1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker sering dikenal masyarakat sebagai tumor, walaupun tidak semua tumor adalah kanker. Ada dua golongan tumor yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak tumbuhnya lambat dan berselaput pembungkus sehingga mudah dioperasi dan diangkat, tumor ganas atau kanker tumbuhnya cepat, tidak berselaput, tumbuhnya menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening (Menkes RI, 2007). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa penyakit kanker sebagai penyakit non infeksi merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler, infeksi, pernafasan, dan pencernaan. Bila dibandingkan dengan tahun 1980 terjadi peningkatan dari 3,4% menjadi 6% pada tahun 2001 (Menkes RI, 2007). Selama ini pengobatan kanker dilakukan dengan tiga cara, yaitu pengobatan dengan pembedahan, penyinaran dan dengan kemoterapi atau kombinasinya. Terapi dengan pembedahan merupakan bentuk pengobatan kanker yang paling tua. Pada tahun 1988, dari 1 juta orang Amerika yang menderita kanker, 64% telah menjalani pembedahan dan 62% dari kelompok ini mengalami kesembuhan, namun pengobatan dengan pembedahan hanya efektif untuk kanker primer yang terlokalisasi. Terapi dengan penyinaran (radiasi) dapat menghancurkan sel-sel yang membelah dengan cepat, dan dapat merusak jaringan normal, terutama jaringan dimana sel-sel secara normal berkembang biak dengan cepat yaitu kulit, akar rambut, lapisan usus, indung telur, buah zakar, dan sumsum tulang. Penentuan target penyinaran secara akurat akan melindungi sel-sel normal sebanyak mungkin, sedangkan kemoterapi seringkali menginduksi kanker primer kedua sebagai akibat dari sifat karsinogenik yang umumnya juga 1 Karakteristik Fisikokimia Senyawa..., Ari Fariz Mustafa, Fakultas Farmasi UMP, 2015 2 dimiliki oleh senyawa yang digunakan untuk kemoterapi (Medicastore, 2011). Oleh sebab itu, usaha untuk menemukan senyawa baru dengan aktifitas antikanker yang aman dalam penggunaannya, sangat giat dilakukan oleh industri farmasi dan pusat-pusat riset di seluruh dunia. Salah satu terapi kanker yang sedang terus dikembangkan adalah terapi fotodinamik (photodynamic therapy atau PDT). PDT adalah terapi yang membutuhkan cahaya tampak, sebuah fotosensitizer dan oksigen. PDT menghasilkan oksigen singlet sebagai spesi yang mampu menghancurkan tumor (Bonnett, 2000). Fotosensitizer merupakan obat atau senyawa kimia yang digunakan dalam terapi fotodinamik (terapi pengobatan kanker). Ketika diserap oleh sel kanker dan terkena cahaya dengan panjang gelombang tertentu, akan mengakibatkan obat menjadi aktif dan dapat membunuh sel kanker (Jayashankar, 2007). Fotosensitizer golongan porfirin yang memiliki struktur dasar berupa tetrapirol makrosiklik telah digunakan sebagai obat dalam PDT untuk pengobatan penyakit kanker. Salah satu produk komersial dari senyawa ini dikenal dengan nama photofrin, obat ini diketahui memiliki kelemahan dalam hal penetrasi ke dalam jaringan, obat ini hanya mampu menghancurkan sel kanker yang terdapat pada permukaan jaringan seperti dipermukaan kulit atau selaput lendir. Hal ini berkaitan dengan spektrum absorpsi dari senyawa obat tersebut, spektrum absorpsi dari senyawa golongan ini memiliki serapan pada pita Q1 yang lemah didaerah merah cahaya tampak, serapan pada pita Q1 merupakan serapan pada daerah panjang gelombang atau lamda (λ) yang digunakan untuk mengeksitasi fotosensitizer untuk menghasilkan oksigen singlet yang mampu menghancurkan sel kanker. Secara teoritis, reduksi cincin pirol diketahui dapat menggeser pita Q1 lebih ke arah λ yang lebih besar (merah) sekaligus meningkatkan intensitas absorbsinya, sehingga fotosensitizer akan efektif membunuh sel kanker di jaringan yang lebih dalam dan konsentrasi yang digunakan dapat lebih rendah (Bonnett, 2000). Karakteristik Fisikokimia Senyawa..., Ari Fariz Mustafa, Fakultas Farmasi UMP, 2015 3 Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa feoforbid a yang memiliki struktur dasar tetrapirol makrosiklik dengan 1 cincin pirol tereduksi diketahui lebih efektif menghancurkan sel kanker dibandingkan dengan protoporfirin IX yang memiliki struktur dasar tetrapirol makrosiklik tidak tereduksi (Djalil et al, 2012a). Namun kedua struktur senyawa tersebut bukan merupakan deret homolog. Prediksi toksisitas secara in silico terhadap senyawa feoforbid a dan bakteriofeoforbid a (struktur hanya berbeda pada reduksi cincin pirol) menunjukkan bahwa feoforbid a lebih toksik dibandingkan dengan bakteriofeoforbid a, pada saat tanpa penyinaran sehingga dari sudut ini terlihat bahwa bakteriofeoforbid a lebih berprospek sebagai fotosensitizer PDT (Djalil et al, 2012b). Namun demikian, belum diketahui lebih dalam apakah reduksi cincin pirol pada senyawa tetrapirol makrosiklik akan meningkatkan produksi oksigen singlet yang akan berefek pada efektifitas fotosensitizer dalam menghancurkan sel kanker. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini adalah mengungkap pengaruh reduksi cincin pirol pada senyawa tetrapirol makrosiklik terhadap karakteristik sifat fisikokimia yang berpengaruh terhadap kemampuan fotosensitizer dalam membunuh sel kanker. Senyawa MTPP (meso-tetraphenylporphine) dan MTPC (mesotetraphenylchlorin) digunakan sebagai senyawa model yang mewakili tetrapirol makrosiklik dengan cincin pirol tidak tereduksi dan yang tereduksi. Karakteristik fisikokima yang diujikan meliputi prediksi koefisien partisi, pengukuran spektrum absorpsi dan absorptivitas molar, pengukuran quantum yield oksigen singlet, dan uji stabilitas terhadap cahaya matahari tidak langsung. Maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh reduksi cincin pirol terhadap sifat fisikokimia fotosensitizer yang akan menggambarkan kemampuannya sebagai obat kanker dalam PDT. Karakteristik Fisikokimia Senyawa..., Ari Fariz Mustafa, Fakultas Farmasi UMP, 2015 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang dijabarkan, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah senyawa tetrapirol makrosiklik dengan cincin yang tereduksi dan tidak tereduksi memiliki karakteristik fisikokimia yang berbeda sehingga dapat diketahui kemampuannya sebagai obat terapi kanker secara PDT? 2. Apakah ada perbedaan stabilitas terhadap cahaya matahari tidak langsung dari kedua model senyawa tetrapirol makrosiklik dengan cincin pirol yang tereduksi dan yang tidak tereduksi? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan karakteristik fisikokimia antara senyawa tetrapirol makrosiklik dengan cincin pirol yang tereduksi dan yang tidak tereduksi, sehingga dapat ditentukan kandidat obat yang lebih baik untuk terapi kanker secara PDT. 2. Mengetahui perbandingan stabilitas senyawa terhadap cahaya matahari tidak langsung dari kedua senyawa tetrapirol maksrosiklik dengan cincin pirol yang tereduksi dan yang tidak tereduksi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang farmasi dan kedokteran, dan dalam jangka panjang diharapkan akan membantu masyarakat dalam memperoleh kemudahan diagnosis dan terapi kanker. Karakteristik Fisikokimia Senyawa..., Ari Fariz Mustafa, Fakultas Farmasi UMP, 2015