BAB IV KEBIJAKAN KIM JONG-UN UNTUK MENUNJUKAN AROGANSI KOREA UTARA DI DUNIA INTERNASIONAL Pada bab IV akan membahas mengenai arogansi Korea Utara di dunia Internasional dengan menunjukan bukti-bukti Kim jong un yang ingin menunjukan kepada warga negaranya dan dunia internasional bahwa dirinya merupakan sosok pemimpin yang dapat diandalkan tanpa bantuan dari pihak lain, arogansi tersebut ditunjukan dengan program nuklir dan ketegasan gaya kepemimpinan Kim Jong-Un yang melampaui batas. A. AROGANSI KOREA UTARA DALAM PROGRAM NUKLIR Sebagai Negara yang masih memegang teguh ideologi Juche, yang diartikan sebagai kepercayaan diri atau difahami sebagai sikap mandiri dalam memenuhi kebutuhan sendiri tanpa tergantung dengan Negara lain. Korea Utara menggunakan ideoligy ini dalam program perkembangan nuklirnya. Alasan Korea Utara terus mengembangkan program nuklir yang dimilikinya, karena adanya intervensi yang dilakukan oleh Amerika serikat ketika perang Korea dan karena ideology Juche yang dianut oleh Korea Utara, maka dengan segala tindakannya yang arogan Korea Utara ingin menunjukan kepada dunia Internasional bahwa negaranya dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dari Negara manapun. Belakangan ini Korea Utara kembali menarik perhatian dunia internasional dan menjadi pemberitaan media massa, terutama mengenai pernyataan dari pejabat Pemerintahan Korea Utara yang baru yaitu Kim Jong-Un pada 24 Januari 1 2013 yang akan meluncurkan roket berhulu ledak langsung ke Amerika Serikat. Ancaman Korea Utara tersebut dilontarkan sebagai reaksi Negara komunis terhadap dikeluarkannya resolusi baru dewan keamanan PBB pada 22 Januari 2013 mengenai kecaman keras atas uji coba peluncuran roket jarak jauh Korea Utara pada 12 Desember 2012. Draf resolusi yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB merupakan usulan dari Amerika Serikat melalui proses negosiasi dan telah mendapatkan persetujuan dari Cina yang merupakan sekutu Korea Utara. (Muhammad, 2013) Ancaman yang dilontarkan oleh Korea Utara bukanlah untuk yang pertama kalinya, tetapi kerap kali Korea Utara melontarkan ancaman tersebut sebagai respon aksi Dewan Keamanan PBB dan juga Amerika Serikat yang selalu mengkritisi dan menentang program nuklir Korea Utara. Hanya kali ini Korea Utara mulai berani melontarkan secara terang-terangan dan dikemukaan oleh Komisi Pertahanan Nasional, bahwa peluncuran roket jarak jauh dan uji coba nuklir yang dilakukan selama ini memang ditujukan untuk Amerika Serikat yang dipandang Korea Utara sebagai musuh utamanya. Tingkat kekhawatiran Amerika Serikat terhadap Korea Utara semakin meningkat pasca pergantian kepemimpinan Korea Utara. Ideologi Juche yang merupakan ideologi resmi Korea Utara masih dianut oleh Kim Jong Un. Pemimpin Korea Utara yang merupakan anak dari Kim Jong Il yaitu Kim Jong Un lebih bersifat agresif. Kekuatan militer yang dimiliki oleh Korea Utara diperkirakan akan mampu menguasai Semenanjung Korea, bahkan Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong Un mengeluarkan kebijakan melakukan uji tembak rudal jarak pendek dekat pantai timurnya. Kim 2 Jong-Un sebagai pemimpin Korea Utara juga telah menegaskan sikapnya yang akan menentang sikap permusuhan Amerika Serikat. Pernyataan ancaman tersebut sebelumnya jarang dilontarkan, terutama langsung melalui lembaga tertinggi Korea Utara Presiden Kim Jong-Un dan ini menunjukan keseriusan dan komitmen dari Kim Jong-Un dalam membangun program nuklir Korea Utara. Meskipun hal tersebut menentang dan mengabaikan ancaman dari Dewan Keamanan PBB. Dunia Barat telah meyakini bahwa Korea Utara telah meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknologi nuklir dan persenjataan rudalnya di level yang lebih tinggi. (Muhammad, 2013) Korea Utara yang telah sekian lama mengisolasi diri, ditambah bertahuntahun dikenakan sanksi internasional dalam bidang penelitian dan pengembangan, memiliki kapasitas teknologi dan persenjataan yang terbatas. Namun, menurut para ahli bukan berarti tidak ada upaya dari Korea Utara untuk mengembangkan teknologi nuklir dan rudal jarak jauh. Para ahli menilai kemampuan serangan rudal Korea Utara secara nyata tidak begitu menjadi ancaman karena tingkat keakuratan rudal negara komunis itu sangat kurang. Tetapi, masyarakat internasional merasa khawatir bahwa rudal Korea Utara akan menjadi ancaman besar karena pada kenyataannya Korea Utara terus memperbaiki teknologi rudal untuk memperoleh rudal berjarak tempuh lebih panjang dan tingkat keakuratannya lebih tinggi. Terlebih, pihak Korea Utara sendiri pernah mengklaim bahwa wilayah Amerika Serikat berada dalam jangkauan rudal Korea Utara, termasuk pangkalan Amerika Serikat di Jepang, Guam dan daratan Amerika Serikat. Klaim tersebut muncul setelah Amerika Serikat dan Korea 3 Selatan membuat kesepakatan yang memungkinkan Seoul untuk memperluas jangkauan rudal balistik, dari 300 km menjadi 800 km. (Simela, 2013) Dengan potensi persenjataan yang dimiliki Korea Utarasaat ini, ditambah kekuatan militer darat, laut dan udara yang dimilikinya, Korea Utara dapat menjadi ancaman serius bagi stabilitas keamanan di kawasan, jika solusi damai untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan Korea Utara, termasuk isu nuklir, tidak tercapai. Bukan tidak mungkin, rezim otoriter Korea Utara yang ditekan secara internasional, di bawah kepemimpinan Kim Jong-Un yang tergolong masih muda dan pengaruh kuat pejabat senior garis keras (seperti pamannya, Jang Songthaek), Korea Utara lebih memilih mengambil langkah militer ketimbang diplomasi. Akibat dari persoalan yang dihadapi Korea Utara menjadikan stabilitas keamanan diberbagai kawasan merasa tertanggu, termasuk ASEAN dan Indonesia di dalamnya. Ketidakstabilan yang terjadi di Semenanjung Korea, diakibatkan adanya langkah militer yang ditempuh oleh Korea Utara, hal tersebut tidak hanya memberikan dampak terhadap Semenanjung Korea, tetapi juga akan berdampak luas terhadap kawasan Asia Pasifik lainnya, baik Asia Timur ataupun Asia Tenggara. Sehingga, Negara-negara di kawasan dan masyarakat Internasional perlu merespon serius ancaman Korea Utara melalui upaya diplomasi yang lebih efektif lagi untuk mencegah Korea Utaraagar tidak mengambil langkah militer yang dapat membahayakan stabilitas kawasan. Dewan Keamanan PBB, selaku lembaga multilateral yang bertanggung jawab atas terciptanya keamanan dan perdamaian dunia, harus terus mendorong dan memberi ruang bagi proses pencarian solusi dengan cara dialog dalam 4 menghadapi persoalan terkait Korut. Pemberian sanksi oleh Dewan Keamanan PBB merupakan salah satu cara untuk menekan Korea Utara agar rezim yang berkuasa di Negara Komunis tersebut bersedia membuka diri dan berdialog dalam mencari solusi damai atas permasalahan yang melibatkan Korea Utara, terutama mengenai program nuklir. Namun, disisi lain tidak dapat dapat dihindarkan jika sanksi yang dijatuhkan oleh Dewan Keamanan PBB menjadikan Pyongyang marah dan akan menimbulkan perlawanan terhadap sanksi yang diberikannya, karena sanksi tersebut baru dikeluarkan oleh PBB sehingga menimbulkan kemarahan bagi Korea Utara. Upaya untuk menekan Korea Utara tidak hanya melalui pihak PBB, bahkan masyarakat Internasional perlu mengambil peran dalam mendorong terwujudnya perundingan dengan Korea Utara. Dan terjalinlah perundingan dengan Korea Utara yang dikenal dengan forum Six Party Talks, meliputi negara Korea Selatan, Korea Utara, China, Jepang , AS, dan Rusia. Forum tersebut sekarang mulai tidak aktif kembali dan harus dihidupkan kembali oleh ke enam Negara tersebut. (Muhammad, 2013) Adapun program nuklir yang dilakukan oleh Kim Jong-Un selama ini tidak lain semata-matasebagai bentuk strategi untuk dijadikan alat penawaran yang ingin ditukar dengan bantuan ekonomi dari Amerika Serikat. Hal ini dilakukan pasca pemberhentian supply makanan yang dilakukan oleh Amerika Serikat serta pembekuan bank perdagangan internasional Korea Utara pada tahun 2013. Alasan uji coba rudal ini juga ditujukan untuk memperoleh bargaining position Korea utara di dunia internasional.(Septia, 2015) Tidak hanya sebagai alat penawaran agar mendapat simpati dari Amerika Serikat maupun dunia Internasional, Kim 5 Jong-Un juga ingin menunjukan kepada masyarakat Korea Utara bahwa orang nomor satu di Negaranya sebagai penerus dinasti Kim, Kim Jong-Un ingin mendapatkan simpatik dari masyaraktnya bahwa dirinya merupakan seorang pemimpin yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan. B. KEKEJAMAN KIM JONG-UN TERHADAP POLITIK LUAR NEGERINYA Kekejaman yang ingin ditunjukan oleh Presiden muda Korea Utara ini tidak hanya dalam program nuklirnya saja, kepemimpinan Kim Jong-Un yang melampaui batas juga membuktikan sikap arogan dan kejam yang ada pada dirinya. Hal tersebut dapat kita tinjau melalui kepemimpinan Kim Jong-Un yang telah memecahkan rekor ayahnya sebagai diktator paling brutal. Dalam beberapa tahun pertama jabatannya Kim Jong-Un telah banyak mengeksekusi pejabat tinggi Korea Utara. Korea Utara, sebuah negara otoriter yang diperintah oleh keluarga Kim sejak didirikan pada tahun 1948, sangat merahasiakan kinerja pemerintahannya. Informasi yang dikumpulkan oleh pihak luar sering kali sulit untuk dikonfirmasi kebenarannya. Penghapusan pejabat tertinggi di Korea Utara yang dianggap tidak sejalan dengan pemerintahnya sudah lama dilakukan sejak dahulu. Namun, pada masa pemerintahan Kim Jong-Un, dirinya telah menghukum mati pejabat tinggi sebanyak 70sejak berkuasa di tahun 2011. (Sandy, 2015) Eksekusi pejabat tinggi Korea Utara yang telah dilakukan oleh Kim JongUn menjadikan teror bagi masyarakat Korea Utara dan mempengaruhi serta memutuskan mereka untuk membelot bekerja di luar negeri, khusunya di Korea Selatan. Sejak meneruskan kepemimpinan ayahnya, Kim Jong-Un juga telah 6 melengserkan sejumlah penjaga yang dianggap sudah tua. Bahkan ditahun 2013, Kim Jong-Un dengan teganya mengeksekusi pamannya sendiri lantaran mengkhianati kekuasaanya. Tidak hanya pamannya, Kim Jong-Un juga memerintahkan untuk mengeksekusi Menteri Pertahanan Hyon Yong Chol, dikabarkan Menteri tersebut dieksekusi dengan menggunakan senjata anti pesawat hanya karena sering membantah kalimat Kim dan tertidur di acara parade militer. (Mujiraharja, 2015) Lewat beberapa bulan mengeksekusi Menteri Pertahanan, Pemimpin tertinggi Korea Utara ini kembali mengeksekusi pejabat tingginya. Kali ini yang menjadi korban adalah Wakil Perdana Menteri, Choe Yong Gon yang berumur 63 tahun. Alasan Kim Jong-Un mengeksekusi pejabat tinggi ini lantaran dia tidak sepakat dengan kebijakan pemimpin berusia 30 tahunan itu mengenai isu kehutanan, dan kinerjanya yang semakin memburuk menurut Kim Jong-Un. Tindakan Eksekusi yang dipilih Kim Jong-Un lantaran untuk menunjukkan kepemimpinannya yang tegas dimata masyarakat dan juga Internasional. Kim Jong-Un juga berharap bisa memberikan contoh bagi pejabat lain jika ada yang berani membantahnya.(Dewi, 2015) Dibawah kepemimpinan Kim Jong-Un, Korea Utara terkenal menjadi Negara paling sadis di dunia. Berbagai tindakan pelanggaran hukum, entah terbukti atau tidak, kerap berujung pada hukuman mati. Korbannya termasuk para pejabat tinggi bahkan anggota keluarga sang diktator. Kasus kematian Wakil Perdana Menteri yang dieksekusi menghebohkan dunia Internasional, karena eksekusi yang dilakukan terhadap Perdana Menteri tersebut tergolong sadis karena diduga menggunakan senjata jenis Anti-aircraft Gun (AAG) ZPU-4. 7 Karena tertidur selama mengikuti pertemuan militer dan sering mengeluh kepada Kim Jong-Un, maka Perdana Menteri tersebut mendapatkan hukuman eksekusi. Ironisnya, eksekusi dilakukan di Akademi Militer Kang Kong, Pyongyang dan disaksikan ribuan orang, terutama para tentara Korut. Metode eksekusi terhadap Hyong berbeda dengan kebanyakan eksekusi yang dilakukan sebelumnya. Selain ditembak dengan menggunakan AAG ZPU-4, dengan jarak yang diambil hanya sekitar 30 meter (100 kaki). Beberapa kalangan menduga jasad Hyong sampai tidak bisa dikenali. Hong Hyung-ik, ketua riset Korsel di Institut Sejong, mengatakan bahwa metode eksekusi yang dilakukan Korut tidak manusiawi. (SINDONEWS.COM, 2015)Dengan menggunakan tembakan senjata AAG ZPU-4, tubuh Hyong dipastikan hancur. Selepas ditembak dengan AAG, sulit untuk mengenali jasad orang yang menjadi sasaran ke brutalan Kim JongUn. Hal tersebut benar- benar mengerikan, senjata itu pasti telah merobek semua dagingnya,” ujar Hyung-ik, dikutip melalui Dailymail. Para kritikus internasional menyebutkan metode eksekusi brutal ini digunakan sang penguasa untuk menekan rakyatnya. Dampak dari kekejaman Kim Jong-Un yang telah mengeksekusi pejabatpejabat tinggi Korea Utara dan penekanan untuk rakyatnya menjadikan Pyongyang memiliki stabilitas politik yang kuat. Pada tahun ini, ada sekitar 15 pejabat senior dihukum mati karena menantang otoritasnya. Michael Madden, ahli kepemimpinan negara yang menjadi analis blog tentang Korea Utara berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa jajaran tinggi dan menengah Korea Utara sepertinya tidak menghormati kepemimpinan Kim Jong- 8 Un. Meski demikian, saat ini tidak ada tanda-tanda stabilitas rezim atau kepemimpinan Kim Jong-Un dalam bahaya. Namun jika eksekusi seperti ini terus berlanjut sampai tahun depan, kami akan merevisi skenario yang mungkin terjadi di Korut,” ujar Madden. Tidak hanya pejabat, rakyat biasa, keturunan berdarah birupun tak lepas dari keganasan kepemimpinan Kim Jong-Un. Pada tahun 2013, Kim Jong-Un mengeksekusi pamannya Jang Song-thaek, yang dituduh merusak ekonomi negara dengan cara ditembak. Berikutnya, Kim Kyong-hui, bibi Jong-un sekaligus istri Thaek juga diduga dibunuh dengan racun karena mengeluh mengenai kematian suaminya. Sebagian besar pelaku yang dieksekusi melakukan kejahatan yang ambigu. Tidak jelas kejahatan apa saja yang bisa dihadapkan pada hukuman mati, kata Michelle Kissenkoetter, direktur Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia (FIDH) Asia. Kissenkoetter menambahkan kembali, sistem pengadilan di Korea Utara tidak transparan. Tersangka tidak diberi kesempatan untuk menjalani sidang yang adil. Sependapat dengan Kissenkoetter, Sokeel Park, yang sering berinteraksi dengan warga Korea Utara yang melarikan diri, mengatakan “bahwa penyelewengan praktik hukum sering terjadi pada pemerintahan Korea Utara. Sepertinya hukum yang diterapkan di Korea Utara lebih kejam dibanding negara mana pun di dunia ini,” ujar Park. (SINDONEWS.COM, 2015)Padahal, pada tahun 2007, pengadilan di Korea Utara telah menyatakan baru akan menjatuhkan hukuman mati jika kejahatan yang dilakukan sangat serius. Namun, menurut Kissenkoetter, hidup di Korea Utara akan aman jika kita tunduk, patuh, dan tidak pernah mengeluh. Bagaimanapun di Korea Utara, tuduhan sederhana dari anggota 9 keluarga atau orang yang Anda kenal saja bisa membuat Anda didakwa dengan sebuah kejahatan dan bisa divonis hukuman mati. FIDH melawan semua bentuk hukuman mati dalam situasi apa pun. Kami meminta Korea Utara agar mengakhiri hukuman mati,” tandas Kissenkoetter. Dalam banyak kasus eksekusi mati, pelaku awalnya akan diseret ke meja hijau untuk kejahatan yang dianggap standar, meski sebagian pengkritik menilai jalannya sidang hanya formalitas. Hak pelaku yang bisa membela diri dari sudut pandang dirinya sendiri terkadang juga dilanggar oleh negara. Korea Utara sebagai sebuah negara berdaulat dikatakan memiliki sistem pengambilan keputusan terhadap suatu kebijakan yang unik karena menempatkan individu pemimpin tertinggi sebagai aktor yang paling mempengaruhi proses tersebut. Sebagai pemimpin baru Kim Jong-Un telah menjadi sorotan dunia internasional karena kekejamannya, tindakan eksekusi yang menyebabkan banyak korban dan tekanan bagi rakyat Korea Utara merupakan bukti atas kekejaman dan kediktatoran yang dilakukan Kim Jong-Un pada masa pemerintahannya. Pemerintahan Pyongyang dikenal sebagai rejim komunis yang masih mempertahankan cara-cara teror untuk berkuasa. Dalam sebuah laporan kepada PBB, Marzuki Darusman merupakan mantan Jaksa Agung RI, Ketua Komnas HAM, dan mulai ikut dalam tim penyelidik PBB untuk kasus pembunuhan Benazir Bhutto dan pelanggaran HAM di Srilanka semasa perang saudara. Belakangan menjadi Pelapor Khusus PBB untuk Korea Utara, tokoh dari Indonesia ini sejak 2010 telah memantau Korea Utara dan menjadi pelopor khusus PBB, Marzuki menyebut pemerintah Korea Utara telah melakukan 10 penyiksaan, penahanan sewenang-wenang dan merampas jatah makanan penduduk.Marzuki juga menyoroti kamp-kamp penjara yang diperkirakan menahan sekitar 200 ribu tahanan politik, termasuk anak-anak yang lahir di penjara karena orang tua mereka ditahan. Marzuki kembali mengungkapkan kediktatoran yang dilakukan oleh Kim Jong-Un, dia mengatakan bahwa dirinya telah menemukan sembilan jenis pelanggaran, antara lain: penyiksaan, penghilangan paksa, penahanan semenamena dan diskriminasi. Penyiksaan adalah bagian keseharian, itu adalah bagian dari sistem. Mereka yang dihukum kerja paksa di pertambangan atau pertanian dalam kondisi sangat mengenaskan dan tingkat kematian sangat tinggi karena kekurangan gizi dan kelaparan. Mereka yang dikirim kerja paksa bukan hanya para pelarian, tapi juga anggota keluarganya. Ada ratusan ribu orang dikirim ke kamp konsentrasi. Keseluruhan sistem tata negara Korea Utara dibangun atas dasar pengingkaran hak asasi rakyatnya, kecuali untuk satu golongan elit inti yang dipilih oleh rejim. Golongan elit tersebut seperti anggota partai, tentara, pemerintahan dan para ilmuwan. Segala kemudahan dan kehidupan berlimpah dinikmati golongan elit ini. Terutama keluarga pimpinan (Keluarga Kim Jong-Un) yang menikmati kemudahan akses pendidikan serta pekerjaan di pemerintahan, partai atau militer merupakan golongan elit yang paling dipercaya rejim. Golongan kedua adalah golongan peragu: keturunan tuan tanah pada masa penjajahan Jepang yang hingga kini masih diawasi gerak-geriknya. Para keturunan ini harus menanggung beban politik yang dibawa orang tua dan pendahulu mereka sebagai tuan tanah pada masa kolonialisme. Kelompok terakhir 11 disebut kelompok musuh yakni para petani dan pekerja.(DW.com made for minds, 2013) Penderitaan yang paling mengenaskan dirasakan oleh kelompok terakhir yang dianggap musuh oleh Kim Jong-Un, Murzaki kembali mengatakan bahwa kelompok terakhir hidup mereka bergantung penuh dari kemurahan hati dari Negara melalui sistem distribusi makanan atau kebutuhan hidup lainnya. Tak ada satu kebutuhan hidup yang tidak dikuasai oleh Negara. Kini sistem pembagian makanan mengalami kemacetan, karena tidak ada yang bisa dibagikan. Dalam situasi ini, yang paling menanggung akibat adalah para orang tua, perempuan dan anak-anak karena mereka kaum paling lemah dari golongan petani dan pekerja, yang ada dalam posisi anak tangga paling bawah. Jadi kalau mau digambarkan, ini adalah sebuah sistem apartheid (Sistem Pemisahan Ras)modern ungkapnya. Pada masa pemerintahan Presiden Kim Jong-Un, sistem perekonomian di Korea Utara sangat memprihatinkan. Belakangan ini ada tanda-tanda munculnya sistem paralel, yakni sistem ekonomi pasar, di mana terjadi tukar menukar hasil tanaman di halaman belakang rumah para petani kecil. Ini terjadi di mana-mana dan tidak bisa ditahan oleh rejim, meski pasar adalah hal terlarang. Semakin luas pasar ini berkembang, menunjukkan bahwa kondisi semakin buruk, karena artinya negara tidak mampu lagi mengurusi rakyat. Kondisi hak asasi manusia juga memburuk jika kita ukur dari jumlah pelarian yang meningkat serta laporan mengenai kondisi di kamp-kamp penahanan.(VOC Indonesia, 2016) 12 Eksekusi mati, kamp kerja paksa, kisah-kisah mengerikan perlakuan dari pemerintah tertinggi, orang dipaksa menjadi kanibal, kerap terdengar dari Negara Korea Utara, sebuah negeri yang paling menutup diri di muka Bumi. Penyiksaan dan penyalahgunaan terhadap rakyat Korea Utara menguak berita mengenai pemerintahan yang brutal yang tak ada bandingnya di dunia kontemporer ini. Pemimpin baru Korea Utara Kim Jong-Un menggunakan penyiksaan, pembunuhan, perbudakan, kekerasan,seksual, kelaparan massal, dan pelanggaran lainnya sebagai alat untuk menopang negara dan meneror warganya agar tunduk kepadanya. Kembali lagi kepada ideologi Jucheyang telah ditanamkan sejak pemerintahan Kim Il-Sung, warga Korea Utara tidak dapat bertindak dan hanya menuruti segala yang diperintahkan oleh Pemimpin mereka. Keadaan Korea Utara saat ini semakin memburuk pasca pemerintahan Kim Jong-Un. Namun, tidak dapat kita pungkiri, meskipun telah banyak mengeksekusi pejabat tinggi Korea Utara, memberikan banyak penderitaan terhadap rakyatnya, Kim Jong-Un tetap masih disegani dan disayangi oleh rakyatnya. Disetiap kegiatan yang dihadirinya selalu saja ada yang menangis sambil mengangkat kedua tangannya keatas seolah-olah tidak rela pertemuan itu akan berakhir. Tidak hanya Ibu-ibu, anak-anak, bahkan para bapak-bapak tidak segan menangis jika Kim Jong-Un beranjak pergi usai kunjungannya. Sungguh pemimpin yang penuh dengan kontroversial ini begitu sangat dicintai oleh rakyatnya. Sekalipun dunia internasional banyak mengecamnya, tapi sepertinya tidak mempengaruhi pola pikir rakyat Korea Utara terhadap pemimpinnya itu. (Wordpress.com, 2013) 13 Masyarakat dunia Internasional menggambarkan kepemimpinan Negara Korea Utara saat ini, sebagai pemimpin yang brutal, tidak bijak, aneh, dan tidak masuk akal. Beberapa alasan-alasan yang dikemukan oleh masyarakat Internasional mengenai kediktatoran Kim Jong-Un yang telah dibuktikan. Organisasi pangan dunia juga memperkirakan bahwa 6 juta dari 25 juta rakyat Korea Utara membutuhkan bantuan pangan karena kekurangan gizi yang parah. Krisis ekonomi yang melanda Negara Korea Utara memberikan penderitaan yang sangat parah bagi masyarakatnya. Kim Jong-Un pemimpin Korea Utara dengan segala kediktatorannya juga memberikan kegiatan sehari-hari kepada rakyatnya yang aneh dan akhirnya berujung eksekusi. Sehingga segala aktivitas rakyat Korea Utara sangat dibatasi, seperti dalam menonton televisi, masyarakat Korea Utara hanya boleh menonton acara propaganda yang dilakukan oleh Negaranya. (Winarto, 2015) Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus dan mengatur orang lain. Namun, melihat dari berbagai tindakan yang telah dilakukan oleh Presiden Kim Jong-Un, dibawah kepemimpinanya Kim Jong-Un ingin membuktikan bahwa dirinya merupakan pemimpin muda yang perlu disegani. Dengan membawa perubahan baik eksternal maupun internal bagi Korea Utara dengan melakukan reformasi dalam negeri maupun keterbukannya dengan internasional. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai tindakan Kim Jong-Un dengan mengembangkan program nuklir meneruskan kebijakan dari pemerintah sebelumnya mengenai Military First, anggapan Presiden baru dan tergolong masih muda ini bahwa dengan dapat 14 mengembangkan nuklirnya, maka dia dapat menunjukan kepada dunia bahwa dirinya mampu memegang tanggung jawab sebagai sosok pemimpin bagi Korea Utara. Dan agar rakyat Korea Utara mengetahui bahwa dirinya layak untuk disegani, dengan berusaha keras membela Negaranya. Namun, karena program nuklir yang terus dikembangkannya Kim Jong-Un lupa akan kebutuhan sandang pangan masyarakat Korea Utara. Sehingga dampaknya mengakibatkan Korea Utara mengalami krisi makanan, kelaparan dan kemiskinan dimana-mana. Dan yang lebih mengejutkan kembali, Kim Jong-Un tidak menghiraukan keadaan tersebut. Bahkan Kim Jong-Un lebih menunjukan sikap agresifnya, emosionalnya dengan banyak mengeksekusi pejabat-pejabat tinggi Korea Utara, masyarakat, keluarga yang dianggapnya melanggar hukum dan tidak menyetujui pemerintahannya. Hal tersebut dilakukannya dengan tujuan memberi peringatan kepada rakyatnya untuk tunduk kepadanya dan membuktikan kepada dunia internasional akan ketegasannya dalam memimpin. Sebagai Pemimpin baru yang tergolong masih muda, tindakan yang dilakukan oleh Kim Jong-Un mengembangkan program nuklir atau Military Firstsebagai bentuk strategi untuk menunjukan kepada Internasional, bahwa dirinya mampu mengahadapi musuh-musuh Negaranya. Dengan persediaan nuklir yang dimilikinya Kim Jong-Un merasa dirinya dapat menangani segala permasalahan dengan Negara-negara lain, dapat membuat khawatir seluru dunia. Kekejamannya dalam memimpin Korea Utara dengan cara mengeksekusi pejabatpejabat tinggi atau dengan mengusirnya, dilakukannya juga untuk memberi peringatan terhadap dunia dan rakyatnya bahwa Kim Jong-Un pemimpin yang 15 tegas bertanggungjawab dan patut untuk disegani dan untuk menghilangkan kekhawatiran tentang kemampuannya dalam memerintah. . 16