MODUL PERKULIAHAN ORGANIZATION THEORY AND DESIGN POKOK BAHASAN : BUDAYA ORGANISASI Fakultas Pascasarjana Program Tatap Studi Muka Magister 10 Kode MK Disusun Oleh 35008 Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. Manajemen Abstract Kompetensi Teori organisasi meliputi struktur Mahasiswa memahami organisasi, budaya organisasi, dan tentang mata kuliah dan desain organisasi. tinjauan umum tentang teori dan disain organisasi. ORGANIZATION CULTURE A. KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI Menurut Stephen P.Robbins: 1. Inisiatif Individual Bagaimana seseorang diberikan tanggung jawab, dan juga kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, yang perlu dihargai oleh atasan dan pimpinan selama itu menyangkut kebaikan pengembangan perusahaan 2. Toleransi terhadap tindakan beresiko Pimpinan setidaknya harus membiarkan karyawannya untuk berani mengambil resiko,dan bertindak agresif, juga inovatif 3. Pengarahan Menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan, serta tentang visi, misi, dan tujuan organisasi 4. Intergrasi Bagaimana suatu organisasi tersebut bisa mendorong unit2 organisasi agar bisa berkarya lebih maksimal 5. Dukungan Manajemen 6. Kontrol Adanya peraturan atau norma-norma yang berlaku yang ditetapkan dalam suatu organisasi atau perusahaan, bisa juga ditempatkan adanya tenaga pengawas untuk mengawasi tindakan para karyawan 7. Identitas Pemahaman identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan 8. Sistem Imbalan 9. Toleransi terhadap konflik 10. Pola Komunikasi Sejauh mana komunikasi dibatasi hierarki kewenangan yang formal. 2016 2 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id B. TIGA KEKUATAN UNTUK MEMPERTAHANKAN SUATU BUDAYA ORGANISASI (Stephen P. Robbins) 1. Praktik Seleksi 2. Manajemen Puncak 3. Sosialisasi Setelah memahami Karakteristik budaya organisasi sebagaimana kajian di atas, maka untuk lebih memahami budaya organisasi, peneliti mengemukakan dan mengkaji beberapa pengertian budaya organisasi yang befrhasil dihimpun oleh Andreas Lako ( 2004 : 29 - 33 ), sebagai berikut : 1. Luthans (1998) Budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yangmengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berprilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya. 2. Sarplin(1995) Budaya organisasi merupakan suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksidengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi. 3. Stoner ( 1995) Budaya organisasi sebagai suatu cognitive framework yang meliputi sikap, nilai-nilai, norma prilaku dan harapan-harapan yang disumbangkan oleh anggota organisasi. 4. Davis (1984) Budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang difahami, dijiwaidan dipraktikkan oleh organisasi sehingga pola tersebut memberikan artitersendiri dan menjadi dasar aturan berprilaku dalam organisasi. 5. Schein (1992) Budaya ofrganisasi sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi maslah-masalahnya yagtimbul akibat aaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikiran dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah tersebut. 2016 3 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id 6. Monde dan Noe (1996) Budaya organisasi adalah sistem dari shared value, keyakinan dan kebiasaankebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku. Budaya organisasi juga mencakup nilai-nilai dan standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan menentukan arah organisasi secara keseluruhan. 7. Hodge (1996) Budaya organisasi sebagai konstruksi dari dua tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang tidak kelihatan (unobservable). Pada level observable, Budaya Organisasi mencakup beberapa aspek organisasi seperti arsitektur, seragam, pola prilaku, peraturan, legenda, mitos, bahasa, dan seremoni yang dilakukan organisasi. Sementara pada level unobservable, Budaya Organisasi mencakup shared values, norma-norma, kepercayaan, asumsi-asumsi para anggota organisasi untuk mengelola masalah-masalah dan keadaan-keadaan di sekitarnya. Budaya Organisasi juga dianggap sebagai alat untuk menentukan arah organisasi. Mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya organisasi, dan sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan. Peneliti mensikapi beberapa pengertian Budaya Organisasi di atas, bahwa secara garis bessar budaya organisasi memiliki dua sifat, yaitu budaya organisasi yang bersifat kasat mata, jelas terlihat, berupa seragam, logo dll, dan budaya organisasi yang tidak terlihat berupa nilai-niali yang ada, difahami dan dilaksanakan oleh sebagahagian besar orang dalam organisasi. Kedua sifat tersebut berfungsi sebagai identitas organisasi, sehingga orang diluar organisasi akan mudah mengenal organisasi dari identitas tersebut, dan juga penentu arah setiap perilaku orang-orang dalam organisasi. 1. Karakteristik Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan bentuk keyakinan, nilai, cara yang bisa dipelajari untuk mengatasi dan hidup dalam organisasi, budaya organisasi itu cenderung untuk diwujudkan oleh anggota organisasi (Brown, 1998: 34). Robbins, (2003: 525) menjelaskan bahwa budaya organisasi itu merupakan suatu system nilai yang dipegang dan dilakukan oleh anggota organisasi, sehingga hal yang sedemikian tersebut bisa membedakan 2016 4 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Sistem nilai tersebut dibangun oleh 7 karakteristik sebagai sari (essence) dari budaya organisasi, 7 karakteristik adalah: 1. Inovasi dan pengambilan risiko (Innovation and risk taking). Tingkatan dimana para karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil risiko. 2. Perhatian yang rinci (Attention to detail). Suatu tingkatan dimana para karyawan diharapkan memperlihatkan kecermatan (precision), analisis dan perhatian kepada rincian. 3. Orientasi hasil (Outcome orientation). Tingkatan dimana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil. 4. Orientasi pada manusia (People orientation). Suatu tingkatan dimana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil – hasil pada orang–orang anggota organisasi itu. 5. Orientasi tim (Team orientation). Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja diorganisir di sekitar tim – tim, bukannya individu – individu. 6. Keagresifan (Aggressiveness). Suatu tingkatan dimana orang – orang (anggota organisasi) itu memiliki sifat agresif dan kompetitif dan bukannya santai – santai. 7. Stabilitas (Stability). Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan di pertahankannya status quo daripada pertumbuhan. 2. Pentingnya Budaya Organisasi Menurut Robbins (1996 : 294), peranbudaya organisasi sebagai berikut : a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain. b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang. d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan. e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. 3. Sumber-sumber Budaya Organisasi Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 2016 5 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id 1. Pengaruh umum dari luar yang luas: Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi. 2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat; Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopan santunan dan kebersihan. 3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi; Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi. 4. Proses Pembentukan Budaya Organisasi Proses terbentuknya budaya organisasi merupakan sebuah proses yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Budaya bisa dilihat sebagai “fenomena” yang megelilingi kehidupan orang banyak dari hari ke hari, bisa direkayasa dan dibentuk. Jika budaya dikecilkan ruang lingkupnya ke tingkat organisasi atau bahkan ke kelompok yang lebih kecil, akan dapat terlihat bagaimana budaya terbentuk, ditanamkan, berkembang, dan akhirnya direkayasa, diatur dan diubah. Budaya diturunkan dari filsafat pendirinya. Filsafat tersebut memiliki asumsi, persepsi atau artifak dan nilai-nilai yang harus diseleksi terlebih dahulu. Seleksi ini bertujuan untuk menentukan kriteria yang sesuai. Hasil seleksi akan menjadi karakteristik budaya organisasi. Setelah adanya karakteristik tersebut manajemen puncak akan menentukan mana yang sesuai untuk dilaksanakan dan mana yang harus dihilangkan. Selanjutnya proses internalisasi kepada karyawan melalui tahapan proses sosialisasi. Keberhasilan proses sosialisasi tergantung pada tingkat keberhasilan mendapatkan kesesuaian dari nilai-nilai yang dimiliki oleh karyawan baru terhadap organisasi dan metode sosialisasi yang dipilih manajemen puncak dalam mengimplementasikannya. Selain itu juga tergantung pada relevansi kepercayaan filosofi para pendiri terhadap kesempatan saat ini dan hambatan-hambatan yang menghalangi organisasi. Oleh karena itu, perilaku top level leader menjadi simbol budaya baru suatu organisasi. 2016 6 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id Manajem en puncak Filosofi organisa si yang dijumpai Budaya organisa si Kriteria seleksi Sosialisa si Robbin dan Judge (2008 5. Fungsi Budaya Organisasi Keberadaan budaya organisasi dalam suatu perusahaan atau organisasi tidak hanya sekedar slogan saja namun mempunyai fungsi dan manfaatnya. Banyak perusahaan membuat atau mendisain budaya organisasi dengan mengeluarkan uang miliaran rupiah. Tujuannya agar organisasi tersebut memiliki budaya organisasi yang kuat sehingga dapat menjadi landasan dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2008: 262), bahwa: “Kultur memiliki sejumlah fungsi dalam sebuah organisasi, yaitu: 1. Penentu batas-batas, artinya budaya menciptakan perbedaan atau distingsi antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. 2. Memuat rasa identitas anggota organisasi. 3. Memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar dari pada kepentingan individu. 4. Meningkatkan kestabilitas sistem sosial, kultur adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan oleh karyawan. 5. Kultur mendefinisikan aturan main Dalam definisinya, bersifat samar, tanmaujud, implisit, dan begitu adanya. Tetapi, setiap organisasi mengembangkan sekumpulan inti yang berisi asumsi, pemahaman, dan aturan-aturan implisit yang mengatur perilaku sehari-hari ditempat kerja. 2016 7 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id Hingga para pendatang baru mempelajari aturan, mereka tidak diterima sebagai anggota penuh organisasi. Pelanggaran aturan oleh pihak eksekutif tinggi atau karyawan lini depan membuat publik luas tidak senang dan memberi mereka hukuman yang berat. Ketaatan pada aturan menjadi basis utama bagi pemberian imbalan dan mobilitas ke atas.” 6. Upaya Meciptakan Budaya Organisasi yang Etis Budaya Organisasi pada dasarnya mewakili norma – norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hierarki organisasi. Bagi organisasi yang masih didominasi oleh pendiri, maka budayanya akan menjadi wahana untuk mengkomunikasikan harapan - harapan pendiri kepada para pekerja lainnya. Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior otokratis yang menerapkan gaya kepemimpinan top down. Disini budaya juga akanberperan untuk mengkomunikasikan harapan – harapan manajer senior itu. Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi suasana etis sebuah organisasi dan perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang punya kemungkinan paling besar untuk membentuk standar dan etika tinggi adalah budaya yang tinggi toleransinya terhadap risiko tinggi, sedang, sampai rendah dalam hal keagresifan, dan fokus pada sarana selain itu juga hasil. Manajemen dapat melakukan beberapa hal dalam menciptakan budaya yang lebih etis, yaitu: 1. Model peran yang visibel Karyawan akan melihat sikap dan perilaku manajemen puncak (Top Manajemen) sebagai acuan / landasan standar untuk menentukan perilaku dan tidakan - tindakan yang semestinya diambil. 2. Komunikasi harapan etis Ambiguitas etika dapat diminimalisir dengan menciptakan dan mengkomunikasikan kode etik organisasi. 3. Pelatihan etis Pelatihan etis digunakan untuk memperkuat standar, tuntunan organisasi, menjelaskan praktik yang diperbolehkan dan yang tidak, dilema etika yang mungkin muncul. 2016 8 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id dan menangani 7. Ringkasan dan Implikasi untuk Manajer. Perilaku Orgnisasi adalah bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam suatu organisasi, dan bidang ini diterapkan untuk membuat organisasi bergerak lebih Efektif. Secara khusus, Perilaku Organisasi fokus pada cara peningkatan produktivitas; mengurangi tingkat ketidak hadiran tanpa izin, perputaran karyawan, dan perilaku menyimpang di tempat kerja; serta meningkatkan perilaku kawargaan organisasional dan kepuasan kerja. Perilaku Organisasi menggunakan studi sistematis untuk meningkatkan prediksi perilaku yang hanya berdasarkan intuisi. Tetapi karena manusia berbeda-beda, kita harus melihat Perilau Oranisasi dalam kerangka kerja kontinjensi, menggunakan variabel situasional untuk meninjau hubunganhubungan sebab dan akibat. Perilaku Organisasi memberikan banyak tantangan dan peluang bagi para manajer. Bidang ini menawarkan khusus untuk meningkatkan keahlian personal seorang manajer. Perilaku Organisasi juga menghargai perbedaan dan membantu manajer melihat manfaat dari keragaman angkatan kerja. Faktor tujuan : Inovasi dan penempatan risiko Perhatian secara jelas Orientasi hasil Orientasi orang Orientasi tim Keagresifan Stabil Kekuatan Berdampak pada Tinggi Kinerja Budaya Organis asi Kepuasan Rendah C. MENCIPTAKAN BUDAYA YANG TANGGAP TERHADAP PELANGGAN Kebanyakan organisasi dewasa ini berupaya sangat keras untuk menciptakan budaya yang tanggap terhadap pelanggan karena mereka mengakui bahwa ini merupakan jalur menuju kesetiaan pelanggan dan kemampuan menghasilkan laba jangka panjang. Variabel-variabel Kunci yang Membentuk Budaya Tanggap Terhadap Pelanggan tinjauan terhadap bukti penelitian menemukan bahwa ada beberapa variable yang secara rutin terdapat dalam budaya yang tanggap terhadap pelanggan. 2016 9 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id Pertama adalah tipe karyawan itu sendiri. Organisasi berorientasi pelanggan yang berhasil, mempekerjakan karyawan yang terbuka dan ramah. Kedua adalah formulasi yang rendah. karyawan jasa perlu memiliki kebebasan untuk memenuhi tuntutan layanan pelanggan yang senantiasa berubah. Ketiga adalah perluasan formalisasi yang rendah yakni penggunaan pemberdayaan secara luas. Kryawan yang diberdayakan memiliki keleluasaan keputusan untuk melakukan apa yang perlu demi menyenangkan pelanggan. Keempat adalah keterampilan mendengar yang baik. Tindakan Manajerial Berdasarkan pada karakter yang sudah diidentifikasi sebelumnya, maka dapat dikemukakan bahwa tindakan yang adapat diambil manajemen jika ia ingin membuat budayanya menjadi tanggap terhadap pelanggan. tindakan ini dirancang untuk menciptakan karyawan dengan kompetensi, kemampuan, dan keinginan untuk menyelesaikan masalah pelanggan ketika muncul. Seleksi. Tempat untuk mulai membangun budaya tanggap terhadap pelanggan adalah mempekerjakan orang yang memeiliki keperibadian dan sikap yang konsisten terhadap orientasi layanan yang tinggi. 1. Pelatihan dan sosialisasi Organisasi yang berusaha menjadi lebih tanggap terhadap pelanggan tidak selalu harus melakukan perekrutan semua karyawan baru. yang lebih umum, adalah bahwa manajemen menghadapi tantangan untuk membuat karyawan yang sekarang ada menjadi lebih berfokus pada pelanggan. 2. Rancangan Struktural Strukur organisasi perlu lebih banyak memeberikan kendali ke karyawan. Ini dapat dicapai dengan mengurangi kaidah dan aturan. karyawan itu lebih mampu memuasakan pelanggan bila mereka memiliki beberapa kendali atas penjumpaan pelayanan. Pemberdayaan Konsisten dengan formailsasi yang rendah adalah pemberdayaab karyawan dengan memberikan keleluasaan untuk mengambil keputusan dari hari ke hari menyangkut kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan. 3. Kepemimpinan Para pemimpin menyampaikan budaya organisasi melalui apa yang mereka katakana dan apa yang mereka lakukan. Para pemimpin yang efektif dalam budaya yang tanggap terhadap pelanggan menyampaikan budaya tersebut melalui penganutan visi yang berfokus pada pelanggan dan mwnunjukanya lewat perilaku terus menerus mereka bahwa mereka setia kepada pelanggan. 2016 10 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id 4. Evaluasi Kinerja Ada sejumlah bukti penelitian mengesankan yang menunjukan bahwa evaluasi kinerja berdasarkan perilaku itu konsisten dengan peningkatan layanan pelanggan. selain itu, budaya yang tanggap terhadap pelanggan akan didorong oleh penggunaan evaluasi 360-derajat yang mengikutsertakan masukan dari pelanggan. 5. Sistem Imbalan Akhirnya Jika manajemen ingin agar karyawan memberikan layanan yang baik, maka ia harus memberikan imbalan berdasar layanan yang baik. Ia perlu terus menerus memberikan pengakuan kepada karyawan yang menunjukan usaha yang luar biasa untuk menyenangkan pelanggan. 2016 11 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. P.Robbins,Stephen.2000..”PERILAKU ORGANISASI Jilid 2”. Edisi ke-8. Jakarta : PT.Prenhallindo 2. Sutoyo,Danang dan Burhanudin..2015. ”PERILAKU KEORGANISASIAN ” . Yogyakarta : CAPS (Center of Academic Publishing Service” 3. Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 4. Wahab, Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:, penerbit Alfabeta, 2008 5. Alvesson, M . 2002. Understanding Organisational Culture. London:Sage. 2016 12 Organization Theory and Desain Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dr. M. Mukti Ali, ST., MM. http://www.mercubuana.ac.id