Definisi Bell’s palsy Bell’s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena biasanya berusia 10-30 tahun, selain kelompok umur tersebut dapat saja terkena namun jarang ditemui Tanda dan Gejala Tanda yang sering nampak adalah wajah perot / mencong / asimetris kanan dan kiri, diikuti sudut mata yg turun, sudut mulut turun. Penderita juga tidak dapat mengedip ataupun menutup mata pada sisi yang terkena, adanya perbedaan kiri dan kanan saat tersenyum, mencucu, merengut, melebarkan rongga hidung dan mengkerutkan dahi, terasa baal/kebas pada wajah, sulit berbicara dan air menetes saat minum atau saat berkumur. Selain itu penderita mengalami gangguan dalam produksi air mata, ludah dan kehilangan rasa pada dua pertiga bagian depan lidah. Pada gambar tampak sisi sebelah kanan penderita (sisi yang mengalami kelumpuhan) kehilangan garis kerutan dahi dan sekitar mata, serta tidak bisa mengangkat bibir dan hidung sebelah kanan saat tersenyum Penyebab: Sampai saat ini dapat disimpulkan penyebab Bell’s palsy adalah proses inflamasi (pembengkakan) syaraf VII (nervus fasialis). Penyebab inflamasi dari Bell’s palsy itu sendiri dapat bermacam-macam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa angin dapat masuk ke dalam tengkorak atau foramen stilo mastoideum. Angin dingin ini membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar. Pembengkakan syaraf nomor tujuh atau nervous fascialis ini mengakibatkan pasokan darah ke syaraf tersebut terhenti. Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar informasi atau rangsangnya terganggu. Sebagai akibatnya, perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan. Selain itu virus, terutama virus Herpes zoster diduga sebagai penyebab pembengkakan syaraf VII. Virus ini bisa kita dapat saat kita mengalami cacar air dan setelah sembuh dari cacar air tersebut ada virus yang masih tertinggal namun dalam keadaan tertidur, dan dapat teraktivasi kembali oleh beberapa faktor misalnya trauma, faktor lingkungan seperti dingin dan stress. Saat teraktivasi menyebabkan syaraf meradang dan terjadi Bell’s palsy. Penanganan: Apabila menemukan gejala2 di atas sebaiknya penderita segera dibawa ke dokter syaraf atau dokter terdekat. Biasanya pasien akan mengikuti program fisioterapi selama sebulan ditambah beberapa macam obat dan vitamin. Beberapa kemungkinan obat yang diberikan dokter adalah: 1. Corticosteroid Corticosteroid seperti prednisone biasa digunakan untuk antiinflamasi 2. Antivirus Antivirus seperti acyclovir diberikan apabila ada dugaan penyebabnya virus Biasa diberikan pula tetes mata yg berisi air mata buatan apabila mata terlalu kering, pelumas mata diberikan saat tidur untuk mencegah kekeringan mata akibat kelopak mata yg sukar menutup, juga diberikan kaca mata untuk menghindari masuknya kotoran ke mata karena berkurangnya reflex berkedip mata. Fisoterapi biasanya dilakukan latihan wajah. Latihan ini dilakukan minimal 2-3 kali sehari, akan tetapi kualitas latihan lebih utama daripada kuantitasnya. Sehingga latihan wajah ini harus dilakukan sebaik mungkin. Pada fase akut dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah, hal ini berguna mengingkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal untuk menggerakan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin. Gerakan yang dapat dilakukan berupa: • Tersenyum • Mencucukan mulut kemudian bersiul • Mengatupkan bibir • Mengkerutkan hidung • Mengkerutkan dahi • Dan gunakan telunjuk serta ibu jari untuk manarik sudut mulut secara manual • Mengangkat alis secara manual dengan keempat jari • Menutup mata Secara umum penyakit ini dapat disembuhkan, kendati tergantung dari derajat kerusakan sarafnya. Pada minggu kedua perbaikan sudah mulai dirasakan dan dalam 3-6 bulan wajah dapat kembali normal. Namun jika penyakit ini dibiarkan, maka akan semakin parah terutama pada bagian mata karena akan terjadi iritasi pada mata dan otomatis penglihatan pun terganggu. Apabila ternyata syaraf VII ini tidak dapat sembuh,, maka pilihan yg dapat diambil adalah melakukan operasi. Operasi yang dilakukan adalah smile reconstruction (rekonstruksi senyum) untuk mengembalikan senyum pada penderita dengan kelumpuhan nervus VII tersebut. Penyakit ini tidak akan memicu penyakit lainnya. Namun, jika penderita kelumpuhan wajah mengalami kelumpuhan di daerah lain seperti tangan atau kaki, maka itu disebut stroke. Apa itu Bell's Palsy? Mungkin nama penyakit ini tidak sering diketahui oleh kebanyakan orang. Sir Charles Bell, demikian nama seorang ahli bedah Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad 19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam. Kendati demikian wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan serta sensasi mati rasa (baal/kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Pada beberapa kasus disertai adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam 2 hari. Keluhan yang terjadi diawali oleh nyeri pada telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi. Berbeda dengan serangan stroke, pada Bell�s palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada Bell�s Palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis Falopia. Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang mempersarafi daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60% bagian depan lidah dan sebagian telinga. Bell�s palsy dapat terjadi pada pria atau wanita segala usia dan disebabkan oleh kerusakan saraf fasialis yang disebabkan oleh radang, penekanan atau pembengkakan. Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti, kendati demikian para ahli meyakini infeksi virus � Herpes Simpleks- sebagai penyebabnya. Sehingga terjadi proses radang dan pembengkakan saraf. Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf. Bell's palsy diambil dari nama Sir Charles Bell, dokter dari abad 19 yang pertama menggambarkan kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada syaraf wajah. Meski namanya unik, penyakit ini akan mengganggu secara estetika ataupun fungsi pada wajah. Artinya muka yang terlihat cantik dan bagus di depan kaca itu tidak terjadi dengan sendirinya. Karena, bila salah satu saja syarafnya minta istirahat, maka proporsi wajah menjadi tidak seimbang. Jika tidak ditangani maka akan terjadi kecacatan dengan muka mupeng atau penyok. Pasien bell's palsy yang sudah parah akan mengalami perubahan bentuk wajah menjadi penyok, bicara tidak jelas, fungsi lidah terganggu terutama saat mengucapkan huruf konsonan, dan lain-lain. Kondisi seperti ini tentunya tidak diinginkan oleh pasien. Tanda-tanda bell's palsy adalah terjadi asimetri pada wajah , rasa baal/kebas di wajah, air mata tidak dapat dikontrol dan sudut mata turun. Selain itu, tanda lainnya adalah kehilangan refleks konjungtiva sehingga tidak dapat menutup mata, rasa sakit pada telinga terutama di bawah telinga, tidak tahan suara keras pada sisi yang terkena, sudut mulut turun, sulit untuk berbicara, air menetes saat minum atau setelah membersihkan gigi, dan kehilangan rasa di bagian depan lidah. Kasus ini, kata Hardhi, banyak terjadi pada musim dingin. Biasanya yang mengalami adalah lelaki dan tergolong usia dewasa. ''Mungkin lelaki banyak beraktivitas di luar seperti bekerja,'' cetus dia. Hardhi menjelaskan, orang yang terkena penyakit ini harus segera dibawa ke dokter. Biasanya pasien akan mengikuti program fisioterapi selama satu bulan ditambah pemberian sejumlah obat dan vitamin. Jika penyakit ini dibiarkan, maka akan semakin parah terutama pada bagian mata karena akan terjadi iritasi pada mata dan otomatis penglihatanpun terganggu. Penyakit ini tidak akan memicu penyakit lainnya. Namun, jika penderita kelumpuhan wajah mengalami kelumpuhan di daerah lain seperti tangan atau kaki, maka itu disebut stroke. Semakin panasnya bumi maka penggunaan AC terus bertambah. Selain itu, pertumbuhan kendaraan terus berlangsung. Dari data Gaikindo, volume kendaraan baru di DKI Jakarta setiap harinya mencapai 800-1.200 unit. Itu berarti jika masyarakat kurang menjaga kesehatan dan keamanan, orang yang berpotensi mengalami bell's palsy semakin banyak. ''Walau penyakit ini bisa disembuhkan, tapi sebaiknya melakukan pencegahan sebelum terjadi,'' katanya menjelaskan. Maka, ungkapnya, bagi pengendara motor sebaiknya menggunakan helm full face, dengan kaca yang dibiarkan tertutup. Sedangkan pengguna kendaraan umum, sebaiknya menghindari kontak langsung dengan angin. Begitu pun, untuk orang yang bekerja di ruangan ber AC.