BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pewarnaan Gram SSA2B4.1 (Gram positif) SSD2A7.1 (Gram negatif) Gambar 20. Visualisasi isolat bakteri pada pembesaran 500 kali dengan menggunakan mikroskop cahaya di laboratorium FKH IPB Bogor. Mengacu pada Bergey,s Manual of Determinative Bacteriology edisi kesembilan (1994) isolat bakteri SSA2B4.1 yang berjenis Gram positif berbentuk batang dan membentuk endospora, kemungkinan tergolong grup 15 (bakteri Gram positif, pembentuk endospora) dan grup 12 (kelompok bakteri aerob kimolitotrof dan beberapa kelompok bakteri lainnya). Sedangkan isolat bakteri SSD2A7.1 yang berjenis Gram negatif berbentuk batang dan tidak membentuk spora, kemungkinan tergolong grup 4 (bakteri Gram negatif aerobik/mikroaerofilik berbentuk batang dan kokos), grup 5 (anaerobik fakultatif, Gram negatif berbentuk batang) dan grup 12 (kelompok bakteri aerob kimolitotrof dan beberapa kelompok bakteri lainnya). Tabel 8. Urutan pewarnaan Gram serta reaksi yang terjadi dan warna yang terbentuk. No Urutan pewarnaan 1 Kristal violet (KV) 2 Larutan iodium (I) 3 Larutan pemucat (Alkohol 95%) 4 Safranin Kesimpulan Reaksi dan warna isolat SSA2B4.1 SSD2A7.1 Sel berwarna violet-biru Sel berwarna violet-biru Terbentuk kompleks KV-I, sel berwarna violet-biru - Dinding sel mengalami dehidrasi - Pori-pori berkerut - Permeabilitas menurun - Kompleks KV-I tidak dapat ke luar sel - Sel tetap berwarna violetBiru - Tidak berpengaruh - Sel tetap berwarna violetBiru Gram positif Terbentuk kompleks KV-I, sel berwarna violet-biru - Lemak terekstraksi dari dinding sel - Pori-pori membesar - Kompleks KV-I tercuci ke luar - Sel tidak berwarna - Sel menyerap zat warna merah - Sel berwarna merah Gram negatif Penyebab perbedaan bakteri dalam pewarnaan Gram adalah struktur dinding sel dan komposisi dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram negatif mengandung lipid dalam presentase lebih tinggi dibanding yang dikandung bakteri Gram positif. Dinding sel bakteri Gram negatif mempunyai dinding sel yang lebih tipis dibanding dinding sel bakteri Gram positif. Perlakuan dengan alkohol terhadap bakteri Gram negatif menyebabkan larutnya lipid/lemak oleh larutan pemucat (alkohol) atau dengan kata lain lipid terekstraksi sehingga memperbesar daya rembes atau permeabilitas dinding sel Gram negatif. Kompleks kristal violet-iodium yang telah memasuki dinding sel selama langkah awal dalam proses pewarnaan, dapat terekstraksi dari dinding sel 65 bakteri. Sedangkan pada bakteri Gram positif kandungan lipidnya lebih rendah dan dinding sel bakteri yang lebih tebal akan menyusut oleh perlakuan larutan pemucat (alkohol) karena terjadinya dehidrasi, menyebabkan pori-pori mengecil, permeabilitasnya berkurang sehingga kompleks kristal violet-iodium tidak dapat tereksitasi dari dalam dinding sel (Pelczar, et al., 1998). Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit dan peptidoglikan ini mempunyai ikatan silang peptida antara unit-unit glikan dan peptida yang bersifat kurang fleksibel dibandingkan dengan yang dijumpai pada bakteri Gram positif, maka pori-pori pada peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap cukup besar sekalipun setelah diberi larutan pemucat (alkohol), sehingga memungkinkan ekstraksi kompleks kristal violet-iodium. Sedangkan pada dinding sel bakteri Gram positif mengandung lapisan peptidoglikan yang lebih banyak sehingga dengan diberi larutan pemucat (alkohol) akan mengurangi diameter pori-pori pada lapisan peptidoglikan dan menyebabkan kompleks kristal violet-iodin terperangkap di dalam dinding sel bakteri Gram positif. 66 B. Hasil uji sifat biokimia isolat bakteri SSA2B4.1 dan SSD2A7.1 Tabel 9. Hasil uji sifat biokimia isolat SSA2B4.1 dan SSD2A7.1. Jenis Uji Isolat SSD2A7.1 Isolat SSA2B4.1 Fermentasi karbohidrat a. Fermentasi glukosa Negatif warna kaldu tetap dan tidak timbul gas pada tabung Durham. b. Fermentasi manitol Negatif warna kaldu tetap dan tidak timbul gas pada tabung Durham. c. Fermentasi sukrosa Negatif warna kaldu tetap dan tidak timbul gas pada tabung Durham. d. fermentasi laktosa Negatif warna kaldu tetap dan tidak timbul gas pada tabung Durham. e. Fermentasi maltosa Negatif warna kaldu tetap dan tidak timbul gas pada tabung Durham. Methyl red Negatif warna kaldu berubah menjadi kuning (pH > 6,2). Negatif warna kaldu tetap kuning (bukan termasuk bakteri penghasil asetoin atau 2,3-butanadiol). Voges-Proskauer Positif warna kaldu berubah menjadi kuning terang dan timbul gas pada tabung Durham. Positif warna kaldu berubah menjadi kuning dan timbul gas pada tabung Durham. Positif warna kaldu berubah menjadi kuning terang dan timbul gas pada tabung Durham. Positif warna kaldu berubah menjadi kuning terang dan timbul gas pada tabung Durham. Positif warna kaldu berubah menjadi kuning terang dan timbul gas pada tabung Durham. Negatif warna kaldu berubah menjadi kuning (pH > 6,2). Negatif warna kaldu tetap kuning (bukan termasuk bakteri penghasil asetoin atau 2,3-butanadiol). 67 Jenis uji Katalase Oksidase Indol Sitrat Pencairan gelatin Isolat SSD2A7.1 Isolat SSA2B4.1 Positif terbentuk gelembung udara di sekitar koloni, bakteri menghasilkan enzim katalase Negatif tidak terjadi perubahan warna pada koloni. Positif terbentuk gelembung udara di sekitar koloni, bakteri menghasilkan enzim katalase Positif warna koloni menjadi hitam setelah penambahan reagen uji Positif warna kaldu berubah menjadi merah. bakteri dapat menguraikan gugus indol dari triptofan Negatif warna kaldu tidak berubah. bakteri tidak dapat menguraikan gugus indol dari triptofan Positif warna media biakan berubah menjadi biru Negatif media biakan gelatin tidak mencair Negatif warna media biakan tetap berwarna hijau.. Negatif media biakan gelatin tidak mencair Hidrogen sulfida (H2S) Negatif tidak terbentuk endapan hitam. Slant berwarna merah (basa) dan Butt berwarna kuning (asam). Laktosa atau sukrosa atau kedua tidak difermentasikan Negatif tidak terbentuk endapan hitam. Bagian Butt dan Slant berwarna kuning (bersifat asam) yang menunjukkan laktosa atau sukrosa atau keduanya difermentasikan. Urease Negatif tidak terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan Negatif tidak terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah keunguan. Selulase Negatif tidak terbentuk zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri . Positif terbentuk zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. 68 Jenis uji Protease Hidrolisis pati Reduksi nitrat Isolat SSD2A7.1 Isolat SSA2B4.1 Positif terbentuk zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Negatif tidak terbentuk zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Positif terbentuk gelembung gas dalam tabung Durham dan setelah penambahan reagen uji terlihat perubahan warna menjadi merah Positif terbentuk zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Negatif tidak terbentuk zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Positif terbentuk gelembung gas dalam tabung Durham dan setelah penambahan reagen uji terlihat perubahan warna menjadi merah. Hasil pengujian sifat biokimia pada isolat SSD2A7.1 memberikan hasil uji negatif sebanyak 9 jenis uji yaitu pada uji fermentasi karbohidrat, uji methyl red, uji Voges-Proskauer, uji oksidase, uji indol, uji pencairan gelatin, uji H2S, uji urease, uji selulase dan uji hidrolisis pati. Sedangkan isolat SSA2B4.1 memberikan hasil uji negatif sebanyak 7 jenis uji yaitu pada uji methyl red, uji Voges-Proskauer, uji sitrat, uji pencairan gelatin, uji H2S, uji urease dan uji hidrolisis pati. Hasil pengujian sifat biokimia pada isolat SSD2A7.1 memberikan hasil uji positif terhadap 4 jenis uji yaitu uji katalase, uji oksidase, uji indol, uji selulase, uji protease dan uji reduksi nitrat. Sedangkan isolat SSA2B4.1 memberikan hasil uji positif terhadap 7 jenis uji yaitu uji fermentasi karbohidrat, uji katalase, uji oksidase, uji indol, uji selulase, uji protease dan uji reduksi nitrat. 69 Hasil pengujian sifat biokimia memberikan informasi bahwa antara isolat SSD2A7.1 dan isolat SSA2B4.1 memiliki 9 sifat biokimia yang sama yaitu tidak mampu menghasilkan asam campuran dengan pH<6,2, tidak mampu menghasilkan 2,3 butana diol maupun asetoin, tidak mampu menguraikan asam amino jenis sistein, tidak mampu mencairkan gelatin, tidak mampu menghidrolisis urea dan pati, mampu menguraikan protein, mapu menghasilkan enzim katalase, dan mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit dan gas nitrogen. Isolat SSD2A7.1 dan isolat SSA2B4.1 memiliki 5 sifat biokimia yang berbeda yaitu kemampuan dalam memfermentasikan karbohidrat (jenis glukosa, sukrosa, laktosa manitol dan maltosa), kemampuan menghasilkan enzim sitokrom oksidase, kemampuan mengguraikan triptofan, kemampuan menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energi dan kemampuan menghidrolisis selulosa. Hasil uji fermentasi karbohidrat dari isolat bakteri SSD2A7.1 yang meliputi uji fermentasi karbohidrat jenis glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol menunjukkan bahwa isolat bakteri SSD2A7.1 tidak dapat memfermentasikan karbohidrat. Hal ini ditandai dengan tidak berubahnya warna media biakan menjadi kuning dan tidak terbentuk gas pada tabung Durham. Sedangkan isolat bakteri SSA2B4.1 memberikan hasil uji positif, yang ditunjukkan dengan berubahnya warna media biakan menjadi kuning dan terbentuk gas pada tabung Durham. Menurut Lay (1994) jika hasil uji fermentasi karbohidrat berupa warna kaldu menjadi kuning atau lebih kuning dari warna 70 kaldu pada tabung kontrolnya dan terbentuk gas pada tabung Durham, menunjukkan terjadi fermentasi asam campuran. Isolat bakteri SSD2A7.1 dan SSA2B4.1 memberikan hasil uji negatif pada uji MR dan uji VP. Hal ini memberikan informasi bahwa kedua isolat bakteri tersebut tidak menghasilkan asam campuran yang mempunyai pH<6,2 dan tidak menghasilkan asetoin dan 2,3-butana diol. Berdasarkan hasil uji fermentasi karbohidrat, uji MR dan uji VP terhadap isolat bakteri SSA2B4.1 memberikan informasi bahwa walaupun isolat bakteri tersebut mampu menghasilkan asam campuran dan gas, tetapi asam campuran yang dihasilkan memiliki pH<6,2 dan tidak menghasilkan asetoin dan 2,3-butana diol sebagai produk hasil fermentasinya. Terdapat tiga kelompok bakteri yang mampu memfermentasikan karbohidrat menjadi asam campuran dan gas yaitu kelompok BAL heterofermentatif, kelompok bakteri coli-aerogeneses tifoid, dan kelompok bakteri asam propionat. Namun berdasarkan hasil uji VP yang memberikan hasil uji negatif, menunjukkan bahwa isolat bakteri SSA2B4.1 bukan termasuk kelompok bakteri coli-aerogeneses tifoid dan pada uji MR memberikan hasil uji negatif, menunjukkan bahwa isolat bakteri SSA2B4.1 bukan termasuk kelompok bakteri asam propionat, selain itu ciri utama dari kelompok bakteri asam propionat adalah tidak membentuk endospora, sementara hasil dari pewarnaan Gram menunjukkan bahwa isolat bakteri SSA2B4.1 memiliki endospora. Jadi berdasarkan hasil pewarnaan Gram, uji fermentasi karbohidrat, uji MR dan uji VP, maka ciri-ciri 71 isolat bakteri SSA2B4.1 cenderung mengarah pada ciri-ciri kelompok bakteri asam laktat (BAL) heterofermentatif. Jenis karbohidrat yang digunakan pada uji fermentasi karbohidrat terhadap isolat bakteri SSA2B4.1 adalah glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol. Glukosa dapat langsung masuk dalam jalur fermentasi tahap pertama sedangkan sukrosa, laktosa, manitol dan maltosa akan dihidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida penyusunnya. Laktosa dihidrolisis menjadi galaktosa dan glukosa. Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Manitol diubah menjadi manosa atau galaktosa. Sedangkan maltosa akan dihidrolisis menjadi dua molekul glukosa. 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑠𝑒 + H2O → Laktosa + galaktosa + glukosa Gambar 21.a. Hidrolisis laktosa (Nelson et al., 2006). 𝑠𝑢𝑘𝑟𝑎𝑠𝑒 + H2O → Sukrosa + glukosa + fruktosa Gambar 21.b. Hidrolisis sukrosa (Nelson et al., 2006). 72 𝑚𝑎𝑙𝑡𝑎𝑠𝑒 + H2O → Maltosa + glukosa + glukosa Gambar 21.c. Hidrolisis maltosa (Nelson et al., 2006). Gambar 21.d. Reaksi perubahan manitol menjadi manosa Gambar 21.e. Reaksi perubahan manitol menjadi galaktosa (Nelson et al., 2006). Monosakarida jenis manosa dan galaktosa terlebih dahulu akan diubah menjadi glukosa melalui reaksi epimerisasi (Gambar 22.a). Sedangkan fruktosa akan diubah terlebih dahulu menjadi fruktosa 6-fosfat dan kemudian fruktosa 6fosfat diubah menjadi glukosa 6- fosfat (Gambar 22.b). 73 Gambar 22.a. Epimerisasi galaktosa dan manosa menjadi glukosa (Murray et al., 2003). Gambar 22.b. Reaksi perubahan fruktosa menjadi glukosa 6-fosfat (Murray et al., 2003). Glukosa 6-fosfat dan glukosa hasil epimerisasi galaktosa dan manosa akan masuk dalam tahap awal proses fermentasi untuk menghasilkan asam piruvat, asam asetat dan CO2 dan kemudian pada tahap kedua fermentasi asam piruvat dan asam asetat direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk asam laktat dan etanol. 74 CH3COCOOH glukosa asam piruvat + CH3COOH asam asetat + CO2 NADH2 NAD asam laktat C3H6O3 NADH2 NAD asetaldehida NADH2 CH3CHO NAD etanol C2H5OH Gambar 23. Fermentasi glukosa oleh bakteri BAL heterofermentatif (Fardiaz, 1992). Selain dapat memfermentasikan karbohidrat jenis glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol, isolat bakteri SSA2B4.1 juga dapat menghasilkan enzim selulase yang dapat menguraikan polisakarida jenis selulosa menjadi unitunit glukosa. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji selulase dengan terbentuknya zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Kompleks enzim selulase mempunyai tiga komponen utama yang bekerja bersama-sama atau bertahap dalam menguraikan selulosa menjadi unit glukosa (dapat dilihat pada Gambar 17, pada halaman 41), yaitu : 1. Endo-selulase yang memotong ikatan bagian dalam struktur kristal dari selulosa dan mengeluarkan unit selulosa dari rantai polisakarida dengan cara memotong ikatan hidrogen yang ada dalam struktur kristal selulosa. 2. Ekso-selulase yang memotong 2-4 unit selulosa dari rantai akhir hasil produksi endo-selulase dan menghasilkan tetrasakarida atau disakarida seperti selobiosa. 75 3. Selobiose atau β-glukosidase yang menghidrolisis produk dari ekso-selulase yang berupa disakarida atau tetrasakarida menjadi glukosa (Anonimc. 2009). Kedua isolat bakteri memberikan hasil uji negatif pada uji hidrolisis pati. Keberadaan pati/amilum yang belum terhidrolisis dalam media biakan ditunjukkan dengan tidak terbentunya zona bening disekitar daerah pertumbuhan bakteri dan terbentuknya warna biru kehitaman di sekitar pertumbuhan bakteri setelah diberi beberapa tetes larutan iodium. Hal ini memberikan informasi bahwa kedua isolat bakteri tersebut tidak dapat menghasilkan enzim α-α-amilase yang dapat menghidrolisis pati/amilum menjadi sakarida yang lebih sederhana lagi seperti maltosa dan glukosa. Karbohidrat lazim digunakan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme (Lay, 2004), namun bakteri SSD2A7.1 tidak menggunakan karbohidrat jenis monosakarida, disakarida dan polisakarida sebagai sumber karbon dan sumber energinya. Hal ini ditunjukkan dengan ketidakmampuannya dalam fermentasikan karbohidrat jenis glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol, serta tidak dapat menghidrolisis polisakarida jenis selulosa dan pati menjadi sakarida yang lebih sederhana. Isolat bakteri SSD2A7.1 tidak menggunakan karbohidarat sebagai sumber karbon dan energinya tetapi menggunakan sitrat. Penggunaan sitrat oleh isolat bakteri SSD2A7.1 sebagai sumber karbon dan energinya ditunjukkan dengan perubahan warna media biakan SCA menjadi biru yang disebabkan penggunaan sitrat oleh bakteri sehingga asam hilang dari media biakan dan bila 76 sitrat dapat digunakan oleh bakteri maka amonium dihidrogen fosfat turut teruraikan dan akan melepaskan ion amonium (NH4+) sehingga menyebabkan medium menjadi alkalis, dan indikator brom timol biru berubah dari hijau menjadi biru (Gupte, 1990). Reaksi penggunaan sitrat oleh bakteri dapat dilihat pada Gambar 11 pada halaman 33. Walaupun sitrat dapat digunakan oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energinya, namun berdasarkan hasil uji sitrat terhadap isolat bakteri SSA2B4.1 yang memberikan hasil uji negatif, menunjukkan isolat bakteri SSA2B4.1 tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dan energinya, tetapi cenderung menggunakan karbohidrat seperti glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manitol dan selulosa. Dari hasil uji fermentasi karbohidrat, uji selulase uji hidrolisis pati dan uji sitart terhadap kedua isolat bakteri, memberikan informasi bahwa isolat bakteri SSD2A7.1 tidak dapat digunakan dalam aplikasi produksi enzim selulase dan α-amilase. Dalam aplikasi isolat bakteri SSD2A7.1 tidak perlu menggunakan karbohidrat jenis glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manitol, selulosa dan pati pada medium yang digunakan tetapi dapat menggunakan sitrat karena sitrat dapat dihidrolisis oleh bakteri tersebut untuk digunakan sebagai sumber energi dalam metabolismenya. Sedangkan isolat bakteri SSA2B4.1 dapat digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan proses fermentasi karbohidrat jenis glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manitol dan produksi enzim selulase, tetapi tidak dapat digunakan dalam aplikasi produksi enzim α-amilase. Dalam aplikasi isolat bakteri 77 SSA2B4.1 tidak perlu menggunakan pati/amilum dan sitrat pada medium yang digunakan tetapi dapat digunakan karbohidrat jenis glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa, manitol dan selulosa. Uji oksidase pada isolat bakteri SSD2A7.1, memberikan hasil uji negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya warna hitam pada koloni bakteri, sedangkan uji oksidase pada isolat bakteri SSA2B4.1 memberikan hasil uji positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada koloni bakteri. Perubahan warna ini mengindikasikan adanya enzim sitokrom oksidase yang dimiliki oleh isolat bakteri SSA2B4.1 yang dapat mengoksidasikan larutan reagen uji oksidase. Hasil uji reduksi nitrat pada isolat bakteri SSD2A7.1 dan SSA2B4.1 memberikan hasil uji positif. Hasil uji ini menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri tersebut selain dapat menggunakan nitrat (NO3-) sebagai akseptor elektron terakhir dalam sistem transport elektron dengan mereduksikannya menjadi nitrit (NO2-) dengan katalis enzim nitratase. 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑒 NO3- + 2e- + 2 H+ → NO2- + H2O Pada uji reduksi nitrat terhadap kedua isolat bakteri tersebut, juga dihasilkan gas pada tabung Durham. Menurut Lay (1994) gas dalam tabung Durham tersebut merupakan campuran gas CO2 dan N2. Gas N2 berasal dari penguraian sempurna nitrat sedangkan CO2 merupakan produk respirasi anaerobik. 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎𝑠𝑒 2NO2- + 7e- + 8 H+ → N2(g) + 4 H2O 78 Kemampuan isolat bakteri SSD2A7.1 dan SSA2B4.1 dalam menguraikan H2O2 ditunjukkan oleh uji katalase yang memberikan hasil uji positif yang berarti bakteri mampu menghasilkan enzim katalase yang dapat digunakan pada reaksi penguraian hidrogen peroksida (H2O2) menjadi H2O dan gas oksigen (O2). H2O2 → 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑒 H2O + 1 2 O2 Menurut Fardiaz (1992) bakteri yang mampu menghasilkan enzim katalase adalah kelompok bakteri aerobik dan anaerobik aerotoleran. Namun berdasarkan hasil uji oksidase yang menberikan hasil uji negatif dan uji reduski nitrat yang memberikan hasil uji positif, memberikan informasi bahwa isolat bakteri SSD2A7.1 bukan termasuk kelompok bakteri aerobik, tetapi tergolong bakteri anaerobik aerotoleran. Sedangkan isolat bakteri SSA2B4.1 yang memberikan hasil uji oksidase dan uji reduksi nitrat positif serta uji katalase positif dapat digolongkan dalam kelompok bakteri denitrifikasi. Bakteri denitrifikasi dapat menggunakan oksigen maupun nitrat sebagai akseptor elektronnya dan dapat memberikan hasil uji katalase positif serta dapat menggunakan suatu substrat seperti karbohidrat melalui proses fermentasi (Fardiaz, 1992). Reaksi kimia yang terjadi pada uji katalase terhadap kedua isolat bakteri tersebut yaitu : 𝑠𝑢𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑖𝑠𝑚𝑢𝑡𝑎𝑠𝑒 2 O2-* + 2H+ → 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑒 H2O2 → H2O2 + O2(g) H2O + ½ O2 (g) 79 Uji protease terhadap isolat bakteri SSD2A7.1 dan SSA2B4.1 memberikan hasil uji positif yang ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar daerah pertumbuhan bakteri. Hal ini memberikan informasi bahwa kedua isolat tersebut dapat menguraikan protein menjadi peptida-peptida kecil dan asam amino penyusun protein tersebut dengan bantuan enzim protease atau peptidase. Berdasarkan cara pemotongan ikatan peptida, enzim peptidase dapat dibagi menjadi eksopeptidase dan endopeptidase yang bekerja secara bersamasama dalam memotong ikatan peptida pada suatu molekul protein (Mubarik et al., 2000). Eksopeptidase bekerja pada kedua ujung molekul protein, yang terdiri dari dua jenis enzim yaitu karboksipeptidase dan amino peptidase (Naiola et al., 2007). Karboksipeptidase dapat melepaskan asam amino yang memiliki gugus –COOH bebas pada ujung molekul protein sedangkan amino peptidase dapat melepaskan asam amino pada ujung lainnya yang memiliki gugus –NH2 bebas (dapat dilihat pada Gambar 18 pada halaman 43). Enzim eksopeptidase dapat langsung melepaskan asam amino dari molekul protein, sedangkan enzim endopeptidase memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul protein sehingga akan menghasilkan peptida-peptida kecil terlebih dahulu, kemudian peptida-peptida kecil ini akan diuraikan menjadi asam amino oleh enzim eksopeptidase. 80 Kedua isolat bakteri (SSD2A7.1 dan SSA2B4.1) memberikan hasil uji negatif terhadap uji pencairan gelatin, yang ditandai dengan tidak mencairnya gelatin. Hal ini menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri tersebut tidak mampu menghasilkan enzim gelatinase yang dapat menghidrolisis gelatin menjadi asamasam amino penyusun gelatin tersebut. Hasil uji urease terhadap kedua isolat bakteri (SSD2A7.1 dan SSA2B4.1) memberikan hasil negatif, yang ditandai dengan tidak terbentuknya warna merah keunguan pada media biakan uji urease. Hal ini menunjukkan bahwa kedua isolat bakteri tersebut tidak dapat menghasilkan enzim urease yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3, sehingga warna indikator merah fenol tetap berwarna kuning yang berarti tidak terbentuk senyawa yang bersifat basa seperti NH3 dalam media biakan. Isolat bakteri SSD2A7.1 tidak mampu menguraikan asam amino jenis triptofan yang ditunjukkan oleh uji indol yang memberikan hasil uji negatif. Sedangkan isolat bakteri SSA2B4.1 memberikan hasil uji positif terhadap uji indol, yang ditandai dengan terbentuknya warna merah pada kaldu media baikan. Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri SSA2B4.1 mampu menghasilkan enzim triptofanase yang dapat mengkatalisis reaksi pemecahan triptofan menjadi indol, asam piruvat dan amonia (Gambar 9 halaman 29). Hasil uji H2S terhadap kedua isolat bakteri (SSD2A7.1 dan SSA2B4.1) memberikan hasil uji negatif. Hal ini memberikan informasi bahwa kedua isolat bakteri tersebut tidak mampu menghasilkan enzim desulfurase yang mampu 81 menguraikan gugus –SH dari suatu asam amino yang mempunyai gugus samping yang mengandung sulfur seperti sistein dan metionin. Berdasarkan hasil uji sifat biokimia dari isolat bakteri SSD2A7.1 memberikan informasi bahwa dalam pengaplikasian isolat bakteri SSD2A7.1 tidak perlu menggunakan karbohidrat (jenis glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol), selulosa, pati/amilum, gelatin, triptofan, sistein, metionin dan urea pada medium yang digunakan karena substrat-substrat tersebut tidak digunakan oleh isolat bakteri SSD2A7.1 sebagai sumber energi dalam proses metabolismenya. Namun dalam pengaplikasian isolat bakteri SSD2A7.1 dapat digunakan sitrat, dan protein pada medium yang digunakan. Ciri-ciri isolat bakteri SSD2A7.1 yang diperoleh dari pewarnaan Gram dan uji biokimia yaitu berjenis Gram negatif, berbentuk batang, tidak berspora, tidak dapat memfermentasikan karbohidrat, menggunakan sitrat, tidak dapat menghasilkan produk asam campuran yang mempunyai pH<6,2, tidak dapat menghasilkan asetoin dan 2,3-butana diol, tidak dapat menguraikan asam amino jenis tripofan, sistein dan metionin, tidak dapat mencairkan gelatin, dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan gas nitrogen dan tergolong bakteri anaerobik aerotoleran. Dalam Bergey,s Manual of Determinative Bacteriology edisi kesembilan (1994) ciri-ciri isolat bakteri SSD2A7.1 tersebut, cenderung mengarah pada ciriciri bakteri grup 12 (kelompok bakteri aerob kimolitotrof dan beberapa kelompok 82 bakteri lainnya) yang tergolong famili Nitrobacteriaceae, dan kemungkinan genus Nitrobacter atau Nitrocystic. Berdasarkan hasil pewarnaan Gram dan hasil uji biokimia ciri-ciri isolat bakteri SSA2B4.1 cenderung mengarah pada ciri-ciri bakteri asam laktat (BAL) heterofermentatif, dan bakteri pembentuk endospora genus Bacillus. BAL terdiri dari 15 genus yaitu Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus, Lactococcus, Streptococcus, Aerococcus, Bifidobacterium, Carnobacterium, Enterococcus, Oenococcus, Sporolactobacillus, Teragenococcus, Vagococcus, Weisella dan Zymomonas (Surono, 2004). Namun dari ke-15 genus tersebut yang kemungkinan merupakan genus dari isolat bakteri SSA2B4.1 adalah genus Sporolactobacillus, Lactobacillus, Weisella dan Bifidobacterium karena memiliki ciri-ciri yang sama dengan isolat bakteri SSA2B4.1 yaitu berjenis Gram positif, berbentuk batang dan berspora sedangkan genus Leuconostoc, Pediococcus, Lactococcus, Streptococcus, Aerococcus, Enterococcus, Oenococcus, Teragenococcus dan Vagococcus berbentuk kokus. Dan genus Zymomonas berjenis Gram negatif, sedangkan genus Carnobacterium dapat hidup pada suhu di bawah 0oC (Anonimb, 2009). Pada penelitian ini belum dapat diketahui secara pasti genus dari isolat bakteri SSA2B4.1 karena masih membutuhkan uji-uji karakterisasi genus. Dalam Bergey,s Manual of Determinative Bacteriology edisi kesembilan (1994) ciri-ciri isolat bakteri SSA2B4.1 cenderung mengarah pada ciri-ciri grup 15 (bakteri Gram positif, pembentuk endospora) 83 Isolat bakteri SSD2A7.1 dan SSA2B4.1 berpotensi diaplikasikan pada bidang pertanian untuk menyuburkan tanaman karena mampu menghasilkan gas nitrogen yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat hara tumbuhan. Selain itu kedua isolat bakteri tersebut dapat digunakan untuk pengendali terhadap patogen tanaman karena kemampuannya dalam menghasilkan enzim kitinase. Menurut Khaeruni et al., (2008) enzim kitinase yang disekresikan oleh bakteri kitinolitik mampu mendegradasi dinding sel patogen yang menginfeksi pada daerah akar tanaman sehingga perkembangan patogen terganggu. Isolat bakteri SSD2A7.1 dan SSA2B4.1 juga berpotensi untuk diaplikasikan pada bidang industri detergen atau sejenis bahan pembersih lainnya. Detergen dapat menghilangkan noda atau pengotor yang berupa bahan yang larut dalam minyak atau lemak serta noda atau pengotor yang larut dalam air, namun sulit untuk menghilangkan noda atau pengotor yang tergolong protein sehingga dengan penambahan enzim protease pada detergen akan menambah daya kerja pembersih dari detergen tersebut. Enzim protease yang dapat dihasilkan oleh kedua isolat bakteri tersebut juga berpotensi untuk diaplikasikan pada proses deproteinasi dalam pembuatan kitin, selain dapat menghemat biaya produksi, juga relatif lebih ramah lingkungan. 84