siapkah peran tenaga.. - Badan Pengembangan Sumber Daya

advertisement
SIAPKAH PERAN TENAGA FARMASI
DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI
PUSKESMAS?
Oleh : Aah Nugraha, M.Sc, Apt
Widyasiwara Upelkes Provinsi Kalimantan Barat
Pendahuluan
Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) sudah digulirkan sejak 1 Januari
2014. Secara umum JKN dibagi menjadi dua katagori yaitu jaminan bidang
kesehatan yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS). BPJS ini tidak lain dan tidak bukan sebelumnya Askes dan digabung
dengan asuransi PNS/tenaga kerja lain seperti Asuransi kesehatan untuk
personil TNI/Polri , juga Jamsostek. Sedangkan bidang lainnya adalah
ketenagakerjaan yang meliputi jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja dan
jaminan kematian.
Dalam perjalanannya sampai tri wulan pertama ini mengalami berbagai
kendala teknis yang muncul di lapangan. Apakah kondisi ini logis dalam sebagai
masa
adaptasi atau awal pencanangan atau akan menjadi preseden buruk
untuk dan menjadi penyalit kronis yang tidak ada ujung? Tentunya perlu disikapi
dengan bijak dan strategi yang tepat.
Masalah klise dalam pengobatan yang sering menjadi sorotan antara lain
ketersediaan obat yang terbatas di unit pelayanan primer, sehingga pasien
memperoleh obat dalam jumlah dan jenis terbatas dengan alasan masih perlu
penyesuain, begitu juga mekanisme dan prosedur belum berjalan secara optimal.
Di sisi lain program Jamina Kesehatan ini merupakan pengobatan gratis alias
semua ditanggung negara? Apa iyaa? Karena sesungguhnya jaminan kesehatan
untuk mewujudkan universal coverage merupakan jaminan sosial yang
membutuhkan peran serta/ iuran sebagai peserta asuransi jaminan kesehatan.
Namun, mekanisme pembayaran melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) yang belum menyentuh segenap lapisan masyarakat sehingga muncul
ketidak mengertian atau kekurangpahaman. Sosialisasi program yang belum
komprehensif sehingga ada kegamangan atau kekurangjelasan?
1
Bagaimana
dengan
pelayanan
kefarmasian?
Sudah
siapkah?
Atau
menunggu dan menunggu? Apakah peran tenaga farmasi ini sinergi antara
peningkatan peran dan reward yang diperoleh sebagai sebuah konsekuensi
peningkatan volume dan tanggung jawab kerja?? Tentunya kesiapan dan
peningkatan kinerja senantiasa dibarengi dengan reward itu adalah sebuah
harapan. Lantas bagaimana gambaran umum pelayanan kefarmasian dalam era
JKN ini ? Kesiapan untuk menjalankan tanggung jawab ini harus dimulai dari
komitmen kita sendiri sebagai abdi masyarakat. Tentunya perlu langkah-langkah
pro aktif dan upaya maksimal untuk mencapainya. Senantiasa mengedepankan
profesionalisme dan tanggung jawab profesi. Sesungguhnya reward akan kita
peroleh seiring dengan bagaiman fungsi dan peran kita dapat memberikan
dampak yang signifikan terhadap pelayanan yang kita berikan dan bukan hanya
sekadar pujian atau isap jempol belaka. Yang terpenting adalah to learn, to do
and to be dalam sebuah pencapaian yang sinergis dan komprehensif.
Gambar. 1.
Seorang Apoteker sedang memberikan informasi obat kepada
pasien di sebuah Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya.
2
Jenis tenaga kefarmasian
Tenaga kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 51 tahun
2009 terdiri dari :
A. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
B. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTF) adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
ahli Madya Farmasi, analis Farmasi, dan Tenaga Menegah Farmasi/ Asisten
Apoteker.
Pekerjaan dan pelayanan kefarmasian
Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun
2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sedangkan
pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bettanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Gambar. 1.
Seorang tenaga teknis kefarmasian sedang meracik
sebuah Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya.
obat di
3
Gambaran pelayanan kefarmasian
Seiring dengan
pemberlakuan sistem Jaminan Sosial Nasional yang
sudah diberlakukan per 1 Januari 2014. Peran pelayanan kefarmasian semakin
meningkat dalam upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
melalui penggunaan obat yang rasional (POR). Namun demikian berdasarkan
hasil survey Ditjen Bina Farmasi dan Alkes Kementerian Kesehatan menunjukan
bahwa Puskesmas perawatan yang telah menerapkan pelayanan kefarmasian
sesuai standar baru mencapai 25%. Kondisi ini menggambarkan bahwa
sebagian besar Puskesmas perawatan masih belum menerapkan pelayanan
kefarmasian yang baik. Hal ini menjadi penghambat pencapaian pelayanan
kefarmasian yang optimal yang akan tercermin dengan rendahnya tingkat
kepuasan dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian.
Berdasarkan fakta di lapangan prosentase Puskesmas perawatan
sebagai basis pelayanan primer yang sudah memiliki tenaga apoteker dan
menjalankan pelayanan kefarmasian secara komprehensif baru sekitar 25%
apakah sisanya yang 75 % siap mengikuti lajunya tuntutan jaman atau wait and
see? Salah satu upaya penting dalam mewujudkan peran apoteker adalah
pelayanan informasi obat untuk provider/ petugas kesehatan dan pasien dalam
rangka meningkatkan Quality of life pasein sehingga diharapkan peningkatan
kepuasan pasien terhadap layanan kefarmasian dan dapat dirasakan dampak
positifnya oleh masyarakat secara umum.
Selain itu juga menjalankan peran fungsional Apoteker
secara
komprehensif. Peran itu merupakan tugas pokok tentang farmasi klinis. Kegiatan
ini terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, visite baik
mandiri maupun bersama tim, pembuatan sarana informasi, penyuluhan dalam
upaya promosi kesehatan dan home pharmacy care. Tugas lain sebagai peran
yang melekat adalah pencatatan dan pelaporan, monitoring penggunaan obat
rasional dan obat generik, adminsitrasi kesalahan penggunaan obat (medication
errors), monitoring efek samping obat, pharmacy record, monitoring, evaluasi dan
tindak lanjut (Kemkes, 2009).
4
Pelayanan kefarmasian ini tidak lepas dari tanggung jawab profesi
kefarmasian meliputi Peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi administratif perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta
pelayanan farmasi klinis. Pelayanan farmasi klinis ini meliputi pelayanan resep
obat, informasi obat, konseling visite mandiri ataupun bersama tim medis,
pembuatan sarana informasi seperti brosur, leaflet, poster, newsletter, promosi
kesehatan, home care. Jenis pelayanan kefarmasian juga merupakan jasa
profesional yang dapat diukur dengan melihat dan mempertimbangkan tingkat
kepuasan pasien.
Fungsi dan peranan tenaga kefarmasian
Secara umum Peran apoteker melipusti aspek :
a. Manajerial merupakan kemampuan untuk mengelola kegiatan pelayanan
kefarmasian secara menyelutuh sehingga dapat berjalan secara feisien dan
efektif sesuai keweangan porofesi yang melekat. Standar pelayanan
kefarmasian
diasarkan
pada
acuan/pedoman
pelayanan
kefarmasian
menurut Dirjen Bina Farmasi dan alat Kesehatan Kementerian Kesehatan
Nomor HK.00.DJ.II.924 tahun 2006. Prosedur tahapan teknis yang harus
dilaksanakan secara konsisten dan tepat agar pencapaian target kinerja
dapat dicapai secara optimal sesuai standar prosedur. Standar prosedur
opersional adalah prosedur tertulis berupa petunjuk operasional tentang
pekerjaan kefarmasian yang mengacu kepada standar kefarmasian meliputi
fasilitas produksi, ditribusi atau penyaluran , dan pelayan kefarmasian.
Dalam aspek manajerial meliputi administrasi sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan perencenaan kebutuhan obat, permintaan obat ke
Gudang Farmasi, peyimpanan dan pendistribusian ke sub unit dan kegiatan
luar gedung. Sedangkan adminsitrasi resep meliputi pencattan jumlah resep
berdasarkan umlah status pasien, penyimpanan bundel resep selama 3
tahun dan pemusnahan obat rusak, palsu dan kadaluarsa.
5
b. Fungsional
Peran fungsional Apoteker
merupakan tugas pokok tentang farmasi
klinis. Kegiatan ini terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat,
konseling, visite baik mandiri maupun bersama tim, pembuatan sarana
informasi, penyuluhan dalam upaya promosi kesehatan dan home pharmacy
care. Tugas lain sebagai peran yang melekat adalah pencatatan dan
pelaporan, monitoring penggunaan obat rasional dan obat generik,
adminsitrasi kesalahan penggunaan obat (medication errors), monitoring efek
samping obat, pharmacy record, monitoring, evaluasi dan tindak lanjut
(Kemkes, 2009)
Kompetensi Apoteker yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah :
1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayana
kefarmasian yang
bermutu.
2. Mampu mengambil keputusan secara profesional
3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasna verbal, nonverbal
maupun bahasa lokal.
4. Selalu belajar sepanjang karier (long life education) baik pada jalur formal
maupun informal, sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu
baru (up to date)
Sedangkan tugas pokok dan fungsi seorang apoteker di Puskesmas
menurut Permenkes Nomor 1332/Menkes/Per/X/2002, meliputi :
a. Pembuatan,
pengolahan,
mengubah
bentuk,
pencampuran,
penympanan, dan penyerahan obat obat atau bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya.
c. Pelayan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayan
informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan dokter
kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan informasi mengenai
khasiat, kemanana, bahaya atau mutu obat dan perbekalan farmasi.
6
Upaya yang perlu dipersiapkan? Segala upaya seyogyanya dilakukan
semaksimal mungkin dengan senantiasa mengedepankan tanggung jawab
profesi (pharmaceutical care) dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien
dalam era JKN ini. Harapan ke depan adalah mari kita bahu membahu,
membangun pelayanan kefarmasian yang lebih dapat dirasakan oleh masyarakat
secara umum, karena kualitas layanan adalah hak mutlak ynag harus diperoleh
oleh segenap masyarakat Indonesia tidak pandang bulu.Semoga sukses dan
terwujud pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia melalui terciptanya
universal coverage untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Amiiin.
7
Download