operasi katarak - meethapoenya

advertisement
1
Laporan Kasus
ENDOFTALMITIS OCCULUS DEXTRA
oleh:
JANE FRAMITA
Pembimbing :
Dr. Harry. G.J. Sumual, SpM
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
BLU RSU PROF. R.D. KANDOU
MANADO
2011
2
PENDAHULUAN
ENDOFTALMITIS
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya
akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk
radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan
supuratif di dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca.
Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama
trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi
sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis
endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit dari fokus
infeksi di dalam tubuh. Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah
stafilokok, streptokok, pneumokok, pseudomonas, dan basil sublitis. Jamur yang
sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah aktinomises, aspergilus,
fitomikosis sportrikum, dan kokidiodes.
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gambaran klinik
rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka,
konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh yang
kadang-kadang disertai hipopion. Kekeruhan atau abses dalam badan kaca,
keadaan ini akan memberikan refleks pupil berwarna putih sehingga gambaran
seperti retinoblastoma atau pseudoretinoblastoma. Bila sudah terlihat hipopion
keadaan sudah lanjut sehingga prognosis lebih buruk. Karena itu diagnosis dini
dan cepat harus dibuat untuk mencegah berakhirnya kebutaan pada mata.
Endoftalmitis akibat kuman kurang virulen tidak terlihat seminggu atau
beberapa minggu sesudah trauma atau pembedahan. Demikian pula infeksi jamur
dapat tidak terlihat sesudah beberapa hari atau minggu. Endoftalmitis yang
disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah
infeksi dengan gejala mata merah dan sakit. Di dalam badan kaca ditemukan masa
3
putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan
proyeksi sinar yang baik. Endoftalmitis diobati dengan antibiotika melalui
periokular atau subkonjungtiva. Sikloplegik diberikan 3 kali sehari tetes mata.
Kortikosteroid dapat diberikan dengan hati-hati. Apabila pengobatan gagal
dilakukan eviserasi. Penyulit endoftalmitis adalah bila proses peradangan
mengenai ketiga lapisan mata (retina koroid dan sklera) dan badan kaca maka
akan mengakibatkan panoftalmitis.
Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila
disebabkan jamur atau parasit.1 Prognosis bergantung pada durasi dari
endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri, dan
keparahan trauma.
2
Untuk pencegahan, terutama yang akan menjalani operasi
katarak, pencegahan resiko terjadinya infeksi dengan cara mengikuti instruksi
dokter tentang perawatan mata setelah operasi dan juga kontrol yang teratur ke
dokter mata untuk mengetahui perkembangan perbaikan mata setelah operasi. 3
OPERASI KATARAK
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang
katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa bersama
dengan kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan
nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek (kapsulotomi anterior) dengan
meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah ini pada saat ini dianggap lebih
baik karena mengurangi beberapa penyulit. Berikut akan dilaporkan sebuah kasus
endoftalmitis pasca operasi katarak yang berobat di poliklinik mata Rumah Sakit
Prof.Dr.R.D Kandou Manado.
4
LAPORAN KASUS
Seorang penderita pria, usia 64 tahun, suku Minahasa, bangsa Indonesia,
agama Islam, pekerjaan Pegawai swasta, alamat Karombasan utara Manado,
datang berobat di Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R. D. Kandou pada tanggal
2 Februari 2011 dengan keluhan utama penglihatan kabur pada mata kanan.
Nyeri pada mata kanan sejak satu minggu yang lalu. Nyeri pada mata
kanan mulai dirasakan penderita pada malam hari sesudah penderita menjalani
operasi katarak. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk menjalar ke seluruh kepala.
Mata kanan penderita juga merah, bengkak dan sukar dibuka. Penglihatan
penderita kabur. Tiga hari kemudian penglihatan penderita menghilang dan
penderita semakin merasa nyeri. Gerak mata penderita masih baik. Riwayat
penyakit infeksi dan alergi disangkal. Riwayat trauma pada mata disangkal.
Dari pemeriksaan visus dengan menggunakan Snellen chart didapatkan
visus oculus dekstra (VOD): 0, light sense dan light projection OD buruk, visus
oculus sinistra (VOS): 6/9, light sense dan light projection OS baik. Dari inspeksi
umum ditemukan edema, hiperemi, lakrimasi dan blefarospasme pada oculus
dextra (OD). Pada OD, palpebra: spasme (+), edema (+) dan hiperemi (+).
Konjungtiva: kemosis (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+). Kornea:
keruh (+), edema (+). Camera oculi anterior (COA): hipopion (+), flare (+). Iris:
edema (+), Badan kaca: keruh (+), Refleks Fundus hilang.
Diagnosa kerja adalah endoftalmitis pasca operasi katarak.
PENANGANAN
Pada penderita ini diberikan infus ringer laktat (RL) 20 gtt/menit,
Ceftriaxon 2x1 gram bolus IV, Rantidin 2x1 gram bolus IV, Metil prednisolon
3x1 tab 4 mg, Levofloxasin (LFX) tiap 2 jam, Glaucon 3x1 tab, Aspar-K 3x1 tab,
dan Natrium Diklofenak (kalau perlu)
5
DISKUSI
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya
akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.1 Pada
anamnesis, didapatkan tanda dan gejala yang dialami pasien sesuai dengan tanda
dan gejala endoftalmitis yang tertulis dalam kepustakaan, yaitu palpebra bengkak
dan merah, konjungtiva kemosis, adanya mixed injeksi, kornea edema dan keruh,
adanya hipopion dan pus dalam COA, iris edema, badan kacah keruh, reflex
fundus menghilang, penglihatan menurun.2,4
Pada kasus ini, pasien didiagnosa Endoftalmitis pasca operasi katarak
karena berdasarkan anamnesis diketahui kurang dari 24 jam sebelum pasien
mengeluh nyeri pada mata, pasien telah menjalani operasi bedah katarak, selain
itu riwayat penyakit sistemik, alergi, riwayat trauma pada mata disangkal, jadi
dapat menyingkirkan kemungkinan endoftalmitis endogen ataupun endomtalmitis
trauma. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa tanda dan
gejala Endoftalmitis akut pasca bedah katarak timbul pada minggu I – minggu IV
pasca operasi.2
Penanganan
untuk
endoftalmitis
adalah
dengan
terapi
antibiotik
(intravitreal, subkonjungtiva, topikal, dan sistemik), terapi steroid (dengan hatihati), dan terapi suportif.1,2 Untuk terapi antibiotik, diberikan injeksi gentamisin
0,5 cc intravitreal dan 0,1 cc subkonjungtiva. Selain itu sebagai antibiotik topikal
diberikan Levofloksasin (LFX) dan Tobro (Tobramisin) eyedrops, gentamisin
zalf. Untuk antibiotik sistemik diberikan Seftriakson intravena dan Baquinor
(Siprofloksasin) tablet.
Gentamisin
dan
Tobramisin
merupakan
antibiotik
golongan
aminoglikosida yang mempunyai daya antibiotik yang kuat untuk basil gram
negatif.5 Siprofloksasin dan Levofloksasin adalah antibiotik golongan kuinolon
dan florokuinolon yang mempunyai daya antibiotik yang kuat untuk kuman baik
gram negatif, gram positif, dan kuman atipik.6 Tobramisina dan Siprofloksasin
diketahui mempunyai daya antibiotik yang paling kuat untuk melawan kuman
6
Pseudomonas aeruginosa.5,6 Hal ini merupakan pilihan yang tepat karena
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi diketahui pasien
terinfeksi Pseudomonas aeruginosa.
Sebagai terapi steroid, diberikan Metil prednisolon tablet 4 mg, 2 kali
sehari. Tujuan pemberian steroid adalah sebagai antiinflamasi.7 Sebasgai terapi
suportif
diberikan
Glaucon,
Cemdotropine.
dan
Aspar-K.
Glaucon
(Asetazolamid) diberikan untuk menurunkan TIO penderita.8 Cendotropine
diberikan sebagai medriatikum dan sikloplegikum untuk mengurangi nyeri karena
imbobilisasi iris, mencegah sinekia lensa dengan iris, menstabilkan blood-aqueous
barrier, dan mencegah terjadinya flare.
9
Aspar-K diberikan sebagai suplemen
Seleca Kalium pada gejala yang disertai keseimbangan abnormal dari elektrolit
jantung, hati, tetraplegi periodik hipokalemia yang disebabkan pemberian jangka
panjang obat diuretika antihipertensi, adenokortikosteroid, digitalis dan insulin.10
Prognosis penderita ini dubia karena mengingat umur penderita yang
sudah cukup tua.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Dalam: Ilmu
Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2009: Hal 175-176
2. Christiana.
Endoftalmitis. Available at: http://cpddokter.com/
home/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1661: Accesed
2011, March 3.
3. Rooseno, D. Endoftalmitis. Available at: http://www.scribd.com/
doc/44504681/endoftalmitis. Accesed 2011, March 3.
4. Ehlers, J., Shah, C,. Postoperative endophtalmitis. Dalam: The Wills Eye
Manual. Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of
Eye Disease. Fifth Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott
Williams & Wilkins; 2005.
5. Isiantoro, H., Gan, V. Amnioglikosid. Dalam: Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007: Hal. 705-717
6. Setiabudy, R. Golongan kuinolon dan florokuinolon. Dalam: Farmakologi
dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007:
Hal. 718-722
7. Suherman, S., Ascobat, P. Adrenokortikotropin, adrenokortikosteroid,
analog-sintetik dan antagonisnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi.
Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007: Hal.496-516.
8. Nafrialdi. Diuretik dan antidiuretik. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi
5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007: Hal. 389-409
9. Paramita,G.P.,Uveitis anterior. Accesed at 2011, March 5. Available at:
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Mata+%22+Uveitis
+Anterior%22
10. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Informasi spesialite obat Indonesia.
Volume 42. Jakarta: Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia;2007:
Hal.144
Download