara molekuler berdasarkan sekuen 16SrRNA. Hasil analisis sekuen 16S-rRNA menunjukkan, bahwa isolat dengan kode BM12 yang memiliki aktivitas enzim amilase dan protease adalah Bacillus subtilis dengan indeks kedekatan 97%. Isolat BM31 yang memiliki aktivitas enzim amilase, kitin, protease, dan selulosa adalah Bacillus sp. dengan indeks kedekatan 96%. Isolat BM58 yang memiliki aktivitas enzim amilase, kitin, protease, dan selulosa adalah Bacillus licheniformis dengan indeks kedekatan 82%. Sedangkan isolat BM205 yang memiliki aktivitas enzim amilase, kitin, protease, dan selulosa adalah Vibrio sp. dengan indeks kedekatan 95%. Ciri-ciri morfologi, karakteristik kimiawi, dan sumber isolat bekateri tersebut disajikan pada Tabel 1. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Sebanyak 191 isolat bakteri dari 250 isolat yang diperoleh dari beberapa jenis makroalga di perairan Sulawesi Selatan memiliki aktivitas enzimatik Tabel 1. Karakteristik morfologi, biokimiawi, dan sumber isolat bakteri yang memiliki aktivitas enzim Kode isolat Nama bakteri Karaketiristik BM12 Bacillus subtilis Berkerut, licin, agak kering, putih, bersifat gram positif, O/F negatif 31 Bacillus sp. Bulat, licin, cembung, merah bata muda gram positif, oksidatif 58 Bacillus licheniformis 205 Vibrio sp. Bentuk tidak beraturan, elevasi cekung, bulat, warna putih, gram positif, O/F negatif Bentuk bulat, tepian licin, elevasi timbul berwarna hitam, bersifat gram negatif, oksidatif Sumber isolat Caulerpa lentifera dari perairan Kabupaten Takalar, dari media TSA metode pengenceran Eucheuma spinosum segar dari perairan Kabupaten Takalar, dari media TSA metode pengenceran Eucheuma spinosum kering dari Kabupaten Takalar, dari media TSA metode pengenceran Chnoospora complexa dari perairan Kabupaten Takalar, dari media marine agar dengan teknik replika 831 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013 2. Sebanyak 157 isolat memiliki aktivitas amilolitik, 120 isolat memiliki aktivitas protelitik, 87 isolat memiliki aktivitas kitinolitik, 12 isolat memiliki aktivitas selulolitik, satu isolat memiliki aktivitas urease positif dan tiga isolat bakteri memiliki aktivitas positif terhadap keempat enzim tersebut. 3. Dari empat isolat yang diuji dengan sequencing 16S-rRNA, tiga di antaranya tergolong dalam genera Bacillus, sedang satu di antaranya tergolong Vibrio. DAFTAR ACUAN Alsina, M. & Blanch, A.R. 1994. A set of keys for biochemical identification of environmental Vibrio species. J. Appl. Bacteriol., 76: 79-85. Anonim. 2010. http://www.majudesaku.com/?p=44. Diakses 15 Maret 2010 Anonim. 2010. http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/macam-jalur-glikolisis/ Diakses 15 Maret 2010. Anonim. 2009. http://totonunsri.blogsome.com/2009/04. Diakses 10 Februari 2009. Ariffin, H., Abdullah, N., Kalsom, M.S., Shirai, Y., & Hassan, M.A. 2006. Production and characterisation of cellulase by Bacillus pumilus SB3. International Journal of Engineering and Technology, 3(1): 47-53. Austin, B. 1993. Metods in aquatic bacteriology. Jhon Wiley and Son’s. Chichester. New York. Brisbane, Toronto. Singapore, 425 pp. Austin, B. & Austin, D.A. 1993. Bacterial fish pathogens. Disease in farmed and wildfish. Second edition. New York. London, 384 pp. Cribb, A.B. 1996. Seaweeds of Queensland a naturalist’s guide. The Queensland Naturalists’ Club: Handbook No. 2. Brisbane, 130 pp. Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., & Sitepu M.J. 1996. Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. PT Pradaya Paramita. Jakarta. Lay, B.W. 1994. Analisis mikroba di laboratorium. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Muliani, Nurbaya, Atmomarsono, M., & Tompo, A. 2004. Eksplorasi bakteri dari tanaman mangrove sebagai bakteri probiotik pada budidaya udang windu Penaeus monodon. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Payau, 18 hlm. Purwoko, T. 2007. Fisiologi mikroba. PT Bumi Aksara. Jakarta, 286 hlm. Rachmat, R. 2007. Potensi makroalga Indonesia untuk makanan kesehatan. Prosiding Seminar Kelautan III. Universitas Hangtuah. Surabaya, hlm. 31-34. Susianingsih, E., Nurbaya, & Asmanelly. 2009. Jenis dan dosis aktivator pada pembuatan kompos berbahan baku makroalga. Laporan Hasil Penelitian Hibah Penelitian Bagi Peneliti dan Perekayasa Departemen Kelautan dan Perikanan. Tsujibo, H., Yoshida, Y., Miyamoto, K., Hasegawa, T., & Inamori, Y. 1992. Purification and propertiies of two types of chitinases produced by alkalophilic actinomycete. Bisci. Biotech. Biochem., 56: 1,304-1,305. Yanai, K., Kojima, N., Takaya, N., Horiuchi, H., & Ohta, A. 1994. Isolation and characterization of two chitin syntthase genes from Aspergillus nidulans. Biosci. Biotech. Biochem., 58: 1,828-1,835. Muir, P. 1996. Identification of Vibrio and Pseudomonas bacteria. Departement of Mikrobiology, Biochemical, and Tropical Veterinary Science. James Cook University of North Queensland. Australia, 6 pp. Isolasi dan identifikasi bakteri penghasil enzim ... (Bunga Rante Tanpangallo) 832 DISKUSI Nama Penanya: Pertanyaan: Prof. Haryanti Bakteri yang di isolasi bagaimana hubungannya dengan makroalga Tanggapan: Bakteri – bakteri tersebut bersimbiosis dengan makroalga tetapi bagaimana bentuk hubungannya masih menjadi rencana penelitian selanjutnya. Nama Penanya: Pertanyaan: Lili Solihah Mungkin hasilnya dapat ditampilkan berdasarkan area lokasi sampel sebagai terbentuk peta sebaran Tanggapan: Bakteri – bakteri tersebut bersimbiosis dengan makroalga tetapi bagaimana bentuk hubungannya masih menjadi rencana penelitian selanjutnya.