BUKU PEDOMAN Penyelenggaraan Bakti Sosial Operasi Katarak Seksi Penanggulangan Buta Katarak Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia 2013 ii DAFTAR ISI Prakata Dr Johan A. Hutauruk, SpM …………………………… Kata Pengantar Prof Dr dr Nila F. Moeloek, SpM …………………………… Bab I. Pendahuluan …………………………… 1 Bab II. Organisasi A. Visi dan Misi B. Tujuan dan Sasaran C. Target Program D. Indikator Pencapaian …………………………… …………………………… …………………………… …………………………… …………………………… 4 4 5 6 7 …………………………… 9 …………………………… 9 …………………………… 13 …………………………… 24 …………………………… 27 …………………………… …………………………… 27 31 …………………………… 33 …………………………… 43 Bab III. Tata Tertib Administratif Pelaksanaan Bakti Sosial Operasi Katarak III.1. Tata Tertib Administratif Pengajuan Proposal Kegiatan III.2. Pedoman Administratif dan Payung Hukum Penyelenggaraan Kegiatan III.3. Tata Tertib/Kebijaksanaan Donasi Bab IV. Pedoman/Tata Tertib Teknis Medis Operasi Katarak IV.1. SOP Skrining Pasien Katarak IV.2. SOP Sterilisasi IV.3. SOP Operasi Ekstraksi Katarak IV.4. SOP Follow-up dan Komplikasi v viii iii Bab V. Pedoman/Tata Tertib Pelaporan Bakti Sosial Katarak V.1. Tata Tertib Organisasi V.2. Koordinasi SPBK Cabang dengan SPBK Pusat V.3. Koordinasi SPBK dengan Donatur …………………………… …………………………… 47 47 …………………………… 47 …………………………… 49 iv v PRAKATA Ketua Seksi Penanggulangan Buta Katarak - Perdami Buku ini adalah wujud tertulis dari pengalaman Perdami dalam menyelenggarakan kegiatan bakti sosial operasi katarak sejak pertama kali dilaksanakan 20 tahun lalu, ketika Perdami mendapat bantuan Presiden Soeharto, saat itu sebagai ketua yayasan yang menunjuk Yayasan Dharmais menjadi donatur tunggal untuk kegiatan operasi katarak gratis di seluruh Indonesia Dedikasi Perdami untuk mengatasi kebutaan katarak di Indonesia tampak nyata dengan dibentuknya seksi khusus yang dinamakan SPBK (Seksi Penanggulanan Buta Katarak). Dalam perjalanannya sampai saat ini, ketua SPBK berganti sebanyak 3 kali, di mana saya sepatutnya menyampaikan terima kasih kepada ketua SPBK yang pertama, Prof. Dr. Istiantoro, disusul oleh Dr. Vidyapati Mangunkusumo dan saya yang meneruskan apa yang sudah dirintis oleh guru-guru saya. Meningkatnya peran serta berbagai industri memberikan donasi, serta bantuan individu maupun organisasi nirlaba nasional dan internasional, sangat membantu kegiatan SPBK sehingga mampu melaksanakan sekitar 15,000 operasi per tahun. Buku ini disusun agar mempermudah teman sejawat anggota Perdami dan kepengurusan SPBK cabang agar ada keseragaman dalam mengelola kegiatan baksos operasi katarak. Saya menyampaikan terima kasih kepada pengurus SPBK Pusat, dalam hal ini Dr. Amir Shidik, Dr. Yeni Dwi Lestari dan Dr. Anna Bani yang telah vi banyak membantu baik dalam kegiatan sehari-hari operasional SPBK maupun dalam penyusunan buku ini. Demikian juga staf SPBK seperti Bpk Ruswandi, Ibu Arin dan Ibu Eva yang bekerja hampir setiap akhir pekan untuk menunjang administrasi kegiatan baksos. Peranan Prof. DR. dr. Nila F. Moeloek selaku ketua PP Perdami sekaligus sebagai staf khusus Presiden Republik Indonesia untuk MDG (Millenium Development Goals) memperbesar dampak kegiatan SPBK Perdami melalui jejaring dan konektivitas luas yang dimiliki beliau, dan saya ikut belajar dari passion beliau sehingga ikut semangat membantu tugas yang diberikan sebagai Ketua SPBK. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada pasien-pasien yang telah mempercayai SPBK untuk tindakan operasi dengan suasana baksos yang terkadang kurang nyaman, karena mereka juga sekaligus telah menambah ilmu para dokter mata mengatasi kasus sulit. Kepada segelintir pasien yang mengalami komplikasi, semoga bisa memaafkan tindakan operasi SPBK yang kurang sesuai dengan harapan. Akhir kata, Bedenicamus Domino, semoga pekerjaan kita diberkati Tuhan yang maha kuasa. Dr. Johan A. Hutauruk, SpM(K) vii KATA PENGANTAR VISION 2020 The Right to Sight merupakan program yang diinisiasi oleh World Health Organization (WHO) dan International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) untuk mewujudkan fungsi penglihatan yang optimal di dunia. Indonesia sebagai negara dengan angka kebutaan ketiga terbanyak di dunia turut berkomitmen dalam upaya pemberantasan kebutaan. Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) sebagai organisasi profesi dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata, berperan aktif dalam upaya mencapai VISION 2020 melalui kegiatan Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK). SPBK merupakan perpanjangan tangan Perdami untuk menanggulangi katarak yang menjadi penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia. Struktur organisasi SPBK yang berada di Pusat dan Cabang diharapkan dapat memperluas cakupan bakti sosial operasi katarak di berbagai daerah di Indonesia. Dengan besarnya tantangan SPBK dalam menurunkan angka kebutaan katarak, diperlukan adanya pedoman kerja dalam pelaksanaan kegiatannya. Buku Pedoman Kerja SPBK ini disusun agar kegiatan yang dilakukan menjadi lebih terarah dan efektif. Atas nama Pengurus Pusat Perdami, disampaikan terima kasih pada seluruh anggota Perdami, donatur, serta semua pihak yang turut berperan dalam mendukung kegiatan bakti sosial SPBK. Kami berharap viii dapat terjalin kerjasama yang semakin baik dalam upaya pemberantasan kebutaan katarak di Indonesia. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi perbaikan selanjutnya. Besar harapan kami, buku pedoman ini dapat menjadi acuan bagi seluruh anggota Perdami dan meningkatkan kinerja SPBK di masa mendatang. Jakarta, Juli 2013 Ketua PP. Perdami Prof. DR. Dr. Nila F. Moeloek, SpM(K) ix BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang telah mencanangkan diri untuk memusatkan perhatian pada masalah kebutaan melalui komitmennya terhadap VISION 2020, the Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness. Prevalensi kebutaan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5%, dengan 52% dari jumlah tersebut (0,78%) disebabkan oleh katarak. Dalam kaitan dengan kelompok usia, prevalensi kebutaan katarak ditemukan semakin tinggi seiring bertambahnya umur, yaitu 20/1000 pada kelompok usia 45-59 tahun, dan tertinggi (50/1000) pada kelompok usia >60 tahun. Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 melaporkan bahwa pada tahun 2025, jumlah penduduk kelompok usia >55 tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 61 juta, yaitu sekitar seperempat keseluruhan penduduk Indonesia. Dengan adanya kasus-kasus lama yang belum tertangani akibat rendahnya tingkat operasi katarak di Indonesia, ditambah dengan peningkatan kasus baru sebanyak 0,1% (240.000 kasus baru) setiap tahun, akan terus terjadi penumpukan kasus katarak antara kasus-kasus lama dan penambahan kasus-kasus baru sehingga terjadi apa yang dikenal sebagai backlog katarak. Hal yang patut disadari adalah bahwa kebutaan bukan hanya merupakan beban pribadi penderita, tetapi juga beban bagi orang-orang di sekeliling penderita yang menjadi caregiver penderita. Kondisi ini memberi dampak buruk terhadap produktivitas, kualitas hidup, serta kesejahteraan baik PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 1 individu maupun keluarga, dan dalam lingkup lebih besar, komunitas serta negara. Oleh karena itu, selain sebagai masalah kesehatan masyarakat (public health), kebutaan dan gangguan penglihatan juga sudah menjadi masalah sosial-ekonomi yang harus diatasi secara sungguh-sungguh guna memutus rantai kebutaan-kemiskinan, dan memperoleh kembali sumber daya manusia yang hilang. Kebutaan katarak hanya dapat dicegah dengan tindakan bedah ekstraksi katarak. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa penyediaan layanan bedah katarak di Indonesia masih dihadapkan pada banyak tantangan. Keterbatasan tenaga spesialis mata dalam hal jumlah dan distribusi telah mengecilkan peluang pemerataan jangkauan kepada masyarakat. Kesulitan akses geografik, kurangnya sarana dan prasarana yang layak serta dukungan pemerintah dalam menyediakan sistem layanan operasi katarak yang murah, terjangkau, dan berkualitas, merupakan kendala lain di luar tenaga ahli. Layanan operasi katarak yang murah dan terjangkau ini merupakan aspek yang penting untuk diciptakan mengingat 90% penderita kebutaan berasal dari daerah miskin. Berbagai literatur telah mengungkap hubungan antara sebaran penderita kebutaan dengan tingkat pendapatan, dengan kebutaan sendiri sebagai faktor yang menciptakan kemiskinan. Oleh karena itu, upaya pemberantasan buta katarak sudah seharusnya memberi fokus pada komunitas kurang mampu. Sebagai upaya menjawab tantangan-tantangan tersebut, Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) telah menunjukkan komitmen 2 terhadap VISION 2020 melalui PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI kegiata Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) yang sudah dibentuk pada tahun 1987. Memiliki organisasi di jajaran Pusat dan Cabang, SPBK selama ini bekerja dengan menyelenggarakan operasi katarak bagi orang kurang mampu, dengan berbagai sumber donasi, di berbagai daerah di Indonesia. Dengan besarnya tantangan dan tugas SPBK dalam menurunkan angka kebutaan katarak di Indonesia, maka pedoman kerja dirasakan penting agar kegiatan yang dilakukan SPBK menjadi terarah dan efektif. Pedoman kerja SPBK ini disusun dengan memperhatikan kemamputerapan serta kondisi lokal/nasional. Kami akan mempertimbangkan dengan baik semua masukan, dan saran perbaikan untuk penyempurnaan selanjutnya. Besar harapan kami agar pedoman kerja ini dapat menjadi acuan kerja dalam meningkatkan kerjasama dan produktivitas kerja SPBK Pusat dan SPBK Cabang. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 3 BAB II ORGANISASI A. Visi dan Misi Visi Menanggulangi kebutaan katarak di Indonesia (to eliminate cataract blindness in Indonesia). Misi Misi Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah: 1. Menyediakan layanan bakti sosial operasi katarak 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk melakukan operasi katarak 3. Membangun kerja sama dengan instansi terkait (stakeholders), donatur dan organisasi kemasyarakatan 4. Membangun sistem dan strategi nasional untuk penanggulangan buta katarak 4 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI B. Tujuan dan sasaran Tujuan Tujuan program Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah meningkatkan cataract surgical rate (CSR) dari 720 menjadi 1000 dalam jangka waktu tiga tahun (estimasi adalah 5 operasi katarak/SpM/minggu, dengan asumsi jumlah operator katarak 1000 orang). Sasaran Sasaran program Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah: 1. Pengendalian dan pencegahan kebutaan akibat katarak a. Menciptakan demand untuk layanan dengan mengatasi barrier uptake layanan bedah b. Melakukan operasi katarak bermutu tinggi dengan hasil tajam penglihatan maksimal c. 2. Monitoring dan evaluasi hasil operasi katarak Pembangunan sumber daya tenaga kesehatan mata a. Pelatihan teknisi, dokter dan perawat untuk meningkatkan hasil operasi katarak b. Memfasilitasi kemampuan dokter spesialis mata dan perawat mahir mata melalui sarana pelatihan operasi katarak c. Pembuatan pedoman tingkat kompetensi/syarat keterampilan minimal operator dan tenaga mahir mata 3. Membangun kemitraan dengan semua stake-holders 4. Infrastruktur dan teknologi pendukung PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 5 a. Membangun sentra-sentra umum sumber daya kesehatan mata (public eye-health resources centers) guna menyediakan support, ekspertise serta pelatihan b. Menyediakan peralatan standar untuk penyelenggaraan operasi katarak sesuai SOP (keratometri, IOL, set katarak, mikroskop) c. Menyiapkan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan operasi katarak dengan menggunakan teknologi tepat guna dan aksesibel. d. Penyusunan program/rencana kerja berkala berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kegiatan. C. Target Program Target program Seksi Penanggulangan Buta Katarak adalah: 1. Target Output: • Target jumlah total operasi katarak adalah 36.000 operasi katarak/tahun di seluruh Indonesia (dasar: jumlah ini adalah 15% dari target jumlah operasi katarak/tahun, yaitu 240.000 operasi katarak/tahun). • Target CSR adalah 1000 operasi katarak/juta penduduk/tahun. • Target follow-up rate adalah >50% pada minggu keempat pascaoperasi. • Alokasi jumlah operasi katarak tiap SPBK Cabang ditentukan pada setiap pertemuan tahunan Perdami. 6 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI Prevalensi kebutaan di Indonesia 1.5% (1996) dengan 52% penyebab katarak. Diketahui bahwa insidens buta katarak adalah 0.1% sehingga bila bisa dilakukan operasi katarak pada seluruh jumlah insidens maka tidak akan terjadi tumpukan (backlog) buta katarak. Berdasarkan data tersebut maka dapat diperkirakan jumlah buta katarak baru per tahun adalah 240.000 (1/1000 populasi) sehingga perlu dilakukan operasi katarak sebanyak 240.000 per tahun. Bila diperkirakan jumlah penduduk kurang mampu untuk membayar operasi adalah sekitar 15%, maka dibutuhkan bantuan operasi katarak oleh SPBK sebanyak: 15% x 1/1000 x 240 juta = 36.000 operasi katarak untuk masyarakat kurang mampu per tahun. 2. Target Outcome: Lebih atau sama dengan 85% tajam penglihatan tanpa koreksi adalah >=6/18 pada 4 minggu pascaoperasi. Jika tidak dimungkinkan follow-up sampai minggu ke-empat pascaoperasi, maka pelaporan dibuat berdasarkan follow-up terakhir. D. Indikator Pencapaian 1. Proporsi jumlah operasi yang dilakukan terhadap target yang ditetapkan. Dikatakan “baik” jika jumlah operasi mencapai lebih atau sama dengan jumlah target operasi yang telah ditetapkan (C.1) 2. Proporsi penanaman IOL terhadap jumlah operasi yang dilakukan. Dikatakan “baik” jika proporsi penanaman IOL >=95. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 7 Dikatakan “kurang” jika proporsi penanaman IOL < 95%. 3. Tajam penglihatan setelah operasi Dikatakan “baik” jika mencapai target tajam penglihatan sebagaimana dalam target outcome (C.2) Dikatakan “kurang” jika tidak mencapai target outcome (C.2) 8 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI B A B III TATA TERTIB ADMINISTRATIF PELAKSANAAN BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK III.1. Tata Tertib Administratif Pengajuan Proposal Kegiatan 1. Rencana kegiatan Bakti Sosial (Baksos) operasi katarak dapat diajukan oleh pribadi, Puskesmas, Rumah Sakit, Balai Kesehatan, Yayasan, organisasi, dan atau klinik. 2. Semua kegiatan yang dilakukan untuk kegiatan sosial pemberantasan buta katarak di Indonesia diselenggarakan sepengetahuan Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) setempat atau SPBK Cabang, untuk kemudian dilaporkan ke SPBK Pusat. 3. Dalam hal penyelenggaraan kegiatan baksos dengan pihak lain, penyelenggara/SPBK Cabang wajib melaporkan kegiatannya kepada SPBK Pusat. 4. Untuk dapat diproses, surat permohonan dan proposal kegiatan sudah harus diterima oleh SPBK Cabang minimal 3 minggu sebelum tanggal penyelenggaraan kegiatan yang diajukan. 5. Proposal kegiatan harus mencakup tanggal dan lokasi kegiatan, target operasi, rincian biaya pelaksanaan dan Rumah Sakit tujuan rujukan (Formulir Rencana Pelaksanaan Baksos terlampir). 6. Proposal dapat diajukan melalui e-mail kepada SPBK Cabang dan/atau SPBK Pusat dengan alamat sebagai berikut: PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 9 Seksi Penganggulangan Buta Katarak (SPBK) Pusat Perdami Telp. (021) 3155377 Fax. (021) 3155377 e-mail: [email protected] 7. Proposal akan diproses SPBK Cabang atau Pusat dan keputusan akan didapat paling lama 7 hari kerja setelah proposal diterima. 8. Alur administratif pengajuan proposal Baksos operasi katarak: Gambar 1. Alur administratif penyelenggaraan Baksos operasi katarak a. Penyelenggara mengajukan surat permohonan penyelenggaraan Baksos kepada SPBK Perdami Cabang terdekat, atau SPBK Pusat (tergantung ke mana Penyelenggara meminta kerjasama). • Apabila daerah tempat pelaksanaan jauh dari Subdinkes terdekat (Indonesia Timur) Penyelenggara dapat membuat permohonan ke SPBK Pusat dengan tembusan ke Bupati, 10 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI Subdinkes setempat dan SPBK Cabang yang mempunyai wilayah tersebut. • Jika SPBK Penyelenggara bermaksud melakukan Baksos di luar wilayahnya, SPBK Penyelenggara membuat surat permohonan dan proposal kepada SPBK setempat (tujuan) terlebih dulu dengan tembusan ke SPBK Pusat (minimal 1 bulan sebelum tanggal penyelenggaraan). SPBK Pusat kemudian akan membuat surat perintah tugas kepada SPBK Penyelenggara (untuk selanjutnya berkoordinasi dengan SPBK tempat tujuan penyelenggaraan dan melengkapi urusan administratif dengan Bupati dan Dinkes). • Apabila SPBK setempat (tujuan) tidak merespon dan atau menolak surat permohonan SPBK Penyelenggara, maka SPBK Penyelenggara diharap melaporkan kepada SPBK Pusat agar nantinya dapat difasilitasi untuk dikoordinasikan secara informal. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 11 Gambar 2. Alur pengajuan kegiatan lintas cabang. b. Setelah jumlah pasien dipastikan, SPBK setempat/ Pusat membuat surat permohonan pelaksanaan kegiatan kepada Bupati Kepala Daerah up Kasudinkes dengan melampirkan daftar anggota Tim lengkap, dan membuat surat tugas ke Dokter SpM/ RS/ Puskesmas sesuai dengan rencana yang diusulkan mengenai jumlah pasien, daerah sasaran Baksos, dan waktu pelaksanaan. c. Kepala Subdinkes setempat membuat surat Perintah pelaksanaan kegiatan, lengkap dengan tanggal pelaksanaan, tempat pelaksanaan, disebutkan Rumah Sakit Rujukan untuk penanganan apabila terjadi penyulit dan dilampirkan Daftar Anggota Tim lengkap, sebagai Payung hukum yang melindungi 12 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI anggota Tim apabila terjadi Kejadian yang Tidak Diharapkan (KTD). III.2. Pedoman Administratif dan Payung Hukum Penyelenggaraan Kegiatan 1. Anggota Tim Operasi: a. Jika jumlah anggota Tim Operasi Cabang diperkirakan belum mencukupi kebutuhan jumlah pasien yang akan dioperasi, atau SPBK Cabang bermaksud meminta pendampingan teknis/knowledge transfer, permintaan tambahan tenaga dapat diajukan kepada SPBK Pusat sehingga SPBK Pusat dapat mengalokasikan tenaga tambahan ke Cabang, sesuai kebutuhan. b. Bagi anggota Perdami yang berminat mengikuti Baksos bisa mendaftarkan diri ke SPBK, untuk selanjutnya dihubungi jika ada kegiatan. c. Semua Dokter yang tergabung ke dalam Tim Operasi harus mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) atau SIP sementara yang masih berlaku, yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat. d. Untuk Dokter dari luar negeri harus dapat menunjukkan surat yang setaraf dengan SIP dan izin kerja dari Konsil Kedokteran Indonesia / Ikatan Dokter Indonesia, dalam hal ini Kolegium. e. Kerjasama dengan Dokter dari luar negeri harus dikaitkan dengan institusi pendidikan karena PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 13 kedatangan tenaga Dokter dari luar negeri selayaknya adalah dalam konteks knowledge/skill transfer. f. Semua Paramedis harus mempunyai Surat Pernyataan Kompetensi yang masih berlaku untuk dapat menjadi anggota Tim. Surat ini dibuat oleh Instansi tempat Paramedis tersebut berdinas). 2. Kriteria pasien Baksos: a. Seleksi pasien operasi dengan indikasi medis dan indikasi sosial adalah kewenangan Dokter SpM setempat bersama Tim SPBK. b. Pada waktu seleksi awal pasien, Dokter Spesialis Mata setempat harus diikutsertakan, sehingga tidak terjadi konflik tentang pasien yang dipilih (yang tidak mampu). c. Pasien Baksos adalah pasien tidak mampu yang tidak memiliki jaminan kesehatan apapun. d. Pasien yang mengikuti Baksos harus mempunyai surat keterangan tidak mampu yang minimal didapatkan dari Ketua RT/RW setempat. e. Kebutaan dengan penyebab di luar katarak harus dirujuk ke Dokter Spesialis Mata setempat atau Rumah Sakit yang sudah ditunjuk. f. Kasus di luar katarak yang tidak berpotensi kebutaan dikembalikan ke Spesialis Mata setempat. 3. Informed consent: a. Khusus untuk informed consent, dijelaskan dengan bahasa awam penyakit apa yang diderita, 14 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI tindakan/operasi apa yang akan dilakukan, tujuan tindakan/operasi tersebut, obat apa yang harus ditetes/ diminum setelah operasi, penyulit yang dapat terjadi pada/setelah operasi, tanda-tanda penyulit yang terjadi pasca-operasi dan prosedur penanganannya serta biaya ditanggung oleh penyelenggara. Sebaiknya satu saksi yang menandatangani dari pihak Penyelenggara adalah Dokter Mata Setempat. Informed consent ini diulangi sekali lagi pada saat pra-bedah, sekaligus ditandatangani oleh operator. (Contoh form informed consent terlampir). 4. Pelaksanaan: a. Tempat yang digunakan untuk operasi katarak dilakukan di kamar operasi yang memenuhi standar. b. Pelaksanaan kegiatan di lapangan sesuai dengan Buku Panduan Operasional SPBK Pusat. 5. Follow-up: a. Follow-up pasien sebaiknya dilakukan oleh Dokter Spesialis Mata setempat atau salah satu anggota Tim Operasi sesuai dengan Pedoman Operasional SPBK Perdami (Bab IV). b. Ketentuan mengenai jadwal pelaksanaan follow-up disesuaikan dengan Formulir Pelaporan baku yang telah dibuat SPBK Pusat (terlampir). PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 15 6. Pelaporan kegiatan: Untuk menciptakan ketertiban adiministrasi dan ketepatan penghitungan jumlah operasi wilayah kerja, maka untuk pelaporan kegiatan Bakti Sosial ditetapkan sebagai berikut: a. SPBK Penyelenggara akan melaporkan kegiatan (berkaitan dengan teknis penyelenggaraan) dan hasil operasi ke SPBK setempat, dengan tembusan ke SPBK Pusat (Formulir A dan B). b. SPBK tempat penyelenggaraan (tujuan) akan melaporkan hasil operasi (berkaitan dengan jumlah, pencapaian visus, dan komplikasi) melalui Laporan Bulanannya ke SPBK Pusat (formulir akan dikeluarkan oleh SPBK Pusat) sebagai capaian wilayah kerjanya. 7. Komplikasi: a. Semua penyulit yang tidak dapat ditangani oleh Dokter Mata setempat atau anggota Tim Operasi dikirim ke Rumah Sakit Rujukan yang telah disepakati, sekaligus melaporkan secara resmi kepada SPBK Cabang, untuk kemudian diteruskan laporannya kepada SPBK Pusat. b. Biaya komplikasi menjadi pertanggungan SPBK, tetapi pasien wajib melengkapi persyaratan administratif berupa surat Gakin/ SKTM. 8. Biaya operasi katarak per pasien: a. Biaya untuk operasi dan penanganan apabila terjadi penyulit/komplikasi setelah operasi ditanggung oleh Penyelenggara/SPBK. 16 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI b. Unit cost operasi per pasien telah diperhitungkan secara proporsional sesuai perhitungan SPBK, sebesar Rp 600.000/pasien, dengan perincian sebagai berikut: 1.A. Biaya operasional per pasien : minimal 40 operasi Obat-obatan dan prasarana Rp 250.000 Kacamata/IOL Rp 65.000 Biaya operasional dokter Rp 75.000 Biaya operasional asisten/tim pendukung Rp 35.000 Perawatan alat mikro/linen Rp 80.000 Biaya follow-up tim Rp 20.000 Biaya penanganan komplikasi Rp 50.000 Subtotal I Rp 575.000 1.B. Biaya administrasi/keuangan per pasien c. Subtotal II Rp 25.000 Jumlah biaya operasi/pasien Rp 600.000 Unit cost dasar operasi per pasien disepakati berlaku sama di semua daerah dan dalam pengajuan proposal. d. Tambahan biaya di luar unit cost dasar operasi per pasien (seperti transportasi, akomodasi, penyewaan sarana/fasilitas kamar operasi, dll) dinyatakan dan diajukan secara terpisah. e. Biaya tambahan dalam point d dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 17 18 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK OLEH SEKSI PENANGGULANGAN BUTA KATARAK (SPBK) PERDAMI No. Dokumen 04.01.001 Standar Prosedur operasional Tanggal Terbit : 5 Januari 2009 2 3 4 5 6 Tujuan Ditetapkan Ketua SPBK Pusat Bakti sosial operasi katarak adalah Pelaksanaan operasi katarak secara massal bagi pasien tidak mampu. SPBK adalah suatu seksi di bawah Perdami Pusat. Dokter spesialis Mata Tim SPBK adalah dokter spesialis mata yang ditugaskan oleh ketua SPBK Pusat/Cabang untuk melaksanakan bakti sosial operasi katarak. Dokter Spesialis Mata setempat adalah dokter spesialis mata yang bertugas di wilayah pelaksanaan bakti sosial operasi katarak. Paramedis yang dimaksud adalah perawat mahir mata yang membantu operator dalam pelaksanaan bakti sosial operasi katarak. Buta katarak adalah penurunan tajam penglihatan yang disebabkan oleh kekeruhan lensa mata dengan tajam penglihatan 3/60 atau kurang. Membantu program pemerintah dalam menurunkan angka kebutaan akibat katarak di Indonesia. 1 2 Kebijakan Halaman 1 dari 2 Dr. Johan Hutauruk, SpM 1 Pengertian No. Revisi ………… 3 4 5 MOU SPBK & DepKes SK. DepKes tentang Komnas Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) SK SPBK Pusat ke masing-masing SPBK Cabang Surat Tugas dari SPBK Cabang kepada operator SIP/ SIP sementara untuk operator pelaksana (dikeluarkan oleh DinKes setempat dengan rekomendasi Perdami) PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 19 BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK OLEH SEKSI PENANGGULANGAN BUTA KATARAK (SPBK) PERDAMI No. Dokumen 04.01.001 Halaman 2 dari 2 A. 1 Perizinan : 2 SPBK membuat surat tugas ke Dokter Spesialis Mata (SpM)/ Rumah Sakit/ Puskesmas setempat sesuai rencana yang diusulkan (mengenai jumlah pasien, daerah sasaran baksos dan waktu pelaksanaan). Tembusan ke Dinas Kesehatan/ Instansi terkait. Dinas Kesehatan setempat menerbitkan surat izin/penugasan yang sifatnya sementara yang akan berfungsi sebagai SIP sementara (berlaku 3 bulan). 3 B. 1 2 Prosedur No. Revisi ………… 3 C. 1 Pihak Penyelenggara/ Rumah Sakit/ Puskesmas/ Pemerintah Daerah/ Yayasan mengajukan surat permohonan bakti sosial operasi katarak kepada Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK). Persiapan pasien dan peralatan : Seleksi pasien operasi dengan indikasi medis dan indikasi sosial adalah kewenangan dari Dokter SpM setempat bersama tim SPBK. SPBK menyiapkan peralatan medis, bahan habis pakai dan obat-obatan keperluan bakti sosial. Tempat yang digunakan untuk operasi katarak dapat dilakukan di kamar operasi yang memenuhi standar. SDM : Semua Dokter yang tergabung dalam Tim Operasi harus mempunyai surat izin praktek (SIP) / SIP sementara yang berlaku dari Dinas Kesehatan setempat. Untuk Dokter dari luar negeri harus dapat menunjukkan surat yang setaraf dengan SIP dan Izin kerja dari KKI/ IDI. 2 Semua paramedis yang ikut Tim harus mempunyai Kompetensi yang masih berlaku untuk dapat menjadi anggota Tim. (dibuat oleh Instansi dimana paramedis itu berdinas). D. 1 Pembiayaan : Unit cost operasi diperhitungkan secara proporsional sesuai perhitungan SPBK. Biaya untuk operasi dan penanganan apabila terjadi penyulit / komplikasi setelah operasi ditanggung oleh Penyelenggara / SPBK. 2 Dokter spesialis Mata setempat, Dokter Spesialis Mata Tim SPBK, Paramedis Tim Unit Terkait SPBK, Dinas Kesehatan setempat, Puskesmas/Rumah Sakit tempat operasi, Rumah sakit tempat rujukan, dan pihak Penyelenggara. 20 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK OLEH SEKSI PENANGGULANGAN BUTA KATARAK (SPBK) PERDAMI No. Dokumen 04.01.002 Standar Prosedur operasional Tanggal Terbit : 5 Januari 2009 2 3 4 5 6 Tujuan Ditetapkan Ketua SPBK Pusat Indikasi operasi adalah kriteria pasien yang diseleksi untuk dilaksanakan operasi katarak. Teknik seleksi adalah pemeriksaan mata pada pasien yang dipilih sesuai standar yang berlaku dalam pelaksanaan operasi katarak. Teknik operasi adalah cara yang dipilih untuk melakukan operasi katarak sesuai dengan prosedur operasional standar. Evaluasi pasca bedah adalah penilaian hasil operasi yang dilaksanakan setelah operasi katarak. Penyulit/ komplikasi operasi adalah keadaan yang tidak diharapkan akibat tindakan operasi yang terjadi pada saat dan atau setelah operasi katarak. Rumah sakit rujukan adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk mengatasi penyulit / komplikasi operasi katarak. Meningkatkan mutu pelayanan bakti sosial operasi katarak dan meminimalisasi penyulit / komplikasi yang terjadi dalam rangka mencapai tajam penglihatan akhir yang optimal. 1 2 Kebijakan Halaman 1 dari 2 Dr. Johan Hutauruk, SpM 1 Pengertian No. Revisi ………… 3 4 5 6 7 MOU SPBK & DepKes SK Depkes tentang Komnas Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK) SK SPBK Pusat ke masing – masing SPBK Cabang Surat Tugas dari SPBK Cabang kepada operator SIP/ SIP sementara untuk operator pelaksana (dikeluarkan oleh DinKes setempat dengan rekomendasi Perdami) Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kesehatan Mata Perdami. Manajemen Klinis Perdami PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 21 BAKTI SOSIAL OPERASI KATARAK OLEH SEKSI PENANGGULANGAN BUTA KATARAK (SPBK) PERDAMI No. Dokumen 04.01.002 A. 1 2 3 B. 1 2 3 Prosedur No. Revisi ………… Halaman 2 dari 2 Perizinan Indikasi operasi : : Indikasi administratif: pasien-pasien miskin yang dinyatakan dengan surat keterangan tidak mampu dari RT/RW, Lurah, Camat dan Puskesmas setempat, yang tidak memiliki jaminan kesehatan apapun. Indikasi medik: presenting visual acuity <6/60 pada salah satu atau kedua mata Indikasi sosial: sesuai Protap SPBK Persiapan Teknik seleksi pasien : dan peralatan : Seleksi pasien operasi dengan indikasi medik dan indikasi sosial adalah kewenangan Dokter SpM setempat bersama Tim SPBK. Pada waktu seleksi awal pasien, Dokter SpM setempat harus diikutsertakan sehingga tidak terjadi konflik tentang pasien yang dipilih. Kebutaan dengan penyebab di luar katarak harus dirujuk ke Dokter SpM setempat atau Rumah Sakit yang sudah ditunjuk. C. 1 2 3 SDM Teknik : operasi : Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular ( Extracapsular Cataract Extraction, ECCE) Small Incision Cataract Surgery (SICS) Fakoemulsifikasi Point C1-C3 dengan menggunakan implantasi lensa intraokular D. 1 Pembiayaan Evaluasi pascabedah : : Follow-up pascabedah H+1/H+2 kewenangan operator/SpM setempat, H+7 dan H+30 kewenangan SpM setempat E. 1 Penyulit/komplikasi operasi : Penyulit yang tidak dapat ditangani sendiri oleh Dokter SpM setempat atau anggota Tim Operasi dikirim ke RS Rujukan yang telah disepakati. Pengiriman ke RS Rujukan dilaporkan secara resmi kepada SPBK Cabang untuk kemudian diteruskan kepada SPBK Pusat. Biaya komplikasi menjadi pertanggungan SPBK, selama pasien memenuhi persyaratan administratif. 2 3 F. 1 2 Rumah Sakit rujukan : RS Rujukan ditentukan oleh Dokter Mata setempat, Tim Operasi dan atau Perdami Cabang. RS Rujukan sudah ditentukan sejak awal pengajuan kegiatan sebagaimana tertera pada Proposal Kegiatan. Dokter spesialis Mata setempat, Dokter Spesialis Mata Tim SPBK, Paramedis Tim Unit Terkait SPBK, Dinas Kesehatan setempat, Puskesmas/Rumah Sakit tempat operasi, Rumah sakit tempat rujukan, dan pihak Penyelenggara. 22 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI Keterangan : 1. 2. 3. Protap Administrasi Baksos & Protap Pelaksanaan Baksos merupakan format baku dan harus ditandatangani oleh ketua SPBK Perdami Pusat. Protap Administrasi Baksos & Protap Pelaksanaan Baksos, harus disertai dengan Formulir rencana pelaksanaan Baksos yang sudah ditanda tangani oleh Ketua SPBK Cabang dan Dokter Spesialis Mata setempat. Protap Administrasi Baksos & Protap Pelaksanaan Baksos dan Formulir rencana pelaksanaan Baksos dibawa ke Dinas Kesehatan setempat untuk diterbitkan SIP sementara. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 23 III.3. Tata Tertib/Kebijaksanaan Donasi III.3.1. Komponen Biaya Bakti Sosial operasi katarak BAKSOS Gambar 3. Komponen ”operasi” dalam biaya Baksos mencakup bahan habis pakai, jasa/konsumsi operator dan asisten, perawatan alat mikro dan linen, follow-up, biaya penanganan komplikasi, dan biaya adminkeu. III.3.2. Bentuk kerjasama dan Memorandum of Understanding (MOU) 1. Untuk kegiatan donasi dengan target jumlah pasien di atas 500 dan atau tersebar di beberapa wilayah kerja Perdami (berskala nasional), MOU harus dibuat antara Donatur dengan Perdami Pusat. Menimbang tata tertib organisasi, MOU dengan Donatur tersebut harus ditandatangani oleh Donatur, Ketua Perdami Pusat, dan Ketua SPBK Pusat. 24 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 2. Dalam melakukan kerjasama atau pembuatan MOU dengan Donatur, harus dibicarakan dan dinyatakan secara jelas hak dan kewajiban Penyelenggara dan Donatur. Donatur harus memahami secara jelas hal-hal apa saja yang dapat dicakup dari peran sertanya, dan apa yang tidak. 3. Komponen transportasi dan akomodasi menjadi perhitungan penting mengingat adanya Donatur yang menginginkan operasi diselenggarakan di daerah-daerah remote/jauh dari sentra RS. Dengan demikian, unit cost per pasien sebesar Rp 600.000/operasi/pasien pada beberapa kondisi tidak dapat mencukupi komponen transportasi dan akomodasi. 4. Co-sponsorship: Sebagian Donatur dapat memilih untuk menjadi sponsor tunggal, artinya Donatur tersebut menanggung seluruh aspek biaya Baksos (termasuk transportasi dan akomodasi, jika ada) dan Penyelenggara hanya menggunakan satu sumber pendanaan untuk event Baksos tersebut. Sebagian Donatur lain hanya berkeinginan menanggung komponen tertentu dari Baksos, sedangkan sisanya harus dilengkapi oleh Donatur lain. Jika satu event Baksos didanai oleh lebih dari satu sumber, atau disebut sebagai sistem cosponsorship, jumlah pasien tidak dihitung ganda oleh SPBK. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih data, penyelenggara dan SPBK Cabang harus secara lengkap melaporkan di dalam Formulir Pelaporan Operasi, keterangan mengenai pihak-pihak mana saja yang menjadi sponsor satu event Baksos. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 25 5. Sebagian Donatur menganut sistem reimbursement; untuk itu harus dibicarakan dan dinyatakan secara jelas kelengkapan persyaratan administratif yang dibutuhkan untuk pengajuan klaim biaya kegiatan, selain juga time-limit pengajuan dan pembayaran, guna terciptanya kerjasama yang transparan dan tertib administratif. 6. Tidak ada bentuk baku sebuah MOU, tetapi dalam pembuatannya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: • Target operasi • Cakupan area operasi • Jangka waktu pelaksanaan kerjasama • Hak dan kewajiban pihak Donatur dan pihak Penyelenggara 26 • Sistem pembayaran • Sistem penanganan komplikasi PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI BAB IV PEDOMAN/TATA TERTIB TEKNIS MEDIS OPERASI KATARAK IV.1. SOP Skrining Pasien Katarak IV.1.1. Pemeriksaan dan tatalaksana pada fasilitas kesehatan primer 1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau Tumbling E chart dengan koreksi terbaik atau menggunakan pinhole. 2. Pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk segmen anterior di mana tidak ditemukan kekeruhan kornea dan tampak reflek pupil masih baik. 3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer Schiotz. 4. Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan lampu senter dan lup untuk melihat kekeruhan lensa serta pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan. IV.1.2. Pemeriksaan dan tatalaksana pada fasilitas kesehatan sekunder 1. Pemeriksaan visus menggunakan kartu Snellen dengan koreksi terbaik serta menggunakan pinhole. 2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 27 3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer Schiotz. 4. Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slitamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien. 5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan. IV.1.3. Pemeriksaan dan tatalaksana pada fasilitas kesehatan tersier 1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik serta menggunakan pinhole 2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior. 3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact, aplanasi atau Schiotz. 4. Jika TIO dalam dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan dilatasi pupil dengan tetes mata Tropicanamide 0.5%. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan dengan slitamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan visus pasien. a. Derajat 1: Nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak keputihan. Reflek fundus masih mudah diperoleh. Usia penderita biasanya kurang dari 50 tahun b. Derajat 2: Nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya visus antara 6/12 – 6/30, tampak nucleus mulai sedikit 28 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI berwarna kekuningan. Reflek fundus masih mudah diperoleh dan paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior. c. Derajat 3: Nukleus dengan kekerasan medium, biasanya visus antara 6/30 – 3/60, tampak nucleus berwarna kuning disertai kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan. d. Derajat 4: Nukleus keras, biasanya visus antara 3/60 – 1/60, tampak nukleus berwarna kuning kecoklatan. Reflek fundus sulit dinilai. e. Derajat 5: Nukleus sangat keras, biasanya visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek. Usia penderita sudah di atas 65 tahun. Tampak nucleus berwarna kecoklatan bahkan sampai kehitaman . katarak ini sangat keras dan disebut juga sebagai brunescence cataract atau black cataract. 5. Pemeriksaan funduskopi jika masih memungkinkan. IV.1.4. Tatalaksana pasien katarak 1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan 6/12, yaitu pemberian kacamata dengan koreksi terbaik. 2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu untk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi medis lain untuk operasi, pasien dapat dilakukan operasi katarak PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 29 3. Tatalaksana pasien katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12 adalah operasi katarak berupa EKEK + IOL atau fakoemulsifikasi + IOL dengan mempertimbangkan ketersediaan alat, derajat kekeruhan katarak dan tingkat kemampuan ahli bedah 4. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan peralatan bedah mikro, di mana pasien dipersiapkan untuk implantasi IOL 5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta pengukuran biometri A-scan 6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan biometri ukuran IOL dapat ditentukan berdasar anamnesis ukuran kacamata yang selama ini dipakai pasien. IOL standar power +20.00 dioptri, jika pasien menggunakan kacamata, power IOL standar dikurangi dengan ukuran kacamata. Misalnya pasien menggunakan kacamata S -6.00 maka dapat diberikan IOL power +14.00 dioptri 7. Operasi katarak bilateral (operasi dilakukan pada kedua mata sekaligus secara berturutan) sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan risiko pascaoperasi (endoftalmitis) yang bisa berdampak kebutaan. Tetapi ada beberapa keadaan khusus yang bisa dijadikan alasan pembenaran dan keputusan tindakan operasi katarak bilateral ini harus dipikirkan sebaik-baiknya. 30 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI IV.2. SOP Sterilisasi IV.2.1. Sterilisasi perlengkapan operasi Metode sterilisasi 1. Kain linen disterilisasi menggunakan sterilisator autoclave 2. Instrumen operasi di sterilisasi tiap kali operasi dengan menggunakan domestic pressure cooker dengan steam pressure: 3. a. 5 lb/in2 pada temperature 116 C selama 40 menit. b. 10 lb/in2 pada temperature 121 C selama 20 menit. Air yang digunakan untuk proses sterilisasi adalah aqua destilata Mempertahankan sterilitas alat 1. Jangka sterilitas (shelf-life) a. Kemasan kain linen : 4 minggu b. Kemasan kain linen yang dibungkus plastik : 8 minggu c. Metal drum (tromol) : 4 minggu d. Metal drum (tromol) yang dibungkus plastik : 8 minggu 2. Indikator sterilitas Plester sterilisasi harus digunakan untuk menandai kemasan yang telah disterilisasi. Tanggal kadaluarsa atau tanggal sterilisasi harus dicantumkan pada plester tersebut PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 31 3. Penggunaan instrumen operasi • Peralatan yang sudah steril hanya boleh digunakan oleh personel yang telah mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril. • Instrumen diberikan dari perawat asisten kepada operator dengan cara tertentu sehingga operator dapat memegang bagian badan instrument, bagian ujung instrument yang akan bersentuhan dengan mata pasien tidak boleh disentuh oleh tangan operator maupun perawat asisten. IV.2.2. Sterilisasi kamar operasi Sterilisasi kamar operasi ini dilakukan mengikuti standar Rumah Sakit, kecuali jika kita menggunakan kamar operasi yang dibuat sendiri (seperti aula, auditorium, tempat-tempat umum). Dalam keadaan seperti ini, sterilisasi dilakukan menggunakan lampu ultraviolet. Kelengkapan kamar bedah • Meja operasi • Instrument operasi • Bangku tangga • Troli tempat peralatan operasi • Penggantung botol infuse • Masker • Sarung tangan bedah bermacam-macam ukuran • Alcohol (untuk mencuci sarung tangan) 32 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI • Bantalan kepala (donat) • Sterilisator • Mikroskop • Kabel panjang, adaptor • Bangku / kursi putar untuk ahli bedah • Kauter • Benang nilon 9/0 atau 10/0 • Benang silk 5/0 • Viskoelastis • Lensa intraokuler • Spons seluler segitiga (strolls) IV.3. SOP Operasi Ekstraksi Katarak IV.3.1. Penjelasan kepada pasien Sebelum masuk kamar operasi pasien harus diberikan penjelasan dulu mengenai: 1. Persetujuan tindakan operasi (informed consent) serta pasien dan keluarga memberikan tandatangan pada formulir persetujuan tindakan operasi 2. Menganjurkan kepada pasien untuk: a. Meneruskan / melanjutkan pengobatan sebelumnya, kecuali obat antikoagulan harus dihentikan selama minimal 3 hari. b. Mengosongkan kandung kemih c. Mencuci rambut PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 33 d. Mengenakan baju bersih selama operasi IV.3.2. Persiapan mata pasien Petugas yang memberi tetes mata harus : 1. Mencuci tangan sebelumnya 2. Memeriksa kembali mata mana yang akan dioperasi dan melakukan cukur bulu mata, jika tidak memakai eye drape, jika memakai eye drape bulu mata tidak perlu dicukur. 3. 1 (satu) jam sebelum operasi memberikan tetes pantocaine 0,5%, tropicamide 0,5-1% dan tetes phenylephrine 10% pada mata yang akan dioperasi. 4. Mengulangi pemberian obat tetes mata 10 menit kemudian bila diperlukan. IV.3.3. Anestesi 1. Persiapan petugas di ruang anestesi lokal Petugas yang melakukan anestesi harus : a. Memakai pakaian khusus kamar bedah yang bersih b. Mencuci tangan dengan sabun atau cairan pembersih golongan Iodine seperti povidone iodine scrub ataupun cairan clorhexidine c. Memeriksa mata yang akan dioperasi telah dilatasi sempurna, jika belum dilatasi sempurna laporkan kepada operator 34 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 2. Persiapan cairan anestesi Persiapan cairan anestesi sebagai berikut : a. Obat anestetik yang digunakan adalah lidokain 2% atau dengan campuran bupivakain 0,5% dalam jumlah perbandingan yang sama dimasukkan dalam syringe 5 ml b. Jarum 19 G ditusukkan pada vial obat anestetik dan tetap terpasang disana untuk pengambilan dosis berikutnya c. Bersihkan tutup botol yang berisi obat anestetik dengan kapas alcohol d. Dengan syringe 5 ml, ambil 2,5 mL Lidocain 2%, kemudian tambahkan 2,5 mL bupivacain 0,5% e. Pasangkan jarum 25G atau 23G pada syringe 5 ml yang berisi cairan anestesi yang telah diambil 3. Anestesi Retrobulbar Anestesi Retrobulbar dilakukan sebagai berikut: a. Pasien harus berbaring pada permukaan yang datar seperti meja operasi, tempat tidur dll. Lebih baik tanpa bantal. Pasien harus melihat lurus keatas langt-langit. • Metode 1 : tarik kebawah, kelopak mata bawah di daerah 1/3 luar dengan ujung jari tangan untuk memperlihatkan konjungtiva dan bola mata • Metode 2 : letakkan ujung jari tengah pada kulit daerah sisi orbita pada 1/3 luar kelopak PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 35 bawah. Bola mata harus teraba dibawah kulit kemudian jari digerakkan sedikit ke bawah b. Ambil suntikan anestesi dengan tangan lainnya. Suntikan jarum pada daerah 1/3 luar sisi orbital tepat diatas indeks jari bevel/sisi serong ujung jarum kearah bola mata, melalui konjungtiva forniks bawah (cara 1) atau melalui kulit kelopak bawah/cara 2 agar dapat mencapai di belakang bola mata c. Saat jarum tepat berada dibelakang ekuator bola mata (ditandai pada setengah panjangnya jarum), arah jarum kemudian dibelokkan ke arah nasal atas menuju conus orbita sampai seluruh panjang jarum terbenam, lakukanlah aspirasi dan suntikan obat anestesi secara perlahan-lahan sebanyak 3-5 mL d. Pada waktu menusuk, perhatikan / periksa adanya pergerakan bola mata yang menunjukkan bahwa jarum menyentuh dan jangan sampai menembus bola mata. Hentikan dan tarik keluar jarum jika dicurigai terjadi perforasi. Jika tidak dicurigai terjadi perforasi tetapi dirasakan adanya tahanan, tarik keluar jarum perlahanlahan dan ubah sudut kemiringan bola mata e. Jika pada waktu melakukan aspirasi terhisap darah, jarum ditarik sedikit kearah luar dan lakukan tes aspirasi kembali 36 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 4. Anestesi Parabulbar a. Pasien harus berbaring pada permukaan yang datar seperti meja operasi, tempat tidur dll. Lebih baik tanpa bantal. Pasien harus melihat lurus keatas langt-langit • Metode 1 : tarik kebawah, kelopak mata bawah di daerah 1/3 luar dengan ujung jari tangan untuk memperlihatkan konjungtiva dan bola mata • Metode 2 : letakkan ujung jari tengah pada kulit daerah sisi orbita pada 1/3 luar kelopak bawah. Bola mata harus teraba dibawah kulit kemudian jari digerakkan sedikit ke bawah b. Ambil suntikan anestesi dengan tangan lainnya. Suntikan jarum pada daerah 1/3 luar sisi orbital tepat diatas indeks jari bevel/sisi serong ujung jarum kearah bola mata, melalui konjungtiva forniks bawah (cara 1) atau melalui kulit kelopak bawah/cara 2 agar dapat mencapai dibelakang bola mata c. Saat jarum tepat berada dibelakang ekuator bola mata, lakukanlah aspirasi dan suntikan obat anestesi secara perlahan-lahan sebanyak 3-5 ml. Panjangnya jarum yang dimasukkan bergantung pada ukuran orbit dan diameter bola mata d. Lakukan lagi teknik yang sama pada titik di 1/3 dalam orbita superior e. Pada waktu menusuk, perhatikan / periksa adanya pergarakan bola mata yang menunjukkan bahwa jarum PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 37 menyentuh dan jangan sampai menembus bola mata. Hentikan dan tarik keluar jarum jika dicurigai terjadi perforasi. Jika tidak dicurigai terjadi perforasi tetapi dirasakan adanya tahanan, tarik keluar jarum perlahanlahan dan ubah sudut kemiringan bola mata f. Jika pada waktu melakukan aspirasi terhisap darah, jarum ditarik sedikit kearah luar dan lakukan tes aspirasi kembali 5. Anestesi Subkonjungtiva a. Teknik anestesi sub-konjungtiva menggunakan jarum suntik ukuran 1 mL, dengan jarum 26 G b. Larutan Lidokan 2% sebanyak 0,5 – 1 mL di injeksi di bawah konjungtiva c. Daerah subkonjungtiva yang dipilih daerah superior, karena merupakan daerah yang paling longgar. Upayakan agar saat menusukkan jarum tidak mengenai pembuluh darah konjungtiva agar mencegah terjadinya perdarahan subkonjungitva d. Apabila dirasakan efek anestesi kurang, dapat diberikan suntikan tambahan saat operasi berlangsung (intra-operasi), misalnya pada bagian inferior bola mata e. Setelah penyuntikan, larutan anestesi yang masih berada di bawah jaringan subkojungtiva disebarkan dengan cara penekanan menggunakan putik kapas steril (cotton tip applicator) 38 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 6. Anestesi Subtenon a. Pemberian anestesi topikal (tetes mata lidokain 4%), yaitu satu tetes tiap 10 menit selama 20 menit menjelang operasi dimulai. b. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis. c. Insisi pada konjungitva inferior nasal sekitar 3 mm dari limbus, menggunakan gunting konjungtiva (wescott scissors) sampai kelihatan bagian sklera. Jika terjadi perdarahan diatasi dengan kauterisasi, bisa dengan kauter panas (Optem) ataupun kauter basah (bipolar). d. Melalui luka insisi tersebut dimasukkan kanula sub tenon menyusuri dinding bola mata sampaimencapai daerah ekuator. e. Disuntikkan sebanyak 1 cc larutan anestesi campuran lidokain 2% dan bupivacaine hydrochloride 0,75.% f. Tunggu beberapa saat (3-5 menit) agar larutan anestesi ini mengalami difusi ke seluruh lingkaran ekuator (360 derajat) untuk memberikan efek anestesi dan akinesia yang baik. g. Jika tidak memiliki jarum atau kanula untuk suntikan sub-tenon, dapat dicoba dengan menggunakan simcoe canula yang biasanya kita gunakan untuk irigasiaspirasi sisa korteks, yang berukuran kecil, yaitu ujungnya (tip) berukuran 23-G. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 39 IV.3.4. Kebersihan baju operasi dan sarung tangan Hal – hal yang harus dipatuhi dan diperhatikan : 1. Di dalam kamar bedah seluruh tim / petugas harus menggunakan masker dan penutup kepala sepanjang persiapan dan prosedur pembedahan. 2. Mencuci tangan dengan povidone iodine atau cairan chlorhexidine menggunakan sikat steril terutama untuk daerah kuku selama 3 menit, dibawah air mengalir 3. Dokter ahli bedah, perawat asisten dan perawat sirkulator diwajibkan mengenakan baju khusus kamar bedah yang bersih. 4. Dokter ahli bedah dan perawat asisten harus memakai jas operasi steril 5. Menggunakan sarung tangan steril IV.3.5. Pelengkap kegiatan operasi Persiapan pasien: • Lembar instruksi prabedah • Lembar instruksi pasca bedah • Lembar informed consent (surat persetujuan tindakan) • Sabun untuk mencuci • Mangkuk tempat mencuci • Handuk tangan • Toilet • Pakaian bersih untuk ahli bedah, asisten / pasien • Tutup rambut /kepala 40 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI • Masker • Sandal untuk kamar bedah Perlengkapan pakaian/linen: • Balutan kepala pasien • Duk lubang • Duk berlubang dibuat dari kain berukuran 120 x 220 cm. Dibagian sepertiga dari panjang kain dibuat kain yang berwarna berbeda berukuran 30 x 30 cm. Kemudian di tengahnya dibuat lubang berukuran 5x 5 cm (contoh gambar di lampiran 3) • Kain penutup meja operasi • Kain penutup meja instrument • Pakaian operasi / bedah • Baju operasi • Duk lapangan operasi Perlengkapan anestesi: • Larutan pembersih : Povidone-iodine 10% • Pantocain 0.5% tetes mata • Lidocain 2% vial • Bupivacain 0.5% vial • Kain kasa • Suntikan 5 ml • Jarum 19 G dan 23 G • Kapas alcohol PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 41 • Balon penurun tekanan / pressure reducing device dengan pengikatnya Instrumen Operasi Mikro Instrumen operasi dipergunakan dengan teknik aseptic non touch, instrumen diberikan dari perawat asisten kepada operator dengan cara tertentu sehingga operator dapat memegang bagian badan instrument, bagian ujung instrument yang akan bersentuhan dengan mata pasien tidak boleh disentuh oleh tangan operator maupun perawat asisten. 42 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI IV.4. SOP Follow-Up dan Komplikasi IV.4.1. Perawatan pascaoperasi katarak 1) Frekuensi pemeriksaan pasca bedah ditentukan berdasarkan tingkat pencapaian visus optimal yang diharapkan. 2) Pada pasien dengan risiko tinggi, seperti pada pasien dengan satu mata, mengalami komplikasi intraoperasi atau ada riwayat penyakit mata lain sebelumnya seperti uveitis, glaukoma dan lain-lain, maka pemeriksaan harus dilakukan satu hari setelah operasi. 3) Pada pasien yang dianggap tidak bermasalah, baik pada keadaan preoperasi maupun intraoperasi, serta diduga tidak akan mengalami komplikasi lainnya, dapat mengikuti petunjuk pemeriksaan lanjutan (follow-up) sebagai berikut: PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 43 a. Kunjungan pertama: dijadwalkan dalam kurun 48 jam setelah operasi (untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti kebocoran luka yang menyebabkan bilik mata depan dangkal, hipotonus, peningkatan tekanan intaraokular, edema kornea ataupun tanda-tanda peradangan.) b. Kunjungan kedua: dijadwalkan pada hari ke 4-7 setelah operasi jika tidak dijumpai masalah pada kunjungan pertama, yaitu untuk mendeteksi dan mengatasi kemungkinan endoftalmitis yang paling sering terjadi pada minggu pertama pascaoperasi c. Kunjungan ketiga: dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan pasien di mana bertujuan untuk memberikan kacamata sesuai dengan refraksi terbaik yang diharapakan. 4) Obat-obatan yang digunakan pasien pascaoperasi bergantung dari keadaan mata serta disesuaikan dengan kebutuhan, akan tetapi penggunaan tetes mata kombinasi antibiotika dan steroid harus diberikan kepada pasien untuk digunakan setiap hari selama minimal dua minggu pascaoperasi. IV.4.2. Penatalaksanaan pasien dengan komplikasi pascaoperasi Pasien yang ditemukan mengalami komplikasi pascaoperasi katarak ditangani sesuai dengan keadaan komplikasi oleh Dokter Mata setempat atau Tim Operasi, dan atau dirujuk ke RS rujukan untuk diberikan tatalaksana yang sesuai. 44 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI Beberapa komplikasi pasca operasi yang sering dialami adalah sebagai berikut: • Luka yang tidak sempurna menutup • Edema kornea • Inflamasi/ uveitis • Atonic pupil • Pupillary capture • Masalah yang berkaitan dengan IOL • Kekeruhan kapsul posterior • Toxic anterior segment syndrome (TASS) • Capsular bag distention syndrome (CBDS) • Sisa massa lensa/ korteks • Cystoid macular edema (CME) • Choroidal detachment • Ablasio retina pasca operasi katarak • Endoftalmitis PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 45 46 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI BAB V PEDOMAN/TATA TERTIB PELAPORAN BAKTI SOSIAL KATARAK V.1. Tata tertib organisasi Dengan memperhatikan kedudukan SPBK secara hirarki di dalam organisasi Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), SPBK adalah seksie yang bernaung di bawah Departemen Peningkatan Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat (DP3M), salah satu struktur di dalam organisasi Perdami. Dengan demikian rekapitulasi kegiatan SPBK akan dilaporkan secara berkala kepada DP3M. V.2. Koordinasi SPBK Cabang – SPBK Pusat: 1. SPBK Cabang berada di bawah pimpinan Ketua Perdami Cabang. 2. SPBK Cabang memiliki kewajiban berkoordinasi dan melaporkan setiap penyelenggaraan kegiatan Bakti Sosial operasi katarak di wilayah kerjanya ke SPBK Pusat. 3. Alur pelaporan untuk Baksos lintas wilayah: a. Pelaporan ke SPBK Pusat dilakukan oleh SPBK Cabang tempat penyelenggaraan. b. Komponen biaya administrasi (Rp 25,000) dikelola bersama antara SPBK Cabang tempat PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 47 penyelenggaraan dan SPBK Cabang pelaksana untuk menjaga kontinuitas pelaporan. 4. Laporan penyelenggaraan kegiatan Baksos dilaporkan secara lengkap sesuai format yang sudah ditentukan (Formulir Pelaporan A dan B). 5. Setiap penyelenggaraan kegiatan Baksos disertai dengan dokumentasi kegiatan (foto), dan bukti dokumentasi ini disertakan bersama Formulir Pelaporan B. 6. Formulir B yang sudah terisi minimal sampai dengan follow-up H+7 dan sudah diterima SPBK Pusat paling lambat 2 minggu setelah tanggal penyelenggaraan kegiatan. 7. Bentuk pelaporan kegiatan akan lebih baik dalam bentuk softcopy dan dikirimkan melalui e-mail atau CD, sehingga mempercepat pengiriman dan mempermudah perekapan data. 8. Untuk kegiatan Baksos dengan sponsorship atau kegiatan Baksos yang berkaitan dengan penagihan dana (reimbursement), bukti pendukung asli seperti tiket pesawat, boarding pass, dll harus diikutsertakan secara lengkap bersama Formulir Pelaporan. Jenis-jenis item yang harus dilengkapi bersama bukti bayarnya bergantung pada permintaan sponsor. Tanpa kelengkapan tersebut, SPBK Pusat tidak bisa mengolah lebih lanjut. 9. Waktu pembayaran reimbursement bergantung pada sponsor dan kelengkapan bukti bayar, dan diusahakan selambatlambatnya 1 bulan dari tanggal penyelenggaran kegiatan. 48 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI V.3. Koordinasi SPBK – Donatur: Untuk Donatur dengan jumlah operasi satu tahun melebihi 500 orang, kerjasama dibuat melalui SPBK Pusat dengan membuat MOU. PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 49 50 PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI PEDOMAN BAKSOS OPERASI KATARAK – SPBK PERDAMI 51