Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 “TREND” DAN “ISU” TENTANG PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN SAINS-FISIKA Subroto Pend. Fisika FMIPA UNY Abstrak Makalah tentang penilaian ini, didasarkan pada suatu misi utama, yaitu untuk menciptakan suatu keberhasilan belajar siswa/mahasiswa dengan fokus pada penilaian yang berbasis pada sainsfisika. Perubahan yang paling mendasar selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir adalah penilaian dipandang sebagai alat untuk mengukur hasil hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penyelarasan antara penilaian dengan pembelajaran, agar diperoleh suatu penilaian yang mempunyai manfaat yang lebih luas. Pandangan yang lain adalah terkait dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dipandang sebagai perubahan konsepsi seseorang dan bukan hanya mengenai jumlah pengetahuan yang telah mereka miliki. Sekaitan dengan pandangan tersebut, maka latar belakang yang disajikan dalam makalah ini akan didasarkan pada beberapa “ isu “ utama, antara lain: (1) kebutuhan akan perubahan penilaian dalam pembelajaran sains-fisika, (2) kebutuhan akan penilaian yang terintegrasi dalam pembelajaran, (3) tantangan bagi guru/dosen untuk menilai seluruh program pembelajaran yang telah diikuti oleh siswa, (3) pentingnya penilaian kinerja siswa dikaitkan dengan motivasi belajar, dan (4) kebutuhan akan penilaian yang efektif agar dapat meningkatkan prestasi siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, maka diperoleh beberapa “ trend ” penilaian dalam pembelajaran sains-fisika, di antaranya adalah: (1) kualitas hasil pembelajaran didasarkan pada kualitas pembelajaran dan penilaian, (.2) penilaian merupakan suatu alat untuk mengukur hasil belajar dan berfikir kritis, (3) berkembang suatu penilaian pemahaman yang berbasis pada kinerja, (4) prestasi belajar menjadi prioritas utama dalam pembelajaran sains-fisika. Kata kunci: Isu, Trend dan Penilaian PENDAHULUAN Beberapa isu yang ditampilkan dalam makalah ini didasarkan pada latar belakang adanya kebutuhan, tantangan, kesenjangan, perbedaan pandangan, dan hasil penelitian tentang penilaian dalam pembelajaran yang berkembang dalam kurun kurang lebih sepuluh tahun terakhir. Isu-isu yang berkembang tentang penilaian dalam pembelajaran sains-fisika dapat disajikan seperti berikut. Perubahan yang paling mendasar adalah peniliaian dipandang sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan pada umumnya penilaian dipandang sebagai cara untuk menentukan nilai sejauh mana siswa telah mencapai tujuan (Van de Watering, et al., 2008). Kebutuhan akan perubahan penilaian dipengaruhi oleh paradigma baru dengan pelaksanaan penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran, agar memiliki standar yang dapat diterapkan pada pembelajaran fisika, baik untuk penilaian formatif maupun penilaian sumatif. Artinya, untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar yang tepat, diperlukan suatu alat penilaian yang memiliki bukti kesahihan dan keandalan. Tuntutan yang lain adalah dibutuhkannya suatu penilain yang berbasis standar dan penilaian harus mempunyai manfaat yang jauh lebih luas dan perlu menekankan pada integrasi dalam pembelajatan, dalam memperoleh keselarasan antara penilaian dan pembelajaran. Masalahnya adalah apakah setiap guru/dosen dalam memberikan penilaian pada siswa sudah memperhatikan perlunya menggunakan instrumen yang baik atau standar ? Bagaimana bentuk dan tipe bentuk penilaian yang disarankan untuk digunakan pada saat sekarang? Kapan penilaian diintegrasikan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Fisika? Penilaian terintegrasi dapat digunakan mendukung keterlibataan siswa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran yang bersifat teori.(Dorman, et al,. 2009). Hal ini F-1 Drs.Subroto,Mpd/”Trend” dan “Isu” memberi konsekuensi bahwa penilaian tipe ini akan banyak melibatkan penilaian formatif. Perlu diketahui bahwa sampai saat ini, menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya perbedaan atau pro-kontraa tentang hubungan antara penilaian formatif dan penilaian sumatif. Di satu sisi penilaian formatif sangat dibutuhkan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, di sisi lain hasil formatif ini tidak mempunyai kontribusi terhadap pencapaian hasil belajar ( Black & William, 2009), Namun pendapat lain telah menyatakan bahwa hasil formatif telah memberi kontribusi terhadap hasil kinerja (Dunn & Mulvenon, 2009). Masalahnya bagaimana cara membuat tes formatif fisika yang dapat memberi kontribusi terhadap hasil penilaiansumatif ? Hal ini diperlukan agar tes formatif, ulangan harian dan hasil tes tengah semester mempunyai manfaat yang jelas, termasuk penggunaan penilaian untuk yang lain. Apakah penggunaan tes terintegrasi dalam pembelajaran fisika memmpunyai manfaat yang lebih jelas kaitannya dengan hasil belajar? Oleh karena itu penggunaan penilaian formatif yang terintegrasi dalam pembelajaran akan memberi informasi tambahan untuk menguatkan hasil penelitian sebelumnya. Penilaian juga harus dapat dimanfaat kan untuk tujuan yang lebih luas dengan menekankan pada integrasi dalam pembelajaran. Masalahnya adalah apakah penilaian formatoif dapat diintegrasikan dalam pembelajaran fisika? Bagaimana menintegrasikannya ? Apakah penilaian terhadap sikap juga dapat diintegrasikan dalam pembelajaran fisika? Agar penilaian dalam pembelajaran dapat mendorong siswa berfikir tentang bagaimana memecahkan masalah, khususnya baik masalah yang bersifat konsep atau kuantitatif dan memperoleh hasil belajar yang baik, maka oemgembangan poeneliaian dalam pemecahan masalah dan pemgembangan penilaian terhadap respon sisws sangan dibutuhkan. Permasalahannya adalah bagaimana merancang sustu penilaian dengan pertanyaan berkualitas? Apakah dengan pertanyaan terstruktur dapat menuntun siswa untuk berfikir lebih baik.? Pengembangan penilaian baru yang telah dikaitkan dengan keterlibatan siswa, keprihatnan siswa atas pembelajaran ynga membosankan dan respon siswa terhadap penilaian dalam pembejaran, maka akan dibutuhkan suatu penilaian formatif yang mencakup aspek kognitif dan afektif. Aspek afektif merupakan aspek penilaiaan yang penting dalam pembelajaran atau penilaian. Aspek ini dikenal sebagai komponen dari penilaian sikap. Sikap merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar, artinya siswa yang memiliki sikap positif diharapkan dapat memperoleh kesuksesesan belajar, sebaliknya siswa yang memiliki respon negatif, maka mereka bisa mengalami kesulitan belajar..Oleh karena itu, sikap akan berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang terhadap objek sikap, dan akan berhubungan dengan kecenderungan bertindak/berperilaku terhadap objek sikap. Sikap negatif sering juga ditunjukkan oleh siswa setelah mereka mengikuti pembelajaran fisika (Ibeagha, 2008). Munculnya sikap siswa ini bisa disebabkan oleh pencapaian hasil belajar siswa dalam fisika yang relatif masih rendah. Sikap negatif ini dapat pula menyebabkan rendahnya minat dan antuasias siswa untuk belaja pada kegiatan berikutnya. Oleh karena itu, untuk mendorong siswa giat belajar diperlukan sebuah rancangan pembelajaran dengan memasukkan kegiatan penilaian, selama dan sesudah pembelajaran. Kemudian bagaimana respon siswa terhadap model penilaian tersebut? P EMBAHASAN Sekaitan dengan beberapa isu yang muncul pada pendahuluan, maka tampak terdapat adanya beberapa pandangan dan pemahaman tentang penilaian dalam pembelajaran sins-fisika yang saling berbeda satu sama lain. Pemahaman tersebut pada umumnya didasarkan pada bagaimana seseorang memandang peran penilaian itu sendiri dalam proses pembelajaran. Penilaian dalam proses pembelajaran dapat diistilahkan juga sebagai payung, karena penilaian dipandang sebagai komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pembelajaran. Peningkatan terhadap kualitas suatu pendidikan bisa ditempuh melalui suatu F-2 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 kualitas pembelajaran dan penilaian. Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran yang baik bisa diperoleh dan dilihat melalui hasil penilaian (Mardapi, 2007), sedangkan dengan penilaian yang baik, penilaian itu dapat mendorong digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa termotivasi. Pernyataan tersebut telah sesuai dengan fiilosofi dari penilaian itu sendiri, yaitu setiap usaha menerapkan program pembelajaran adalah menguji hasil belajar siswa berdasarkan suatu misi kelembagaan untuk memperoleh efektifitas kinerja yang berkaitan dengan konsep kualitas dan keunggulan. Pandangan yang lain menegaskan bahwa penilaian telah mencakup semua cara yang digunakan untuk mengukur kinerja akademik, khususnya kinerja siswa untuk memperoleh hasil belajar atau taraf prestasi belajar didasarkan pada suatu kriteria tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan, isu-isu, pandangan dan kajian dari beberapa hasil penelitian, maka diperoleh beberapa“trend”penilaian dalam pembelajaran yang telah disajikan pada kajian berikut ini. Penilaian hasil belajar yang baik dalam suatu pembelajaran sangat diperlukan ketersediaan data tentang hasil belajar untuk seluruh program (Wackersam, et al. 2006), abibatnya pendidikan yang berpusat pada guru dianggap kurang cukup untuk bukti sebagai hasil belajar dari berbagai perilaku. Artinya, dalam penilaian diinginkan suau dukumentasi yang menunjukkan seluruh proses belajar. Sekaitan dengan itu, maka, diperlukan perubahan dalam penilaian, yaitu penilaian portofolio dengan cara mengukur apa yang siswa ketahui dan siswa lakukan, baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Hasil kajian ini telah sesuai juga dengan hasil penelitan (Hancock, 2007) yang menyatakan bahwa penilaian dapat bepengaruh yang menguntungkan dan merugikan siswa dalam belajar. Penekanan yang berlebihan pada penilaian dapat berpengaruh negatif, namun dengan pengaturan yang efektif akan dapat meningkatkan prestasi siswa, karena motivasi siswa dalam belajar sangat berhungan dengan penilaian dan proses pembelajaran. Oleh karena itu para peneliti dalam bidang pendidikan sains, khususnya pendidikan fisika berusaha mencari pemahaman yang lebih baik tentang berbagai varibel dalam pembeljaran terhadap motivasi siswa dan tipe penilaian dapat mempengaruhi prestasi iswa. Salah satunya adalah penggunaan penilaian yang berbasis pada kinerja akademik Di negara-negara yang ingin membangun generasi yang kuat, telah memiliki paham bahwa pendidikan sains-fisika memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan berpikir, penelitian ilmiah, belajar ilmiah dan sikap ilmiah terhadap sains (Akinoglu, 2008). Oleh karena itu dalam pembelajaran disarankan untuk belajar bagaimana siswa memecahkan masalah, baikk seecara individu maupun kelompok. Kegiatan ini dapat digunakan untuk mencari tahu kesulitanyang dialami oleh guru dan siswa, ketika dilaksanakannya kegiatan pembelajaran dan penilaian. Kegiatan ini memungkinkan siswa untuk memahami sifat-sifat sains, berpartisipasi aktif dan memperoleh hasil belajar yang baik. Terdapat suatu bukti bahwa akhir-akhir ini dalam pembelajaran siswa sudah mulai dillibatlan dalam pengambilan keputsan.(Dorman, et al.,2008), sehingga penilaian yang baik dalam suatu pembelajaran diperlukan lebih dari satu alat ukur. Selain itu penilaian telah memberi umpan balik, dan dapat mendianogsis bahwa siswa telah belajar. Hal ini diperlukan agar siawa memperoleh hasil belajar yang optimal serta mempunyai sudut pandang terbaik dalam menilai tugas. Perubahan yang paling mendasar dalam pandangan penilaian adalah adanya trend bahwa peenilaian merupakan suatu alat untuk mengukur hasil belajar (Watering,.et al.,2008). Di masa lalu penilaian dipandan g sebagai cara untuk menetukan nilai sejauh mana siswa telah mencapai tujuan. Perubahan ini dibutuhkan suatu kesadaran bahwa manfaat menilai jauh lebih luas dan perlu menekankan integrasi penilaian agar terdapat F-3 Drs.Subroto,Mpd/”Trend” dan “Isu” penyelarasan antara pembelajaran dan penilaian. Integrasi penilaian dalam pembelajaran akhirnya menjadi tantangan bagi sebagian guru atau dosen. Penerapan model pembelajaran dan penilaian itu akan dapat meningkatkan minat siswadalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, melalui tipe pembelajaran ini diharapkan dapat memastikan bahwa siswa dapat dikatakan dipersiapkan dengan baik secara akademik. Hal inii sebagai perbaikan dalam pembelajaran dalam sains, khususnya fisika, sehingga efektif untuk menghindari terjadinya kegagalan siswa dalam belajar. Oleh karena itu prestasi telah dipandang sebagai perubahan kualitatif dalam konsepsi fisika dan bukan hanya dilihat dari jumlah pengetahuan yang dimiliki seseorang (Blue, et al. 2008), karena teknik tradisional telah terbukti kurang efektif untuk perluasan konsep pembelajaran yang mengharuskan siswa menunjukkan tingkat lebih tinggi dalam berfikir, Berdasarkan kenyatan tersebut, maka dikembangkanlah metode penilaian kritis, yaitu penilaian yang berbasis pada kinerja akademik Penilaian ini telah memberi makna sebagai jalan untuk menunjukkan pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah. Sekaitan dengan pandangan di atas, maka (Obaidat, 2008) melalui studi yang berfukus pada isu berusaha memperbaiki penilaian yang berkaitan dengan kinerja siswa. Hasil studinya telah dikaitkan proses pemecahan masalah dan diarahkan pada jawaban yang dikerjakan langkah demi langlah. Pemecahan masalah digambarkan menjadi konteks masalah yang melibatkan pembagian masalah nyata ke dalam sub masalah-masalah sederhana, dengan demikian siswa mempunyai langkah- langkah untuk menemukan nilai dari masalah tersebut. Telah ditemukan suatu hal yang menyolok dalam pembelajaran mekanika, yaitu adanya kekurangan yang dialami siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan berfikir ilmiah Kelemahan atau kekurangan ini dapat diperkecil melalui saran kepada siswa untuk memasukkan perhatian yang lebih tentang masalah-masalah yang bersifat nyata. Studi yang berfokus pada isu ini telah dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja siswa. Uraian tersebut didasarkan pada suatu misi kolaboratif untuk mencipkan keberhasilan dalam mereformasi program sains yang didasarkan pada hasil pembelajaran yang diidentifikasi kurang memuaskan, sehingga perlu penggunaan tes standar yang berbasis pada pembelajaran. Akhirnya kegiatan ini menjadi tantangan bagi guru dan siswa tersendiri dalam upaya melakukan reformasi keberhasilan dan inovasi dalam pembelajaran sains-fisika. KESIMPULAN Berdasarkan isu-isu dan uraian tentang trend penilaian dalam pembelajaran sainsfisika yang telah disajikan dalam pendaluluan dan pembahasan, maka pemakalah dapat memberikan rekomendasi seperti berikut. 1. Pemberian penilaian portofollio pada siswa akan meletakkan dasar dan membantu siswa untuk mengurangi kesenjangan antara yang mereka pelajari dalam individu maupun kelompok dalam kelas. 2. Disarankannya penggunaan penilaian kinerja dalam suatu pembelajaran, karena dapat mempunyai kontribusi untuk mengaktifkan dan memberi motivasi siswa dalam belajar sains-fisika. 3. Kegiatan ini dapat meningkatkan minat siswa pada sains, ketrampilan berpikir kreatif, kepercayaan diri, rasa ingin tahu dan membuat suatu karya ilmiah. Namun kesulitan utama yang dihadapi siswa adalah penggunaan waktu dan menentukan topik. 4. Diperlukan suatu penilaian unuk mengukur persepsi, cara siswa menerima penilaian dan membangun aktivitas yang selaras dengan penilaian agar diperoleh kesuksesan dalam belajar. F-4 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 5. Perlu dikaitkan antara preferensi dan penilaian terbuka dengan diberi format penilaian yang siswa sukai, karena hal ini dapat memotivasi siswa untu belajar. 6. Penilaian berbasis kinerja kurang dapat memprediksi nilai ujian akhir, karena penilaian ini memiliki dukungan yang rendah terhadap prestasi, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menghungkan variabel lain dalam pembelajaran, agar penilaian ini nantinya mempunyai prediksi yang bermakna. 7. Disarankan pada setiap kegiatan dalam pemecahan masalah untuk mengkaitkan dengan masalah-masalah nyata dan berfokus pada isu, karena banyak dari siswa masih mengalami miskonsepsi. DAFTAR PUSTAKA Akinoglu, O. (2008).”Assessment of the inguiry-based project implementation processin science education upon students’ points of view”. International Journal of Instruction. 1, (1), 1-12. Black, P. & Wiliam, D. (2009).”Developing the Theory of Formative Assessment”.Educ. Asse. Eval. Acc. 21, 5-31. Blue, J., et al. (2008).”Full Cycle assessment of Critical Thinking in an Ethcis and Scicence Course”.International Journal dor the Scholarship of Teaching and Learning. Vol.2, No. 1. Dorman, J. P., Waldrip, B. G. dan Fisher, D. L. (2009).”Using the student perceptions of assessment Questionnaire (SPAQ) to develop an assessment typology for science classes”. Journal of Science Education. 9, (1), pg. 13. Dunn, K. E. & Mulvenon, S. W.(2009).”A Critical Review of research on Formative Assessment”.Journal practical Assessment Research & Evaluation. 14,(7), 1-14. Gioka, O. (2006).”Assessment for Learning in Physics Investigations: Assessment criteria, questions and feedback in marking”.Physics Education. 41,(4), 341-346. Gorsky, P., Capsi, A. and Smidt, S. (2007).”Use of Instructinal Dialogue by University Student in Difficult Distance Education Physics Course”. Journal of Distance Education. 21, (3), pg. 1. Hancock, D. R. (2007).”Effects of performance assessment on the achievement and motivation of graduate students”. Learning in higher Education. 8, (3), 219-231. Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Van de Watering, G. et al., (2008).”Students’assessment preferences, perceptions of assessment and their relationship to study results”. High Education. 56, 645-658. Wickersham, L.E. and Chambers, S.M., (2006).”ePortofolios:Using To Enhance And Assess Student Learning”.Education.pg. 738. . F-5 Drs.Subroto,Mpd/”Trend” dan “Isu” F-6