Daftar Rujukan

advertisement
1
Profesionalisme guru dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran
TIK SMP Negeri Cilawu 1 Garut.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan jaman dewasa ini demikian pesat, terutama
perkembangan dalam bidang teknologi. Oleh karena itu, merupakan tugas berat bagi
dunia pendidikan, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat
membina dan membawa anak didik ke arah kemajuan. Pendidikan harus dapat
menghasilkan manusia yang cakap, aktif, dan kreatif.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
sebagai wahana pengembang sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat
melepaskan diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu menanamkan kapasitas
baru bagi manusia dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga
dapat diperoleh manusia yang produktif (Sutarto, 1999).
Senada dengan itu, Nurhadi (2003) menyatakan bahwa, “Kualitas kehidupan
bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan”. Berdasarkan pernyataan tersebut di
atas, tidaklah salah jika disimpulkan bahwa pendidikan mempunyai peran yang sangat
penting dalam rangka meningkatkan kualitas, kemajuan, dan perkembangan suatu
negara pada umumnya dan generasi muda pada khususnya. Oleh karena itu, pembaruan
pendidikan harus selalu dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan
nasional.
Pada dasarnya pendidikan merupakan kegiatan interaktif antara pendidik
dengan yang dididik untuk mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri. Dengan
demikian, pendidikan dapat berlangsung di mana saja dan dalam berbagai kondisi,
dalam masyarakat, keluarga, dan di sekolah.
Interaksi pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan, dalam hal ini sekolah,
tenaga pengajarnya adalah guru yang memiliki kecakapan-kecakapan, keterampilan
atau kepandaian khusus yang diperoleh dan dipelajari dalam suatu institusi, yang
menjadikannya sebagai guru. Lebih dari itu, para guru telah mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Pendidikan di sekolah mempunyai standar kompetensi jelas, materi yang
akan diberikan, dan bagaimana strategi penyampaian materi serta evaluasi untuk
mengetahui kemampuan peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar
yang semua itu terangkum dalam satu kesatuan yang disebut kurikulum.
Pendidikan merupakan salah satu upaya manusia untuk dapat meningkatkan
sumber daya manusia sehingga mampu hidup dan bersaing dalam dunia yang semakin
kompetitif terleih-lebih dengan semakin pesatnya era globalisasi dan era transpormasi
yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada
pola pikir manusia terlebih dalam dunia pendidikan khusunya sekolah. Usaha
meningkatkan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi di sekolah, sekarang ini diselenggarakan dengan
cara pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi di SMP. Tujuan dari
pembelajaran TIK adalah memberi bekal kemampuan dan ketrampilan serta
pengetahuan yang berguna bagi siswa dan masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan
1
2
hidup dalam kehidupan di masyarakat dalam bidang teknologi, informasi dan
komunikasi. Mata pelajaran Teknologi Infomasi dan Komunikasi di SMP Negeri 1
Cilawu Garut, diajarkan mulai dari kelas VII hingga kelas IX.
Di Indonesia masalah pendidikan memerlukan perhatian yang khusus.
Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam setiap usaha
pembaharuan sistem pendidikan nasional. Hal ini ditujukan agar masyarakat Indonesia
nantinya siap untuk menghadapi perkembangan dan perubahan secara terus menerus
sebagai akumulasi respon terhadap permasalahan yang terjadi selama ini serta pengaruh
perubahan global, perkembangan ilmu teknologi serta seni dan budaya.
Berkaitan dengan hal ini maka dibutuhkan adanya kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan
tujuan pendidikan.( Mulyasa, 2006 : 46 ). Berdasarkan PP nomor 19 tahun 2005 maka
saat ini berlaku kurikulum 2006 dengan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari KBK.
Pada kurikulum KTSP, meskipun pemerintah pusat sudah menetapkan standar
nasional pendidikan yang terdiri dari delapan aspek pendidikan yang harus
distandarkan yaitu terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan pembiyaan dan penilaian, pendidikan.
Namun dalam pelaksanaanya perlu diselengarakan dan diadaptasikan dengan kondisi
sekolah, masyarakat, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi , terutama
teknologi informasi yang berkembang pesat bersamaan dengan era globalisasi.
Agar sekolah dapat melaksanakan KTSP secara efektif dan efisien, maka perlu
dipahami prinsip-prinsip yang ada dalam KTSP diantaranya :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik
dan lingkunganya.
2. Keragaman dan Keterpaduan.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. (BNSP, 2006 : 5-7)
Salah satu cara yang digunakan oleh sekolah untuk mencapai harapan di atas
adalah dengan memberlakukan PelajaranTeknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk
mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan
tersebut. Mata pelajaran ini perlu diperkenalkan, dipraktekan dan dikuasai oleh peserta
didik sedini mungkin. Peserta didik juga diharapkan mampu dan memiliki bekal untuk
menyesuaikan diri dalam kehidupan global yang ditandai dengan perubahan yang
sangat cepat. Untuk menghadapi perubahan tersebut diperlukan kemampuan dan
kemauan belajar sepanjang hayat dengan cepat dan cerdas. Hasil dari teknologi
komunikasi adalah peserta didik dapat belajar secara cepat. serta dapat
memanfaatkannya untuk proses belajar yang pada akhirnya dapat mengadaptasikan
peserta didik dengan lingkungan dan dunia kerja.
2
3
Pelajaran TIK mulai diberlakukan pada SMP mulai tahun 2004. Alasan
pemerintah mengadakan pelajaran TIK yaitu memasuki abad ke-21, bidang teknologi
informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat yang dipicu oleh temuan dalam
bidang rekayasa material mikro elektronika.
Perkembangan ini berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan,
bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak tergantung pada teknologi dan
informasi dan komunikasi.
Berdasarkan pengalaman selama ini, berhasil tidaknya mata pelajaran TIK pada
tingkat SMP biasanya guru merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap
proses hasil belajar, sedangkan pada kenyataanya saat ini belum ada lembaga
pendidikan atau Perguruan Tinggi (Kependidikan) yang mencetak atau menghasilkan
tenaga pendidik TIK, padahal pemberlakuan mata pelajaran TIK sudah dimulai sejak
tahun 2004 yang seharusnya guru tersebut berasal dari lulusan jurusan kependidikan.
Hal demikian dikarenakan guru tersebut harus benar- benar menguasai segala sesuatu
yang ada didalam proses pembelajaran. Namun fakta yang terjadi dilapangan
menunjukan hal sebalikanya, guru-guru yang bertugas disekolah sekolah kebanyakan
bukan berasal dari jurusan kependidikan yang semestinya. Saat ini, mata pelajaran TIK
diajarkan oleh guru yang dianggap mempunyai kompetensi untuk mengajarkannya dan
sebagian yang lain diajarkan oleh guru-guru yang terlikuidasi seperti tata boga, tata
busana, elektronika, ketrampilan jasa, ketrampilan mengetik. Akibat dari hal ini maka
kemampuan setiap guru relatif tidak sama dan pada akhirnya berdampak pada mutu
pendidikan TIK kurang merata dan hasilya tidak bisa semakasimal mungking.
Sehingga hal demikian menimbulkan tanda tanya besar apakah guru-guru TIK tersebut
benar-benar berkompeten dibidangnya.
Oleh karena itu agar segala kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran
TIK dapat diatasi, dan sesuai dengan Kurikulum 2006. Maka salah satunya guru
dituntut untuk menguasai sarana dan prasara pembelajaran yang sesuai dengan
Kurikulum 2006. Selain itu agar pembelajaran dapat berhasil, guru hendaknya memiliki
beberapa kesiapan diantaranya menyiapkan proses pembelajaran, memahami dan
menguasai standar kompetensi, memahami peserta didik, mengunakan metode yang
bervareasi, mampu mengeliminasi bahan-bahan yang kurang penting, mengikuti
perkembangan pengetahuanya mutahir, dapat memotifasi peserta didik,
menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan. (
Mulyasa: 2006 : 164 ).
Meskipun demikian guru hendaknya harus mampu mengkondisikan pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tetap harus dilaksanakan sebaik mungkin
agar mampu memenuhi kebutuhan nasional dan daerah. sehingga dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
Sebagai tindakan nyata dari program Kurikulum 2006, guru dituntut untuk
dapat merealisasikan program tersebut kepada peserta didik sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Namun, persoalanya adalah sampai manakah kesiapan guru dalam
pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh dalam pelaksanaan kurikulum
2006.
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di indikasikan belum
tersampaikan dan terserap dengan baik oleh siswa, walaupun komputer bukan hal yang
3
4
baru dan asing bagi sebagian besar siswa. Kenyataannya masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan untuk menyerap materi pelajaran yang diberikan. Kesulitan untuk
menyerap materi ini banyak dialami siswa kelas VII, ditunjukkan dengan hasil belajar
siswa kelas VII semester I tahun pelajaran 2009/2010 hanya mencapai nilai rata-rata
60, padahal ketentuan nilai batas tuntas yang disyaratkan adalah 70. Hal ini
mencerminkan adanya kendala atau kesulitan siswa dalam menyerap pelajaran
Teknologi Infomasi dan Komunikasi.
Kesulitan belajar ditandai dengan adanya kesenjangan antara hasil belajar yang
diperoleh atau dicapai dengan potensi yang diasumsikan ada pada siswa. Kesulitan
belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatanhambatan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Darsono, 2000:24). Sesuai pendapat
Suhito (1991:24), bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu dalam pencapaian hasil belajar atau suatu kondisi
seorang siswa tidak dapat memenuhi ukuran yang telah ditentukan.
Salah satu faktor penyebab antara lain masih banyak guru yang mengajar mata
pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berkaitan erat dengan penggunaan
komputer dalam pelaksanaannya bukan berasal dari disiplin ilmu komputer, tetapi di
ajarkan oleh guru-guru mata pelajaran lain yang karena alasan tertentu harus mengajar
TIK. Kondisi ini tentu sedikit banyak akan memberi pengaruh pada prestasi belajar
siswa. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh pada profesionalisme guru dalam
bidang pengajaran TIK.
Guru saat ini dituntut untuk lebih profesional terebih-lebih bagi para guru yang
sudah memperoleh sertifikasi profesional guru.
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru
harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru
cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior
untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain
dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan
keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.
”Secara umum, baik sebagai pekerjaan ataupun sebagai profesi, guru selalu
disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang amat penting” (Suparlan,
2006). Guru, siswa, dan kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam sistem
pendidikan nasional. Ketiga komponen pendidikan itu merupakan condition sine
quanon´ atau syarat mutlak dalam proses pendidikan di sekolah.
Melalui mediator guru atau pendidik, siswa dapat memperoleh menu sajian
bahan ajar yang diolah dalam kurikulum nasional ataupun dalam kurikulum muatan
lokal. Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat
belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya
secara optimal, melalui lembaga pendidikan di sekolah, baik yang didirikan oleh
pemerintah maupun masyarakat atau swasta sehingga dapat meraih prestasi dalam
belajarnya.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses
kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang
4
5
diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta
didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan mengahasilkan
pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh
dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru
dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya
kualitas guru harus diperhatikan.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk itu, upaya
awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah kualitas guru.
Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh
syarat-syarat seorang guru yang profesional. Guru profesional yang dimaksud adalah
guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan
prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang
nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik.
Kamal Muhammad Isa mengemukakan: .bahwa guru atau pendidik adalah
pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan
pemimpin ummat..1 Adapun pengertian guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan
Umum pasal 1 ayat (1) sebagaiDengan demikian, dalam pandangan umum pendidik
tidak hanya dikenal sebagai guru, pengajar, pelatih, dan pembimbing tetapi juga
sebagai “social agent hired by society to help facilitate member of society who attend
schools” (Cooper,1986).
Kedepan tuntutan meningkatkan kualitas guru yang profesional sedang hangat
dibicarakan dan diupayakan oleh pemerintah sekarang. Guru profesional bukan lagi
merupakan sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan dinamisator yang
mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kerativitas. ”Tugas seorang guru
profesional meliputi tiga bidang utama
(1) dalam bidang profesi,
(2) dalam bidang kemanusiaan, dan
(3) dalam bidang kemasyarakatan” (Isjoni, 2006).
Dengan tersedianya guru-guru yang profesional, sekolah akan mampu
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat dalam penyelenggaraan
system pelayanan pendidikan.
Saat ini, sekolah negeri maupun swasta mulai berusaha keras untuk mengatur
kembali sistem pendidikan mereka. Banyak program yang ditawarkan pada
masyarakat, baik itu jurusan maupun status sekolah yaitu SSN, unggul, model,
internasional, akselerasi dan sarana prasarananya.
Yang jelas, perubahan sekolah untuk menghadapi dunia global harus disiapkan
dari unsur SDM yang berkualitas sehingga mampu berfikir membuat desain pendidikan
yang bermutu, mempunyai kiat manajemen yang baik dan tidak gagap terhadap
pendidikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa antara inovasi pendidikan dengan teknologi
pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Agar mutu pendidikan yang dikembangkan tetap baik, maka perlu diadakan dan
diciptakan suatu fasilitas yang dapat membantu dan mendorong hasil belajar siswa.
5
6
Sebagai realisasinya Pemerintah membuat beberapaperaturan dan perundangundangan, diantaranya UUSPN No.20 Tahun 2003, yang mengatur tentang Sistem
Pendidikan Nasional. “Yang dimaksud Sistem Pendidikan Nasional adalah :
Keseluruhan pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional”. (UUSPN No.20 Tahun 2003: 9).
Dalam Undang-undang tersebut juga disebutkan fasilitas pendidikan diatur
dalam pasal 45 ayat 1 yang berbunyi: Setiap satuan pendidikan formal dan non formal
menyediakan fasilitas yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan
potensi fisik, kecerdasan intelektual,sosial,
emosional, dan kewajiban peserta didik.
Pembelajaran TIK sangat erat kaitannya dengan pengatahuan dan aplikasi
komputer bahkan lebih jauh lagi dalam kaitannya dengan teknologi informasi dan
komunikasi melalui internet, sehingga pengetahuan mengenai internet merupakan suatu
kebutuhan bagi siswa, hal ini dikarenakan internet sudah menjadi kebutuhan bagi
masyarakat bukan hanya di perkotaan tapi sudah merambah sampai ke desa-desa. Jika
dahulu internet hanya monopoli orang kota, maka sekarang jaringan internet sudah bisa
kita akses sampai di desa-desa, bahkan saat ini tidak sedikit sekolah yang
menggunakan jasa internet sebgaai sarana pembelajaran. Oleh karena itu sistem
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang yang
memerlukan berbagai jenis keahlian dan ketrampilan serta dapat sekaligus
meningkatkan produktivitas, mentalitas, mutu dan efisiensi kerja. Dalam hal ini
beberapa jenis dan tingkat pendidikan serta latihan kejuruan perlu lebih diperluas dan
ditingkatkan mutunya dalam rangka mempercepat dipenuhinya kebutuhan tenagatenaga yang cakap dan terampil untuk pembangunan di segala bidang.
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan mampu menjawab
tantangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan penyedaiaan fasilitas
berbasis teknologi terlebih-lebih untuk pengajatan TIK, fasilitas komputer, internet
bahkan Labolatorium khusus untuk pembelajaran TIK merupakan suatu tuntutan yang
sangat uegen agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai dengan baik.
Salah satu tujuan Pendidikan Nasional adalah meningkatkan ketrampilan dan
mempertinggi budi pekerti, titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dalam rangka mewujudkan dan
menetapkan pelaksanaan wajib belajar serta meningkatkan mutu pendidikan sehingga
perlu dilakukan usaha penyediaan fasilitas pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.
Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar siswa mengalami
perkembangan dan peningkatan. Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar adalah
hasil dari usaha belajar yang dilaksanakan siswa. Dalam pendidikan formal selalu
diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar
mengajar, dengan mengetahui hasil belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang
pandai, sedang atau lambat. Laporan hasil belajar yang diperoleh siswa diserahkan
dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk Buku Raport.
Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar
seseorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor internal
Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri.
6
7
Digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Misalnya: faktor fisiologis diantaranya: keadaan fisik, sedangkan faktor psikologis,
diantaranya: intellegensi, bakat khusus, minat dan perhatian, keadaan emosi serta
disiplin.
2. Faktor eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri.
Digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor sosial dan faktor non sosial.
Misalnya: faktor sosial, diantaranya: manusia (sesama manusia) baik manusia
itu ada (hadir) maupun kehadiranya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir,
sedangkan faktor non sosial, diantaranya: keadaan udara, suhu, cuaca, waktu, tempat,
alat-alat yang dipakai untuk belajar, alat alat pelajaran, dan lain-lain (Suryabrata, 1993:
249).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk terselenggaranya pendidikan
yang optimal khususnya di bidang pengajaran TIK diperlukan beberapa syarat penting
antara lain ; 1) Profesionalisme guru sesuai dengan tugasnya dan 2) Fasilitas belajar
yang memadai sesuai lebutuhannya.
Dengan dasar pemikiran diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh profesionalisme guru dan fasilitas belajar terhadap hasil
belajar pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Garut”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk tesis yang berjudul pengaruh
Profesionalisme guru dan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran
TIK SMP Negeri Cilawu 1 Garut.
Alasan penulis mengambil judul tesis ini adalah: Pertama, penulis sangat
tertarik dengan pembahasan yang berkaitan dengan masalah profesionalisme guru.
Karena penulis berpendapat bahwa profesionalisme guru dalam pendidikan sangat
berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Kedua, penulis berpendapat
bahwa kegagalan pendidikan di Indonesia salah satu penyebabnya adalah fasilitas
belajar yang kurang baik. Untuk itu, penulis ingin mengetahui pembenaran asumsi
tersebut melalui penelitian. Ketiga, mata pelajaram TIK masih belum mendapatkan
perhatian yang lebih baik di banding mata pelajaran lain terutama mata pelajaran yang
di ujian nasionalkan baik di mata siswa itu sendiri maupun di mata sekolah sebagai
suatu lembaga Keempat, adanya tenaga pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya akan berdampak terhadap kualitas pendidikan. Penulis
ingin mengetahui apakah tenaga pengajar TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut
mengalami masalah yang sama ataukah tidak. Untuk itu penulis memilih SMP Negeri
1 Cilawu Garut sebagai tempat untuk menguji apakah ada hubungan yang signifikan
antara profesionalisme guru dan fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut.
C. Pembatasan Masalah
Berangkat dari pembahasan yang telah dikemukakan pada latar belakang dan
7
8
identifikasi masalah seperti yang telah dibahas di atas, maka ruang lingkup penelitian
ini dibatasi pada ada tidaknya hubungan antara profesionalisme guru (X1) dan fasilitas
belajar (X2) terhadap prestasi belajar siswa (Y), pada mata pelajaran TIK di SMP
Negeri 1 Cilawu Garut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka secara operasional
permasalahan yang akan dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut ?
2. Apakah ada pengaruh fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut?
3. Apakah ada pengaruh profesionalisme guru dan fasilitas belajar secara bersamasama dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1
Cilawu Garut?
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini secara umum berguna untuk menentukan ada tidaknya hubungan
antara profesionalisme guru dan fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji :
1. Pengaruh profesionalisme guru dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut.
2. Pengaruh fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran TIK di
SMP Negeri 1 Cilawu Garut.
3. Pengaruh profesionalisme guru, fasilitas belajar dan iklim sekolah secara bersamasama dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1
Cilawu Garut.
F. Sistematika
Agar lebih mudah dipahami, maka penulis kemukakan sistematika penulisan
sebagai berikut :
1. Bagian Awal berisi :
Bagian Awal berisi: sampul, lembar berlogo, halaman judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, sari,
daftar isi, daftar singkatan dan tanda teknis, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi:
BAB I : Pendahuluan berisi: latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan
masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, sistematika skripsi.
BAB II : Landasan Teori dan Hipotesis berisi: landasan teori dan hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian berisi: populasi penelitian, sampel penelitian,
variable penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
8
9
BAB IV Gambatran umum terdiri dari terdiri dari kondisi sekolah serta
gambaran umum kondisi guru TIK dengan membahas jumlah guru, latar belakang
pendidikan, dan tugas-tugasnya.
BAB V Hasil penelitian atau deskripsi data meliputi profesionalisme guru TIK,
minat siswa serta prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran TIK, dan hubungan
antara profesionalisme guru TIK dan fasilitas belajar dengan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran TIK di SMP Negeri Cilawu 1 Garut, dan yang terakhir adalah analisis
interpretasi data.
BAB VI Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
9
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. LANDASAN TEORI
1. Profesionalisme Guru
Hal penting yang harus diperhatikan dalam profesionalisme staf pengajar (guru)
adalah diusahakan agar guru bangga akan profesinya sebagai pengajar.
Walaupun kadang-kadang pekerjaan ini tidak mendapat penghargaan
sebagaimana mestinya. Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mengajar
itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Anggapan ini bisa saja benar, akan tetapi mengajar
yang bagaimana yang guru lakukan, sejauh mana guru mengindahkan kompetensi yang
ingin dicapai, bagaimana guru mendorong siswanya untuk belajar atau sekadar berdiri
di depan kelas dan membicarakan sesuatu. Berbagai hal seperti tersebut yang sebaiknya
dipahami oleh pengajar, sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang sesuai
dengan tujuan institusi.
Secara umum, mengajar yang baik itu memerlukan keterampilan dasar untuk
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Menurut
Office of Educational Research and Improvement (1991), untuk mendapatkan status
profesional memerlukan ilmu sebagai ukuran atau standar. Pelaksanaan kegiatan itulah
yang akan dipakai sebagai ukuran untuk menilai cara mengajar seseorang yang
selanjutnya akan diukur dan dijadikan tolok ukur atau standar dalam penilaian profesi
mengajar. Rumusan dari tolok ukur ini akan diperlukan untuk menilai bagaimana
pengajar itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk menilai bagaimana pengajar
itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk pemberian sertifikat kepada guru yang
telah memenuhi standar tersebut.
The National Board for professional Teaching Standards (1998)
mengidentifikasi dan menemukan bahwa pengajar yang efektif akan mendorong
siswanya untuk belajar dan memperlihatkan sebagai seorang individu yang memahami
ilmu pengetahuan tentang mengajar yang mendalam, terampil, berkemampuan, dan
menjalankan semua tugasnya sebagai pengajar dengan baik diperlihatkan dalam lima
usulan, sebagai berikut:
1). Guru yang berhasil adalah guru yang dapat menyampaikan keahliannya untuk
semua siswanya.. Guru akan memperlakukan siswanya sama, namun mengetahui
perbedaan siswanya satu dengan yang lain, sehingga dapat memperlakukan
siswanya sama berdasarkan perbedaan yang telah diketahuinya. Guru akan
menyesuaikan kegiatannya berdasarkan observasi serta tentang pengetahuannya
akan minat, kecakapan, kemampuan, keterampilan, ilmu pengetahuan, lingkungan
keluarga serta hubungan satu sama lainnya di antara sesama siswa. Guru yang
berhasil akan memahami bagaimana siswanya berkembang dan belajar. Dia akan
mempergunakan teori kognisi dan intelegensi dalam kegiatan pembelajarannya.
Guru sadar bahwa siswanya akan berperilaku sesuai dengan konteks yang
dipengaruhi budaya. Guru akan mengembangkan kemampuan kognitif dan
menghormati cara siswanya belajar. Salah satu hal yang sangat penting adalah
mendorong self-esteem, motivasi, karakteristik, bertanggung jawab terhadap
10
11
masyarakat, respek terhadap perbedaan individu, budaya, kepercayaan, dan ras dari
siswanya.
2). Guru yang berhasil sangat memahami bidang ilmu keahlian yang akan diajarkannya
dan menghargai bagaimana pengetahuan tersebut diciptakan, diorganisasikan,
dihubungkan dengan ilmu pengetahuan lainnya serta diterapkan dalam dunia nyata.
Dengan tidak melupakan kebijaksanaan dari budaya dan disiplin ilmu, serta
mengembangkan kemampuan dari siswanya. Guru yang berhasil akan mengetahui
bagaimana cara menyampaikan ilmu keahliannya kepada siswa, guru akan tahu
mana yang sulit diterima oleh siswa sehingga akan menyampaikannya dengan cara
yang dapat diterima. cara guru mengajar akan memungkinkan bahan ajar diterima
siswa dengan baik karena mempunyai strategi mengajar yang telah
dikembangkannya sesuai kebutuhan siswa yang bervariasi untuk memecahkan
masalah yang sesuai dengan kemampuan siswa.
3). Guru yang berhasil akan menciptakan, memperkaya, memelihara, dan
menyesuaikan cara mengajarnya untuk menarik dan memelihara minat siswa
dalam mempergunakan waktu mengajar, sehingga mengajarnya efektif. Guru juga
memberikan pertolongan dalam proses belajar dan mengajar kepada siswa dan
teman sejawatnya. Guru yang profesioanal akan tahu cara mana yang tepat yang
dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Guru juga akan tahu bagaimana
mengatur siswa agar dapat mencapai kompetensi yang diinginkan serta mampu
mengarahkan siswa untuk sampai pada lingkungan belajar yang menyenangkan.
Guru yang profesional harus memahami bagaimana memotivasi siswa termasuk
tahu bagaimana cara mengatasi apabila siswa mengalami kegagalan. Guru juga
harus mampu memahami kemajuan siswa dalam belajar baik perorangan ataupun
kelompok dalam kelasnya, memahami berbagai cara evaluasi untuk mengetahui
perkembangan siswa serta bagaimana mengkomunikasikan keberhasilan atau
kegagalan siswa.
4). Guru adalah model dari hasil pendidikan yang akan dijadikan contoh oleh siswanya,
baik keberhasilan dari ilmu pengetahuannya ataupun cara mengajarnya. Seperti,
keingintahuannya, kejujurannya, keramahannya, keterbukaannya, mau berkorban
dalam mengembangkan siswa. Guru juga harus mampu memanfaatkan ilmu
tentang perkembangan individu, keahlian dalam bidang ilmu dan mengajarnya..
Untuk keberhasilan proses mengajar, guru yang profesional akan selalu
memikirkan dan mengembangkan keberhasilan cara mengajarnya serta selalu
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan teori, ide, atau pun
realita.
5). Guru yang profesioanal akan mengkontribusikan serta bekerja sama dengan teman
sejawatnya tentang seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar, seperti: pengembangan kurikulum, pengembangan staf lainnya selain
pengajar ataupun kebijakan lainya dari seluruh institusi pendidikan. Guru yang
baik selalu mendapatkan cara yang terbaik dalam berhubungan dengan teman
sejawatnya untuk meningkatkan produktivitas hasil pendidikan secara menyeluruh.
Dari kelima aspek tersebut kemudian dikembangkan untuk dirumuskan tentang
sesuatu yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru yang dapat dikategorikan profesional
untuk kemudian disusun sebuah tolok ukur (standar), yakni kemampuan intelektual
11
12
yang diperoleh melalui pendidikan, memiliki pengetahuan spesialisasi, memiliki
pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien,
memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable, memiliki
kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization,
mementingkan kepentingan orang lain (altruism), memiliki kode etik, memiliki sanksi
dan tanggung jawab komunita, mempunyai sistem upah, dan budaya profesional
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1980 (Sukmadinata, 1996)
telah merumuskan kemampuan–kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dan
mengelompokkannya atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu:
1). Kemampuan profesional, yang mencakup:
a. Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang diajarkan dan dasar keilmuan
dari bahan pelajaran tersebut.
b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
c. Penguasaan proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran.
2). Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar.
3). Kemampuan personal, yang mencakup:
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan.
b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seharusnya dimiliki
guru.
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi
siswanya.
Selanjutnya Depdikbud(1998) merinci kemampuan profesional tersebut menjadi
sepuluh kemampuan dasar, yaitu; (1) penguasaan bahan pelajaran beserta konsepkonsep dasar keilmuannya, (2) pengelolaan program belajar mengajar, (3) pengelolaan
kelas, (4) penggunaan media dan sumber pembelajaran, (5) penguasaan landasanlandasan kependidikan, (6) pengelolaan interaksi belajar mengajar, (7) penilaian
prestasi siswa, (8) pengenalan fungsi dan program bimbingan penyuluhan, (9)
pengenalan dan penyelenggaran administrasi sekolah, (10) pemahaman prinsipprinsip
dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu
pengajaran.
Profesi guru menurut Undang-Undang tentang Guru dan Dosen harus memiliki
prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 7 ayat 1, yaitu: ”Profesi guru
dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip
profesional sebagai berikut:
1). Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2). Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia.
3). Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas.
4). Mematuhi kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5). Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6). Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
12
13
7). Memiliki kesempatan untuk mengernbangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat.
8). Memiliki jaminan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
9). Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pada prinsipnya profesionalisme guru adalah guru yang dapat menjalankan
tugasnya secara profesional, yang memiliki ciri-ciri antara lain: Ahli di Bidang teori
dan Praktek Keguruan. Guru profesional adalah guru yang menguasai ilmu
pengetahuan yang diajarkan dan ahli mengajarnya (menyampaikannya). Dengan kata
lain guru profesional adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang
pengetahuan yang dikuasainya dengan baik.
Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru
dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh
pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh warga
masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada
beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: (a)
sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih (b)
pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas kemaslahakatan dengan fungsi
mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik. Peran guru
ini seperti ini menuntut pribadi harus memiliki kemampuan managerial dan teknis serta
prosedur kerja sebagai ahli serta keiklasan bekerja yang dilandaskan pada panggilan
hati untuk melayani orang lain.
Melaksanakan Kode Etik Guru, sebagai jabatan profesional guru dituntut untuk
memiliki kode etik, seperti yang dinyatakan dalam Konvensi Nasional Pendidikan I
tahun 1988, bahwa profesi adalah pekerjaan yang mempunyai kode etik yaitu normanorma tertentu sebagai pegangan atau pedoman yang diakui serta dihargai oleh
masayarakat. Kode etik bagi suatu organisasai sangat penting dan mendasar, sebab
kode etik ini merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung
tinggi oleh setiap anggotanya. Kode etik berfungsi untuk meningkatkan layanan
profesionalismenya demi kemaslahatan orang lain.
Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Otonomi dalam artian dapat
mengatur diri sendiri, berarti guru harus memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan
tugasnya. Kemandirian seorang guru dicirikan dengan dimilikinya kemampuan untuk
membuat pilihan nilai, dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri dan dapat
mempertanggung jawabkan keputusan yang dipilihnya.
Memiliki rasa pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan memiliki peran
sentral dalam membangun masyarakat untuk mencapai kemajuan. Guru sebagai tenaga
pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat
tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada
masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik.
Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada
masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani.
Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat
mencerdaskan anak didik.
13
14
Usman (2004) membedakan kompetensi guru menjadi dua, yaitu kompetensi
pribadi dan kompetensi profesional. Kemampuan pribadi meliputi; (1) kemampuan
mengembangkan kepribadian, (2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, (3)
kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. Sedangkan kompetensi
profesional meliputi: (1) penguasaan terhadap landasan kependidikan, dalam
kompetensi ini termasuk (a) memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui fungsi
sekolah di masyarakat, (c) mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2)
menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik materi
pelajaran yang ajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum
maupun bahan pengayaan; (3) kemampuan menyusun program pengajaran,
kemampuan ini mencakup kemampuan menetapkan kompetensi belajar,
mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran; dan (4)
kemampuan menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran.
Untuk mengantisipasi tantangan dunia pendidikan yang semakin berat, maka
profesionalime guru harus dikembangkan. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam
pengembangan profesionalisme guru menurut Balitbang Diknas(2004) antara lain
adalah :
1) Perlunya revitalisasi pelatihan guru yang secara khusus dititikberatkan untuk
memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dan bukan untuk
meningkatkan sertifikasi mengajar semata-mata.
2) Perlunya mekanisme kontrol penyelenggaraan pelatihan guru untuk
memaksimalkan pelaksanaannya.
3) Perlunya sistem penilaian yang sistemik dan periodik untuk mengetahui efektivitas
dan dampak pelatihan guru terhadap mutu pendidikan.
4) Perlunya desentralisasi pelatihan guru pada tingkat kabupaten/ kota sesuai dengan
perubahan mekanisme kelembagaan otonomi daerah yang dituntut dalam UU
No.22/1999.
5) Perlunya upaya-upaya alternatif yang mampu meningkatkan kesempatan dan
kemampuan para guru dalam penguasaan materi pelajaran.
6) Perlunya tolok ukur (benchmark) kemampuan profesional sebagai acuan
pelaksanaan pembinaan dan peningkatan mutu guru.
7) Perlunya peta kemampuan profesional guru secara nasional yang tersedia di
Depdiknas dan Kanwil-kanwil untuk tujuan-tujuan pembinaan dan peningkatan
mutu guru.
8) Perlunya untuk mengkaji ulang aturan/kebijakan yang ada melalui perumusan
kembali aturan/ kebijakan yang lebih fleksibel dan mampu mendorong guru untuk
mengembangkan kreativitasnya.
9) Perlunya reorganisasi dan rekonseptualisasi kegiatan Pengawasan Pengelolaan
Sekolah, sehingga kegiatan ini dapat menjadi sarana alternatif peningkatan mutu
guru.
10) Perlunya upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penelitian, agar lebih
bisa memahami dan menghayati permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam
proses pembelajaran.
11) Perlu mendorong para guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha meningkatkan
ilmu pengetahuan dan wawasan.
14
15
12) Memperketat persyaratan untuk menjadi calon guru pada Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK).
13) Menumbuhkan apresiasi karier guru dengan memberikan kesempatan yang lebih
luas untuk meningkatkan karier.
14) Perlunya ketentuan sistem credit point yang lebih fleksibel untuk mendukung
jenjang karier guru, yang lebih menekankan pada aktivitas dan kreativitas guru
dalam melaksanakan proses pengajaran.
Untuk lebih mendorong tumbuhnya profesionalisme guru selain apa yang telah
diutarakan oleh Balitbang Diknas, tentunya ”penghargaan yang profesional” terhadap
profesi guru masih sangat penting. Seperti yang diundangkan bahwa guru berhak
mendapat tunjangan profesi. Realisasi pasal ini tentunya akan sangat penting dalam
mendorong tumbuhnya semangat profesionlisme pada diri guru.
Menurut Rahardjo (dalam Kompas Oktober, 2006) profesionalisme yang penuh
adalah keahlian menguasai dan menjalankan sesuai dengan kemampuannya sekaligus
semangat kepedulian yang tinggi.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan profesionalisme guru TIKadalah
mengacu pada kemampuan profesional menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan pada tahun 1980 (Sukmadinata, 1996) kemudian Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan merinci kemampuan profesional guru dalam beberapa kemampuan
dasar meliputi penguasaan bahan ajar, penggunaan media dan sumber pembelajaran,
dan pengelolaan kelas, pengelolaan interaksi belajar mengajar, pengelolaan program
belajar mengajar, dan penilaian prestasi siswa. Dengan kemampuan dasar yang
disebutkan di atas, maka sosok profesional guru harus mampu mengaplikasikan
kemampuannya dengan berbagai ilmu yang dimiliki baik teoritik maupun empirik serta
membiarkan anak didiknya untuk mempunyai pengalaman langsung dalam proses
pembelajaran yang diarahkan oleh guru dalam metode mengajar. Metode mengajar ini
dapat dimulai dengan metode yang konvensional. Dengan menguasai kemampuan
profesional, seorang guru diharapkan mampu membawa siswa mencapai tujuan
pendidikan yang sesungguhnya.
2. Fasilitas Belajar
a. Pengertian Fasilitas
Menurut The Liang Gie, fasilitas adalah persyaratan yang meliputi keadaan
sekeliling tempat belajar dan keadaan jasmani siswa atau anak. Meliputi ruang
tempat belajar, penerangan cukup, buku-buku pegangan dan peralatan lain dalam
hal ini kelengkapan peralatan komputer. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
fasilitas adalah segala hal yang dapat memudah perkara (kelancaran tugas dan
sebagainya) atau kemudahan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 314).
Dalam pengertian fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Yang dapat
memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang.
Jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana.
Secara garis besar, fasilitas dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
(1). Fasilitas Fisik
15
16
Yakni segala sesuatu yang berupa benda atau yang dibendakan, yang
mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha. Misalnya
alat tulis menulis, alat komunikasi, alat penampil, dan sebagainya.
(2). Fasilitas Uang
Yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai
akibat bekerjanya nilai uang.
Fasilitas merupakan penunjang tercapainya tujuan pendidikan. Fasilitas yang
dimaksud adalah fasilitas sekolah yang meliputi semua peralatan serta
perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses pendidikan di Sekolah.
Peralatan belajar yang khusus berkaitan dengan proses belajar mengajar
komputer perlu diperhatikan pemeliharaan dan pengawasan terhadap:(a).Ruang
belajar;(b).Ruang perpustakaan; dan (c).Ruang ketrampilan atau praktek
Dengan tersedianya fasilitas yang memadai diharapkan siswa akan
memperoleh hasil yang baik, sehingga nantinya dapat memperoleh hasil belajar
komputer yaitu memperoleh ketrampilan komputer dengan pengoperasiannya.
Faktor yang berkaitan dengan fasilitas belajar adalah alat-alat pelajaran yang
meliputi mesin komputer (hardware dan softwarenya) termasuk juga kertas, pita,
printer, buku pegangan dan buku pelajaran lain yang berhubungan dengan
komputer.
Dari beberapa pendapat ahli, maka fasilitas dalam penelitian ini adalah
segala sesuatu yang memudahkan dan melancarkan proses belajar mengajar, yang
unsur-unsurnya terdiri dari:(a).Keadaan tempat belajar;(b).Penerangan;(c).Bukubuku pegangan; dan (d).Kelengkapan peralatan computer.
b. Pengertian Fasilitas Belajar
Menurut The Liang Gie dalam bukunya Cara Belajar yang Efisien
dikemukakan “Untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas belajar yang
memadai, antara lain ruang tempat belajar, penerangan cukup, buku-buku
pegangan, dan kelengkapan peralatan komputer”. Jadi pada prinsipnya fasilitas
belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk belajar.
c. Aspek – aspek Fasilitas Belajar
Aspek-aspek fasilitas belajar meliputi:(a).Alat belajar; (b).Uang; (c).Tempat
belajar;(d).Waktu belajar;(e).Metode belajar; dan (f).Hubungan sosial si pelajar.
Masing-masing aspek dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Alat dan benda sebagai perlengkapan:
Belajar tidak dapat dilakukan tanpa alat-alat belajar secukupnya. Semakin lengkap
alat-alat tentunya semakin dapat belajar dengan baik. Alat dapat bersifat umum dan
juga dapat bersifat khusus. Yang bersifat umum itu adalah alat-alat yang digunakan
untuk belajar pada mata diklat yang bersifat umum, misalnya : buku-buku catatan,
buku-buku pelajaran, dan alat tulis. Sedangkan yang bersifat khusus pula, misalnya
untuk pelajaran olahraga, ketrampilan, menggambar/pendidikan seni dan
sebagainya. Benda-benda seperti perlengkapan belajar adalah benda-benda
16
17
2)
3)
4)
5)
6)
membantu tercapainya suatu proses belajar, misalnya: meja kursi, almari/rak buku
dan sebagainya.
Uang
Dengan uang dapat diukur dan ditukar segala keperluan yang dibutuhkan dalam
kegiatan baik dalam bentuk material maupun jasa. Dalam mencapai tujuan belajar
yang sangat berguna yaitu untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan, misalnya:
membeli alat-alat, biaya transport, membayar uang sekolah, uang saku/jajan.
Hendaknya uang itu digunakan dengan sehemat-hematnya dan disesuaikan dengan
kebutuhan yang diperlukan.
Tempat belajar
Sebuah syarat untuk belajar dengan baik adalah tersedianya tempat belajar. Setiap
pelajar hendaknya mengusahakan agar memfungsikan suatu tempat belajar tertentu.
Apabila tidak diperoleh ruangan tempat belajar yang nyaman dan khusus untuk
belajar, maka kamar tidurpun dapat dijadikan untuk tempat belajar. Tempat belajar
baik di rumah maupun di sekolah hendaknya ada udara yang masuk dengan baik,
sehingga tidak pengap, sinar matahari dapat masuk sehingga tidak gelap, juga
perlengkapan yang memadai dan diatur sedemikian rupa agar tampak rapi, bersih
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan tercipta suasana
yang nyaman.
Waktu belajar
Belajar butuh waktu yang cukup agar dapat belajar dengan leluasa dan mudah
mengerti. Namun waktu yang cukup perlu pengaturan/perencanaan yang baik dan
dilaksanakan secara teratur dan penuh disiplin dengan kalender dan jadwal yang
telah disusun dan direncanakan.
Metode belajar
Metode sebagai suatu cara kerja sangat menentukan efektif dan efisien sistem kerja.
Oleh karena itu metode yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
kegiatan dalam mencapai tujuan sesuai dengan bahan yang sedang dipelajari.
Hubungan sosial
Hubungan sosial yang harmonis dan mendukung dan memperlancar aktivitas
belajar. Sebaliknya hubungan sosial yang kurang harmonis dan menghambat,
sehingga kurang menguntungkan. Banyak fakta menunjukkan keberhasilan anak
karena didukung hubungan sosial yang baik, namun banyak pula kegagalan anak
yang disebabkan oleh hubungan sosial maupun lingkungannya.
d. DEFINISI DAN PERALATAN TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication
Technology (ICT) bertujuan agar kita dapat mengenal, menggunakan dan merawat
peralatan TIK secara maksimal guna meningkatkan kualitas hidup dalam berbagai bidang.
TIK mencakup 2 aspek:
1) Teknologi Informasi: meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses manipulasi dan
pengelolaan informasi. Peralatan Teknologi Informasi meliputi:
a) Komputer, untuk memanipulasi dan mengelola data berdasarkan perintah yang
diberikan
b) Faksimili (fax), untuk mengirim atau menerima informasi melalui telephoto dengan
system reproduksi fotografi.
17
18
c) Radio, alat penerima informasi berupa suara atau sinyal dengan menggunakan
media gelombang elektromagnetik
d) Televisi, Alat penerima informasi berupa gambar dan suara secara langsung dari
satelit ataupun kabel.
e) LCD (Liquid Crystal Display) proyektor, alat penyampai informasi berupa gambar
atau suara yang didapat dari CPU computer.
f) Internet (interconnected Network), jaringan yang terdiri dari milyaran komputer
yang saling mentransfer data berupa gambar, suara, tulisan dan lain-lain
menggunakan Internet Protocol (IP)1 dari dan ke seluruh dunia.
2) Teknologi komunikasi meliputi segala yang berkaitan dengan proses penyampaian
informasi dari pengirim ke penerima. Peralatan Teknologi Komunikasi meliputi:
a) Satelit, untuk menerima dan memancarkan sinyal dari dan ke bumi dalam
jangkauan yang luas.
b) Modem2 (Modulasi Demodulasi), perangkat yang dipasangkan pada komputer
untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog atau sebaliknya yang
kemudian disalurkan melalui kabel telepon sehingga kita dapat mengakses data dari
internet.
c) Telepon, alat komunikasi yang digunakan untuk mengirim dan menerima suara
secara langsung dari jarak jauh. Sekarang telepon bisa menerima dan mengirim
SMS (Short Message Service)
d) Hand Phone (Telepon Genggam) Alat telekomunikasi yang untuk mengirim dan
menerima suara secara langsung. Perkembangan terbaru memungkinkan
handphone untuk mengirim teks (SMS) dan gambar (EMS/MMS) serta mengakses
saluran internet dan televisi.
3. Prestasi Belajar
Proses belajar mengajar adalah Suatu rangkaian peristiwa/kejadian di dalam
subyek (pelajar) sendiri yang berlangsung secara berurutan(Winkel, 2004: 344).
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi
kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu
telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia.
Ada banyak perbedaan dari para ahli yang mengemukakan pengertianpengertian belajar, karena disebabkan latar belakang pandangan teori yang berbeda.
Menurut Psikologi Behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku
yang dapat diamati, belajar terjadi dari adanya hubungan atau kaitan antara stimulusstimulus dengan respon menurut prinsip-prinsip yang mekanistik. Perilaku dari hasil
belajar akan melakukan trial dan error dalam rangka untuk menemukan respon yang
tepat bagi suatu stimulus yang dihadapinya (menemukan koneksi yang tepat). Stimulus
disini dapat dipandang sebagai suatu permasalahan, untuk selanjutnya individu akan
mengadakan bermacam-macam reaksi dan mencoba-coba berbagai cara atau langkah
(trial and error) dalam rangka untuk menemukan salah satu respon yang paling tepat
untuk pemecahan masalah tersebut.
18
19
Menurut Teori Gestalt (aliran kognitif) dinyatakan bahwa orang yang sedang
belajar perlu mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisasi, bukan dalam
bagian-bagian yang terpisah. Belajar merupakan suatu proses mendapatkan ‘insight’
dari suatu rangsangan (stimulus) yang akan dipelajari. Biasanya yang akan dipelajari
itu tidak sederhana dan mengandung suatu problematis. Agar dapat berhasil mengatasi
problematis itu, maka problem yang dihadapi tersebut harus dilihat secara keseluruhan
terlebih dahulu sehingga dapat menemukan insight (pemahaman).
Untuk itu orang harus mampu menghubungkan unsur yang ada dalam situasi
problematis itu menjadi suatu gestalt (kesatuan hubungan).
Belajar menurut pengertian secara popular adalah proses perubahan perilaku
relatif menetap sebagai hasil dari pengalamanpengalaman atau praktik. Belajar
merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.
Perubahan perilaku yang relatif menetap itu dalam hal pemahaman, sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan ketrampilan yang didapat dari pengalaman
tersebut. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan merupakan gejala belajar yang diperoleh
melalui proses perubahan dari belum mampu dan proses perubahan itu terjadi selama
jangka waktu tertentu.
Sedang Winkel mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. (Winkel, 2004: 58).
Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu perubahan kognitif, afektif, psikomotorik pada individu dan
perubahan itu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sehingga akan mengarah pada
perubahan tingkah laku yang diharapkan.
b. Interaksi Belajar Mengajar
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam
kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada kegiatan guru. Kegiatan belajar mengajar
sebagai suatu proses terjadi manakala terdapat interaksi antara guru sebagai pengajar
dengan siswa sebagai pelajar. Dalam interaksi tersebut terdapat empat (4) unsur utama,
yaitu adanya bahan pengajar, adanya metode dan alat pengajaran dan adanya penilaian
pengajaran untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pengajaran.
Siswa yang sedang belajar memerlukan proses berpikir. Jika mengacu pada
kurikulum sekolah yang berlaku sekarang, maka tampak bahwa proses belajar
ditekankan pada penggunaan pendekatan CBSA. CBSA merupakan suatu pendekatan
belajar dan pembelajaran yang subyek belajarnya terlibat secara intelektual dan
emosional disini adalah proses asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian
tujuan belajar, adanya perubahan serta pengalaman langsung terhadap balikannya dan
pembentukan serta interaksi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam suatu interaksi belajar mengajar seharusnya diakhiri dengan suasana
yang memberi suatu kepuasan yang tidak hanya tergantung pada latihan saja tetapi juga
19
20
pada kepuasan sehubungan dengan hasil yang dicapai. Beragamnya keadaan siswa
menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah belajar memerlukan penanganan
yang baik.
Ditinjau dari pendekatan sistem dapat diperlihatkan berbagai faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar yaitu: (Purwanto, 2002: 106) Raw input
(masukan) merupakan bahan-bahan yang perlu diolah melalui proses belajar mengajar
(teaching learning process).
Dalam proses belajar mengajar berpengaruh sejumlah faktor baik yang
disengaja dimanipulasikan (instrument input) maupun yang tidak disengaja guna
menunjang tercapainya tujuan belajar yang dikehendaki (output).
Siswa sebagai raw input (masukan mentah) memiliki karakteristik tertentu dari
segi fisiologis dan psikologis. Dari psikologis yaitu:
1) Faktor dari dalam diri siswa (internal), seperti intelegensi, bakat, minat, emosi dan
kemampuan kognitif.
2) Faktor dari luar diri siswa (eksternal), seperti lingkungan (lingkungan alam dan
lingkungan sosial) dan instrumental (kurikulum, program, pengajaran, sarana dan
fasilitas, guru, administrasi dan manajemen). (Purwanto, 2002: 107).
Selain itu secara garis besar faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
hasil belajar dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1) Faktor dari dalam (Internal)
Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar yang
berasal dari siswa belajar.
Faktor dari dalam ini meliputi antara lain:
a) Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang, tetapi
tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera.
b) Kondisi Psikologis
Kondisi ini mempunyai beberapa faktor psikologis yang utama, yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar sebagai berikut:
a) Kecerdasan
Informasi mengenai taraf kecerdasan seseorang akan merupakan hal yang sangat
berharga karena dapat untuk memperkirakan kemampuan dasar seseorang. Untuk
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang dapat menggunakan test IQ.
b) Bakat
Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat yang dimiliki akan memperbesar
kemungkinan berhasilnya usaha tersebut. Memang sudah diakui alat pengukur
bakat yang benar-benar dapat diandalkan sampai saat ini langka.
c) Minat
Kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka diharapkan
hasilnya akan lebih baik dari yang tidak berminat.
d) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Kaitannya motivasi dengan belajar adalah dapat ditingkatkan supaya
mendapatkan hasil belajar yang optimal (sesuai dengan kemampuan yang ada pada
diri individu). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi
20
21
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul
dari dalam dan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan
dari luar.
e) Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan hidup seseorang maka
terbentuklah tipe atau keadaan tertentu misalnya emosional dan putus asa.
f) Kemampuan Kognitif
Yaitu kemampuan menalar atau penalaran yang dimiliki oleh siswa, kemampuan
kognitif ini tidak akan berkembang tanpa adanya latihan yang teratur.
b. Faktor Dari Luar (Eksternal)
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
(1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari :
(a) Lingkungan alami, yaitu kondisi alami yang dapat\ berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar.
(b) Lingkungan sosial, baik yang berujud manusia dan representasinya (wakilnya)
maupun ujud lain yang langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar.
(2) Faktor Instrumental
Yaitu faktor-faktor yang penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan.
Faktor-faktor instrumental antara lain :
(a) Kurikulum
Dengan kurikulum yang baik, jelas dan mantap memungkinkan para siswa
untuk belajar lebih baik pula.
(b) Program
Program pendidikan dan pengajaran sekolah yang telah dirincikan dalam suatu
kegiatan yang jelas, akan memudahkan siswa dalam merencanakan dan mempersiapkan
untuk mengikuti program tersebut.
(c) Fasilitas
Fasilitas yang baik akan membuat iklim yang kondusif untuk belajar.
(d) Guru
Kelengkapan dari jumlah guru dan kualitas dari guru tersebut akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Jika setiap guru memiliki kemampuan, kedisiplinan, dan cara mengajar yang
baik akan memungkinkan siswa belajar dengan baik. ( Tim Pengembangan MKDK
IKIP Semarang, 1990: 148 – 156 ).
Hasil belajar merupakan tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah
melakukan perbuatan belajar. Biasanya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
setelah berakhirnya proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan
diadakan pengukuran atau evaluasi dan hasil tersebut disebut hasil belajar.
21
22
Indikator keberhasilan hasil belajar ditunjukkan dengan berbagai hal-hal sebagai
berikut :
 Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok.
 Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa baik
secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur
keberhasilan adalah daya serap.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat
dilakukan melalui tes hasil belajar.
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes hasil belajar dapat digolongkan
ke dalam jenis penilaian sebagai berikut :
1. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa
terhadap pokok bahasan tersebut.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam
waktu tertentu, diperhitungkan dalam menentukan nilai raport.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok
bahasan yang telah diadakan selama satu semester satu atau dua tahun pelajaran.
Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat taraf keberhasilan belajar siswa dalam
satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu
sekolah(Djamarah, 2002: 120).
Setiap proses belajar mengajar selaku menghasilkan hasil belajar. Masalah yang
dihadapi adalah sampai ditingkat mana hasil belajar telah dicapai. Sehubungan dengan
hal inilah keberhasilan proses belajar mengajar dibagi atas beberapa tingkatan atau
taraf.
Pembagian tingkat hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut :
1. Istimewa / maksimal
Pada tingkatan ini seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh
siswa.
2. Baik Sekali / Optimal
Pada tingkatan ini sebagain besar (76 % s/d 99 %) bahan pelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai oleh siswa.
3. Baik / Minimal
Pada tingakatan ini bahan pelajaran yang diajarkan hanya (60 % s/d 75 %) saja
dikuasai siswa.
4. Kurang
Pada tingkatan ini bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari (60 %) dikuasai oleh
siswa(Djamarah, 2002: 121).
22
23
Dengan melihat data yang terdapat dalam formal daya serap siswa dalam
pelajaran dan presensi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran tersebut,
dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
d. Ciri-ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Belajar
Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali baik sifat maupun
jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan
perubahan dalam arti belajar, artinya bahwa perubahan tingkah laku dalam diri individu
tidak hanya disebabkan karena masalah belajar, dapat disebabkan karena beberapa
sebab, diantaranya masalah remaja, masalah keluarga, masalah seksual dan lain
sebagianya.
Untuk mengetahui perubahan tingkah laku individu, maka dapat dilihat pada
ciri-ciri berikut :
1) Belajar mengajar memiliki tujuan Yakni untuk membentuk anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu.
2) Ada suatu prosedur (jalanya interaksi)
Yaitu jalannya interaksi yang direncanakaan, didesain untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
3) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk
mencapi tujuan.
4) Ditandai dengan aktivitas anak didik
Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5) Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing
Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan
dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6) Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin
Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pola
tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati
oleh pihak guru maupun anak didik yang sadar.
7) Ada batas waktu
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok
anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
8) Evaluasi
Dari seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. ( Edi Suardi,
2002: 46 – 48 ).
e. Prinsip – prinsip Belajar
Belajar adalah kegiatan yang tidak sederhana. Agar kegiatan belajar yang
dilakukan siswa mempunyai tujuan, beberapa prinsip belajar perlu diperhatikan
terutama oleh guru. Apabila prinsipprinsip ini diabaikan maka proses belajar tak akan
berjalan dan pada gilirannya hasil belajar pun kurang memuaskan.
23
24
Dari berbagai prinsip belajar terdapat beberapa prinsip yang berlaku umum
yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut
ialah :
1) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi
secara dinamis antara siswa dan lingkungan.
2) Belajar senantiasa harus bertujuan terarah dan jelas bagi siswa.
3) Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
4) Belajar yang paling efektif apabila di dasari oleh dorongan motivasi yang murni
dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.
5) Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu siswa harus
sanggup mengatasinya secara tepat.
6) Belajar memerlukan bimbingan.
7) Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berpikir kritis, lebih baik dari
pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
8) Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah individu
kerja kelompok.
9) Belajar memerlukan pemahaman-pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
diperoleh pengertian-pengertian.
10) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat
dikuasai.
11) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan /
hasil.
12) Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar kedalam bidang praktek seharihari(Hamalik, 1990: 28 ).
f. Evaluasi
Peranan guru dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran adalah
membantu siswa mencapai tujuan belajar yang sudah ditentukan. Untuk mencapai
tujuan tersebut siswa melakukan kegiatan belajar, dengan cara dan kemampuan
masing-masing.
Masing-masing siswa bersifat unik artinya kondisi fisik, mental dan sosial
mereka berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan ini membawa konsekuensi perolehan
mereka dalam belajar pun tidak sama.
Evaluasi sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui perubahan tingkah laku
individu, telah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia, lebih-lebih bagi manusia
yang telah mengalami
kemajuan dalam hal budaya, ilmu dan teknologi. Didalam dunia pendidikan,
kegiatan evaluasi sering digunakan karena selama satu periode pendidikan berlangsung,
orang perlu mengetahui hasil atau prestasi yang telah dicapai baik oleh pihak pendidik
maupun peserta didik.
Evaluasi adalah penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu /
bernilai(Winkel, 2004: 53).
Menurut Arikunto evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur
adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-buruk(Arikunto, 2002: 3).
24
25
Dari rumusan tersebut sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk
lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi :
1) Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi
(dalam pengajaran) merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara
berkesinambungan.
2) Didalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang
menyangkut obyek yang sedang dievaluasi.
3) Setiap kegiatan evaluasi khususnya evaluasi pengajaran tidak dapat dilepaskan dari
tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Tanpa menentukan atau merumuskan tujuan-tujuan terlebih dulu, tidak mungkin
dapat menilai sejauh mana pencapaian hasil belajar siswa.
5. Keterampilan Komputer
a. Pengertian Keterampilan Komputer Keterampilan
Pengertian Keterampilan Komputer Keterampilan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia adalah kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan baik dan cermat (dengan keahlian). (Poerwodarminto, 2001: 1180 ).
Komputer adalah suatu medium interaktif, dimana pemakai memiliki
kesempatan untuk berinteraktif dalam bentuk mempengaruhi dan mengubah urutan
yang disajikan. (Hamalik, 2003: 236).
Jadi ketrampilan komputer adalah kemampuan interaktif, dimana pemakai
memiliki kesempatan untuk berinteraktif dalam bentuk mempengaruhi dan mengubah
urutan yang disajikan agar memperoleh hasil yang baik.
b. Penggunaan Komputer Dalam Pengajaran
Sebagaimana halnya dengan penggunaan sumber-sumber audio visual yang
dapat meningkatkan motivasi dan menyajikan informasi dan prakasa melalui stimuli
visual dan audio, komputer punya nilai lebih karena dapat memberikan kepada siswa
pengalaman melalui penggunaan keyboard komputer. Ada tiga bentuk penggunaan
komputer dalam kelas, yaitu :
1) Untuk mengajar siswa menjadi mampu membaca komputer atau computer
literature,
2) Untuk mengajarkan dasar-dasar pemprogaman dan pemecahan masalah komputer,
dan
3) Untuk melayani siswa sebagai alat bantu pembelajaran.
Komputer menjadi suatu teknologi penting dalam masyarakat, karena banyak
digunakan dalam kegiatan bisnis, di sekolah, maupun di rumah. Banyak materi
pelajaran yang dapat disampaikan melalui komputer, jika siswa memiliki kemampuan
menggunakan komputer. Materi tersebut terkait dengan tujuan pendidikan, oleh karena
itu harus dijadikan ukuran dalam kurikulum di sekolah.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkenalkan
komputer kepada siswa. Sebagai contoh: (1). menyediakan laboratorium komputer,
siswa mengunjungi laboratorium tersebut secara bergiliran berdasarkan jadwal tertentu,
(2).setiap kelas memiliki sejumlah komputer dan siswa menggunakan secara bergiliran
25
26
dan digunakan sesuai kebutuhan, (3). sekolah memiliki sejumlah besar komputer, siswa
menerima intruksi dasar komputer untuk mendesain mata ajaran akademik, misalnya
ekonomi dan bahasa. Jadi berbagai bentuk pendayagunaan komputer dapat dirancang
dan dilaksanakan. Dalam hal ini diperlukan yang penting tersedianya dana dan adanya
komitmen tentang computer literature.
Pengajaran dasar-dasar pemrograman dan pemecahan masalah dengan
komputer adalah perluasan daripada computer literature. Hal ini berkenaan dengan
pengajaran bahasa komputer dan melaksanakannya pada beberapa hal untuk mata
diklat. Pada tahap mata diklat komputer ini, teori dan masalah yang sedang dipelajari
oleh siswa dapat dimasukkan kedalam komputer guna mendapatkan umpan balikan.
Proses ini bermanfaat karena untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, logis, dan
memecahkan masalah.
Komputer dapat digunakan sebagai alat instruksional yang disebut pengajaran
dengan bantuan komputer (Computer Aided Instruction disingkat CAI). Bentuk
pengajaran ini menjadi pelengkap pengajaran kelas yang sedang berlangsung. Dalam
hal ini siswa memperoleh informasi dan ketrampilan serta menerima bantuan langsung.
Program pengajaran dengan bantuan komputer dapat dikembangkan pada kurikulum.
Sebagai contoh penerapannya adalah:
1) Pemahaman bacaan (reading comprehension).
2) Pengembangan perbendaharaan bahasa.
3) Penulisan paragraph.
4) Operasi aritmatika.
5) Konsep-konsep moneter.
6) Membaca peta.
7) Ketrampilan referensi.
8) Data sejarah.
9) Grafik.
Ada empat program perangkat lunak pengajaran dengan bantuan komputer,
yaitu (1).latihan dan praktek, (2).tutorial, (3).simulasi, (4).pengajaran dengan instruksi
komputer (computer managed instruction).
Program latihan dan praktek (drill and practise) sangat banyak digunakan
dalam kelas. Program-program tersebut menyajikan masalah-masalah siswa merespons
dengan cara memilih diantara respon-respon yang tersedia. Komputer menunjukkan
apakah respon itu benar atau salah. Pengajaran menyediakan praktek yang bermakna
bagi siswa yang berkenaan dengan daerah materi pelajaran yang khusus dan
menyediakan pengetahuan mengenai hasil belajar dengan cepat dan akurat. Program
latihan dan praktek harus dikombinasikan/disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa kebutuhan pembelajaran.
Tingkat kesulitan tertentu menurut latihan praktek tertentu pula. Program ini
juga menyediakan penguat (reinforcement) baik visual maupun audit, agar minat
perhatian siswa terus terpelihara sepanjang latihan dan praktek. Jika siswa menjawab
salah maka perlu dibantu dengan urutan pelajaran.
Program tutorial, memperkenalkan materi pelajaran baru kepada siswa dengan
kemudian ditindaklanjuti dengan latihan dan praktek. Program ini umumnya
menyediakan tes awal dan tes akhir berkenaan dengan materi yang disampaikan.
26
27
Program ini juga digunakan untuk pengayaan pelajaran atau membantu siswa tidak
pada pelajaran tertentu. Program tutorial juga digunakan sebagai review terhadap
pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya guna mengecek pemahaman dan
menambah retensi konsep-konsep.
Program perangkat lunak komputer lainnya adalah simulasi. Situasi-situasi
kehidupan nyata disajikan kepada siswa, menyusun garis besar perangkat kondisikondisi yang saling berkaitan. Kemudian siswa membuat keputusan dan menentukan
konsekuensi dari keputusan yang dibuatnya, misalnya isu-isu politik, kehidupan
pelopor, dan dilema keluarga.
Pengajaran yang diatur komputer menunjukkan kepada lunak yang menjamin
kemajuan siswa dalam urutan intruksional yang terencana. Program ini menyediakan
cross-referencing dengan program-program lainnya dalam rangka perluasan latihan dan
pemberian bantuan. Program ini mengukur ketrampilan dan mencatat skor siswa serta
mengkorelasi dengan para siswa lainnya.
c. Karakteristik Belajar Komputer
Komputer merupakan salah satu mata diklat yang menekankan pada aspek
ketrampilan sehingga di dalam mata diklat komputer ada karakteristik atau ciri
tersendiri. Karakteristik belajar komputer dapat dipandang dari 3 segi: (1).Segi Disiplin
pada mata diklat komputer, disiplin sangat menentukan individu dalam menyelesaikan
tugas yang harus dikerjakan. Disiplin disini dapat dibedakan menjadi dua yaitu disiplin
dari dalam diri siswa meliputi disiplin dalam kehadiran, disiplin dalam berlatih, disiplin
dalam menyelesaikan tugas dan disiplin yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi
keberadaan guru belajar pada waktu mengajar, pemberian tugas dari guru;(2).Segi
Metode, untuk metode pengajaran yang sesuai digunakan adalah metode drill atau
latihan, dengan alasan bahwa dalam belajar komputer yang ditekankan pada aspek
ketrampilan sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk berlatih;(3).Segi
Peralatan, di dalam belajar komputer dibutuhkan beberapa peralatan seperti mesin tulis
(komputer) atau hardware dan softwarenya, kertas, meja dan kursi serta ruangan yang
baik.
B. HIPOTESIS
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul(Arikunto, 2002: 64).
Menurut Sugiyono hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan(Sugiyono, 2001: 51).
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut: "Ada pengaruh yang
27
28
signifikan antara profesionalisme guru, fasilitas belajar dan iklim sekolah terhadap
prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut”.
Hipotesis tersebut kemudian diturunkan menjadi sub-sub hipotesis berikut:
1. Profesionalisme guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar siswa pada Mata Pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut.
2. Fasilitas belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
siswa pada Mata Pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Cilawu Garut.
3. Profesionalisme guru dan fasilitas belajar memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran TIK di SMP Negeri 1
Cilawu Garut.
28
29
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, penelitian ini termasuk penelitian
survei. Menurut Kerlinger dalam Sugiono (2001:3) penelitian survei mengkaji populasi
yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari
populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi "dan interelasi relatif dari variabelvariabel sosiologis dan psikologis.
Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi
dari pengamatan yang tidak mendalam namun generalisasi yang dihasilkan bisa akurat
bila digunakan sampel yang representatif. Menurut Kerlinger dalam Sugiono (2001:3)
penelitian survei ini mengkaji populasi (universe) yang besar maupun kecil dengan
menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi.
Dengan demikian bila ditinjau dari bagaimana variabel-variabel yang diteliti
akan menjelaskan fenomena yang ada dan hubungan antara variabel-variabel secara
bersama-sama, penelitian ini termasuk deskriftif korelasional yaitu penelitian untuk
menjawab pertanyaan tentang apa atau bagaimana keadaan suatu fenomena dan
melaporkan sebagaimana keadaannya. Dalam penelitian ini hubungan tersebut adalah
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Oleh karena itu, berdasarkan bentuk permasalahannya penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif korelasional karena semua variabel yang dipelajari terlebih dahulu
dideskripsikan dan selanjutnya dikorelasikan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang diteliti atau unit analisis, atau
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Berkaitan dengan penelitian ini yang mengungkapkan mengenai
Profesionalisme guru, fasilitas belajar dan hasil belajar, maka obyek/subyek yang di
jadikan populasi dalam penelitian ini terdiri dari siswa-siswi SMP Negeri 1 Cilawu
Garut . Oleh karena itu jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Siswa kelas VII
: .... orang
Siswa kelas VIII
: .... orang
Siswa kelas IX
: .... orang
Dengan demikian jumlah populasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah ..... orang.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh
populasi, atau bagian dari populasi yang diteliti dan yang dianggap dapat
29
30
menggambarkan populasinya. Suatu sampel dikatakan representatif apabila ciri-ciri
sampel yang berkaitan dengan tujuan penelitian, sama atau hampir sama dengan ciriciri populasinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan sampel menurut
Iskandar (2001 : 231) adalah sebagai berikut: (1) Keragaman populasi; (2) Tujuan
Penelitian; (3) Jenis kesimpulan yang digambarkan peneliti; dan (4) Ukuran (besar,
kecilnya) populasi.
C. Operasional Variabel
Operasionalisasi variable penelitian disusun untuk memudahkan langkahlangkah dalam menjaring dan mengumpulkan data yang dikumpulkan dari responeden
sesuai dengan teori-teori, konsep-konsep, proposisi-proposisi dan asumsi-asumsi dari
_ariable penelitian yang ditetapkan.
1. Profesionalisme guru (X1), Profesionalisme guru adalah adalah kemampuan guru
untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi
kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan
tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta
bantuan wakilnya atau guru senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala
sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja
guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara
bertanggung jawab.
2. Fasilitas belajar di sekolah (X2), adalah semua kebutuhan yang dipelukan oleh
peserta didik dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan menunjang dalam
kegiatan belajar di sekolah. Supaya lebih efektif dan efisien yang nantinya peserta
didik dapat belajar dengan maksimal dan hasil belajar yang memuaskan.
3. Hasil belajar (Y), adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan
yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah
laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, hasil
belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
Berdasarkan identifikasi operasional variabel tesebut di atas, maka hubungan
antar Variabel dalam penelitian ini digambarkan seperti bagan di bawah ini:
Gambar 1
30
31
Desain Penelitian
Keterangan:
1. Profesionalisme guru ( X1 )
2. Fasilitas belajar di sekolah ( X2 )
3. Prestasi Belajar ( Y )
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dan reliabel, selain berpedoman pada
landasan teori, secara operasional langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan:
a) menyusun kisi-kisi alat pengungkap data;
b) merumuskan butir-butir pertanyaan;
c) menimbang butir pertanyaan;
d) uji coba alat pengungkap data.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah stuydi deokumentasi, dan studi lapangan.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Alat Ukur Penelitian
Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan berupa kuesioner dibuat secara
tersetruktur, didalamnya meliputi beberapa item pertanyaan yang disertai alternatif
jawaban. Dengan demikian maka responden tinggal memilih salah satu jawaban sesuai
dengan jawaban sebenarnya.
Kuesioner terstruktur ini dibuat mengingat satuan pengukuran yang digunakan
adalah skoring, yaitu pemberian nilai skor pada setiap alternatif jawaban yang
disediakan dalam pertanyaan penelitian. Tingkat pengukuran variabel penelitian ini
menggunakan skala likert.
b. Pengujian Validitas Alat Ukur Penelitian
Pengujian validitas alat ukur penggunaan penelitian dapat menunjukkan
sejauhmana alat untuk penelitian mampu mengukur variabel yang terdapat dalam suatu
penelitian. Dengan kata lain validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan
tingkat akurasi suatu alat ukur. Suatu alat ukur yang salah mempunyai validitas rendah,
begitu pula sebaliknya.
Pengujian validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan korelasi Pearson Product Momen.:
Untuk menentukan nilai korerasi digunakan rumus sebagai berikut :
n  X 1Y1  ( X 1 )(  Y1 )
r
2
2
n  X 1  ( X 1 ) 2 n  Y1  ( Y1 ) 2



(Iskandar, 2001:28)
r
: Koefisien Korelasi
31
32
: Jumlah skor item ke – I
: Skor total seluruh item
: Jumlah responden
X
Y
N
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa:
- Variabel Profesionalisme guru (X1), dari ..... item pernyataan, ..... item pernyataan
tidak valid, yaitu no. ..... dan .......
- Variabel fasilitas belajar di sekolah (X2), dari ..... item pernyataan, ..... item
pernyataan tidak valid, yaitu no. ..... dan ......
- Variabel fasilitas iklim sekolah (X3), dari ..... item pernyataan, ..... item pernyataan
tidak valid, yaitu no. ..... dan ......
- Variabel hasil belajar (Y), dari .....item pernyataan, .....item pernyataan tidak valid,
yaitu no. ..... dan ......
c. Pengujian Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Selain harus valid, alat ukur penelitian juga harus reliabel (handal). Suatu alat
ukur dikatakan handal apabila alat ukur penelitian memberikan hasil yang tetap
terhadap variabel yang diukur, walaupun berubah. Reliabilitas merupakan indeks yang
menunjukkan sejauhmana suatu alat penelitian dapat dipercaya atau dihandalkan. Hal
ini dapat dilihat, apabila suatu alat ukur diukur berulang kali untuk mengukur gejala
yang sama dan hasil pengukurannya relatif konstan, maka alat ukur penelitian tersebut
reliabel atau handal.
Untuk menguji reliabilitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi secara
keseluruhan dengan menggunakan korelasi Product Moment menurut Pearson. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut ;
n  X 1Y1  ( X 1 )(  Y1 )
r
2
2
n  X 1  ( X 1 ) 2 n  Y1  ( Y1 ) 2



Keterangan :
r
= koefisien korelasi
x
= jumlah skor ganjil
y
= jumlah skor genap
n
= jumlah responden
Kemudian untuk mencari koefisien reliabilitasnya digunakan rumus Alfa
Cronbach Sebagai berikut :
2
 k   S1 
r
1 

S12 
 k  1
Keterangan :
r
= Reliabilitas alat ukur
k
= banyaknya butir pertanyaan
2
S1 = jumlah varian butir / item
S12
= varian nilai total
32
33
Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai statistiknya dengan rumus :
t
r n2
1 r2
Keterangan :
t
= nilai hitung
r
= koefisien korelasi hasil hitung
n
= jumlah responden
Untuk menarik keputusan maka digunakan acuan sebagai berikut:
Bila thitung > t (1/2 , n-2)
alat ukur reliabel
Bila t hitung < t (1/2 , n-2)
alat ukur tidak reliable
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ketiga instrumen, baik untuk variabel
profesionalisme guru, fasilitas belajar iklim sekolah maupun untuk variabel kinerja
guru memiliki reliabilitas yang tinggi.
E. Teknik Analisis Data
Data yang, diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan Analisis
Deskriptif dan Interensial. Analisis Deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang. berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 1998:112).
Teknik analisis data dilakukan beberapa tahap, yaitu:
1. Analisa Deskripsi Variabel Penelitian: Analisa deskripsi variabel dimaksudkan
untuk menggambarkan keadaan data hasil penelitian, dimana dalam penelitian ini,
teknik deskripsi variabel digambarkan dengan cara mengungkap profil jawaban
responden dan mengetahui kualitas kondisi hasil pengukuran.
2. Membuat diagram jalur variabel.
3. Untuk mencari korelasi antar variabel bebas, serta antara variabel bebas dengan
variabel terikat digunakan rumus sebagai berikut :
rYX 
( X
 XY  1n ( X )( Y )
2

)  1n ( X ) 2 ( Y 2 )  1n ( Y ) 2

4. Mencari koefisien jalur di luar variabel Y yaitu
PY  1  PY
5. Menghitung koefisien jalur PYX1 , PYX2 dan PYX1X2
6. Menghitung koefisien determinasi multipel :
R2Z (XY) = PZXrZX + PZyrZY
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Akdon 2005. Pengembangan Sekolah di Era Desentralisasi Otonomi Daerah
Bandung: Mutiara Ilmu.
Anwar, Idochi, 2004, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan,
Bandung: Alfabeta.
Davis, K & Newstrom. 2000. Perilaku dalam Organisasi, McGraw-Hill Book.
Singapore.
Engkoswara, 1988 , Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud FJ.
34
35
Engkoswara, 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi
Daerah. Bandung : Yayasan Amal Keluarga.
Gibson, Ivancevich. Donnelly. 1996. Organisasi manajemen. Jakarta : Eriangga.
Hasibuan 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan IV, Jakarta: Bumi
Aksara,
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung : Rosyda Karya.
Mulyasa, 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosadkarya.
Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya
Purwanto, Ngalim, 2000. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Pidarta, Made. 1998. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Bina Aksara.
Sugiyono, 1999. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Sudjana, Nana, 1991, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung : Sinar Baru
Surya,
H.M. 2000. Aspirasi Peningkatan Kemampuan Profesional dan
Kesejahteraan Guru. Dalam Jumal Pendidikan dan Kebudayaan No. 021
Tahun ke-5. Jakarta : Balitbang Depdikbud.
Sutadipura, Balnadi, 1995. Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental, Bandung:
Angkasa.
Tilaar, HAR.1999. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia,
Bandung : Remaja Rosyda Karya.
Toha, Miftah. 1999. Prilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada,
Usman, Uzer. 1999. Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta ; Gramedia
Pustaka Utama.
Usman, Uzer, 2002. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Wahjosumidjo, 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah, TinjauanTeoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: Rajagrafindo.
35
36
Daftar Rujukan
1. Cherubini, Lorenzo. (2008). Teacher Candidates’ Perceptions of School
Culture: A Mixed Methods Investigation. Journal of Teaching and Learning.
5(2), 39-54. [Online]. Tersedia: http://www.phaenex.uwindsor.ca/ojs/leddy/
index.php/JTL/ article/view/157/51
2. Gunbayi, Ilhan. (2007). School Climate and Teachers’ Perceptions on Climate
Factors: Research Into Nine Urban High Schools. The Turkish Online Journal
of Educational Technology (TOJET). 6(3). 1-10. [Online]. Tersedia:
http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_
storage_01/0000019b/80/3d/04/58.pdf
3. Hoffman, Lorrie L., Hutchinson, Cynthia J., dan Reiss, Elayne., (2009). On
Improving School Climate: Reducing Reliance on Rewards and Punishment.
International Journal Of Whole Schooling. 5 (3). [Online]. Tersedia:
http://www.wholeschooling.net/Journal_of_Whole_Schooling/
articles/51%20Hoffman.pdf
4. Marshall, Megan L. (2002). Examining School Climate: Defining Factors And
Educational Influences. Center for Research on School Safety, School Climate
and Classroom Management Georgia State University. [Online]. Tersedia:
http://education.gsu.edu/schoolsafety/download%20files/wp%20
2002%20school%20climate.pdf
5. Milner, Karen dan Khoza, Harriet. (2008). A Comparison of Teacher Stress and
School Climate Across Schools with Different Matric Success Rates. South
African Journal of Education. 28. 155-173. [Online]. Tersedia:
http://ajol.info/index.php/saje/article/viewFile/25151/4350
6. Moos, R.H. (1979). Evaluating Educational Environments: Procedures,
Measures, Findings, and Policy Implications. San Francisco: Jossey-Bass.
[Online].
Tersedia:
http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/envrnmnt/famncomm/pa3lk1.htm.
[16 Agustus 2009]
7. Pinkus, Lyndsay M. (2009). Moving Beyond AYP: High School Performance
Indicators. Alliance for Excellent Education. 1-20. [Online]. Tersedia:
http://www.all4ed.org/files/SPIMovingBeyondAYP.pdf
8. Pretorius, Stephanus dan Villiers, Elsabe de. (2009). Educators’ Perceptions
of School Climate and Health in Selected Primary Schools. South African
Journal
of
Education.
(29).
33-52.
[Online].
Tersedia:
http://www.sajournalofeducation.co.za/index.php/saje/article/view/230/ 141
9. Sorenson, Richard D., Goldsmith, Lloyd M. (2008). The Principal’s Guide to
Managing School Personnel.
Corwin Press. [Online]. Tersedia:
http://books.google.co.id/books?id=tomNInqEARcC&printsec=frontcover#v=o
nepage&q=&f=false
10. Stichter, Kenneth (2008). Student School Climate Perceptions as a Measure of
School District Goal Attainment. Journal of Educational Research & Policy
36
37
Studies.
8
(1).
44-66.
[Online].
Tersedia:
http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/00000
19b/80/3f/5a/c3.pdf
11. Styron Jr, Ronald A., Nyman, Terri R., (2008). Key Characteristics of Middle
School Performance. RMLE Online. 31(5). 1-17. [Online]. Tersedia:
http://www.nmsa.org/portals/0/pdf/publications/RMLE/rmle_vol31_no5.pdf
12. Tubbs, J.E., dan Garner, M., (2008). The Impact Of School Climate On School
Outcomes. Journal of College Teaching & Learningi. 5 ( 9); 17-26. [Online].
Tersedia: http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs/1212.pdf
Adaptasi dan disarikan dari : Les Gallay and Suet-ling Pong. 2004. School Climate and
Students’ Intervention Strategies on line www.pop.psy.edu
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi
Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama, standar kompetensi mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komputer adalah:
a. Pemahaman mendalam konsep, pengetahuan, dan_ operasi dasar Siswa mampu
mengidentifikasi komponen dasar perangkat keras dan perangkat lunak serta system
yang digunakan dalam internet.
b. Pengolahan informasi untuk produktifitas Siswa mampu menggabungkan dokumen
pengolah angka dan pengolah kata serta mendemonstrasikan WEB dan e-mail
c. Pemecahan masalah, eksplorasi dan komunikasi Siswa mampu mengkomunikasikan
hasil kreasi gagasan dari penerapan perangkat lunak komputer melalui berbagai cara
dan menggunakan internet untuk berbagai keperluan.
d. Standar kompetensi SMP meliputi:
1) Mengenal perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) selama menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
2) Memiliki sikap (etika dan moral) positif dalam menggunakan perangkat Teknologi
Informasi dan Komunikasi.
3) Menggunakan operating system (OS) untuk pengaturan file.
4) Menerapkan perangkat lunak pengolah kata (word processing) untuk menghasilkan
informasi.
5) Mengintegrasikan perangkat lunak pengolah angka (speradsheet) untuk membuat
informasi.
6) Mengintegrasikan program pengolah kata dan pengolah angka untuk membuat
informasi.
7) Mengenal perangkat keras dan sistem yang digunakan dalam akses Internet.
8) Menerapkan Internet untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi.
37
Download