ARSITEKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN EKONOMI MEMASUKI

advertisement
Proceeding ASPROPENDO ISSN: 978-979-602-8580-67-0
ARSITEKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN EKONOMI
MEMASUKI MASYARAKAT EKONOMI ASIA
Dr. Bambang Ismanto, M.Si - [email protected]
Dosen Pendidikan Ekonomi – UKSW Salatiga
Abstrak
Makalah ini mengkaji tentang kurikulum Pendidikan Ekonomi (PE) pada Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam perspektif persiangan masyarakat ekonomi
Asean. Berlakunya UU Pendidikan Tinggi (PT), Standar Nasional Pendidikan Perguruan
Tinggi (SNP PT) dan Kurikulum Tahun 2013, serta Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) menjadi pijakan dalam menganalisis substansi, prinsip dan struktur
kurikulum Pendidikan Ekonomi. Kerangka kompetensi pendidikan abad 21 dalam
pengembangan kurikulum Tahun 2013 berbasis pada kehidupan dan karir, pembelajaran dan
inovasi dan aplikasi informasi, media dan teknologi dalam perwujudan lulusan yang
produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Rancangan kurikulum Pendidikan Ekonomi mengatur
capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan program studi. Dalam era globalisisa, PT harus mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan,
dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh,
serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. SNP PT menjamin agar
pembelajaran pada program studi, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat mencapai
mutu sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Arsitektur Kurikulum PE LPTK meliputi
kompetensi lulusan, struktur mata kuliah dan administrasi pembelajaran.
Kata kunci : Kurikulum , Arsitektur, Pendidikan Ekonomi, MEA 2015
Pendahuluan
Kurikulum menjadi bagian strategis dalam tata kelola (manajemen) Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sebagai perangkat rencana akademik, kurikulum
menjadi acuan dalam pengaturan capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan
penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi LPTK yang
bersangkutan. Berbagai aktivitas mahasiswa LPTK dikendalikan kurikulum untuk
menyelesaikan kewajiban akademik yang dialokasikan pada agihan semester yang
dilalukaknya. Setelah memasuki karier sebagai pendidik dan tenaga kependidikan, para
1
lulusan LPTK akan
mengelola kurikulum baik sebagai perencana, pelaksana, dan
pengembang kurikulum.
Kurikulum LPTK dinamik dengan perspektif kebutuhan lulusan dalam laju
perkembangan lingkungan eksternal.
Perubahan (pengembangan) kurikulum sekolah,
globalisasi, dan dinamika tata kelola Perguruan Tinggi di Indonesia. Sekolah menjadi entitas
kelembagaan bagi lulusan LPTK dalam pengembangan karier sebagai agen pembelajaran.
Globalisasi dengan arus aplikasi teknologi informasi menjadi lingkungan dan konten serta
fasilitas
pembelajaran
dan
pembentukan
karakter
dalam
hidup
ditengah-tengah
perkembangan masyarakat internasional. Penetapan UU Pendidikan, Standar Nasional PT
dan KKNI mengarahkan pengembangan kompetensi lulusan LPTK.
Terbentuknya hubungan antar masyarakat Internasional bukanlah suasana baru. Jauh
sebelum pendidikan nasional tertata, hubungan antar bangsa telah berlangsung dalam
kegiatan perdagangan, misi agama, komunitas sosial budaya dan aktivitas yang lainnya.
Hubungan antar bangsa ini secara dinamik berpengaruh dalam pengelolaan sistem pendidikan
dan sekolah di Indonesia. Terbukti berbagai pemikiran tentang filosofis, teknis-teknis
pedagogik dan perkembangan Teknologi informasi bangsa lain menjadi referensi, acuan, dan
fasilitas dalam tata kelola pendidikan di Indonesia.
Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, tantangan yang dihadapi
oleh kita bersama adalah meningkatkan pemahaman publik di kalangan Pemerintah, dunia
usaha dan masyarakat baik di tingkat Pusat maupun Daerah; tentang manfaat dan peluang
yang dapat diperoleh dengan pelaksanaan MEA 2015. Pembentukan MEA sebenarnya dapat
memberikan peluang bagi Indonesia dengan terbukanya pasar baru bagi barang, jasa,
investasi, pekerja terampil dan arus modal di kawasan ASEAN. Di lain pihak, Bangsa
Indonesia harus bekerja keras untuk meningkatkan daya saing dan memperkuat ketahanan
nasional agar dapat bersaing dengan negara ASEAN lain (Bappenas :2014). Hal ini
membawa implikasi peningkatan daya saing produk ekspor daerah ini hendaknya menjadi
perhatian serius PT menyiapkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan SDM yang
bermutu dan berdaya saing pada pasar bersama ASEAN (ASEAN Economic Community).
Pendidikan akan menjadi situasi ini menjadi materi pembelajaran dan pengembangan
kurikulum adanya pasar bersama regional tersebut maka tidak tertutup kemungkinan pasar
lokal akan dibanjiri dengan produk impor dari negara tetangga yang berpotensi menciptakan
defisit neraca perdagangan. Peningkatan daya saing produk ini diharapkan akan
2
meningkatkan nilai ekspor sehingga dapat mengimbangi masuknya barang impor dan bahkan
dapat memberikan surplus dalam neraca perdagangan.
Implikasi dari Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015, Program Studi
Pendidikan Ekonomi (PE) perlu merespon dengan program-program yang relevan dengan
kebutuhan SDM memasuki masyarakat yang semakin langsung (inherent) dalam kehidupan
kita. MEA 2015 merupakan konvensi yang telah disepakatai Pemerintah Indonesia untu
ditindaklanjuti untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Menurut UU 12 tahun 2012, Interaksi
sosial dilakukan dalam pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, penguasaan dan/atau
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta pengembangan Perguruan Tinggi
sebagai lembaga ilmiah.
Kurikulum nasional merupakan kebijakan Pemerintah dalam peningkatan mutu
pendidikan / sekolah di Indonesia. Kurikulum tahun 2013 merupakan bentuk campur tangan
(intervensi) Pemeirntah Indonesia dalam peningkatan mutu SDM melalui berbagai program /
kegiatan sekolah yang diberlakukan sejak tahun 2013. Menurut Permendiknas No : 70 Tahun
2013, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Perubahan kurikulum ini membawa implikasi perubahan
kurikulum Progdi. PE LPTK sesuai dengan standar kompetensi lulusan, isi, proses, penilaian
pembelajaran ekonomi di Sekolah baik SMP/MTs, SMA/MA dan SMK.
Pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan
nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan.
Menurut UU 12/2012, untuk meningkatkan daya saing bangsa dan daya mitra bangsa
Indonesia dalam era globalisasi, diperlukan Pendidikan Tinggi yang mampu mewujudkan
dharma pendidikan, yaitu menghasilkan intelektual, ilmuwan dan/atau profesional yang
berbudaya, kreatif, toleran, demokratis, dan berkarakter tangguh, serta berani membela
kebenaran demi kepentingan bangsa dan umat manusia. Dalam rangka mewujudkan dharma
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, diperlukan Pendidikan Tinggi yang mampu
menghasilkan karya Penelitian dalam cabang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dapat
diabdikan bagi kemaslahatan bangsa, negara, dan umat manusia.Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) bidang pendidikan tinggi menjadi acuan Progdi. PE LPTK
menetapkan kriteria kompetensi lulusan dalam penyusunan kurikulum.
3
Paradigma Kurikulum LPTK – Pendidikan Ekonomi
Kurikulum merupakan instrumen dalam mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum juga
menjadi wahana dalam falsafah hidup bangsa, oleh karana ke arah mana dan bagaimana
pendidikan dalam mengembangkan SDM ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh
bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/selalu
mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi.
Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara
yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Menurut Sudjana (1993 : 37), perubahan struktural kurikulum menyangkut
komponen: (a) Perubahan dalam tujuan; (b) Perubahan isi dan struktur. (c) Perubahan strategi
kurikulum; (d) Perubahan sarana kurikulum. (e) Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan
(4) ilmu pengetahuan dan teknologi. Filsafat memegang peranan penting dalam
pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan
pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme, eksistesialisme,
progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa
berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Pengembangan Kurikulum 2013
sebagai refleksi dalam menghadapi, Tantangan
internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan
yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia
dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia
produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun
dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
Di lingkungan
eksternal diperhadapkan dengan fenomena globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan
4
masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif
dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat
industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic
Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait
dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu,
investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran
strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan
pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Peningkatkan daya saing bangsa dalam
menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan,
dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh,
serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa (Konsideran UU 12/2012).
berbagai program tridarma Perguruan Tinggi dillaksanakan dan dikembangkan berdasarkan
asas : a. kebenaran ilmiah; b. penalaran; c. kejujuran; d. keadilan; e. manfaat; f. kebajikan;
g.tanggung jawab; h. kebhinnekaan; dan i. keterjangkauan. Menurut PP 49/2014 tentang SNP
PT,
proses pembelajaran Program Studi yang relevan sifat interaktif, holistik, integratif,
saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa.
Perubahan-perubahan mendasar pendidikan tinggi yang berlangsung di abad XXI,
akan meletakkan kedudukan pendidikan tinggi sebagai: (i) lembaga pembelajaran dan sumber
pengetahuan, (ii) pelaku, sarana dan wahana interaksi antara pendidikan tinggi dengan
perubahan pasaran kerja, (iii) lembaga pendidikan tinggi sebagai tempat pengembangan
budaya dan pembelajaran terbuka untuk masyarakat, dan (iv) pelaku, sarana dan wahana
kerjasama internasional.(Dirjen Dikti 2008:6). Kurikulum Program Studi Pendidikan
Ekonomi harus mampu mendinamiskan para siswa dan lulusannya agar mampu
mengakselerasikan kehidupannya dengan perubahan lingkungan masyarakat internasional.
Aplikasi teknologi informasi menjadi fasilitas dalam pemecahan masalah, peningkatan mutu
dan pengembangan diri kehidupannya sejak menjadi mahasiswa hingga tumbuh sebagai guru
yang bermutu dan berdaya saing.
5
Kehidupan di abad XXI menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan tinggi
yang bersifat mendasar. Bentuk perubahan-perubahan tersebut adalah: (i) perubahan dari
pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), (ii) perubahan dari
kohesi sosial menjadi partisipasi demokratis (utamanya dalam pendidikan dan praktek
berkewarganegaraan), dan (iii) perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan
kemanusiaan. UNESCO (1998) menjelaskan bahwa untuk melaksanakan empat perubahan
besar di pendidikan tinggi tersebut, dipakai dua basis landasan, berupa : Empat pilar
pendidikan: (i) learning to know, (ii) learning to do yang bermakna pada penguasaan
kompetensi dari pada penguasaan ketrampilan menurut klasifikasi ISCE (International
Standard Classification of Education) dan ISCO (International Standard Classification of
Occupation), dematerialisasi pekerjaan dan kemampuan berperan untuk menanggapi
bangkitnya sektor layanan jasa, dan bekerja di kegiatan ekonomi informal, (iii) learning to
live together (with others), dan (iv) learning to be, serta; belajar sepanjang hayat (learning
throughout life). Perubahan-perubahan mendasar pendidikan tinggi yang berlangsung di abad
XXI, akan meletakkan kedudukan pendidikan tinggi sebagai: (i) lembaga pembelajaran dan
sumber pengetahuan, (ii) pelaku, sarana dan wahana interaksi antara pendidikan tinggi
dengan perubahan pasaran kerja, (iii) lembaga pendidikan tinggi sebagai tempat
pengembangan budaya dan pembelajaran terbuka untuk masyarakat, dan (iv) pelaku, sarana
dan wahana kerjasama internasional.(Dirjen Dikti 2008:6)
Berdasarkan “21st Century Partnership Learning Framework”, terdapat beberapa
kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh SDM abad XXI, yaitu: (BSNP:2010)
a. Kemampaun berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving
Skills)– mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan
masalah;
b. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication andBCollaboration Skills) mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
c. Kemampaun berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving
Skills)– mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan
masalah;
d. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and Collaboration Skills) mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
e. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) – mampu
mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang
inovatif;
f. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology
Literacy) – mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
kinerja dan aktivitas sehari-hari;
g. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) – mampu menjalani aktivitas
pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi;
6
h. Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills) –
mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan
beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam
pihak.
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta
didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran,
posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan
lingkungan alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis
yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan hal
tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut: (a).
Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan
masa mendatang. (b). Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
(c).Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. (d). Pendidikan untuk membangun kehidupan
masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism).
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based
curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai
kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum)
dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas,
dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
7
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang pendidikan tinggi
merupakan kerangka penjenjangan kualifikasi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan capaian pembelajaran dari jalur pendidikan nonformal, pendidikan
informal, dan/atau pengalaman kerja ke dalam jenis dan jenjang pendidikan tinggi. Menurut
Permendikbud 73 Tahun 2013, dalam menjamin mutu KKNI bidang pendidikan tinggi,
Direktorat Jenderal mengevaluasi kesesuaian perangkat KKNI bidang pendidikan tinggi
mencakup peraturan, diskriptor, panduan, mekanisme sosialisasi, dokumen standar
implementasi dan aspek pendukung lainya, dan melakukan penyesuaian, pengubahan atau
pengembangan.
Arsitektur Kurikulum Pendidikan Ekonomi
Kurikulum sebagai Pengalaman Belajar. Dalam hal ini kurikulum merupakan
serangkaian pengalaman belajar. Hal ini senada dengan pendapatnya Romie dalam Hamalik
(2001). Model pengembangan kurikulum yang berkaitan dengan fokus
isi/substansi
kurikulum. Dalam hubungan ini dikenal beberapa pendekatan yaitu: (1) Subject academic
curriculum, yang berfokus pada bahan ajaran yang berasal dari disiplin ilmu; (2) Humanistic
curriculum, yang menekankan keutuhan pribadi, serta kurikulum didasarkan atas minat dan
kebutuhan siswa; (3)Technological/competence based curriculum, menekankan penguasaan
kompetensi, dan dalam proses pembelajaran/diklat dibantu dengan alat-alat teknologis; dan
(4)Social reconstruction curriculum, yang berfokus pada masalah sosial dan dalam
pembelajarannya menekankan belajar kelompok (Samsudi : 2010).
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip–
prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas;
(2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan
dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan
pemilihan kegiatan penilaian.
Pengembangan kurikulum adalah proses inovatif utama bagi lembaga
pendidikan dan bila diterapkan untuk membina kualitas kegiatan
8
di
kalangan mahasiswa. Tahapan yang perlu dilakukan mel;iputi : (Primrose
:2013:2)
(1) identifikasi kebutuhan; (2) Rancangan program studi; (3)
Pengiriman dari program pembelajaran; dan (4) Evaluasi hasil dalam
kaitannya dengan tujuan awal.
Peran guru dan pengelola kurikulum tidak alami dan statis. Guru harus memiliki
pemahaman yang komprehensif tentang bidang isi dan metode untuk mengkomunikasikan
pengetahuan kepada siswa. Kepala Sekolah sebagai penanggungjawb kurikulum
wajib
memiliki pemahaman yang komprehensif tentang pragmatik desain kurikuler dan praktek
instruksional, tetapi juga pemahaman global pendidikan sebagai perusahaan sosial.
Sedangkan peran guru dan kurikulum pemimpin saling melengkapi, peran dan kompetensi
terkait tidak sama. Hal ini sesuai dengan pemikiran Handler (2010), yang menyatakan :
The role of teacher and that of curriculum leader are not naturally equivalent.
Teachers must have comprehensive understanding of their content areas and methods
for communicating knowledge to students. A curriculum leader is a person who has not
only a comprehensive understanding of the pragmatics of curricular design and
instructional practice, but also a global understanding of education as a societal
enterprise. While the role of teacher and that of curriculum leader are complementary,
the roles and associated competencies are not the same. (p3)
Rancangan kurikulum berbasis masyarakat internasional, perlu dibangun pada
pondasi multikultural. Hal ini tercermin perspektif dan menguraikan dalam interpretasi yang
diberikan oleh strategi internasionalisasi. Implikasi penyusunan kurikulum meliputi
pengembangan kurikulum, strategi pengajaran dan proses penilaian dan mengarah ke
pemahaman tentang persimpangan dari perspektif lokal, nasional dan global dan kontras nilai
sistem. Kurikulum universitas dapat memberikan kontribusi lingkungan dan etos kerja dalam
lintas-budaya dan perspektif. Pengembangan kompetensi pedagogik dipengaruhi oleh
fondasi teoritis dan konseptual asumsi yang relevan dengan regulasi PT. Pemikiran sesuai
pernyataan (Welikala, 2011)
“Internationalisation of curriculum encompasses curriculum development, teaching
strategies and assessment processes and leads to an understanding of the intersections
of local, national and global perspectives and contrasting value systems. The university
curriculum can contribute an environment and ethos where cross-cultural capabilities
and global perspectives are valued and respected and its graduates are thus equipped
to live and work in the global arena” (p15). Pedagogic practices of this kind are
influenced by a theoretical and conceptual underpinning of assumptions and prejudices
held about the ‘others’ rather than by the pedagogic requirements of a diverse learning
context. To recognise that diverse learning context, practitioners need to be reflexive
and be able to critically question their own teaching and learning orientations as well
9
as the cultural orientations that shape their teaching to make sense of their practices.
(p17)
Dalam arsitektur pengembangan kurikulum pendidikan dalam kemartabatan bangsa
Indonesia, perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Ismanto:2014) :
1. Pendidikan sebagai hak dasar setiap WNI tanpa diskriminasi
2. Pendidikan mendapatkan perlindungan hukum melalui UU, Peraturan dalam
implementasi program pendidikan
3. Pendidikan mendapatkan dukungan SDM (pendidik dan tenaga kependidikan), sarana
prasarana, pembiayaan, penjaminan mutud peningkatan mutu kehidupan SDM
4. Dinamika pendidikan global dalam abad 21
Pembelajaran inovatif dan bermartabat
Pendidikan ekonomi merupakan salah satu Progdi. LPTK yang meluluskan sarjana
pendidikan sebagai guru bidang studi / mata pelajaran ekonomi. Dari berbagai pemikiran di
atas, dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Ekonomi perlu memperhatikan :
1. Filosofis Pendidikan Nasional yaitu Pancasila dan UUD 1945
2. Kompetensi Guru Profesional
3. Kurikukulum Tahun 2013
4. Konsepsi tugas dan fungsi PT dan
5. Standar Nasional Pendidikan PT
6. Globalisasi – MEA Tahun 2015
Kurikulum merupakan refleksi yang dinyatakan dalam rencana akademik dalam
mempersiapkan lulusan yang bermutu dan berdaya saing serta memiliki moral kebangsaan
Indonesia. Pengembangan kurikulum Pendidikan Ekonomi dikembangkan meliputi : dasar
folosofis bangsa Indonesia, pemenuhan kompetensi guru profesional, dan memperhatikan
perkembangan lingkungan internal dan eksternal (MEA 2015).
Dari pemikiran ini dapat
disajikan kerangka arsitektur kurikulum pendidikan dalam kemartabatan bangsa Indonesia.
Eksternal - Global
Efektivitas
Efisiensi
10
Eficiacy
Kurikulum : PE
- SKL
- Isi
- Proses
- Penilaian
Kurikulum Sekolah
Tahun 2013
Landasan Pancasila dan UUD 1945
Kompetensi Guru
Ekonomi
Penutup
Kurikulum merupakan titik tolak Progdi. Pendidikan Ekonomi akan menuju kemana
dalam perspektif penyiapan guru ekonomi yang profesional. Penguasan konsep diri ekonomi
dalam penataan sumber daya yang efeltif, efisien dan eficiacy dalam perspektif lingkungan
MEA 2015-Global, Kurikulum sekolah 2013 dan pengembangan kompetensi pribadi, sosial,
pedagogik dan profesional menjadi cakupan dalam menetapkan indikator pencapaian SKL,
isi, proses dan penilaian.
Pendidikan ekonomi bukan ekonomi pendidikan. Kedua bisa aling mengisi dan
mendinamiskan dalam pembahasan dan pengembangan konten dan PBM pada kurikulum
Progdi. PE – LPTK. Keduanya perlu mendapat pembahasan secara lebih mendalam
mengingat kontribusi pendidikan dalam ekonomi nasional dan pembangunan bangsa semakin
nyata.
Daftar Pustaka
Asfari Rifai, Soekirno, Soedarminto Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Bahan
Belajar I; 1-9 PMAK8160/3 SKS, Jakarta, Universitas Terbuka, 1999, Cet. 3, H. 3.
Bappenas, 2014, Buku Pegangan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 2014
Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008 Buku Panduan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi, (Sebuah
alternatif penyusunan kurikulum) Sub Direktorat KPS, (Kurikulum dan Program
Studi), Jakarta
11
Gibson, Lynn Kelting, 2013, - Analysis of 100 Years of Curriculum Designs International
Journal of Instruction January 2013 Vol.6, No.1 e-ISSN: 1308-1470 www.e-iji.net pISSN: 1694-609X, [email protected]
Handler, Beth 2010, Teacher as Curriculum Leader: A Consideration of the Appropriateness
of that Role Assignment to Classroom-Based Practitioners, International Journal of
Teacher
Leadership
Volume
3,
Number
3,
Winter
2010
http://www.csupomona.edu/ijtl ISSN: 1934-9726
Ismanto, Bambang, 2014, Membangun Kurikulum Pendidikan Dalam Kemartabatan
Bangsa Indonesia, Disajikan Dalam Seminar Nasional Pendidikan Untuk Perubahan
Masyarakat Bermartabat, Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta, Sabtu, 27
Septmeber 2014
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 73 Tahun 2013
Tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Bidang Pendidikan Tinggi
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Republik Indonesia, Nomor : 49 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi Dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
Primrose, K. & Alexander, C. R. (2013) Curriculum development and implementation: factors
contributing towards curriculum development in Zimbabwe higher education system.
European Social Sciences Research Journal, 1(1), 55-65.
Samsudi, tt, Model Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Samsudi Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Berbasis Dukungan Stakeholders pada Jenjang Pendidikan Dasar
dan
Menengah
Universitas
Negeri
Semarang
,
etalase.unnes.ac.id/files/81c1ce20554306de6fccaf3f541525aa.pdf,
Diunduh 10
Oktober 2014
Sudjana, Nana. 1989. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah Kejuruan.
Bandung: PT SInar Baru.
Sutadji , Eddy Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bermakna Melalui Lesson Study:
Solusi Tepat Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran, diunduh 22 September 2014
Thushari Welikala, 2011, Rethinking International Higher Education Curriculum: Mapping
the research landscape, A position paper commissioned and published by Universitas
21, leading global network of research universities for the 21st century May 2011
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
12
Download