13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Pendidikan Agama Islam Sama halnya dengan pendidikan umum, banyak sekali definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam. Berikut di antaranya : a. Menurut Abdul Malik Bahri (Alm). Pendidikan Islam adalah (Tarbiyah, Ta’lim, Ta’dib) dalam hal memelihara dan mendidik serta memberikan pelajaran kepada peserta didik. Perbedaannya hanya terletak aksetuansi aspek-aspek saja. Yaitu pada “Tarbiyah” menekankan pada aspek pembimbingan pada anak. “Ta’lim” menekankan pada aspek penyampaian ilmu pengetahuan yang benar kepada anak, “Ta’dib” pada aspek pengguna ilmu yang benar tersebut pada diri seseorang agar menimbulkan perbuatan dan tingkah laku yang baik.1 b. Menurut Ahmad Marimba Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan agama Islam menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian yang utama ini disebut kepribadian muslim ialah kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam dan bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.2 c. Menurut Mustofa Al Ghulayani Pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhan dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat sehingga akhlak itu menjadi salah satu 1 Abdul Malik Bahri, Filsafat Pendidikan Islam. (IAIN Sunan Ampel Tulungagung, 1992), hal. 47 2 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, 1962), hal. 15 13 14 kemampuan (meresap dalam) jiwanya, kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.3 d. Menurut M. Arifin Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah mewarnai dan menjiwai corak kepribadiannya. Dengan sendirinya pendidikan Islam merupakan sistem yang mencakup seluruh kebutuhan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.4 Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa para ahli pendidikan Islam berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan Islam. Ada yang menitikberatkan pada segi pembentukan akhlak dan ada pula yang menuntut pendidikan teori dan praktek. Sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain. Secara rinci, penulis dapat mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah: 1) Segala usaha bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbinanya kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Islam. 2) Segala usaha untuk mengungkapkan dan mengubah tingkah laku (kognitif, afektif dan psikomotorik) individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian muslim melalui proses pendidikan, kejiwaan, latihan, akal pikiran dalam seluruh aspek kehidupan manusia. 3) Bimbingan secara sadar dan terus menerus kepada individu sesuai dengan kemampuan dasar sehingga mampu memahami, menghayati 3 Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 10 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tujuan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 10 4 15 dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan benar, meliputi aqidah (keimanan), syari’at (ibadah, mu’amalah), dan akhlak (budi pekerti). 2. Dasar Pendidikan Agama Islam Agar pendidikan Islam tegak berdiri dan tidak mudah terombang ambingkan oleh pengaruh luar yang mau merobohkan atau mempengaruhinya, maka pendidikan Islam memiliki dasar atau landasan pijak agar kokoh berdiri. Lebih rinci, Nur Uhbiyah menjelaskan bahwa “secara garis besar pendidikan Islam memiliki tiga dasar yaitu Al-Qur’an, Al-Hadits, dan perundang-undangan yang berlaku di negara kita”.5 a. Al-Qur’an Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam yang tidak diragukan lagi. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 2, yang berbunyi : Artinya : “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS. Al-Baqoroh : 2)6 b. Al-Hadits Rasulullah adalah juru didik atau pendidik, dan beliau sangat mementingkan adanya pendidikan dan pengajaran. 5 6 Nur Uhbiyah, Ilmu Pendidikan ... hal. 19 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Semarang: Toha Putra, 1998), hal. 8 16 Rasulullah bersabda : َ علَى ُك ِل ُم ْس ِل ٍم وَ ُم ْس ِل َم ٍة ُ َطََ َََََََ َََ ََََ َََ ل َ ٌ ضة َ ب ْال ِع ْل ِم فَر ْي Artinya : “Menuntut ilmu pengetahuan itu adalah kewajiban bagi setiap muslim pria dan wanita”(H.R.Ibnu Bar). c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia Pada UUD 1945 pasal 29 ayat 1 berbunyi: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat 2 berbunyi: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.7 Pasal ini memberikan jaminan kepada warga Negara RI untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang menunjang ibadat. Dengan demikian pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadat yang diyakini di ijinkan dan dijamin oleh Negara. Pada GBHN tahun 1999, pada bab IV tentang arah dan kebijakan pendidikan “agama” item 2 yang berbunyi.8 Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional, dengan di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Memperhatikan GBHN tahun 1999 tersebut diatas bahwa pendidikan agama Islam telah mengalami penyempurnaan sehingga bisa 7 8 UUD 1945 dan perubahannya. (Jakarta: Penabur Ilmu, 2004), hal. 86 GBHN, Ketetapan RI No IV tahun 1999. (Jakarta: Penabur Ilmu, 2004), hal. 30 17 terpadu dengan sistem pendidikan nasional yang tentunya sebagai salah satu cara untuk merealisasikan cita-cita bangsa. 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Fungsi Pendidikan menurut Samsul Nizar adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan dapat berjalan dengan lancar. Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk yaitu :9 Pertama, alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide dan masyarakat dan nasional. Kedua, alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis. Fungsi pendidikan Islam menurut Ramayulis antara lain 10 : 1. Pengembangan, yaitu peningkatan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama–pertama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 9 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta; Ciputat Press, 2002), hal. 34 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), hal. 10 102 18 2. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan bagi orang lain. 3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 5. Penyesuaian yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 6. Sumber nilai yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Melihat pendapat di atas menurut penulis, fungsi pendidikan yaitu: Pertama, dapat menumbuh kembangkan potensi peserta didik ketingkat normatif yang lebih baik. Kedua, dapat melestarikan ajaran Islam. Ketiga, dapat melestarikan kebudayaan dan peradaban Islam. Keempat, dapat memahami ajaran Islam dengan baik serta dapat mengamalkannya sesuai dengan ajaran Islam. 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam Bila Pendidikan itu dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir dengan pencapaian tujuan akhir pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang dibentuk dalam pribadi manusia yang 19 diinginkan. Dan nilai-nilai inilah yang mempengaruhi pola kepribadian manusia sehingga menggejala dalam tingkah laku. Dalam pendidikan Islam tentang nilai-nilai ideal itu adalah bercorak Islam yang tercermin dalam perilaku lahiriyah yang berasal dari jiwa manusia sebagai produk dari proses pendidikan. Jadi pendidikan agama Islam pada hakekatnya mengandung nilai perilaku manusia yang didasari dan dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT. Untuk memberi gambaran yang jelas tentang tujuan pendidikan Islam, maka berikut ini akan penulis kemukakan pendapat beberapa ahli mengenai tujuan pendidikan agama Islam. a. Menurut Ahmad Marimba Tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim. Sementara untuk mencapai tujuan tersebut harus melewati tujuan awal tadi yaitu kedewasaan jasmani dan rohani.11 b. Menurut Jalaludin Tujuan pendidikan Islam yang sejalan dengan tujuan misi Islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak, hingga mencapai tingkat akhlak al karimah. Dan tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasulullah SAW, yang tertuang dalam pernyataan beliau: Sesungguhnya aku diutus untuk membimbing manusia mencapai akhlak yang mulia. Faktor kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, yang menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat.12 11 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam. (Bandung: Remaja Rosdakarya Bandung, 1995), hal. 23 12 Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, tt), hal. 38 20 c. Menurut Samsul Nizar Tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mengandung pelaksanaan fungsinya sebagai Kholifah fil Ardh.13 Tujuan pendidikan agama Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah dimuka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al Quran dan As Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insanul kamil setelah proses pendidikan Islam berakhir.14 Dari beberapa pendapat di atas bahwa tujuan pendidikan Islam adalah dapat memahami ajaran-ajaran agama Islam secara sederhana dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup dan amalan perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah, masyarakat, alam sekitarnya serta membentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama Islam. 5. Metodologi Pendidikan Agama Islam Pemilihan dan penggunaan metode pendidikan agama sangat bergantung pada sifat pesan yang disampaikan, tingkat perkembangan jiwa 13 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan..., hal. 36 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 16 14 21 siswa, potensi sumber-sumber belajar, sosio budaya yang berada di sekitar sekolah dan kreasi guru. Sedang langkah-langkah untuk menentukan metode pendidikan agama ditentukan oleh bahan pendidikan agama, dengan berorientasi pada Tujuan Pembelajaran Umum (TPU), dan selanjutnya pada Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) dalam kurikulum. Dari TPK, selanjutnya guru berorientasi kepada pokok bahasan dan selanjutnya dijabarkan pada sub pokok bahasan dari kurikulum pendidikan agama. Dalam pelaksanaannya hendaknya guru agama memahami secara cermat dan seksama tentang garis besar, dan deskripsi singkat tentang Garis Besar Progaram Pengajaran (GBPP) dalam bidang studi pendidikan agama Islam. Metode-metode pendidikan agama antara lain : a. Metode Ceramah Metode ceramah atau metode khotbah, yang oleh sebagian para ahli metode ini disebut “one man show method” adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru didepan kelas atau kelompok.15 Maka peranan guru dan murid berbeda secara jelas, yakni bahwa guru, terutama dalam penuturan dan penerangannya secara aktif, sedangkan murid mendengarkan dan mengikuti secara cermat serta membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru. Dalam bentuk yang lebih maju, untuk penjelasan uraian guru dapat 15 Achmad Fathoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 107 22 menggunakan metode ini dengan memakai alat-alat pembantu seperti : gambar-gambar, peta, film dan lain sebagainya. Metode ceramah sebagai metode mengajar yang paling tua umurnya dan paling banyak digunakan di sekolah-sekolah dapat dipandang sebagai cara yang paling mengena bagi usaha untuk penyampaian informasi, oleh karena itu memiliki keistimewaankeistimewaan sebagai berikut : 1. Biayanya murah 2. Dapat menyajikan bahan pelajaran kepada sejumlah besar siswa dalam waktu yang sama. 3. Mudah mengulang kembali jika diperlukan 4. Ceramah atau uraian guru yang dibawakan dengan baik dapat menjadikan pokok pembicaraan menjadi menarik. 5. Metode ceramah, memberikan kesempatan pengalaman kepada muridmurid untuk belajar mendengar suatu uraian secara lisan. 6. Metode ceramah, dapat memberikan kesempatan pada murid-murid untuk memperoleh latihan mendengarkan dan membuat catatancatatan singkat. 7. Bahan ceramah yang disiapkan dengan baik dan disajikan secara sistematis dapat menghemat waktu belajar bagi peserta didik. Kita sadar bahwa tidak ada satu metode yang sempurna. Semua metode mengajar memiliki kebaikan dan kelemahan. Oleh sebab itu, jika 23 guru akan menggunakan metode ceramah, maka harus memperhatikan hal-hal dibawah ini : 1. Bahan pelajaran harus disesuaikan dengan taraf perkembangan psikologis peserta didik. 2. Hendaknya guru dapat menyesuaikan tingkat bahasa yang digunakan dengan taraf kecerdasan murid. 3. Gaya bahasa supaya diperhatikan, baik berupa ucapan, tempo, melodi, ritme maupun dinamikanya. 4. Menampakkan wajah yang berseri-seri serta mimik yang ramah dan menarik. 5. Guru agama dalam memberikan pelajaran, hendaknya diadakan variasi. b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara guru bertanya, sedang murid-murid menjawab.16 Pada umumnya metode ini sebagian rangkaian tindak lanjut dari metode ceramah. Maka dalam cara ini paling tidak ada dua tugas yaitu : 1. Memberikan kesempatan bertanya, yang mengandung latihan kemauan atau keberanian bertanya, dan 2. Sebagai tolak ukur untuk mengetahui, sampai seberapa jauh pelajaran itu dipahami peserta didik. Dengan begitu dibuka pintu jalur lintas dua arah, yaitu dari pengajar kepada peserta didik dan sebaliknya. 16 Ibid, hal. 110 24 Jelasnya, bahwa metode tanya jawab tepat di gunakan untuk pendidikan agama. Oleh karena itu memiliki keistimewaankeistimewaan sebagai berikut : 1. Pertanyaan membangkitkan minat. Dan ini amat penting sebagai motivasi belajar. 2. Pertanyaan dapat mengurangi proses lupa, karena jawaban yang dikemukakan itu telah diolah dalam suasana yang serius. 3. Jawaban yang salah segera dapat dikoreksi. 4. Dengan metode ini peserta didik diajak untuk berani dan belajar bertanya. Metode tanya jawab merupakan metode mengajar yang bisa dipergunakan guru dikelas maupun di luar kelas. Maka, jika guru akan menggunakan metode ini, hal-hal dibawah ini harus diperhatikan : 1. Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban yang mungkin akan didengarnya dari murid atas suatu pertanyaan yang diajukan olehnya. 2. Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang akan diajukan dengan cermat. 3. Susunlah semua pertanyaan dalam bahasa yang mudah dipahami. 4. Guru harus mengarahkan pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. 5. Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban. 25 c. Metode Diskusi Metode diskusi atau musyawarah adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan.17 Dalam metode ini menampilkan kegiatan menanyakan, memberi komentar, saran serta jawaban dalam kelompok atau kelas. Sebagai metode mengajar yang bersifat sangat mendekati cara-cara kegiatan hidup sehari-hari, metode diskusi baik sekali untuk diterapkan dalam pendidikan agama, oleh karena itu memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut : 1. Mendidik murid-murid untuk belajar bertukar pikiran atau pendapat. 2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati pembaruan suatu problema bersama-sama. 3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sudut pandang atau dari berbagai sumber data. 4. Dengan metode diskusi anak didik dapat dibina untuk menyatakan pendapatnya secara sistematis dan logis. d. Metode Demonstrasi dan Eksperimen Demonstrasi dan eksperimen merupakan metode interaksi edukatif yang sangat efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkandung 17 Ibid, hal. 113 26 didalamnya, dan cara yang paling tepat dan sesuai melalui pengamatan induktif. Atau dengan pengertian lain yang lebih sederhana suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.18 Dari kewajaran penggunaannya terlihat beberapa kelebihan metode demonstrasi dan eksperimen yaitu : 1. Murid dapat menghayati dengan sepenuh hatinya mengenai pelajaran yang akan diberikan. 2. Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan minat serta kemauan peserta didik. 3. Melalui metode ini sekaligus masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pikiran murid langsung dapat terjawab. 4. Dibanding dengan metode lainnya, metode demonstrasi dan eksperimen mampu mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan dan pengertian, karena murid mengamati secara langsung terhadap suatu proses. Selain metode-metode diatas masih banyak metode-metode pendidikan agama Islam yang lain, namun penulis hanya menjelaskan empat metode saja. Karena keempat metode tersebut diatas yang paling banyak digunakan dalam proses pembelajaran. 18 Ibid, hal. 123 27 B. pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang melibatkan dua orang atau lebih yang diposisikan sebagai pendidik dan terdidik. Pembelajaran menurut Syaiful Sagala adalah “proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan olah pihak guru sebagai pendidik, sedang belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”.19 Pembelajaran merupakan hubungan interaksi antara peserta didik dengan pendidik sehingga menghasilkan sebuah pengetahuan baru bagi si terdidik yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari proses kegiatan belajar mengajar secara tidak sadar pelanpelan prilaku seseorang akan berubah berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh. James o Whittaker dalam kutipannya Syaiful Bahri Djamaroh merumuskan “belajar sebagai proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latiha atau pengalaman”.20 Crambach berpendapat bahwa “learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.21 Slameto merumuskan pengertian tentang belajar, menurutnya belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan 19 Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 20 Syaiful Bahri Djamaroh, Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 15 Ibid., hal. 15 61 21 28 sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.22 Mengajar menurut Wiliam H Burton “mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbinga pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”.23 Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan arti dari sebuah pendidikan adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. 2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Dalam melaksanakan pendidikan agama, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan agama tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima, dimana kelima faktor tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat. Kelima faktor itu antara lain : a. Faktor Peserta Didik Faktor peserta didik adalah merupakan faktor pendidikan yang paling penting, karena tanpa adanya peserta didik maka pendidikan tentu tidak akan berlangsung.24 Peserta didik merupakan raw material input (bahan masukan mentah/pokok) didalam proses 22 Ibid., hal. 15 Ibid., hal. 61 24 Ibid, hal. 19 23 29 transformasi yang disebut pendidikan. Oleh karena itu faktor peserta didik tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Menurut Haffi Anshori, anak didik adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan, dipimpin dan diberi anjuran-anjuran, norma-norma dan bermacam-macam Ilmu pengetahuan dan keterampilan atau dikatakan juga pihak yang dihumanisasikan. Anak adalah orang yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal.25 Membicarakan masalah peserta didik, sesungguhnya kita membicarakan manusia yang membutuhkan bimbingan, dikalangan para ahli paedagogig timbul suatu problem, tentang apakah benar anak itu dapat di didik. Dalam hal ini maka timbulah tiga aliran besar dalam pendidikan, yaitu : 1. Aliran Nativisme Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer, aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat, kesanggupan dan sifat-sifat tertentu. Inilah yang aktif dan yang menentukan dalam pertumbuhan berikutnya, pendidikan dan lingkungn tidak berpengaruh sama sekali. Baik buruknya perkembangan anak sepenuhnya tergantung pada pembawaannya bukan pengaruh dari luar. Karena itu menurut aliran Nativisme ini pendidikan tidak perlu, sebab pada hakekatnya yang memegang peranan adalah pembawaan.26 25 Hafi Anshori, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 83 26 hal. 96 Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta, 2010), 30 2. Aliran Empirisme Kaum empirisme ini berpendirian, bahwa perkembangan anak itu sepenuhnya tergantung kepada faktor lingkungan sedangkan bakat tidak ada pengaruhnya. Dasar yang dipakai adalah bahwa pada waktu dilahirkan jiwa anak dalam keadaan suci, bersih seperti kertas putih yang belum ditulisi, sehingga dapat ditulisi menurut kehendak penulisnya. Baik buruknya anak tergantung pada pendidikan yang diterimanya. Pendapat ini terkenal dengan teori Tabula rasa yang dipelopori oleh John Locke.27 3. Aliran Konvergensi Teori ini adalah perpaduan antara aliran nativisme dan aliran empirisme. Aliran konvergensi berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan/pengalaman pendidikan. Atau dengan kata lain bahwa perkembangan anak itu adalah hasil kerjasama antar kedua faktor yang pembawaannya dengan lingkungan (faktor dasar dan faktor ajar). Anak pada waktu dilahirkan telah membawa potensi-potensi yang akan berkembang, maka lingkungan yang memungkinkan berkembangnya potensi-potensi tersebut.28 27 28 Ibid, hal. 97 Ibid, hal. 97 31 b. Faktor Pendidik Pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang sangt penting, karena pendidik itulah yanng akan bertanggungjawab dalam pembentukan pribadi peserta didik.29 Pendidik tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Prestasi tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia telah berhasil membuat murid memahami dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan kepadanya. Sedang pendidik tidak hanya bertangungjawab menyampaikan materi pelajaran kepada murid, tetapi membentuk kepribadian seorang peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memiliki kepribadian yang utama. Lebih-lebih pendidik agama mempunyai tanggungjawab yang lebih berat dibanding dengan pendidik pada umumnya, karena selain bertanggungjawab terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan ajaran Islam, ia bertanggungjawab terhadap Allah SWT. c. Faktor Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan agama Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah dimuka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran 29 Ahcmad Fathoni, Metodologi Pendidikan..., hal. 24 32 Al-Quran dan As-Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insanul kamil setelah proses pendidikan Islam berakhir. Dari beberapa pendapat, tujuan pendidikan Islam adalah dapat memahami ajaran-ajaran agama Islam secara sederhana dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup dan amalan perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah, masyarakat, alam sekitarnya serta membentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Faktor Alat-alat Pendidikan Yang dimaksud dengan alat pendidikan di sini adalah segala sesuatu yang digunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan alat pendidikan agama adalah segala sesuatu yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan agama.30 e. Faktor Lingkungan Lingkungan adalah mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama.31 Karena perkembangan jiwa peserta didik itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan akan dapat memberikan pengaruh yang positif maupun yang negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikapnya, dalam akhlaq maupun dalam perasaan agamanya. Pengaruh tersebut datang dari teman-temannya dan dari lingkungan masyarakat. 30 31 Ibid, hal. 33 Ibid, hal. 36