REAKSI KIMIA: PENGENALAN GUGUS FUNGSI

advertisement
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN VI
REAKSI KIMIA : PENGENALAN GUGUS FUNGSI
Oleh :
Kelompok VI
Lia Aryanti
26020110130091
Yulia Kartika Sari
26020110130092
Dias Natasasmita
26020110130093
Hermawan Basuki
26020110130094
Hubertus Dewa Angga
26020110130095
Siti Nurul Aini
26020110130096
M. Ilhanul Hakim
26020110130097
Izzuddin Azmi
26020110130098
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKAANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
PERCOBAAN VI
REAKSI KIMIA : PENGENALAN GUGUS FUNGSI
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1.1
Mampu menjelaskan pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsi.
1.2
Mampu menjelaskan periodisitas kereaktifan satu kelompok senyawa
dengan gugus fungsi tertentu.
II.
DASAR TEORI
2.1
Gugus Fungsi
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu
kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang
sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan pada
pengelompokan senyawa.
(Fessenden, 1986)
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Gugus Fungsi
No.
Struktur Gugus
Rumus Umum
Nama IUPAC / trivial
Nama Gugus
1
-OH
R-OH
Alkanol / alcohol
Hidroksil
2
-O-
R-O-R’
Alkoksi alkana /
Eter
Alkanal / aldehid
Aldehid
Alkanon/keton
Karbonil
3
O
C
4
C
O
R
C
H
H
O
O
R
C
R'
5
O
O
R
C
6
OH
O
O
R
-NH2
Alkil alkanoat / ester
Ester
Amina
Amin
C
OR'
O
7
Karboksil
karboksilat
C
OH
C
Asam alkanoat/
R
NH2
(Purba, 1994)
2.2
Aldehid
Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil diikat oleh
gugus alkil. Aldehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol primer, klorida,
asam glikol/alkena, hidroformilass.
(Hart, 2003)
2.2.1 Sifat Aldehid
-
Sifat fisika aldehid.
Berbau merangsang, titik didih lebih rendah daripada alkohol padanannya,
larut dalam air, sama seperti alkohol.
(Fessanden,1986)
-
Sifat kimia Aldehid
Bersifat polar, oleh karena itu aldehid melakukan tarik menarik dipol-dipol
antar molekul.
(Fessenden,1986)
2.2.2 Identifikasi gugus aldehid alifatik
Untuk menunjukkan adanya aldehid alifatik digunakan pereaksi Schiff.
Apabila pereaksi Schiff yang tidak berwarna bereaksi dengan senyawa kompleks
aldehid akan dihasilkan warna antara merah dan ungu. Reaksi ini tidak berlaku
untuk kelompok aldehida yang berada didalam bentuk hidrat dan juga tidak
berlaku untul aldosa,walaupun aldosa mempunyai radikal formil (–CHO )
seperti aldehid.
(Petrucci,1992)
2.2.3 Identifikasi gugus aldehid sebagai reduktor
Aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir
setiap reagensia yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi suatu
aldehid. Gugus aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens, benedict, dan fehling.
(Fessenden,1986)
a.
Uji Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4
Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka
dihasilkan larutan biru tua.
Bila dipanaskan dengan menambah aldehid maka terjadi endapan Cu2O
yang berwarna kuning dan merah tua.
Uji fehling digunakan untuk mendeteksi gula pereduksi dan aldehid dalam
larutan. Reaksinya adalah :
Reaksinya :
H
C
O
+ Cu2+ + NaOH
H
b.
H-COONa + Cu2O + 2H+
(Sumardjo, 1995)
Uji Benedict
Merupakan uji kimia untuk mendeteksi gula pereduksi dalam larutan yang
dirancang oleh kimiawan Amerika, yaitu S.R. Benedict. Reaksi ini terdiri atas
larutan tembaga sulfat ( CuSO4 ), Natrium karbonat ( Na2SO3 ), dan Natrium
sitrat. Jika benedict dipanaskan bersama larutan alddehid akan terjadi oksidasi
menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang
mengendap pada bagian bawah tabung.
Reaksinya :
H
C
O
+ Cu2+ + H2O + Na+
H-COONa + Cu2O + 2H+
H
(Sumardjo, 1997)
c.
Uji Tollens
Pereaksi tollens dibuat dengan mereaksikan AgNO3 + NH3 berelebih,
sehingga endapan menjadi larut.
AgNO3 + NH4OH
Ag2O + H2O + NH4NO3
Ag2O + NH4OH
Ag(NH3)2OH + H2O
(Sumardjo, 1995)
Bila senyawa aldehid ditambahkan pada pereaksi tollens dan dipanaskan
maka aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat yang segera
membentuk garam amonia.
Sedangkan pereaksi tollens akan tereduksi sehingga dibebaskan logam
perak yang segera melekat pada dinding tabing reaksi.
(Ridwan, 1989)
2.3
Alkohol
2.3.1 Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksilnya (-OH)
1.
Alkohol Primer : gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C
yang mengikat hanya 1 atom C lainnya).
Contoh :
CH3–CH2–CH2–CH2–OH
(1 butanol)
2.
Alkohol Sekunder : gugus –OH terletak pada atom C sekunder.
Contoh :
H2
C
H3 C
H
C
CH3
OH
(2 Butanol)
Alkohol Tersier : gugus –OH terletak pada atom C tersier.
3.
Contoh :
CH3
H 3C
OH
C
CH3
(2Metil-2 propanol)
(Petrucci,1985)
2.3.2 Sifat-sifat Alkohol
-
Sifat Fisika Alkohol
Berupa cairan jernih, berbau khas, mendidih ditemperatur tinggi, sangat
larut dalam air karena ada ikatan hidrogen antara gugus –OH dan molekul H2O.
(Keenan,1980)
-
Sifat Kimia Alkohol
Mengalami dehidrasi (reaksi yang melibatkan hilangnya H dan OH dalam
membentuk H2O ) untuk membentuk alkena/eter, oksidasi terkendali untuk
menghasilkan aldehida dan keton.
(Keenan, 1980)
2.3.3 Identifikasi Senyawa Alkohol
a. Identifikasi Senyawa Alkohol Primer
Alkohol primer menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih
lanjut menjadi asam karboksilat.
(Hart,2003)
b. Identifikasi Senyawa Alkohol lain
Semua senyawa polialkohol misalnya gliserol dapat diidentifikasikan
dengan pembentukan senyawa kompleks / dapat pula dengan pembentukan
alkohol lain.
Contoh: reaksi pembentukan Cu kompleks.
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH  (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1992)
2.3.4 Kegunaan Alkohol dalam Kehidupan sehari-hari
a. Bidang Farmasi
sebagai pelarut senyawa organik. Contoh: etanol dan butanol.
b. Bidang Industri
sebagai desinfektan. Misal: etanol dan metanol.
c. Sebagai bahan bakar
contoh : spirtus (campuran methanol dan etanol)
(Petrucci,1992)
2.4
Asam Karboksilat
Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai
ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat
yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul
umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil .
(Brady,1994)
2.4.1 Sifat Asam karboksilat
a. Sifat fisika asam karboksilat
Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih –OH , COH, titik leburnya juga relatif tinggi, berbau, asam-asam yang berbobot
molekul rendah larut dalam air maupun pelarut organik.
(Keenan,1980)
b. Sifat kimia asam karboksilat
Merupakan asam lemah, lebih asam dari pada alkohol/fenol karena
stabilisasi resonansi anion karboksilatnya.
(Fessenden,1986)
2.5
Gugus Amina dan Identifikasinya
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen
trivalent yang terikat pada satu atom atau lebih. Misal: R-NH2, R2-NH, R3N.
(Fessenden,1986)
Amina adalah senyawa organik yang merupakan turunan dari ammonia
dengan satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi atom H, amina seperti
ammonia bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada amonia
aromatik.
(Petrucci,1992)
2.5.1 Penggolongan amina.
Amina digolongkan menjadi 3 menurut banyaknya alkil yang terikat pada
nitrogen.
1. Amina primer
H
R
N
H
2. Amina sekunder
H
R
N
R'
3. Amina tersier
R''
R
N
R'
(Fessenden,1986)
2.5.2 Sifat-sifat Amina
- Sifat fisika amina.
Titik didihnya berada diantara titik didih senyawa tanpa ikatan hidrogen
(alkana/eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (alkohol) dengan bobot yang
sama.
(Fessenden,1986)
- Sifat kimia amina
Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil, jika bereaksi dengan asam
mineral membentuk garam ammonium kuarterner yang larut dalam air.
(Fessenden, 1986)
2.5.3 Identifikasi gugus amina aromatik primer.
Untuk
senyawa
tertentu
seperti
phthalysulfathiasol
atau
sacchysulfathiasol, senyawa harus dihidrolisa terlebih dahulu sehingga didalam
senyawanya terdapat gugus amina aromatik bebas.
(Fessenden, 1986)
2.6
Keton
Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu gugus karbonil,
tetapi keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus karbonilnya.
Identifikasi keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji Rothera.
(Fessenden, 1986)
-
Uji Rothera
Larutan aseton dicampur dengan natrium nitropusid atau Na2Fe(CN)6NO,
ammonium klorida dan ammonia. Setelah beberapa terbentuk warna violet dan
intensitas warna tergantung kadar aseton yang dianalisis. Aldehida dan keton
adalah keluarga besar dari senyawa organik yang dicirikan oleh adanya gugus
karbonil terhubung dengan dua atom karbon lain.
O
O
C
C
R
R
(Hart,2003)
Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas dari senyawa
organik yang terdiri dari kelompok karbonil (<=0). Sebuah keton mempunyai
dua kelompok alkil dan satu atom hidrogen yang tersusun menjadi karbonkarbon.
O
O
O
C
C
C
R
Karbonil
Keton
R
keton
H
H
aldehid
: 2 kelompok alkil tersusun kelompok karbonil.
Aldehid : 1 kelompok alkil dan 1 atom hidrogen menyusun kelompok karbonil.
Keton dan aldehid memiliki kesamaan dalam strukturnya dan mereka
mempunyai sifat. Disini terdapat suatu perbedaan bagaimana partikel didalam
reaksinya terhadap agen-agen oksidasi dan terdapat dalam inti nukleus.
(Wade,1987)
2.7
Reaksi-reaksi Organik
2.7.1 Redoks
Redoks adalah reaksi reduksi-oksidasi yang biasa dipakai pada proses
elektrokimia.
Oksidasi adalah reaksi yang melibatkan kenaikan biloks,pelepasan
electron, pengikatan O2, dan pelepasan H2. Sedangkan reduksi adalah kebalikan
oksidasi.
(Chang,2004)
Reaksi oksidasi juga dapat dilakukan untuk mengetahui mana alkohol
primer, sekunder, dan tersier.
Alkohol primer  aldehid  asam karboksilat
O
C 2H 5
OH
C 2H 5
C
O
H
C 2H 5
C
OH
Alkohol sekunder  keton
O
OH
H3C
CH
CH 3
H3C
C
CH 3
Alkohol tersier (tak bisa teroksidasi)
OH
C 2H 5
C
H
C2 H5
(Hart,2003)
2.7.2 Esterifikasi
Esterifikasi adalah salah satu reaksi untuk mengidentifikasi gugus
karboksilat. Esterifikasi termasuk dalam jenis reaksi kondensasi yaitu
penggabungan 2 molekul dengan melepas molekul kecil lain.
Reaksi esterifikasi :
O
O
R
C
R
OH
OH
R
C
OR'
H2O
(Keenan,1980)
2.7.3 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari penggabungan 2
atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri.
Istilah senyawa koordinasi menentukan pengertian bahwa 2 zat yang lebih
sederhana (misalnya : CuCl2 dan NH3) bergabung menjadi senyawa yang lebih
kompleks.
Reaksi senyawa kompleks :
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH  (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1993)
2.8
Analisa Bahan
2.8.1 Formalin
Suatu formaldehida, tidak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan
formaldehida 40% dalam air disebut formalin yang digunakan dalam
pengawetan cairan dan jaringan.
(Petrucci, 1992)
2.8.2 Glukosa
Suatu monosakarida dengan rumus C6H12O6 merupakan kristal putih,
berasal manis dan disebut juga D-glukosa / dekstrosa karena bersifat aktif optis.
(Mulyono, 2001)
2.8.3 Pereaksi Schiff
Merupakan larutan dari fuchsin asam di dalam air yang telah
didekolorisasi oleh gas SO2. Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air dan HCl.
Digunakan untuk menguji aldehid.
(Mulyono, 2001)
2.8.4 Pereaksi Tollens
Sering juga disebut perak amoniakal yang merupakan campuran AgNO3
dan amonia yang berlebihan. Jika bereaksi dengan monosakarida yang
mengandung gugus aldehid akan menghasilkan cermin perak.
(Fessenden, 1986)
2.8.5 Fehling A
Fehling A berisi larutan CuSO4, bersifat cair, berwarna biru, titik didih
99,9 ºC, titik lebur -0,1 oC, larut dalam air, dapat menyebabkan iritasi pada mata
dan kulit, tidak mudah terbakar.
(Ensiklopedia umum, 1999)
2.8.6 Fehling B
Fehling B berisi larutan NaOH dan KNa tartrat, tidak berwarna, berbau,
titik didih 103 oC, titik lebur -10 oC.
(Ensiklopedia umum, 1999)
2.8.7 Gliserol
Alkohol terdehidrasi dengan rumus kimia C3H5(OH)3 cairan seperti sirup
tak berwarna, titik didih 290 ºC dan titik leleh 18 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.9 NaOH
Padatan putih, senyawa basa kuat, titik lebur 318 ºC, titik didih 1390 ºC,
mudah menyerap air dan CO2 di udara.
(Basri, 1996)
2.8.10 Aseton
Keton suku rendah yang merupakan zat cair yang mudah larut dalam air,
berbau menyengat, titik didih 56 ºC mudah menguap dan terbakar.
(Petruci, 1993)
2.8.11 Benedict
Larutan yang mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium
sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.
(Suminar, 1994)
2.8.12 Etanol
Komponen aktif dari bir, anggur dan wisky. Dihasilkan dari peragian
karbohidrat.
(Keenan, 1990)
2.8.13 Anilin
Strukturnya C6H5NH2, Zat cair seperti minyak, tidak berwarna, dapat
terbakar dan dibuat melalui reduksi nitrobenzen.
(Mulyono, 2001)
2.8.14 Asam Benzoat
Asam organik dengan rumus C6H5COOH, titik leleh 122,4 ºC, titik didih
1,27 ºC, zat pengawet makanan.
(Mulyono, 2001)
2.8.15 Asam Asetat
Zat cair tidak berwarna, bau khas menusuk, asam organic lemah,
mempunyai rumus CH3COOH.
(Mulyono, 2001)
2.8.16 NH4Cl
Garam basa karena hasil reaksi NH3 dengan HCl digunakan untuk
pengisi batu baterai dan bahan pupuk.
(Basri, 1996)
2.8.17 CuSO4
Larut dalam air, berwarna putih/kuning, digunakan sebagai cairan
dendehidrasi, bereaksi dengan Zn.
(Mulyono, 2001)
2.8.18 HCl
Asam kuat, tidak berwarna, berbau tajam, titik didih 85 ºC, dan titik leleh
144 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.19 H2SO4
Mengandung asam 98 % , dapat bercampur dengan air, tidak berwarna.
(Vogel, 1990)
2.8.20 Asetaldehid
Asetaldehid dengan titik didih sekitar temperatur kamar (20 ºC) juga
lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau titramer
siklik, Asetaldehida juga digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam
asetat, anhidrida asetat, dan senyawa-senyawa lain dalam industri.
(Fessenden, 1986)
2.8.21 NH3
Senyawa gas, tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan
menghasilkan larutan alkali yang mengandung amonium hidroksida. Amonia
disintesanitrogen dan hidrogen dengan menggunakan proses hober. Digunakan
sebagai larutan pendingin. Gas NH3 digunakan sebagaipemula dalam pembuatan
asam nitrat dan senyawa nitrat.
(Basri, 1995)
2.8.22 Aquades
Zat cair tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Titik didih 100 °C
dan titik beku 0 °C. Dapat pula berwujud padat dan gas. Merupakan pelarut yang
baik.
(Basri, 1996)
2.8.23 Natrium Nitroprusid
Berat molekul 261,198 g/mol,rumus molekul C5FeN6Na2O .
(Ensiklopedia Umum, 1999)
III.
METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Tabung reaksi
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Drupple plat
- Pemanas
- Penjepit
3.1.2 Bahan
- Formalin
- Glukosa
- Reagen Schiff
- Reagen Tollens
- Reagen Fehling A
- Reagen Fehling B
- Reagen Benedict
- Etanol
- Asam Asetat
- Asam Benzoat
-
H2 SO4
- Larutan NaOH
- Aseton
- Gliserol
- HCl
- Natrium-nitrpprusid
- NH4Cl
- Amonia
- Amonium Klorida
- Larutan CuSO4
3.2 Gambar Alat
Tabung reaksi
gelas ukur
Drupple plat
3.3
Pemanas
Skema Kerja
3.3.1 Identifikasi gugus aldehid alifatik
a.
Uji Schiff
Formalin 1ml
Tabung Reaksi
-
penambahan 1-2 tetes pereaksi
Schiff
-
pengocokan
-
pengamatan dan pencatatan
perubahan warna
Hasil
pipet tetes
Penjepit
Glukosa 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan 1-2 tetes pereaksi
Tabung -reaksi
Schiff
-
pengocokan
-
pengamatan dan pencatatan apa
yang terjadi.
Hasil
b.
Uji Tollens
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi
- penambahan pereaksi Tollens
-
pemanasan
-
pengamatan dan pencatatan
perubahan yang terjadi setelah dingin
Hasil
c.
Uji Fehling
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
- penambahan Fehling A dan B
Tabung reaksi
-
pemanasan
-
pengamatan dan pencatatan
perubahan warna
-
Hasil
d.
Uji Benedict
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
-
penambahan Benedict dengan
perbandingan 1: 1
-
pemanasan
-
pengamatan dan pencatatan
perubahan warna
Hasil
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi
- penambahan 2 tetes Benedict
-
pemanasan
-
pengamatan dan pencatatan
perubahan warna
Hasil
3.3.2 Identifikasi Gugus Hidroksil
a.
Identifikasi Alkohol Primer
Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
- penambahan asam asetat 1 ml
Tabung reaksi
-
penambahan asam sulfat
-
pemanasan
-
pengamatan
Hasil
Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
- penambahan asam benzoat 1 ml
Tabung reaksi
-
penambahan asam sulfat
-
pemanasan
-
pengamatan
Hasil
b.
Identifikasi Alkohol Lain
Gliserol 1 ml
Tabung Reaksi
- penambahan larutan CuSO4
Tabung reaksi
-
penambahan larutan NaOH
-
pengamatan
Hasil
3.3.3 Identifikasi Senyawa Karboksil
Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
- penambahan asam asetat
Tabung reaksi
-
penambahan asam sulfat
-
pemanasan
-
pengamatan
Hasil
Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
- penambahan asam benzoat
Tabung reaksi
-
penambahan asam sulfat
-
pemanasan
-
pengamatan
Hasil
3.3.4 Identifikasi Senyawa Keton
Aseton 1 ml
Tabung Reaksi
- penambahan natrium-nitroprusid
Tabung reaksi
-
penambahan ammonium klorida dan
amonia
Hasil
pengamatan
IV. DATA PENGAMATAN
NO
1.
PERLAKUAN
HASIL
KET
Identifikasi Gugus Aldehid Alifatik
a) Uji Schiff
- Tabung reaksi I :
Ungu
+
Ungu kemerahan
+
1 mL Formalin + 2 tetes pereaksi Schiff
- Tabung reaksi II :
1 mL Glukosa + 1 tetes pereaksi Schiff
b) Uji Tollens
- Formalin 1 mL + 5 tetes Tollens A + 5 tetes
Tollens B
Hitam, terdapat
endapan perak
dipermukaan
+
AgNH3 + NaOH  Ag(OH)2 + NaNH3
c) Uji Fehling
Berubah dari biru
+
- Formalin 1 mL + Fehling A&B 1 mL CH3CH2OH menjadi orange
+ Cu2+ + NaOH + H2O  CH3CH2COONa + CuO
+ H+
d) Uji Benedict
- Tabung Reaksi I :
Formalin 1 mL + 1 ml larutan Benedict
Hijau dan
+
terbentuk endapan.
- Tabung Reaksi II :
Formalin 1 mL + 2 tetes larutan Benedict
Abu-abu.
-
2.
Identifikasi Gugus Hidroksil
a) Identifikasi Alkohol Primer
- Tabung reaksi I :
1 mL Etanol + 1 mL Asam Asetat + H2SO4 Wangi permen
(pemanasan)
+
karet yang
menyengat.
- Tabung reaksi II :
Wangi permen
karet tidak
+
1 mL Etanol + Asam Benzoat + H2SO4, (pemanasan) menyengat.
b) Identifikasi Alkohol lain
Gliserol CuSO4Gliserol + CuSO4+ NaOH
C3H8O3 + CuSO4 NaOH  [C3H5O3.CuNa]2 + + 3H2O
Sebelum
ditambahkan
CuSO4 larutan
berwarna hijau
kekuningan, setelah
+
ditambahkan
CuSO4 larutan
menjadi biru hijau
kekuningan.
3.
Identifikasi Senyawa Keton
Aseton +Na-Nitrophussid + NH4Cl + NH3 lalu Ungu muda
didiamkan.
+
V. PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Gugus Aldehid Alifatik
a) Uji Schiff
Suatu pereaksi Schiff yang tidak berwarna direaksikan dengan senyawa
kelompok aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi Schiff tidak
dapat bereaksi dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat dan aldosa. Pereaksi
Schiff digunakan untuk menunjukan adanya gugus aldehid. Pereaksi ini berasal
dari zat warna Fuschin yang warnanya telah hilang karena penambahan SO2 dan
H2SO4.
Pada percobaan ini digunakan bahan formalin dan glukosa sebagai bahan
pembanding. Formalin dan glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berbeda,kemudian masing-masing ditambahkan 1-2 tetes Pereaksi Schiff.
Perubahan yang terjadi adalah pada tabung yang berisi Formalin warnanya
menjadi ungu dan menunjukan bahwa formalin mengandung gugus aldehid
alifatik, pada glukosa pun demikian terbentuk warna ungu kemerah-merahan
membuktikan bahwa dalam glukosa mengandung gugus aldehid. Perubahan ini
dihasilkan dari formalin yang merupakaan gugus aldehid.
Reaksinya:
O
O
H
C
H
+ H
S
N
O
H
H 3C
H
O
C
S
OH
O
SO3 H
Cl
C
H
N
H
Cl
C
N
(Keenan, 1986)
b) Uji Tollens
Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid
bersifat reduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk
endapan cermin perak. Kandungan Tollens A terdiri dari AgNO3 dan Tollens B
terdiri dari NH3 berelebih, sehingga jika dicampurkan endapan menjadi larut.
Formalin 1 mL di dalam tabung reaksi ditetesi 5 tetes Tollens A dan Tollens
B lalu digojog. Penggojogan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar
partikel yang dapat mempercepat terjadinya reaksi antara formalin dengan
pereaksi Tollens. Kemudian larutan yang telah digojog dipanaskan sampai
timbul gelembung. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan
yang terjadi warna formalin berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak
di permukaan. Pemanasan dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga
terbentuk gugus karboksil (COO- ). Reaksinya:
H
C
O+
Ag(NH3)OH  H-COONH4 + Ag + H2O
H
(Fessenden, 1986)
c) Uji Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
-
Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4
-
Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka
dihasilkan larutan biru tua.
Pada Percobaan ini digunakan larutan formalin. Setelah formalin dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling A & Fehling B
masing-masing 1 mL. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi perubahan warna
menjadi orange dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan karena pereaksi
fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga
dibutuhkan pemanasan agar Fehling stabil. Perubahan warna terjadi karena
senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk endapan
Cu2O berwarna merah bata.
Reaksinya :
H
C
O
+ Cu2+ + NaOH
H
H-COONa + Cu2O + 2H+
(Fessenden, 1986)
d) Uji Benedict
Kandungan benedict terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium
karbonat ( Na2SO3), dan Natrium sitrat. Pada uji ini tabung reaksi I dicampurkan
formalin dengan pereaksi benedict dengan perbandingan jumlah yang sama 1:1
yang kemudian dipanaskan. Hasilnya hijau dan terdapat endapan sedangkan
tabung kedua larutannya warna biru bening menjadi abu-abu. Bila dipanaskan
bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang
pereaksi benedict akan mengalami reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian
bawah tabung reaksi. Di tabung reaksi II dicampur formalin dengan penambahan
2 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan, tidak terjadi perubahan. Hal ini terjadi
karena larutan hanya bisa bereaksi jika perbandiangannya sama, dan ini juga
membuktikan bahwasannya apada larutab formalin terdapat gugus aldehida.
Reaksinya :
H
C
O
+ Cu2+ + H2O + Na+
H-COONa + Cu2O + 2H+
H
(Ridwan, 1989)
5.2 Identifikasi Gugus Hidroksil
a. Identifikasi Alkohol Primer
Pada percobaan ini menggunakan bahan uji asam asetat dan asam benzoat
sebagai pembanding, didapatkan hasil bahwa pada tabung pertama yang diisikan
asam asetat menghasilkan bau yang menyengat, sedangkan pada tabung pada
tabung reaksi kedua yang ditambah asam benzoat dan H2SO4, fungsi dari H2SO4
sebagai katalis yaitu untuk mempercepat reaksi. Setelah itu dipanaskan hasilnya
tidak menimbulkan bau yang menyengat. Pemanasan adalah untuk mempercepat
laju reaksi karena adanya tambahan energi berupa panas sehingga reaksipun
cepat berlangsung.
- Katalis mempercepat laju reaksi ke arah produk maupun ke arah pereaksi,
sehingga menghasilkan rendemen produk lebih cepat (rendemen produk tidak
lebih banyak daripada reaksi yang tanpa katalis)
-
Katalis dapat menurunkan energi pengaktifan dengan cara menyediakan
mekanisme reaksi yang berbeda yang memiliki jalur energi pengaktifan lebih
rendah.
Reaksi pada tabung reaksi I :
O
C2H5OH + CH3COOH
H2SO4
H3C
C
OC2H5 + H2O
(Fessenden,1986)
Reaksi pada tabung reaksi II :
O
C2H5OH + C
O
OH
C
OC2 H5
+ H2O
(Fessenden,1986)
b. Identifikasi alkohol lain
Pada percobaan ini digunakan larutan gliserol yang merupakan senyawa
polialkohol. Larutan gliserol dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan CuSO4. Kemudian larutan di tambahkan NaOH. Penambahan
CuSO4 membuat warna menjadi biru, sedangkan penambahan NaOH membuat
larutan menjadi berwarna hijau kekuningan. Pada awalnya (setelah penambahan
CuSO4), terbentuk dua lapisan yang berbeda. Lapisan atas berwarna kebiruan
sedangkan lapisan bawahnya bening. Setelah dilakukan pengocokan dan
penambahan CuSO4 barulah terbentuk warna biru hijau kekuningan yang merata
pada seluruh larutan. Pengocokkan bertujuan untuk mempercepat terjadinya
tumbukan antar partikel gliserol, CuSO4 dan NaOH karena pengocokkan
mengakibatkan timbulnya tumbukan yang cukup banyak. Reaksinya :
2C3H8O3 + CuSO4
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH
C3H5O3 Cu
2
+ 6 H+ + SO42-
[C3 H5 O3.CuNa]2 + 3H2O + H2SO4
Atom pusat
: Cu (atom pusat merupakan unsur transisi)
Ligan
: Na
(Fessenden,1986)
5.3 Identifikasi Senyawa Keton
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan aseton dengan natriumNitroprussid, ammonium klorida dan ammonia, setelah itu campuran dan
didiamkan Larutan didiamkan beberapa saat agar larutan yang bercampur dapat
menjadi stabil. Warna larutan tersebut berubah menjadi ungu muda karena
terbentuknya senyawa kompleks. Hal ini dikarenakan adanya donor e- dari atom
pusat yaitu Fe, dan yang berperan menjadi ligan adalah aseton.
Reaksinya adalah :
CH 3
C
CH 3
O + Fe (CN)5 NO + OH-
(NC)5Fe
N
C
H
C
CH 2
4
+ H2O
O
(Fessenden,1986)
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
- Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya
alkohol (memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus
karbonil), asam karboksilat (memiliki gugus karboksil), dan ester.
- Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu.
Senyawa aldehid reaktif dengan pereaksi schiff, tollens, benedict dan fehling.
Senyawa alkohol dan karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi
esterifikasi. Keton bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida,
dan amonia sesuai dengan uji rothera.
6.2 Saran
-
Sebelum praktikum dimulai, alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum dicek terlebih dahulu.
-
Pastikan alat dan bahan yang kita dapatkan dalam keadaan bagus.
-
Saat pemanasan, tabung reaksi dicondongkan ke arah yang berlawanan
dengan praktikum.
-
Praktikan harus bekerja dengan teliti dan konsentrasi yang tinggi agar
mendapatkan hasil yang memuaskan.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James, 1994, Kimia Universitas-Asas dan Struktur (Edisi ke-5, jilid ke-1),
Erlangga, Jakarta.
Chang, Raymond, 2004, Chemistry, Mc Graw Hill, Inc ( Petrucci,1985).
Fessenden, Ralph J, 1986, Organic Chemistry (Edisi ke-2), Willard Grant Press
Publisher, USA.
Hart, Harold, 2003, Organik Chemistry – a short course, Erlangga, Jakarta.
Keenan and Kleinfelter, Wood, 1980, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H, 1992, General Chemistry, Erlangga, Jakarta.
Purba, Michael, 1994, Kimia II, Erlangga, Jakarta.
Ridwan, S, Drs, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Sumardjo, Damin, 2005, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, Undip Press,
Semarang.
Wade, L. G. Jr, 1987, Organic Chemistry, PrenticeHall Inc, USA.
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 10 Desember 2010
Praktikan,
LIA ARYANTI
YULIA KARTIKA SARI
NIM: 26020110130091
NIM: 26020110130092
DIAS NATASASMITA
HERMAWAN BASUKI
NIM: 26020110130093
NIM: 26020110130094
HUBERTUS DEWA .A.
SITI NURUL AINI
NIM: 26020110130095
NIM: 26020110130096
M. ILHANUL HAKIM
IZZUDDIN AZMI
NIM: 26020110130097
NIM: 26020110130098
Mengetahui,
Asisten,
AISYATUL KAMILAH
NIM: J2C007004
Download