Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit

advertisement
Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap
Defisit APBN Tahun 2014
1. Pendahuluan
Estimasi asumsi makro dalam APBN merupakan agenda tahunan
pemerintah sebagai bahan acuan untuk perjalanan roda pemerintahan,
salah satu contoh meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai upaya
meningkatkatkan kesejahteraan rakyat. Setiap tahunnya pemerintah
bersama dengan DPR-RI membahas mengenai asumsi makro APBN dan
rencana pendapatan, belanja, dan pembiayaan Negara. Pendapatan
Negara terdiri dari penerimaan perpajakan dan bukn pepajakan,
belanja Negara terdiri dari belanja pemerintah pusat dan transfer ke
daerah, dan pembiayaan terdiri dari pembiayaan dalam negeri dan
pembiayaan luar negeri.
Kondisi saat ini antara pendapatan dan belanja Negara, Negara
mengalami defisit, yang berarti pendapatan Negara lebih kecil dari
belanja Negara. Defisit merupakan permasalahan Negara yang menjadi
topik serius untuk penyelesaiannya. Negara dalam hal ini pemerintah
melakukan pembiayaan baik pembiayaan dalam negeri maupun
pembiayaan luar negeri untuk menutupi defisit Negara tersebut.
Masalah ini merupakan maslah yang delimatis bagi pemerintah, karena
roda pemerintahan harus tetap berjalan walaupun Negara mengalami
defisit anggaran, oleh Karena itu pemerintah harus melakukan
pembiayaan. Akan tetapi pemerintah harus berhati-hati terhadap
pembiayaan karena pembiayaan juga bisa membawa dampak yang
negative jika pemerintah tidak bisa membayarnya sehingga akan
menimbulkan utang Negara.
Defisit dipengaruhi oleh pendapatan dan belanja Negara, sedangkan
pendapatan dipengaruhi oleh dasar asumsi makro sebagai acuan
pemerintah untuk mengoptimalkan pendapatan negara. Berarti agar
pemerintah bisa mengoptimalkan defisit (dalam hal ini menekan defisit)
1
maka pemerintah harus mengoptimalkan pendapatan Negara. Oleh
karena itu, defisit juga sangat dipengaruhi oleh asumsi makro. Asumsi
makro berperan penting sebagai pedoman negara mengoptimalkan
pendapatan negara. Jika asumsi makro dilakukan perubahan maka
defisit juag akan mengalami perubahan. Hal ini perlu diperhatikan oleh
pemerintah agar perubahan asumsi makro yang akan dilakukan bisa
signifikan dengan defisit negara. Sensitivitas Defisit APBN 2014
Terhadap Perubahan Asumsi Ekonomi Makro yaitu sebagi berikut :
Table 1. Sensitivitas Defisit APBN 2014 Terhadap
Perubahan Asumsi Ekonomi Makro
No
Uraian
Satuan
Perubahan
Asumsi
1
Pertumbuhan
-1
Ekonomi (%)
2
Tingkat Inflasi (%)
0,1
3 Rata-rata nilai tukar
100
rupiah (Rp/USD)
4
Suku bunga SPN 3
0,25
bulan (%)
5
ICP (USD/barel)
1
6
Lifting minyak (ribu
-10
barel/hari)
7
Lifting gas (ribu
-10
barel / hari setara
minyak)
Sumber : Nota Keuangan dan APBN 2014.
6,0
2014
Potensi
Tambahan
Defisit
(triliun Rp)
3,45 s.d. 5,59
5,5
10500
Tidak langsung
0,95 s.d. 1,23
5,5
0,01 s.d. 0,02
105
870
0,13 s.d. 0,32
1,68 s.d.1,93
1240
0,98 s.d. 1,18
Asumsi
Kondisi real pada triwulan I, asumsi makro dalam APBN tahun 2014
belum mendekati khususnya rata-rata nilai tukar rupiah (Rp/USD)
mengalami kenaikan dari asumsi makro APBN 2014 sebesar 10500
menjadi sebesar 11847,27, berarti lebih tinggi sebesar 1347,27. Inflasi
rata-rata pada triwulan I 2014 sebesar 7,76% lebih tinggi dari asumsi
makro APBN 2014 sebsar 5,5%. Bps menyatakan pada triwulan I 2014
pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5,21% masih kurang 0,79% dari
asumsi yang ditargetkan. Untuk minyak, menurut Kepala SKK Migas
2
Johanes Widjonarko produksi minya hanya bisa mencapai 804 (ribu
barel/hari). Dengan demikian, besaran asumsi makro apbn 2014 perlu
direvisi agar signifikan dengan kondisi sekarang. Selain itu, perubahan
asumsi makro perlu juga memperhatikan pengaruh perubahan asumsi
makro APBN 2014 terdapa defisit anggaran. Berikut diberikan bagan
dari pengaruh asumsi dasar Ekonomi Makro terhadap APBN :
Sumber : Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran
Dari bagan di atas jelas bahwa asumsi ekonomi makro mempengaruhi
dari defisit APBN karena pendapatan dan belanja negara dipengaruhi
oleh sumsi makro. Oleh karena itu, perubahan asumsi makro dalam
APBN perlu dikaji dengan baik, sehingga dalam kesempatan ini akan
dibahas mengani pengaruh perubahan asumsi makro terhadap Defisit
APBN 2014.
3
2. Pembahasan
2.1 APBN dan Defisit
Anggaran Pendapatn dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
terstruktur pemerintah yang berhubungan dengan pendapatan dan
belanja negara yang dibahas bersama dan disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Struktur APBN dari APBN tahun 2000 sudah
menggunakan format I-account sebagai pengganti format sebelumnya
yaitu T-account. Menurut Tim Penyusun Anggaran dari Kementerian
Keuangan,
penggunaan
I-account
terdapat
beberapa
keuntungan
diantaranya adalah meningkatkan transparansi dalam penyusunan
APBN, mempermudah pemantauan dalam pelaksanaan pengelolaan
APBN, serta karena disesuaikan dengan Government Finance Statistic
(GFS), yang merupakan standar internasional, maka memudahkan
dalam analisa komparasi dengan APBN pada negara-negara lain, serta
memudahkan pelaksanaan desentralisasi fiskal dan perimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jika
dalam APBN, besaran Pendapatan Negara dan Hibah lebih besar dari
besaran belanja negara, maka APBN dikatakan mengalami surplus,
namun sebaliknya jika sebaliknya APBN dikatakan mengalami defisit.
APBN dari tahun 2000 sampai APBN tahun 2014 selalu mengalami
defisit. Menurut Rahardja dan Manurung (2004) defisit anggaran
adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab
pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan
pemerintah (G>T). Anggaran yang defisit ini biasanya ditempuh bila
pemerintah
ingin
menstimulasi
pertumbuhan
ekonomi.
Hal
ini
umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi.
Tetapi pada umumnya defisit terjadi karena pendapatan dan hibah
lebih kecil dari belanja negara. Menurut (Efendi, 2009) ada beberapa
faktor yang mengakibatkan terjadinya defisit APBN yaitu sebagai
berikut :
1. Mempercepat
pertumbuhan
ekonomi,
untuk
mempercepat
pembangunan diperlukan investasi yang besar dan dana yang besar
4
pula. Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara
melakukan
pilihan
dengan
meminjam
ke
luar
negeri
untuk
menghindari pembebanan warga negara apabila kekurangan itu
ditutup melalui penarikan pajak.
2. Rendahnya
daya
beli
masyarakat,
masyarakat
di
negara
berkembang seperti Indonesia yang mempunyai pendapatan per
kapita rendah, dikenal mempunyai daya beli yang rendah pula.
Sedangkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan, harganya
sangat tinggi karena sebagian produksinya mempunyai komponen
impor, sehingga masyarakat yang berpendapatan rendah tidak
mampu membeli barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa tersebut
misalnya listrik, sarana transportasi, BBM, dan lain sebagainya.
Apabila dibiarkan saja menurut mekanisme pasar, barang-barang
itu pasti tidak mungkin terjangkau oleh masyarakat dan mereka
akan
tetap
pengeluaran
terpuruk.
untuk
Oleh
karena
mensubsidi
itu,
negara
barang-barang
memerlukan
tersebut
agar
masyarakat miskin bisa ikut menikmati.
3. Pemerataan pendapatan masyarakat, pengeluaran ekstra juga
diperlukan
dalam
rangka
menunjang
pemerataan
di
seluruh
wilayah. Indonesia yang mempunyai wilayah sangat luas dengan
tingkat kemajuan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah.
Untuk mempertahankan kestabilan politik, persatuan dan kesatuan
bangsa,
negara
harus
mengeluarkan
biaya
untuk
misalnya,
pengeluaran subsidi transportasi ke wilayah yang miskin dan
terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapat menikmati hasil
pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih
maju. Kegiatan itu misalnya dengan memberi subsidi kepada
pelayaran kapal perintis yang menghubungkan pulau-pulau yang
terpencil,
sehingga
masyarakat
mampu
menjangkau
wilayah-
wilayah lain dengan biaya yang sesuai dengan kemampuannya.
4. Melemahnya
nilai
tukar,
Indonesia
yang
sejak
tahun
1969
melakukan pinjaman luar negeri, mengalami masalah apabila ada
gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini disebabkan karena
5
nilai
pinjaman
dihitung
dengan
valuta
asing,
sedangkan
pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan
rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menurun terhadap mata uang
dollar AS,maka yang akan dibayarkan juga membengkak. Sebagai
contoh APBN tahun 2000, disusun dengan asumsi kurs rupiah
terhadap dollar AS sebesar Rp. 7.100,-, dalam perjalanan tahun
anggaran telah mencapai angka Rp. 11.000,- lebih per US$ 1.00.
Apa artinya? Bahwa pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman
yang diambil dari APBN bertambah, lebih dari apa yang dianggarkan
semula.
Pengeluaran
Akibat
Krisis
Ekonomi
Krisis
ekonomi
Indonesia yang terjadi tahun 1997 mengakibatkan meningkatnya
pengangguran dari 34,5 juta orang pada tahun 1996, menjadi 47,9
juta orang pada tahun 1999.3 Sedangkan penerimaan pajak
menurun,
akibat
menurunnya
sektor-sektor
ekonomi
sebagai
dampak krisis itu, padahal negara harus bertanggung jawab untuk
menaikkan daya beli masyarakat yang tergolong miskin. Dalam hal
ini negara terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk programprogram kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terutama di
wilayah pedesaan yang miskin itu.
5. Pengeluaran karena inflasi, penyusunan anggaran negara pada awal
tahun, didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan.
Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak
dapat dijamin ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan
tahun anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang
yang menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan
harga-harga itu berarti biaya pembangunan program juga akan
meningkat, sedangkan anggarannya tetap sama. Semuanya ini akan
berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program,
sehingga anggaran negara perlu direvisi.
Problem utama kelangsungan APBN adalah masih adanya defisit
anggaran. Persoalannya adalah bagaimana dapat menjaga defisit
anggaran pada tingkat yang aman sehingga defisit tersebut masih
6
dapat dicarikan pembiayaannya. Penjelasan Pasal 12 ayat 3 UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan
bahwa defisit anggaran dibatasi maksimal sebesar 3 persen dan utang
maksimal 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) (Kuncoro, 2011).
2.2 Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap
Defisit APBN Tahun 2014
Asumsi makro merupakan pedoman untuk menyusun postur APBN.
Berarti asumsi makro mempengaruhi pendapatan dan belanja negara,
lebih lanjut asumsi makro juga mempengaruhi defisit atau surplus
APBN. Tetapi kondisi real sekarang asumsi makro mempengaruhi
defisit karena APBN dalam kondisi defisit. Asumsi makro saat ini terdiri
dari beberapa indikator yaitu : pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai
tukar rupiah terhadap dolar US, suku bunga SPN 3 bulan, harga
minyak mentah Indonesia (Indonesia’s Crude Price/ ICP), lifting minyak,
dan lifting gas. Asumsi makro ini dibahas bersama dan disetujui oleh
DPR dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi domestik
maupun global agar asumsi yang digunakan dapat merepresentasikan
kondisi perekonomian terkini.
Dalam pelaksanaan APBN dengan asumsi makro yang sudah disetujui,
rata-rata asumsi makro mengalami perubahan karena estimasi dari
rencana asumsi makro yang diharapkan belum signifikan sehingga
asumsi ekonomi makro perlu dilakukan perubahan agar APBN bisa
berjalan dengan sehat dan sesuai dengan kondisi kekiknian. Ketidak
signifikanan dari rencana asumsi makro merupakan hal yang wajar
karena banyak faktor misalnya kebijakan The Fed menaikkan suku
bunganya, maka berdampak juga terhadap asumsi makro SPN 3 bulan.
Perubahan asumsi makro perlu mempertimbankan banyak hal yaitu
pendapatan, belanja, defisit, dan pembiayaan. Dalam pembahasan ini
akan lebih fokus pada pengaruh perubahan asumsi makro terhadap
defisit. Perubahan asumsi bisa mengakibatkan penambahan defisit
atau penurunan defisit APBN.
7
Dalam pembahasan ini, data yang digunakan adalah data tahunan
APBN tahun 2001 sampai dengan APBN tahun 2013. Berikut data
defisit dari tahun 2001-2013 :
250
Defisit (Triliun)
224.186
190.1053
200
175.4
150
88.6188
100
49.8438
50
84.3996
46.8457
40.485
35.109
29.1415
23.81
23.652
14.4082
4.1213
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Berdasarkan uraian di atas, defisit dipengaruhi oleh asumsi makro.
Namun perlu ditelaah lebih lanjut kesignifikanan dari asumsi makro
tesebut terhadap defisit, karena jika dilihat dari postur pendapatan dan
belanja
negara
mempengaruhui
maka
inflasi,
keduanya,
kurs,
serta
ICP,
dan
pertumbuhan
lifting
minyak
ekonomi
juga
dipngaruhi juga oleh beberapa asumsi makro, salah satunya inflasi.
Menurut tim penyusun anggaran Kementerian Keuangan dalam nota
keuangan dan APBN 2014 menyatakan bahwa pengaruh perubahan
tingkat inflasi terhadap defisit APBN cukup ditransmisikan melalui
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, dampak dari perubahan
tingkat inflasi terhadap pos-pos APBN baik pada sisi pendapatan
maupun belanja negara telah tercermin pada pertumbuhan ekonomi.
Jadi jelas bahwa inflasi dalam pembahasan ini tidak diikutsertakan
8
sehingga akan dibahas pengruh asumsi makro (kecuali inflasi)
terhadap defisit APBN 2014.
2.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah model ARCH. ARCH
singkatan dari AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity. Model ini
digunakan karena model regresi (OLS) mengahasilkan banyak nilai
yang tidak signifikan dengan tingkat signifikan 5%. Jika tetap
menggunakan analisis regresi (OLS) maka koefisien yang diperoleh
tidak bersifat BLUE. Dalam model ARCH, varian residual data runtun
waktu tidak hanya dipengaruhi oleh variabel independen, tetapi juga
dipengaruhi oleh nilai residual
variabel yang diteliti, serta model ini
tidak jauh berbeda dengan model regresi. Model ARCH menggunakan
dua persamaan sebagai berikut :
Yt  a0  a1X it   t dan  t2  b0  b1  t2i
; i  1,2,3,
Dengan Yt adalah variabel dependen, X it adalah variabel independen, 
adalah residual,  t2 aadalah varias residual, b1  t2i adalah komponen
ARCH. Jadi pengaruh perubahan asumsi makro terhadap defisit APBN
dimodelkan sebagai berikut :
Yt  0  1X1t   2 X 2t  3 X 3t  4 X 4t  5 X 5t  6 X 6t
(1)
Dengan : Yt adalah defisit (triliun), X1t adalah pertumbuhan , X 2t
adalah kurs, X 3t adalah SPN 3 bulan, X 4t adalah lifting minyak, X 5t
adalah ICP, dan X 6t adalah lifting gas. Karena data kurang dari 30 data
dan data rata-rata tidak berdistribusi normal maka dita ditransformasi
menggunakan logaritma natural (Ln) sehingga diperoleh model sebagai
berikut :
ln Yt  ln 0  1 ln X1t   2 ln X 2t  3 ln X 3t  4 ln X 4t  5 ln X 5t  6 ln X 6t
(2)
2.4 Analisis Data
Data yang digunakan adalah data tahunan dari APBN tahun 2001
sampai dengan APBN tahun 2013. Pertama akan diestimasi dari semua
9
asumsi makro terhadap defisit APBN kecuali inflasi seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa inflasi mempengaruhi defisit tidak secara
langsung namun tercover dalam pertumbuhan ekonomi.
dari analisis data berdasarkan persamaan (2) diperoleh data yang tidak
signifikan yaitu kurs dan ICP. Hal ini menunjukkan bahwa kurs dan
ICP tidak mempengaruhi defisit secara langsung, namun kurs dan icp
mempengaruhi defisit melalui petumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi
karena pertumbuhan ekonomi dihitung dengan Produk Domestik Bruto
(PDB). Kurs dalam realnya bisa masuk di semua sektor PDB yaitu
pendekatan
poduksi, pendekatan penggunaan, dan pendekatan
pendapatan, untuk ICP masuk dalam PDB pendekatan pendapatan.
Lebih lanjut Jadi model (2) dirubah menjadi :
ln Yt  ln 0  1 ln X1t  3 ln X 3t   4 ln X 4t  6 ln X 6t
(3)
Hasil perhitungan dari persamaan (3) masih juga memliki beberapa
variabel yang tidak signifikan yaitu pertumbuhan ekonomi. Namun hal
tidak
realistis
dengan
kondisi
sebanarnya
karena
pertumbuhan
ekonomi memiliki peranan penting dalam pendapatan. Oleh karena itu
persamaan (3) perlu dipertimbangkan lagi. Dalam Pengaruh Asumsi
Dasar Ekonomi Makro dan karekteristik komponen jelas bahwa
pendapatan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, sedangkan defisit
dipengaruhi oleh pendapatan. Dari persamaan (3) untuk lifting gas dan
berdasarkan perhitungan PDB, maka lifting gas masuk dalam PDB
dengan
pendekatan
produksi.
Jadi
lifting
gas
secara
langsung
mempengaruhi PDB, dengan demikian lifting gas tidak mempengaruhi
defisit secara lagsung, namun lifting gas mempengaruhi defisit melalui
pertumbuhan ekonomi. Jadi persamaan (3) menjadi :
ln Yt  ln 0  1 ln X1t  3 ln X 3t   4 ln X 4t
(4)
Perhitungan dari persamaan (4) menunjukkan bahwa lifting minyak
juga tidak signifikan mempengaruhi defisit dan koefisiennya juga tidak
10
realistis yaitu memiliki hubungan yang positif dengan defisit. Berikut
persamaannya :
ln Yt  - 3.007585799 - 2.460614645ln X1t - 3.084378402ln X 3t  2.542192983ln X 4t
Dengan signifikan sebagai berikut :
ln X1t = PERTUMBUHANLN
: 0.0008
ln X 3t = SPNLN
: 0.0000
ln X 4t =MINYAKLN
: 0.1003
Berarti dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa lifting minyak
naik maka defisit juga akan naik. Hal ini jelas tidak realistis dengan
kondisi yang sebenarnya karena seharusnya jika lifting minyak naik
maka defisit akan turun. Berdasarkan komponen pendapatan, lifting
minyak masuk juga dalam pertumbuhan ekonomi karena lifting
minyak masuk dalam PDB pendekatan produksi. Dengan demikian
lifting minyak tidak mempengaruhi defisit secara langsung, namun
mempengaruhui
defisit
melalui
pertumbuhan
ekonomi.
Sehingga
persamaan (4) menjadi :
ln Yt  ln 0  1 ln X1t  3 ln X 3t
(5)
Dari perhitungan persamaan (5) diperoleh model ARCH(1,1):
ln Yt  16.2-3.7ln X1t - 2.8ln X 3t
(6)
Model (6) merupakan model terbaik dari analisis data yang sudah
dilakukan dengan signifikan sebagai berikut :
ln X1t = PERTUMBUHANLN
: 0.0000
ln X 3t = SPNLN
: 0.0000
ln  0
: 0.00000
Persamaan (6) menunjukkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi naik
sebesar 1% maka defisit akan turun sebesar 3.7% dan jika SPN 3 bulan
naik 1% maka defisit akan turun sebesar 2.7%, dan sebaliknya. Untuk
11
SPN 3 bulan perlu banyak pertimbangan, karena semakin banyak
negara mendapat pendapatan dari penjualan SPN 3 bulan maka negara
juga akan terbebani dengan pemyaran bunga atas SPN 3 bulan.
Dengan demikian langkah yang tepat dilakukan yaitu harus menaikkan
asumsi makro dari pertumbuhan ekonomi, karena dengan naiknya
pertumbuhan ekonomi maka pendapatan negara juga akan naik.
2.5 Simulasi Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN 2014
Persamaan yang digunakan adalah persamaan (6) yaitu :
ln Yt  16.2-3.7ln X1t - 2.8ln X 3t
Untuk APBN 2014 pemerintah sudah memproyeksikan pertumbuhan
ekononomi sebesar 6% dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar
5.5%, dan defisit sebesar 175.4 triliun. Dengan asumsi makro APBN
2014 tersebut akan diperoyeksikan besarnya defisit APBN 2014
menggunakan persamaan (6) yaitu sebagi berikut :
ln Y2014  16.2-3.7ln X1(2014) - 2.8ln X 3(2014)
ln Y2014  16.2-3.7ln  6  - 2.8ln  5.5
ln Y2014  16.2-3.7 1.791759469 - 2.81.704748092
ln Y2014  16.2-3.7 1.791759469  - 2.8 1.704748092 
ln Y2014  16.2-6.62955100353-4.7732946576
ln Y2014  4.797
ln Y2014  ln e
Y2014  e
 4.797 
 4.797   121.1464
Jadi diperoleh defisit APBN 2014 sebesar 121.1464 triliun dengan
pertumbuhan ekonomi 6% dan suku bunga SPN 3 bulan 5.5%.
Proyeksi persamaan (6) selisih sebesar 54.25357 triliun dengan defisit
yang diperoyeksikan dengan pemerintah, namun angka defisit 175.4
triliun juga masih sebuah proyeksi belum angka real yang terjadi. Jika
kita menginginkan proyeksi sama APBN 2014 maka penambahan
koefisien konstanta sebesar 0.369873774, jadi persamaan (6) menjadi :
ln Y2014  16.56987377-3.7ln X1(2014) - 2.8ln X 3(2014)
12
(7)
ln Y2014  16.56987377-3.7ln  6 - 2.8ln  5.5  5.167069076
5.167069076   175.4
Y2014  e
Jadi selisih koefisien konstanta sebesar 0.369873774.
Berikut diberikan simulasi defisit APBN 2014 dengan persamaan (6)
dan persamaan (7).
Tebel Simulasi Defisit APBN Tahun 2014
Asumsi Makro
Tahun
APBN 2014
Pertumbuhan
SPN 3 bulan
Ekonomi (%)
(%)
Defisit
Defisit
(Triliun)
(Triliun)
Persaman 6
Persaman 7
6
5.5
121.1464
175.4
5.21
5.91
167.0422
241.8022
5.5
5.5
167.1911
242.0178
Simulasi 2
5.5
6
189.6878
189.6878
Simulasi 3
6
6
94.97023
137.4743
Simulasi 4
6.21
5.5
106.6881
154.4366
Simuasi 5
6
5.91
99.07545
143.4168
2014
Triwulan I
Simulasi 1
Berdasarkan beberapa simulasi di atas, Pada triwulan 1 2014
pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5.21% sedangkan SPN 3 bulan
sebesar 5.91% sudah melebihi asumsi sebesar 5.5%, damapak dari hal
tersebut defisit APBN menagalami kenaikan baik dari persamaan (6)
maupun persamaan (7). Dari simulasi 1 dan 2 masih mengalami
kenaikan defisit, dan simulasi 3 dan 4 mengalami penurunan defisit.
Dengan demikian setidaknya simulasi 3, 4, dan 5 adalah suatu langkah
yang optimal untuk menurunkan defisit. Untuk suku bunga SPN 3
bulan yang realistis pada triwulan 1 adalah berkisar 6%, dan
pertumbuhan
ekonomi
harus
terus
ditingkatkan
agar
bisa
menurunkan defisit. Posisi pertumbuhan ekonomi saat masih masih
berpeluang untuk tumbuh.
13
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan yang sudah dilakukan maka dapat diambil
beberpa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Asumsi makro memiliki pengaruh terhdap defisit APBN tahun
2014 baik pengaruh secara lansung maupun secara tidak
langsung. Dari hasil analisis data, asumsi makro pertumbuhan
ekonomi dan SPN 3 bulan yang memiliki pengaruh langsung
dengan defisit APBN, sedangkan inflasi, kurs, lifting minyak,
lifting gas, dan ICP memiliki pengaruh tidak langsung terhadap
APBN. Asumsi makro tersebut mempengaruhui defisit APBN
melalui pertumbuhan ekonomi.
2. Pertumbuahan ekonomi dan SPN 3 bulan memilki pengaruh yang
negative terhadap defisit APBN. jika pertumbuhan ekonomi naik
1% maka defisit akan turun 3.7%, dan berlaku sebaliknya. jika
SPN 3 bulan naik 1% maka defisit akan turun 2.8% dan berlaku
sebaliknya.
3. Langkah yang optimal untuk menurunkan defisit APBN yaitu
menaikkan pertumbuhan ekonomi dan SPN 3 bulan. Namun SPN
3 bulan memilki dampak teradap belanja negara karena semakin
tinggi tingkat suku bunga SPN 3 bulan maka negara akan
terbebani dengan pemabayaran bunga atas SPN 3 bulan.
4. Simulasi
3,4,
dan
5
merupakan
bebrapa
langkah
untuk
menurunkan defisit. Simulasi yang sesuai dengan kondisi
sekarang yaitu simulasi 5 karena saat ini rata-rata SPN 3 bulan
sebesar 5.91% dan pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5.21%.
Berarti untuk menurunkan defisit yaitu melakukan langkah agar
pertumbuhan ekonimi naik, lebih bagus lagi jika pertumbuhan
ekonomi bisa di atas 6%. Hal ini akan lebih menurunkan defisit
APBN tahun 2014.
14
4.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pemerintah untuk berupaya menaikkan
pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan
ekonomi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap defisit APBN. Jika pertumbuhan
ekonnomi naik maka dfisit akan turun, namun sebaliknya jika
pertumbuhan ekonomi turun maka defisit akan naik.
15
Download