Efektivitas Isolat Bakteri Yang Berasal Dari Berbagai Rhizosfer dan

advertisement
1
Efektivitas Isolat Bakteri Yang Berasal Dari Berbagai Rhizosfer dan Bahan Organik
Terhadap Patogen Penyakit Layu Secara In vitro
The Effectivity of Bacterial Isolates From Several Rhizospheres And Organic Materials
To Wilt Disease Pathogens of Potato In-vitro
Tutik Kuswinanti1),Baharuddin2) and Sri Sukmawati2)
1)
Dept. of Plant Pests and Diseases, Agriculture Faculty, Hasanuddin University, Makassar
2)
Graduate Student of Agriculture Faculty, Hasanuddin University, Makassar
Abstract
As the new regional development of potato, Tana Toraja District has the different
climate, and types of soil compared with other regions. Rhizosphere is an ideal area for
growth and development of microbial antagonists, caused of rhizosphere function as
providers of nutrition. Some nutrients that secreted in the rhizosphere are influenced by
many environmental factors. Based on these facts, the research were aimed to explore
the diversity of bacteria from the rhizosphere of plants and organic materials in Tana
Toraja, which has role as biological control agents of wilt disease on potato. The
research was conducted at Agricultural Biotechnology Laboratory of Hasanuddin
University Makassar. Soil samples were collected from the rhizosphere of rice, bamboo,
potato and locally eggplant (terong belanda), as well as from organic materials of
striped buffalo and pig. It followed by isolation, purification, and antagonist test against
R. solanacearum and
F. oxysporum by dual culture method, and identification
according to Schaad (2001).
The results showed that from totally 74 bacterial isolates, only 18 isolates were
able in inhibit the growth of R. solanacearum and F. oxysporum in vitro. Isolates which
have best inhibition ability to R. solanacearum were BT5, KB11, KB25 and KB26
isolates, whereas against F. oxysporum were BT5, KB11, KT9 and KB25 isolates.
Based on the morphological, physiological and biochemical characters, bacterial
isolates are belongs to Genera of Pseudomonas, Bacillus, Pantoea, Clostridium,
Coryneform and Streptomyces.
2
PENDAHULUAN
Rendahnya produktifitas kentang di Indonesia disebabkan oleh teknik budidaya
yang belum optimal, kurangnya ketersediaan bibit yang bermutu dan bersertifikat, serta
serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Organisme pengganggu tanaman
merupakan faktor pembatas terhadap peningkatan produktivitas tanaman kentang di
Indonesia. Semangun (2004), melaporkan bahwa salah satu penyakit pada kentang
adalah penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum dan layu Fusarium. Serangan
patogen ini dilaporkan dapat menyebabkan kerugian besar pada berbagai sentra
produksi dan ancaman pada daerah target pengembangan di Indonesia. Penyakit ini
dapat menimbulkan kerugian besar, karena mengurangi kualitas dan kuantitas umbi
kentang antara 43 sampai 78% (Zulkarnaen, 2007), bahkan dapat mematikan tanaman
atau kegagalan panen (Rukmana, 2007).
Penelitian terhadap keberadaan dan keragaman mikroba pada rizosfer tanaman
sehat telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dan menunjukkan adanya
beberapa mikroba yang menyelimuti perakaran tanaman sehat sebagai pelindung dari
serangan patogen penyakit layu (Zulkarnaen, 2007). Hal ini juga ditemukan pada
pertanaman kentang di lapangan, pada perakaran tanaman sehat telah ditemukan bakteri
antagonis seperti Pseudomonas flourences, Bacillus subtilis (Baharuddin et al., 2007)
dan Streptomyces sp. (Tiro, 2007), bakteri antagonis tersebut berpotensi sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri layu secara In-vitro maupun di pembibitan.
Sebagai daerah pengembangan kentang yang baru, Kabupaten Tana Toraja yang
memiliki potensi menjadi daerah pengembangan tanaman hortikultura dataran tinggi,
karena memiliki iklim dan jenis tanah yang berbeda serta potensi lahannya masih luas
berada pada ketinggian mulai 700– 2.889 m dari permukaan laut (Anonim, 2012).
Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi keragaman bakteri yang
berasal dari beberapa rizosfer tanaman dan bahan organik, yang dapat berasosiasi
dengan tanaman kentang sebagai agens hayati terhadap penyakit layu.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Minanga, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten
Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengumpulkan 6 sampel berasal dari
rizosfer tanaman kentang, bambu, padi, terung belanda, bahan organik kerbau belang
3
dan babi. Selanjutnya dilakukan pengujian di Laboratorium Bioteknologi Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar. Metode penelitian ini adalah metode survei lapang
dan pengujian secara in-vitro, serta identifikasi isolat bakteri.
Metode Penelitian
Isolasi Bakteri Patogen Dan Bakteri Antagonis
Bakteri patogen diisolasi dari bagian tanaman yang bergejala dari lapangan.
Selanjutnya dilakukan pemurnian isolat bakteri untuk identifikasi pada media selektif
TTC (Klement et al., 1954) dan uji efektivitas dengan metode dual kulturberdasarkan
metode Stonier (1960). Bakteri antagonis diisolasi dari pengenceran 6 sampel dan
diinkubasi pada media NGA. Setelah itu dilakukan pemurnian isolat untuk keperluan uji
efektivitas dan identifikasi.
Uji Efektivitas Terhadap R. solanacearum Secara In-vitro
Pengujian efektifitas dilakukan berdasarkan metode dual kultur : Satu isolat murni
bakteri diinokulasikan ke botol balsam berisi media NB cair steril, lalu dishaker dengan
kecepatan 120 rpm selama 3 hari. Setelah itu, sebanyak 1 ml media cair dimasukkan ke
tabung eppendof dan disentrifius selama 10 menit dengan kecepatan 100 rpm. Lalu
supernatan disaring menggunakan filter 0,02 µm dan dimasukkan ke tabung eppendof
berisi larutan khloroform dan supernatan. Selanjutnya dilakukan pengenceran isolat
murni bakteri patogen dan diratakan pada media NGA. Setelah itu kertas saring steril
berukuran 0,5 cm dicelupkan ke tabung eppendoft dan diletakkan pada bagian tengah
media yang telah berisi bakteri patogen (Stonier, 1960). Efektifitas isolat bakteri diukur
berdasarkan diameter penghambatan terhadap R. solanacearum disekitar kertas saring
Uji Efektivitas Terhadap Fusarium oxysporum Secara In-vitro
Uji daya hambat terhadap F. oxysporum dilakukan dengan tujuan skrining
bakteri potensil terbaik dalam menekan F. oxysporum Schlecht sebagai salah satu
patogen penyebab penyakit. Prosedur pengujian penghambatan dilakukan dengan dual
kultur yang dikembangkan oleh Fokkema (1973).
Cara pengamatan dilakukan dengan mengukur jari-jari pada zona hambatan (R2)
dan (R1), lalu dibandingkan dengan (Ro) cawan kontrol /tanpa perlakuan isolat bakteri.
4
Persentase penghambatan antagonis berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Soesanto
(2008) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana:
R0
= Jari-jari pertumbuhan cendawan patogen pada kontrol (cm),
R1&2 = Jari-jari pertumbuhan cendawan patogen pada perlakuan (cm),
P
= Persentase penghambatan pertumbuhan (%).
Efektifitas isolat bakteri rizosfer dan bahan organik diukur berdasarkan jari-jari
pertumbuhan cendawan F. oxysporum pada media padat PDA. Rancangan yang
digunakan adalah acak lengkap. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 unit cawan petri.
Analisis sidik ragam dilakukan, jika diantara perlakuan menunjukkan perbedaan yang
nyata dengan uji Duncan pada taraf 0,05. Hasil dari uji penghambatan akan diperoleh
isolat bakteri potensil bersifat antagonis untuk menekan cendawan F. oxysporum.
Identifikasi Bakteri Potensil
Kultur murni bakteri yang diperoleh diamati berdasarkan karakteristik morfologi
dan fisiologi. Karateristik morfologi meliputi penampakan warna koloni pada media
NGA dan fisiologi meliputi reaksigram, pembentukan endospora, pertumbuhan anaerob,
miselium udara, koloni kuning pada media YDC, Pigmen fluorescen. Tahapan
identifikasi karakteristik yang dilakukan berdasarkan buku identifikasi Schaad et
al.,(2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Efektivitas Terhadap R. solanacearum Secara In-vitro
Hasil isolasi terhadap beberapa sampel rizosfer dan bahan organik yang dikoleksi,
ditemukan 74 isolat bakteri yang diantaranya 32 isolat diperoleh dari rizosfer
pertanaman dan 42 isolat dari bahan organik. Selanjutnya isolat bakteri tersebut diuji
efektivitasnya terhadap pertumbuhan bakteri R. Solanacearum.
5
Pada pengujian efektivitas terdapat 10 isolat yang memiliki daya hambat terbaik
terhadap R. solanacearum secara in-vitro adalah BT5, KB6, KB11, KB25, KB26,
KB29, KB20, KB22, KB12. Isolat-isolat ini berasal dari rizosfer bambu dan bahan
organik kerbau belang. Aktivitas penghambatan isolat bakteri terhadap R. solanacearum
dapat dilihat pada (Gambar 1).
a
b
Gambar 1 : Hasil pengujian efektivitas terhadap R solanacearum pada media NGA
(a). Kontrol, dan (b) Isolat bakteri yang menunjukkan zona penghambatan
berwarna bening.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat 74 isolat bakteri yang berhasil
diisolasi, diantaranya 32 isolat dari rizosfer dan 42 isolat dari bahan organik. Namun
hasil uji efektifitas penghambatan terhadap patogen R. solanacearum secara in-vitro,
hanya diperoleh 10 isolat bakteri potensil yang bersifat antagonis. Keanekaragaman
genus bakteri pada bahan organik lebih beragam dibandingkan rizosfer, disebabkan
keberadaan bakteri dipengaruhi oleh struktur tanah, kesuburan tanah, kelembaban tanah
dan ketersediaan nutrisi. Suwahyono (2011), mengemukakan bahwa bahan organik
hewani mengandung mikroba yang mampu melindungi perakaran tanaman dan
meningkatkan daya tahan terhadap serangan patogen, disebabkan bahan organik dapat
memperbaiki struktur tanah, menyediakan hara mikro, meningkatkan kandungan hara
tanah, kesuburan tanah dan kandungan mikroorganisme berguna bagi tanaman.
Uji Efektivitas Terhadap Fusarium oxysporum. secara In-vitro
Daya hambat bakteri potensil terhadap pertumbuhan F. oxysporum pada hari
kesepuluh mempelihatkan beda nyata antara isolat BT5, KT9 dan KB11 dengan
persentase isolat lainnya. Pengamatan pada hari kesepuluh, persentase daya hambat
tertinggi terlihat pada isolat BT5 sebesar 80,68%, KB11 sebesar 71,59%, KT9 sebesar
6
67,41% dan KB25 sebesar 65,91%. Dan berbeda nyata pada isolat KB6 dengan
persentase daya hambat terendah yaitu 27,69% (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil pengujian daya hambat isolat bakteri potensil terhadap pertumbuhan F.
oxysporum.
Sumber Isolat
Bakteri
Rizosfer
Kentang (KT)
+
Kriteria Penghambatan (isolat)
++
+++
++++
-
-
KT5 & KT10
KT9
Rizosfer
Bambu (BT)
BT6
-
-
BT5
Rizosfer Padi
(PT)
PT3 & PT8
PT7
-
-
Bahan Organik
Kerbau Belang
(KB)
KB6
KB12, KB19,
KB20, KB22 &
KB31
KB26
KB11 & KB25
Bahan Organik
Babi (BB)
BB8
-
-
-
Ket. : Kriteria Penghambatan :
++ : > 35,0 % - 50 %, +++
: 0 - 5 %, + : > 5 % - 35 %,
: > 50,0 % - 65 %, ++++ : > 65,0 %
Aktivitas daya penghambatan isolat bakteri dari rizosfer pertanaman dan bahan
organik berasal dari Tana Toraja terhadap pertumbuhan cendawan F. oxysporum secara
In-vitro dapat dilihat pada Gambar 2.
a
b
c
Gambar 2. Hasil Uji penghambatan isolat bakteri terhadap F. oxysporum pada media
PDA (a) Kontrol, (b) isolat bakteri BT5 yang menunjukkan zona
penghambatan dan (c) isolat bakteri KB11 yang menunjukkan zona
penghambatan.
Gambar 3. Grafik daya hambat bakteri potensil terhadap pertumbuhan
F.oxysporum pada pengamatan hari ke-2 sampai hari ke- 10.
Daya hambat bakteri potensil dari rizosfer dan bahan organik terhadap
pertumbuhan F. oxysporum diamati pada media PDA dengan interval waktu 2
hari yang dimulai setelah aplikasi. Dari Gambar 3, terlihat penghambatan bakteri
potensil terhadap pertumbuhan F.oxysporum tertinggi pada isolat BT5, KB11,
KB25 dan KB26 mengalami frekuensi penghambatan yang semakin hari
meningkat.
Tehrani dan Ramezani (2003) melaporkan bahwa kelompok rhizobakteria
merupakan mikroba yang mampu mengantagonis dan memiliki efek pengendali
diatas 51 persen terhadap patogen tular tanah seperti F. oxysporum Schlecht.
Martini dkk (2006) mengemukakan bahwa pengendalian hayati dengan
mempergunakan mikroba antagonis dapat menekan pertumbuhan patogen hingga
mencapai 60 %, sehingga dapat dikategorikan sebagai agens pengendali yang
efektif. Pernyataan ini didukung oleh Soesanto (2008) keberhasilan pengendalian
hayati tergantung kepada mekanisme yang dimiliki oleh agens hayati. Bakteri
antagonis mempunyai mekanisme penghambatan tersendiri dan ada pula yang
lebih dari satu mekanisme penghambatan. Mekanisme utama berupa kompetisi
nutrisi, antibiotika, dan kemampuan induksi reistensi serta memacu pertumbuhan
tanaman.
Identifikasi Bakteri Rizosfer dan Bahan Organik.
Berdasarkan uji efektifitas diperoleh 10 isolat bakteri potensil bersifat
antagonis dalam menghambat pertumbuhan R. solancearum secara in vitro. Untuk
mengetahui karakteristik masing-masing isolat dilakukan pengamatan morfologi,
fisiologi dan biokimia berdasarkan tahapan prosedur Schaad yang mengarahkan
untuk mengidentifikasi genus bakteri yang ditemukan (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil Identifikasi 18 Isolat Bakteri rhizosfer dan bahan organik
Isolat
Warna koloni
KB6
KB11
KB12
KB20
KB25
Putih
Putih keruh
Putih
Putih keruh
Putih
kekuningan
Putih keruh
KB26
KB29
KB31
BT5
KB22
Reaksi
Gram
+
+
+
+
Koloni Miselium
kuning
udara
0
0
0
0
0
0
0
Endospora
Anaerob
+
+
+
0
̶
+
̶
̶
0
+
+
0
Pantoea
+
+
̶
0
0
Bacillus
Putih keruh
+
+
̶
0
0
Bacillus
Putih
Putih keruh
Putih transparan
+
+
̶
+
+
0
̶
0
0
0
0
0
0
Clostridium
Bacillus
Pseudomonas
̶
̶
Hasil
Coryneform
Bacillus
Clostridium
Bacillus
Keterangan : (+) reaksi positif; (-) reaksi negatif; (o) Tidak diujikan
Tahapan identifikasi yaitu pengamatan karakteristik morfologi berdasarkan
warna koloni, dan karakteristik fisiologi berdasarkan beberapa pengujian yaitu
reaksi gram, pembentukan endospora, pertumbuhan anaerob, koloni kuning pada
media YDC dan miselium udara. Hasil identifikasi memperlihatkan 6 genus
bakteri yaitu genus Bacillus (KB11, KB20, KB25, KB26 dan KB31), genus
Clostridium (KB12 dan KB29), genus Pantoea (KB22), genus Coryneform (KB6)
dan Pseudomonas (BT5), sedangkan genus isolat BB8 belum dapat diketahui
karena masih perlu dilakukan pengujian selanjutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil isolasi dan pengujian efektifitas secara in vitro pada 6 sampel berasal
dari rizosfer dan bahan organik diperoleh 10 isolat bakteri potensil menghambat
pertumbuhan R. solanacearum. Dan hasil identifikasi memperlihatkan 6 genus
bakteri, yaitu Bacillus, Clostridium, Streptomyces, Pantoea, Coryneform dan
Pseudomonas.
Perlu dilakukan uji aplikasi bakteri potensil pada kondisi green house dan
lapangan, agar dapat ditemukan agens pengendali hayati yang paling efektif dalam
mengendalikan bakteri R.solancearum. Serta dilakukan pengujian lebih lanjut
dalam terhadap mekanisme antagonis, agar lebih meyakinkan kemampuan bakteri
potensil sebagai agen pengendali penyakit layu pada tanaman kentang.
DAFTARPUSTAKA
Anonim (2012). Sulawesi Selatan Incar Produksi
Ton.http://www.kabar-bisnis.com/read/2820169.
Kentang
38.160
Baharuddin, Nur Rosida, Ach Sayifudin (2007). Pengembangan Usaha
Perbenihan Kentmang Hasil Kultur Jaringan. FORKOM IPTEKDA LIPI.
Gedung IPTEK Universitas Hasanuddin.Makassar.
Deptan 2006. Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)
Golongan I dan Golongan II (Kategori A1).
Klement, Z (1954). The Relationship Of Pathogenicity In Pseudomonas
solanacearum To Colony Appearance On Tetrazolium Medium.
Phytopatology 44: 693-695.
Klement, Z., K. Rudolf and D.C. Sands (1990). Methods In Phytobacteriology.
Akademial Kiado, Budapest. 370–372, 376.
Mulya,K., and S. Tsuyumu (1998). Some Physiologycal Factors Influencing
Antibiotic Production by Pseudomonas fluorencens PfG32In Biological
Control Of Gaeumannomyces graminis. Journal Bacteriol.170 : 3499-3508.
Rukmana (2007). Budidaya Dan Pengelolaan Pasca Panen Bawang Merah.
Kanisius.Yogyakarta.
Schaad, N.W, J.B.Jones and W.Chun(2001).Plant Pathogenic Bacteria, Third
Edition. The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota.
Semangun (2004). Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. 585-593
Soesanto, L (2008). PengantarPengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT
RajaGrafindo Perkasa, Jakarta.
Stonier, T (1960). Agrobacterium tumefaciens Conn. II Production of an
Antibiotic Subtance. J, Bacteriol. 79: 889-898.
Suwahyono, U (2011). Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara
Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tiro, Nurjannah (2007). Isolasi Bakteri Antagonis Pada Rizosfer Kentang
(Solanum tuberosum L) dan Uji Efektifitasnya Terhadap Patogen Rastonia
solanacearum Penyebab Penyakit Layu Bakteri Secara in Vitro
(Skripsi).Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Zulkarnain (2007). Keragaman Intensitas Beberapa Penyakit Penting Tanaman
Kentang pada Sistem Perbenihan Aeroponik dan Perbenihan dengan
Menggunakan Media Arang Sekam (Skripsi).Jurusan Hama dan penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian,Universitas Hasanuddin, Makassar.
Download