GAMBARAN PENGETAHUAN CARA MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Raditya Titis Widowati¹), Ari Andayani²), Eti Salafas³) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN CARA MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG. Memandikan bayi memiliki tantangan tersendiri bagi para orang tua terutama bila mereka baru pertama kali mempunyai seorang bayi. Tidak sedikit dari mereka yang tidak mengetahui bagaimana cara memandikan bayi yang benar sehingga mereka menyerahkan semua urusan memandikan bayi kepada pengasuh bayi atau kepada neneknya. Padahal saat mandi merupakan saat yang tepat untuk mencurahkan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan ibu postpartum primipara tentang cara memandikan bayi baru lahir. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum primipara yaitu sebanyak 27 orang. Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 27 orang, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sample jenuh. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuisioner yang terdiri dari 18 pertanyaan tentang gambaran pengetahuan ibu nifas primipara cara memandikasn bayi baru lahir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 18 responden (66,7%), dimana terdapat kasus 5 bayi (25%) mengalami infeksi kulit. Dengan hasil penelitian tersebut diharapkan responden lebih meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan bayi baru lahir, dengan adanya peran serta dan kerjasama dari tenaga medis dan tim kesehatan lainnya dalam memberikan informasi yang tepat, akurat, serta berkesinambungan melalui penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu nifas, agar mereka mengerti tentang bagaimana perawatan bayi baru lahir khususnya cara memandikan bayi baru lahir. Kata kunci Referensi : Pengetahuan, Ibu Nifas, Primipara : 21 (2005-2011) Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 1 Raditya Titis Widowati¹), Ari Andayani²), Eti Salafas³) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRACT THE DESCRIPTION OFNEWBORN BATHING TECHNIQUE KNOWLEDGE ON PRIMIPARAPOST PARTUM MOTHER AT TENGARAN HEALTH CENTRE SEMARANG REGENCY. Bhate the babies has a challenge for parents, especially if they have baby for the first time. A lot of hem don’t know how to bathing baby correctly so they give all of about bathing baby to the baby sister or grandmother. Where as when take a bath is right time to pour all of parents love to their baby. The purpose of this study is to knowthe description of primipara postpatum mother’s knowledge about baby bath tehnique. The study’s design used descriptive. Population of this study were all of primipara postpartum mothers as many as 27 mothers, sample were 27 respondents, and technique sampling with total sampling. This study was implemented in july 2013. The instrument of this study was quessioners with 18 questions about the description of primipara postpatum mother’s knowledge about baby bath tehnique. The result of this study showed that most of respondents namely 18 respondent (66,7%) have enough knowledge. From that result, respondents are expected to increase their knowledge about the baby’s care with medical personal’s participation and other medical teams to give right information, accurate, and sustainable with counseling to pregnant and postpartum mothers so they understand who to care baby especially baby bath technique Keywords : Knowledge, Postpartum Mothers, Primipara. Bibliography : 21 (2005-2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Kelahiran bayi sangat diharapkan bagi kaum ibu. Apalagi ibu yang pertama kali melahirkan. Setiap ibu yang menatap wajah bayi pertama kali setelah lahir didunia akan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa ternilai harganya. Semua orang menginginkan bayi dapat tumbuh dengan sehat, untuk mendapatkan bayi sehat diperlukan perawatan menyeluruh seperti halnya memandikan. Tubuh bayi mengalami sejumlah adaptasi psikologik, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Sari, 2011). Saat ini ilmu semakin berkembang. Dahulu bayi yang baru lahir biasanya langsung dimandikan, baik itu oleh bidan maupun dukun beranak. Namun saat ini sudah berubah, sekarang bayi baru lahir baru dimandikan enam jam dari waktu kelahirannya atau setelah suhu tubuhnya stabil. Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan bayi yang berlumuran darah, lendir, mekonium atau kotoran bayi yang warnanya hitam kental, air ketuban, dan lemak berwarna putih yang kelihatan sangat menjijikkan (Sarwono, 2005). Bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dimandikan walaupun dengan air hangat, karena belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Bayi akan mudah kehilangan panas dan bisa terjadi hipotermi apabila terlalu lama melakukan kontak dengan udara secara langsung tanpa menggunakan alat pelindung. Hipotermi merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 2 pada neonatal, sekitar 7% bayi baru lahir angka kematian bayi sebesar 118 dari 21,17/1000 kelahiran hidup. Saat ini telah dikembangkan tindakan untuk mencegah hipotermi pada neonatal (bayi) yaitu dengan menunda memandikan bayi sampai suhu tubuh stabil (Dinkes, 2010). Disamping itu infeksi neonatorum pada saluran pernafasan juga merupakan salah satu penyebab dari memandikan yang tidak bersih sekitar 11,56% – 49,9% merupakan kematian bayi karena infeksi tersebut. Jika bayi dibasahi dengan air, maka panas yang ada dalam tubuhnya akan terambil sehingga suhu tubuhnya akan turun drastis. Jika bayi yang baru lahir kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir dalam tubuh yang berfungsi membawa oksigen keseluruh tubuhnya akan berkurang. Bukan hanya itu, akibat kekurangan oksigen tersebut maka beberapa sel-sel tubuh akan mengalami kerusakan, terutama sel-sel di daerah otak yang sensitif. Memandikan bayi pada umumnya dilakukan pada jam 10 pagi terutama untuk bayi yang masih kecil. Dalam mingu-minggu pertama bayi cukup mandi sehari satu kali di pagi hari. Temperatur panas air kita ukur dengan mengira-ngira menggunakan siku-siku tangan kita (Prawirohardjo, 2005). Begitu juga perlengkapan bayi khusus dari bahan yang lembut agar tidak terjadi infeksi disamping itu bayi juga sangat sensitif. Memandikan bayi merupakan alat komunikasi antara orang tua dengan bayi, karena saat mandi orang tua biasanya melakukan sentuhan, usapan dan bicara langsung walaupun bayi tidak mengerti arti ucapan tersebut. Jarang ditemui bayi yang takut air, sebab air bagi bayi sudah merupakan hal yang biasa, bayi sewaktu masih janin sudah merupakan hal yang biasa. Bayi sewaktu masih janin sudah berenang dengan ketuban dalam kandungan. Itulah sebabnya jika kita membatasi bayi bermain dengan air pada saat memandikan bayi akan menangis (Sari, 2011). Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan karena kondisi tali pusat yang masih basah selain itu ibu juga takut akan terjadi infeksi karena kondisi tali pusat yang masih basah, di tambah lagi dengan kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit jika ibu bersalin post Sectio Secaria atau terlalu lama dalam menjalankan proses persalinan. Namun jika mereka mengetahui pedoman memandikan bayi karena sebelumnya sudah pernah memiliki anak maka hal itu bukanlah pekerjaan yang berat terkadang ibu nifas menyerahkan anaknya pada baby sister, pembantu atau kepada orang tuanya untuk memandikan sang bayi. Berdasarkan data yang didapat di Desa Cukil Kecamatan Tengaran bulan Oktober 2012 ibu melahirkan sebanyak 35 orang. Berdasarkan hasil wawancara sementara terhadap 12 ibu nifas yang mempunyai bayi baru lahir umur 0 – 28 hari di Desa Cukil Kecamatan Tengaran pada bulan oktober 2012 didapatkan data 9 orang ibu nifas (75%) pengetahuannya kurang dalam memandikan bayi dan 3 orang ibu nifas (25%) pengetahuannya baik dalam memandikan bayinya. Diketahui semuanya tidak bisa cara memandikan bayi dengan benar dan bahkan bisa dikatakan 50% ibu nifas yang ada dilahan menyerahkan bayinya untuk dimandikan atau dirawat oleh dukun bayi, orang tua, nenek, dan atau mertuanya. Dan disini ternyata juga terdapat kasus masih banyak bayi yang mengalami infeksi kulit dari 12 bayi ibu, berdasarkan survei di lahan berdasarkan hasil observasi ada 5 bayi (25%), terdapat bintikbintik disekitar leher, kulit mengelupas, lecet memerah di lipatan paha, dan bintik-bintik disekitar bikong bayi.Hal ini disebabkan karena bayi tidak dimandikan hanya dilap saja tidak diperhatikan kebersihan pada lipatanlipatan organ bayi yang terjadi infeksi seperti di leher, ketiak, bokong dan lain-lain yang mana daerah tersebut sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh jamur. Berdasarkan masalah tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang”. Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 3 METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif tentang gambaran pengetahuan cara memandikan bayi baru lahir dengan pengambilan data menggunakan kuisioner. Penelitian sudah dilaksanakan pada bulan Juli 2013 dengan jumlah populasi berjumlah 27 ibu nifas primipara di wilayah kerja Puskesmas Tengaran. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 27 ibu nifas primipara yang memenuhi kriteria inklusi dan sampelnya tersebut dapat mewakili semua populasi. Penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling atau Sampel Jenuh, di wilayah kerja Puskesmas Tengaran secara door to door. Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesionerterdiri dari 20 pertanyaan tentang gambaran pengetahuan ibu nifas primipara tentang menandikan bayi yang benar. Analisa data penelitian ini menggunakan analisi univariat untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Analisa ini menggambarkan tiap-tiap variable dengan menggunakan distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian menggunakan analisa univariat. Analisis Univariat digunakan untuk membuat gambaran tentang pengetahuan responden tentang memandikan bayi, dimana hasilnya disajikan berikut ini. Tabel 1 Distribusi frekuensi umur responden di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran. Umur (tahun) <20 20-35 >35 Total Frekuensi 6 20 1 27 Presentase (%) 22,2% 74,1% 3,7% 100,0 Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa responden sebagian besar berumur 20-35 tahun yakni, 20 responden (74,1%), dan paling sedikit berumur >35 tahun yakni, 1 responden (3,7%). Tabel 2 Distribusi frekuensi pendidikan responden di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran. Pendidikan PT SMA SMP SD Total Frekuensi 3 13 8 3 27 Presentase 11,1% 48,1% 29,6% 11,1% 100,0 Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa responden sebagian besar berpendidikan SMA yakni, 13 responden (48,1%), dan sebagian kecil berpendidikan SD yakni, 3 responden (11,1%). Tabel 3. Distribusi frekuensi pengalaman responden di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran. Pengalaman Pernah Tidak pernah Total Frekuensi 6 21 27 Presentase 22,2% 77,8% 100,0 Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa responden sebagian besar tidak pernah punya pengalaman yakni, 21 responden (77,8%), dan sebagian kecil pernah punya pengalaman yakni, 6 responden (22,2%). Tabel 4 Distribusi frekuensi sumber informasi responden di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Sumber informasi Tidak ada Orang lain Total Frekuensi Persentase 20 7 27 74,1% 25,9% 100,0 Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa responden sebagian besar tidak ada sumber informasi yakni, 20 responden (74,1%), dan sebagian kecil mendapat informasi dari orang lain yakni, 7 responden (25,9%). Tabel 5 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu nifas primipara secara umum Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Frekuensi 1 18 8 27 Persen 3,7 66,7 29,6 100,0 4 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang memandikan bayi baru lahir yaitu dengan pengetahuan baik sebanyak 1 responden (3,7%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (66,7%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 8 responden (29,6%). Tabel 6 Distribusi frekuensi hasil jawaban kuisioner responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Pertanyaan Mandi membersihkan tubuh dengan air Memandikan bayi hanya di bagian yang kotor saja Memandikan bisa mengurangi resiko infeksi Tujuan memandikan bayi menjaga kebersihan, member rasa segar, dan member rangsangan pada kulit bayi setelah dimandikan bayi akan lebih nyaman dan mudah tidur Mandi bisa membuat bayi rewel dan tidak bisa tidur Bayi kurang dari 6 jam boleh dimandikan Kebutuhan mandi bayi harus didekatkan dengan jangkauan kita Air untuk memandikan dengan suhu suamsuam kuku Bayi boleh diamndikan di ruangan terbuka atau ber AC Bayi kedinginan boleh dimandikan Bayi boleh diamndikan jika kondisi sehat Kassa steril merupakan untuk membungkus tali pusat Membersihkan alat kelamin pada bayi dari arah depan ke belakang Tali pusat di bungkus dengan kassa betadine Saat mandi tidak perlu memperhatikan daerah lipatan-lipatan bayi Membersihkan mata dengan menggunakan kapas yang direndam air matang Cara memegang bayi saat dimandikan dengan tangan berada diantara ketiak dan lengan, kemudian tangan menyangga kepala Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang memandikan bayi baru lahir yaitu dengan pengetahuan baik sebanyak 1 responden (3,7%), pengetahuan cukup sebanyak 18 responden (66,7%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 8 responden (29,6%). Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu nifas primipara tentang memandikan bayi didapatkan bahwa sebagian besar responden Frekuensi Benar Salah 23 (85,2%) 4 (14,8%) 21 (77,8%) 6 (22,2%) Total 27 (100%) 27 (100%) 16 (59,3%) 26 (96,3%) 11 (40,7%) 1 (3,7%) 27 (100%) 27 (100%) 6 (22,2%) 21 (77,8%) 27 (100%) 17 (63,0%) 10 (37,0%) 27 (100%) 10 (37,0%) 18 (66,7%) 17 (63,0%) 9 (33,3%) 27 (100%) 27 (100%) 17 (63,0%) 10 (37,0%) 27 (100%) 16 (59,3%) 11 (40,7%) 27 (100%) 4 (14,8%) 23 (85,2%) 17 (63,0%) 23 (85,2%) 4 (14,8%) 10 (37,0%) 27 (100%) 27 (100%) 27 (100%) 14 (51,9%) 13 (48,1%) 27 (100%) 20 (74,1%) 16 (59,3%) 7 (25,9%) 11 (40,7%) 27 (100%) 27 (100%) 11 (40,7%) 16 (59,3%) 27 (100%) 19 (70,4%) 8 (29,6%) 27 (100%) dengan tingkat pengetahuan cukup, yaitu sejumlah 18 responden (66,7%). Kurangnya pengetahuan tentang memandikan bayi, disebabkan karena kurangnya minat pada ibu untuk bisa merawat bayinya di usia dini 0-28 hari dalam hal memandikan bayi. Sebagian besar ibu setelah melahirkan langsung menyerahkan untuk perawatan bayinya kepada orang lain, misalnya nenek, dukun, atau babysister. Dengan tidak adanya minat Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 5 ibu sehingga ibu juga tidak berusaha mencari informasi tentang memandikan bayi, dan kalaupun pernah mendapatkan dan mendengarnya, mereka cenderung mengabaikan informasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dari jawaban pertanyaan tentang pengertian memandikan bayi yaitu memandikan bayi adalah membersihkan tubuh dengan air, didapatkan bahwa sebagian besar responden bisa menjawab benar, yaitu sejumlah 23 responden (85,2%). Responden sudah mengetahui pemahaman tentang memandikan bayi bahwa mandi merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus diperhatikan perawatannya untuk mencegah suatu infeksi. Disamping itu masih banyak responden menjawab dengan salah yaitu tentang pertanyaan bahwa memandikan bayi hanya membersihkan bagian yang kotor saja sebanyak 6 responden (22,2%). Menurut Medise (2011), mandi merupakan kebutuhan pokok bayi yang harus diperhatikan yang harus harus dilakukan secara rutin.Kulit bayi yang masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi sehingga kebersihan kulit harus senantiasa dijaga.Hal ini kemungkinan bisa dipengaruhi oleh sumber informasi yang didapat oleh responden.Hal ini terbukti pada penelitian sebagian besar responden mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 7 responden (25,9%). Selain pengertian berdasarkan penelitian masih banyaknya ibu yang menjawab pertanyaan mengenai tujuan memandikan bayi bisa mengurangi resiko terjadi infeksi tali pusat sebanyak 11 responden (40,7%) salah. Responden beranggapan bahwa dalam memandikan bayi tidak terfokus pada perawatan tali pusat. Padahal menurut Sari (2011), mandi merupakan perawatan menyuluruh yang diberikan pada bayi dan harus dilakukan sehari-hari untuk mengurangi terjadinya infeksi.Apalagi pada bayi yang baru berusia 0-7 hari dengan keadaan tali pusat yang masih basah sehingga memicu bakteri masuk dan mengakibatkan infeksi karena kurang terjaganya kebersihan atau bahkan disebabkan karena dalam memandikan tali pusat tidak dibersihkan dengan benar. Dalam hal ini berdasarkan penelitian reponden memiliki pengetahuan yang kurang sebnayak 21 responden (52,5%). Responden tidak mengetahui karena mereka beranggapan bahwa jika bayi dimandikan bayi akan menjadi rewel, merasa kedinginan, dan tidak bisa tidur. Pertanyaan tentang waktu memandikan bayi responden paling banyak menjawab salah, yaitu sejumlah 17 responden (63,0%), hal ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh presepsi bahwa pada saat bayi kenyang boleh dimandikan dan masih ada dilakukannya memandikan bayi baru lahir sebelem 6 jam. Pada waktu penelitian beberapa ibu nifas masih beranggapan bahwa bayi yang setelah kenyang kemudian dimandikan maka akan merasa tenang dan nyaman. Padahal sebaliknya memandikan bayi setelah bayi merasa kenyang akan menyebabkan bayi muntah. Menurut Sari (2011), bayi baru lahir tidak harus dimandikan segera setelah lahir hal ini bisa mengakibatkan bayi mengalami kehilangan panas. Waktu yang dilakukan memandikan bayi yaitu jika bayi sudah berusia lebih dari 624 jam. Untuk minimal memandikan bayi dipagi hari yaitu mulai antara jam 9-10 pagi dimana suhu udara tidak terlalu dingin,sehingga bayi tidak kedinginan. Berdasarkan penilitian ibu nifas primipara tentang pertanyaan persiapan memandikan bayi bahwa bayi boleh dimandikan ruangan ber AC dan terbuka, responden paling banyak dalam menjawab salah yakni 11 responden (40,7%). Menurut Supriatna (2010), memandikan bayi sebaikknya didalam suhu ruangan yang tertutup dan dengan suhu ruangan yang cukup hangat (20-25ºC) karena untuk mengurangi Pertanyaan tentang perlengkapan memandikan bayi yakni kassa betadine boleh digunakan untuk perawatan tali pusat, responden paling banyak dalam menjawab salah, yaitu 23 responden (85,2%). Menurut Pudjiati (2011), saat ini betadine dan alkohol sudah tidak boleh digunakan dalam perawatan bayi baru lahir, apalagi digunakan untuk merawat tali pusat setelah dimandikan. Hal tersebut bisa membuat infeksi pada tali pusat, dalam perawatan hal ini hanya digunakan kassa steril saja agar kondisi tali pusat tidak basah terus dan kotor.Hal ini dipengaruhi Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 6 adanya sosial budaya lingkungan/kepercayaan. Namun, jika responden memiliki pengetahuan dan menerima informasi yang tepat dari nakes ibu bisa melarang dukun untuk memberikan hal tersebut.Hal ini terbukti pada saat dilakukan penelitian mengenai pengetahuan tentang persiapan memandikan bayi responden memiliki pengetahuan kurang. Masih banyaknya responden yang menjawab pertanyaan salah tentang kondisi bayi yang baru lahir/terjadi komplikasi boleh dimandikan, yakni sebanyak 10 responden (37,0%), hal ini bisa dipengaruhi oleh mereka berfikir bahwa bayi yang baru saja lahir banyak berlumuran darah sehingga perlu langsung dimandikan agar bayi merasa nyaman, sedangkan menurut Prawirohardjo (2005), sebaiknya bayi dimandikan pada waktu berumur 6 jam oleh sebab pada waktu itu keadaan bayi dianggap sudah mulai stabil dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya sudah optimal. Berdasarkan penilitian ibu nifas primipara tentang pertanyaan persiapan memandikan bayi responden bisa menjawab benar yaitu 11 responden (40,7%) dan yang menjawab salah sebanyak 16 responden (59,2%), hal ini dipengaruhi karena belum adanya atau kurangnya pengalaman ibu dalam memandikan bayi. Untuk prosedur membersihkan alat kelamin bayi diketahui dari hasil penelitian banyak ibu yang tidak mengetahui sebanyak 13 responden (26,0%), untuk membersihkan alat kelamin pada bayi harus dilakukan dengan menggunakan kapas halus. Dimana untuk bayi perempuan membersihkan genetalia dari arah depan kebelakang dan untuk laki-laki yaitu dengan membuka kulup penih agar tidak ada penumpukan kerak di dalamnya. Saat memandikan perlu diperhatikannya daerah lipatan-lipatan pada bayi seperti lipatan di leher, ketiak, paha dan daerah pantat serta genetalia.Dalam prosedur ini masih banyak juga responden tidak tahu pentingnya hal tersebut. Hal ini terbukti dari jawaban responden sebanyak 20 responden (40,0%) menjawab salah. Karena mereka beranggapan bahwa lipatan-lipatan bayi tidak bisa terjadi infeksi.Padahal di daerah lipatanlipatan tersebut cenderung besar bisa mengakibatkan infeksi kulit, mungkin disebabkan karena adanya gesekan.Untuk membersihkan mata, mulut, hidung, telinga dan membungkus tali pusat masih dilakukan dengan salah. Menurut Prawirohardjo (2005), mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi.Mata dapat dibersihkan dengan dengan air matang atau air steril untuk menghindari infeksi mata. Hidung harus dibersihkan karena kotoran bayi akan membuat hidung bayi tersumbat dan sulit bernafas, dan hidari memasukkan gumpalan kapas kedalam hidung bayi. Mulut dibersihkan dan diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi dengan kandida (oral trush). Kemudian untuk tali-pusat sebelum lepas, sebaiknya dibersihkan dan diseka dengan air hangat/matang dan dibungkus dengan kassa steril saja. Akan tetapi oleh karena suatu hal (kepercayaan, adat dan lainlain), bayi masih dibubuhi dengan alcohol atau ramu-ramuan. Sehingga mereka tidak tahu cara yang benar dalam memandikan bayi baru lahir. Ditambah lagi kondisi bayi yang masih lemah dengan kulit yang masih lembut dan tulang bayi yang masih rawan. Hal tersebut yang membuat ibu tidak percaya diri dan merasa takut untuk memandikan bayinya. Pengalaman sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang dimana seharusnya dengan pengalaman yang kurang responden bisa mencari tahu informasi pada tenaga kesehatan mengenai perawatan bayi baru lahir sehari-hari dirumah untuk menjaga kondisi buah hatinya. Hal ini terlihat setelah dilakukan penelitian bahwa ibu tidak berusaha mencari informasi sehingga ibu salah dalam menjawab pertanyaan dan dalam pengetahuan ini reponden terbukti memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dengan pengalaman yang kurang, 29 responden (77,7%), tidak adanya sumber informasi yang didapat sebanyak 11 responden (40,7%), faktor usia responden 20-35 sebanyak 11 responden (40,7%), dan faktor pendidikan responden tamatan SMA sebanyak 8 responden (29,6%) Hasil penelitian ini di dukung oleh Rahma (2011), dengan judul Pengetahuan Ibu Postpartum Primipara tentang cara Memandikan Bayi Baru Lahir di Ruang Camar I RSU Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2011. Hasil penelitian Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 7 menunjukkan bahwa kelompok umur responden yang terbanyak adalah pada kelompok umur antara 20 – 25 tahun yaitu sebanyak 19 orang (50 %), dari tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa yang terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 15 orang (37,5 %), kemudian dari jenis pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 24 orang (60 %), dan diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 24 orang (60 %). PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, maka dapat diperoleh Gambaran karakteristik ibu nifas primipara tentang cara memandikan bayi baru lahir berdasarkan umur sebagian besar berumur 20-35 tahun, yakni 20 responden (74,1%), pendidikan tamatan SMA yakni 13 responden (48,1%), pengalaman memandikan bayi tidak pernah sebanyak 21 responden (77,8%), dan sumber informasi yang tidak di dapat yakni, 20 responden (74,1%).Sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang cara memandikan bayi baru lahir sebanyak 18 responden (66,7%). Saran 1. Bagi Masyarakat dan ibu nifas Diharapkan masyarakat terutama ibu nifas yang baru pertama kali melahirkan setelah mendapatkan pengetahuan tentang memandikan bayi baru lahir maka ibu nifas dapat mengetahui dan mengaplikasikan tentang memandikan bayi secara baik dan benar. 2. Bagi Peneliti Diharapkan selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk penelitian yang terkait dengan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas primipara tentang memandikan bayi baru lahir. 3. Bagi Bidan Diharapkan dapat memberikan informasi lebih lengkap tentang cara memandikan bayi baru lahir dan perawatan tali pusat tanpa menggunakan kassa betadine atau alkohol kepada ibu nifas terutama ibu nifas yang baru pertama kali melahirkan. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kapoh. Ramona Patricia. 2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC. Kosim. M. Sholeh. 2008. Buku Panduan manajemen Masalah bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat, Bidan di rumah Sakit dan Rujukan Dasar. JHPIEGO Maulana, Mirza. 2009. Seluk Beluk Merawat Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Gara Ilmu. Manuaba, I. G. Bagus. 2008. Ilmu Kebidanan dan penyakit Kandungan dan keluarga Berencana. Jakarta: EGC. Medise, Rini Sekartini. 2011. Buku Pintar Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda. Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba Mediaka. Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika. Pranoto, 2009. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pudjiatuti, Ratna Dewi. 2011. Buku ajar kebidana komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika. Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 8 Retna, Eny. 2008. Asuhan Kebidana Nifas. Yogyakarta. Mitra Cendika. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Saleha, Siti. 2009. Asuhan kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sari, Rini Susanti. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Varney, Hellen. 2006. Buku saku Bidan. Jakarta: EGC. Widyasih, Hesty. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya. Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 9 GAMBARAN PENGETAHUAN CARA MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL PENELITIAN Oleh : RADITYA TITIS WIDOWATI 0101299 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 Gambaran Pengetahuan Cara Memandikan Bayi Baru Lahir pada Ibu Nifas Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 10