INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM TIPE C STRUKTUR

advertisement
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM TIPE C
STRUKTUR ORGANISASI, JOB DESCRIPTION, DAN SUMBER DAYA
MANUSIA (REVISED)
A. INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
Yang dimaksud dengan “instalasi farmasi” adalah bagian dari Rumah Sakit
yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis
kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) merupakan
suatu unit di rumah sakit dengan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah
pimpinan seorang farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk
mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan
kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan
pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada
kepentingan penderita.
Dalam struktur organisasi Rumah Sakit Umum Tipe C ini, IFRS berada di
bawah Wakil Direktur Pelayanan Penunjang Medis. Untuk ke depannya, akan
lebih baik jika IFRS dimasukkan di bawah Wakil Direktur Pelayanan Medis. 60
% pemasukan RS kan dari farmasi, masak farmasi Cuma masuk di
“penunjang”?? enggak terima yaaa…
Visi, Misi dan Tujuan penyelenggaraan Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
1.
Visi
 terselenggaranya
pelaksanaan
dan
pengelolaan
dalam
pelayanan,
pekerjaan kefarmasian di rumah sakit termasuk pelayanan farmasi klinik .
outputnya apaan nih? Harus jelas donk!! Kualitasnya harus gimana,
parameternya apa aja..jangan teoritis kayak gini!!
2.
Misi
 mengadakan terapi obat yang optimal bagi semua penderita, menjamin
mutu tertinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling efektif serta
memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasian
melalui penelitian bagi staf medik, mahasiswa, dan masyarakat. Jabarkan
lagi dari visi yg di atas tadi. Misalnya, pelayanan apa aja yg mau dikasih,
kualitasnya seperti apa, obatnya, dkk
3. Tujuan
1
Menurut The American Society of Hospital Pharmacist (ASHP:1994) adalah:

Turut berpartisipasi aktif dalam penyembuhan penderita dan memupuk
tanggung jawab dalam profesi dengan landasan filosofi dan etika.

Mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi pendidikan dan
penelitian.

Mengembangkan kemampuan administrasi dan manajemen, penyediaan
obat dan alat kesehatan di rumah sakit.

Meningkatkan keterampilan tenaga farmasi yang bekerja di instalasi
farmasi rumah sakit.

Memperhatikan kesejahteraan staf dan pegawai yang bekerja di
lingkungan instalasi farmasi rumah sakit.

Mengembangkan pengetahuan tentang farmasi rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
Lebih spesifik lagi. Penjabaran dari misi
B. STANDAR PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT
1. Falsafah dan Tujuan
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat. Kriteria yang harus dipenuhi adalah:
a. Tercantumnya falsafah dan tujuan tertulis mencerminkan peranan
pelayanan farmasis dan kegiatan lain, maksudnya:

Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan darurat, sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia.

Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi.

Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai obat.

Menjalankan pengawasan obat berdasarkan peraturan yang berlaku.

Melakukan dan memberi pelayanan yang bermutu melalui analisa,
telaah, dan evaluasi pelayanan.

Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah,
dan evaluasi pelayanan.

Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode.
2
b. Pelayanan farmasi meliputi penyediaan dan distribusi perbekalan farmasi,
pelayanan farmasi klinik serta membuat informasi dan menjamin kualitas
pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan obat. Hal ini mencakup
beberapa hal, antara lain:

Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi.

Pembuatan obat termasuk pengemasan kembali.

Penyimpanan perbekalan farmasi.

Distribusi dan penyerahan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.

Penyelenggaraan pelayanan farmasi klinik yang meliputi penyiapan,
pencampuran,
penyampaian
dosis,
indikasi
efek
samping,
penghitungan kadar, dan harga.

Penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik, tenaga kesehatan,
dan pasien.

Pemantau terapi obat (TDM) dan mengkaji penggunaan obat.

Pelayanan bahan/alat steril untuk keperluan pembedahan, kegiatan
medis, dan perawatan tertentu di dalam ruangan dan di dalam rumah
sakit.
2. Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal. Kriteria yang diharapkan antara lain:
a. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan tugas, fungsi, wewenang,
dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar
pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
b. Bagan organisasi dapat direvisi setiap 3 tahun dan diubah bila terdapat
perubahan seperti pelayanan, pola kepegawaian, standar pelayanan
farmasi, dan peran rumah sakit.
c. Kepala instansi harus terlibat dalam perencanaan managemen dan
penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
d. Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam meningkatkan pelayanan farmasi.
Hasil pertemuan tersebut disebarluaskan dan dicatat untuk disimpan.
e. Adanya PFT di rumah sakit dan Apoteker IFRS untuk menjadi sekretaris
komite.
3
f. Adanya komunikasi yang tetap terjaga dengan dokter dan paramedis,
serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan
atau rapat antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang
mempunyai relevansi dengan farmasi.
g. Hasil penilaian atau pencatatan konduite terhadap staf didokumentasikan
secara rahasia dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai
wewenang untuk itu.
h. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan
evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap 3 tahun.
i. Kepala instalasi farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala
keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan
obat.
3. Staf dan Pimpinan
Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi tercapainya tujuan pelayanan.
Kriterianya antara lain:
a. Instalasi farmasi rumah sakit dipimpin oleh seorang apoteker.
b. Pelayanan kefarmasian diselenggarakan dan dikelola oleh apoteker yang
mempunyai pengalaman minimal 2 tahun di bagian rumah sakit.
c. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja.
d. Pada pelaksanaannya, apoteker dibantu oleh tenaga ahli madya farmasi
dan tenaga menengah farmasi.
e. Kepala instalasi farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap segala
aspek hukum dan peraturan-peraturan baik terhadap pengawasan
distribusi maupun administrasi barang.
f. Setipa saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan
dan mengawasi pelayanan kefarmasian dan harus ada pendelegasian
wewenang yang bertanggung-jawab jika kepala farmasi berhalangan
hadir.
g. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan pimpinan farmasi.
h. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
i. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau
tenaga farmasi lainnya, harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi
pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
4
j. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait
dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan
kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan.
C. STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
Sekarang ngetrennya bikin struktur organisasi tuh pake sistem matriks. Jadi, yg
ada hubungan bukan Cuma antar kepala atau wakil kepala aja, tapi tiap bidang
juga punya link sendiri, biar lebih enak BIROKRASI nya. Gak ruwet gitu. Tapi
tetep ada plus minus nya donk. Kalo struktur yg biasa aja kan, brarti setiap
bidang LPJ nya Cuma 1, ke kepala doank. Nah, kalo pake matriks, LPJ nya bisa
lebih dari 1, tergantung dari kerjasama yg udah dia lakukan, ma bidang yg mana
aja.
Mudeng ra??
Ki tak contohin struktur matriks.
5
Ini yg biasa (konvensional)
6
Ini yg matriks. Terserah sih mau bikin matriksnya kayak apa. Sesuai kebutuhan aja.
Misal nih, bidang pelayanan rawat jalan lagi kehabisan stok obat. Kalo di struktur
konvensional kan, birokrasinya kudu ke wakil kepala pelayanan farmasi klinik dulu,
terus koordinasi dg wakil kepala pengelolaan perbekalan farmasi, nah baru deh, si
wakil kepala ini nyuruh bawahannya, si bidang perencanaan & pengadaan buat
pengadaan obat lagi. Rempong kan??
Kalo pake sistem matriks, si bidang pelayanan rawat jalan ni bisa langsung kontak
ke bidang perencanaan & pengelolaan obat buat pengadaan obatnya. Jadi gak perlu
lapor ke wakil kepala-wakil kepala nya itu dulu. Nah, kalo gini kan lebih simpel..
Koreksi untuk struktur organisasinya:
Ada bidang produksi gak nih?? Kalo mau diadain juga nggak apa2 kok. Buat
ngurusin perbekalan farmasi, kalo emang kegiatan produksinya sendiri terbatas
Gimana dg handling sitotoksik?? Hmmm…ini kan RS tipe C ya..kayaknya kok
mustahil ada peralatan2 buat handling sitotoksik nya. Mending dirujuk aja deh..
hahaha
7
Jangan lupa taruh bidang distribusi di farmasi klinik. Tau kan fungsinya buat apa?
Apa hub antara IFRS dg PFT??
Sama2 dibawah komite medik
Berdasarkan PP 51, farmasi tu ada 2: apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
(sarjana farmasi, analis farmasi, ahli madya farmasi, asisten apoteker)
Analis farmasi cocoknya di bagian logistik. Tanya kenapa??
Untuk pasien rawat inap, idealnya 1 Apt dibantu 2 AA (bener gak ya?)
Kalo pasien rawat inap, 1 Apt dibantu 4 AA
O iya, di RS rancangan kita ini, Apt nya ada 20 orang lho. Gaul to? Padahal, kata
Papih, di Sarjito yg tipe A aja Apt nya Cuma 14. Hahaha. Idealistis boleh donk yaaa
Pokoknya, harus ada Apt yg standby 24 jam di RS!!
Katanya sih, dulu di PKU udah ada komitmen kayak gitu, tapi akhir2 ini udah
enggak lagi. Entah karena faktor dari apotekernya atau dari kebijakan RS nya
sendiri..
KATA PAPIH, UNTUK ORGANISASI KAYAK GINI, ENGGAK ADA YANG
BENAR
ATAU
SALAH.
YANG
PENTING
HARUS
SESUAI
DG
KEBUTUHAN, KEADAAN, SITUASI, DAN KONDISI RUMAH SAKITNYA
SENDIRI. GITU..
D. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA. (MEKANISME SDM
HARUS JELAS  MAKSUDNYA??)
Manajemen sumber daya manusia (SDM) adalah suatu proses menangani
berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan
tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya
8
mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa
Inggris disebut HRD atau human resource department.
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur
yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau
perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan
jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber
daya belaka tetapi merupakan suatu sumber daya terpenting dalam organisasi dan
menjadi modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Selain dari itu manajemen
SDM didasari oleh prinsip keterlibatan dan pengembangan individual menjadi
kepedulian pokok organisasi. Manajemen departemen operasi memainkan peran
pokok dalam manajemen sumber daya manusia.ketepaduan,kebijakan dan
prosuder MSDM adalah merupakan salah satu faktor keberhasilan.
Departemen sumber daya manusia memiliki peran, fungsi, tugas dan
tanggung jawab :
1. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja/Preparation and selection
a.
Persiapan
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan sumber
daya manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan yang mungkin
timbul.
Yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
melakukan
perkiraan/forecast akan pekerjaan yang lowong, jumlahnya, waktu, dan
lain sebagainya. Ada dua faktor yang perlu diperhatikan dalam
melakukan persiapan, yaitu faktor internal seperti jumlah kebutuhan
karyawan baru, struktur organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain.
Faktor eksternal seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga
kerja, dan lain sebagainya.
b.
Rekrutmen tenaga kerja / Recruitment
Rekrutmen adalah suatu proses untuk mencari calon atau kandidat
pegawai, karyawan, buruh, manajer, atau tenaga kerja baru untuk
memenuhi kebutuhan SDM oraganisasi atau perusahaan. Dalam tahapan
ini diperluka analisis jabatan yang ada untuk membuat deskripsi
pekerjaan / job description dan juga spesifikasi pekerjaan / job
specification.
c.
Seleksi tenaga kerja/Selection
9
Seleksi tenaga kerja adalah suatu proses menemukan tenaga kerja yang
tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal yang
perlu dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah melihat daftar
riwayat hidup/CV/ curriculum vittae milik pelamar. Kemudian dari CV
pelamar dilakukan penyortiran antara pelamar yang akan dipanggil
dengan yang gagal memenuhi standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya
adalah memanggil kandidat terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis,
wawancara kerja/interview dan proses seleksi lainnya
2. Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan
suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli
di bidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan
begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting
mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggi.
3. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai/Compensation and
protection
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara teratur dari
organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat sangat penting dan
disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan
eksternal. Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat
menyebabkan masalah ketenaga kerjaan di kemudian hari atau pun dapat
menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi juga perlu
diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan
tenang sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal
dari waktu ke waktu. Kompensasi atau imbalan yang diberikan bermacammacam jenisnya yang telah diterangkan pada artikel lain pada situs organisasi
ini.
E. PERSONALIA IFRS
Personalia IFRS merupakan salah satu peran, fungsi, tugas dan tanggung
jawab departemen sumber daya manusia dalam mengelola bagiannya. Personalia
IFRS haruslah terdiri dari tenaga kefarmasian sebagai penanggung jawab dan
tenaga non-kefarmasian sebagai tenaga administrasi dan tenaga pembantu lain.
Analisis kebutuhan tenaga kerja meliputi
10
1. Ruang lingkup pekerjaan  kerjanya di bagian apa? (logistic,distribusi, dll)
2. Beban kerja (banyak atau sedikit pekerjaannya)
3. Kewenangan untuk melakukan pekerjaan tersebut (right man on the right
place)
Cara menghitung kebutuhan tenaga kerja.
1. Buat daftar fungsi yang dijalankan oleh instalasi
2. Terapkan sistem kerja untuk tiap fungsi yang dijalankan
3. Hitung beban kerja tiap unit, missal berapa banyak resep yang masuk tiap
harinya
4. Ukur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan beban kerja
5. Jumlahkan seluruh waktu yang dibutuhkan semua beban kerja untuk jangka
waktu tertentu misal per minggu, per bulan.
6. Hitung jam kerja efektif untuk jangka waktu tertentu misal cuti, libur, sakit.
7. Hitung jumlah tenaga yang dibutuhkan dengan cara membagi hasil no.5 dan
no.6
Misal: sehari 10 resep, 1 resep butuh 15 menit untuk disiapkan. Jadi, 1 hari
butuh 150 menit. Jam kerja efektif adalah 5 jam per hari sehingga dalam 1
hari dibutuhkan 1 pekerja saja.
PENILAIAN KERJA
Dilakukan sebagai fungsi pengawasan dan diharapkan dapat memotivasi
SDM. Penilaian kerja dilakukan secara :

Periodic, pada jangka waktu tertentu

Terbuka

Ada tindak lanjut sesuai hasil kinerja.
Kalau kinerja tidak memuaskan, perlu dievalusi dan dicari penyebabnya baik
dari SDM-nya, sistemnya, maupun load perkerjaannya. Pendidikan berkelanjutan
dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan SDM sesuai dengan bidang
pelayanannya masing-masing.
KUALIFIKASI TENAGA KERJA
1. Kepala Instalasi Farmasi
Kualifikasi: Master Farmasi Rumah Sakit / Farmasi Klinik
2. Wakil Kepala Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Kualifikasi: Apoteker
3. Wakil Kepala Pelayanan Farmasi Klinik
Kualifikasi: Master Farmasi Klinik
11
4. Wakil Kepala Pendidikan Penelitian dan Penjaminan Mutu
Kualifikasi: Apoteker
5. Bidang-Bidang di bawah Koordinasi Wk. PPF
a. Apoteker, jumlah 1 orang untuk bidang perbekalan steril
b. Tenaga teknis kefarmasian, jumlah 5 orang
c. Pembantu Pelaksana, jumlah 2 orang
6. Bidang-Bidang di bawah Koordinasi Wk. PFK
a. Master Farmasi Klinik, jumlah 2 orang untuk pusat informasi obat
b. Apoteker, jumlah 20 orang untuk pelayanan farmasi klinik
c. Tenaga teknis kefarmasian, jumlah 8 orang untuk pelayanan farmasi
klinik
7. Bidang-Bidang di bawah Koordinasi Wk. P3M
Apoteker, jumlah 2 orang untuk bidang pendidikan, penelitian, pengendalian
mutu
8. Administrasi
Tenaga administrasi, jumlah 5 orang
F. JOB DESCRIPTION
1. Kepala Instalasi Farmasi
a. Orang yang bertanggung jawab atas hasil kerja satu orang atau lebih dari
suatu organisasi
b. Penentu kebijakan
c. Motivator farmasis guna mendapatkan hasil kinerja yang baik
d. Memonitor perkembangan farmasis
e. Membuat plan kerja untuk menegmbangkan farmasi di Rumah Sakit
untuk menjamin kualitas pelayanan yang baik
2. Bidang-Bidang di bawah Wk. PPF
Subinstalasi Perencanaan dan Pengadaan
a. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
b. Menyiapkan perencanaan kebutuhan rutin perbekalan untuk triwulan
c. Mengadakan perbekalan farmasi
d. Menerima perbekalam farmasi sesuai spesifikasi yang berlaku
e. Menyimpan perbekalan farmasi
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan
Subinstalasi Penerimaan dan Penyimpanan
12
a. Melaksanakan penerimaan perbelkalan farmasi yang diadakan di RS
b. Melaksanakan penyimpanan perbekalan farmasi yang dimiliki RS
c. Melaksanakan pengiriman perbekalan farmasi dari gudang ke distribusi
d. Penerimaan pengeluaran dari persediaan perbekalan farmasi yang ada di
gudang perbekalan
Sub Instalasi CSSD (Central Sterile Supply Department)
a. Melaksanakan proses steril alat kesehatan.
b. Menyiapkan dan menyalurkan alat kesehatan steril.
c. Melaksanakan proses peminjaman dan penerimaan kembali alat
kesehatan steril di lingkuangan rumah sakit.
d. Berperan serta secara aktif dalam tim pengendali infeksi.
e. Menyelenggarakan bantuan pendidikan atau pelatihan tenaga kesehatan.
3. Bidang-Bidang di bawah Wk. PFK
a. Melaksanakan pelayanan farmasi klinik
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e. Memberikan informasi obat kepada dokter, perawat, apoteker, maupun
pasien/keluarga.
Subinstalasi Rawat jalan
a. Melakukan Receiving, Skrining, Labeling, Dispensi, dan Konseling
kepada pasien
b. Melakukan konseling dan informasi obat ke pasien rawt jalan
c. Melakukan indent (pemesanan ke sub farmasi distribusi) untuk stock di
IFRS (sub rawat jalan)
d. Melakukan pemantauan karyawan di IFRS rawat jalan dan delegasi tugas
e. Menerima arahan dan melaporkan kepada kepala IFRS segala
pelaksanaan tugas
f. Melakukan keep book d IFRS rawat jalan
Subinstalasi Rawat Inap
a. Melakukan medication molley pasien di rawat inap
b. Melakukan dan memonitor ward stock
c. Melakukan indent ( pemesanan ke sub farmasi distribusi) untuk stock
oabat di IFRS rawat inap dan delegasi tugas
13
d. Melakukan pemantauan karyawan di IFRS rawati inap dan delegasi tugas
e. Melaporkan kepaa IFRS segala pelaksanaan tugasan
f. Melakukan rekam meik di IFRS rawat inap
4. Bidang-bidang di bawah Wk. P3M
a. Memberikan pendidikan / pengetahuan kepada tenaga kefarmasian
b. Mengawasi / membimbing calon apoteker
c. Melakukan penelitian yang berkaitan dengan kefarmasian
d. Melakukan pemantauan, penilaian, tindakan, evaluasi dan umpan balik
dalam pengendalian mutu
Sub Instalasi Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan
a. Mengkoordinir program pendidikan dan pelatihan.
b. Bekerjasama dengan institusi lain untuk melakukan penelitian.
c. Mengembangkan dan memperbaiki sistem/ metode pelayanan instalasi
farmasi.
d. Mengkoordinir sistem informasi obat.
G. AKREDITASI DAN EVALUASI
Akreditasi RS adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
rumah sakit karena telah memenuhi standar yang ditentukan. Sedangklan tujuan
utamanya adalah meningkatkan mutu layanan RS. Definisi dari Federasi
Akreditasi Intrernasional (ISQua):
Akreditasi adalah suatu pengakuan publik melalui suatu badan nasional
akreditasi rumah sakit atas prestasi RS dalam memenuhi standar akreditasi yang
dibuktikan melalui suatu asesmen pakar serta (peer) eksternal yang independen.
Bagi Rumah Sakit semakin bagus akreditasinya berarti semakin bagus
pelayanan. Tim KARS di Rumah Sakit harus selalu ada perbaikan dari masa ke
masa. Selain itu Self assessment akan peningkatan pelayanan. Masyarakat akan
lebih percaya pada RS yang terakreditasi Bagi pemerintah pula harus melakukan
cara pendekatan seperti konsep mutu pelayanan Rumah Sakit dan gambaran RS
tersebut untuk Pengembangan Pembangunan Kesehatan. Bagi masayarakat,
meraka dapat memilih dengan tepat Rumah Sakit yang berkualitas. Masyarakat
akan merasa lebih aman dengan pelayanan RS yang terakreditasi.
Bagi pegawai dengan adanya akreditasi akan lebih senang dan aman. Apabila
memenuhi standar pelayanan akan pegawai akan mendapat reward dan reward
tersebut akanmeningkatkan motivasi kerja.
14
Berdasarkan literatur luar negeri dan juga pengalaman KARS di Indonesia,
manfaat yang diperoleh RS karena akreditasi adalah sbb:

Peningkatan pelayanan (diukur dengan clinical indicator),

Peningkatan administrasi & perencanaan,

Peningkatan koordinasi asuhan pasien,

Peningkatan koordinasi pelayanan

Peningkatan komunikasi antara staf,

Peningkatan sistem & prosedur,

Lingkungan yang lebih aman,

Minimalisasi risiko,

Penggunaan sumber daya yang efisien,

Kerjasama yang lebih kuat dari semua bagian dari organisasi,

Penurunan keluhan pasien & staf,

Meningkatkan kesadaran staf akan tanggung jawabnya,

Peningkatan moril dan motivasi,

Re-energized organization,

Kepuasan pemangku kepentingan (stakeholder). Keputusan Akreditasi.
Akreditasi pelayanan farmasi Rumah Sakit dimulai tahun 1999 yang
dilakukan oleh Surveyor yang ditujukkan oleh KARS.
Instrumen akreditasi
Rumah Sakit, terdiri dari Standarddan Kriteria masing – masing yang mana
diberi skor 0 – 5
Adanya bagan organisasi yang lengkap menggambarkan garis tanggungjawab
dan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi. Berikut adalah skor
bagi bagi menggambarkan garis tanggungjawab dan koordinasi.
Skor :
0 = tidak ada bagan organisasi dan uraian tugas
1 = ada bagan organisasi,tidak ada uraian tugas.
2 =ada bagan organisasi, ada uraian tugas, ditetapkan oleh pimpinan farmasi.
3= ada bagan organisasi dan uraian tugas lengkap, ditetapkan oleh pimpinan
Rumah Sakit. Belum diketahui oleh seluruh petugas farmasi.
4 = ada bagan organisasi dan utaian tugas, lengkap, ditetapkan pleh pimpinan
Rumah Sakit.sudah diketahui oleh seluruh petugas farmasi.
5= Idem, ada evaluasi sekurang – kurangnya setiap 3 tahun sekali.
15
Download