ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS

advertisement
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS
MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI
TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh :
RIRI ASTIKA INDRIANI
NIM . 101000026
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE DI PUSKESMAS
MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
RIRI ASTIKA INDRIANI
NIM.101000026
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
i
ABSTRAK
Penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program
pemerintah adalah program pengendalian penyakit diare yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare secara lintas program
dan lintas sektor. Di Kota Medan tahun 2013 jumlah kunjungan kasus diare
sebesar 26.427 kunjungan kasus, dan kunjungan kasus tertingggi terdapat di
Puskesmas Medan Deli dengan jumlah 1.729 kunjungan kasus.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitataif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli
tahun 2014. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, yang terdiri
dari 1 informan petugas Dinas Kesehatan Kota Medan, 1 informan kepala
Puskesmas Medan Deli, 1 informan dokter puskesmas, 1 informan petugas
diare puskesmas, 1 informan petugas Kecamatan Medan Deli, 1 informan
Lurah, 1 informan anggota PKK, 1 informan kader posyandu, 1 informan
tokoh masyarakat, 1 informan ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa
dehidrasi dan 1 informan ibu balita yang anaknya menderita diare dengan
dehidrasi ringan/sedang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program diare di
Puskesmas Medan Deli belum berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan
kurangnya sarana kesehatan yang tersedia, tidak rutinnya penyuluhan diare di
masyarakat, tidak maksimalnya penatalaksanaan diare yang standar di sarana
kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE),
pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan kurang berjalan dengan
baik dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare
masih rendah.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan
Kota Medan agar meningkatkan pengawasan, pembinaan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan program diare, kepada Puskesmas Medan Deli agar
meningkatkan penyuluhan diare, melaksanakan tatalaksana diare dengan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), serta kepada
masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kata kunci : Pelaksanaan, Diare, Puskesmas Medan Deli
ii
ABSTRACT
Infectious diseases which until now still being a government program
is a diarrhea control program that aimed to reduce the number of morbidity
and mortality of diarrhea in program and sector cross. In Medan City 2013
total visits cases of diarrhea reached 26.427 visits cases, and the most visits
cases are found in Puskesmas Medan Deli with a total of 1.729 visits cases.
This research was a qualitative research to know clearly and deeply
about implementation diarrhea program in Puskesmas Medan Deli, Medan
Deli Subdistrict, in 2014. Informants in this study are totaled of 11 persons,
consisting of 1 officer of District Health Office, 1 head of Health Center, 1
doctor of Health Center, 1 diarrhea officer of Health Center, 1 officer of
subdistrict, 1 officer of village, 1 PKK members, 1 of Maternal and Child
cadre, 1 of Community Leader, 1 informant of Toddler Mother Whose
Children Suffer From Diarrhea Without Dehydration and 1 informant of
Toddler Mother Whose Children Suffer From Diarrhea With Dehydration
Mild/Medium.
The results showed that implementation of diarrhea program in
Puskesmas Medan Deli was not going well, is characterized by the lack of
health facilities, was not routine the counseling of diarrhea, was not optimally
implementation of the standard management of diarrhea patients in health
facilities through five-step completes the diarrhea (LINTAS DIARE),
controlling and founding from District Health Office was not going well and
participation of the people to support the implementation diarrhea was still
low.
Based on the result of the research, expected to District Health Office
to increase the controlling, founding, and evaluating of diarrhea program, for
Puskesmas Medan Deli to increase counseling about diarrhea, implemented
diarhea with approach IMCI, and for the people to keep the environmental
health and do the personal hygiene sanitation behavior (PHBS).
Key words : Implementation, Diarrhea, Puskesmas Medan Deli.
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Riri Astika Indriani
Tempat/ Tanggal Lahir
: Medan/30 April 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Anak ke
: 5 dari 5 bersaudara
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamat Rumah
: Jl. Bunga Kardiol No.49A Kelurahan Baru Ladang
Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1998 - 2004
: SD Negeri 106820 Pancur Batu Deli Serdang
2. Tahun 2004 - 2007
: SMP Negeri 1 Pancur Batu Deli Serdang
3. Tahun 2007 - 2010
: SMA Negeri 17 Medan
4. Tahun 2010 - 2014
: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Organisasi
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKM USU
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia–Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli
Tahun 2014” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis banyak
memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1.
Bapak Dr.Drs.Surya Utama,MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2.
Bapak dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi dan Ketua Penguji yang telah
banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan,
nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3.
Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak meluangkan waktu, bimbingan, pengarahan, dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini serta memberikan dukungan dan bimbingan selama
penulis menjalani pendidikan.
v
4.
Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5.
Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan
kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah
memberikan ilmu, bimbingan serta dukungan moral selama perkuliahan.
7.
Ibu drg. Nuriah Hartati selaku Pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan yang
telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
8.
Ibu dr. Nurlelin Sinaga selaku Kepala Puskesmas, Ibu dr. Budiarti dan Ibu
Saramlah, Amkeb selaku tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9.
Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, selaku Sekretaris Camat Kecamatan Medan
Deli yang telah banyak membantu dan berbagi pengalaman kepada penulis
selama masa penelitian.
10.
Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah
memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
11.
Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda Ir.H.Syammaun Usman,
M.Si dan Ibunda HJ. Juartini, BA yang selalu memberikan kasih sayang, doa,
kesabaran dan dukungan baik secara moral maupun materil yang tidak pernah
putus.
12.
Abang dan kakak ku tersayang Bang Dedek, Kak Dilla, Kak Ika, Kak Novi,
Kak Lia, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi selama ini.
vi
13.
Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK FKM USU, Hanif, Eela,
Ashela, Ayu, Anggi, Magda, Arnis, Reni, Nensi, Martin dan Siti.
14.
Teman-teman tersayang di FKM USU, Adel, Tasya, Tika, Ira, Wican, Fiko,
Pipit, Nina, Kak Ema dan Kak Sika.
15.
Seluruh Alumni dan Senior FKM USU serta Teman-Teman seperjuangan di
FKM USU angkatan 2010.
16.
Keluarga besar HMI FKM USU, yang selama ini menjadi wadah bagi penulis
untuk banyak belajar dalam berorganisasi.
17.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu, memberikan semangat, dukungan, dan do’a selama ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan,
Juli 2014
Penulis,
Riri Astika Indriani
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan
Abstrak
Abstract
Daftar Riwayat Hidup
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I
i
ii
iii
iv
v
viii
xi
xiii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1
1
9
9
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi Puskesmas
2.1.2 Wilayah Kerja
2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas
2.1.4 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas
2.2 Diare
2.2.1 Pengertian Diare
2.2.2 Pembagian Diare
2.2.3 Penyebab Diare
2.2.4 Tanda-Tanda Diare
2.3 Program Pengendalian Penyakit Diare
2.3.1 Tujuan
2.3.2 Kebijakan
2.3.3 Strategi
2.3.4 Kegiatan Program
2.3.5 Tatalaksana Penderita Diare
2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare
2.3.5.2 Sarana Rehidrasi
2.3.6 Surveilans Epidemiologi
2.3.6.1 Prosedur Surveilans
2.3.7 Promosi Kesehatan
2.3.7.1 Strategi Promosi Kesehatan
2.3.8 Tindakan Pencegahan
2.4 Fokus Penelitian
viii
10
10
10
10
10
11
12
12
12
13
15
15
15
16
16
17
17
22
30
34
35
37
38
43
50
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Informan Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.5 Triangulasi
3.6 Analisa Data
52
52
52
52
52
52
53
54
54
BAB IV HASIL PENELITIAN
55
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Medan Deli
55
4.2 Karakteristik Informan
56
4.3 Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli
52
4.3 Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli
58
4.3.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa
Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli
58
4.3.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan
Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli
59
4.4 Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas
Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
60
4.4.1 Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang
Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas
Medan Deli
60
4.4.2 Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang
Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di
Puskesmas Medan Deli
61
4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di
Puskesmas Medan Deli
62
4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans
Epidemiologi Diare
65
4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare
66
4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah Terkait
Diare
68
4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor
Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare
69
4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Keterlibatan Masyarakat
dalam Pelaksanaan Program Diare
70
4.4.9 Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan
dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan
72
4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi
yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan Terhadap
Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli
74
ix
4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan
Program Diare
75
4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program
Diare di Puskesmas Medan Deli
76
4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Saran dalam Pelaksanaan
Program Diare
78
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Masukan (input)
5.1.1 Tenaga Kesehatan
5.1.2 Sarana Kesehatan
5.2 Proses (process)
5.2.1 Upaya Pencegahan
5.2.2 Upaya Pengobatan
5.3 Keluaran (output)
80
80
80
82
85
85
96
99
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
101
101
102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari FKM USU
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Pemerintah Kota Medan
Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Medan Deli
Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kecamatan Medan Deli
Lampiran 7 Surat Instruksi Tentang Pengendalian Penyakit Diare dari Dinas
Kesehatan Kota Medan Kepada Seluruh Puskesmas di Kota Medan
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Tahun 2013
Tabel 1.2.
Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli
Per Kelurahan Tahun 2013
Halaman
4
6
Tabel 2.1.
Perbedaan Antara Oralit Lama dan Oralit Baru
18
Tabel 2.2.
Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
23
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
Tahun 2013
55
Tabel 4.2.
Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
Tahun 2014
56
Tabel 4.3.
Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
56
Tabel 4.4.
Karakteristik Informan
57
Tabel 4.5.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang
Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan
Deli
60
Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang
Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di
Puskesmas Medan Deli
61
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di
Puskesmas Medan Deli
62
Tabel 4.8.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans
Epidemiologi Diare
65
Tabel 4.9.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare
66
Tabel 4.10.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah
Terkait Diare
68
xi
Tabel 4.11.
Tabel 4.12.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor
Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare
69
Matriks Pernyataan Informan Tentang Keterlibatan Masyarakat
dalam Pelaksanaan Program Diare
71
Tabel 4.13.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan dalam
Menjaga Kebersihan Lingkungan
72
Tabel 4.14.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi
yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan
74
Tabel 4.15.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan
Program Diare
75
Tabel 4.16.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program
Diare di Puskesmas Medan Deli
76
Tabel 4.17.
Matriks Pernyataan Informan Tentang Saran Untuk Perbaikan
Pelaksanaan Program Diare
78
Data Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli
Tahun 2011 s/d 2013
87
Tabel 5.1.
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010
3
Gambar 2.1
Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C
29
Gambar 2.2
Fokus Penelitian
50
Gambar 4.1
Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi
di Puskesmas Medan Deli
58
Gambar 4.2
Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi
Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli
59
Gambar 5.1
Prosedur Surveilans Epidemiologi Diare
xiii
86
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan
diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan sosial. Hal
ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan
tegas tentang hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan
dengan pemenuhan akan kesehatan.
Pelaksanaan pembangunan
kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat
kesehatan masyarakat
yang
setinggi-tingginya.
Untuk
mewujudkan
pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upayaupaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program pencegahan dan
1
2
pengendalian penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih
menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pengendalian penyakit
diare yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare
bersama lintas program dan sektor terkait (Kemenkes RI, 2011).
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses
lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air
besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara
global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5
juta pertahun. Di negara berkembang, rata-rata anak usia di bawah 3 tahun
mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Setiap episodenya diare akan
menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare
merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua
umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk,
tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk.
Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur dalam
3
kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada
bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2011).
Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab
utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011).
Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 provinsi
dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang
dengan CFR sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009.
Kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2006-2010 dapat dilihat dari grafik
1.1 dibawah ini,
Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010
4
Pada gambar di atas terlihat adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan
pada tahun 2007-2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini turun menjadi 1,74%
pada tahun 2009 dan 2010.
Di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, jumlah kasus diare yang
ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 38,67%, dengan Incidence Rate (IR) diare
per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Angka ini mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini
jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR
dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada
masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (underreporting cases) (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2012).
Kota Medan merupakan daerah endemis penyakit diare. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Medan mengenai jumlah kunjungan kasus diare di Puskesmas tahun
2013 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut ini :
Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Tahun 2013
Puskesmas
Jumlah Kunjungan Kasus
Petisah
206
Darussalam
823
Rantang
209
Glugur Kota
329
Sei Agul
744
Pulo Brayan
422
P. Bulan
406
Polonia
237
Kp. Baru
348
Tuntungan
259
Simalingkar
824
Kedai Durian
397
5
Medan Johor
Desa Lalang
PB. Selayang
Sunggal
Helvetia
Medan Deli
Titi Papan
Medan Labuhan
Pekan Labuhan
Terjun
Belawan
Medan Denai
Tegal Sari
Bromo
Desa Binjei
Mandala
Sering
S. Limun
Teladan
Kota Matsum
Pasar Merah
Sukaramai
M. Area Selatan
Sentosa Baru
Glugur Darat
Martubung
Amplas
Jumlah
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2013
555
452
325
539
1684
1729
621
802
887
1477
1157
449
761
1081
506
838
465
183
719
403
466
488
775
1180
390
1143
1148
26427
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 jumlah kunjungan
kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak 1729
kunjungan kasus. Di Puskesmas Medan Deli jumlah kunjungan kasus diare pada
tahun 2011-2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu 1561
kunjungan kasus pada tahun 2011 menjadi 2415 kunjungan kasus pada tahun 2012
dan mengalami penurunan menjadi 1729 kunjungan kasus pada tahun 2013.
6
Di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, diare tersebar di 5 kelurahan. IR
diare tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun sebanyak 434 kunjungan kasus
dengan IR 4,00 per 100 penduduk. Data mengenai distribusi kunjungan kasus diare
tiap kelurahan dapat dilihat secara rinci pada tabel 1.2. berikut ini.
Tabel 1.2 Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Per
Kelurahan Tahun 2013
No
Kelurahan
Kunjungan
Jumlah Penduduk
%
Kasus Diare
1
Kota Bangun
434
10.841
4,00
2
Mabar
406
33.225
1,22
3
Mabar Hilir
274
26.811
1,02
4
Tanjung Mulia
310
34.644
0,90
5
Tanjung Mulia Hilir
305
34.321
0,89
Jumlah Kasus
1729
139.842
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli tahun 2013.
Persediaan air bersih (PAB) di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli menggunakan
Perusahaan Air Minum (PAM) dan sumur gali (SGL), dari 34.082 Kepala Keluarga
(KK) yang diperiksa PAB nya, sebesar 29,84% (10.171 KK) menggunakan PAM,
sebesar 70,16% (23.911 KK) menggunakan sumur gali (SGL) dan dari 33.175 KK
yang diperiksa Jamban Keluarga (JAGA), sebesar 88,75% (29.441 KK)
menggunakan jamban leher angsa, sebesar 11,26% (3.734 KK) menggunakan Water
Closet (WC) cemplung.
Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan
Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare yaitu melaksanakan pengobatan diare,
penyuluhan diare dan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) diare (Laporan
7
Tahunan Puskesmas Medan Deli, 2013). Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan petugas puskesmas dapat diketahui bahwa puskesmas sudah menjalin
kerjasama dengan lintas sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan pemerintah
setempat untuk mengatasi peningkatan kasus diare. Bentuk kerjasama yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu penyediaan obat-obatan untuk penderita
diare. Kerjasama dengan pemerintah setempat yaitu melalui kegiatan gotong royong
untuk membersihkan lingkungan yang rutin dilaksanakan pada hari minggu setiap
pekannya. Selain itu pula dalam mendukung pelaksanaan program diare Pihak
Puskesmas Medan Deli juga mendapatkan dukungan dari Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) luar negeri yaitu High Five melalui kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) melalui 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan,
cuci tangan pakai sabun, pengolahan makanan dan minuman, pengelolaan sampah
rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit diare dibutuhkan adanya
kerjasama lintas program dan sektor terkait. Melalui kerjasama tersebut diharapkan
pelaksanaan program pengendalian penyakit diare akan mendapat dukungan baik
politis maupun operasional dari institusi lain sesuai dengan porsi masing-masing
(Kemenkes RI, 2011).
Puskesmas memegang peranan penting sebagai unit pelayanan kesehatan
terdepan dalam upaya pengendalian penyakit menular yang salah satunya adalah
penyakit diare. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pencegahan penularan
8
penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare baik dengan
penanganan aktif maupun dengan penyuluhan.
Penelitian Nuri (2009), tentang pengaruh persepsi ibu tentang program
pemberantasan diare terhadap tindakan pemberantasan penyakit diare pada balita di
Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga, menyatakan bahwa program pemberantasan
diare cenderung belum sepenuhnya diketahui dan dipahami masyarakat, pelaksanaan
program pemberantasan diare belum sepenuhnya dapat menggerakkan masyarakat
untuk bertindak sesuai ketentuan program.
Penelitian Rendita (2009), tentang pengaruh faktor lingkungan dan
karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada balita di Kelurahan Kota
Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan, menyatakan bahwa umur, pendidikan
dan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap tindakan penanganan diare.
Penelitian Sitinjak (2011), tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige, menyatakan
bahwa adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu menggunakan
air bersih, menggunakan air minum, menggunakan jamban dan cuci tangan pakai
sabun dengan kejadian diare.
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin
melakukan penelitian untuk menganalisis pelaksanaan program diare di Puskesmas
Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
9
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program
diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli ”.
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program diare
di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan
mengenai pelaksanaan program diare, sehingga dapat meningkatkan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program diare.
2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Medan Deli mengenai pelaksanaan
program diare.
3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan
dengan pelaksanaan program diare.
4. Sebagai tambahan informasi yang akan memperkaya kajian dalam ilmu
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Puskesmas
2.1.1
Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI,
2004).
2.1.2
Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004).
2.1.3
Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya
Indonesia Sehat. Indikator utama kecamatan yang sehat yaitu :
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan (Depkes RI, 2004).
10
11
Misi puskesmas, yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya (Depkes RI, 2004).
2.1.4
Fungsi dan Kedudukan Puskesmas
Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yaitu :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar (Depkes RI, 2004)
Fungsi pelayanan kesehatan tersebut dapat dikelompokkan dalam upaya
kesehatan perorangan strata pertama yang bersifat
private goods seperti
penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan
masyarakat yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan dan penyehatan
lingkungan (Depkes RI, 2004)
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :
1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan
bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
12
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui
upaya rawat jalan dan rujukan (Depkes RI, 2004).
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services). Dalam sistem
pemerintahan daerah, puskesmas merupakan organisasi struktural dan berkedudukan
sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab terhadap
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2004).
2.2
Diare
2.2.1
Pengertian Diare
Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.
2.2.2
Pembagian Diare
Pembagian diare menurut Kemenkes RI, 2011, adalah :
1. Diare Akut Cair
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair
dan berlangsung kurang dari 7 hari.
13
2. Diare Bermasalah
a. Diare berdarah
b. Kolera
c. Diare berkepanjangan (Prolonged Diarrhea)
d. Diare persisten/Diare Kronik
e. Diare dengan gizi buruk
f. Diare dengan penyakit penyerta
2.2.3
Penyebab Diare
Secara klinis penyebab diare dibagi dalam 4 kelompok, tetapi yang sering
ditemukan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi terutama infeksi virus.
Penyebab penyakit diare adalah sebagai berikut, (Kemenkes RI, 2011) :
1. Faktor Infeksi
a. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk Like Agent
b. Bakteri
1) Shigella, Salmonella, Escheria Coli (E.Coli), Golongan Vibrio
2) Bacillus cerecus, clostridium botulinum, Staphylococcus aureus,
Camphylobacter, Aeromonas
c. Parasit
1) Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia Lamblia, Balantidium Coli,
Cryptosporidium
2) Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastissistis hominis
14
2. Malabsorpsi
3. Keracunan Makanan
a. Keracunan Bahan-bahan kimia
b. Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi
1) Jasad Renik
2) Ikan
3) Buah-buahan
4) Sayur-sayuran
4. Diare Terkait Penggunaan Antibiotik (Dta/Aad)
Infeksi masih merupakan penyebab utama diare. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan
Litbangkes pada pasien anak di 6 Rumah Sakit, penyebab infeksi terutama
disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena
bakteri hanya 8,4%. Kerusakan vili usus karena infeksi virus (rotavirus)
mengakibatkan berkurangnya produksi enzim laktase sehingga menyebabkan
malabsorpsi laktosa.
Diare karena keracunan makanan disebabkan karena kontaminasi
makanan oleh mikroba misalnya : Clostridium botulinum, Stap. Aureus dll.
Sedangkan diare terkait penggunaan antibiotika (DTA) terjadi karena
penggunaan antibiotika selama 3 sampai 5 hari yang menyebabkan
berkurangnya flora normal usus sehingga ekosistem flora usus didominasi
15
oleh kuman pathogen khususnya Clostridium difficile. Angka kejadian DTA
berkisar 20-25%.
2.2.4
Tanda-Tanda Diare
Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang,
rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah (Depkes
RI, 2007).
2.3
Program Pengendalian Penyakit Diare
2.3.1
Tujuan
Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas
program dan sektor terkait.
Tujuan Khusus :
1. Tercapainya penurunan angka kesakitan
2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar
3. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di
masyarakat, sehingga
dapat
dibuat perencanaan dalam
pencegahan,
penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan.
4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan
hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga
kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
16
5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah
kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaanya (Kemenkes
RI, 2011).
2.3.2
Kebijakan
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana
kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga
2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare
3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan
program yang meliputi aspek manajerial dan teknis medis
5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di pusat, propinsi dan
kabupaten/kota
6. Meningkatkan pembinaan teknis dan monitoring untuk mencapai kualitas
pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal
7. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai
dasar perencanaan selanjutnya (Kemenkes RI, 2011).
2.3.3
Strategi
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE)
2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan
benar
17
3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).
2.3.4
Kegiatan Program
1. Tatalaksana penderita diare
2. Surveilans epidemiologi
3. Promosi kesehatan
4. Pencegahan diare
5. Pengelolaan logistik
6. Pemantauan dan evaluasi (Kemenkes RI, 2011).
2.3.5
Tata Laksana Penderita Diare
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011) :
1. Berikan Oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida (NaCl),
kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit
diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti.
Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum
tidak
mengandung
garam
elektrolit
yang
diperlukan
untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan
18
garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian
oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.
a.
Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air
besar
b.
Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air
besar
Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya. Oralit
saat ini tersedia dalam formula baru dengan tingkat osmolaritas yang berbeda
dibandingkan oralit lama, yaitu :
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Oralit Lama dan Oralit Baru
No
1
2
3
4
5
Oralit lama
Oralit Formula Baru
(WHO/INICEF 1978)
(WHO/UNICEF 2004)
Dengan Osmolaritas
Na+
: 90 mEq/l
Na+
: 75 mEq/l
K+
: 20 mEq/l
K+
: 20 mEq/l
HCO3
: 30 mEq/l
Citrate : 10 mmol/l
Cl: 80 mEq/l
Cl: 65 mEq/l
Glucose : 111 mmol/l
Glucose : 75 mmol/l
Osmolar : 331 mmol/l
Osmolar : 245 mmol/l
Perbedaan oralit lama dengan oralit baru yaitu terdapat pada tingkat
osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding
19
total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitian menunjukkan bahwa
oralit formula baru mampu :
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena
Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah
sakit. Sehingga risiko anak terkena infeksi di rumah sakit dapat berkurang,
pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat biaya. WHO dan
UNICEF merekomendasikan Negara-negara di dunia untuk menggunakan dan
memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah (oralit baru).
2. Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-Turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,
anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat.
Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani kebijakan bersama
dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari.
Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1983-2003) yang
menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih
20
efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak
sampai 40%.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc
mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan
mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan
tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah
anak sembuh dari diare.
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc
harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare
pada 2-3 bulan ke depan.
Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30
detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut :
-
Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari
-
Balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari
Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI.
Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi dengan
oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari)
sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti.
Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa usus
yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Ketika
21
memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus menekankan
pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada
ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi
lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode
diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat
membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan.
3. Teruskan ASI Dan Pemberian Makan
Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah
diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare
teruskan pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama
anak diare juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti
diare, karena lebih banyak makan akan membantu mempercepat penyembuhan,
pemulihan dan mencegah malnutrisi.
Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu
formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih
dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan
agar anak mendapat oralit dan air matang.
4. Berikan Antibiotik Secara Selektif
Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik
hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera,
22
atau diare dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu
pemberian antibiotik.
Penggunaan antibiotik juga harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh tenaga
kesehatan. Pemberian antibiotik yang tidak tepat sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik dan dapat membunuh flora
normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik
yang tidak rasional dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare
yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya
pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.
5. Berikan Nasihat Pada Ibu/Pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian
oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke
petugas kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar
cair lebih sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata,
Makan atau minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik
dalam 3 hari.
2.3.5.1 Prosedur Tata Laksana Penderita Diare
1. Riwayat Penyakit
a. Berapa lama anak diare ?
b. Berapa kali diare dalam sehari ?
c. Adakah darah dalam tinjanya ?
23
d. Apakah ada muntah ? berapa kali ?
e. Apakah ada demam ?
f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?
g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ?
h. Obat apa yang sudah diberikan ?
i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ?
j. Apakah ada keluhan lain ?
2. Menilai Derajat Dehidrasi
Tabel 2.2 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
PENILAIAN
Lihat :
Keadaan umum
A
B
Bila ada 2 tanda atau lebih
Baik, sadar
C
Gelisah, rewel
Mata
Rasa haus (beri air
minum)
Raba/Periksa :
Turgor kulit
Normal
Minum biasa,
Tidak haus
Lesu, lunglai /
tidak sadar
cekung
cekung
Haus, ingin minum Malas minum atau
banyak
tidak bisa minum
Kembali cepat
Kembali lambat
Tentukan Derajat
Dehidrasi
Rencana
Pengobatan
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi RinganSedang
Rencana Terapi A Rencana Terapi B
Kembali sangat
lambat (lebih dari
2 detik)
Dehidrasi Berat
Rencana Terapi C
3. Menentukan Rencana Pengobatan
Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan rencana
pengobatan yang sesuai :
24
1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah
2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang di
Sarana Kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3 jam
3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di Sarana
Kesehatan dengan pemberian cairan Intra Vena.
RENCANA TERAPI A
UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA
a. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air
matang, dsb)
d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan dianjurkan
sedikit demi sedikit :
Umur <1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak
e. Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) dirumah bila :
25
Telah diobati dengan rencana terapi B atau C
Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk
f. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit
2. BERI OBAT ZINC
Beri Zinc 10 hari berurut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
a. Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
b. Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI
a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
b. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan
c. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau
d. Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4
jam)
e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu
4. ANTIBIOTIK HANYA DIBERIKAN SESUAI INDIKASI
MISAL : DISENTRI, KOLERA, DLL
5. NASIHAT IBU / PENGASUH
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
a. Berak cair lebih sering
26
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan dan minum sangat sedikit
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
1. JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA DI
SARANA KESEHATAN
Oralit Yang Diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
a. Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel dibawah ini :
Umur
<1 Th
1-4 Th
Jumlah Oralit
300 ml
600 ml
>5 Th
1.200ml
b. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah
c. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
d. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air
masak selama masa ini.
e. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan
oralit
27
f. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
2. AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN
ORALIT
a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
b. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas
c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
d. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air
masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah
hilang
3. SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN
PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK
MELANJUTKAN TERAPI
a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah
hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur
b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B
c. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
d. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
4. BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B
a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
b. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah
c. Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
28
RENCANA TERAPI C
UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI
SARANA KESEHATAN
Ikuti tanda panah . Jika jawaban “YA” lanjutkan ke Kanan . Jika “TIDAK” lanjutkan
ke Bawah
Dapatkah saudara
memberikan
cairan intravena ?
Ya
T
I
1. Beri cairan intravena segera.
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak
tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut :
Umur
Pemberian I Kemudian
30 ml/kg BB 70 ml/kg
BB
Bayi < 1
1 jam*
5 jam
tahun
Anak > 1
30 menit*
2 ½ jam
tahun
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau
tidak teraba
D
2. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum
teraba, beri tetesan lebih cepat.
3. Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa
minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2
jam (anak)
4. Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut turut
5. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi
derajat dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana
terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk
melanjutkan terapi
A
K
Adakah terapi
terdekat
( dalam 30 menit) ?
Tidak
Ya
1. Rujuk penderita untuk terapi intravena
2. Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan
tunjukkan cara memberikannya selama di
perjalanan.
29
Apakah saudara
dapat menggunakan
pipa nasogastrik /
orogastrik untuk
rehidrasi ?
Ya
Tidak
Apakah penderita
bisa minum ?
T
I
D
A
K
Segera rujuk anak
untuk rehidrasi
melalui Nasogastrik
/ Orogastrik atau
Intravena.
Ya
1. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui
Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit
demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
2. Nilai setiap 1-2 jam :
a. Bila muntah atau perut kembung berikan
cairan lebih lambat.
b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam
rujuk untuk terapi intravena.
3. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana
terapi yang sesuai (A, B atau C).
1. Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut.
Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg
BB/jam selama 6 jam
2. Nilai setiap 1-2 jam :
a. Bila muntah atau perut kembung berikan
cairan lebih lambat.
b. Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam
rujuk untuk terapi intravena.
3. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana
terapi yang sesuai.
Catatan :
1. Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6
jam setelah rehidrasi untuk memastikan
bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan
cairan yang hilang dengan memberi oralit.
2. Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera
baru saja berjangkit di daerah Saudara,
pikirkan kemungkinan kolera dan beri
antibiotika yang tepat secara oral begitu anak
sadar
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan Terapi C
30
2.3.5.2 Sarana Rehidrasi
Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO)
atau lebih dikenal nama pojok oralit.
1. Pojok Oralit
Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas
kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana
untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat.
melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan
petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi
oral.
a. Fungsi
1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral
2) Memberi pelayanan penderita diare
3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu)
b. Tempat
Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan tunggu
pasien)
dengan
1-2
meja
kecil.
Seorang
petugas
puskesmas
dapat
mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk
suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi RinganSedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya akan
31
dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang
harus diminum oleh penderita.
c. Sarana Pendukung
1) Tenaga pelaksana : dokter dan paramedis terlatih
2) Prasarana :
a) Tempat pendaftaran
b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas, sendok,
lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (wastafel),
poster untuk penyuluhan dan tatalaksana penderita diare.
3) Cara membuat pojok oralit
a) Pilihan lokasi untuk “Pojok Oralit” :
-
Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi muka
yang tidak berdesakan
-
Dekat dengan toilet atau kamar mandi
-
Nyaman dan baik ventilasinya
b) Pengaturan model di Pojok Oralit
-
Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan menyiapkan larutan
-
Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan
nyaman saat memangku anaknya
-
Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang berisi
larutan oralit
32
-
Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus)
-
Botol susu/gelas ukur
-
Gelas
-
Sendok
-
Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana mengobati atau
merawat anak diare
-
Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah
Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu
disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat
bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal
penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan tambahan,
penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,
penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi.
d. Kegiatan Pojok Oralit
1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral
a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan oralit
dan bagaimana cara memberikannya
b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan larutan oralit
bila ada muntah
33
c) Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan makanan
pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan
pada anak yang tinggal sementara di fasilitas pelayanan).
d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan selama
anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan anaknya dibawa
kembali ke Puskesmas.
e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada pengunjung
Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana penderita diare di rumah serta
cara pencegahan diare.
2) Pelayanan Penderita
Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi di
ruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam
selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama
diobservasi serta :
a) Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit
b) Perhatikan ibu waktu memberikan oralit
c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam
sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam)
d) Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan
e) Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan
antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.
34
2.3.6
Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi penyakit diare adalah kegiatan analisis secara
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit diare dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit diare agar dapat
melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses
pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada
penyelenggara program kesehatan.
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
Kriteria KLB Diare (sesuai dengan Permenkes RI No. 1501 / MENKES / PER
/ X / 2010 ), sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 Permenkes RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 yang sebelumnya
tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah
35
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya
6. Angka kematian kasus (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kematian 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
2.3.6.1 Prosedur Surveilans
1. Cara Pengumpulan Data Diare
Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui (Kemenkes RI, 2011) :
a. Laporan Rutin
Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB),
SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk penyakit yang
dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2). Untuk
36
dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita
diare yang datang ke sarana kesehatan, posyandu atau kader agar dapat
dideteksi tanda-tanda akan terjadinya KLB/wabah sehingga dapat segera
dilakukan tindakan penanggulangan secepatnya. Laporan rutin ini dikompilasi
oleh petugas RR/Diare di Puskesmas kemudian dilaporkan ke Tingkat
Kabupaten/Kota melalui laporan bulanan (LB) dan STP setiap bulan.
Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari
masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat
Propinsi dengan menggunakan formulir rekapitulasi diare. Dari tingkat
Propinsi direkap berdasarkan kabupaten/kota secara rutin (bulanan) dan
dikirim ke Pusat (Subdit Diare, & ISPL) dengan menggunakan formulir
rekapitulasi diare.
b. Laporan KLB/Wabah
Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam (W1)
dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi :
1) Kronologi terjadinya KLB
2) Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
3) Keadaan epidemiologis penderita
4) Hasil penyelidikan yang telah dilakukan
5) Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut
37
c. Pengumpulan data melalui studi kasus
Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada
pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line data”
sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat
digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang.
2. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi
Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk
tabel-tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini
sebaiknya dilakukan berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat, sehingga apabila
terdapat
permasalahan
segera
dapat
diketahui
dan
diambil
tindakan
pemecahannya.
3. Penyebarluasan Hasil Interpretasi
Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan balikkan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan di daerah
(kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk mendapatkan tanggapan dan
dukungan penanganannya.
2.3.7
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
38
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Tujuan dari promosi kesehatan adalah terwujudnya masyarakat yang
mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
2.3.7.1 Strategi Promosi Kesehatan
Terdapat 3 strategi komunikasi dalam promosi kesehatan yaitu : Advokasi,
Bina Suasana dan Gerakan Masyarakat.
1.
Advokasi ( Pendekatan Pimpinan / Pengambil Keputusan )
Advokasi merupakan upaya yang sistematis dan terorganisir untuk
memperoleh dukungan kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah, Publik, atau
pengambil Keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian Penyakit Diare
agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus.
Tujuan dari Advokasi adalah diperolehnya dukungan dari pimpinan,
pengambil keputusan serta penyandang dana untuk mencapai kesepakatan dan
rencana tindak lanjut pengendalian penyakit Diare.
Langkah kegiatan dalam advokasi, meliputi :
a. Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para
pengambil keputusan
b. Menentukan sasaran advokasi, yang meliputi :
39
1) Gubernur, Bupati, Walikota
2) DPRD
3) Bappeda
4) Media Informasi
5) LSM
6) Dunia Usaha
7) Swasta
8) Penyandang Dana
c. Menentukan materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang hendak
di capai
d. Menentukan metode dan teknis yang disesuaikan dengan segmen sasaran
Advokasi, antara lain : Pendekatan langsung, seminar, rapat kerja,
lokakarya, sarasehan, pertemuan lintas sektor.
e. Menentukan media yang disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode
serta tehnik penyampaian, missal : proposal, buku pedoman, makalah dan
leaflet.
f. Menentukan kesepakatan dan rencana tindak lanjut, seperti :
1) Terbentuknya komitmen integrasi pelaksanaan kegiatan
2) Dukungan politis berupa SK, SE, Kesepakatan, Perda, dan lain-lain.
3) Dukungan sumber daya
40
2.
Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
dalam pengendalian penyakit diare. Tujuan dari bina suasana adalah
terciptanya
opini
positif
atau
suasana
yang
mendukung
untuk
penyelenggaraan pengendalian penyakit diare.
Langkah kegiatan bina suasana adalah :
a. Menentukan dan menetapkan bentuk kerjasama yang diharapkan
b. Menentukan sasaran
Kelompok sasaran lebih ke tingkat teknis operasional secara berjenjang,
antara lain :
1) Wartawan media massa & elektronik
2) Organisasi keagamaan
3) Organisasi kepemudaan
4) LSM
5) PKK
6) Petugas Kesehatan
7) Kelompok Professi
8) Tokoh Masyarakat
c. Menentukan materi yang lebih ke arah operasional misalnya SKD,
pencegahan penyakit diare, tatalaksana diare, dll.
41
d. Menentukan metode yang digunakan, yaitu : orientasi, pelatihan,
kunjungan lapangan, jumpa pers, dialog terbuka/interaktif TV, Media
elektronik, Penulisan artikel
e. Hasil yang diharapkan
1) Opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya
pengendalian penyakit diare
2) Semua kelompok potensial di masyarakat sudah menyuarakan dan
mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilaku hidup
bersih dan sehat serta melakukan pengobatan
3) Adanya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial di masyarakat
3.
Gerakan / Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu,
mau, mampu dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan
mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat terutama
dalam tatalaksana penderita di rumah tangga dan pencegahan diare. Tujuan
dari gerakan/pemberdayaan masyarakat adalah agar masyarakat tahu, mau dan
mampu melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare.
42
Langkah kegiatan gerakan/pemberdayaan masyarakat, adalah :
a. Menentukan sasaran
Sebagai sasaran utama adalah masyarakat. Secara aktif masyarakat
terutama ibu yang mempunyai balita dapat melaksanakan tatalaksana diare
dengan benar dan kegiatan pencegahan yang efektif.
b. Menentukan materi pesan
1) Tatalaksana diare di rumah tangga yaitu :
a) Beri lebih banyak minum cairan rumah tangga, yaitu air tajin, air
teh, air kuah sayur, air sup, oralit
b) Teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur
c) Bawa anak ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan
lanjutan, bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu
tanda berikut :
-
Diare terus menerus
-
Muntah berulang-ulang
-
Rasa haus yang nyata
-
Tidak bisa makan/minum
-
Demam
-
Ada darah dalam tinja
2) Pencegahan penyakit diare, yaitu :
a) Pemakaian air bersih yang cukup
43
b) Minum air yang sudah dimasak
c) Buang air besar dijamban, termasuk membuang kotoran bayi
d) Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar
e) Memperbaiki makanan pendamping ASI
f) Memberikan ASI
g) Memberikan imunisasi campak
c. Menentukan metode dan teknik
Metode dan teknik disesuaikan sasaran dan diupayakan berlangsung
dinamis, misalnya : tatap muka, simulasi, demostrasi, penyuluhan
kelompok.
d. Media saluran komunikasi
Pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan segmen sasaran, yaitu
menggunakan perpaduan media cetak dan elektronika.
2.3.8
Tindakan Pencegahan
Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan diare
dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Kegiatan
pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah
(Kemenkes RI, 2011):
44
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui
secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari
kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
penuh mempunyai daya lindung 4 x lebih besar terhadap diare daripada
45
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi
yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30 x lebih besar. Pemberian
susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk
susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan
terjadinya gizi buruk.
b. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut
merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian
makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku
pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap
kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan
pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :
1) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak
berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering (4 x sehari).
46
Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan pemberian ASI.
2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian
untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacangkacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makananya.
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak. Suapi
anak dengan sendok yang bersih.
4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c. Menggunakan Air Bersih yang Cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecaloral. kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari
tangan, makanan yang wadahnya atau tempat makan-minum yang dicuci
dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil di banding dengan masyarakat
yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
47
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu :
1) Ambil air dari sumber air yang bersih
2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
khusus untuk mengambil air
3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk
mandi anak-anak
4) Minum air yang sudah matang
5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
d. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum
makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
e. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
48
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu:
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
oleh seluruh anggota keluarga
2) Membersihkan jamban secara teratur
3) Menggunakan alas kaki bila akan buang air besar
f. Membuang Tinja Bayi yang Benar
Tinja bayi berbahaya oleh karena itu tinja bayi harus dibuang secara benar
karena dapat menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh keluarga, yaitu :
1) Kumpulkan segera tinja bayi dan membuangnya ke jamban
2) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
dijangkau olehnya.
3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti di
dalam lubang atau dikebun kemudian ditimbun.
4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
g. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah
agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah
49
diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9
bulan.
2. Penyehatan Lingkungan
a. Penyediaan Air Bersih
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah
diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata dll, maka
penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan
dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan.
b. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dsb. Selain itu sampah
dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan
penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus
dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila
tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan
akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau
dibakar.
50
c. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria.
2.4
Fokus Penelitian
Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program diare dapat diukur melalui
indikator masukan (input), proses (process), dan luaran (output). Oleh karena itu
fokus penelitian dapat disusun sebagai berikut :
Input :
Proses :
Output :
1. Tenaga
1. Upaya Pencegahan
1. Penurunan
2. Sarana
2. Upaya Pengobatan
Kasus Diare
Gambar 2.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian
sebagai berikut :
51
1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan program diare dengan baik, meliputi : tenaga dan sarana, dengan
definisi sebagai berikut :
a. Tenaga adalah tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program
diare di Puskesmas Medan Deli.
b. Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli.
2. Proses (process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, meliputi: upaya pencegahan dan upaya pengobatan,
dengan definisi sebagai berikut :
a. Upaya Pencegahan adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencegah
terjadinya
penyakit
diare
meliputi:
Surveilans
epidemiologi
diare,
Peningkatan kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.
b. Upaya pengobatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam memberikan
pengobatan diare sesuai dengan prosedur tatalaksana diare meliputi : Riwayat
penyakit, menilai derajat dehidrasi, menentukan tindakan dan memberi
pengobatan.
3. Keluaran (output) adalah hasil dari pelaksanaan program diare yaitu menurunya
jumlah kasus diare di Puskesmas Medan Deli yang dinilai dari kegiatan yang
telah dilakukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode pendekatan
kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli tahun
2014.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, dengan
pertimbangan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013
kunjungan kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak
1729 kunjungan kasus.
3.2.2
Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari-Juni Tahun 2014 (Survei
pendahuluan dan penelitian).
3.3
Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan
mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu
52
53
pelaksanaan program diare di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli, berjumlah 11
orang yang terdiri dari :
A. Pegawai bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan
Kota Medan
B. Kepala Puskesmas Medan Deli
C. Dokter Puskesmas Medan Deli
D. Penanggungjawab Program Diare Puskesmas Medan Deli
E. Pegawai Kecamatan Medan Deli
F. Lurah Kelurahan Kota Bangun
G. Anggota PKK
H. Kader posyandu
I.
Tokoh masyarakat
J.
Ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa dehidrasi
K. Ibu balita yang anaknya menderita diare dengan dehidrasi ringan/sedang
3.4
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu :
1. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada
para informan dengan berpedoman pada panduan wawancara yang telah
dipersiapkan.
54
2. Data sekunder diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli
dan instansi yang terkait dengan penelitian ini.
3.5
Triangulasi
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,
yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni
dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2011).
3.6
Analisa Data
Analisa data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan
data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah dalam melihat data
secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam Herdiansyah, 2012).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Puskesmas Medan Deli
Puskesmas Medan Deli terletak di jalan Yos Sudarso Km. 11,1 Lingkungan
III Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Dengan luas wilayah 1900 Ha,
adapun yang menjadi batas wilayah Puskesmas Medan Deli adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Medan Labuhan
Sebelah Timur : Percut Sei Tuan
Sebelah Barat
: Labuhan Deli
Sebelah Selatan : Medan Timur dan Medan Barat
Wilayah kerja Puskesmas Medan Deli terdiri dari 5 kelurahan yaitu : Kelurahan
Kota Bangun, Kelurahan Mabar, Kelurahan Mabar Hilir, Kelurahan Tanjung Mulia,
Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Jumlah lingkungan adalah sebesar 89 lingkungan
dengan jumlah penduduk adalah 139.842 jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun
2013
No
Kelurahan
Jumlah
Jumlah
Luas
Penduduk
Lingkungan Wilayah/Ha
1
Kota Bangun
10841
8
250
2
Mabar
33225
19
465
3
Mabar Hilir
26811
12
318,9
4
Tanjung Mulia
34644
28
541
5
Tanjung Mulia Hilir
34321
22
325
Jumlah
139842
89
1900
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
55
56
Tabel 4.2 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
Tahun 2014
No
Sarana Kesehatan
Jumlah
1
Balai Pengobatan
18
2
Laboratorium
1
3
Apotik
6
4
Puskesmas Pembantu
4
5
Praktek Dokter Umum Swasta
5
6
Praktek Dokter Gigi Swasta
1
7
Puskesmas Perawatan
1
8
Praktek Bidan Swasta
37
9
Toko Obat Berizin
8
10 Tukang Gigi
3
11 Dukun Patah Tulang
1
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Deli Tahun 2014
No
Tenaga Kesehatan
Jumlah
1
Dokter Umum
3
2
Dokter Gigi
2
3
Sarjana Kesehatan Masyarakat
1
4
Sarjana Keperawatan
3
5
D3 Keperawatan
2
6
D3 Kebidanan
6
7
Perawat Gigi
1
8
Analisa Kesehatan
1
9
Apoteker
1
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
4.2
Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 informan yaitu Pegawai bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepala
Puskesmas Medan Deli, Dokter Puskesmas Medan Deli, Penanggungjawab Program
Diare Puskesmas Medan Deli, Pegawai Kecamatan Medan Deli, Lurah Kota Bangun,
Anggota PKK, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat, Ibu Balita yang Anaknya
Menderita Diare Tanpa Dehidrasi dan Ibu Balita yang anaknya Menderita Diare
57
Dengan Dehidrasi Ringan/Sedang. Karakteristik dari masing-masing informan pada
penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Karakteristik Informan
No
Informan
1
drg. Nuriah Hartati
Jenis
Kelamin
Perempuan
Umur
(tahun)
40
Pendidikan
Jabatan
S1
Pegawai bidang
PMK Dinas
Kesehatan Kota
Medan
Kepala Puskesmas
Dokter Puskesmas
Penanggungjawab
program Diare
Sekretaris Camat
2
3
4
dr. Nurlelin Sinaga
dr. Budiarti
Saramlah, Amkeb
Perempuan
Perempuan
Perempuan
49
35
50
S1
S1
D3
5
Laki-laki
43
S1
6
7
8
9
10
Irfan Asardi Siregar,
S.Sos
Chairul Amin, S.Sos
Suci Rahma Dani
Latifah
Yus Ashary
Nurzannah
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
45
29
43
43
30
S1
SMA
SMA
SMA
SMA
11
Riska
Perempuan
27
SMA
Lurah
Anggota PKK
Kader Posyandu
Tokoh Masyarakat
Ibu balita yang
anaknya menderita
diare tanpa
dehidrasi
Ibu balita yang
anaknya menderita
diare dengan
dehidrasi
ringan/sedang
58
4.3
Alur Pengobatan Diare di Puskesmas Medan Deli
4.3.1
Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi di
Puskesmas Medan Deli
Datang
Pulang
Gambar 4.1
Pendaftaran
di Loket
Pengambilan
obat
Pemeriksaan Status gizi
(oleh tenaga gizi)
Pengukuran berat badan
dan tinggi badan
Tindakan Pengobatan di
Ruang Poli Umum
(oleh Dokter)
Bertanya tentang riwayat
penyakit diare
Melakukan pemeriksaan
Terapi
Konseling
Penulisan resep
Alur Pengobatan Diare yang Diterima oleh
Balita Tanpa Dehidrasi di Puskesmas Medan Deli
59
4.3.2
Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi
Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli
Datang
Pulang
Gambar 4.2
Pendaftaran
di Loket
Pengambilan
obat
Pemeriksaan Status gizi
(oleh tenaga gizi)
Pengukuran berat badan
dan tinggi badan
Tindakan Pengobatan di
Ruang Poli Umum
(oleh Dokter)
Bertanya tentang riwayat
penyakit diare
Melakukan pemeriksaan
Terapi
Konseling
Penulisan resep
Alur Pengobatan Diare yang Diterima oleh Balita Dengan
Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli
Dari alur tatalaksana diare di Puskesmas Medan Deli yang diterima oleh
kedua balita menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengobatan diare kepada
balita tanpa dehidrasi (informan 10) dan balita dengan dehidrasi ringan/sedang
(informan 11).
60
4.4
Verbatim Wawancara Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan
Deli Kecamatan Medan Deli Tahun 2014
4.4.1
Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang Terlibat dalam
Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli
Hasil penelitian yang dilakukan tentang tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.5
berikut ini :
Tabel 4.5
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Matriks Pernyataan Informan Tentang Tenaga Kesehatan yang
Terlibat dalam Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan
Deli
Pernyataan
Yang terlibat itu bukan hanya tanggung jawab pemegang program
diare saja, tetapi yang terlibat itu juga kepala puskesmas nya, dokter,
pemegang program diare, tenaga UKS, tenaga kesehatan lingkungan
dan surveilans epidemiologi, jadi semua itu terlibat, bukan hanya 1
program tapi multiprogram, dimana nanti masing-masing program itu
akan melakukan tugasnya masing-masing, seperti kepala puskesmas
ya mereka menanggungjawabi staf-staf nya, dokter tugasnya
menangani pasien, kalau pemegang program diare itu tugasnya
melakukan penyuluhan diare dan merekap data diare dalam bentuk
mingguan baik kasus yang ada di puskesmas ataupun temuan kader di
posyandu jadi setiap minggunya direkap dan dikirim ke Dinas
Kesehatan, kalau surveilans epidemiologi tugasnya mendata jangan
sampai ada KLB, sedangkan Tenaga UKS mereka memberikan
penyuluhan PHBS ke sekolah-sekolah.
Yang terlibat itu kepala puskesmas, Petugas diare dan petugas lain ya
seperti petugas surveilans, petugas kesehatan lingkungan, petugas
gizi, petugas SP2TP dan dokter, jadi semua petugas kesehatan saling
bekerjasama.
Ya semua tenaga kesehatan terlibat. Pertama pemegang program
diare, kedua petugas kesehatan di poliklinik kemudian petugas gizi
yang tugasnya menimbang berat badan anak jadi kalau ada anak yang
gizi buruk dan sakit diare petugas gizi cepat lapor.
Ada dokter, saya sebagai penanggung jawab program diare, tenaga
kesling dan tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat.
61
Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa tenaga kesehatan yang
terlibat dalam pelaksanaan program diare bukan hanya pemegang program diare saja
tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat seperti Kepala Puskesmas, Dokter,
Tenaga UKS, tenaga Kesehatan Lingkungan, Tenaga Surveilans Epidemiologi dan
Tenaga Gizi.
4.4.2
Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang Tersedia dalam
Mendukung Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli
Hasil penelitian yang dilakukan tentang sarana kesehatan yang tersedia dalam
mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari
tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana Kesehatan yang
Tersedia dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare di
Puskesmas Medan Deli
Pernyataan
Sarana yang tersedia itu kita mengadakan pojok oralit di setiap
puskesmas, karena pertolongan pertama dari diare itu adalah
pemberian oralit kemudian menyediakan obat-obatan seperti
pengadaan tablet zinc. Tablet zinc ini penting diberikan karena tablet
zinc ini membantu penyembuhan diare dan menjaga agar anak tetap
sehat. Walaupun sudah selesai diare nya tablet zinc ini harus tetap
diberikan.
Obat-obatan seperti oralit, tablet zinc, cairan infuse, dll.
Tahun 2014 ini kalau obat-obatan tablet zinc tidak ada ya, kalau
persediaan oralit ada, tapi biasanya kalau tidak ada tablet zinc di
puskesmas saya resepkan agar pasien bisa beli di luar kalau posterposter diare ada, peralatan lain yang mendukung juga lengkap tapi
kalau pojok oralit tidak ada.
Sarana di puskesmas kita buat pojok oralit, obat-obatan seperti zinc,
oralit, antibiotik, kalau ada muntah dan demamnya dikasih obat anti
muntah dan paracetamol. Ruangan poli dan poster diare juga tersedia.
Untuk sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas sudah cukup
lengkap namun perlu ditingkatkan lagi.
Menurut kebutuhan sarana yang tersedia sudah cukup lengkap,
62
Informan 7
Informan 8
Informan 9
Informan 10
Informan 11
namun untuk memberikan pelayanan perlu ditingkatkan lagi.
Perlengkapannya cukup lengkap lah ya kayak wastafel untuk cuci
tangan aja di Puskesmas Medan Deli tersedia, untuk di halamannya
aja sampah organik dan non organik tempat sampahnya sudah
terpisah.
Sarana yang tersedia sudah cukup lengkap lah.
Yah sudah lengkaplah ya alat-alat di puskesmas kayak di ruangan
poli itu ada timbangan, wastafel, poster diare, dll.
Lengkap juga tergantung dari sakitnya kalau penyakitnya ringan
kayak diare cukup memadai.
Kayaknya sih udah lengkap lah yang ada di puskesmas.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, 9 informan menyatakan bahwa
sarana kesehatan yang tersedia dalam mendukung pelaksanaan program diare di
puskesmas sudah lengkap, 1 informan menyatakan bahwa pojok oralit dan obatobatan seperti oralit dan tablet zinc merupakan sarana kesehatan yang harus tersedia
di setiap puskesmas, sedangkan 1 informan menyatakan bahwa tablet zinc tidak
tersedia dan pojok oralit tidak berjalan di puskesmas.
4.4.3
Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare di Puskesmas
Medan Deli
Hasil penelitian yang dilakukan tentang proses pengobatan diare di
Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7
Informan
Informan 1
Matriks Pernyataan Informan Tentang Proses Pengobatan Diare
di Puskesmas Medan Deli
Pernyataan
Prinsip tatalaksana diare yang sekarang digalakkan adalah “LINTAS
DIARE” atau lima langkah tuntaskan diare yaitu pemberian oralit,
zinc, pemberian ASI/makan, pemberian antibiotik untuk indikasi
tertentu, dan pemberian nasihat. Langkah-langkah tatalaksana diare
dimulai dari menanyakan riwayat penyakit diare seperti : sudah
berapa lama anak diare, berapa kali diare dalam sehari, ada muntah,
darah, dsb. Setelah itu menilai derajat dehidrasi anak seperti: melihat
keadaan umum anak, melihat mata, rasa haus anak dan periksa turgor
63
Informan 2
Informan 3
Informan 4
kulit anak. Setelah melakukan pemeriksaan itu tentukan rencana
pengobatan apakah anak tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang
atau bahkan dehidrasi berat. Setelah itu dilakukan tindakan, kalau
anak tanpa dehidrasi diterangkan kepada ibunya tentang 5 langkah
terapi diare di rumah, kalau dehidrasi ringan/sedang itu seharusnya
diberikan pengobatan di puskesmas yaitu diberikan oralit selama 3
jam dan diterangkan kepada ibu balita tentang pemberian oralit dan
pencegahan diare jadi penderita dehidrasi ringan/sedang itu sebaiknya
harus diobservasi di puskesmas ya, kalau dehidrasi berat anak-anak
harus cepat diberikan cairan infus jika sarana kesehatan yang tersedia
di puskesmas terbatas dianjurkan untuk cepat dirujuk ke rumah sakit
terdekat agar anak tidak kehabisan cairan.
Pelaksanaanya itu setiap balita yang sakit diare dilakukan
pemeriksaan oleh dokter, diterapi dan diberikan nasihat tentang
pencegahan diare. Kalau diare nya sudah berat jarang dilakukan di
puskesmas biasanya kita cepat langsung rujuk ke rumah sakit.
Alurnya mulai dari pendaftaran di loket pendaftaran, balita ditimbang
berat badannya di ruang gizi, dan setelah itu balita diperiksa di
ruangan poli umum. Saya tanya sudah berapa kali diare dalam sehari,
apakah ada muntah, darah? Setelah itu diperiksalah mata, kulit, dan
keadaan si anak apakah normal atau lemas ya kan. Kita kasih
konseling juga ke ibu balita agar obatnya diminum, anaknya banyak
minum air putih, jangan malas makan. Yaudah siap itu saya resepkan
obatnya. Balita dengan dehidrasi berat jarang ya biasanya masyarakat
langsung ke rumah sakit, kalau pun dibawa ke puskesmas kalau
kondisinya sudah berat kita rujuk.
Langkah-langkah tatalaksana diare itu dimulai dari bertanya kepada
ibu balita tentang diare si anak seperti : sudah berapa hari diare nya?
Apa ada muntah dan demam? Ada darah dalam tinja tidak?, setelah
itu kita lihat apakah anak gelisah tidak? biasanya kalau sudah
dehidrasi berat, perut anak lembek itu, lihat mata nya cekung atau
tidak cekung? anak mau minum tidak? biasanya kalau sudah lemas
kali anak tidak mau minum lagi dan lihat apa ada demam? Setelah itu
ditentukan rencana pengobatan kalau tanpa dehidrasi anaknya dikasih
banyak minum aja, kita kasih tau anak nya mencretnya belum parah
kali jadi kasih banyak minum dan makan teratur. Dehidrasi ringan
kasih banyak minum, kasih oralit dan zinc, makan teratur, kasih
bubur, jangan kasih makan yang manis-manis, kalau dehidrasi ringan
ga pala kita kasih infus. Dehidrasi berat kita sarankan untuk langsung
ke rumah sakit aja biar cepat dapat cairan, nanti dari puskesmas kita
kasih surat rujukan ke Rumah Sakit Mitra Medika atau Rumah Sakit
Imelda.
64
Informan 5
Informan 6
Informan 7
Informan 8
Informan 9
Informan 10
Informan 11
Pelayanan dari tenaga kesehatan sudah cukup baik, hal ini terlihat
dari banyaknya masyarakat yang berobat ke puskesmas setiap hari
nya. Kesadaran masyarakat untung berobat ke puskesmas sudah
tinggi lah.
Yang Bapak lihat, masyarakat disini kalau sakit berobatnya ke
puskesmas. kepercayaan masyarakat berobat ke puskesmas sudah
baik. Nah itu tidak terlepas dari pelayanan petugas kan, berarti selama
ini petugas sudah baik melayani masyarakat.
Kalau di puskesmas sudah baik lah dek pelayanannya. Disana kan
ada dokter nya jadi kalau ada balita sakit diare pasti diperiksa dan
diobati. Dikasih oralit tentunya kan. Kalau di posyandu juga gitu,
kalau ada yang sakit diare dikasih oralit.
Kalau ada balita sakit diare di puskesmas pastinya cepat ditangani
sama petugas yah. Kalau di posyandu stok oralit kan selalu ada, jadi
kalau ada anak yang sakit diare pasti ibuk kasih oralit. Ibuk kasih tau
juga cara buat larutan gula garam kalau stok dirumah pasien tidak
ada. Kalau penanganan diare itulah yang kami lakukan dek, kalau
pelatihan dari puskesmas khusus belum pernah. Cuma sebelum
pelaksanaan posyandu pasti kita diarahkan dan diberi bimbingan yah
sama orang puskesmas.
Kalau di Puskesmas itu sudah bagus dek, dokternya ramah, baik lagi.
Kalau anak-anak sakit diare ditanya tanya sama dokter kenapa kok
bisa sakit, diperiksa, trus kita dikasih penyuluhan lah gimana
pencegahan diare dinasehati juga untuk banyak minum dan istirahat
yang cukup. Sudah cukup aktif lah petugas kesehatan selama ini ya
dek.
Pengobatannya biasa aja sama lah seperti berobat di rumah sakit.
Tadi dokter ada tanya-tanya juga tentang diare si adik, diperiksa siap
itu disarankan sama dokter untuk banyak minum, obatnya juga
diminum. Yah lumayan bagus lah. Dokter nya ramah.
Ya tadi kayak adek liat sendiri kan, diperiksa sama dokter, siap itu
ditanya-tanya udah berapa lama anak sakit diare? ada muntah ga?
Cukup bagus lah ya menurut ibu pelayanan dari dokternya. Kalau
pengobatannya udah bagus lah menurut ibuk.
Dari pernyataan informan diatas diketahui bahwa proses pengobatan diare di
Puskesmas Medan Deli dimulai dari pasien mendaftar di loket pendaftaran kemudian
dilakukan penimbangan berat badan anak di ruang gizi dan dilanjutkan ke poli umum
untuk dilakukan pemeriksaan. Dalam alur pengobatan diare terlihat bahwa tidak
65
adanya perbedaan pengobatan yang diterima oleh balita tanpa dehidrasi maupun
balita dengan dehidrasi ringan/sedang. Sedangkan untuk balita dengan dehidrasi berat
segera dirujuk oleh tenaga kesehatan ke Rumah Sakit terdekat.
4.4.4
Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans Epidemiologi Diare
Hasil penelitian yang dilakukan tentang kegiatan surveilans epidemiologi
diare dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan Surveilans
Epidemiologi Diare
Informan
Pernyataan
Surveilans epidemiologi diare dilakukan untuk memantau jumlah
Informan 1
penderita diare, apakah mengalami peningkatan 3 atau 4 x lipat, tapi
alhamdulilah beberapa tahun ini tidak ada yang KLB, sejak saya di
dinas kesehatan mulai tahun 2008 tidak ada kasus KLB.
Surveilans epidemiologi diare dilakukan untuk melihat apakah ada
Informan 2
wabah/KLB diare, dilihat dari laporan bulanan apakah kasus diare
meningkat/mengalami trend, apabila mengalami peningkatan
dilakukan tindakan. Dalam mewaspadai peningkatan kasus diare,
penanggung jawab program diare melakukan home visit 2 x dalam
sebulan.
Ada petugas surveilans turun ke masyarakat.
Informan 3
Kalau ada kasus diare kita turun ke lapangan, misalnya dalam 1 gang
Informan 4
itu ada 5 orang yang mencret, kita turun kita cari tau kenapa kok bisa
banyak yang mencret. Kalau KLB insyaalah belum pernah lah terjadi
di Puskesmas Medan Deli.
Tenaga kesehatan pernah melakukan kegiatan pengamatan penyakit
Informan 5
diare di masyarakat.
Ada petugas turun ke lapangan.
Informan 6
iya pernah petugas turun ke masyarakat.
Informan 7
Iya ada juga petugas turun ke lapangan untuk mantau diare.
Informan 8
Adalah pokoknya mereka turun ke masyarakat kasih penyuluhan.
Informan 9
Informan 10 Kurang tau yah dek kayaknya ga pernah lah.
Informan 11 Kayaknya sih belum pernah lah.
66
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, 9 informan menyatakan bahwa
kegiatan surveilans epidemiologi diare ada dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
mewaspadai timbulnya KLB di masyarakat, sedangkan 2 informan lainnya
menyatakan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi diare belum pernah dilakukan
oleh tenaga kesehatan di masyarakat.
4.4.5
Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare
Hasil penelitian yang dilakukan tentang penyuluhan diare dapat dilihat dari
tabel 4.9 berikut ini :
Tabel 4.9
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Matriks Pernyataan Informan Tentang Penyuluhan Diare
Pernyataan
Penyuluhan diare ini harus ditingkatkan. Sebaiknya rutin dilakukan di
masyarakat, ke sekolah-sekolah dan saat posyandu.
Promosi kesehatan/penyuluhan dilakukan kepada pasien diare di
puskesmas maupun secara kelompok seperti di posyandu.
Penyuluhan diare ada dilakukan di posyandu.
Kita kasih penyuluhan di puskesmas dan kalau ada kasus diare kita
turun ke lapangan/home visit, kalau tidak ada kasus ya tidak turun.
Kadang-kadang saya ajak anak PKL untuk buat penyuluhan di
Posyandu. Saya sering menasehati masyarakat agar anaknya jangan
jajan sembarangan, botol susu anak harus dicuci bersih dan direbus,
kalau anaknya mendapatkan ASI dan sedang mencret, ASI itu harus
diteruskan jangan ASI itu diberhentikan, makanan mamaknya juga
harus dijaga jangan makan sembarangan itulah untuk mencegah
mencret, air galon itu kita anjurkan juga untuk dimasak, karena anakanak banyak yang tidak tahan minum aqua galon yang 3500 itu. Kita
beri nasihat kepada Ibu kalau anak mencret dikasih pisang, air tajin,
kuah sayur, kebersihan anak juga harus dijaga, karena anak yang
jorok mudah kena diare, kalau tidak ada oralit buat oralit sendiri
dirumah caranya sesendok gula dan seujung sendok garam dicampur
air hangat dan langsung diminumkan, kalau kondisi anak makin parah
ada muntah dan BAB nya tidak kurang kita anjurkan untuk segera di
bawa ke puskesmas atau rumah sakit. Kalau saya datangi dari rumah
ke rumah biasanya ga ada bawa media penyuluhan.
Puskesmas cukup sering melakukan upaya penyuluhan penyakit diare
67
Informan 6
Informan 7
Informan 8
Informan 9
Informan 10
Informan 11
pada masyarakat di Kecamatan Medan Deli yang bekerjasama dengan
TP-PKK Kelurahan dan TP-PKK Kecamatan Medan Deli melalui
kegiatan posyandu, bila ada balita diare langsung ditangani di
posyandu atau dirujuk ke Puskesmas Medan Deli dan melakukan
penyuluhan PHBS di sekolah-sekolah yang menekankan pentingnya
menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Penyuluhan tentang pencegahan diare itu ada dilakukan di posyandu
sebulan sekali yang bekerjasama dengan puskesmas untuk melihat
perkembangan bayi, gizi, imunisasi dan keluhan penyakit nya.
Penyuluhan sudah bagus yang selama ini berjalan, namun perlu
ditingkatkan lagi. Kita aktifkan lah masyarakat itu untuk
pencegahannya, termasuk cuci tangan pakai sabun, jangan buang
hajat dan sampah ke sungai.
Banyak lah yang dilakukan kalau tentang diare, seperti di posyandu
kader bekerjasama dengan puskesmas, tugas kader lah yang
menghayo-hayo kan masyarakat untuk datang posyandu dan ikut
penyuluhan. Tapi itu tadi lah penyuluhan tidak rutin juga dilakukan di
posyandu. kalau di Kelurahan Kota Bangun ini juga ada kegiatan dari
High Five tentang STBM yang terdiri dari 5 pilar yaitu cuci tangan
pakai sabun, tidak buang sampah dan BAB sembarangan,
Penyuluhan khusus ga pernah ya dek, paling kalau ada anak
mahasiwa PKL aja yang datang kemari kasih penyuluhan. Kalau
setiap bulannya di posyandu kalau ada yang sakit diare kita kasihkan
oralit aja. Kita nasehati juga ibuknya suruh si anak kasih banyak
cairan biar ga dehidrasi. Kita kasih tau lah kalau anak diare
pertolongan pertama yang dibuat. Kita ajarkan buat larutan gula
garam. Paling itu aja dek. Kalau penyuluhan khusus ga pernah paling
dari anak mahasiswa kesehatan yang datang ke posyandu. Itu pun ga
rutin.
Penyuluhan ada dilakukan di posyandu dan petugas itu keliling dari
rumah ke rumah. Tapi itu pun ga sering dan tidak efektif yah karena
tidak menjangkau banyak masyarakat. Yang bapak nilai masyarakat
disini kurang sadar akan kesehatan, kalau udah sakit aja baru berobat,
kalau sebelum sakit yang enggak perduli dengan kebersihan
lingkungan. Padahal kan lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Kalau di masyarakat kemarin ada kegiatan Fogging dan pemeriksaan
air sumur, kalau penyuluhan diare selama ini belum ada.
Ada penyuluhan di posyandu kalau di puskesmas juga dikasih
penyuluhan.
68
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa kegiatan penyuluhan diare
ada dilakukan di Puskesmas, di posyandu dan dari LSM High Five tentang STBM,
sedangkan 1 informan lainnya menyatakan bahwa penyuluhan diare di masyarakat
selama ini belum ada, kegiatan yang ada di masyarakat hanya berupa kegiatan
fogging dan pemeriksaan air sumur.
4.4.6
Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah Terkait Diare
Hasil penelitian yang dilakukan tentang kebijakan pemerintah terkait diare
dapat dilihat dari tabel 4.10 berikut ini :
Tabel 4.10
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Informan 7
Informan 8
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kebijakan Pemerintah
Terkait Diare
Pernyataan
Kebijakan pemerintah secara langsung tidak ada yang berupa
peraturan perundangan, cuma biasanya kita memantapkan dengan
penatalaksanaan diare itu aja. Tahun 2011 dari provinsi ada berupa
Surat Edaran (SE) langsung ke Dinas Kesehatan Kota Medan supaya
setiap puskesmas melaksanakan prinsip tatalaksana diare.
Iya pasti adalah himbauan untuk gotongroyong.
Ada, kayak himbauan untuk kegiatan gotong royong.
Ada lah himbauan tentang diare seperti melaksanakan tatalaksana
diare.
Ada instruksi dari PEMKO Medan untuk melakukan kegiatan gotong
seminggu sekali dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan, hal
ini sudah kami lakukan di wilayah Kecamatan Medan Deli ada
kegiatan gotong royong massal setiap hari sabtu dan gotong royong
di kelurahan setiap hari minggu.
Iya ada lah. Untuk gotong royong ada itu surat dari Pemko Medan.
Kalau itu kakak belum tau ya, kakak rasa belum ada.
Kebijakan terkait diare ini ibuk kurang begitu paham ya dek.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, 4 informan menyatakan bahwa terdapat
instruksi kegiatan gotong royong dari PEMKO Medan dalam rangka menjaga
kebersihan lingkungan, 2 informan menyatakan bahwa kebijakan diare dalam bentuk
69
perda tidak ada, tetapi terdapat Surat Edaran (SE) dari Dinas Kesehatan ke seluruh
puskesmas untuk melaksanakan tatalaksana diare, sedangkan 2 informan lainnya
menyatakan bahwa tidak tahu apakah ada peraturan ataupun instruksi terkait diare.
4.4.7
Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor Dalam
Mendukung Pelaksanaan Program Diare
Hasil penelitian yang dilakukan tentang kerjasama lintas sektor dalam
mendukung pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut ini :
Tabel 4.11
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor
Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare
Pernyataan
Kerjasama Lintas Sektor ini biasanya kalau di puskesmas kita
berhubungan dengan pendidikan, kecamatan, kelurahan dan kader
posyandu, kalau pendidikan kita ke sekolah-sekolah, kita berikanlah
penyuluhan kepada anak-anak tentang PHBS seperti kebersihan kuku
dan cuci tangan sebelum makan, kalau di kecamatan dan kelurahan
kita kasih penyuluhan-penyuluhan, karena diare ini tidak berdiri
sendiri, dia berhubungan dengan kebersihan lingkungan, kalau di
posyandu kita harapkan kader bisa melakukan penyuluhan tentang
tatalaksana diare, karena kita ada kasih pelatihan ke kader di
posyandu.
Kita melakukan kerjasama dengan kecamatan, kelurahan Pokja IV
dan kader di posyandu. Petugas puskesmas juga sudah membekali
kader untuk menangani pasien diare tanpa dehidrasi seperti
memberikan cairan gula garam, selain itu pula kita melakukan
kerjasama dengan pendidikan seperti melakukan penyuluhan di
sekolah dan melatih dokter kecil.
Ada kerjasama dengan kader di posyandu dan kelurahan untuk
gotong royong.
Ya bekerjasamalah dengan lurah, kepling, kader dan tokoh
masyarakat, kalau ada yang mencret di lingkungan kepling dan tokoh
masyarakat yang lapor setelah itu kita datang ke lapangan, kalau di
posyandu kita suruh kader yang kasih penyuluhan tentang pemberian
oralit dan tatalaksana diare.
Kerjasama cukup baik antara kecamatan dengan puskesmas dalam
kegiatan program diare. Rapat koordinasi antara kecamatan dengan
puskesmas dilakukan 1 x seminggu dan kecamatan juga cukup aktif
70
dalam mendukung pelaksanaan program diare baik melalui
penyuluhan-penyuluhan kesehatan seperti PHBS di sekolah dan
kegiatan PKK.
Kita mengadakan pertemuan dengan puskesmas, kelurahan, kepala
Informan 6
lingkungan. Rapat koordinasi kita adakan sekali sebulan. Baru-baru
ini ada juga kerjasama kita dengan High Five di Kelurahan Kota
Bangun, fokusnya itulah tentang PHBS.
Kalau dari pemerintah yang saya lihat sudah cukup bagus, kegiatan
Informan 7
dari High Five juga sudah sangat bagus, tinggal masyarakatnya aja
yang perlu ditingkatkan lagi kesadarannya.
Sudah baik lah, kalau dari pemerintah sudah bagus, dari High Five
Informan 8
juga sudah bagus, kalau masalah keberhasilannya kadang-kadang
sudah kita kasih penyuluhan sudah buat kegiatan, perubahan perilaku
dari masyarakat itu yang sulit.
Sudah terjalin dengan baik, kalau disini bapak yang sering lapor ke
Informan 9
puskesmas kalau ada warga yang anaknya gizi kurang atau sakit diare
sudah menyebar, pokoknya kalau ada kegiatan dari kecamatan,
kelurahan dan puskesmas kita turut sertalah, ada juga kegiatan STBM
di Kota Bangun Dalam, mereka ada buat rumah kompos juga, diajari
cuci tangan pakai sabun, bagus lah kegiatannya.
Informan 10 Ada, kayak di kegiatan gotong royong ada lurah dan kader ikut
gotong royong.
Informan 11 Pasti ada, kayak penyuluhan sama gotong royong pastinya saling
bekerjasama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, kerjasama lintas sektor dalam
mendukung pelaksanaan program diare telah berjalan dengan baik yang melibatkan
Pendidikan, pemerintah setempat seperti kecamatan, kelurahan juga melibatkan
kepala lingkungan, kader posyandu, tokoh masyarakat dan LSM luar negeri yaitu
High Five.
4.4.8
Pernyataan Informan Tentang
Pelaksanaan Program Diare
Keterlibatan
Masyarakat
dalam
Hasil penelitian yang dilakukan tentang keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut ini :
71
Tabel 4.12
Matriks Pernyataan Informan Tentang Keterlibatan Masyarakat
dalam Pelaksanaan Program Diare
Informan
Pernyataan
Terlibat aktif dibilang iya, walaupun secara tidak langsung mereka
Informan 1
menurunkan angka kesakitan diare. Mereka terlibat langsung dalam
kegiatan gotong royong, dimana mereka ikut membantu
membersihkan lingkungan.
Kesadaran masyarakat masih kurang karena disini rata-rata tingkat
Informan 2
ekonomi masyarakatnya menengah kebawah.
Kalau di daerah Kota Bangun ini masyarakatnya rata-rata
Informan 3
kebersihanya kurang.
Kalau kita nasehatin masyarakat udah ngerti, tolonglah kebersihan
Informan 4
lingkungan dijaga, sampah jangan buang sembarangan, parit jangan
sumbat, mereka udah ngerti itu.
Peranan masyarakat cukup baik dan positif dalam mendukung
Informan 5
kegiatan-kegiatan tersebut.
Kita buat kelompok kerja yang melibatkan masyarakat. Kita buat
Informan 6
pertemuan dengan masyarakat di lingkungan, seperti di lingkungan 5
keplingnya menyediakan lahan untuk buat kompos. Kita beritahu
masyarakat bahwa kebersihan ini bukan hanya tanggung jawab
kelurahan saja, tetapi masyarakat juga ikut bertanggung jawab.
Kadang masyarakatnya cuek, kita sering ya sosialisasi di posyandu
Informan 7
mereka hanya mendengarkan setelah itu tidak melakukan, gimana
yah kalau kakak bilang sih mungkin dasar orangnya cuek ya., kalau
sudah kejadian baru nyesal, kayak di posyandu aja kita menghayohayokan masyarakat nanti anaknya kena diare buk, kena polio
ternyata masyarakatnya membantah.
Sebagian ada yang aktif, sebagian ada yang tidak aktif, dari sekian
Informan 8
banyak masyarakat di Kelurahan Kota Bangun yang aktif paling
cuma 35 orang, di Kelurahan Kota Bangun dekat pinggiran rel kereta
api masih kurang kali kebersihan lingkungan nya, tingkat kesadaran
masyarakat masih kurang, masyarakat tidak begitu peduli, setelah
diare baru merasakan.
Memang ga begitu besar lah, karena mereka merasa buang waktu aja,
Informan 9
tapi ada juga masyarakat yang ikut serta ga semuanya cuek, istilahnya
kayak bapak tahu bapak sampaikan sama yang lain, kayak gitulah
tongkat estafetnya ga bisa dikumpulkan semuanya karena sulit sekali.
Informan 10 Kalau anak saya diare biasanya ASI lebih sering saya kasih. Banyak
kasih minum dulu, kalau udah makin parah baru ke puskesmas.
Informan 11 Ikut berpartisipasi. Anak saya minum ASI sampe usia 6 bulan. Kalau
diare si adik kasih oralit besoknya kalau ga kurang saya bawa aja ke
puskesmas.
72
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, beberapa informan menyatakan
bahwa keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program diare masih rendah, hal
tersebut dikarenakan kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih rendah,
masyarakat tidak peduli dan merasa ikut kegiatan hanya buang waktu saja.
Sedangkan informan dari Ibu Bayi/Balita menyatakan bahwa keterlibatan mereka
yaitu cepat dalam melakukan pertolongan pertama saat anak diare.
4.4.9
Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan Dalam Menjaga
Kebersihan Lingkungan
Hasil penelitian yang dilakukan tentang kegiatan yang dilakukan dalam
menjaga kebersihan lingkungan dapat dilihat dari tabel 4.13 berikut ini :
Tabel 4.13
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Informan 7
Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan
Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan
Pernyataan
Penyakit diare ini kan berkaitan dengan kebersihan lingkungan.
Kegiatan yang dilakukan itu ada gotong royong yang melibatkan
lurah dan kepling setempat.
Bekerjasama dengan pemerintah setempat dalam melakukan kegiatan
gotong royong seminggu sekali.
Kegiatan yang dilakukan ada kegiatan gotong royong.
Ini sekarang ada kegiatan gotong royong masal setiap hari sabtu,
yang melibatkan lurah, kader, petugas puskesmas dan masyarakat
semua ikut terlibat. Ya alhamdulilahnya kasus diare udah lumayan
berkurang lah sekarang.
Dalam menjaga kebersihan lingkungan di wilayah Kecamatan Medan
Deli, kita melakukan kegiatan gotong royong, setiap hari sabtu kita
lakukan gotong royong massal dan setiap hari minggu khusus gotong
royong di kelurahan, jadi kegiatan ini rutin dilakukan.
Kegiatan gotong royong rutin dilakukan, sekarang kita melakukan
gotong royong massal dan gotong royong di kelurahan, kalau di
kelurahan kita adakan setiap hari minggu yang melibatkan
masyarakat dan kader-kader yah.
Ada kegiatan gotong royong, tapi masyarakat disini sama sekali ga
aktif ikut gotong royong, yah kader nya lah yang ikut, pernah waktu
73
Informan 8
Informan 9
Informan 10
Informan 11
gotong royong di lingkungan kita datangi dari rumah ke rumah
lumayan banyak masyarakat yang mau ikut gotong royong, tapi
sekarang ini belum tau lagi lah gimana, kalau di medan kan setiap
minggu nya harus gotong royong kan sekarang.
Ya melakukan kegiatan gotong royong. Tapi masyarakat disini
banyak yang malas ikut gotong royong dek. Kalau di Kelurahan Kota
Bangun yah khususnya, kebersihan lingkungan masih kurang lah dek.
Di deket pinggiran rel kereta api itu masyarakatnya masih ada yang
BAS (buang air besar sembarangan). Mereka BAB diparit,
dipekarangan rumah, atau numpang dirumah tetangga sebelah.
Sampah pun banyak berserakan. Susah lah dek ngaturnya. Karena
mereka disana nyewa itu masih tanah PJKA dek, jadi mereka ga
terlalu perduli ada jamban atau enggak. Tapi selama ada kerjasama
dengan High Five ini udah mulai berkuranglah masyarakat yang
buang air besar sembarangan. Kalau air, untuk minum hampir semua
masyarakat disini beli air aqua gallon. Air sumur udah ga bisa untuk
minum dek. Warnanya kuning ga layak minum lah. Paling kita cuma
pake untuk nyuci sama mandi aja. Untuk minum kita ga berani.
Gotong royong ada dilakukan setiap gotong royong kita umumkan di
musholla. Masyarakatnya disini lumayan juga banyak yang ikut
gotong royong. Ada juga yang membantah ga mau ikut gotong
royong. Bapak sebagai tokoh masyarakat disini apa yang terbaik buat
masyarakat pasti bapak himbau. Kalau masyarakat juga tidak mau
atau membantah ya itu hak mereka. Kalau untuk penggunaan jamban,
kalau di lingkungan bapak aja yah dek, hampir semua udah pake
jamban. Kalau air kita pake aqua gallon. Disamping rumah ini kan
ada pabrik sabun. Mungkin udah tercemar lah sama limbah pabrik
jadi airnya warnanya kuning, kadang pun kalau dipake mandi terasa
di kuku kita ini agak berminyak. Makanya kami kalau minum beli
aqua gallon aja dek.
Iya ada kegiatan gotong royong, suami rutin ikut gotong royong.
Ada kegiatan gotong royong supaya ga ada nyamuk, tiap gotong
royong bersihkan parit sama sampah-sampah.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, kegiatan yang dilakukan
dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah melalui kegiatan gotong royong yang
dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu gotong royong massal pada hari sabtu dan
gotong royong di kelurahan setiap hari minggu. Namun dari hasil wawancara dengan
74
beberapa informan didapatkan bahwa masyarakat sama sekali tidak aktif mengikuti
kegiatan gotong royong, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Medan Deli khususnya Kelurahan Kota Bangun juga
tergolong rendah.
4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi yang
Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan Terhadap Pelaksanaan
Program Diare di Puskesmas Medan Deli
Hasil penelitian yang dilakukan tentang pengawasan dan evaluasi yang
dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap pelaksanaan program diare di
Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14
Informan
Informan 1
Informan 2
Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi
yang Dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan Terhadap
Pelaksanaan Program Diare di Puskesmas Medan Deli
Pernyataan
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap pelaksanaan
program diare ya kita lihat dari laporan mingguan dengan tujuan
untuk memonitoring/memantau apakah ada KLB di suatu puskesmas.
Kita lihat dari laporan mingguanya, minggu pertama ke minggu
kedua tidak boleh lebih dari 3 x lipat. Kita misalkan jika kasus diare
minggu pertama di puskesmas A 10, kemudian minggu kedua pada
puskesmas yang sama kasus diare nya 40, itu kan udah termasuk
KLB, jadi kita langsung turun kita lihat apa penyebabnya, kenapa itu
bisa terjadi ? biasanya kita turun bersamaan dengan orang surveilans
dan orang kesling, memang untuk kami di dinas ini melakukan rapat
pemegang program diare sebulan sekali. Kita tanya apakah ada KLB?
dan kita tanya bagaimana dengan obat-obatan? Jadi selalu kita
ingatkan oralit dan zinc jangan sempat ada kekurangan di puskesmas
kadang-kadang untuk infuse RL kalau memungkinkan disediakan
saja di Puskesmas, untuk ketersediaan obat-obatan puskesmas
berhubungan dengan gudang farmasi DKK, jadi perlu juga kerjasama
pemegang program dengan orang di gudang farmasi untuk
ketersediaan obat-obatan diare.
Pengawasan dan evaluasi terhadap beberapa kasus dilakukan setiap
bulan. Pengiriman laporan kasus diare juga dilakukan ke Dinas
75
Informan 3
Informan 4
Kesehatan rutin setiap minggunya.
Pengawasan dan evaluasi tentulah dilakukan oleh DKK Medan ya.
Saya rutin kasih laporan diare ke DKK Medan setiap minggunya dan
melakukan rapat bulanan pemegang program diare setiap hari selasa
minggu kedua.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, pengawasan dan evaluasi yang
dilakukan oleh dinas kesehatan berdasarkan laporan diare dan disaat rapat pemegang
program diare yang dilakukan setiap hari selasa minggu kedua setiap bulannya.
4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan Program
Diare
Hasil penelitian yang dilakukan tentang hambatan dalam pelaksanaan
program diare dapat dilihat dari tabel 4.15 berikut ini :
Tabel 4.15
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Informan 7
Informan 8
Matriks Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam
Pelaksanaan Program Diare
Pernyataan
Kalau hambatan tidak ada.
Kesadaran masyarakat untuk PHBS yang masih kurang, peran serta
masyarakat di setiap kegiatan juga rendah, kalau untuk kerjasama
lintas sektor tidak ada masalah.
Masyarakat yang datang ke puskesmas ini kebersihannya kurang.
Hambatannya tidak ada biasa aja.
Hambatan-hambatan tidak ada yang signifikan, semua dapat kita
selesaikan melalui rapat-rapat koordinasi.
Hambatannya yang kita miliki masyarakat ini kadang-kadang kurang
bertanggung jawab terhadap fasilitas yang dimiliki, seperti parit yang
sudah kita bangun, tempat sampah sudah kita sediakan agar
dipelihara dan bertanggung jawab.
Gimanalah masyarakatnya betul-betul mau berubah terutama tentang
5 pilar ini, itu aja sih hambatannya susah untuk mengajak masyarakat.
Selain itu hambatannya kader posyandu nya cuek, masyarakat datang
ke posyandu dimarahi sama kader, seharusnya kan tidak boleh ya,
Yang ibuk rasakan kalau di posyandu sendiri kadang-kadang orangorang yang disuruh datang ke posyandu susah, sudah bolak-balik
dikasih tau tetap aja payah tapi kita tetap berusaha aja. Hambatanya
manusia kurang sadar dan kurang peduli.
76
Informan 9
Informan 10
Informan 11
Hambatanya itu masyarakat tidak satu watak yang kita hadapi, ada
yang menerima kita itu baik, ada yang kurang senang. Hambatanhambatanya itu masyarakatnya sendiri kurang menyadari kalau sehat
itu mahal, tapi payah kita memberi pengertianya. Masyarakat perduli
kesehatan kalau sudah jatuh sakit. Kalau sebelum sakit ga perduli
mereka. Padahal kan mencegah lebih baik kan dek daripada
mengobati.
Kalau hambatan paling kalau di puskesmas agak lama ditangani ya.
Ngantrinya lama. Ibu kan bawa anak kecil sakit. Kan rewel, menangis
terus dari tadi. Tapi mau gimana lagi ya dek yang berobat pun juga
banyak.
Hambatannya puskesmas cukup jauh ya dek dari rumah. Tapi mau
gimana lagi kan. Kalau sakit diare terpaksalah harus dibawa kemari.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, hambatan dalam pelaksanaan
program diare yaitu peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan masih rendah,
rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat, masyarakat kurang
bertanggungjawab dalam memelihara fasilitas yang disediakan oleh pemerintah
seperti parit dan tempat sampah. Sedangkan Ibu balita mengatakan yang menjadi
hambatan adalah waktu tunggu yang terlalu lama dan jarak dari rumah ke puskesmas
yang terlalu jauh.
4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program Diare di
Puskesmas Medan Deli
Hasil penelitian yang dilakukan tentang output pelaksanaan program diare di
Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut ini :
Tabel 4.16
Informan
Informan 1
Matriks Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan
Program Diare di Puskesmas Medan Deli
Pernyataan
Yang saya harapkan supaya penderita diare ini kita bisa mengatasinya
bersama terutama pada bayi dan balita karena diare ini dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan balita, jadi diharapkan
masyarakat terutama ibu nya harus mengerti pertolongan pertama saat
77
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Informan 7
Informan 8
Informan 9
Informan 10
Informan 11
anak diare, jadi bukan kita menghentikan diarenya tapi mencegah
dehidrasinya. Kita lakukan penyuluhan ke kader-kader di posyandu
jangan sampai anak itu dibiarkan sampai dehidrasi berat.
Menurun lah angka kesakitan/kematian diare, peran serta masyarakat
meningkat dan dengan adanya kegiatan surveilans tanggaplah untuk
mewaspadai peningkatan kasus diare.
Pengetahuan masyarakat meningkat dan PHBS juga meningkat, kalau
ada yang sakit diare segera beri oralit, kalau tidak ada oralit buat
sendiri dirumah.
Masyarakat mengerti tentang kebersihan dan mengasuh anak yang
baik dan bagaimana cara penanggulangan diare.
Output yang diharapkan adalah meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat yang dimulai dari kesadaran warga dalam melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat, baik jasmani dan rohani serta
menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga yang teratur.
Masyarakat bisa lebih bertanggung jawab, kalau bisa kasus diare di
kota bangun ini berangsur-angsur berkurang.
Harapannya kalau bisa ya kasus diare ini tidak seperti tahun tahun
lalu, kalau bisa tahun ini diare bisa berkurang. Kami pun karena kita
punya janji ke High Five kita mau mewujudkan mimpi kita di tahun
2019 jangan ada lagi anak-anak yang sakit diare.
Yang jelas diharapkan ya diarenya bisa menurun, kalau bisa tidak ada
lagi lah diarenya tapi itu kan ga mungkin, kalau diare bisa menurun
aja udah alhamdulilah, harapannya juga lingkungan bisa bersih.
Kepengennya Medan Deli ini jangan terbesar lah kasus diare nya,
menurunlah lah kasus diare karena kan anak-anak yang banyak
terkena diare, berharap lingkungan disini bisa bersih dan terhindar
dari penyakit-penyakit seperti diare.
Kasus diare berkurang dan masyarakat terutama ibu paham tentang
pencegahan diare.
Berkuranglah penyakit diare di masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, output dalam pelaksanaan
program diare adalah menurunya kasus diare di masyarakat, meningkatnya
pemahaman masyarakat tentang PHBS, lingkungan bersih dan meningkatnya peran
serta masyarakat.
78
4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Saran untuk Perbaikan Pelaksanaan
Program Diare
Hasil penelitian yang dilakukan tentang saran untuk perbaikan pelaksanaan
program diare dapat dilihat dari tabel 4.17 berikut ini :
Tabel 4.17
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Informan 7
Informan 8
Informan 9
Matriks Pernyataan Informan Tentang Saran Untuk Perbaikan
Pelaksanaan Program Diare
Pernyataan
Saya harapkan laporan diare dikirimkan tepat waktu oleh pemegang
program diare, jangan sampai sudah KLB baru melaporkan.
Kepada Dinas Kesehatan perlu lah bimbingan dan pelatihan kepada
petugas diare untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam menangani diare. Persediaan obat zinc diharapkan stock nya di
puskesmas selalu tersedia dan memberikan reward/penghargaan
kepada pemegang program diare di puskesmas.
Kepada masyarakat agar PHBS ditingkatkan, kalau ada anak yang
sakit diare ibu tau apa yang harus dilakukan. Saran untuk DKK
Medan dan Puskesmas yah obat-obatan yang kosong segera
dilengkapi lah seperti tablet Zinc.
Makanan anak dijaga, aqua galon dimasak sampai mendidih, kalau
anak mencret dikasih pisang, anak bayi jangan cepat dikasih makan
karena bisa mengakibatkan mencret, mamaknya harus banyak makan
karena mamak sehat anaknya sehat.
Saran untuk perbaikan pelaksanaan program diare kedepannya yaitu
perlu diikutsertakan peranan tokoh-tokoh informal (ulama,tokoh
masyarakat, dll) dalam mensosialisasikan program diare.
Saya sebagai lurah, saya tetap menghimbau ke masyarakat ini lebih
baik kita mencegah dari pada mengobati untuk itu marilah kita
bersama-sama bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan,
karena kebersihan itu merupakan kebutuhan hidup.
Harapannya kepada pemerintah dan puskesmas agar kader posyandu
ini dipantau dan perlu binaan lagi bagaimana cara pendekatan ke
masyarakat untuk menghayo-hayo kan masyarakat datang ke
posyandu, perlu lah dibuat pelatihan dan dibina kader posyandu nya
agar masyarakatnya tidak bosan datang ke posyandu.
Kalau ibuk sih sarannya untuk masyarakat yang belum ada fasilitas
BAB nya dibantu karena saat ini untuk pencemaran lingkungan yang
paling besar karena buang air besar sembarangan. Di setiap rumah
dikasih tong sampah yang organik dan non organik.
Yah harapannya petugas puskesmas membuat penyuluhan yang
79
Informan 10
Informan 11
mengumpulkan masyarakat di suatu tempat jangan mendatangi dari
rumah ke rumah, lagian kan ga efektif, mereka tidak menjangkau
semua kepala keluarga. Saran dari saya rutinlah dibuat penyuluhan di
masyarakat kalau sebulan 1 kali ditambah jadi sebulan 2 kali.
Rutinlah dibuat penyuluhan tentang diare setiap bulan jadi
masyarakat bisa tau bagaimana penanganan diare dan pencegahan
tentang diare.
Bersih-bersih lah supaya ga ada lagi penyakit diare, soalnya penyakit
diare sekarang udah dimana-mana, jadi susah lah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, saran dalam pelaksanaan program
diare adalah rutin melakukan penyuluhan diare di masyarakat, masyarakat dapat
menjaga kebersihan lingkungan, PHBS di masyarakat meningkat, ibu tanggap dalam
menangani anak yang sakit diare, kepada DKK Medan agar menyediakan obat-obatan
yang tidak tersedia di puskesmas seperti tablet zinc, tenaga kesehatan mengirimkan
laporan diare tepat waktu, perlunya pelatihan dan pembinaan kepada kader posyandu
dan masyarakat yang tidak memiliki fasilitas BAB dan tempat sampah agar dibantu
oleh pemerintah.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Masukan (input)
Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli yaitu : tenaga kesehatan dan
sarana kesehatan.
5.1.1
Tenaga Kesehatan
Menurut Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Agar program diare dapat berjalan secara optimal, peran dari tenaga kesehatan
sangat dibutuhkan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare
bukan hanya tanggung jawab petugas diare saja tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut
terlibat. Petugas diare tidak akan mampu mengatasi permasalahan diare tanpa adanya
kerjasama/koordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam mencapai tujuannya,
sebuah organisasi memerlukan koordinasi. Tanpa koordinasi, individu-individu dan
departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam
organisasi (Handoko, 2003).
80
81
Dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus diare, petugas diare berperan
dalam melakukan penyuluhan dan membuat laporan rutin diare. Penyuluhan dilakukan
di puskesmas maupun di luar puskesmas yaitu di posyandu melalui kader posyandu dan
kunjungan rumah penderita diare/home visit. Petugas diare juga rutin membuat laporan
diare dalam bentuk mingguan (W2) dan bulanan (LB) yang selanjutnya akan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Medan.
Dalam mendukung pelaksanaan program diare dibutuhkan adanya kerjasama
dengan lintas program lainnya. Di Puskesmas Medan Deli dalam mewaspadai
peningkatan kasus diare, petugas diare telah menjalin kerjasama dengan tenaga
kesehatan lingkungan. Tenaga kesehatan lingkungan berperan dalam memantau
sanitasi dasar masyarakat, seperti : Persediaan air bersih (PAB), Jamban Keluarga
(JAGA), Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan tempat sampah. Apabila di
masyarakat terjadi peningkatan kasus diare karena pengaruh lingkungan yang buruk,
maka petugas diare bersama dengan tenaga kesehatan lingkungan segera turun ke
masyarakat untuk melakukan tindakan penanggulangan.
Di Puskesmas Medan Deli, pengobatan diare dilakukan oleh dokter umum.
Dokter berperan dalam melakukan pemeriksaan, melakukan tindakan pengobatan diare,
dan melakukan rujukan bila perlu. Dalam pemberian pengobatan diare di masyarakat,
tenaga kesehatan dibantu oleh peran dari kader-kader posyandu. Apabila terdapat balita
yang sakit diare di posyandu, maka kader segera memberikan oralit. Kader posyandu
juga mengajari ibu balita tentang pertolongan pertama saat anak diare yaitu dengan
membuat larutan gula garam untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Pengetahuan dan
82
keterampilan kader dalam menangani balita yang sakit diare di posyandu dinilai sudah
baik. Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pelatihan diare secara
khusus belum pernah dilakukan, namun tenaga kesehatan selalu memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada kader sebelum pelaksanaan posyandu.
Wawasan dan motivasi kerja kader sebaiknya dapat terus dibina agar tugas yang
dibebankan kepada mereka dapat dikerjakan secara optimal. Mereka harus disadarkan
bahwa tugas mereka sangat penting artinya bagi pembangunan kesehatan warga,
sehingga tugas mereka bukan semata-mata untuk kepentingan program kesehatan
(Muninjaya, 2004).
5.1.2
Sarana Kesehatan
Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam
pelaksanaan suatu program. Dalam mendukung pelaksanaan program diare di
puskesmas sarana yang dibutuhkan adalah logistik, pojok oralit, peralatan kesehatan
dan media penyuluhan. Hasil penelitian Mursyid (2003) menyatakan bahwa
pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang
mendukung sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Dalam pengendalian penyakit diare, Logistik yang dibutuhkan adalah oralit,
tablet zinc dan obat paket KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200
ml, tablet zinc 20 mg, untuk obat paket KLB Diare adalah oralit, Ringer Laktat 500 ml,
giving set dan wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan ukuran sesuai
kebutuhan dan Tetrasiklin 500 mg (Kemenkes RI, 2011).
83
Logistik yang ada di Puskesmas Medan Deli cukup tersedia, walaupun ada
beberapa logistik yang tidak tersedia. Adapun logistik yang sudah tersedia yaitu obatobatan seperti oralit 200 ml, Ringer Laktat 500 ml, dan Tetrasiklin 500 mg. Sedangkan
logistik yang tidak tersedia yaitu tablet Zinc 20 mg. Pemberian tablet zinc penting
diberikan segera setelah anak mengalami diare. Pemberian zinc selama diare terbukti
mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air
besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3
bulan berikutnya (Kemenkes RI, 2011).
Sarana kesehatan lainnya yang mendukung dalam pelaksanaan program diare
adalah Pojok Oralit. Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader,
petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan
sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun
masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan hasil observasi di Puskesmas Medan Deli, pojok oralit sebagai
sarana konsultasi diare dan pelayanan penderita diare tidak berjalan. Padahal sarana
pendukung pojok oralit sudah tersedia seperti meja, kursi, ceret, oralit, gelas, dan
sendok. Yang menjadi kendala adalah tenaga pelaksana dalam hal ini petugas diare
merangkap tugas lain yang mengakibatkan pojok oralit di puskesmas tidak berjalan.
Menurut Gibson, dkk (1996) kinerja seseorang karyawan dipengaruhi oleh 2 faktor,
yaitu faktor internal (dalam diri seseorang) dan eksternal. Salah satu faktor eksternal
yaitu beban kerja yang terlalu banyak.
84
Dalam memberikan penyuluhan dibutuhkan adanya media promosi kesehatan.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronika (TV, Radio, komputer, dll) dan media luar ruang. Sehingga sasaran dapat
meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke
arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Media penyuluhan yang ada di puskesmas hanya tersedia 1 yaitu berupa poster
diare yang diletakkan di ruangan tunggu pasien, pasien yang menunggu giliran
pengobatan dapat dengan mudah membaca informasi tentang diare dan penanganannya.
Namun dalam pemberian konseling kepada penderita diare di puskesmas tenaga
kesehatan tidak ada menggunakan media penyuluhan apapun. Konseling hanya
dilakukan dengan komunikasi dua arah saja yaitu antara tenaga kesehatan dan pasien.
Di Puskesmas Medan Deli, ruangan untuk pengobatan balita sakit diare adalah
ruangan poli umum. Ruangan khusus untuk pengobatan balita sakit (Ruangan khusus
MTBS) tidak tersedia di puskesmas, sehingga penanganan balita sakit digabungkan
dengan pasien lainnya di ruangan poli umum. Hal ini mengakibatkan pelayanan
menjadi tidak efisien karena waktu tunggu balita yang terlalu lama. Dari hasil
penelitian, waktu tunggu yang lama menjadi salah satu hambatan yang dirasakan ibu
balita. Waktu tunggu yang lama seringkali mengakibatkan anak yang menunggu giliran
menjadi bosan dan menangis. Waktu tunggu adalah waktu yang digunakan pasien
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mulai tempat pendaftaran sampai masuk ke
ruang pemeriksaan dokter. Waktu tunggu identik dengan kebosanan, kecemasan dan
85
stress. Waktu tunggu yang lama berisiko menurunkan kepuasan pasien dan dapat
menurunkan mutu pelayanan kesehatan (Febriani, 2012).
5.2
Proses (process)
Aspek yang terdapat dalam proses pelaksanaan program diare di Puskesmas
Medan Deli adalah terdiri dari : upaya pencegahan dan upaya pengobatan.
5.2.1
Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan diare meliputi : Surveilans Epidemiologi Diare, Penyehatan
Lingkungan, dan Penyuluhan Kesehatan. Hasil analisis dari kegiatan tersebut adalah :
1. Surveilans Epidemiologi Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah,
oleh karena itu pelaksanaan surveilans epidemiologi diare merupakan salah satu upaya
pencegahan dalam mewaspadai timbulnya wabah diare. Sesuai dengan surat instruksi
dari Kemenkes RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan No.PM.01.09/0/III;/223/2011 tentang Pengendalian penyakit diare,
menegaskan bahwa untuk mewaspadai terjadinya KLB Diare, perlu dilakukan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara terus-menerus, melalui laporan mingguan
(W2), dan membuat laporan secara berjenjang. Selain itu pada lokasi yang rawan KLB
Diare, yaitu wilayah yang cakupan faktor resiko rendah seperti cakupan air bersih,
penggunaan jamban keluarga, SPAL, tempat pembuangan sampah, dan PHBS perlu
diberikan intervensi yang lebih baik.
86
Tujuan dari surveilans epidemiologi adalah agar diketahuinya situasi
epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di masyarakat, sehingga dapat
dibuat perencanaan untuk pencegahan, penanggulangan maupun pengendaliannya di
semua jenjang pelayanan. Prosedur dari surveilans epidemiologi diare adalah :
Pengumpulan
Data Diare
Pengolahan, Analisis
dan Interpretasi
Penyebarluasan
Hasil Interpretasi
Gambar 5.1 Prosedur Surveilans Epidemiologi Diare
Pengumpulan data diare sudah berjalan dengan baik mulai dari Puskesmas
hingga Pusat. Di Puskesmas Medan Deli pemegang program diare rutin melakukan
pencatatan setiap hari (register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan
maupun temuan kader di poyandu. Laporan rutin ini selanjutnya dikompilasi oleh
penanggungjawab program diare di puskesmas kemudian dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota Medan melalui laporan bulanan (LB) setiap bulannya. Selanjutnya
petugas diare Dinas Kesehatan Kota Medan membuat rekapitulasi dari masing-masing
Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi. Dari tingkat propinsi
direkap berdasarkan Kabupaten/Kota secara rutin (bulanan) dan dikirm ke Pusat
dengan menggunakan Formulir Rekapitulasi Diare.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tenaga kesehatan rutin dan tepat waktu
melaporkan kasus diare kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan tersebut berupa
laporan mingguan, bulanan dan tahunan. Data jumlah kunjungan kasus diare di
87
Puskesmas Medan Deli dalam 3 tahun terakhir (2011 s/d 2013), dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.1. Data Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Tahun
2011 s/d 2013
No
Bulan
2011
2012
2013
1
Januari
128
157
135
2
Februari
128
203
146
3
Maret
128
175
143
4
April
128
194
131
5
Mei
138
244
182
6
Juni
128
208
154
7
Juli
128
195
152
8
Agustus
127
222
145
9
September
134
179
165
10
Oktober
124
214
146
11
November
177
185
119
12
Desember
93
239
111
Jumlah
1561
2415
1729
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kasus diare di Puskesmas
Medan Deli dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun
2011 jumlah kunjungan kasus diare dalam setahun berjumlah 1561 kunjungan kasus,
pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu berjumlah 2415
kunjungan kasus dan pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu menjadi 1729
kunjungan kasus.
Dari hasil wawancara dengan Pemegang Program Diare diperoleh keterangan
bahwa belum pernah terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Puskesmas
Medan Deli. Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan
88
Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare setiap tahunnya yaitu : penyuluhan diare,
pemberian oralit, penyelidikan epidemiologi (PE) diare, dan home visit.
Di tingkat Dinas Kesehatan Kota Medan, surveilans epidemiologi hanya
dipantau dari rekapitulasi laporan diare dari seluruh puskesmas setiap bulannya.
Apabila terjadi peningkatan kasus diare hingga tiga kali lipat, Petugas Diare Dinas
Kesehatan Kota Medan bersama dengan Petugas Surveilans dan Petugas Kesehatan
Lingkungan segera turun ke lapangan untuk melihat penyebab terjadinya KLB Diare
dan cepat melakukan tindakan penanggulangan. Apabila tidak terjadi peningkatan
kasus yang mencolok, maka pemantauan hanya berdasarkan laporan diare tiap bulan
saja, tidak ada tindakan khusus yang dilakukan.
Wuryanto, 2008 menyatakan bahwa surveilans epidemiologi merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan
penyakit menular. Pelaksanaan suveilans epidemiologi yang belum berjalan dengan
baik, tentunya akan berdampak pada proses penularan yang terus berlangsung di
masyarakat.
2. Peningkatan Kesehatan Lingkungan
Penelitian Kamaruddin (2004) menunjukkan bahwa ada hubungan kejadian
diare dengan faktor lingkungan yaitu ketersediaan jamban, sumber air bersih, tempat
pembuangan sampah dan hygiene perorangan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli tahun 2013,
Persediaan Air bersih (PAB) masyarakat sebagian besar menggunakan air sumur gali
(70,16%). Dari hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa sebagian besar air
89
sumur gali yang digunakan oleh masyarakat kualitas airnya tidak baik karena telah
tercemar dengan limbah pabrik yang berada dekat dengan pemukiman warga. Sehingga
untuk kebutuhan air minum sehari-hari sebagian besar masyarakat menggunakan air
kemasan isi ulang. Menggunakan air minum adalah air yang kita pergunakan seharihari untuk minum haruslah air bersih, agar tidak terkena atau terhindar dari penyakit
(Depkes RI, 2007).
Penggunaan jamban oleh masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Medan Deli sudah baik (88,75%), walaupun masih ada beberapa masyarakat yang tidak
memiliki fasilitas jamban. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu dan kader
PKK diketahui bahwa penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Kota Bangun,
tepatnya di daerah pinggiran rel kereta api masih ada yang buang air besar (BAB)
sembarangan seperti di parit, pekarangan rumah, sungai, dll. Hal tersebut tentunya akan
meningkatkan pencemaran lingkungan. Menurut Soekidjo (2007), untuk mencegah atau
sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi kotoran manusia terhadap lingkungan
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran manusia harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dinilai masih
rendah, Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pengelolaan sampah tidak
terkelola dengan baik, masyarakat masih ada yang buang sampah sembarangan ke
sungai, ke parit dan di pekarangan rumah.
Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli
sebagian besar menengah kebawah sehingga pengetahuan terhadap kesehatan masih
90
rendah. Sander, 2005 menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting
dalam mempengaruhi pikiran seseorang. Pendidikan masyarakat yang rendah
menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan
sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, yang salah
satunya adalah penyakit diare.
Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal penyehatan
lingkungan meliputi: pemeriksaan sanitasi rumah penduduk, pemeriksaan bakteriologis
perusahaan air minum isi ulang, penyuluhan PHBS dan menjalin kerjasama dengan
lintas sektor yaitu Pihak Kecamatan dan Pihak Kelurahan. Kegiatan yang dilakukan
adalah melalui kegiatan gotong royong. Di Kecamatan Medan Deli gotong royong
dilakukan 2 kali setiap minggunya yaitu gotong royong massal setiap hari sabtu dan
gotong royong di kelurahan setiap hari minggu.
Hambatan dalam kegiatan penyehatan lingkungan adalah rendahnya peran serta
masyarakat untuk ikut bertanggungjawab menjaga kebersihan lingkungan. Masyarakat
banyak yang tidak perduli dan beranggapan bahwa kebersihan lingkungan hanya
merupakan tanggungjawab pemerintah setempat saja yaitu : Camat, lurah dan kepala
lingkungan. Padahal kegiatan royong sangat membutuhkan keterlibatan masyarakat.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini hanya berupa
himbauan dan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif. Tidak ada sanksi atau teguran
yang tegas kepada masyarakat yang tidak rutin ikut gotong royong dan tidak menjaga
fasilitas umum yang telah disediakan oleh pemerintah seperti parit yang sudah
dibangun dan tempat sampah yang sudah disediakan.
91
Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang
kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat
bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada
hakikatnya, kesehatan dipolakan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan
bertanggung jawab (Efendi, 2009).
Rendahnya partisipasi masyarakat dikarenakan rendahnya pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan selama ini. Masyarakat hanya sekedar tahu bahwa
lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit tanpa mau dan mampu untuk
berbuat. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh
pemerintah. Pemerintah harus lebih dekat dengan masyarakat dan menanamkan
kesadaran masyarakat bahwa kebersihan itu penting untuk mencegah penularan
penyakit dan keterlibatan masyarakat dalam hal itu sangat dibutuhkan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Friedmann (1992), peningkatan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan akan memengaruhi masyarakat dalam mengambil
keputusan atau bertindak positif. Partisipasi masyarakat dapat berupa pemberdayaan
masyarakat atau peran serta melaksanakan kegiatan program, seperti gotong royong
dan penyuluhan yang ditanggungjawabi oleh masyarakat sendiri.
3. Penyuluhan Kesehatan
Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
92
pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku.
Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran (Notoatmodjo,
2010).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan di Puskesmas Medan
Deli, pemberian informasi tentang diare dan penanganan terjadinya diare dilakukan
melalui penyuluhan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sehingga
mampu untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan penyuluhan
dilakukan dengan kunjungan ke rumah penderita diare/Home Visit oleh petugas diare
dan di posyandu dengan bantuan kader posyandu.
Berdasarkan penelitian kegiatan penyuluhan diare yang dilakukan di posyandu
dan kunjungan ke rumah penderita diare/home visit tidak terprogram dengan baik.
Kegiatan dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatan
tertentu bukan kegiatan yang direncanakan dari awal baik dalam hal materi, waktu
pelaksanaan maupun pelaksana kegiatan.
Terkait dengan diare, informasi yang diterima masyarakat lebih dominan pada
kegiatan kuratif sementara informasi tentang tindakan yang harus dilakukan untuk
upaya preventif terjadinya diare kurang mendapat perhatian dari petugas kesehatan dan
masyarakat. Masyarakat kurang memahami peranan lingkungan dalam terjadinya
penyakit sehingga tidak ada usaha untuk meningkatkan kebersihan lingkungan untuk
mencegah terjadinya diare.
93
Dalam hal penanganan diare pemahaman masyarakat sudah cukup baik
dibandingkan dengan pengetahuan tentang pencegahan diare. Masyarakat sudah
mengetahui tentang gejala diare, penanganan yang pertama yang bisa dilakukan sendiri,
sampai dengan tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk dilakukan tindakan lanjutan.
Ibu balita sudah tahu pertolongan pertama yang dilakukan jika anak diare yaitu
membuat larutan gula garam dan memberikan cairan yang lebih banyak dan membawa
balita ke sarana kesehatan jika kondisi semakin memburuk. Pengetahuan dan tindakan
masyarakat sebagian besar sudah tepat.
Hal ini dipengaruhi oleh sikap masyarakat dalam menerima suatu informasi
yaitu masyarakat lebih tertarik dengan penanganan diare karena informasi tersebut
membantu masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan akan menimbulkan
akibat yang merugikan apabila tindakan penanganan tidak dilakukan.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Leventhal cit. Azwar (2007) bahwa
persuasi dapat diperkaya dengan pesan-pesan yang membangkitkan emosi yang kuat
dalam diri seseorang. Apalagi bila pesan berisi rekomendasi mengenai bagaimana
perubahan sikap dapat mencegah konsekuensi negatif dari pesan yang hendak diubah.
Cara ini sangat efektif untuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan sehingga dapat
dipahami apabila pesan mengenai penanganan diare lebih diterima masyarakat.
Kurang berhasilnya promosi kesehatan di masyarakat dipengaruhi oleh kegiatan
yang dilakukan selama ini. Informasi yang diberikan kepada masyarakat selama ini
lebih menonjolkan sisi kuratif. Masyarakat lebih banyak menerima informasi mengenai
94
penanganan diare. Selain itu dipengaruhi juga oleh frekuensi penyuluhan dan tehnik
komunikasi yang digunakan. Teknik komunikasi yang digunakan lebih banyak
menggunakan konseling tanpa menggunakan media lain.
Sejalan dengan hal tersebut Ewles (1994) menyatakan bahwa media bukan
merupakan satu-satunya strategi promosi kesehatan tetapi seringkali harus disertai
dengan pemberdayaan masyarakat dan organisasi masyarakat. Untuk itu dalam
melakukan promosi pencegahan diare sebaiknya dilakukan sesuai dengan tahapan
tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan program sehingga kegiatan yang
dilakukan adalah kegiatan yang berdasar pada analisis masalah dan kebutuhan
masyarakat bukan sekedar kebutuhan program.
Pemahaman masyarakat mengenai faktor risiko terjadinya diare dari sisi
lingkungan masih kurang sehingga kebutuhan masyarakat untuk mengetahui peranan
lingkungan dalam pencegahan diare belum ada. Padahal berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam memengaruhi terjadinya diare
di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak terbiasa untuk
melakukan pencegahan akan tetapi masyarakat terbiasa untuk melakukan tindakan
setelah masalah muncul.
Promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang
menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within
people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti
perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.
95
Oleh sebab itu, promosi kesehatan bukan sekedar mengubah perilaku saja tetapi juga
mengupayakan perubahan lingkungan, sistem, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Dari hasil penelitian, masyarakat mengharapkan agar penyuluhan diare
dilakukan rutin setiap bulan dan dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat di suatu
tempat tidak dengan mengunjungi dari rumah ke rumah/home visit. Masyarakat menilai
kunjungan dari rumah ke rumah selama ini tidak efektif karena tidak menjangkau
seluruh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ester (2000), kualitas interaksi
antara profesional kesehatan dan pasien/masyarakat merupakan bagian yang penting
dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan.
Untuk itu peran kader kesehatan dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadi
sumber pesan yang dipercayai dan dianggap mampu memberikan informasi. Usaha
yang dapat dilakukan antara lain dengan pelatihan kader kesehatan dan pembinaan
rutin sehingga kader mampu menjadi penyuluh kesehatan yang handal.
Kader yang sebagian besar merupakan anggota PKK, mempunyai tugas yang
mulia. Kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
masyarakat, penggerak masyarakat untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan seperti
mendatangi posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan sehat. Disamping itu kader
juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali menemukan jika ada masalah
kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke tenaga kesehatan setempat. Kader
merupakan penghubung antara masyarakat dengan tenaga kesehatan karena kader
selalu berada di tengah-tengah masyarakat (Kemenkes RI, 2010).
96
5.2.2
Upaya Pengobatan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas
diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, termasuk penyakit diare. MTBS
adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh (Depkes RI,
2008).
Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011 mengeluarkan kebijakan tatalaksana
diare yaitu LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri atas:
pemberian oralit, pemberian tablet zinc selama 10 hari berturut-turut, meneruskan ASIMakan, pemberian antibiotik secara selektif dan pemberian nasihat pada ibu/keluarga.
Di Puskesmas Medan Deli seluruh balita sakit diare yang datang ke puskesmas
tidak ditangani dengan pendekatan MTBS. Hal tersebut dikarenakan jumlah balita sakit
yang datang ke puskesmas setiap harinya cukup banyak jika dibandingkan dengan
tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS. Tidak tersedianya tim MTBS dan ruangan
khusus MTBS mengakibatkan proses pengobatan dilakukan di Ruangan Poli oleh
Dokter Umum.
Depkes RI, 2008 menegaskan bahwa seluruh balita sakit yang datang ke
puskesmas diharapkan ditangani dengan pendekatan MTBS, bila jumlah kunjungannya
tidak banyak (kurang dari 10 kasus per hari). Akan tetapi bila perbandingan jumlah
tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan jumlah kunjungan balita sakit per hari
cukup besar maka penerapan MTBS di puskesmas dilakukan secara bertahap, hal ini
97
tergantung kepada apakah tenaga tersebut juga dibebani untuk menangani pasien yang
bukan balita, kegiatan ke posyandu, dan lain-lain.
Di puskesmas Medan Deli, seluruh balita yang sakit diare ditangani di ruangan
poli umum oleh dokter. Langkah-langkah yang dilakukan oleh dokter yaitu
menanyakan keluhan balita dan melakukan pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan
tersebut dilakukan tindakan pengobatan yang sesuai yaitu memberikan konseling,
meresepkan obat, dan merujuk anak bila perlu.
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Medan Deli menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan alur pengobatan pada balita tanpa dehidrasi (Terapi A) dan balita
dengan dehidrasi Ringan-Sedang (Terapi B). Pada balita dengan dehidrasi ringansedang tidak ada diberikan oralit dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan.
Ibu/keluarganya tidak ada diajarkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa
banyak oralit yang harus diminum oleh penderita. Hal tersebut tidak dilakukan
mengingat pojok oralit yang ada di puskesmas tidak berjalan.
Puskesmas Medan Deli merupakan puskesmas perawatan yang melayani pasien
berobat jalan dan rujukan juga pasien rawat inap. Pasien yang memerlukan perawatan
lebih lanjut dan memerlukan rawat inap akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Dalam
penanganan balita dengan dehidrasi berat (Terapi C), tenaga kesehatan segera merujuk
balita ke rumah sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Mitra Medika dan Rumah Sakit
Imelda agar anak segera mendapatkan terapi intravena. Upaya rujukan dilakukan
karena sarana dan prasarana yang tersedia di puskesmas terbatas.
98
Sistem rujukan merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam artian dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam
arti antar unit-unit yang setingkat kemampuanya (Trihino, 2005).
Secara umum pelaksanaan tatalaksana diare di Puskesmas Medan Deli belum
berjalan dengan maksimal, hal ini diakibatkan kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan dalam tatalaksana diare. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada tenaga kesehatan diketahui bahwa pelatihan tatalaksana diare belum
pernah dilakukan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan
selama ini hanya dalam bentuk pengumpulan laporan diare tiap bulan dan saat rapat
pemegang program diare yang dilakukan setiap bulannya.
Menurut Kemenkes RI, 2011 Pemantauan program diare harus dilakukan secara
berjenjang dan berkesinambungan (Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas).
Pemantauan bertujuan untuk melihat kinerja petugas kesehatan dan memberikan
bimbingan dalam pengelolaan program P2 Diare di wilayah kerja masing-masing dan
memberikan umpan balik atau alternatif pemecahan masalah yang ditemukan pada saat
pemantauan.
Kegiatan
yang
dipantau
dalam
tatalaksana
diare
meliputi:
Klasifikasi/diagnosis diare termasuk derajat dehidrasi, Tindakan : rencana terapi A,
Terapi B atau Terapi C, Obat, Kualitas tatalaksana standar sebagai simpulan dari
klasifikasi, tindakan dan pemberian obat, Pojok oralit dan Pengetahuan petugas tentang
tatalaksana diare.
99
5.3
Keluaran (output)
Tujuan umum pengendalian penyakit diare adalah menurunkan angka kesakitan
dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait. Keluaran (output)
dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dinilai dari upaya
pencegahan dan upaya pengobatan yang telah dilakukan.
Upaya pencegahan diare yang telah dilakukan di Puskesmas Medan Deli belum
berjalan dengan maksimal. Penyuluhan diare yang dilakukan selama ini tidak
terprogram dengan baik. Kegiatan hanya dilakukan secara insidentil apabila ditemukan
masalah bukan kegiatan yang direncanakan dari awal baik dalam hal materi, waktu
pelaksanaan maupun pelaksana kegiatan. Dalam penyehatan lingkungan tidak ada
intervensi lebih yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat yang
mempunyai sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Tidak berjalannya Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas
Medan Deli mengakibatkan Pelaksanaan tatalaksana diare yang standar di sarana
kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) tidak berjalan
dengan maksimal. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengawasan kepala puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Pengawasan dan pembinaan perlu ditingkatkan agar
pelaksanaan program diare dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar
keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan
sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang
100
mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan yang terjadi
harus segera diatasi. Penyimpangannya harus dapat dideteksi secara dini, dicegah,
dikendalikan atau dikurangi oleh pimpinan. Fungsi pengawasan dan pengendalian
bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf
untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan (Muninjaya, 2004).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan
Deli dapat disimpulkan bahwa :
1.
Peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan agar program diare dapat
berjalan secara optimal. Di Puskesmas Medan Deli, tenaga kesehatan yang
terlibat dalam mendukung pelaksanaan program diare tidak hanya petugas diare
saja, tetapi tenaga kesehatan yang lain juga ikut terlibat seperti : dokter dan
tenaga kesehatan lingkungan.
2.
Kegiatan Surveilans epidemiologi diare di Puskesmas Medan Deli sudah
berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari rutinnya pencatatan diare dalam
bentuk mingguan, bulanan dan tahunan serta pelaporan diare yang tepat waktu
ke Dinas Kesehatan Kota Medan setiap bulannya.
3.
Penyuluhan diare tidak rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penyuluhan diare
hanya dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatankegiatan tertentu. Bukan merupakan kegiatan yang sudah terprogram dengan
baik.
4.
Tidak berjalannya pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
Puskesmas Medan Deli mengakibatkan pelaksanaan tatalaksana diare yang
101
102
standar di sarana kesehatan melalui melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare
(LINTAS DIARE) tidak berjalan dengan maksimal
5.
Pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Medan kurang berjalan
dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan hanya berupa pengumpulan laporan diare saja, tidak ada pengawasan
langsung terhadap kegiatan penyuluhan diare dan pelaksanaan tatalaksana diare
di puskesmas.
6.
Partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program diare masih
rendah hal ini diakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat serta kurangnya
pengawasan pemerintah setempat terhadap keterlibatan masyarakat.
6.2
1.
Saran
Diharapkan adanya instruksi yang jelas dan tegas serta pengawasan, pembinaan
dan evaluasi yang jelas dari Dinas Kesehatan Kota Medan kepada puskesmas
terhadap pelaksanaan program diare.
2.
Mengingat pentingnya kelengkapan dan ketersediaan sarana dalam mendukung
pelaksanaan program diare, maka perlu melengkapi ketersediaan obat-obatan
khususnya tablet zinc dan menjalankan pojok oralit sebagai sarana rehidrasi oral
di Puskesmas Medan Deli.
3.
Diharapkan kepada Puskesmas Medan Deli agar penyuluhan diare direncanakan
dengan baik secara rutin dan berlanjut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya ibu balita, sehingga ibu
103
balita dapat mencegah penyakit diare dan melakukan pertolongan pertama saat
anak diare.
4.
Diharapkan kepada Puskesmas Medan Deli agar melakukan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada seluruh balita sakit diare
yang datang ke puskesmas. Puskesmas juga diharapkan agar membentuk tim
MTBS dan ruangan khusus MTBS agar balita sakit diare dapat diobati dengan
efektif dan efisien.
5.
Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melakukan pelatihan
tatalaksana diare agar pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dapat
meningkat. Kepada Puskesmas Medan Deli juga diharapkan untuk melakukan
pelatihan dan pembinaan kader posyandu secara intensif.
6.
Agar pelaksanaan program diare mendapatkan dukungan yang baik di
masyarakat, Puskesmas Medan Deli diharapkan untuk lebih meningkatkan
kerjasama/koordinasi dengan lintas sektoral.
7.
Diharapkan kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli agar
dapat menjaga kebersihan lingkungan dan dapat melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) khususnya tidak buang sampah sembarangan dan tidak
buang air besar (BAB) sembarangan.
104
DAFTAR PUSTAKA
Astati, Indah. 2012. Pengaruh Persepsi Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare
Dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya Di
Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012. Skripsi.
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Aswat, Nur. 2012. Kajian Pelaksanaan Program Pos Kesehatan Pesantren
(POSKESTREN) Di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Azwar, Saifudin. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Depkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/Sk/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
2007. Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan Tokoh
Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Siaga. Jakarta.
2007.
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
216/Menkes/Sk/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit
Diare. Edisi ke 5. Jakarta.
2008. Pengantar Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Medan 2013. 2013. Medan.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2012. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2012. Medan.
Efendi, F. dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Penerbit
Salemba Medika.
Ester, Monica. 2000. Psikologi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Ewles, L, Simnett. 1994. Promosi Kesehatan. Edisi Kedua, Gadjah Mada University
Pers. Yogyakarta.
105
Fauziah. 2010. Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare Di
Kabupaten Pidie Tahun 1995-1999. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Febriani, Nelly. 2012. Pemanfaatan Waktu Tunggu Dengan Edukasi Kesehatan
Melalui Smart Phones. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia.
Friedmann. 1992. Teaching Planning Theory. Massachussetts.
Gibson, dkk. 1996. Organisasi. Erlangga. Jakarta.
Handoko, T.Hani. 2003. Manajemen. Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Salemba Humanika. Jakarta.
Kamaruddin. 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare
Di Desa Rhing Blang Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Nad Tahun
2004. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak.
2011. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare.
2011. Buku Saku Petugas Kesehatan tentang Lima Langkah
Tuntaskan Diare (Lintas Diare).
2011. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan tentang
Situasi Diare Di Indonesia.
2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. (http://depkes.go.id). (05
Desember 2013).
2012. Profil Data Kesehatan
(http://depkes.go.id). (30 Oktober 2013).
Indonesia
Tahun
2011.
Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli, 2013.
Muninjaya, Gde. 2004. Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
106
Mursyid, H. 2003. Pelaksanaan Program Usaha Sekolah di Dinas Kesehatan
Pemerintah Kota Medan Tahun 2003. http;//library.usu.ac.id. Tanggal 01
Maret 2014.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.
Nuri, Rafiqoh. 2009. Pengaruh Persepsi Ibu Tentang Program Pemberantasan
Diare Terhadap Tindakan Pemberantasan Penyakit Diare Pada Balita Di
Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga Tahun 2009. Skripsi. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Rendita. 2009. Pengaruh Faktor Lingkungan Dan Karakteristik Ibu Terhadap
Tindakan Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Kota Bangun
Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2009. Skripsi. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Sander, M.A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo.
Sitinjak, Lely Herlina. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Dengan Kejadian Diare Di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun
2011. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta.
Bandung.
Trihino. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat, CV. Sagung
Seto. Jakarta.
Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Wuryanto,Arie. 2008. Surveilans Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan
Permasalahannya Di Kota Semarang. Seminar Nasional Mewujudkan
Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif.
PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM DIARE
DI PUSKESMAS MEDAN DELI KECAMATAN MEDAN DELI
TAHUN 2014
I. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Daftar Pertanyaan
A. Pertanyaan untuk Petugas Dinas Kesehatan Kota Medan
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana penyuluhan diare yang seharusnya dilakukan?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
B. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Medan Deli
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana penyuluhan diare yang telah dilakukan ?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
C. Daftar Pertanyaan untuk Dokter di Puskesmas Medan Deli
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana intensitas penyuluhan diare yang telah dilakukan ?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
D. Daftar Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program Diare di Puskesmas
Medan Deli
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana intensitas penyuluhan diare yang telah dilakukan ?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Daftar Pertanyaan
E. Daftar Pertanyaan untuk Ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa
dehidrasi
1. Menurut Ibu, bagaimana pemeriksaan dan pengobatan diare yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi Ibu dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Daftar Pertanyaan
F. Daftar Pertanyaan untuk Ibu balita yang anaknya menderita diare dengan
dehidrasi ringan/sedang
1. Menurut Ibu, bagaimana pemeriksaan dan pengobatan diare yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi Ibu dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Data Pertanyaan
G. Daftar Pertanyaan untuk Pegawai di Kecamatan Medan Deli
1. Menurut Bapak, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas
Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Daftar Pertanyaan
H. Daftar Pertanyaan untuk Pegawai di Kelurahan Kota Bangun
1. Menurut Bapak, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas
Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Daftar Pertanyaan
1. Daftar Pertanyaan untuk Anggota PKK
1. Menurut Ibu, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Daftar Pertanyaan
J. Daftar Pertanyaan untuk Kader Posyandu
1. Menurut Ibu, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Pendidikan Terakhir
:
5. Tanggal Wawancara
:
II. Daftar Pertanyaan
K. Daftar Pertanyaan untuk Tokoh Masyarakat
1. Menurut Ibu/Bapak, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan
Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu/Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu/Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan
pengamatan penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu/Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Ibu/Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu/Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
Download