Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN Tahun 2014 1. Pendahuluan Estimasi asumsi makro dalam APBN merupakan agenda tahunan pemerintah sebagai bahan acuan untuk perjalanan roda pemerintahan, salah satu contoh meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai upaya meningkatkatkan kesejahteraan rakyat. Setiap tahunnya pemerintah bersama dengan DPR-RI membahas mengenai asumsi makro APBN dan rencana pendapatan, belanja, dan pembiayaan Negara. Pendapatan Negara terdiri dari penerimaan perpajakan dan bukn pepajakan, belanja Negara terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah, dan pembiayaan terdiri dari pembiayaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri. Kondisi saat ini antara pendapatan dan belanja Negara, Negara mengalami defisit, yang berarti pendapatan Negara lebih kecil dari belanja Negara. Defisit merupakan permasalahan Negara yang menjadi topik serius untuk penyelesaiannya. Negara dalam hal ini pemerintah melakukan pembiayaan baik pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan luar negeri untuk menutupi defisit Negara tersebut. Masalah ini merupakan maslah yang delimatis bagi pemerintah, karena roda pemerintahan harus tetap berjalan walaupun Negara mengalami defisit anggaran, oleh Karena itu pemerintah harus melakukan pembiayaan. Akan tetapi pemerintah harus berhati-hati terhadap pembiayaan karena pembiayaan juga bisa membawa dampak yang negative jika pemerintah tidak bisa membayarnya sehingga akan menimbulkan utang Negara. Defisit dipengaruhi oleh pendapatan dan belanja Negara, sedangkan pendapatan dipengaruhi oleh dasar asumsi makro sebagai acuan pemerintah untuk mengoptimalkan pendapatan negara. Berarti agar pemerintah bisa mengoptimalkan defisit (dalam hal ini menekan defisit) 1 maka pemerintah harus mengoptimalkan pendapatan Negara. Oleh karena itu, defisit juga sangat dipengaruhi oleh asumsi makro. Asumsi makro berperan penting sebagai pedoman negara mengoptimalkan pendapatan negara. Jika asumsi makro dilakukan perubahan maka defisit juag akan mengalami perubahan. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah agar perubahan asumsi makro yang akan dilakukan bisa signifikan dengan defisit negara. Sensitivitas Defisit APBN 2014 Terhadap Perubahan Asumsi Ekonomi Makro yaitu sebagi berikut : Table 1. Sensitivitas Defisit APBN 2014 Terhadap Perubahan Asumsi Ekonomi Makro No Uraian Satuan Perubahan Asumsi 1 Pertumbuhan -1 Ekonomi (%) 2 Tingkat Inflasi (%) 0,1 3 Rata-rata nilai tukar 100 rupiah (Rp/USD) 4 Suku bunga SPN 3 0,25 bulan (%) 5 ICP (USD/barel) 1 6 Lifting minyak (ribu -10 barel/hari) 7 Lifting gas (ribu -10 barel / hari setara minyak) Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2014. 6,0 2014 Potensi Tambahan Defisit (triliun Rp) 3,45 s.d. 5,59 5,5 10500 Tidak langsung 0,95 s.d. 1,23 5,5 0,01 s.d. 0,02 105 870 0,13 s.d. 0,32 1,68 s.d.1,93 1240 0,98 s.d. 1,18 Asumsi Kondisi real pada triwulan I, asumsi makro dalam APBN tahun 2014 belum mendekati khususnya rata-rata nilai tukar rupiah (Rp/USD) mengalami kenaikan dari asumsi makro APBN 2014 sebesar 10500 menjadi sebesar 11847,27, berarti lebih tinggi sebesar 1347,27. Inflasi rata-rata pada triwulan I 2014 sebesar 7,76% lebih tinggi dari asumsi makro APBN 2014 sebsar 5,5%. Bps menyatakan pada triwulan I 2014 pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5,21% masih kurang 0,79% dari asumsi yang ditargetkan. Untuk minyak, menurut Kepala SKK Migas 2 Johanes Widjonarko produksi minya hanya bisa mencapai 804 (ribu barel/hari). Dengan demikian, besaran asumsi makro apbn 2014 perlu direvisi agar signifikan dengan kondisi sekarang. Selain itu, perubahan asumsi makro perlu juga memperhatikan pengaruh perubahan asumsi makro APBN 2014 terdapa defisit anggaran. Berikut diberikan bagan dari pengaruh asumsi dasar Ekonomi Makro terhadap APBN : Sumber : Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Dari bagan di atas jelas bahwa asumsi ekonomi makro mempengaruhi dari defisit APBN karena pendapatan dan belanja negara dipengaruhi oleh sumsi makro. Oleh karena itu, perubahan asumsi makro dalam APBN perlu dikaji dengan baik, sehingga dalam kesempatan ini akan dibahas mengani pengaruh perubahan asumsi makro terhadap Defisit APBN 2014. 3 2. Pembahasan 2.1 APBN dan Defisit Anggaran Pendapatn dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana terstruktur pemerintah yang berhubungan dengan pendapatan dan belanja negara yang dibahas bersama dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Struktur APBN dari APBN tahun 2000 sudah menggunakan format I-account sebagai pengganti format sebelumnya yaitu T-account. Menurut Tim Penyusun Anggaran dari Kementerian Keuangan, penggunaan I-account terdapat beberapa keuntungan diantaranya adalah meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN, mempermudah pemantauan dalam pelaksanaan pengelolaan APBN, serta karena disesuaikan dengan Government Finance Statistic (GFS), yang merupakan standar internasional, maka memudahkan dalam analisa komparasi dengan APBN pada negara-negara lain, serta memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jika dalam APBN, besaran Pendapatan Negara dan Hibah lebih besar dari besaran belanja negara, maka APBN dikatakan mengalami surplus, namun sebaliknya jika sebaliknya APBN dikatakan mengalami defisit. APBN dari tahun 2000 sampai APBN tahun 2014 selalu mengalami defisit. Menurut Rahardja dan Manurung (2004) defisit anggaran adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah (G>T). Anggaran yang defisit ini biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi. Tetapi pada umumnya defisit terjadi karena pendapatan dan hibah lebih kecil dari belanja negara. Menurut (Efendi, 2009) ada beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya defisit APBN yaitu sebagai berikut : 1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, untuk mempercepat pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana yang besar 4 pula. Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara melakukan pilihan dengan meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga negara apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak. 2. Rendahnya daya beli masyarakat, masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang mempunyai pendapatan per kapita rendah, dikenal mempunyai daya beli yang rendah pula. Sedangkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena sebagian produksinya mempunyai komponen impor, sehingga masyarakat yang berpendapatan rendah tidak mampu membeli barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa tersebut misalnya listrik, sarana transportasi, BBM, dan lain sebagainya. Apabila dibiarkan saja menurut mekanisme pasar, barang-barang itu pasti tidak mungkin terjangkau oleh masyarakat dan mereka akan tetap pengeluaran terpuruk. untuk Oleh karena mensubsidi itu, negara barang-barang memerlukan tersebut agar masyarakat miskin bisa ikut menikmati. 3. Pemerataan pendapatan masyarakat, pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang pemerataan di seluruh wilayah. Indonesia yang mempunyai wilayah sangat luas dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah. Untuk mempertahankan kestabilan politik, persatuan dan kesatuan bangsa, negara harus mengeluarkan biaya untuk misalnya, pengeluaran subsidi transportasi ke wilayah yang miskin dan terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapat menikmati hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih maju. Kegiatan itu misalnya dengan memberi subsidi kepada pelayaran kapal perintis yang menghubungkan pulau-pulau yang terpencil, sehingga masyarakat mampu menjangkau wilayah- wilayah lain dengan biaya yang sesuai dengan kemampuannya. 4. Melemahnya nilai tukar, Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan pinjaman luar negeri, mengalami masalah apabila ada gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini disebabkan karena 5 nilai pinjaman dihitung dengan valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menurun terhadap mata uang dollar AS,maka yang akan dibayarkan juga membengkak. Sebagai contoh APBN tahun 2000, disusun dengan asumsi kurs rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp. 7.100,-, dalam perjalanan tahun anggaran telah mencapai angka Rp. 11.000,- lebih per US$ 1.00. Apa artinya? Bahwa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman yang diambil dari APBN bertambah, lebih dari apa yang dianggarkan semula. Pengeluaran Akibat Krisis Ekonomi Krisis ekonomi Indonesia yang terjadi tahun 1997 mengakibatkan meningkatnya pengangguran dari 34,5 juta orang pada tahun 1996, menjadi 47,9 juta orang pada tahun 1999.3 Sedangkan penerimaan pajak menurun, akibat menurunnya sektor-sektor ekonomi sebagai dampak krisis itu, padahal negara harus bertanggung jawab untuk menaikkan daya beli masyarakat yang tergolong miskin. Dalam hal ini negara terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk programprogram kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah pedesaan yang miskin itu. 5. Pengeluaran karena inflasi, penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapat dijamin ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan tahun anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya pembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggarannya tetap sama. Semuanya ini akan berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga anggaran negara perlu direvisi. Problem utama kelangsungan APBN adalah masih adanya defisit anggaran. Persoalannya adalah bagaimana dapat menjaga defisit anggaran pada tingkat yang aman sehingga defisit tersebut masih 6 dapat dicarikan pembiayaannya. Penjelasan Pasal 12 ayat 3 UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa defisit anggaran dibatasi maksimal sebesar 3 persen dan utang maksimal 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) (Kuncoro, 2011). 2.2 Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN Tahun 2014 Asumsi makro merupakan pedoman untuk menyusun postur APBN. Berarti asumsi makro mempengaruhi pendapatan dan belanja negara, lebih lanjut asumsi makro juga mempengaruhi defisit atau surplus APBN. Tetapi kondisi real sekarang asumsi makro mempengaruhi defisit karena APBN dalam kondisi defisit. Asumsi makro saat ini terdiri dari beberapa indikator yaitu : pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar US, suku bunga SPN 3 bulan, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia’s Crude Price/ ICP), lifting minyak, dan lifting gas. Asumsi makro ini dibahas bersama dan disetujui oleh DPR dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi domestik maupun global agar asumsi yang digunakan dapat merepresentasikan kondisi perekonomian terkini. Dalam pelaksanaan APBN dengan asumsi makro yang sudah disetujui, rata-rata asumsi makro mengalami perubahan karena estimasi dari rencana asumsi makro yang diharapkan belum signifikan sehingga asumsi ekonomi makro perlu dilakukan perubahan agar APBN bisa berjalan dengan sehat dan sesuai dengan kondisi kekiknian. Ketidak signifikanan dari rencana asumsi makro merupakan hal yang wajar karena banyak faktor misalnya kebijakan The Fed menaikkan suku bunganya, maka berdampak juga terhadap asumsi makro SPN 3 bulan. Perubahan asumsi makro perlu mempertimbankan banyak hal yaitu pendapatan, belanja, defisit, dan pembiayaan. Dalam pembahasan ini akan lebih fokus pada pengaruh perubahan asumsi makro terhadap defisit. Perubahan asumsi bisa mengakibatkan penambahan defisit atau penurunan defisit APBN. 7 Dalam pembahasan ini, data yang digunakan adalah data tahunan APBN tahun 2001 sampai dengan APBN tahun 2013. Berikut data defisit dari tahun 2001-2013 : 250 Defisit (Triliun) 224.186 190.1053 200 175.4 150 88.6188 100 49.8438 50 84.3996 46.8457 40.485 35.109 29.1415 23.81 23.652 14.4082 4.1213 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Berdasarkan uraian di atas, defisit dipengaruhi oleh asumsi makro. Namun perlu ditelaah lebih lanjut kesignifikanan dari asumsi makro tesebut terhadap defisit, karena jika dilihat dari postur pendapatan dan belanja negara mempengaruhui maka inflasi, keduanya, kurs, serta ICP, dan pertumbuhan lifting minyak ekonomi juga dipngaruhi juga oleh beberapa asumsi makro, salah satunya inflasi. Menurut tim penyusun anggaran Kementerian Keuangan dalam nota keuangan dan APBN 2014 menyatakan bahwa pengaruh perubahan tingkat inflasi terhadap defisit APBN cukup ditransmisikan melalui pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, dampak dari perubahan tingkat inflasi terhadap pos-pos APBN baik pada sisi pendapatan maupun belanja negara telah tercermin pada pertumbuhan ekonomi. Jadi jelas bahwa inflasi dalam pembahasan ini tidak diikutsertakan 8 sehingga akan dibahas pengruh asumsi makro (kecuali inflasi) terhadap defisit APBN 2014. 2.3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah model ARCH. ARCH singkatan dari AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity. Model ini digunakan karena model regresi (OLS) mengahasilkan banyak nilai yang tidak signifikan dengan tingkat signifikan 5%. Jika tetap menggunakan analisis regresi (OLS) maka koefisien yang diperoleh tidak bersifat BLUE. Dalam model ARCH, varian residual data runtun waktu tidak hanya dipengaruhi oleh variabel independen, tetapi juga dipengaruhi oleh nilai residual variabel yang diteliti, serta model ini tidak jauh berbeda dengan model regresi. Model ARCH menggunakan dua persamaan sebagai berikut : Yt a0 a1X it t dan t2 b0 b1 t2i ; i 1,2,3, Dengan Yt adalah variabel dependen, X it adalah variabel independen, adalah residual, t2 aadalah varias residual, b1 t2i adalah komponen ARCH. Jadi pengaruh perubahan asumsi makro terhadap defisit APBN dimodelkan sebagai berikut : Yt 0 1X1t 2 X 2t 3 X 3t 4 X 4t 5 X 5t 6 X 6t (1) Dengan : Yt adalah defisit (triliun), X1t adalah pertumbuhan , X 2t adalah kurs, X 3t adalah SPN 3 bulan, X 4t adalah lifting minyak, X 5t adalah ICP, dan X 6t adalah lifting gas. Karena data kurang dari 30 data dan data rata-rata tidak berdistribusi normal maka dita ditransformasi menggunakan logaritma natural (Ln) sehingga diperoleh model sebagai berikut : ln Yt ln 0 1 ln X1t 2 ln X 2t 3 ln X 3t 4 ln X 4t 5 ln X 5t 6 ln X 6t (2) 2.4 Analisis Data Data yang digunakan adalah data tahunan dari APBN tahun 2001 sampai dengan APBN tahun 2013. Pertama akan diestimasi dari semua 9 asumsi makro terhadap defisit APBN kecuali inflasi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa inflasi mempengaruhi defisit tidak secara langsung namun tercover dalam pertumbuhan ekonomi. dari analisis data berdasarkan persamaan (2) diperoleh data yang tidak signifikan yaitu kurs dan ICP. Hal ini menunjukkan bahwa kurs dan ICP tidak mempengaruhi defisit secara langsung, namun kurs dan icp mempengaruhi defisit melalui petumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi dihitung dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Kurs dalam realnya bisa masuk di semua sektor PDB yaitu pendekatan poduksi, pendekatan penggunaan, dan pendekatan pendapatan, untuk ICP masuk dalam PDB pendekatan pendapatan. Lebih lanjut Jadi model (2) dirubah menjadi : ln Yt ln 0 1 ln X1t 3 ln X 3t 4 ln X 4t 6 ln X 6t (3) Hasil perhitungan dari persamaan (3) masih juga memliki beberapa variabel yang tidak signifikan yaitu pertumbuhan ekonomi. Namun hal tidak realistis dengan kondisi sebanarnya karena pertumbuhan ekonomi memiliki peranan penting dalam pendapatan. Oleh karena itu persamaan (3) perlu dipertimbangkan lagi. Dalam Pengaruh Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan karekteristik komponen jelas bahwa pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, sedangkan defisit dipengaruhi oleh pendapatan. Dari persamaan (3) untuk lifting gas dan berdasarkan perhitungan PDB, maka lifting gas masuk dalam PDB dengan pendekatan produksi. Jadi lifting gas secara langsung mempengaruhi PDB, dengan demikian lifting gas tidak mempengaruhi defisit secara lagsung, namun lifting gas mempengaruhi defisit melalui pertumbuhan ekonomi. Jadi persamaan (3) menjadi : ln Yt ln 0 1 ln X1t 3 ln X 3t 4 ln X 4t (4) Perhitungan dari persamaan (4) menunjukkan bahwa lifting minyak juga tidak signifikan mempengaruhi defisit dan koefisiennya juga tidak 10 realistis yaitu memiliki hubungan yang positif dengan defisit. Berikut persamaannya : ln Yt - 3.007585799 - 2.460614645ln X1t - 3.084378402ln X 3t 2.542192983ln X 4t Dengan signifikan sebagai berikut : ln X1t = PERTUMBUHANLN : 0.0008 ln X 3t = SPNLN : 0.0000 ln X 4t =MINYAKLN : 0.1003 Berarti dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa lifting minyak naik maka defisit juga akan naik. Hal ini jelas tidak realistis dengan kondisi yang sebenarnya karena seharusnya jika lifting minyak naik maka defisit akan turun. Berdasarkan komponen pendapatan, lifting minyak masuk juga dalam pertumbuhan ekonomi karena lifting minyak masuk dalam PDB pendekatan produksi. Dengan demikian lifting minyak tidak mempengaruhi defisit secara langsung, namun mempengaruhui defisit melalui pertumbuhan ekonomi. Sehingga persamaan (4) menjadi : ln Yt ln 0 1 ln X1t 3 ln X 3t (5) Dari perhitungan persamaan (5) diperoleh model ARCH(1,1): ln Yt 16.2-3.7ln X1t - 2.8ln X 3t (6) Model (6) merupakan model terbaik dari analisis data yang sudah dilakukan dengan signifikan sebagai berikut : ln X1t = PERTUMBUHANLN : 0.0000 ln X 3t = SPNLN : 0.0000 ln 0 : 0.00000 Persamaan (6) menunjukkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1% maka defisit akan turun sebesar 3.7% dan jika SPN 3 bulan naik 1% maka defisit akan turun sebesar 2.7%, dan sebaliknya. Untuk 11 SPN 3 bulan perlu banyak pertimbangan, karena semakin banyak negara mendapat pendapatan dari penjualan SPN 3 bulan maka negara juga akan terbebani dengan pemyaran bunga atas SPN 3 bulan. Dengan demikian langkah yang tepat dilakukan yaitu harus menaikkan asumsi makro dari pertumbuhan ekonomi, karena dengan naiknya pertumbuhan ekonomi maka pendapatan negara juga akan naik. 2.5 Simulasi Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN 2014 Persamaan yang digunakan adalah persamaan (6) yaitu : ln Yt 16.2-3.7ln X1t - 2.8ln X 3t Untuk APBN 2014 pemerintah sudah memproyeksikan pertumbuhan ekononomi sebesar 6% dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5.5%, dan defisit sebesar 175.4 triliun. Dengan asumsi makro APBN 2014 tersebut akan diperoyeksikan besarnya defisit APBN 2014 menggunakan persamaan (6) yaitu sebagi berikut : ln Y2014 16.2-3.7ln X1(2014) - 2.8ln X 3(2014) ln Y2014 16.2-3.7ln 6 - 2.8ln 5.5 ln Y2014 16.2-3.7 1.791759469 - 2.81.704748092 ln Y2014 16.2-3.7 1.791759469 - 2.8 1.704748092 ln Y2014 16.2-6.62955100353-4.7732946576 ln Y2014 4.797 ln Y2014 ln e Y2014 e 4.797 4.797 121.1464 Jadi diperoleh defisit APBN 2014 sebesar 121.1464 triliun dengan pertumbuhan ekonomi 6% dan suku bunga SPN 3 bulan 5.5%. Proyeksi persamaan (6) selisih sebesar 54.25357 triliun dengan defisit yang diperoyeksikan dengan pemerintah, namun angka defisit 175.4 triliun juga masih sebuah proyeksi belum angka real yang terjadi. Jika kita menginginkan proyeksi sama APBN 2014 maka penambahan koefisien konstanta sebesar 0.369873774, jadi persamaan (6) menjadi : ln Y2014 16.56987377-3.7ln X1(2014) - 2.8ln X 3(2014) 12 (7) ln Y2014 16.56987377-3.7ln 6 - 2.8ln 5.5 5.167069076 5.167069076 175.4 Y2014 e Jadi selisih koefisien konstanta sebesar 0.369873774. Berikut diberikan simulasi defisit APBN 2014 dengan persamaan (6) dan persamaan (7). Tebel Simulasi Defisit APBN Tahun 2014 Asumsi Makro Tahun APBN 2014 Pertumbuhan SPN 3 bulan Ekonomi (%) (%) Defisit Defisit (Triliun) (Triliun) Persaman 6 Persaman 7 6 5.5 121.1464 175.4 5.21 5.91 167.0422 241.8022 5.5 5.5 167.1911 242.0178 Simulasi 2 5.5 6 189.6878 189.6878 Simulasi 3 6 6 94.97023 137.4743 Simulasi 4 6.21 5.5 106.6881 154.4366 Simuasi 5 6 5.91 99.07545 143.4168 2014 Triwulan I Simulasi 1 Berdasarkan beberapa simulasi di atas, Pada triwulan 1 2014 pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5.21% sedangkan SPN 3 bulan sebesar 5.91% sudah melebihi asumsi sebesar 5.5%, damapak dari hal tersebut defisit APBN menagalami kenaikan baik dari persamaan (6) maupun persamaan (7). Dari simulasi 1 dan 2 masih mengalami kenaikan defisit, dan simulasi 3 dan 4 mengalami penurunan defisit. Dengan demikian setidaknya simulasi 3, 4, dan 5 adalah suatu langkah yang optimal untuk menurunkan defisit. Untuk suku bunga SPN 3 bulan yang realistis pada triwulan 1 adalah berkisar 6%, dan pertumbuhan ekonomi harus terus ditingkatkan agar bisa menurunkan defisit. Posisi pertumbuhan ekonomi saat masih masih berpeluang untuk tumbuh. 13 3. Penutup 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahsan yang sudah dilakukan maka dapat diambil beberpa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Asumsi makro memiliki pengaruh terhdap defisit APBN tahun 2014 baik pengaruh secara lansung maupun secara tidak langsung. Dari hasil analisis data, asumsi makro pertumbuhan ekonomi dan SPN 3 bulan yang memiliki pengaruh langsung dengan defisit APBN, sedangkan inflasi, kurs, lifting minyak, lifting gas, dan ICP memiliki pengaruh tidak langsung terhadap APBN. Asumsi makro tersebut mempengaruhui defisit APBN melalui pertumbuhan ekonomi. 2. Pertumbuahan ekonomi dan SPN 3 bulan memilki pengaruh yang negative terhadap defisit APBN. jika pertumbuhan ekonomi naik 1% maka defisit akan turun 3.7%, dan berlaku sebaliknya. jika SPN 3 bulan naik 1% maka defisit akan turun 2.8% dan berlaku sebaliknya. 3. Langkah yang optimal untuk menurunkan defisit APBN yaitu menaikkan pertumbuhan ekonomi dan SPN 3 bulan. Namun SPN 3 bulan memilki dampak teradap belanja negara karena semakin tinggi tingkat suku bunga SPN 3 bulan maka negara akan terbebani dengan pemabayaran bunga atas SPN 3 bulan. 4. Simulasi 3,4, dan 5 merupakan bebrapa langkah untuk menurunkan defisit. Simulasi yang sesuai dengan kondisi sekarang yaitu simulasi 5 karena saat ini rata-rata SPN 3 bulan sebesar 5.91% dan pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5.21%. Berarti untuk menurunkan defisit yaitu melakukan langkah agar pertumbuhan ekonimi naik, lebih bagus lagi jika pertumbuhan ekonomi bisa di atas 6%. Hal ini akan lebih menurunkan defisit APBN tahun 2014. 14 4.2 Saran Penulis menyarankan kepada pemerintah untuk berupaya menaikkan pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap defisit APBN. Jika pertumbuhan ekonnomi naik maka dfisit akan turun, namun sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi turun maka defisit akan naik. 15