BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak sekali komoditi pangan yang dihasilkan dari perairan antara lain ikan, udang, kepiting, kerang/tiram, tripang, cumi-cumi, rumput laut, dan lain sebagainya. Pada umumnya ikan lebih banyak dikenal daripada hasil perikanan lainnya karena jenis tersebut yang paling banyak ditangkap dan dikonsumsi. Sebagai bahan pangan, kedudukan ikan menjadi sangat penting karena mengandung protein cukup tinggi sehingga sering digolongkan sebagai sumber protein (Muchtadi, dkk., 2013). Ikan sebagai salah satu sumberdaya gizi hasil laut mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi (basah sekitar 17% dan kering 40%). Susunan asam amino dalam di dalam ikan cukup baik, sehingga mutu gizinya setingkat dengan pangan hewani asal ternak seperti daging dan telur (Khomsan, 2010) Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa ikan memiliki kandungan protein yang tinggi. Banyak jenis ikan dan dapat diolah menjadi berbagai masakan maupun produk yang diawetkan. Oleh sebab itu, percobaan ini perlu dilakukan. 1.2 Tujuan 1. Mahasiswa mengenal jenis-jenis hasil perikanan dan perairan yang biasa dikonsumsi dan mengetahui bentuk dan struktur fisik hasil perikanan dan perairan 2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah bagian yang dapat dimakan dari beberapa jenis hasil perikanan dan perairan 3. Mahasiswa mengetahui cara menguji kesegaran ikan secara subyektif melalui uji penilaian indera dan objektif kualitatif dengan menggunakan analisis kimia BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut tempat hidupnya, ikan terbagi dalam tiga golongan yaitu ikan laut, ikan darat, dan ikan migrasi. Ikan laut adalah ikan yang hidup dan berkembangbiak di air asin (laut, samudera, selat). Golongan ikan laut ini dibagi lagi menjadi 2 yaitu ikan pelagik dan ikan demersal. Ikan pelagik adalah ikan yang hidup di daerah permukaan, misalnya ikan tongkol, mackerel, lemuru, ikan terbang, dan herring. Golongan ikan yang hidup di dasar atau tempat yang lebih dalam disebut ikan demersal, misalnya cod, kakap, dan hiu (Muchtadi, dkk., 2013). Ikan laut adalah ikan yang hidup dan berkembang di air asin (laut, samudera, dan selat). Ikan laut umumnya mempunyai daging yang padat, enak rasanya, tidak berduri antara daging, dan menimbulkan rasa/bau yang sedap. Ikan darat adalah ikan yang biasa hidup dan berkembang biak di air tawar seperti, sungai, danau, kolam, sawah, dan rawa. Ikan darat dagingnya tidak terlalu padat, lebih banyak mengandung air dalam keadaan masak, mudah hancur kalau dimasak (Sirajuddin, dkk., 2014). Secara luas, ikan dapat dikelompokkan menjadi ikan berdaging merah dan berdaging putih. Ikan berdaging putih pada umumnya dianggap lebih baik bagi kesehatan daripada ikan berdaging merah, karena ikan berdaging merah biasanya lebih cepat teroksidasi. Ikan jenis ini lebih mudah teroksidasi karena mengandung banyak zat besi. Ikan tuna dan ikan cakalang disebut ikan berdaging merah karena jaringan ototnya berwarna merah. Warna merah tersebut muncul karena otot-otot ikan ini mengandung protein khusus yang disebut mioglobin (Shinya, 2013). Komposisi zat-zat gizi dalam berbagai jenis ikan, kira-kira sama. Perbedaan sering didapat pada kadar lemak. Ikan yang hidup di laut mempunyai kadar lemak tinggi, sedangkan yang hidup di daerah perairan panas, kadar lemaknya lebih rendah (ikan daerah laut tropik) (Sediaoetama, 2010). Ikan diperairan panas juga mengandung lemak lebih tinggi dibandingkan dengan ikan berukuran kecil atau sedang diperairan yang sama. Ikan yang melakukan hibernasi, seperti yang hidup di dalam lumpur saat kondisi air menjadi kering akan menimbun lemak terlebih dahulu sebelum menyusup ke dalam lumpur untuk melakukan hibernasi tersebut (Sediaoetama, 2010) Ikan gurame, kancra, dan ikan nila maupun ikan lele dan belut yang besar akan terasa lebih gurih karena kadar lemaknya yang tinggi. Ikan laut yang besar-besar dan mengandung banyak lemak merupakan sumber kaya vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A dan vitamin D. Ikan kecil mempunyai kelebihan sifat, yaitu karena dikonsumsi seluruh tubuhnya termasuk tulangnya (ikan teri), maka ikan kecil ini merupakan sumber zat kapur (Ca) yang baik sekali bagi anak-anak yang sedang tumbuh dan bagi ibu hamil yang sedang menyusui (Sediaoetama, 2010). Beberapa hasil perikanan lain diantaranya: 1. Udang Seperti halnya ikan, udang terdiri dari kepala, perut dan ekor. Seluruh bagian ini terbungkus oleh lapisan kulit yang transparan. Bagian yang biasa dimakan adalah bagian perut (Sirajuddin, dkk., 2014). Dalam keadaan segar udang kelihatan mengkilap dan transparan. Udang yang sudah mati cepat sekali menjadi busuk dan warnanya menjadi putih keruh (Sirajuddin, dkk., 2014). 2. K epiting Kepiting bisa dihasilkan dari laut dan darat. Kepiting laut agak berbeda bentuk fisiknya, tetapi pada dasarnya sama yaitu seluruh tubuhnya terbungkus oleh kulit yang keras. Kulit kepiting terdiri dari kitin yang banyak mengandung kalsium karbonat dan kalsium fosfat (Sirajuddin, dkk., 2014). Kepiting segar berwarna hijau dan warnanya berubah menjadi merah apabila direbus. Bagian yang dapat dimakan adalah dagingnya yang terdapat dalam badan/perut, kaki dan penjepitnya. Stuktur kepiting terdiri dari badan/perut yang berkaki dan berpenjepit (Sirajuddin, dkk., 2014). 3. Cumi-cumi Cumi-cumi berbentuk silinder dan warnanya putih keunguan. Pada bagian kepala terdapat tangan-tangan penangkap mangsa. Cumi-cumi mampu menghasilkan zat tinta berwarna ungu gelap untuk menghindari dari kejaran musuhnya. Bagian badannya licin, tidak bersisik dan tidak berlubang, praktis seluruh tubuhnya dapat dimakan (Sirajuddin, dkk., 2014). 4. Kerang-kerang Kerang-kerangan banyak sekali jenisnya, ada yang hidup di laut dan ada yang di air tawar (sungai). Kerang atau tiram biasanya hidup di dasar perairan yang berlumpur atau berpasir (Muchtadi, dkk., 2013).Kerang berbentuk agak bulat atau lonjong dengan ukuran yang bervariasi. Pada dasarnya daging kerang yang dibungkus oleh sepasang kulit keras yang tersusun dari kapur dan garam-garam mineral. Kulit kerang dapat dimanfaatkan untuk hiasan, makanan ternak dan kapur (CaO). Bagian kulit beratnya mencapai 60-80% dari seluruh berat kerang (Muchtadi, dkk., 2013) Ikan segar lebih cepat mengalami kebusukan dibandingkan oleh daging mamalia. Kebusukan ikan mulai terjadi segera setelah rigor mortis selesai. Faktor yang menyebabkan ikan cepat busuk adalah kadar glikogennya rendah sehingga rigor mortis berlangsung sangat cepat dan pH akhir daging ikan cukup tinggi yaitu 6,4-6,6 serta tingginya bakteri yang terkandung dalan perut ikan. Bakteri proteolitik mudah tumbuh pada ikan segar dan menyebabkan bau busuk hasil metabolism protein (Muchtadi, dkk., 2013). Pembusukan menyebabkan bahan pangan menurun mutunya bahkan tidak layak dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena terjadi penyimpanan sifat sensori (warna, tekstur, bau, dan rasa) yang tidak diinginkan serta kemungkinan menyebabkan penyakit. Pembusukan dapat diamati secara subyektif dan obyektif. Pengamatan subyektif dilakukan melalui uji sensori, sedangkan pengamatan obyektif menggunakan cara analisis kimia atau mikrobiologi (Muchtadi, dkk., 2013). Nama : Diah Nuraeni Tanggal praktikum : 08 Desember 2016 NIM Tanggal laporan : 1500888 : 15 Desember 2016 Judul praktikum : HASIL PERIKANAN DAN PERAIRAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil N O SAM PEL BER AT UT UH WA RNA KEAD AAN MATA KU LIT TEKS TUR SIS IK WA RNA INS ANG ARO MA BERA T DIMA KAN BD D 1 Keran g 11 gram abu (+) - kenyal (++) - - amis (+) 1,9 17 % 2 Cumi 94 gram keruh (++) kenyal (++) - - amis (++) 53 56, 3% 3 rump 14 ut laut gram L= ungu (++) d= putih (+) putih kera s (++ +) keny al (++) - kera s (+) keras (+) - - khas rump ut laut (++) 14 100 % 4 Udan g putih ke abua n (++) keruh (++) kera s (+) keras (+) - tidak berw arna (++) amis (+) 10 66, 6% 15 gram 5 ikan mas 164 gram hitam putih jernih (+++) kaas a (+) kenyal (+++) tida k mu dah lep as mera h (+++) amis + 72 43, 9 % Tabel 1. hasil Pengamatan Struktur Fisik Hasil Perikanan dan Perairan N O SAMP EL KEA DAA N MAT A jernih (++) KULIT TEKST UR SISI K WARN A INSAN G ARO MA UJI EBER UJI H 2S 1 Ikan mas hidup lendir (++) kenyal (+++) merah (+++) amis (+) negatif negatif kerang segar - kasar (+++) - tidak muda h rusak (+++ ) - 2 - amis( ++) positif negatif 3 kerang mati (kupas) - - lunak (++) - - busu k (++) positif negatif 4 ikan kembun g segar cekun g (++) merah (++) berlenir (+) lunak (++) kuat (++) merah hati (+++) amis (+++ ) positif negatif 5 ikan kembun g busuk berlendi r (+++) lunak (++) kuat (++) merah kecoklat an (++) busu k (++) positif positif 6 cumi segar cekun g (+) bening kekuni ngan (+) cembu ng (++) putih kekuni ngan (++) licin (+++) kenyal (+) - - amis (++) negatif negatif 7 cumi mati 8 ikan mas busuk 9 ikan gabus busuk cembu ng (++) putih kekuni ngan (++) jernih (++) cembu ng (++) cembu ng (++) putih kekuni ngan (++) licin (+++) kenyal (+) - - busu k (++) positif negatif tidak berlendi r lunak (++) kuat (+++ ) merah pucat (+) amis (+) negatif negatif lendir (+) kasar (+) kasar (+) Hitam amis (+++ ) negatif positif Tabel 2. hasil menguji Kesegaran Hasil Perikanan dan Perairan 4.2 Pembahasan a. pengamatan fisik Pada pengamatan struktur fisik dan sifat ikan dan hasil perikanan lain, masing-masing diamati bentuk, warna, keadaan mata, kulit, tekstur, sisik, warna insang, berat utuh, berat yang dapat dimakan, BDD, serta baunya. Diperoleh hasil yang paling besar berat yang dapat dimakan iyalah ikan mas sebesar 72 gram sedangkan BDDnya hanya 43,9% ini dikarenakan banyak bagian yang ikan yang tidak dimakan seperti kepala, ekor, sirip, dan juga daleman ikan, sedangkan BDD yang paling tinggi iytalah rumput laut yaitu 100% karena semua baggian ari rumput laut dapat dimakan, sedangkan BDD yang paling kecil iyalah kerang sebesar 17% ini dikarenakan kerang yang membuatnya berat iyalah cangkangnya sedangkan isi atau daging dari kerang biasanya kecil, cumi segar dan ruput laut sama-sama memiliki aroma yang tajam khasnya masing-masing, seperti pada cumi yang berbau amis (++) sebenarnya ikan dan hasil perikanan lain tidak berbau amis ketika baru diangkat dari laut, ketika dagingnya masih benar-benar segar. Bau amis ikan berasal dari hasil penguraian (dekomposisi), terutama amonia, berbagai senyawa belerang, dan bahan kimia bernama amina yang berasal dari hasil penguraian asam amino dan juga dipengaruhi oleh aksi enzim dan bakteri. Amina dan amonia adalah basa yang hanya dapat dinetralkan oleh asam, karenanya orang sering menggunakan irisan buah lemon yang mengandung asam sitrat ketika menghidangkan masakan dari produk laut. Ikan dan hasil perikanan mempunyai warna yang berbeda-beda, hal ini karena kandungan pigmen yang ada didalamnya. Pigmen yang terdapat pada ikan berupa senyawa yang larut dalam lemak antara lain karetonoid, xantofil, astaxanthin, dan taraxanthin yang warnanya bervariasi antara kuning sampai merah. Namun, pada umumnya diskolorisasi (perubahan warna) terjadi pada senyawa pigmen mioglobin dan hemoglobin yang disebabkan oleh oksidasi. Hal ini akan terjadi setelah ikan mati beberapa waktu lamanya. b. Uji H2S Pada percobaan uji kesegaran ikan dengan menggunakan uji H2S diperoleh hasil bahwa ikan mas yang segar (hidup), Cumi segar, dan ikan mas mati (busuk) dalam keadaan segar. Sedangkan yang tiak segar iyalah ikan kembung busuk dan ikan gabus busuk. Pada pengujian kesegaran ikan dan hasil perikanan lain dilakukan uji H2S. Daging ikan yang telah dipotong kecil ditutupi kertassaring kemudian ditambahkan tetesan Pb Asetat. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa kertas saring tidak berubah warna menjadi coklat pada ikan mas segar (hidup), cumi segar dan ikan mas mati (busuk) dengan kata lain daging masih segar berbeda dengan sampel ikan gabus busuk dan kembung busuk yang berwarna coklat pada ketas saringnya, dengan kata lain jika daging ikan dan hasil perikanan lain mengalami kerusakan maka akan timbul warna coklat pada kertas saring. Pada uji H2S terdada reaksi pembentukan warna coklat pada kertas saring yang telah ditetesi Pb asetat 10% tersebut. c. Uji eber Untuk mengetahui kesegaran daging cumi-cumi dan udang dapat diuji dengan larutan reagent eber yaitu dengan. Memasukan 3-5 ml reagen eber kedalam tabung reaksi, daging dipotong kira-kira sebesar kacang tanah, masukan pada ujung kawat atau tusuk sate dan ujung lainnya, tusukan pada penyumbat gabus, kemudian masukan daging ke dalam tabung reaksi dengan hati-hati jangan sampai menyentuh dinding tabung, dan gabusnya disumbatkan pada tabung reaksi, secepatnya perhatikan terbentuknya warna asap putih di atas reagen eber yang bergerak ke atas terbentuknya asap putih menandakan adanya gas NH3 yang dilepas dari pembusukan daging. Setelah melakukan uji eber untuk menentukan kesegaran daging, dengan melihat terbentuknya asap putih sebagai reaksi eber pada bau busuk dari daging. Ternyata pada hasil percobaan terdapat asap putih pada sampel kerang segar, kerang kupas, ikan kembung segar, ikan kembung busuk, dan cumi mati, terbentuk asap putih, yang menandakan terjadinya proses pembusukan pada daging, ini dikarenakan perjalan ditribusi sampel karena kota bandung tidak dekat dengan laut, yang menyebabkan transportasi yang jauh. BAB V PENUTUP DAN SIMPULAN 5.1 Simpulan 1. Ikan dan perarain memiliki karekteristik yang berbeda-berbeda, tergantung pada habitat, makanannya, dll 2. Menghitung jumlah yang dapt dimakan bertujuan untuk mengetahui seberepa besar atau banyak bahan yang dapt di konsumsi untuk manusia, dengan cara perhitungan persentase BDD. 3. Untuk menentukan ikan dan perairan yang masih segar dapat di lakukan dengan dua cara yaitu yang pertama dengan penilaian indra seperti, melihat warna insang yang masih merah, daging yang elastis, mata yang cembung, jernih,sisik yang tak mudah lepas sedangkan yang kedua yaitu dengan cara objektif kualitatif ini menggunakan analisis kimia seperti uji eber jika terdapat asap putih menandakan bahwa ikan mengalami kebusukan atau tidak segar, sedangkan uji H2S ini untuk mengetahui kebusukan engan cara melihat pada kertas saring terapat warna coklat atau bercak coklat yang sebelemunya sudah di tetesi Pb asetat. 5.2 Saran 1. Pilihlah ikan yang segar dengan melihat warna insang, keadaan mata, keadaan dagging ikan, aroma, sisik ikan menyimpang atau tidak 2. Pada praktikum selanjutnya perlu diadakannya uji postma DAFTAR PUSTAKA Muchtadi, Tien, dkk,. 2013. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: Alfabeta.a Nurlizaini, 2012. Daftar kandungan bahan makanan. [Online] diakses dari: https://nurlizaaini.wordpress.com/2012/12/27/daftar-kandungan-bahan-makanan/ Saidah, Lianurmilatun, 2014. Laporan analisisbahan makanan ikan dan. [Online] diakses dari: http://lianurmilatunsaidah.blogspot.co.id/2014/12/laporan-analisisbahan-makanan-ikan-dan.html Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat. Shinya, Hiromi. 2007. The Miracle of Enzyime. Bandung: Qanita. Sirajuddin, dkk. 2014. Pedoman Praktikum Analisis Bahan Makanan. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.