ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : RIRI ASTIKA INDRIANI NIM . 101000026 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh : RIRI ASTIKA INDRIANI NIM.101000026 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 i ABSTRAK Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah adalah program pengendalian penyakit diare yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare secara lintas program dan lintas sektor. Di Kota Medan tahun 2013 jumlah kunjungan kasus diare sebesar 26.427 kunjungan kasus, dan kunjungan kasus tertingggi terdapat di Puskesmas Medan Deli dengan jumlah 1.729 kunjungan kasus. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitataif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli tahun 2014. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 1 informan petugas Dinas Kesehatan Kota Medan, 1 informan kepala Puskesmas Medan Deli, 1 informan dokter puskesmas, 1 informan petugas diare puskesmas, 1 informan petugas Kecamatan Medan Deli, 1 informan Lurah, 1 informan anggota PKK, 1 informan kader posyandu, 1 informan tokoh masyarakat, 1 informan ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa dehidrasi dan 1 informan ibu balita yang anaknya menderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli belum berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan kurangnya sarana kesehatan yang tersedia, tidak rutinnya penyuluhan diare di masyarakat, tidak maksimalnya penatalaksanaan diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan kurang berjalan dengan baik dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar meningkatkan pengawasan, pembinaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program diare, kepada Puskesmas Medan Deli agar meningkatkan penyuluhan diare, melaksanakan tatalaksana diare dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), serta kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kata kunci : Pelaksanaan, Diare, Puskesmas Medan Deli ii ABSTRACT Infectious diseases which until now still being a government program is a diarrhea control program that aimed to reduce the number of morbidity and mortality of diarrhea in program and sector cross. In Medan City 2013 total visits cases of diarrhea reached 26.427 visits cases, and the most visits cases are found in Puskesmas Medan Deli with a total of 1.729 visits cases. This research was a qualitative research to know clearly and deeply about implementation diarrhea program in Puskesmas Medan Deli, Medan Deli Subdistrict, in 2014. Informants in this study are totaled of 11 persons, consisting of 1 officer of District Health Office, 1 head of Health Center, 1 doctor of Health Center, 1 diarrhea officer of Health Center, 1 officer of subdistrict, 1 officer of village, 1 PKK members, 1 of Maternal and Child cadre, 1 of Community Leader, 1 informant of Toddler Mother Whose Children Suffer From Diarrhea Without Dehydration and 1 informant of Toddler Mother Whose Children Suffer From Diarrhea With Dehydration Mild/Medium. The results showed that implementation of diarrhea program in Puskesmas Medan Deli was not going well, is characterized by the lack of health facilities, was not routine the counseling of diarrhea, was not optimally implementation of the standard management of diarrhea patients in health facilities through five-step completes the diarrhea (LINTAS DIARE), controlling and founding from District Health Office was not going well and participation of the people to support the implementation diarrhea was still low. Based on the result of the research, expected to District Health Office to increase the controlling, founding, and evaluating of diarrhea program, for Puskesmas Medan Deli to increase counseling about diarrhea, implemented diarhea with approach IMCI, and for the people to keep the environmental health and do the personal hygiene sanitation behavior (PHBS). Key words : Implementation, Diarrhea, Puskesmas Medan Deli. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Riri Astika Indriani Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/30 April 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Anak ke : 5 dari 5 bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin Alamat Rumah : Jl. Bunga Kardiol No.49A Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1998 - 2004 : SD Negeri 106820 Pancur Batu Deli Serdang 2. Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 1 Pancur Batu Deli Serdang 3. Tahun 2007 - 2010 : SMA Negeri 17 Medan 4. Tahun 2010 - 2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Riwayat Organisasi 1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKM USU iv KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunia–Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis banyak memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada : 1. Bapak Dr.Drs.Surya Utama,MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi dan Ketua Penguji yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, pengarahan, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan. v 4. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan. 7. Ibu drg. Nuriah Hartati selaku Pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Ibu dr. Nurlelin Sinaga selaku Kepala Puskesmas, Ibu dr. Budiarti dan Ibu Saramlah, Amkeb selaku tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 9. Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, selaku Sekretaris Camat Kecamatan Medan Deli yang telah banyak membantu dan berbagi pengalaman kepada penulis selama masa penelitian. 10. Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan penelitian. 11. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda Ir.H.Syammaun Usman, M.Si dan Ibunda HJ. Juartini, BA yang selalu memberikan kasih sayang, doa, kesabaran dan dukungan baik secara moral maupun materil yang tidak pernah putus. 12. Abang dan kakak ku tersayang Bang Dedek, Kak Dilla, Kak Ika, Kak Novi, Kak Lia, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi selama ini. vi 13. Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK FKM USU, Hanif, Eela, Ashela, Ayu, Anggi, Magda, Arnis, Reni, Nensi, Martin dan Siti. 14. Teman-teman tersayang di FKM USU, Adel, Tasya, Tika, Ira, Wican, Fiko, Pipit, Nina, Kak Ema dan Kak Sika. 15. Seluruh Alumni dan Senior FKM USU serta Teman-Teman seperjuangan di FKM USU angkatan 2010. 16. Keluarga besar HMI FKM USU, yang selama ini menjadi wadah bagi penulis untuk banyak belajar dalam berorganisasi. 17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu, memberikan semangat, dukungan, dan do’a selama ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Medan, Juli 2014 Penulis, Riri Astika Indriani vii DAFTAR ISI Halaman Halaman Pengesahan Abstrak Abstract Daftar Riwayat Hidup Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I i ii iii iv v viii xi xiii PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1 1 9 9 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Definisi Puskesmas 2.1.2 Wilayah Kerja 2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas 2.1.4 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas 2.2 Diare 2.2.1 Pengertian Diare 2.2.2 Pembagian Diare 2.2.3 Penyebab Diare 2.2.4 Tanda-Tanda Diare 2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare 2.3.1 Tujuan 2.3.2 Kebijakan 2.3.3 Strategi 2.3.4 Kegiatan Program 2.3.5 Tatalaksana Penderita Diare 2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare 2.3.5.2 Sarana Rehidrasi 2.3.6 Surveilans Epidemiologi 2.3.6.1 Prosedur Surveilans 2.3.7 Promosi Kesehatan 2.3.7.1 Strategi Promosi Kesehatan 2.3.8 Tindakan Pencegahan 2.4 Fokus Penelitian viii 10 10 10 10 10 11 12 12 12 13 15 15 15 16 16 17 17 22 30 34 35 37 38 43 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian 3.2.2 Waktu Penelitian 3.3 Informan Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.5 Triangulasi 3.6 Analisa Data 52 52 52 52 52 52 53 54 54 BAB IV HASIL PENELITIAN 55 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Medan Deli 55 4.2 Karakteristik Informan 56 4.3 Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 52 4.3 Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli 58 4.3.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli 58 4.3.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli 59 4.4 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 60 4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 60 4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 61 4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli 62 4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans Epidemiologi Diare 65 4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare 66 4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah Terkait Diare 68 4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare 69 4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Diare 70 4.4.9 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan 72 4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan Terhadap Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 74 ix 4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan Program Diare 75 4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 76 4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Saran dalam Pelaksanaan Program Diare 78 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masukan (input) 5.1.1 Tenaga Kesehatan 5.1.2 Sarana Kesehatan 5.2 Proses (process) 5.2.1 Upaya Pencegahan 5.2.2 Upaya Pengobatan 5.3 Keluaran (output) 80 80 80 82 85 85 96 99 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.2 Saran 101 101 102 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Medan Deli Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kecamatan Medan Deli Lampiran 7 Surat Instruksi Tentang Pengendalian Penyakit Diare dari Dinas Kesehatan Kota Medan Kepada Seluruh Puskesmas di Kota Medan x DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Tahun 2013 Tabel 1.2. Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Per Kelurahan Tahun 2013 Halaman 4 6 Tabel 2.1. Perbedaan Antara Oralit Lama dan Oralit Baru 18 Tabel 2.2. Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi 23 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 55 Tabel 4.2. Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2014 56 Tabel 4.3. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 56 Tabel 4.4. Karakteristik Informan 57 Tabel 4.5. Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 60 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 61 Tabel 4.6. Tabel 4.7. Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli 62 Tabel 4.8. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans Epidemiologi Diare 65 Tabel 4.9. Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare 66 Tabel 4.10. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah Terkait Diare 68 xi Tabel 4.11. Tabel 4.12. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare 69 Matriks Pernyataan Informan Tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Diare 71 Tabel 4.13. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan 72 Tabel 4.14. Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan 74 Tabel 4.15. Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan Program Diare 75 Tabel 4.16. Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli 76 Tabel 4.17. Matriks Pernyataan Informan Tentang Saran Untuk Perbaikan Pelaksanaan Program Diare 78 Data Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Tahun 2011 s/d 2013 87 Tabel 5.1. xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010 3 Gambar 2.1 Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C 29 Gambar 2.2 Fokus Penelitian 50 Gambar 4.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli 58 Gambar 4.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli 59 Gambar 5.1 Prosedur Surveilans Epidemiologi Diare xiii 86 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan sosial. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas tentang hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan akan kesehatan. Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upayaupaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan 1 2 pengendalian penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pengendalian penyakit diare yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait (Kemenkes RI, 2011). Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011). Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta pertahun. Di negara berkembang, rata-rata anak usia di bawah 3 tahun mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak. Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur dalam 3 kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2011). Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang dengan CFR sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009. Kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2006-2010 dapat dilihat dari grafik 1.1 dibawah ini, Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010 4 Pada gambar di atas terlihat adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan pada tahun 2007-2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini turun menjadi 1,74% pada tahun 2009 dan 2010. Di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, jumlah kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 38,67%, dengan Incidence Rate (IR) diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (underreporting cases) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2012). Kota Medan merupakan daerah endemis penyakit diare. Data dari Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai jumlah kunjungan kasus diare di Puskesmas tahun 2013 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut ini : Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Tahun 2013 Puskesmas Jumlah Kunjungan Kasus Petisah 206 Darussalam 823 Rantang 209 Glugur Kota 329 Sei Agul 744 Pulo Brayan 422 P. Bulan 406 Polonia 237 Kp. Baru 348 Tuntungan 259 Simalingkar 824 Kedai Durian 397 5 Medan Johor Desa Lalang PB. Selayang Sunggal Helvetia Medan Deli Titi Papan Medan Labuhan Pekan Labuhan Terjun Belawan Medan Denai Tegal Sari Bromo Desa Binjei Mandala Sering S. Limun Teladan Kota Matsum Pasar Merah Sukaramai M. Area Selatan Sentosa Baru Glugur Darat Martubung Amplas Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2013 555 452 325 539 1684 1729 621 802 887 1477 1157 449 761 1081 506 838 465 183 719 403 466 488 775 1180 390 1143 1148 26427 Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 jumlah kunjungan kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak 1729 kunjungan kasus. Di Puskesmas Medan Deli jumlah kunjungan kasus diare pada tahun 2011-2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 1561 kunjungan kasus pada tahun 2011 menjadi 2415 kunjungan kasus pada tahun 2012 dan mengalami penurunan menjadi 1729 kunjungan kasus pada tahun 2013. 6 Di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahan. IR diare tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun sebanyak 434 kunjungan kasus dengan IR 4,00 per 100 penduduk. Data mengenai distribusi kunjungan kasus diare tiap kelurahan dapat dilihat secara rinci pada tabel 1.2. berikut ini. Tabel 1.2 Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Per Kelurahan Tahun 2013 No Kelurahan Kunjungan Jumlah Penduduk % Kasus Diare 1 Kota Bangun 434 10.841 4,00 2 Mabar 406 33.225 1,22 3 Mabar Hilir 274 26.811 1,02 4 Tanjung Mulia 310 34.644 0,90 5 Tanjung Mulia Hilir 305 34.321 0,89 Jumlah Kasus 1729 139.842 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli tahun 2013. Persediaan air bersih (PAB) di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli menggunakan Perusahaan Air Minum (PAM) dan sumur gali (SGL), dari 34.082 Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa PAB nya, sebesar 29,84% (10.171 KK) menggunakan PAM, sebesar 70,16% (23.911 KK) menggunakan sumur gali (SGL) dan dari 33.175 KK yang diperiksa Jamban Keluarga (JAGA), sebesar 88,75% (29.441 KK) menggunakan jamban leher angsa, sebesar 11,26% (3.734 KK) menggunakan Water Closet (WC) cemplung. Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare yaitu melaksanakan pengobatan diare, penyuluhan diare dan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) diare (Laporan 7 Tahunan Puskesmas Medan Deli, 2013). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan petugas puskesmas dapat diketahui bahwa puskesmas sudah menjalin kerjasama dengan lintas sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan pemerintah setempat untuk mengatasi peningkatan kasus diare. Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu penyediaan obat-obatan untuk penderita diare. Kerjasama dengan pemerintah setempat yaitu melalui kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan yang rutin dilaksanakan pada hari minggu setiap pekannya. Selain itu pula dalam mendukung pelaksanaan program diare Pihak Puskesmas Medan Deli juga mendapatkan dukungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) luar negeri yaitu High Five melalui kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) melalui 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolahan makanan dan minuman, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit diare dibutuhkan adanya kerjasama lintas program dan sektor terkait. Melalui kerjasama tersebut diharapkan pelaksanaan program pengendalian penyakit diare akan mendapat dukungan baik politis maupun operasional dari institusi lain sesuai dengan porsi masing-masing (Kemenkes RI, 2011). Puskesmas memegang peranan penting sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan dalam upaya pengendalian penyakit menular yang salah satunya adalah penyakit diare. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pencegahan penularan 8 penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare baik dengan penanganan aktif maupun dengan penyuluhan. Penelitian Nuri (2009), tentang pengaruh persepsi ibu tentang program pemberantasan diare terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga, menyatakan bahwa program pemberantasan diare cenderung belum sepenuhnya diketahui dan dipahami masyarakat, pelaksanaan program pemberantasan diare belum sepenuhnya dapat menggerakkan masyarakat untuk bertindak sesuai ketentuan program. Penelitian Rendita (2009), tentang pengaruh faktor lingkungan dan karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada balita di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan, menyatakan bahwa umur, pendidikan dan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap tindakan penanganan diare. Penelitian Sitinjak (2011), tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige, menyatakan bahwa adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu menggunakan air bersih, menggunakan air minum, menggunakan jamban dan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare. Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk menganalisis pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014. 9 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli ”. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai pelaksanaan program diare, sehingga dapat meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program diare. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Deli mengenai pelaksanaan program diare. 3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program diare. 4. Sebagai tambahan informasi yang akan memperkaya kajian dalam ilmu Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas 2.1.1 Definisi Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). 2.1.2 Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004). 2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Indikator utama kecamatan yang sehat yaitu : 1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat 3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Depkes RI, 2004). 10 11 Misi puskesmas, yaitu : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat 3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Depkes RI, 2004). 2.1.4 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yaitu : 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan 2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan 3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar (Depkes RI, 2004) Fungsi pelayanan kesehatan tersebut dapat dikelompokkan dalam upaya kesehatan perorangan strata pertama yang bersifat private goods seperti penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan dan penyehatan lingkungan (Depkes RI, 2004) Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi : 1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas 12 2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan (Depkes RI, 2004). Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services). Dalam sistem pemerintahan daerah, puskesmas merupakan organisasi struktural dan berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab terhadap kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004). 2.2 Diare 2.2.1 Pengertian Diare Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. 2.2.2 Pembagian Diare Pembagian diare menurut Kemenkes RI, 2011, adalah : 1. Diare Akut Cair Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari. 13 2. Diare Bermasalah a. Diare berdarah b. Kolera c. Diare berkepanjangan (Prolonged Diarrhea) d. Diare persisten/Diare Kronik e. Diare dengan gizi buruk f. Diare dengan penyakit penyerta 2.2.3 Penyebab Diare Secara klinis penyebab diare dibagi dalam 4 kelompok, tetapi yang sering ditemukan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi terutama infeksi virus. Penyebab penyakit diare adalah sebagai berikut, (Kemenkes RI, 2011) : 1. Faktor Infeksi a. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk Like Agent b. Bakteri 1) Shigella, Salmonella, Escheria Coli (E.Coli), Golongan Vibrio 2) Bacillus cerecus, clostridium botulinum, Staphylococcus aureus, Camphylobacter, Aeromonas c. Parasit 1) Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia Lamblia, Balantidium Coli, Cryptosporidium 2) Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastissistis hominis 14 2. Malabsorpsi 3. Keracunan Makanan a. Keracunan Bahan-bahan kimia b. Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi 1) Jasad Renik 2) Ikan 3) Buah-buahan 4) Sayur-sayuran 4. Diare Terkait Penggunaan Antibiotik (Dta/Aad) Infeksi masih merupakan penyebab utama diare. Pada penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan Litbangkes pada pasien anak di 6 Rumah Sakit, penyebab infeksi terutama disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%. Kerusakan vili usus karena infeksi virus (rotavirus) mengakibatkan berkurangnya produksi enzim laktase sehingga menyebabkan malabsorpsi laktosa. Diare karena keracunan makanan disebabkan karena kontaminasi makanan oleh mikroba misalnya : Clostridium botulinum, Stap. Aureus dll. Sedangkan diare terkait penggunaan antibiotika (DTA) terjadi karena penggunaan antibiotika selama 3 sampai 5 hari yang menyebabkan berkurangnya flora normal usus sehingga ekosistem flora usus didominasi 15 oleh kuman pathogen khususnya Clostridium difficile. Angka kejadian DTA berkisar 20-25%. 2.2.4 Tanda-Tanda Diare Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah (Depkes RI, 2007). 2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare 2.3.1 Tujuan Tujuan Umum : Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait. Tujuan Khusus : 1. Tercapainya penurunan angka kesakitan 2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar 3. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan. 4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah. 16 5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaanya (Kemenkes RI, 2011). 2.3.2 Kebijakan 1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga 2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare 3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare 4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis 5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di pusat, propinsi dan kabupaten/kota 6. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal 7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai dasar perencanaan selanjutnya (Kemenkes RI, 2011). 2.3.3 Strategi 1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) 2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar 17 3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare 4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif 5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.4 Kegiatan Program 1. Tatalaksana penderita diare 2. Surveilans epidemiologi 3. Promosi kesehatan 4. Pencegahan diare 5. Pengelolaan logistik 6. Pemantauan dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011). 2.3.5 Tata Laksana Penderita Diare Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011) : 1. Berikan Oralit Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti. Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan 18 garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang. a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar b. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air besar Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya. Oralit saat ini tersedia dalam formula baru dengan tingkat osmolaritas yang berbeda dibandingkan oralit lama, yaitu : Tabel 2.1 Perbedaan Antara Oralit Lama dan Oralit Baru No 1 2 3 4 5 Oralit lama Oralit Formula Baru (WHO/INICEF 1978) (WHO/UNICEF 2004) Dengan Osmolaritas Na+ : 90 mEq/l Na+ : 75 mEq/l K+ : 20 mEq/l K+ : 20 mEq/l HCO3 : 30 mEq/l Citrate : 10 mmol/l Cl: 80 mEq/l Cl: 65 mEq/l Glucose : 111 mmol/l Glucose : 75 mmol/l Osmolar : 331 mmol/l Osmolar : 245 mmol/l Perbedaan oralit lama dengan oralit baru yaitu terdapat pada tingkat osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding 19 total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitian menunjukkan bahwa oralit formula baru mampu : a. Mengurangi volume tinja hingga 25% b. Mengurangi mual-muntah hingga 30% c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah sakit. Sehingga risiko anak terkena infeksi di rumah sakit dapat berkurang, pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat biaya. WHO dan UNICEF merekomendasikan Negara-negara di dunia untuk menggunakan dan memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah (oralit baru). 2. Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-Turut Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1983-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih 20 efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai 40%. Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare. Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan. Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut : - Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari - Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti. Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Ketika 21 memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan. 3. Teruskan ASI Dan Pemberian Makan Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare teruskan pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama anak diare juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti diare, karena lebih banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi. Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan agar anak mendapat oralit dan air matang. 4. Berikan Antibiotik Secara Selektif Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, 22 atau diare dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu pemberian antibiotik. Penggunaan antibiotik juga harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Pemberian antibiotik yang tidak tepat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik dan dapat membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan. 5. Berikan Nasihat Pada Ibu/Pengasuh Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke petugas kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar cair lebih sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata, Makan atau minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik dalam 3 hari. 2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare 1. Riwayat Penyakit a. Berapa lama anak diare ? b. Berapa kali diare dalam sehari ? c. Adakah darah dalam tinjanya ? 23 d. Apakah ada muntah ? berapa kali ? e. Apakah ada demam ? f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ? g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ? h. Obat apa yang sudah diberikan ? i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ? j. Apakah ada keluhan lain ? 2. Menilai Derajat Dehidrasi Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi PENILAIAN Lihat : Keadaan umum A B Bila ada 2 tanda atau lebih Baik, sadar C Gelisah, rewel Mata Rasa haus (beri air minum) Raba/Periksa : Turgor kulit Normal Minum biasa, Tidak haus Lesu, lunglai / tidak sadar cekung cekung Haus, ingin minum Malas minum atau banyak tidak bisa minum Kembali cepat Kembali lambat Tentukan Derajat Dehidrasi Rencana Pengobatan Tanpa Dehidrasi Dehidrasi RinganSedang Rencana Terapi A Rencana Terapi B Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik) Dehidrasi Berat Rencana Terapi C 3. Menentukan Rencana Pengobatan Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan rencana pengobatan yang sesuai : 24 1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah 2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam 3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena. RENCANA TERAPI A UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH 1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb) d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan dianjurkan sedikit demi sedikit : Umur <1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak e. Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) dirumah bila : 25 Telah diobati dengan rencana terapi B atau C Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit 2. BERI OBAT ZINC Beri Zinc 10 hari berurut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI. a. Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari b. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari 3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat b. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan c. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau d. Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam) e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu 4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI MISAL : DISENTRI, KOLERA, DLL 5. NASIHAT IBU / PENGASUH Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila : a. Berak cair lebih sering 26 b. Muntah berulang c. Sangat haus d. Makan dan minum sangat sedikit e. Timbul demam f. Berak berdarah g. Tidak membaik dalam 3 hari. RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG 1. JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI SARANA KESEHATAN Oralit Yang Diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak a. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel dibawah ini : Umur <1 Th 1-4 Th Jumlah Oralit 300 ml 600 ml >5 Th 1.200ml b. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI d. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini. e. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit 27 f. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut 2. AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah d. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang 3. SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah. d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C 4. BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah b. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah c. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah 28 RENCANA TERAPI C UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN Ikuti tanda panah . Jika jawaban “YA” lanjutkan ke Kanan . Jika “TIDAK” lanjutkan ke Bawah Dapatkah saudara memberikan cairan intravena ? Ya T I 1. Beri cairan intravena segera. Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut : Umur Pemberian I Kemudian 30 ml/kg BB 70 ml/kg BB Bayi < 1 1 jam* 5 jam tahun Anak > 1 30 menit* 2 ½ jam tahun * Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba D 2. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat. 3. Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) 4. Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut turut 5. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk melanjutkan terapi A K Adakah terapi terdekat ( dalam 30 menit) ? Tidak Ya 1. Rujuk penderita untuk terapi intravena 2. Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikannya selama di perjalanan. 29 Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik / orogastrik untuk rehidrasi ? Ya Tidak Apakah penderita bisa minum ? T I D A K Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui Nasogastrik / Orogastrik atau Intravena. Ya 1. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam 2. Nilai setiap 1-2 jam : a. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat. b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi intravena. 3. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C). 1. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam 2. Nilai setiap 1-2 jam : a. Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat. b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi intravena. 3. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai. Catatan : 1. Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit. 2. Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar Gambar 2.1 Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C 30 2.3.5.2 Sarana Rehidrasi Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal nama pojok oralit. 1. Pojok Oralit Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat. melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi oral. a. Fungsi 1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral 2) Memberi pelayanan penderita diare 3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu) b. Tempat Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi RinganSedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan 31 dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita. c. Sarana Pendukung 1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih 2) Prasarana : a) Tempat pendaftaran b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas, sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (wastafel), poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare. 3) Cara membuat pojok oralit a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” : - Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi muka yang tidak berdesakan - Dekat dengan toilet atau kamar mandi - Nyaman dan baik ventilasinya b) Pengaturan model di Pojok Oralit - Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan - Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan nyaman saat memangku anaknya - Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang berisi larutan oralit 32 - Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus) - Botol susu/gelas ukur - Gelas - Sendok - Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau merawat anak diare - Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi. d. Kegiatan Pojok Oralit 1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit dan bagaimana cara memberikannya b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit bila ada muntah 33 c) Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan). d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa kembali ke Puskesmas. e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta cara pencegahan diare. 2) Pelayanan Penderita Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi serta : a) Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit b) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam) d) Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan e) Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera. 34 2.3.6 Surveilans Epidemiologi Surveilans epidemiologi penyakit diare adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit diare dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit diare agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Kriteria KLB Diare (sesuai dengan Permenkes RI No. 1501 / MENKES / PER / X / 2010 ), sebagai berikut : 1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah 35 2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut 3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu 4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya. 5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya 6. Angka kematian kasus (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kematian 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. 2.3.6.1 Prosedur Surveilans 1. Cara Pengumpulan Data Diare Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui (Kemenkes RI, 2011) : a. Laporan Rutin Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB), SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk penyakit yang dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2). Untuk 36 dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan, posyandu atau kader agar dapat dideteksi tanda-tanda akan terjadinya KLB/wabah sehingga dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya. Laporan rutin ini dikompilasi oleh petugas RR/Diare di Puskesmas kemudian dilaporkan ke Tingkat Kabupaten/Kota melalui laporan bulanan (LB) dan STP setiap bulan. Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi dengan menggunakan formulir rekapitulasi diare. Dari tingkat Propinsi direkap berdasarkan kabupaten/kota secara rutin (bulanan) dan dikirim ke Pusat (Subdit Diare, & ISPL) dengan menggunakan formulir rekapitulasi diare. b. Laporan KLB/Wabah Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam (W1) dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi : 1) Kronologi terjadinya KLB 2) Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya 3) Keadaan epidemiologis penderita 4) Hasil penyelidikan yang telah dilakukan 5) Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut 37 c. Pengumpulan data melalui studi kasus Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line data” sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang. 2. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat, sehingga apabila terdapat permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan pemecahannya. 3. Penyebarluasan Hasil Interpretasi Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan balikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan di daerah (kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk mendapatkan tanggapan dan dukungan penanganannya. 2.3.7 Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya 38 masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Tujuan dari promosi kesehatan adalah terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah. 2.3.7.1 Strategi Promosi Kesehatan Terdapat 3 strategi komunikasi dalam promosi kesehatan yaitu : Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan Masyarakat. 1. Advokasi ( Pendekatan Pimpinan / Pengambil Keputusan ) Advokasi merupakan upaya yang sistematis dan terorganisir untuk memperoleh dukungan kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah, Publik, atau pengambil Keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian Penyakit Diare agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus. Tujuan dari Advokasi adalah diperolehnya dukungan dari pimpinan, pengambil keputusan serta penyandang dana untuk mencapai kesepakatan dan rencana tindak lanjut pengendalian penyakit Diare. Langkah kegiatan dalam advokasi, meliputi : a. Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para pengambil keputusan b. Menentukan sasaran advokasi, yang meliputi : 39 1) Gubernur, Bupati, Walikota 2) DPRD 3) Bappeda 4) Media Informasi 5) LSM 6) Dunia Usaha 7) Swasta 8) Penyandang Dana c. Menentukan materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang hendak di capai d. Menentukan metode dan teknis yang disesuaikan dengan segmen sasaran Advokasi, antara lain : Pendekatan langsung, seminar, rapat kerja, lokakarya, sarasehan, pertemuan lintas sektor. e. Menentukan media yang disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode serta tehnik penyampaian, missal : proposal, buku pedoman, makalah dan leaflet. f. Menentukan kesepakatan dan rencana tindak lanjut, seperti : 1) Terbentuknya komitmen integrasi pelaksanaan kegiatan 2) Dukungan politis berupa SK, SE, Kesepakatan, Perda, dan lain-lain. 3) Dukungan sumber daya 40 2. Bina Suasana Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam pengendalian penyakit diare. Tujuan dari bina suasana adalah terciptanya opini positif atau suasana yang mendukung untuk penyelenggaraan pengendalian penyakit diare. Langkah kegiatan bina suasana adalah : a. Menentukan dan menetapkan bentuk kerjasama yang diharapkan b. Menentukan sasaran Kelompok sasaran lebih ke tingkat teknis operasional secara berjenjang, antara lain : 1) Wartawan media massa & elektronik 2) Organisasi keagamaan 3) Organisasi kepemudaan 4) LSM 5) PKK 6) Petugas Kesehatan 7) Kelompok Professi 8) Tokoh Masyarakat c. Menentukan materi yang lebih ke arah operasional misalnya SKD, pencegahan penyakit diare, tatalaksana diare, dll. 41 d. Menentukan metode yang digunakan, yaitu : orientasi, pelatihan, kunjungan lapangan, jumpa pers, dialog terbuka/interaktif TV, Media elektronik, Penulisan artikel e. Hasil yang diharapkan 1) Opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya pengendalian penyakit diare 2) Semua kelompok potensial di masyarakat sudah menyuarakan dan mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan pengobatan 3) Adanya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial di masyarakat 3. Gerakan / Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu, mau, mampu dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat terutama dalam tatalaksana penderita di rumah tangga dan pencegahan diare. Tujuan dari gerakan/pemberdayaan masyarakat adalah agar masyarakat tahu, mau dan mampu melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare. 42 Langkah kegiatan gerakan/pemberdayaan masyarakat, adalah : a. Menentukan sasaran Sebagai sasaran utama adalah masyarakat. Secara aktif masyarakat terutama ibu yang mempunyai balita dapat melaksanakan tatalaksana diare dengan benar dan kegiatan pencegahan yang efektif. b. Menentukan materi pesan 1) Tatalaksana diare di rumah tangga yaitu : a) Beri lebih banyak minum cairan rumah tangga, yaitu air tajin, air teh, air kuah sayur, air sup, oralit b) Teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur c) Bawa anak ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan lanjutan, bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu tanda berikut : - Diare terus menerus - Muntah berulang-ulang - Rasa haus yang nyata - Tidak bisa makan/minum - Demam - Ada darah dalam tinja 2) Pencegahan penyakit diare, yaitu : a) Pemakaian air bersih yang cukup 43 b) Minum air yang sudah dimasak c) Buang air besar dijamban, termasuk membuang kotoran bayi d) Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar e) Memperbaiki makanan pendamping ASI f) Memberikan ASI g) Memberikan imunisasi campak c. Menentukan metode dan teknik Metode dan teknik disesuaikan sasaran dan diupayakan berlangsung dinamis, misalnya : tatap muka, simulasi, demostrasi, penyuluhan kelompok. d. Media saluran komunikasi Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan segmen sasaran, yaitu menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika. 2.3.8 Tindakan Pencegahan Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan diare dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah (Kemenkes RI, 2011): 44 1. Perilaku Sehat a. Pemberian ASI ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare daripada 45 pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30 x lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk. b. Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. Beberapa hal yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu : 1) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari). 46 Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI. 2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makananya. 3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih. 4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak. c. Menggunakan Air Bersih yang Cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecaloral. kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadahnya atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil di banding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi 47 mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu : 1) Ambil air dari sumber air yang bersih 2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air 3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak 4) Minum air yang sudah matang 5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup. d. Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. e. Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat 48 jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu: 1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga 2) Membersihkan jamban secara teratur 3) Menggunakan alas kaki bila akan buang air besar f. Membuang Tinja Bayi yang Benar Tinja bayi berbahaya oleh karena itu tinja bayi harus dibuang secara benar karena dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu : 1) Kumpulkan segera tinja bayi dan membuangnya ke jamban 2) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah dijangkau olehnya. 3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti di dalam lubang atau dikebun kemudian ditimbun. 4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun. g. Pemberian Imunisasi Campak Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah 49 diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. 2. Penyehatan Lingkungan a. Penyediaan Air Bersih Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata dll, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. b. Pengelolaan Sampah Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dsb. Selain itu sampah dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar. 50 c. Sarana Pembuangan Air Limbah Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. 2.4 Fokus Penelitian Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program diare dapat diukur melalui indikator masukan (input), proses (process), dan luaran (output). Oleh karena itu fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut : Input : Proses : Output : 1. Tenaga 1. Upaya Pencegahan 1. Penurunan 2. Sarana 2. Upaya Pengobatan Kasus Diare Gambar 2.2 Fokus Penelitian Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut : 51 1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan program diare dengan baik, meliputi : tenaga dan sarana, dengan definisi sebagai berikut : a. Tenaga adalah tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli. b. Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli. 2. Proses (process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, meliputi: upaya pencegahan dan upaya pengobatan, dengan definisi sebagai berikut : a. Upaya Pencegahan adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya penyakit diare meliputi: Surveilans epidemiologi diare, Peningkatan kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan. b. Upaya pengobatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam memberikan pengobatan diare sesuai dengan prosedur tatalaksana diare meliputi : Riwayat penyakit, menilai derajat dehidrasi, menentukan tindakan dan memberi pengobatan. 3. Keluaran (output) adalah hasil dari pelaksanaan program diare yaitu menurunya jumlah kasus diare di Puskesmas Medan Deli yang dinilai dari kegiatan yang telah dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli tahun 2014. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, dengan pertimbangan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013 kunjungan kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak 1729 kunjungan kasus. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari-Juni Tahun 2014 (Survei pendahuluan dan penelitian). 3.3 Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu 52 53 pelaksanaan program diare di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, berjumlah 11 orang yang terdiri dari : A. Pegawai bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan B. Kepala Puskesmas Medan Deli C. Dokter Puskesmas Medan Deli D. Penanggungjawab Program Diare Puskesmas Medan Deli E. Pegawai Kecamatan Medan Deli F. Lurah Kelurahan Kota Bangun G. Anggota PKK H. Kader posyandu I. Tokoh masyarakat J. Ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa dehidrasi K. Ibu balita yang anaknya menderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang 3.4 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu : 1. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah dipersiapkan. 54 2. Data sekunder diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli dan instansi yang terkait dengan penelitian ini. 3.5 Triangulasi Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2011). 3.6 Analisa Data Analisa data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam Herdiansyah, 2012). BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas Medan Deli Puskesmas Medan Deli terletak di jalan Yos Sudarso Km. 11,1 Lingkungan III Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Dengan luas wilayah 1900 Ha, adapun yang menjadi batas wilayah Puskesmas Medan Deli adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Medan Labuhan Sebelah Timur : Percut Sei Tuan Sebelah Barat : Labuhan Deli Sebelah Selatan : Medan Timur dan Medan Barat Wilayah kerja Puskesmas Medan Deli terdiri dari 5 kelurahan yaitu : Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Mabar, Kelurahan Mabar Hilir, Kelurahan Tanjung Mulia, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Jumlah lingkungan adalah sebesar 89 lingkungan dengan jumlah penduduk adalah 139.842 jiwa. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 No Kelurahan Jumlah Jumlah Luas Penduduk Lingkungan Wilayah/Ha 1 Kota Bangun 10841 8 250 2 Mabar 33225 19 465 3 Mabar Hilir 26811 12 318,9 4 Tanjung Mulia 34644 28 541 5 Tanjung Mulia Hilir 34321 22 325 Jumlah 139842 89 1900 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 55 56 Tabel 4.2 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun 2014 No Sarana Kesehatan Jumlah 1 Balai Pengobatan 18 2 Laboratorium 1 3 Apotik 6 4 Puskesmas Pembantu 4 5 Praktek Dokter Umum Swasta 5 6 Praktek Dokter Gigi Swasta 1 7 Puskesmas Perawatan 1 8 Praktek Bidan Swasta 37 9 Toko Obat Berizin 8 10 Tukang Gigi 3 11 Dukun Patah Tulang 1 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Deli Tahun 2014 No Tenaga Kesehatan Jumlah 1 Dokter Umum 3 2 Dokter Gigi 2 3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1 4 Sarjana Keperawatan 3 5 D3 Keperawatan 2 6 D3 Kebidanan 6 7 Perawat Gigi 1 8 Analisa Kesehatan 1 9 Apoteker 1 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 4.2 Karakteristik Informan Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 informan yaitu Pegawai bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepala Puskesmas Medan Deli, Dokter Puskesmas Medan Deli, Penanggungjawab Program Diare Puskesmas Medan Deli, Pegawai Kecamatan Medan Deli, Lurah Kota Bangun, Anggota PKK, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat, Ibu Balita yang Anaknya Menderita Diare Tanpa Dehidrasi dan Ibu Balita yang anaknya Menderita Diare 57 Dengan Dehidrasi Ringan/Sedang. Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Karakteristik Informan No Informan 1 drg. Nuriah Hartati Jenis Kelamin Perempuan Umur (tahun) 40 Pendidikan Jabatan S1 Pegawai bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan Kepala Puskesmas Dokter Puskesmas Penanggungjawab program Diare Sekretaris Camat 2 3 4 dr. Nurlelin Sinaga dr. Budiarti Saramlah, Amkeb Perempuan Perempuan Perempuan 49 35 50 S1 S1 D3 5 Laki-laki 43 S1 6 7 8 9 10 Irfan Asardi Siregar, S.Sos Chairul Amin, S.Sos Suci Rahma Dani Latifah Yus Ashary Nurzannah Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan 45 29 43 43 30 S1 SMA SMA SMA SMA 11 Riska Perempuan 27 SMA Lurah Anggota PKK Kader Posyandu Tokoh Masyarakat Ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa dehidrasi Ibu balita yang anaknya menderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang 58 4.3 Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli 4.3.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli Datang Pulang Gambar 4.1 Pendaftaran di Loket Pengambilan obat Pemeriksaan Status gizi (oleh tenaga gizi) Pengukuran berat badan dan tinggi badan Tindakan Pengobatan di Ruang Poli Umum (oleh Dokter) Bertanya tentang riwayat penyakit diare Melakukan pemeriksaan Terapi Konseling Penulisan resep Alur Pengobatan Diare yang Diterima oleh Balita Tanpa Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli 59 4.3.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli Datang Pulang Gambar 4.2 Pendaftaran di Loket Pengambilan obat Pemeriksaan Status gizi (oleh tenaga gizi) Pengukuran berat badan dan tinggi badan Tindakan Pengobatan di Ruang Poli Umum (oleh Dokter) Bertanya tentang riwayat penyakit diare Melakukan pemeriksaan Terapi Konseling Penulisan resep Alur Pengobatan Diare yang Diterima oleh Balita Dengan Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli Dari alur tatalaksana diare di Puskesmas Medan Deli yang diterima oleh kedua balita menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengobatan diare kepada balita tanpa dehidrasi (informan 10) dan balita dengan dehidrasi ringan/sedang (informan 11). 60 4.4 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014 4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Hasil penelitian yang dilakukan tentang tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Pernyataan Yang terlibat itu bukan hanya tanggung jawab pemegang program diare saja, tetapi yang terlibat itu juga kepala puskesmas nya, dokter, pemegang program diare, tenaga UKS, tenaga kesehatan lingkungan dan surveilans epidemiologi, jadi semua itu terlibat, bukan hanya 1 program tapi multiprogram, dimana nanti masing-masing program itu akan melakukan tugasnya masing-masing, seperti kepala puskesmas ya mereka menanggungjawabi staf-staf nya, dokter tugasnya menangani pasien, kalau pemegang program diare itu tugasnya melakukan penyuluhan diare dan merekap data diare dalam bentuk mingguan baik kasus yang ada di puskesmas ataupun temuan kader di posyandu jadi setiap minggunya direkap dan dikirim ke Dinas Kesehatan, kalau surveilans epidemiologi tugasnya mendata jangan sampai ada KLB, sedangkan Tenaga UKS mereka memberikan penyuluhan PHBS ke sekolah-sekolah. Yang terlibat itu kepala puskesmas, Petugas diare dan petugas lain ya seperti petugas surveilans, petugas kesehatan lingkungan, petugas gizi, petugas SP2TP dan dokter, jadi semua petugas kesehatan saling bekerjasama. Ya semua tenaga kesehatan terlibat. Pertama pemegang program diare, kedua petugas kesehatan di poliklinik kemudian petugas gizi yang tugasnya menimbang berat badan anak jadi kalau ada anak yang gizi buruk dan sakit diare petugas gizi cepat lapor. Ada dokter, saya sebagai penanggung jawab program diare, tenaga kesling dan tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat. 61 Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare bukan hanya pemegang program diare saja tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat seperti Kepala Puskesmas, Dokter, Tenaga UKS, tenaga Kesehatan Lingkungan, Tenaga Surveilans Epidemiologi dan Tenaga Gizi. 4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Hasil penelitian yang dilakukan tentang sarana kesehatan yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Pernyataan Sarana yang tersedia itu kita mengadakan pojok oralit di setiap puskesmas, karena pertolongan pertama dari diare itu adalah pemberian oralit kemudian menyediakan obat-obatan seperti pengadaan tablet zinc. Tablet zinc ini penting diberikan karena tablet zinc ini membantu penyembuhan diare dan menjaga agar anak tetap sehat. Walaupun sudah selesai diare nya tablet zinc ini harus tetap diberikan. Obat-obatan seperti oralit, tablet zinc, cairan infuse, dll. Tahun 2014 ini kalau obat-obatan tablet zinc tidak ada ya, kalau persediaan oralit ada, tapi biasanya kalau tidak ada tablet zinc di puskesmas saya resepkan agar pasien bisa beli di luar kalau posterposter diare ada, peralatan lain yang mendukung juga lengkap tapi kalau pojok oralit tidak ada. Sarana di puskesmas kita buat pojok oralit, obat-obatan seperti zinc, oralit, antibiotik, kalau ada muntah dan demamnya dikasih obat anti muntah dan paracetamol. Ruangan poli dan poster diare juga tersedia. Untuk sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas sudah cukup lengkap namun perlu ditingkatkan lagi. Menurut kebutuhan sarana yang tersedia sudah cukup lengkap, 62 Informan 7 Informan 8 Informan 9 Informan 10 Informan 11 namun untuk memberikan pelayanan perlu ditingkatkan lagi. Perlengkapannya cukup lengkap lah ya kayak wastafel untuk cuci tangan aja di Puskesmas Medan Deli tersedia, untuk di halamannya aja sampah organik dan non organik tempat sampahnya sudah terpisah. Sarana yang tersedia sudah cukup lengkap lah. Yah sudah lengkaplah ya alat-alat di puskesmas kayak di ruangan poli itu ada timbangan, wastafel, poster diare, dll. Lengkap juga tergantung dari sakitnya kalau penyakitnya ringan kayak diare cukup memadai. Kayaknya sih udah lengkap lah yang ada di puskesmas. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, 9 informan menyatakan bahwa sarana kesehatan yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di puskesmas sudah lengkap, 1 informan menyatakan bahwa pojok oralit dan obatobatan seperti oralit dan tablet zinc merupakan sarana kesehatan yang harus tersedia di setiap puskesmas, sedangkan 1 informan menyatakan bahwa tablet zinc tidak tersedia dan pojok oralit tidak berjalan di puskesmas. 4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli Hasil penelitian yang dilakukan tentang proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Informan Informan 1 Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli Pernyataan Prinsip tatalaksana diare yang sekarang digalakkan adalah “LINTAS DIARE” atau lima langkah tuntaskan diare yaitu pemberian oralit, zinc, pemberian ASI/makan, pemberian antibiotik untuk indikasi tertentu, dan pemberian nasihat. Langkah-langkah tatalaksana diare dimulai dari menanyakan riwayat penyakit diare seperti : sudah berapa lama anak diare, berapa kali diare dalam sehari, ada muntah, darah, dsb. Setelah itu menilai derajat dehidrasi anak seperti: melihat keadaan umum anak, melihat mata, rasa haus anak dan periksa turgor 63 Informan 2 Informan 3 Informan 4 kulit anak. Setelah melakukan pemeriksaan itu tentukan rencana pengobatan apakah anak tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang atau bahkan dehidrasi berat. Setelah itu dilakukan tindakan, kalau anak tanpa dehidrasi diterangkan kepada ibunya tentang 5 langkah terapi diare di rumah, kalau dehidrasi ringan/sedang itu seharusnya diberikan pengobatan di puskesmas yaitu diberikan oralit selama 3 jam dan diterangkan kepada ibu balita tentang pemberian oralit dan pencegahan diare jadi penderita dehidrasi ringan/sedang itu sebaiknya harus diobservasi di puskesmas ya, kalau dehidrasi berat anak-anak harus cepat diberikan cairan infus jika sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas terbatas dianjurkan untuk cepat dirujuk ke rumah sakit terdekat agar anak tidak kehabisan cairan. Pelaksanaanya itu setiap balita yang sakit diare dilakukan pemeriksaan oleh dokter, diterapi dan diberikan nasihat tentang pencegahan diare. Kalau diare nya sudah berat jarang dilakukan di puskesmas biasanya kita cepat langsung rujuk ke rumah sakit. Alurnya mulai dari pendaftaran di loket pendaftaran, balita ditimbang berat badannya di ruang gizi, dan setelah itu balita diperiksa di ruangan poli umum. Saya tanya sudah berapa kali diare dalam sehari, apakah ada muntah, darah? Setelah itu diperiksalah mata, kulit, dan keadaan si anak apakah normal atau lemas ya kan. Kita kasih konseling juga ke ibu balita agar obatnya diminum, anaknya banyak minum air putih, jangan malas makan. Yaudah siap itu saya resepkan obatnya. Balita dengan dehidrasi berat jarang ya biasanya masyarakat langsung ke rumah sakit, kalau pun dibawa ke puskesmas kalau kondisinya sudah berat kita rujuk. Langkah-langkah tatalaksana diare itu dimulai dari bertanya kepada ibu balita tentang diare si anak seperti : sudah berapa hari diare nya? Apa ada muntah dan demam? Ada darah dalam tinja tidak?, setelah itu kita lihat apakah anak gelisah tidak? biasanya kalau sudah dehidrasi berat, perut anak lembek itu, lihat mata nya cekung atau tidak cekung? anak mau minum tidak? biasanya kalau sudah lemas kali anak tidak mau minum lagi dan lihat apa ada demam? Setelah itu ditentukan rencana pengobatan kalau tanpa dehidrasi anaknya dikasih banyak minum aja, kita kasih tau anak nya mencretnya belum parah kali jadi kasih banyak minum dan makan teratur. Dehidrasi ringan kasih banyak minum, kasih oralit dan zinc, makan teratur, kasih bubur, jangan kasih makan yang manis-manis, kalau dehidrasi ringan ga pala kita kasih infus. Dehidrasi berat kita sarankan untuk langsung ke rumah sakit aja biar cepat dapat cairan, nanti dari puskesmas kita kasih surat rujukan ke Rumah Sakit Mitra Medika atau Rumah Sakit Imelda. 64 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8 Informan 9 Informan 10 Informan 11 Pelayanan dari tenaga kesehatan sudah cukup baik, hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang berobat ke puskesmas setiap hari nya. Kesadaran masyarakat untung berobat ke puskesmas sudah tinggi lah. Yang Bapak lihat, masyarakat disini kalau sakit berobatnya ke puskesmas. kepercayaan masyarakat berobat ke puskesmas sudah baik. Nah itu tidak terlepas dari pelayanan petugas kan, berarti selama ini petugas sudah baik melayani masyarakat. Kalau di puskesmas sudah baik lah dek pelayanannya. Disana kan ada dokter nya jadi kalau ada balita sakit diare pasti diperiksa dan diobati. Dikasih oralit tentunya kan. Kalau di posyandu juga gitu, kalau ada yang sakit diare dikasih oralit. Kalau ada balita sakit diare di puskesmas pastinya cepat ditangani sama petugas yah. Kalau di posyandu stok oralit kan selalu ada, jadi kalau ada anak yang sakit diare pasti ibuk kasih oralit. Ibuk kasih tau juga cara buat larutan gula garam kalau stok dirumah pasien tidak ada. Kalau penanganan diare itulah yang kami lakukan dek, kalau pelatihan dari puskesmas khusus belum pernah. Cuma sebelum pelaksanaan posyandu pasti kita diarahkan dan diberi bimbingan yah sama orang puskesmas. Kalau di Puskesmas itu sudah bagus dek, dokternya ramah, baik lagi. Kalau anak-anak sakit diare ditanya tanya sama dokter kenapa kok bisa sakit, diperiksa, trus kita dikasih penyuluhan lah gimana pencegahan diare dinasehati juga untuk banyak minum dan istirahat yang cukup. Sudah cukup aktif lah petugas kesehatan selama ini ya dek. Pengobatannya biasa aja sama lah seperti berobat di rumah sakit. Tadi dokter ada tanya-tanya juga tentang diare si adik, diperiksa siap itu disarankan sama dokter untuk banyak minum, obatnya juga diminum. Yah lumayan bagus lah. Dokter nya ramah. Ya tadi kayak adek liat sendiri kan, diperiksa sama dokter, siap itu ditanya-tanya udah berapa lama anak sakit diare? ada muntah ga? Cukup bagus lah ya menurut ibu pelayanan dari dokternya. Kalau pengobatannya udah bagus lah menurut ibuk. Dari pernyataan informan diatas diketahui bahwa proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli dimulai dari pasien mendaftar di loket pendaftaran kemudian dilakukan penimbangan berat badan anak di ruang gizi dan dilanjutkan ke poli umum untuk dilakukan pemeriksaan. Dalam alur pengobatan diare terlihat bahwa tidak 65 adanya perbedaan pengobatan yang diterima oleh balita tanpa dehidrasi maupun balita dengan dehidrasi ringan/sedang. Sedangkan untuk balita dengan dehidrasi berat segera dirujuk oleh tenaga kesehatan ke Rumah Sakit terdekat. 4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans Epidemiologi Diare Hasil penelitian yang dilakukan tentang kegiatan surveilans epidemiologi diare dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans Epidemiologi Diare Informan Pernyataan Surveilans epidemiologi diare dilakukan untuk memantau jumlah Informan 1 penderita diare, apakah mengalami peningkatan 3 atau 4 x lipat, tapi alhamdulilah beberapa tahun ini tidak ada yang KLB, sejak saya di dinas kesehatan mulai tahun 2008 tidak ada kasus KLB. Surveilans epidemiologi diare dilakukan untuk melihat apakah ada Informan 2 wabah/KLB diare, dilihat dari laporan bulanan apakah kasus diare meningkat/mengalami trend, apabila mengalami peningkatan dilakukan tindakan. Dalam mewaspadai peningkatan kasus diare, penanggung jawab program diare melakukan home visit 2 x dalam sebulan. Ada petugas surveilans turun ke masyarakat. Informan 3 Kalau ada kasus diare kita turun ke lapangan, misalnya dalam 1 gang Informan 4 itu ada 5 orang yang mencret, kita turun kita cari tau kenapa kok bisa banyak yang mencret. Kalau KLB insyaalah belum pernah lah terjadi di Puskesmas Medan Deli. Tenaga kesehatan pernah melakukan kegiatan pengamatan penyakit Informan 5 diare di masyarakat. Ada petugas turun ke lapangan. Informan 6 iya pernah petugas turun ke masyarakat. Informan 7 Iya ada juga petugas turun ke lapangan untuk mantau diare. Informan 8 Adalah pokoknya mereka turun ke masyarakat kasih penyuluhan. Informan 9 Informan 10 Kurang tau yah dek kayaknya ga pernah lah. Informan 11 Kayaknya sih belum pernah lah. 66 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, 9 informan menyatakan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi diare ada dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mewaspadai timbulnya KLB di masyarakat, sedangkan 2 informan lainnya menyatakan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi diare belum pernah dilakukan oleh tenaga kesehatan di masyarakat. 4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare Hasil penelitian yang dilakukan tentang penyuluhan diare dapat dilihat dari tabel 4.9 berikut ini : Tabel 4.9 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare Pernyataan Penyuluhan diare ini harus ditingkatkan. Sebaiknya rutin dilakukan di masyarakat, ke sekolah-sekolah dan saat posyandu. Promosi kesehatan/penyuluhan dilakukan kepada pasien diare di puskesmas maupun secara kelompok seperti di posyandu. Penyuluhan diare ada dilakukan di posyandu. Kita kasih penyuluhan di puskesmas dan kalau ada kasus diare kita turun ke lapangan/home visit, kalau tidak ada kasus ya tidak turun. Kadang-kadang saya ajak anak PKL untuk buat penyuluhan di Posyandu. Saya sering menasehati masyarakat agar anaknya jangan jajan sembarangan, botol susu anak harus dicuci bersih dan direbus, kalau anaknya mendapatkan ASI dan sedang mencret, ASI itu harus diteruskan jangan ASI itu diberhentikan, makanan mamaknya juga harus dijaga jangan makan sembarangan itulah untuk mencegah mencret, air galon itu kita anjurkan juga untuk dimasak, karena anakanak banyak yang tidak tahan minum aqua galon yang 3500 itu. Kita beri nasihat kepada Ibu kalau anak mencret dikasih pisang, air tajin, kuah sayur, kebersihan anak juga harus dijaga, karena anak yang jorok mudah kena diare, kalau tidak ada oralit buat oralit sendiri dirumah caranya sesendok gula dan seujung sendok garam dicampur air hangat dan langsung diminumkan, kalau kondisi anak makin parah ada muntah dan BAB nya tidak kurang kita anjurkan untuk segera di bawa ke puskesmas atau rumah sakit. Kalau saya datangi dari rumah ke rumah biasanya ga ada bawa media penyuluhan. Puskesmas cukup sering melakukan upaya penyuluhan penyakit diare 67 Informan 6 Informan 7 Informan 8 Informan 9 Informan 10 Informan 11 pada masyarakat di Kecamatan Medan Deli yang bekerjasama dengan TP-PKK Kelurahan dan TP-PKK Kecamatan Medan Deli melalui kegiatan posyandu, bila ada balita diare langsung ditangani di posyandu atau dirujuk ke Puskesmas Medan Deli dan melakukan penyuluhan PHBS di sekolah-sekolah yang menekankan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Penyuluhan tentang pencegahan diare itu ada dilakukan di posyandu sebulan sekali yang bekerjasama dengan puskesmas untuk melihat perkembangan bayi, gizi, imunisasi dan keluhan penyakit nya. Penyuluhan sudah bagus yang selama ini berjalan, namun perlu ditingkatkan lagi. Kita aktifkan lah masyarakat itu untuk pencegahannya, termasuk cuci tangan pakai sabun, jangan buang hajat dan sampah ke sungai. Banyak lah yang dilakukan kalau tentang diare, seperti di posyandu kader bekerjasama dengan puskesmas, tugas kader lah yang menghayo-hayo kan masyarakat untuk datang posyandu dan ikut penyuluhan. Tapi itu tadi lah penyuluhan tidak rutin juga dilakukan di posyandu. kalau di Kelurahan Kota Bangun ini juga ada kegiatan dari High Five tentang STBM yang terdiri dari 5 pilar yaitu cuci tangan pakai sabun, tidak buang sampah dan BAB sembarangan, Penyuluhan khusus ga pernah ya dek, paling kalau ada anak mahasiwa PKL aja yang datang kemari kasih penyuluhan. Kalau setiap bulannya di posyandu kalau ada yang sakit diare kita kasihkan oralit aja. Kita nasehati juga ibuknya suruh si anak kasih banyak cairan biar ga dehidrasi. Kita kasih tau lah kalau anak diare pertolongan pertama yang dibuat. Kita ajarkan buat larutan gula garam. Paling itu aja dek. Kalau penyuluhan khusus ga pernah paling dari anak mahasiswa kesehatan yang datang ke posyandu. Itu pun ga rutin. Penyuluhan ada dilakukan di posyandu dan petugas itu keliling dari rumah ke rumah. Tapi itu pun ga sering dan tidak efektif yah karena tidak menjangkau banyak masyarakat. Yang bapak nilai masyarakat disini kurang sadar akan kesehatan, kalau udah sakit aja baru berobat, kalau sebelum sakit yang enggak perduli dengan kebersihan lingkungan. Padahal kan lebih baik mencegah dari pada mengobati. Kalau di masyarakat kemarin ada kegiatan Fogging dan pemeriksaan air sumur, kalau penyuluhan diare selama ini belum ada. Ada penyuluhan di posyandu kalau di puskesmas juga dikasih penyuluhan. 68 Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kegiatan penyuluhan diare ada dilakukan di Puskesmas, di posyandu dan dari LSM High Five tentang STBM, sedangkan 1 informan lainnya menyatakan bahwa penyuluhan diare di masyarakat selama ini belum ada, kegiatan yang ada di masyarakat hanya berupa kegiatan fogging dan pemeriksaan air sumur. 4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah Terkait Diare Hasil penelitian yang dilakukan tentang kebijakan pemerintah terkait diare dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.10 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah Terkait Diare Pernyataan Kebijakan pemerintah secara langsung tidak ada yang berupa peraturan perundangan, cuma biasanya kita memantapkan dengan penatalaksanaan diare itu aja. Tahun 2011 dari provinsi ada berupa Surat Edaran (SE) langsung ke Dinas Kesehatan Kota Medan supaya setiap puskesmas melaksanakan prinsip tatalaksana diare. Iya pasti adalah himbauan untuk gotongroyong. Ada, kayak himbauan untuk kegiatan gotong royong. Ada lah himbauan tentang diare seperti melaksanakan tatalaksana diare. Ada instruksi dari PEMKO Medan untuk melakukan kegiatan gotong seminggu sekali dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan, hal ini sudah kami lakukan di wilayah Kecamatan Medan Deli ada kegiatan gotong royong massal setiap hari sabtu dan gotong royong di kelurahan setiap hari minggu. Iya ada lah. Untuk gotong royong ada itu surat dari Pemko Medan. Kalau itu kakak belum tau ya, kakak rasa belum ada. Kebijakan terkait diare ini ibuk kurang begitu paham ya dek. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, 4 informan menyatakan bahwa terdapat instruksi kegiatan gotong royong dari PEMKO Medan dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan, 2 informan menyatakan bahwa kebijakan diare dalam bentuk 69 perda tidak ada, tetapi terdapat Surat Edaran (SE) dari Dinas Kesehatan ke seluruh puskesmas untuk melaksanakan tatalaksana diare, sedangkan 2 informan lainnya menyatakan bahwa tidak tahu apakah ada peraturan ataupun instruksi terkait diare. 4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare Hasil penelitian yang dilakukan tentang kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut ini : Tabel 4.11 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare Pernyataan Kerjasama Lintas Sektor ini biasanya kalau di puskesmas kita berhubungan dengan pendidikan, kecamatan, kelurahan dan kader posyandu, kalau pendidikan kita ke sekolah-sekolah, kita berikanlah penyuluhan kepada anak-anak tentang PHBS seperti kebersihan kuku dan cuci tangan sebelum makan, kalau di kecamatan dan kelurahan kita kasih penyuluhan-penyuluhan, karena diare ini tidak berdiri sendiri, dia berhubungan dengan kebersihan lingkungan, kalau di posyandu kita harapkan kader bisa melakukan penyuluhan tentang tatalaksana diare, karena kita ada kasih pelatihan ke kader di posyandu. Kita melakukan kerjasama dengan kecamatan, kelurahan Pokja IV dan kader di posyandu. Petugas puskesmas juga sudah membekali kader untuk menangani pasien diare tanpa dehidrasi seperti memberikan cairan gula garam, selain itu pula kita melakukan kerjasama dengan pendidikan seperti melakukan penyuluhan di sekolah dan melatih dokter kecil. Ada kerjasama dengan kader di posyandu dan kelurahan untuk gotong royong. Ya bekerjasamalah dengan lurah, kepling, kader dan tokoh masyarakat, kalau ada yang mencret di lingkungan kepling dan tokoh masyarakat yang lapor setelah itu kita datang ke lapangan, kalau di posyandu kita suruh kader yang kasih penyuluhan tentang pemberian oralit dan tatalaksana diare. Kerjasama cukup baik antara kecamatan dengan puskesmas dalam kegiatan program diare. Rapat koordinasi antara kecamatan dengan puskesmas dilakukan 1 x seminggu dan kecamatan juga cukup aktif 70 dalam mendukung pelaksanaan program diare baik melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan seperti PHBS di sekolah dan kegiatan PKK. Kita mengadakan pertemuan dengan puskesmas, kelurahan, kepala Informan 6 lingkungan. Rapat koordinasi kita adakan sekali sebulan. Baru-baru ini ada juga kerjasama kita dengan High Five di Kelurahan Kota Bangun, fokusnya itulah tentang PHBS. Kalau dari pemerintah yang saya lihat sudah cukup bagus, kegiatan Informan 7 dari High Five juga sudah sangat bagus, tinggal masyarakatnya aja yang perlu ditingkatkan lagi kesadarannya. Sudah baik lah, kalau dari pemerintah sudah bagus, dari High Five Informan 8 juga sudah bagus, kalau masalah keberhasilannya kadang-kadang sudah kita kasih penyuluhan sudah buat kegiatan, perubahan perilaku dari masyarakat itu yang sulit. Sudah terjalin dengan baik, kalau disini bapak yang sering lapor ke Informan 9 puskesmas kalau ada warga yang anaknya gizi kurang atau sakit diare sudah menyebar, pokoknya kalau ada kegiatan dari kecamatan, kelurahan dan puskesmas kita turut sertalah, ada juga kegiatan STBM di Kota Bangun Dalam, mereka ada buat rumah kompos juga, diajari cuci tangan pakai sabun, bagus lah kegiatannya. Informan 10 Ada, kayak di kegiatan gotong royong ada lurah dan kader ikut gotong royong. Informan 11 Pasti ada, kayak penyuluhan sama gotong royong pastinya saling bekerjasama. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare telah berjalan dengan baik yang melibatkan Pendidikan, pemerintah setempat seperti kecamatan, kelurahan juga melibatkan kepala lingkungan, kader posyandu, tokoh masyarakat dan LSM luar negeri yaitu High Five. 4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Program Diare Keterlibatan Masyarakat dalam Hasil penelitian yang dilakukan tentang keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut ini : 71 Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Diare Informan Pernyataan Terlibat aktif dibilang iya, walaupun secara tidak langsung mereka Informan 1 menurunkan angka kesakitan diare. Mereka terlibat langsung dalam kegiatan gotong royong, dimana mereka ikut membantu membersihkan lingkungan. Kesadaran masyarakat masih kurang karena disini rata-rata tingkat Informan 2 ekonomi masyarakatnya menengah kebawah. Kalau di daerah Kota Bangun ini masyarakatnya rata-rata Informan 3 kebersihanya kurang. Kalau kita nasehatin masyarakat udah ngerti, tolonglah kebersihan Informan 4 lingkungan dijaga, sampah jangan buang sembarangan, parit jangan sumbat, mereka udah ngerti itu. Peranan masyarakat cukup baik dan positif dalam mendukung Informan 5 kegiatan-kegiatan tersebut. Kita buat kelompok kerja yang melibatkan masyarakat. Kita buat Informan 6 pertemuan dengan masyarakat di lingkungan, seperti di lingkungan 5 keplingnya menyediakan lahan untuk buat kompos. Kita beritahu masyarakat bahwa kebersihan ini bukan hanya tanggung jawab kelurahan saja, tetapi masyarakat juga ikut bertanggung jawab. Kadang masyarakatnya cuek, kita sering ya sosialisasi di posyandu Informan 7 mereka hanya mendengarkan setelah itu tidak melakukan, gimana yah kalau kakak bilang sih mungkin dasar orangnya cuek ya., kalau sudah kejadian baru nyesal, kayak di posyandu aja kita menghayohayokan masyarakat nanti anaknya kena diare buk, kena polio ternyata masyarakatnya membantah. Sebagian ada yang aktif, sebagian ada yang tidak aktif, dari sekian Informan 8 banyak masyarakat di Kelurahan Kota Bangun yang aktif paling cuma 35 orang, di Kelurahan Kota Bangun dekat pinggiran rel kereta api masih kurang kali kebersihan lingkungan nya, tingkat kesadaran masyarakat masih kurang, masyarakat tidak begitu peduli, setelah diare baru merasakan. Memang ga begitu besar lah, karena mereka merasa buang waktu aja, Informan 9 tapi ada juga masyarakat yang ikut serta ga semuanya cuek, istilahnya kayak bapak tahu bapak sampaikan sama yang lain, kayak gitulah tongkat estafetnya ga bisa dikumpulkan semuanya karena sulit sekali. Informan 10 Kalau anak saya diare biasanya ASI lebih sering saya kasih. Banyak kasih minum dulu, kalau udah makin parah baru ke puskesmas. Informan 11 Ikut berpartisipasi. Anak saya minum ASI sampe usia 6 bulan. Kalau diare si adik kasih oralit besoknya kalau ga kurang saya bawa aja ke puskesmas. 72 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, beberapa informan menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program diare masih rendah, hal tersebut dikarenakan kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih rendah, masyarakat tidak peduli dan merasa ikut kegiatan hanya buang waktu saja. Sedangkan informan dari Ibu Bayi/Balita menyatakan bahwa keterlibatan mereka yaitu cepat dalam melakukan pertolongan pertama saat anak diare. 4.4.9 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Hasil penelitian yang dilakukan tentang kegiatan yang dilakukan dalam menjaga kebersihan lingkungan dapat dilihat dari tabel 4.13 berikut ini : Tabel 4.13 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Pernyataan Penyakit diare ini kan berkaitan dengan kebersihan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan itu ada gotong royong yang melibatkan lurah dan kepling setempat. Bekerjasama dengan pemerintah setempat dalam melakukan kegiatan gotong royong seminggu sekali. Kegiatan yang dilakukan ada kegiatan gotong royong. Ini sekarang ada kegiatan gotong royong masal setiap hari sabtu, yang melibatkan lurah, kader, petugas puskesmas dan masyarakat semua ikut terlibat. Ya alhamdulilahnya kasus diare udah lumayan berkurang lah sekarang. Dalam menjaga kebersihan lingkungan di wilayah Kecamatan Medan Deli, kita melakukan kegiatan gotong royong, setiap hari sabtu kita lakukan gotong royong massal dan setiap hari minggu khusus gotong royong di kelurahan, jadi kegiatan ini rutin dilakukan. Kegiatan gotong royong rutin dilakukan, sekarang kita melakukan gotong royong massal dan gotong royong di kelurahan, kalau di kelurahan kita adakan setiap hari minggu yang melibatkan masyarakat dan kader-kader yah. Ada kegiatan gotong royong, tapi masyarakat disini sama sekali ga aktif ikut gotong royong, yah kader nya lah yang ikut, pernah waktu 73 Informan 8 Informan 9 Informan 10 Informan 11 gotong royong di lingkungan kita datangi dari rumah ke rumah lumayan banyak masyarakat yang mau ikut gotong royong, tapi sekarang ini belum tau lagi lah gimana, kalau di medan kan setiap minggu nya harus gotong royong kan sekarang. Ya melakukan kegiatan gotong royong. Tapi masyarakat disini banyak yang malas ikut gotong royong dek. Kalau di Kelurahan Kota Bangun yah khususnya, kebersihan lingkungan masih kurang lah dek. Di deket pinggiran rel kereta api itu masyarakatnya masih ada yang BAS (buang air besar sembarangan). Mereka BAB diparit, dipekarangan rumah, atau numpang dirumah tetangga sebelah. Sampah pun banyak berserakan. Susah lah dek ngaturnya. Karena mereka disana nyewa itu masih tanah PJKA dek, jadi mereka ga terlalu perduli ada jamban atau enggak. Tapi selama ada kerjasama dengan High Five ini udah mulai berkuranglah masyarakat yang buang air besar sembarangan. Kalau air, untuk minum hampir semua masyarakat disini beli air aqua gallon. Air sumur udah ga bisa untuk minum dek. Warnanya kuning ga layak minum lah. Paling kita cuma pake untuk nyuci sama mandi aja. Untuk minum kita ga berani. Gotong royong ada dilakukan setiap gotong royong kita umumkan di musholla. Masyarakatnya disini lumayan juga banyak yang ikut gotong royong. Ada juga yang membantah ga mau ikut gotong royong. Bapak sebagai tokoh masyarakat disini apa yang terbaik buat masyarakat pasti bapak himbau. Kalau masyarakat juga tidak mau atau membantah ya itu hak mereka. Kalau untuk penggunaan jamban, kalau di lingkungan bapak aja yah dek, hampir semua udah pake jamban. Kalau air kita pake aqua gallon. Disamping rumah ini kan ada pabrik sabun. Mungkin udah tercemar lah sama limbah pabrik jadi airnya warnanya kuning, kadang pun kalau dipake mandi terasa di kuku kita ini agak berminyak. Makanya kami kalau minum beli aqua gallon aja dek. Iya ada kegiatan gotong royong, suami rutin ikut gotong royong. Ada kegiatan gotong royong supaya ga ada nyamuk, tiap gotong royong bersihkan parit sama sampah-sampah. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, kegiatan yang dilakukan dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah melalui kegiatan gotong royong yang dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu gotong royong massal pada hari sabtu dan gotong royong di kelurahan setiap hari minggu. Namun dari hasil wawancara dengan 74 beberapa informan didapatkan bahwa masyarakat sama sekali tidak aktif mengikuti kegiatan gotong royong, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli khususnya Kelurahan Kota Bangun juga tergolong rendah. 4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan Terhadap Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Hasil penelitian yang dilakukan tentang pengawasan dan evaluasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut ini : Tabel 4.14 Informan Informan 1 Informan 2 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan Terhadap Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Pernyataan Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan program diare ya kita lihat dari laporan mingguan dengan tujuan untuk memonitoring/memantau apakah ada KLB di suatu puskesmas. Kita lihat dari laporan mingguanya, minggu pertama ke minggu kedua tidak boleh lebih dari 3 x lipat. Kita misalkan jika kasus diare minggu pertama di puskesmas A 10, kemudian minggu kedua pada puskesmas yang sama kasus diare nya 40, itu kan udah termasuk KLB, jadi kita langsung turun kita lihat apa penyebabnya, kenapa itu bisa terjadi ? biasanya kita turun bersamaan dengan orang surveilans dan orang kesling, memang untuk kami di dinas ini melakukan rapat pemegang program diare sebulan sekali. Kita tanya apakah ada KLB? dan kita tanya bagaimana dengan obat-obatan? Jadi selalu kita ingatkan oralit dan zinc jangan sempat ada kekurangan di puskesmas kadang-kadang untuk infuse RL kalau memungkinkan disediakan saja di Puskesmas, untuk ketersediaan obat-obatan puskesmas berhubungan dengan gudang farmasi DKK, jadi perlu juga kerjasama pemegang program dengan orang di gudang farmasi untuk ketersediaan obat-obatan diare. Pengawasan dan evaluasi terhadap beberapa kasus dilakukan setiap bulan. Pengiriman laporan kasus diare juga dilakukan ke Dinas 75 Informan 3 Informan 4 Kesehatan rutin setiap minggunya. Pengawasan dan evaluasi tentulah dilakukan oleh DKK Medan ya. Saya rutin kasih laporan diare ke DKK Medan setiap minggunya dan melakukan rapat bulanan pemegang program diare setiap hari selasa minggu kedua. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan berdasarkan laporan diare dan disaat rapat pemegang program diare yang dilakukan setiap hari selasa minggu kedua setiap bulannya. 4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan Program Diare Hasil penelitian yang dilakukan tentang hambatan dalam pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.15 berikut ini : Tabel 4.15 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan Program Diare Pernyataan Kalau hambatan tidak ada. Kesadaran masyarakat untuk PHBS yang masih kurang, peran serta masyarakat di setiap kegiatan juga rendah, kalau untuk kerjasama lintas sektor tidak ada masalah. Masyarakat yang datang ke puskesmas ini kebersihannya kurang. Hambatannya tidak ada biasa aja. Hambatan-hambatan tidak ada yang signifikan, semua dapat kita selesaikan melalui rapat-rapat koordinasi. Hambatannya yang kita miliki masyarakat ini kadang-kadang kurang bertanggung jawab terhadap fasilitas yang dimiliki, seperti parit yang sudah kita bangun, tempat sampah sudah kita sediakan agar dipelihara dan bertanggung jawab. Gimanalah masyarakatnya betul-betul mau berubah terutama tentang 5 pilar ini, itu aja sih hambatannya susah untuk mengajak masyarakat. Selain itu hambatannya kader posyandu nya cuek, masyarakat datang ke posyandu dimarahi sama kader, seharusnya kan tidak boleh ya, Yang ibuk rasakan kalau di posyandu sendiri kadang-kadang orangorang yang disuruh datang ke posyandu susah, sudah bolak-balik dikasih tau tetap aja payah tapi kita tetap berusaha aja. Hambatanya manusia kurang sadar dan kurang peduli. 76 Informan 9 Informan 10 Informan 11 Hambatanya itu masyarakat tidak satu watak yang kita hadapi, ada yang menerima kita itu baik, ada yang kurang senang. Hambatanhambatanya itu masyarakatnya sendiri kurang menyadari kalau sehat itu mahal, tapi payah kita memberi pengertianya. Masyarakat perduli kesehatan kalau sudah jatuh sakit. Kalau sebelum sakit ga perduli mereka. Padahal kan mencegah lebih baik kan dek daripada mengobati. Kalau hambatan paling kalau di puskesmas agak lama ditangani ya. Ngantrinya lama. Ibu kan bawa anak kecil sakit. Kan rewel, menangis terus dari tadi. Tapi mau gimana lagi ya dek yang berobat pun juga banyak. Hambatannya puskesmas cukup jauh ya dek dari rumah. Tapi mau gimana lagi kan. Kalau sakit diare terpaksalah harus dibawa kemari. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, hambatan dalam pelaksanaan program diare yaitu peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan masih rendah, rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat, masyarakat kurang bertanggungjawab dalam memelihara fasilitas yang disediakan oleh pemerintah seperti parit dan tempat sampah. Sedangkan Ibu balita mengatakan yang menjadi hambatan adalah waktu tunggu yang terlalu lama dan jarak dari rumah ke puskesmas yang terlalu jauh. 4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Hasil penelitian yang dilakukan tentang output pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut ini : Tabel 4.16 Informan Informan 1 Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Pernyataan Yang saya harapkan supaya penderita diare ini kita bisa mengatasinya bersama terutama pada bayi dan balita karena diare ini dapat menyebabkan kematian pada bayi dan balita, jadi diharapkan masyarakat terutama ibu nya harus mengerti pertolongan pertama saat 77 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8 Informan 9 Informan 10 Informan 11 anak diare, jadi bukan kita menghentikan diarenya tapi mencegah dehidrasinya. Kita lakukan penyuluhan ke kader-kader di posyandu jangan sampai anak itu dibiarkan sampai dehidrasi berat. Menurun lah angka kesakitan/kematian diare, peran serta masyarakat meningkat dan dengan adanya kegiatan surveilans tanggaplah untuk mewaspadai peningkatan kasus diare. Pengetahuan masyarakat meningkat dan PHBS juga meningkat, kalau ada yang sakit diare segera beri oralit, kalau tidak ada oralit buat sendiri dirumah. Masyarakat mengerti tentang kebersihan dan mengasuh anak yang baik dan bagaimana cara penanggulangan diare. Output yang diharapkan adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang dimulai dari kesadaran warga dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, baik jasmani dan rohani serta menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga yang teratur. Masyarakat bisa lebih bertanggung jawab, kalau bisa kasus diare di kota bangun ini berangsur-angsur berkurang. Harapannya kalau bisa ya kasus diare ini tidak seperti tahun tahun lalu, kalau bisa tahun ini diare bisa berkurang. Kami pun karena kita punya janji ke High Five kita mau mewujudkan mimpi kita di tahun 2019 jangan ada lagi anak-anak yang sakit diare. Yang jelas diharapkan ya diarenya bisa menurun, kalau bisa tidak ada lagi lah diarenya tapi itu kan ga mungkin, kalau diare bisa menurun aja udah alhamdulilah, harapannya juga lingkungan bisa bersih. Kepengennya Medan Deli ini jangan terbesar lah kasus diare nya, menurunlah lah kasus diare karena kan anak-anak yang banyak terkena diare, berharap lingkungan disini bisa bersih dan terhindar dari penyakit-penyakit seperti diare. Kasus diare berkurang dan masyarakat terutama ibu paham tentang pencegahan diare. Berkuranglah penyakit diare di masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, output dalam pelaksanaan program diare adalah menurunya kasus diare di masyarakat, meningkatnya pemahaman masyarakat tentang PHBS, lingkungan bersih dan meningkatnya peran serta masyarakat. 78 4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Saran untuk Perbaikan Pelaksanaan Program Diare Hasil penelitian yang dilakukan tentang saran untuk perbaikan pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.17 berikut ini : Tabel 4.17 Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Informan 8 Informan 9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Saran Untuk Perbaikan Pelaksanaan Program Diare Pernyataan Saya harapkan laporan diare dikirimkan tepat waktu oleh pemegang program diare, jangan sampai sudah KLB baru melaporkan. Kepada Dinas Kesehatan perlu lah bimbingan dan pelatihan kepada petugas diare untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani diare. Persediaan obat zinc diharapkan stock nya di puskesmas selalu tersedia dan memberikan reward/penghargaan kepada pemegang program diare di puskesmas. Kepada masyarakat agar PHBS ditingkatkan, kalau ada anak yang sakit diare ibu tau apa yang harus dilakukan. Saran untuk DKK Medan dan Puskesmas yah obat-obatan yang kosong segera dilengkapi lah seperti tablet Zinc. Makanan anak dijaga, aqua galon dimasak sampai mendidih, kalau anak mencret dikasih pisang, anak bayi jangan cepat dikasih makan karena bisa mengakibatkan mencret, mamaknya harus banyak makan karena mamak sehat anaknya sehat. Saran untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya yaitu perlu diikutsertakan peranan tokoh-tokoh informal (ulama,tokoh masyarakat, dll) dalam mensosialisasikan program diare. Saya sebagai lurah, saya tetap menghimbau ke masyarakat ini lebih baik kita mencegah dari pada mengobati untuk itu marilah kita bersama-sama bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan, karena kebersihan itu merupakan kebutuhan hidup. Harapannya kepada pemerintah dan puskesmas agar kader posyandu ini dipantau dan perlu binaan lagi bagaimana cara pendekatan ke masyarakat untuk menghayo-hayo kan masyarakat datang ke posyandu, perlu lah dibuat pelatihan dan dibina kader posyandu nya agar masyarakatnya tidak bosan datang ke posyandu. Kalau ibuk sih sarannya untuk masyarakat yang belum ada fasilitas BAB nya dibantu karena saat ini untuk pencemaran lingkungan yang paling besar karena buang air besar sembarangan. Di setiap rumah dikasih tong sampah yang organik dan non organik. Yah harapannya petugas puskesmas membuat penyuluhan yang 79 Informan 10 Informan 11 mengumpulkan masyarakat di suatu tempat jangan mendatangi dari rumah ke rumah, lagian kan ga efektif, mereka tidak menjangkau semua kepala keluarga. Saran dari saya rutinlah dibuat penyuluhan di masyarakat kalau sebulan 1 kali ditambah jadi sebulan 2 kali. Rutinlah dibuat penyuluhan tentang diare setiap bulan jadi masyarakat bisa tau bagaimana penanganan diare dan pencegahan tentang diare. Bersih-bersih lah supaya ga ada lagi penyakit diare, soalnya penyakit diare sekarang udah dimana-mana, jadi susah lah. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, saran dalam pelaksanaan program diare adalah rutin melakukan penyuluhan diare di masyarakat, masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan, PHBS di masyarakat meningkat, ibu tanggap dalam menangani anak yang sakit diare, kepada DKK Medan agar menyediakan obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas seperti tablet zinc, tenaga kesehatan mengirimkan laporan diare tepat waktu, perlunya pelatihan dan pembinaan kepada kader posyandu dan masyarakat yang tidak memiliki fasilitas BAB dan tempat sampah agar dibantu oleh pemerintah. BAB V PEMBAHASAN 5.1 Masukan (input) Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli yaitu : tenaga kesehatan dan sarana kesehatan. 5.1.1 Tenaga Kesehatan Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Agar program diare dapat berjalan secara optimal, peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare bukan hanya tanggung jawab petugas diare saja tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat. Petugas diare tidak akan mampu mengatasi permasalahan diare tanpa adanya kerjasama/koordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam mencapai tujuannya, sebuah organisasi memerlukan koordinasi. Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi (Handoko, 2003). 80 81 Dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus diare, petugas diare berperan dalam melakukan penyuluhan dan membuat laporan rutin diare. Penyuluhan dilakukan di puskesmas maupun di luar puskesmas yaitu di posyandu melalui kader posyandu dan kunjungan rumah penderita diare/home visit. Petugas diare juga rutin membuat laporan diare dalam bentuk mingguan (W2) dan bulanan (LB) yang selanjutnya akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Dalam mendukung pelaksanaan program diare dibutuhkan adanya kerjasama dengan lintas program lainnya. Di Puskesmas Medan Deli dalam mewaspadai peningkatan kasus diare, petugas diare telah menjalin kerjasama dengan tenaga kesehatan lingkungan. Tenaga kesehatan lingkungan berperan dalam memantau sanitasi dasar masyarakat, seperti : Persediaan air bersih (PAB), Jamban Keluarga (JAGA), Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan tempat sampah. Apabila di masyarakat terjadi peningkatan kasus diare karena pengaruh lingkungan yang buruk, maka petugas diare bersama dengan tenaga kesehatan lingkungan segera turun ke masyarakat untuk melakukan tindakan penanggulangan. Di Puskesmas Medan Deli, pengobatan diare dilakukan oleh dokter umum. Dokter berperan dalam melakukan pemeriksaan, melakukan tindakan pengobatan diare, dan melakukan rujukan bila perlu. Dalam pemberian pengobatan diare di masyarakat, tenaga kesehatan dibantu oleh peran dari kader-kader posyandu. Apabila terdapat balita yang sakit diare di posyandu, maka kader segera memberikan oralit. Kader posyandu juga mengajari ibu balita tentang pertolongan pertama saat anak diare yaitu dengan membuat larutan gula garam untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Pengetahuan dan 82 keterampilan kader dalam menangani balita yang sakit diare di posyandu dinilai sudah baik. Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pelatihan diare secara khusus belum pernah dilakukan, namun tenaga kesehatan selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kader sebelum pelaksanaan posyandu. Wawasan dan motivasi kerja kader sebaiknya dapat terus dibina agar tugas yang dibebankan kepada mereka dapat dikerjakan secara optimal. Mereka harus disadarkan bahwa tugas mereka sangat penting artinya bagi pembangunan kesehatan warga, sehingga tugas mereka bukan semata-mata untuk kepentingan program kesehatan (Muninjaya, 2004). 5.1.2 Sarana Kesehatan Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan suatu program. Dalam mendukung pelaksanaan program diare di puskesmas sarana yang dibutuhkan adalah logistik, pojok oralit, peralatan kesehatan dan media penyuluhan. Hasil penelitian Mursyid (2003) menyatakan bahwa pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam pengendalian penyakit diare, Logistik yang dibutuhkan adalah oralit, tablet zinc dan obat paket KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200 ml, tablet zinc 20 mg, untuk obat paket KLB Diare adalah oralit, Ringer Laktat 500 ml, giving set dan wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan ukuran sesuai kebutuhan dan Tetrasiklin 500 mg (Kemenkes RI, 2011). 83 Logistik yang ada di Puskesmas Medan Deli cukup tersedia, walaupun ada beberapa logistik yang tidak tersedia. Adapun logistik yang sudah tersedia yaitu obatobatan seperti oralit 200 ml, Ringer Laktat 500 ml, dan Tetrasiklin 500 mg. Sedangkan logistik yang tidak tersedia yaitu tablet Zinc 20 mg. Pemberian tablet zinc penting diberikan segera setelah anak mengalami diare. Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya (Kemenkes RI, 2011). Sarana kesehatan lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan program diare adalah Pojok Oralit. Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat (Kemenkes RI, 2011). Berdasarkan hasil observasi di Puskesmas Medan Deli, pojok oralit sebagai sarana konsultasi diare dan pelayanan penderita diare tidak berjalan. Padahal sarana pendukung pojok oralit sudah tersedia seperti meja, kursi, ceret, oralit, gelas, dan sendok. Yang menjadi kendala adalah tenaga pelaksana dalam hal ini petugas diare merangkap tugas lain yang mengakibatkan pojok oralit di puskesmas tidak berjalan. Menurut Gibson, dkk (1996) kinerja seseorang karyawan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal (dalam diri seseorang) dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yaitu beban kerja yang terlalu banyak. 84 Dalam memberikan penyuluhan dibutuhkan adanya media promosi kesehatan. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika (TV, Radio, komputer, dll) dan media luar ruang. Sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Media penyuluhan yang ada di puskesmas hanya tersedia 1 yaitu berupa poster diare yang diletakkan di ruangan tunggu pasien, pasien yang menunggu giliran pengobatan dapat dengan mudah membaca informasi tentang diare dan penanganannya. Namun dalam pemberian konseling kepada penderita diare di puskesmas tenaga kesehatan tidak ada menggunakan media penyuluhan apapun. Konseling hanya dilakukan dengan komunikasi dua arah saja yaitu antara tenaga kesehatan dan pasien. Di Puskesmas Medan Deli, ruangan untuk pengobatan balita sakit diare adalah ruangan poli umum. Ruangan khusus untuk pengobatan balita sakit (Ruangan khusus MTBS) tidak tersedia di puskesmas, sehingga penanganan balita sakit digabungkan dengan pasien lainnya di ruangan poli umum. Hal ini mengakibatkan pelayanan menjadi tidak efisien karena waktu tunggu balita yang terlalu lama. Dari hasil penelitian, waktu tunggu yang lama menjadi salah satu hambatan yang dirasakan ibu balita. Waktu tunggu yang lama seringkali mengakibatkan anak yang menunggu giliran menjadi bosan dan menangis. Waktu tunggu adalah waktu yang digunakan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mulai tempat pendaftaran sampai masuk ke ruang pemeriksaan dokter. Waktu tunggu identik dengan kebosanan, kecemasan dan 85 stress. Waktu tunggu yang lama berisiko menurunkan kepuasan pasien dan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan (Febriani, 2012). 5.2 Proses (process) Aspek yang terdapat dalam proses pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli adalah terdiri dari : upaya pencegahan dan upaya pengobatan. 5.2.1 Upaya Pencegahan Upaya pencegahan diare meliputi : Surveilans Epidemiologi Diare, Penyehatan Lingkungan, dan Penyuluhan Kesehatan. Hasil analisis dari kegiatan tersebut adalah : 1. Surveilans Epidemiologi Diare Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah, oleh karena itu pelaksanaan surveilans epidemiologi diare merupakan salah satu upaya pencegahan dalam mewaspadai timbulnya wabah diare. Sesuai dengan surat instruksi dari Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan No.PM.01.09/0/III;/223/2011 tentang Pengendalian penyakit diare, menegaskan bahwa untuk mewaspadai terjadinya KLB Diare, perlu dilakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terus-menerus, melalui laporan mingguan (W2), dan membuat laporan secara berjenjang. Selain itu pada lokasi yang rawan KLB Diare, yaitu wilayah yang cakupan faktor resiko rendah seperti cakupan air bersih, penggunaan jamban keluarga, SPAL, tempat pembuangan sampah, dan PHBS perlu diberikan intervensi yang lebih baik. 86 Tujuan dari surveilans epidemiologi adalah agar diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan untuk pencegahan, penanggulangan maupun pengendaliannya di semua jenjang pelayanan. Prosedur dari surveilans epidemiologi diare adalah : Pengumpulan Data Diare Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Penyebarluasan Hasil Interpretasi Gambar 5.1 Prosedur Surveilans Epidemiologi Diare Pengumpulan data diare sudah berjalan dengan baik mulai dari Puskesmas hingga Pusat. Di Puskesmas Medan Deli pemegang program diare rutin melakukan pencatatan setiap hari (register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan maupun temuan kader di poyandu. Laporan rutin ini selanjutnya dikompilasi oleh penanggungjawab program diare di puskesmas kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Medan melalui laporan bulanan (LB) setiap bulannya. Selanjutnya petugas diare Dinas Kesehatan Kota Medan membuat rekapitulasi dari masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi. Dari tingkat propinsi direkap berdasarkan Kabupaten/Kota secara rutin (bulanan) dan dikirm ke Pusat dengan menggunakan Formulir Rekapitulasi Diare. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tenaga kesehatan rutin dan tepat waktu melaporkan kasus diare kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan tersebut berupa laporan mingguan, bulanan dan tahunan. Data jumlah kunjungan kasus diare di 87 Puskesmas Medan Deli dalam 3 tahun terakhir (2011 s/d 2013), dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1. Data Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Tahun 2011 s/d 2013 No Bulan 2011 2012 2013 1 Januari 128 157 135 2 Februari 128 203 146 3 Maret 128 175 143 4 April 128 194 131 5 Mei 138 244 182 6 Juni 128 208 154 7 Juli 128 195 152 8 Agustus 127 222 145 9 September 134 179 165 10 Oktober 124 214 146 11 November 177 185 119 12 Desember 93 239 111 Jumlah 1561 2415 1729 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kasus diare di Puskesmas Medan Deli dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan kasus diare dalam setahun berjumlah 1561 kunjungan kasus, pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu berjumlah 2415 kunjungan kasus dan pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu menjadi 1729 kunjungan kasus. Dari hasil wawancara dengan Pemegang Program Diare diperoleh keterangan bahwa belum pernah terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Puskesmas Medan Deli. Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan 88 Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare setiap tahunnya yaitu : penyuluhan diare, pemberian oralit, penyelidikan epidemiologi (PE) diare, dan home visit. Di tingkat Dinas Kesehatan Kota Medan, surveilans epidemiologi hanya dipantau dari rekapitulasi laporan diare dari seluruh puskesmas setiap bulannya. Apabila terjadi peningkatan kasus diare hingga tiga kali lipat, Petugas Diare Dinas Kesehatan Kota Medan bersama dengan Petugas Surveilans dan Petugas Kesehatan Lingkungan segera turun ke lapangan untuk melihat penyebab terjadinya KLB Diare dan cepat melakukan tindakan penanggulangan. Apabila tidak terjadi peningkatan kasus yang mencolok, maka pemantauan hanya berdasarkan laporan diare tiap bulan saja, tidak ada tindakan khusus yang dilakukan. Wuryanto, 2008 menyatakan bahwa surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan penyakit menular. Pelaksanaan suveilans epidemiologi yang belum berjalan dengan baik, tentunya akan berdampak pada proses penularan yang terus berlangsung di masyarakat. 2. Peningkatan Kesehatan Lingkungan Penelitian Kamaruddin (2004) menunjukkan bahwa ada hubungan kejadian diare dengan faktor lingkungan yaitu ketersediaan jamban, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan hygiene perorangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli tahun 2013, Persediaan Air bersih (PAB) masyarakat sebagian besar menggunakan air sumur gali (70,16%). Dari hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa sebagian besar air 89 sumur gali yang digunakan oleh masyarakat kualitas airnya tidak baik karena telah tercemar dengan limbah pabrik yang berada dekat dengan pemukiman warga. Sehingga untuk kebutuhan air minum sehari-hari sebagian besar masyarakat menggunakan air kemasan isi ulang. Menggunakan air minum adalah air yang kita pergunakan seharihari untuk minum haruslah air bersih, agar tidak terkena atau terhindar dari penyakit (Depkes RI, 2007). Penggunaan jamban oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli sudah baik (88,75%), walaupun masih ada beberapa masyarakat yang tidak memiliki fasilitas jamban. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu dan kader PKK diketahui bahwa penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Kota Bangun, tepatnya di daerah pinggiran rel kereta api masih ada yang buang air besar (BAB) sembarangan seperti di parit, pekarangan rumah, sungai, dll. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan pencemaran lingkungan. Menurut Soekidjo (2007), untuk mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi kotoran manusia terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran manusia harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dinilai masih rendah, Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pengelolaan sampah tidak terkelola dengan baik, masyarakat masih ada yang buang sampah sembarangan ke sungai, ke parit dan di pekarangan rumah. Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli sebagian besar menengah kebawah sehingga pengetahuan terhadap kesehatan masih 90 rendah. Sander, 2005 menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, yang salah satunya adalah penyakit diare. Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal penyehatan lingkungan meliputi: pemeriksaan sanitasi rumah penduduk, pemeriksaan bakteriologis perusahaan air minum isi ulang, penyuluhan PHBS dan menjalin kerjasama dengan lintas sektor yaitu Pihak Kecamatan dan Pihak Kelurahan. Kegiatan yang dilakukan adalah melalui kegiatan gotong royong. Di Kecamatan Medan Deli gotong royong dilakukan 2 kali setiap minggunya yaitu gotong royong massal setiap hari sabtu dan gotong royong di kelurahan setiap hari minggu. Hambatan dalam kegiatan penyehatan lingkungan adalah rendahnya peran serta masyarakat untuk ikut bertanggungjawab menjaga kebersihan lingkungan. Masyarakat banyak yang tidak perduli dan beranggapan bahwa kebersihan lingkungan hanya merupakan tanggungjawab pemerintah setempat saja yaitu : Camat, lurah dan kepala lingkungan. Padahal kegiatan royong sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini hanya berupa himbauan dan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif. Tidak ada sanksi atau teguran yang tegas kepada masyarakat yang tidak rutin ikut gotong royong dan tidak menjaga fasilitas umum yang telah disediakan oleh pemerintah seperti parit yang sudah dibangun dan tempat sampah yang sudah disediakan. 91 Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakikatnya, kesehatan dipolakan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab (Efendi, 2009). Rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan rendahnya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan selama ini. Masyarakat hanya sekedar tahu bahwa lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit tanpa mau dan mampu untuk berbuat. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah harus lebih dekat dengan masyarakat dan menanamkan kesadaran masyarakat bahwa kebersihan itu penting untuk mencegah penularan penyakit dan keterlibatan masyarakat dalam hal itu sangat dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Friedmann (1992), peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan akan memengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan atau bertindak positif. Partisipasi masyarakat dapat berupa pemberdayaan masyarakat atau peran serta melaksanakan kegiatan program, seperti gotong royong dan penyuluhan yang ditanggungjawabi oleh masyarakat sendiri. 3. Penyuluhan Kesehatan Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. 92 pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli, pemberian informasi tentang diare dan penanganan terjadinya diare dilakukan melalui penyuluhan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sehingga mampu untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan kunjungan ke rumah penderita diare/Home Visit oleh petugas diare dan di posyandu dengan bantuan kader posyandu. Berdasarkan penelitian kegiatan penyuluhan diare yang dilakukan di posyandu dan kunjungan ke rumah penderita diare/home visit tidak terprogram dengan baik. Kegiatan dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatan tertentu bukan kegiatan yang direncanakan dari awal baik dalam hal materi, waktu pelaksanaan maupun pelaksana kegiatan. Terkait dengan diare, informasi yang diterima masyarakat lebih dominan pada kegiatan kuratif sementara informasi tentang tindakan yang harus dilakukan untuk upaya preventif terjadinya diare kurang mendapat perhatian dari petugas kesehatan dan masyarakat. Masyarakat kurang memahami peranan lingkungan dalam terjadinya penyakit sehingga tidak ada usaha untuk meningkatkan kebersihan lingkungan untuk mencegah terjadinya diare. 93 Dalam hal penanganan diare pemahaman masyarakat sudah cukup baik dibandingkan dengan pengetahuan tentang pencegahan diare. Masyarakat sudah mengetahui tentang gejala diare, penanganan yang pertama yang bisa dilakukan sendiri, sampai dengan tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk dilakukan tindakan lanjutan. Ibu balita sudah tahu pertolongan pertama yang dilakukan jika anak diare yaitu membuat larutan gula garam dan memberikan cairan yang lebih banyak dan membawa balita ke sarana kesehatan jika kondisi semakin memburuk. Pengetahuan dan tindakan masyarakat sebagian besar sudah tepat. Hal ini dipengaruhi oleh sikap masyarakat dalam menerima suatu informasi yaitu masyarakat lebih tertarik dengan penanganan diare karena informasi tersebut membantu masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan akan menimbulkan akibat yang merugikan apabila tindakan penanganan tidak dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Leventhal cit. Azwar (2007) bahwa persuasi dapat diperkaya dengan pesan-pesan yang membangkitkan emosi yang kuat dalam diri seseorang. Apalagi bila pesan berisi rekomendasi mengenai bagaimana perubahan sikap dapat mencegah konsekuensi negatif dari pesan yang hendak diubah. Cara ini sangat efektif untuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan sehingga dapat dipahami apabila pesan mengenai penanganan diare lebih diterima masyarakat. Kurang berhasilnya promosi kesehatan di masyarakat dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan selama ini. Informasi yang diberikan kepada masyarakat selama ini lebih menonjolkan sisi kuratif. Masyarakat lebih banyak menerima informasi mengenai 94 penanganan diare. Selain itu dipengaruhi juga oleh frekuensi penyuluhan dan tehnik komunikasi yang digunakan. Teknik komunikasi yang digunakan lebih banyak menggunakan konseling tanpa menggunakan media lain. Sejalan dengan hal tersebut Ewles (1994) menyatakan bahwa media bukan merupakan satu-satunya strategi promosi kesehatan tetapi seringkali harus disertai dengan pemberdayaan masyarakat dan organisasi masyarakat. Untuk itu dalam melakukan promosi pencegahan diare sebaiknya dilakukan sesuai dengan tahapan tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan program sehingga kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang berdasar pada analisis masalah dan kebutuhan masyarakat bukan sekedar kebutuhan program. Pemahaman masyarakat mengenai faktor risiko terjadinya diare dari sisi lingkungan masih kurang sehingga kebutuhan masyarakat untuk mengetahui peranan lingkungan dalam pencegahan diare belum ada. Padahal berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam memengaruhi terjadinya diare di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak terbiasa untuk melakukan pencegahan akan tetapi masyarakat terbiasa untuk melakukan tindakan setelah masalah muncul. Promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak akan bertahan lama. 95 Oleh sebab itu, promosi kesehatan bukan sekedar mengubah perilaku saja tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, sistem, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Dari hasil penelitian, masyarakat mengharapkan agar penyuluhan diare dilakukan rutin setiap bulan dan dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat di suatu tempat tidak dengan mengunjungi dari rumah ke rumah/home visit. Masyarakat menilai kunjungan dari rumah ke rumah selama ini tidak efektif karena tidak menjangkau seluruh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ester (2000), kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien/masyarakat merupakan bagian yang penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan. Untuk itu peran kader kesehatan dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadi sumber pesan yang dipercayai dan dianggap mampu memberikan informasi. Usaha yang dapat dilakukan antara lain dengan pelatihan kader kesehatan dan pembinaan rutin sehingga kader mampu menjadi penyuluh kesehatan yang handal. Kader yang sebagian besar merupakan anggota PKK, mempunyai tugas yang mulia. Kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat, penggerak masyarakat untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan seperti mendatangi posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan sehat. Disamping itu kader juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali menemukan jika ada masalah kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke tenaga kesehatan setempat. Kader merupakan penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat (Kemenkes RI, 2010). 96 5.2.2 Upaya Pengobatan Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, termasuk penyakit diare. MTBS adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh (Depkes RI, 2008). Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011 mengeluarkan kebijakan tatalaksana diare yaitu LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri atas: pemberian oralit, pemberian tablet zinc selama 10 hari berturut-turut, meneruskan ASIMakan, pemberian antibiotik secara selektif dan pemberian nasihat pada ibu/keluarga. Di Puskesmas Medan Deli seluruh balita sakit diare yang datang ke puskesmas tidak ditangani dengan pendekatan MTBS. Hal tersebut dikarenakan jumlah balita sakit yang datang ke puskesmas setiap harinya cukup banyak jika dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS. Tidak tersedianya tim MTBS dan ruangan khusus MTBS mengakibatkan proses pengobatan dilakukan di Ruangan Poli oleh Dokter Umum. Depkes RI, 2008 menegaskan bahwa seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, bila jumlah kunjungannya tidak banyak (kurang dari 10 kasus per hari). Akan tetapi bila perbandingan jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan jumlah kunjungan balita sakit per hari cukup besar maka penerapan MTBS di puskesmas dilakukan secara bertahap, hal ini 97 tergantung kepada apakah tenaga tersebut juga dibebani untuk menangani pasien yang bukan balita, kegiatan ke posyandu, dan lain-lain. Di puskesmas Medan Deli, seluruh balita yang sakit diare ditangani di ruangan poli umum oleh dokter. Langkah-langkah yang dilakukan oleh dokter yaitu menanyakan keluhan balita dan melakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan tersebut dilakukan tindakan pengobatan yang sesuai yaitu memberikan konseling, meresepkan obat, dan merujuk anak bila perlu. Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Medan Deli menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan alur pengobatan pada balita tanpa dehidrasi (Terapi A) dan balita dengan dehidrasi Ringan-Sedang (Terapi B). Pada balita dengan dehidrasi ringansedang tidak ada diberikan oralit dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan. Ibu/keluarganya tidak ada diajarkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita. Hal tersebut tidak dilakukan mengingat pojok oralit yang ada di puskesmas tidak berjalan. Puskesmas Medan Deli merupakan puskesmas perawatan yang melayani pasien berobat jalan dan rujukan juga pasien rawat inap. Pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut dan memerlukan rawat inap akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Dalam penanganan balita dengan dehidrasi berat (Terapi C), tenaga kesehatan segera merujuk balita ke rumah sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Mitra Medika dan Rumah Sakit Imelda agar anak segera mendapatkan terapi intravena. Upaya rujukan dilakukan karena sarana dan prasarana yang tersedia di puskesmas terbatas. 98 Sistem rujukan merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam artian dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuanya (Trihino, 2005). Secara umum pelaksanaan tatalaksana diare di Puskesmas Medan Deli belum berjalan dengan maksimal, hal ini diakibatkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam tatalaksana diare. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada tenaga kesehatan diketahui bahwa pelatihan tatalaksana diare belum pernah dilakukan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan selama ini hanya dalam bentuk pengumpulan laporan diare tiap bulan dan saat rapat pemegang program diare yang dilakukan setiap bulannya. Menurut Kemenkes RI, 2011 Pemantauan program diare harus dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan (Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas). Pemantauan bertujuan untuk melihat kinerja petugas kesehatan dan memberikan bimbingan dalam pengelolaan program P2 Diare di wilayah kerja masing-masing dan memberikan umpan balik atau alternatif pemecahan masalah yang ditemukan pada saat pemantauan. Kegiatan yang dipantau dalam tatalaksana diare meliputi: Klasifikasi/diagnosis diare termasuk derajat dehidrasi, Tindakan : rencana terapi A, Terapi B atau Terapi C, Obat, Kualitas tatalaksana standar sebagai simpulan dari klasifikasi, tindakan dan pemberian obat, Pojok oralit dan Pengetahuan petugas tentang tatalaksana diare. 99 5.3 Keluaran (output) Tujuan umum pengendalian penyakit diare adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait. Keluaran (output) dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dinilai dari upaya pencegahan dan upaya pengobatan yang telah dilakukan. Upaya pencegahan diare yang telah dilakukan di Puskesmas Medan Deli belum berjalan dengan maksimal. Penyuluhan diare yang dilakukan selama ini tidak terprogram dengan baik. Kegiatan hanya dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah bukan kegiatan yang direncanakan dari awal baik dalam hal materi, waktu pelaksanaan maupun pelaksana kegiatan. Dalam penyehatan lingkungan tidak ada intervensi lebih yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat yang mempunyai sanitasi lingkungan yang kurang baik. Tidak berjalannya Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Medan Deli mengakibatkan Pelaksanaan tatalaksana diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) tidak berjalan dengan maksimal. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengawasan kepala puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Pengawasan dan pembinaan perlu ditingkatkan agar pelaksanaan program diare dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang 100 mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan yang terjadi harus segera diatasi. Penyimpangannya harus dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan (Muninjaya, 2004). BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat disimpulkan bahwa : 1. Peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan agar program diare dapat berjalan secara optimal. Di Puskesmas Medan Deli, tenaga kesehatan yang terlibat dalam mendukung pelaksanaan program diare tidak hanya petugas diare saja, tetapi tenaga kesehatan yang lain juga ikut terlibat seperti : dokter dan tenaga kesehatan lingkungan. 2. Kegiatan Surveilans epidemiologi diare di Puskesmas Medan Deli sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari rutinnya pencatatan diare dalam bentuk mingguan, bulanan dan tahunan serta pelaporan diare yang tepat waktu ke Dinas Kesehatan Kota Medan setiap bulannya. 3. Penyuluhan diare tidak rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penyuluhan diare hanya dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatankegiatan tertentu. Bukan merupakan kegiatan yang sudah terprogram dengan baik. 4. Tidak berjalannya pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Medan Deli mengakibatkan pelaksanaan tatalaksana diare yang 101 102 standar di sarana kesehatan melalui melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) tidak berjalan dengan maksimal 5. Pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Medan kurang berjalan dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan hanya berupa pengumpulan laporan diare saja, tidak ada pengawasan langsung terhadap kegiatan penyuluhan diare dan pelaksanaan tatalaksana diare di puskesmas. 6. Partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare masih rendah hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat serta kurangnya pengawasan pemerintah setempat terhadap keterlibatan masyarakat. 6.2 1. Saran Diharapkan adanya instruksi yang jelas dan tegas serta pengawasan, pembinaan dan evaluasi yang jelas dari Dinas Kesehatan Kota Medan kepada puskesmas terhadap pelaksanaan program diare. 2. Mengingat pentingnya kelengkapan dan ketersediaan sarana dalam mendukung pelaksanaan program diare, maka perlu melengkapi ketersediaan obat-obatan khususnya tablet zinc dan menjalankan pojok oralit sebagai sarana rehidrasi oral di Puskesmas Medan Deli. 3. Diharapkan kepada Puskesmas Medan Deli agar penyuluhan diare direncanakan dengan baik secara rutin dan berlanjut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya ibu balita, sehingga ibu 103 balita dapat mencegah penyakit diare dan melakukan pertolongan pertama saat anak diare. 4. Diharapkan kepada Puskesmas Medan Deli agar melakukan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada seluruh balita sakit diare yang datang ke puskesmas. Puskesmas juga diharapkan agar membentuk tim MTBS dan ruangan khusus MTBS agar balita sakit diare dapat diobati dengan efektif dan efisien. 5. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melakukan pelatihan tatalaksana diare agar pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dapat meningkat. Kepada Puskesmas Medan Deli juga diharapkan untuk melakukan pelatihan dan pembinaan kader posyandu secara intensif. 6. Agar pelaksanaan program diare mendapatkan dukungan yang baik di masyarakat, Puskesmas Medan Deli diharapkan untuk lebih meningkatkan kerjasama/koordinasi dengan lintas sektoral. 7. Diharapkan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli agar dapat menjaga kebersihan lingkungan dan dapat melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya tidak buang sampah sembarangan dan tidak buang air besar (BAB) sembarangan. 104 DAFTAR PUSTAKA Astati, Indah. 2012. Pengaruh Persepsi Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare Dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya Di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Aswat, Nur. 2012. Kajian Pelaksanaan Program Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) Di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Azwar, Saifudin. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. 2007. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Siaga. Jakarta. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 216/Menkes/Sk/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Edisi ke 5. Jakarta. 2008. Pengantar Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Medan 2013. 2013. Medan. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Medan. Efendi, F. dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Penerbit Salemba Medika. Ester, Monica. 2000. Psikologi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Ewles, L, Simnett. 1994. Promosi Kesehatan. Edisi Kedua, Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta. 105 Fauziah. 2010. Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare Di Kabupaten Pidie Tahun 1995-1999. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Febriani, Nelly. 2012. Pemanfaatan Waktu Tunggu Dengan Edukasi Kesehatan Melalui Smart Phones. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Friedmann. 1992. Teaching Planning Theory. Massachussetts. Gibson, dkk. 1996. Organisasi. Erlangga. Jakarta. Handoko, T.Hani. 2003. Manajemen. Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Salemba Humanika. Jakarta. Kamaruddin. 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Di Desa Rhing Blang Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Nad Tahun 2004. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. 2011. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan tentang Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare). 2011. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan tentang Situasi Diare Di Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. (http://depkes.go.id). (05 Desember 2013). 2012. Profil Data Kesehatan (http://depkes.go.id). (30 Oktober 2013). Indonesia Tahun 2011. Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli, 2013. Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 106 Mursyid, H. 2003. Pelaksanaan Program Usaha Sekolah di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan Tahun 2003. http;//library.usu.ac.id. Tanggal 01 Maret 2014. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nuri, Rafiqoh. 2009. Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Program Pemberantasan Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare Pada Balita Di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Rendita. 2009. Pengaruh Faktor Lingkungan Dan Karakteristik Ibu Terhadap Tindakan Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2009. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Sander, M.A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Sitinjak, Lely Herlina. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun 2011. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung. Trihino. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat, CV. Sagung Seto. Jakarta. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Wuryanto,Arie. 2008. Surveilans Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan Permasalahannya Di Kota Semarang. Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif. PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2014 I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan A. Pertanyaan untuk Petugas Dinas Kesehatan Kota Medan 1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing pihak tersebut ? 2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas ? 3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di puskesmas ? 4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini berjalan ? 5. Bagaimana penyuluhan diare yang seharusnya dilakukan? 6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk kebijakannya ? 7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ? 9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan program diare ? 11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, apa saja hambatan yang dirasakan selama ini ? 12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program diare ? 13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan B. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Medan Deli 1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing pihak tersebut ? 2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas ? 3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di puskesmas ? 4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini berjalan ? 5. Bagaimana penyuluhan diare yang telah dilakukan ? 6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk kebijakannya ? 7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ? 9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan program diare ? 11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan selama ini ? 12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program diare ? 13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan C. Daftar Pertanyaan untuk Dokter di Puskesmas Medan Deli 1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing pihak tersebut ? 2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas ? 3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di puskesmas ? 4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini berjalan ? 5. Bagaimana intensitas penyuluhan diare yang telah dilakukan ? 6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk kebijakannya ? 7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ? 9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan program diare ? 11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan selama ini ? 12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program diare ? 13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan D. Daftar Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program Diare di Puskesmas Medan Deli 1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing pihak tersebut ? 2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas ? 3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di puskesmas ? 4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini berjalan ? 5. Bagaimana intensitas penyuluhan diare yang telah dilakukan ? 6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk kebijakannya ? 7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ? 9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan program diare ? 11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan selama ini ? 12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program diare ? 13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan E. Daftar Pertanyaan untuk Ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa dehidrasi 1. Menurut Ibu, bagaimana pemeriksaan dan pengobatan diare yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ? 2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini? 3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat? 4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat? 5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 7. Bagaimana tingkat partisipasi Ibu dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ? 9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan F. Daftar Pertanyaan untuk Ibu balita yang anaknya menderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang 1. Menurut Ibu, bagaimana pemeriksaan dan pengobatan diare yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ? 2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini? 3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat? 4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat? 5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 7. Bagaimana tingkat partisipasi Ibu dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ? 9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Data Pertanyaan G. Daftar Pertanyaan untuk Pegawai di Kecamatan Medan Deli 1. Menurut Bapak, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ? 2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini? 3. Menurut Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat? 4. Sepengetahuan Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat? 5. Menurut Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Menurut Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ? 9. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan H. Daftar Pertanyaan untuk Pegawai di Kelurahan Kota Bangun 1. Menurut Bapak, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ? 2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini? 3. Menurut Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat? 4. Sepengetahuan Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat? 5. Menurut Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Menurut Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ? 9. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan 1. Daftar Pertanyaan untuk Anggota PKK 1. Menurut Ibu, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli ? 2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini? 3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat? 4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat? 5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ? 9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan J. Daftar Pertanyaan untuk Kader Posyandu 1. Menurut Ibu, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli ? 2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini? 3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat? 4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat? 5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ? 9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya? I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Tanggal Wawancara : II. Daftar Pertanyaan K. Daftar Pertanyaan untuk Tokoh Masyarakat 1. Menurut Ibu/Bapak, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli ? 2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas ini? 3. Menurut Ibu/Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di masyarakat? 4. Sepengetahuan Ibu/Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan penyakit diare di masyarakat? 5. Menurut Ibu/Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program diare di masyarakat ? 6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ? 7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare ? 8. Menurut Ibu/Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan program diare di masyarakat ? 9. Apa saja saran yang dapat Ibu/Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya?