24 BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Belajar Minat belajar dapat

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat Belajar
Minat belajar dapat mempengaruhi siswa untuk mau belajar dengan
sendirinya tanpa iming-iming hadiah atau yang lainnya. Minat belajar
juga mempengaruhi siswa untuk menggali lebih dalam lagi sesuatu yang
berhubungan dengan yang ia minati.
1. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan sesuatu rasa yang timbul dari dalam diri
seseorang atau peserta didik untuk condong kepada sesuatu yang ia sukai.
Minat merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap peserta didik,
karena hal ini menyangkut rasa ketertarikannya terhadap sesuatu bidang
atau mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang pendidik agar tercapai
suatu hasil belajar yang memuaskan.
Minat adalah kecenderengungan seseorang untuk mempelajari atau
melakukan sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk mempelajari
pelajaran PAI dalam sekolahnya. 1
Sedangkan menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktorfaktor Yang Mempengaruhinya mengemukakan bahwa “Minat adalah rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh”.2
1
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
37-39
2
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta.
2010), hlm. 180
24
25
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.Siswa yang memiliki
minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak
lahir, melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu merupakan
hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.Minat tidak timbul
sendirian
melainkan
ada
unsur
kebutuhan,
misalnya
minat
belajar.Menurut pendapat John yang terdapat dalam buku karya Djaali,
“Minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai
pada pilihan nilai”. 3
Dalam bukunya Dwi Sunar Presetyo, Rahasia Gemar Membaca Pada
Anak Sejak Dini, menyebutkan beberapa definisi minat menurut beberapa
tokoh. Antara lain:
a. Menurut Bimo Walgito
Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai
perhatian terhadap suatu objek, disertai dengan keinginan untuk
mengetahui, mempelajari, dan akhirnya dibuktikan lebih dengan
objek tertentu.
b. Menurut Wingkel
3
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 122
26
Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dan subjek
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu.
a. Menurut Harlock
Minat adalah sumber motivasi untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih.
b. Menurut Noeng muhajir
Minat
adalah
kecenderungan
afektif
(perasaan,
emosi)
seseorang untuk membentuk aktivitas.Dari sini dapat dilihat
bahwa minat melibatkan kondisi psikis (kejiwaan) seseorang. 4
c. Menurut Sardiman, minat adalah sebagai suatu kondisi yang
terjadi, apabila melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan atau kebutuhan-kebutuhan
sendiri. 5
Menurut Bloom dalam buku Galuh Wicaksana mengemukakan,
Minat adalah sebagai gejala psikis yang menempati tingkat paling dasar
dari tingkat afektif yang lain. Adapun urutannya sebagai berikut: minat,
apresiai, sikap, adat dan yang tertinggi adalah kebiasaan. Sedangkan
unsur psikis dalam minat meliputi : aspek kesadaran, kemauan,
penyeleksian, persetuan, pengambilan keputusan, penerimaan, dan
pemilihan.6
4
Dwi Sunar Presetyo, Rahasia Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini, (Yogyakarta :
Think, 2000), hlm. 51-54
5
Sardiman, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000),
hlm. 224
6
Galuh Wicaksana, Buat Anakmu Gila Baca!, (Yogyakarta : Bukubiru, 2011), hlm. 27
27
Sedangkan menurut pendapat Crow D. Leater & Crow Alice dalam
buku Djaali mengemukakan bahwa minat berhubungan dengan gaya
gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan
dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. 7
Menurut Djaali ada pembagian minat menjadi enam jenis
berdasarkan orang dan pilihan kerjanya, yaitu
a. Realistis, orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis,
berfikir kuat, dan seiring sangat atletis, memiliki koordinasi otot
yang baik dan terampil tetapi kurang mampu menggunakan
medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Investigatif, tipe ini termasuk orang yang berorientasi keilmuan,
umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asocial,
lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya,
memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai
tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja
sendirian, selalu ingin tahu, dan kurang menyukai pekerjaan
berulang.
c. Aristik, orang aristik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur,
bebas, sangat membutuhkan suasana mengekspresikan sesuatu
secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik.
7
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 121
28
d. Sosial,
tipe
ini
dapat
bergaul,
bertanggung
jawab,
berkemanusiaan, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi
pusat perhatian kelompok, menghindari pemecahan masalah
secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada
kaitannya dengan perasaan, melatih dan mengajar.
e. Enterprising, tipe ini cenderung menguasai atau memimpin
orang lain, memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan
organisasi, agresif, percaya diri dan umumnya sangat aktif.
f. Konvensional, orang konvensional menyukai lingkunga yang
sangat
tertib,
sangat
efektif menyelesaikan tugas yang
berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak menentu. 8
Sardiman mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat
(motivasi) tinggi yaitu berupa;
(1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus
dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai),
(2) Ulet menghadapi kesulitan ridak (tidak lekas putus asa),
(3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah,
(4) Lebih senang bekerja mandiri,
(5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang berifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif),
(6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yankin akan
sesuatu),
(7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan
8
Ibid., hlm. 122-124
29
(8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. 9
Belajar menurut pendapat Anthony Robbins dalam buku Trianto,
mengemukakan bahwa “Belajar merupakan sebagai proses menciptakan
hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu
(pengetahuan) yang baru”. 10 Sedangkan pendapat Jerome Bruner yang
juga terdapat dalam buku Trianto, “Belajar adalah suatu proses aktif di
mana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman
atau pengetahuan yang sudah dimilikinya”. 11
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu
yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.Manusia
banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum
lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru
diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara
individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya.
Menurut Trianto terkait dengan belajar, bahwa “Belajar diartikan
sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu,
9
Sardiman, Op., Cit, hlm. 83
Trianto.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), hlm. 15
11
Ibid., hlm. 15
10
30
dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil,
dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru”. 12
Menurut Watson dalam buku Djaali, bahwa “Belajar merupakan
proses terjadi refleks atau respons
bersyarat
melalui stimulus
pengganti”. 13Sedangkan menurut pendapat A. Bandura dalam buku
Djaali mengemukakan, bahwa “Belajar itu merupakan lebih dari sekedar
perubahan perilaku.Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku
yang didasari oleh pengetahuannya tersebut (Teori Kognitif Sosial)”. 14
Menurut Hilgard terkait dengan belajar, bahwa:
Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar
adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan perilaku. 15
Aktivitas mental tersebut seperti di atas, menurut Hilgard terjadi
karena
adanya
interaksi
individu
dengan
lingkungan
yang
disadari.Sedangkan menurut Gestalt, menerangkan bahwa “Belajar
adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman
terhadap pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu
situasi permasalahan”. 16
Menurut teori medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam
buku Wina Sanjaya Menganggap bahwa “Belajar adalah proses
12
Ibid., hlm. 17
Djaali, Op. Cit., hlm. 86
14
Ibid., hlm. 93
15
Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2010), hlm. 112
16
Ibid., hlm. 120
13
31
pemecahan masalah”.17 Menurut Thorndike dasar terjadinya belajar
adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra
dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan karena belajar
merupakan proses pembentukan koneksi antara stimulus dan respons. 18
Menurut Wina Sanjaya sendiri, mengemukakan bahwa “Belajar
bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses
mental yang menyebabkan munculnya perubahan perilaku seseorang”. 19
Menurut Sugihartono dkk, “Belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.20
Sedangkan menurut Nana
Sudjana, “Belajar itu bukan menghafal dan bukan pula mengingat
melainkan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri
seseorang”. 21 Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya,
sikap
dan
tingkah
lakunya,
keterampilannya,
kecakapan
dan
kemampuannya, daya reaksinya, dan lain-lain aspek yang ada pada
individu.
Menurut Agus Suprijono, “Prinsip belajar adalah perubahan
perilaku, proses untuk mencapai tujuan, dan bentuk pengalaman atau
hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya”. 22 Sedangkan
menurut Slameto dalam buku Wina Sandjaya mengemukakan bahwa
17
Ibid., hlm. 122
Ibid., hlm. 115
19
Ibid ., hlm. 112
20
Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 74
21
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2005), hlm. 28
22
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011), hlm. 4-5
18
32
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya”. 23
Dalam buku Wina Sandjaya, Slameto juga berpendapat tentang
ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, antara lain:
a. Perubahan terjadi secara sadar.
Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan
dalam
dirinya.
Misalnya
ia
menyadari
bahwa
pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya
bertambah.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dlam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya
jika seseorang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan
dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini
berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik
dan sempurna.Ia dapat meulis indah, dapat menulis dengan pulpen,
dengan kapur dan sebagainya. Dengan kecakapan menulis yang
dimilikinya
23
ia
dapat
Wina Sanjaya, Op., Cit, Hlm. 2
memperoleh kecakapan-kecakapan
lain
33
misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan dan
sebagainya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Perubahan dalam belajar itu senantiasa bertambah dan tertuju
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa belajar itu tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya
untuk beberapa saat saja tidak dapat digolongkan sebagai perubahan
dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar
bersifat menetap atau permanen, artinya bahwa tingkah laku yang
terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan
seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak
akanhilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan
berkembang kalu terus dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya tujuan yang akan
dicapai. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya
menetapkan apa yang mungkin akan dicapainya.
f. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
belajar sesuatu sebagai, sebagai hasilnya ia akan mengalami
34
perubahan
tingkah
laku
secara
menyeluruh
dalam
sikap,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya seorang anak
telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah
dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami
perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda,
pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat
sepeda, dan sebagainya.24
Berdasarkan beberapa pengertian tentang teori minat dan belajar di
atas, bahwa minat belajar merupakan kecenderungan sesorang untuk
mempelajari sesuatu yang ia minati sehingga dapat membawa perubahan
terhadap seseorang tersebut dengan usaha dan pelatihan yang telah
dilakukan. Jadi minat belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada
setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar.
2. Tujuan dan Fungsi Minat Belajar
a. Tujuan Minat Belajar
Menurut The Liang Gie tujuan minat belajar antara lain:
1) Untuk melahirkan perhatian yang serta merta.
Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu perhatian yang serta merta, dan
perhatian yang dipaksakan, perhatian yang serta merta secara
spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa
pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian
24
Ibid., Hlm. 3-4
35
yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk berkembang dan
kelangsungannya.
Menurut Gie, mengatakan bahwa jika seseorang telah memiliki
minat studi, maka saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan
dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang, maka
akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya.
Pendapat di atas, memberikan gambaran tentang eratnya kaitan
antara minat dan perhatian.Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa untuk meningkatkan perhatian seseorang dalam hal ini siswa
terhadap sesuatu, maka terlebih dahulu harus ditingkatkan
minatnya.
2) Untuk memudahkannya terciptanya konsentrasi.
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran
seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan
tanpa pemaksaam tenaga kemampuan seseorang memudahkan
berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap
sesuatu pelajaran.Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran
sulit untuk diperhatikan.Pendapat senada dikemukakan oleh
Winkel, bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan
energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini
peristiwa belajar mengajar di kelas.Konsentrasi dalam belajar
berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar, namun
konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan
minat dalam belajar.
36
Pendapat-pendapat di atas, memberi gambaran bahwa tanpa
minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit dipertahankan.
3) Untuk mencegah gangguan dari luar.
Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber
luar
misalnya,
orang
berbicara.
Seseorang
mudah terganggu
perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari
pelajaran kepada suatu hal yang lain, kalau minat studinya kecil.
Dalam hubungan ini Donald Leired dalam The Liang Gie menjelaskan
gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan oleh sikap batin
karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat
kecil bahaya akan diganggu perhatiannya. 25
4) Untuk memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya
mengingat bahan pelajaran.Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana
kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya.
Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi
ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat
seantiasa
teringat
walaupun
hanya
dibaca
atau
disimak
sekali.Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal
mudah terlupakan, apabila tanpa minat.Anak yang mempunyai minat
dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki
kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan
dan kosa kata yang memadai.
25
The Liang Gie, Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa, (Yogyakarta: Gajah Mada
Press, 2004), hlm. 30
37
Pendapat di atas, menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan
memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam
ingatan.
5) Untuk memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri. 26
Segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, sepele dan terus
menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat
perhatian. Gie berpendapat bahwa kejemuan melakukan sesuatu atau
terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri
seseorang dari pada bersumber pada hal-hal di luar dirinya.Oleh karena
itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya
bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat
belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.
b. Fungsi Minat Belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan
usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi
tantangan.
Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat
mengerti dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang
fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh
Abdul Wahid sebagai berikut.
1) Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai
contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya
adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak
26
Ibid., hlm. 29
38
yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya
menjadi dokter.
2) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk
menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar
kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.
3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat
seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi
pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan
jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena
berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi
oleh intensitas minat mereka.
4) Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering
terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai
misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan.
Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru
tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh
sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa
menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati.
Sedangkan Menurut Sardiman, ada beberapa fungsi dari minat
belajar, antara lain:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan
menyisihkan
perbuatan-perbuatan
bermanfaat bagi tujuan tersebut.27
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
27
Sardiman, Op., Cit. Hlm. 85
yang
tidak
39
Pada dasarnya minat belajar tidak muncul dengan sendirinya, perlu
kecenderungan hati atau pikiran dari siswa itu sendiri untuk bisa menarik
perhatian dalam belajar.
Ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar pada siswa, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Manusia itu merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.Akibat dari unsur
kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami
perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis
maupun
perubahan-perubahan
dalam
segi
psikologis.Perubahan-
perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari luar diri
manusia itu sendiri.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang.Dalam
faktor
internal
dibagi
menjadi
dua,
Menurut
Sugihartono dkk, faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor
psikologis.Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh,
sedangkan faktor pdikologis meliputi intelegensi, perhatian, bakat,
motivasi, minat, kematangan dan kelelahan.
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan
yang
tinggi
atau
keinginan
yang
besar
terhadap
sesuatu.Menurut pendapat Reber yang dikutip dalam buku Muhibin
Syah, “Minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
40
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan”. 28
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas
belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia
akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu,
dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang
akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara
yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang
akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari
bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi
aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi.Dalam hal ini, alangkah baiknya jika
jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya. 29
b. Faktor Eksternal
Menurut pendapat Muhibin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar
menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar
28
29
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 129
Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 76
41
dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial
dan faktor lingkungan nonsosial.
Menurut Slameto, lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat
memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat
belajar dengan sebaik-baiknya.30
1) Lingkungan sosial
a) Lingkungan Keluarga
Lingkungan
ini
sangat
memengaruhi
kegiatan
belajar.Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Menurut
Hamalik,
Keadaan
keluarga
yang
kurang
harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar
siswa dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa
menyebabkan turunnya prestasi belajar anak. 31
Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang
tua, dan latar belakang kebudayaan jelas akan memberikan
pengaruh terhadap belajar siswa.
b) Lingkungan sosial sekolah,
Kondisi lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kondisi
belajar antara lain adanya guru yang baik dan jumlah yang cukup
memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan,
30
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya., (Jakarta : Rineka Cipta,
2003), hlm. 72
31
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara. 2001), hlm. 194
42
peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang
memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang
baik, adanya teman dan keharmonisan diantara semua personil
sekolah.32 Aspek lingkungan sekolah meliputi: relasi guru dan
siswa, relasi siswa dengan siswa, sarana belajar, disiplin sekolah. 33
Hubungan yang harmonis dapat menjadikan siswa untuk
belajar lebih baik di sekolah.maka para pendidik, orangtua, dan
guru perlu memerhatikan dan memahami bakat dan minat yang
dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan
mendukung, ikut mengembangkan, dan biarkan anak untuk
memilih jurusan yang sesuai dengan yang diminatinya.
c) Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,
banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
2)
Lingkungan nonsosial.
a) Faktor Instrumental
Faktor instrumental meliputi perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah,
32
33
alat-alat
belajar,
fasilitas
belajar,
Thursan. Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Puspa Suara, 2002), hlm. 18
Slameto., Op.,Cit. Hlm. 65-69
lapangan
43
olahraga..Kedua,
software,
seperti
kurikulum
sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya.
b) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru
dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap minat belajar
siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan
berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kondisi siswa.34
B. Siswa
1. Pengertian Siswa
Secara etimologi siswa atau peserta didik dalam bahasa arab
disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah
“murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”.
Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah
Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang
yang mencari ilmu”.
Namun secara definitif yang lebih detail para ahli telah menuliskan
beberapa pengertian tentang siswa atau peserta didik. Peserta didik atau
34
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 133
44
siswa merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah
potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. 35
Sedangkan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir mendefinisikan
bahwa “Peserta didik dalam pendidikan Islam sebagai individu yang
sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan
religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak”.36
Disini peserta didik atau siswa merupakan makhluk Allah SWT
yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf
kematangan baik bentuk, maupun perimbangan pada bagian-bagian
lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan
pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.
Diantara komponen terpenting dalam dunia pendidikan adalah
siswa.Dalam perspektif pendidikan Islam siswa merupakan subyek dan
obyek pendidikan. Dibawah ini definisi tentang siswa :
a. Menurut Samsul Nizar
- Siswa adalah orang yang belum dewasa yang mempunyai
sejumlah potensi dasar yang masih berkembang.
- Siswa adalah manusia yang memiliki defensiasi periodisasi
perkembangan dan pertumbuhan.
35
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25. Selain
istilah Tilmidz, murid dan Thalib, Abudin Nata juga menambahkan istilah muta’alim yang diambil
dari kata allama, yang berarti orang yang sedang menuntut ilmu.
36
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet I (Jakarta: Kencana, 2006),
hlm. 103
45
- Siswa adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan
individual baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun
lingkungan dimana ia berada.37
b. Menurut Abudin Nata
Siswa adalah orang tengah yang memerlukan pengetahuan
atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.38
Jadi siswa adalah seseorang yang mempunyai sejumlah
potensi dasar yang tengah memerlukan bimbingan atau pengarahan
untuk mengembangkan kecerdasannya agar supaya bisa mencapai
apa yang ia butuhkan.
2. Karakteristik Siswa atau Peserta didik
Samsul Nizar mengklasifikasikan siswa atau peserta didik sebagai
berikut:
a. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki
dunianya sendiri.
b. Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertunbuhan.
c. Peserta didik adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan
individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan
dimana ia berada.
d. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur
jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati
nurani dan nafsu.
37
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 48-49
Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta : Raja
Grafindo, 2001), Hal. 79
38
46
e. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang
dapat dikembangkan dan perkembangkan dan berkembang secara
dinamis. 39
3. Kebutuhan dan Potensi Siswa atau Peserta Didik
a. Kebutuhan Jasmani. Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang
bersifat jasmaniah.
b. Kebutuhan Rohaniah. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
siswa yang bersifat rohaniah.
c. Kebutuhan Sosial. Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama
siswa dan pendidik serta orang lain.
4. Kewajiban dan Akhlak (etika) siswa atau Peserta Didik
Menurut Asma Hasan Fahmi, sebagai mana yang dikutip oleh samsul
Nizar, menuliskan beberapa kewajiban peserta didik antara lain :
a. Peserta didik atau siswa hendaknya membersihkan hatinya sebelum
meuntut ilmu, hal ini disebabkan karena menuntut ilmu adalah ibadah
dan tidak sah ibadah kecuali dengan hati yang bersih.
b. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan
berbagai sifat keutamaan.
c. Memiliki kemampuan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu
diberbagai tempat.
d. Setiap pesrta didik wajib menghormati pendidik atau gurunya.
e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah
dalam belajar.
39
Samsul Nizar, Op. Cit., hlm. 20
47
f. Jangan pernah meremehkan suatu ilmu yang telah diberikan. 40
Sedangkan akhlak (etika) peserta didik secara umum dibagi menjadi
tiga, yaitu: Pertama, akhlak terhadap Tuhan yang berkaitan dengan
kepatuhan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Kedua, akhlak terhadap sesama manusia yang berkaitan
dengan menaati perintah orang tua, guru dan pemerintah, menghargai dan
menghormati orang lain, dan sebagainaya.Ketiga, akhlak terhadap alam
yang berkaitan dengan kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan
alam dan lingkungan sosial (seperti peduli terhadap kebersihan,
keamanan, keindahan, dan sebagainya). 41
Sementara itu masih dalam Abudin Nata, Ibnu Jama’ah terkait dengan
akhlak mengemukakan bahwa:
Akhlak (etika) peserta didik dibagi menjadi tiga: Pertama, akhlak
terhadap diri sendiri, meliputi: memelihara diri dari perbuatan
dosa dan maksiat, memiliki motivasi dan niat yang ikhlas dan
kuat dalam menuntut ilmu, bersikap sederhana dan menjauhkan
diri dari pengaruh duniawi. Kedua, akhlak terhadap pendidik
meliputi: mematuhi, memulyakan, menghormati, membantu dan
menerima segala keputusannya. Ketiga, akhlak terhadap kegiatan
belajar mengajar meliputi: senantiasa memperdalam ilmu yang
dipelajari dari guru, mempelajari ilmu secara bertahap serta
berusaha mempraktikkannya. 42
5. Peran Siswa Dalam Minat Belajar
Dalam
hubungannya
dengan
pemusatan
perhatian,
minat
mempunyai peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta,
40
Ibid., hlm. 38
Abudin Nata, Op. Cit.,hlm. 182. Lihat juga KH. Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim Wa Al
Muta’alim (Etika Pendidikan Islam) terj. Mohamed Kholil, (Yogyakarta: Titian Wacana, 2007),
hlm. 21
42
Ibid., hlm. 183
41
48
memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan
perhatian dari luar.43
Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam
belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan
pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan
disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force
yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang
berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun
belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran.
mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun
karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil
yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap
pelajaran sehingga akanmendorong ia untuk terus belajar.
Minat merupakan faktor yang sangat urgen dalam belajar, menurut
Djaali mengutip dari Crow and Crow mengatakan bahwa “Minat
berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman,
yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”. 44
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang
berminat terhadap mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) akan
43
44
The Liang Gie, Op. Cit., hlm. 57
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 121
49
mempelajari PAI dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa
senang mengikuti penyajian pelajaran PAI, dan bahkan dapat menemukan
kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan karena
adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari PAI.
Minat
tidak
dibawa
sejak
lahir
melainkan
diperoleh
kemudian.Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan
diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi
belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi
minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar
selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal
yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan
penelitian,
sampai
terbukti
melalui
data
yang
terkumpul. 45
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti mengajukan
hipotesis :“Terdapat perbedaan yang signifikan antara minat belajar
siswa SMPN 14 Pekalongan dengan SMPN 01 Bojong Pekalongan di
daerah kota Pekalongan dan kabupaten Pekalongan.
45
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta), 2006, hlm. 71
Download