Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006 BAB 11 KELUMPUHAN OTOT WAJAH A. Tujuan pembelajaran 1. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Melaksanakan anamnesis pada pasien Bell's kelumpuhan otot wajah. Menerangkan mekanisme terjadinya kelumpuhan otot wajah. Membedakan klasifikasi dan etiologi kelumpuhan otot wajah. Mengidentifikasi tanda dan gejala kelumpuhan otot wajah. Membedakan kelumpuhan otot wajah yang perifer dan yang sentral Melaksanakan pemeriksaan neurologi pada pasien kelumpuhan otot wajah. Merencanakan manajemen terapi pada pasien dengan kelumpuhan otot wajah. Menentukan kapan kelumpuhan otot wajah dirujuk B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda 1. 2. 3. 4. 5. 6. Dokter muda mampu melakukan pemeriksaan nervus fasialis Dokter muda mampu membedakan parese nervus fasialis perifer dan sentral Dokter muda mampu menjelaskan patofisiologi kelumpuhan otot wajah Dokter muda merencanakan manejemen terapi pasien dengan kelumpuhan otot wajah Pemeriksaan neurologis pada kelumpuhan otot wajah Merencanakan terapi yang tepat pada pasien kelumpouhan otot wajah C. Algoritme kasus (algoritme kasus) D. Daftar keterampilan (kognitif dan psikomotor) 1. Dokter muda mampu melakukan pemeriksaan nervus fasialis E. Penjabaran prosedur Pemeriksan Nervus VII (fasialis) : Pada pemeriksaan n.VII yang umum diperiksa adalah: - pemeriksaan motorik: inspeksi wajah yaitu pada kerutan dahi, kedipan mata, lipatan nasolabial, dan sudut mulut serta beberapa gerakan volunter dan involunter reflektorik - pemeriksaan vasomotor: misal lakrimasi - pemeriksaan sensorik: cita rasa (kecap) lidah. a. Kerutan kulit dahi - perhatikan kulit dahi pasien apakah tampak kerutan kulit dahi atau tidak - pada kelumpuhan n. VII perifer (hemifasialis), kerutan kulit dahi pada sisi sakit akan hilang - pada kelumpuhan n.VII sentral (hemifasialis), kerutan kulit dahi masih akan tampak. b. Kedipan mata - perhatikan apakah masih tampak kedipan mata - pada sisi yang lumpuh kedipan mata lambat, tidak gesit dan tidak kuat. Disebut Lagoftalmos - pada kelumpuhan sentral mata masih baik. Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006 c. Lipatan nasolabial Lipatan nasolabial pada sisi yang lumpuh tampak mendatar. d. Sudut mulut Sudut mulut pada sisi yang lumpuh tampak lebih rendah. e. Mengerutkan dahi - pasien disuruh mengerutkan dahi unilateral dan bilateral. Pada kelumpuhan n. VII perifer pasien tidak mampu mengerutkan dahinya unilateral dan bilateral - pada kelumpuhan n. VII sentral pasien masih mampu mengerutkan dahinya. Dalam hal ini pemeriksa hendaknya melakukan palpasi antara kanan dan kiri dan bandingkan sisi mana yang terkuat, akan didapatkan perbedaan tonus. f. Mengerutkan alis Cara kerjanya sama dengan mengerutkan dahi. g. Menutup mata - pasien disuruh menutup mata - pada kelumpuhan perifer mata tidak dapat menutup - pada kelumpuhan sentral unilateral mata masih bisa menutup. Dalam hal ini pasien disuruh menutup mata kuat-kuat, kemudian pemeriksa mencoba membuka mata pasien yang sedang dipejamkan tersebut, akan didapatkan perbedaan tonus kanan - kiri. h. Meringis - pasien disuruh meringis - baik kelumpuhan sentral maupun perifer pada sisi yang lumpuh tidak dapat diangkat. i. Bersiul - pasien disuruh bersiul - adanya kelumpuhan n. VII baik unilateral maupun bilateral menyebabkan pasien tidak dapat bersiul. Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006 j. Tikfasialis (spasmus klonik fasialis) - adanya gerakan involunter di mana sudut mulut terangkat dan kelopak mata terpejam beberapa kali, berlebihan - tidak punya dasar organik, tetapi mungkin diduga adanya iritasi di gln. genikulatum. k. Lakrimasi - dapat dinilai dari anamnesis maupun observasi langsung - adanya paralisis fasialis perifer menyebabkan hiperlakrimasi, tampak nerocos. l. Daya kecap lidah 2/3 depan Diperlukan 4 rasa pokok: manis, asin, asam, pahit. Bahan rangsang sebaiknya cairan. - pasien diminta menjulurkan lidahnya keluar, satu persatu rasa diteteskan - penyebut tidak boleh menyebut rasa dengan bicara, melainkan dengan memberi kode berupa tulisan yang sudah disiapkan. Hal ini akan mencegah kacaunya identifikasi. m. Gerakan fasial reflektorik 1. Reflek visuopalpebra - ancaman colokan pada salah satu mata akan menimbulkan pejaman pada kedua mata - ini terjadi pada orang normal. 2. Reflek glabela - pada orang normal setiap kali glabela diketuk akan menyebabkan kedua mata berkedip - akan tetapi setelah berturut-turut diketuk (3 - 4 kali) kedipan mata tidak akan timbul lagi - sebaliknya pada orang dengan demensia, mata akan berkedip terus seiring dengan ketukan berturut-turut pada glabela itu. 3. Reflek aurikulopalpebra - ialah gerak reflek berupa mata, jika terdengar suara keras dan tak terduga - dapat dihasilkan melalui tepuk tangan yang keras dan tiba-tiba. 4. Tanda Myerson - pada orang normal ketukan pada pangkal hidung menyebabkan kedipan mata hanya sekali saja - pada penderita Parkinson menyebabkan kedipan yang gencar. 5. Tanda Chovstek - dengan palu atau ujung jari tangan, cabang-cabang n. fasialis di depan lubang telinga kita ketuk - tanda Chovstek positif bila timbul reflek berupa kontraksi otototot rasialis sebagai jawaban atas pengetukan pangkal cabangcabang n. fasialis - tanda Chovstek positif khas untuk tetani.