BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Belajar Minat belajar dapat mempengaruhi siswa untuk mau belajar dengan sendirinya tanpa iming-iming hadiah atau yang lainnya. Minat belajar juga mempengaruhi siswa untuk menggali lebih dalam lagi sesuatu yang berhubungan dengan yang ia minati. 1. Pengertian Minat Belajar Minat merupakan sesuatu rasa yang timbul dari dalam diri seseorang atau peserta didik untuk condong kepada sesuatu yang ia sukai. Minat merupakan hal yang penting dimiliki oleh setiap peserta didik, karena hal ini menyangkut rasa ketertarikannya terhadap sesuatu bidang atau mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang pendidik agar tercapai suatu hasil belajar yang memuaskan. Minat adalah kecenderengungan seseorang untuk mempelajari atau melakukan sesuatu perbuatan, misalnya minat untuk mempelajari pelajaran PAI dalam sekolahnya. 1 Sedangkan menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktorfaktor Yang Mempengaruhinya mengemukakan bahwa “Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.2 1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 37-39 2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta:PT Rineka Cipta. 2010), hlm. 180 24 25 Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.Minat tidak timbul sendirian melainkan ada unsur kebutuhan, misalnya minat belajar.Menurut pendapat John yang terdapat dalam buku karya Djaali, “Minat merupakan bagian dari ranah afeksi, mulai dari kesadaran sampai pada pilihan nilai”. 3 Dalam bukunya Dwi Sunar Presetyo, Rahasia Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini, menyebutkan beberapa definisi minat menurut beberapa tokoh. Antara lain: a. Menurut Bimo Walgito Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek, disertai dengan keinginan untuk mengetahui, mempelajari, dan akhirnya dibuktikan lebih dengan objek tertentu. b. Menurut Wingkel 3 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 122 26 Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dan subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. a. Menurut Harlock Minat adalah sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. b. Menurut Noeng muhajir Minat adalah kecenderungan afektif (perasaan, emosi) seseorang untuk membentuk aktivitas.Dari sini dapat dilihat bahwa minat melibatkan kondisi psikis (kejiwaan) seseorang. 4 c. Menurut Sardiman, minat adalah sebagai suatu kondisi yang terjadi, apabila melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. 5 Menurut Bloom dalam buku Galuh Wicaksana mengemukakan, Minat adalah sebagai gejala psikis yang menempati tingkat paling dasar dari tingkat afektif yang lain. Adapun urutannya sebagai berikut: minat, apresiai, sikap, adat dan yang tertinggi adalah kebiasaan. Sedangkan unsur psikis dalam minat meliputi : aspek kesadaran, kemauan, penyeleksian, persetuan, pengambilan keputusan, penerimaan, dan pemilihan.6 4 Dwi Sunar Presetyo, Rahasia Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini, (Yogyakarta : Think, 2000), hlm. 51-54 5 Sardiman, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 224 6 Galuh Wicaksana, Buat Anakmu Gila Baca!, (Yogyakarta : Bukubiru, 2011), hlm. 27 27 Sedangkan menurut pendapat Crow D. Leater & Crow Alice dalam buku Djaali mengemukakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. 7 Menurut Djaali ada pembagian minat menjadi enam jenis berdasarkan orang dan pilihan kerjanya, yaitu a. Realistis, orang realistis umumnya mapan, kasar, praktis, berfikir kuat, dan seiring sangat atletis, memiliki koordinasi otot yang baik dan terampil tetapi kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal dan kurang memiliki keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. b. Investigatif, tipe ini termasuk orang yang berorientasi keilmuan, umumnya berorientasi pada tugas, introspektif, dan asocial, lebih menyukai memikirkan sesuatu daripada melaksanakannya, memiliki dorongan kuat untuk memahami alam, menyukai tugas-tugas yang tidak pasti (ambiguous), suka bekerja sendirian, selalu ingin tahu, dan kurang menyukai pekerjaan berulang. c. Aristik, orang aristik menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, sangat membutuhkan suasana mengekspresikan sesuatu secara individual, sangat kreatif dalam bidang seni dan musik. 7 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 121 28 d. Sosial, tipe ini dapat bergaul, bertanggung jawab, berkemanusiaan, suka bekerja dalam kelompok, senang menjadi pusat perhatian kelompok, menghindari pemecahan masalah secara intelektual, suka memecahkan masalah yang ada kaitannya dengan perasaan, melatih dan mengajar. e. Enterprising, tipe ini cenderung menguasai atau memimpin orang lain, memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi, agresif, percaya diri dan umumnya sangat aktif. f. Konvensional, orang konvensional menyukai lingkunga yang sangat tertib, sangat efektif menyelesaikan tugas yang berstruktur tetapi menghindari situasi yang tidak menentu. 8 Sardiman mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki minat (motivasi) tinggi yaitu berupa; (1) Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai), (2) Ulet menghadapi kesulitan ridak (tidak lekas putus asa), (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (4) Lebih senang bekerja mandiri, (5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang berifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif), (6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yankin akan sesuatu), (7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, dan 8 Ibid., hlm. 122-124 29 (8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. 9 Belajar menurut pendapat Anthony Robbins dalam buku Trianto, mengemukakan bahwa “Belajar merupakan sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru”. 10 Sedangkan pendapat Jerome Bruner yang juga terdapat dalam buku Trianto, “Belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya”. 11 Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Menurut Trianto terkait dengan belajar, bahwa “Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, 9 Sardiman, Op., Cit, hlm. 83 Trianto.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 15 11 Ibid., hlm. 15 10 30 dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru”. 12 Menurut Watson dalam buku Djaali, bahwa “Belajar merupakan proses terjadi refleks atau respons bersyarat melalui stimulus pengganti”. 13Sedangkan menurut pendapat A. Bandura dalam buku Djaali mengemukakan, bahwa “Belajar itu merupakan lebih dari sekedar perubahan perilaku.Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuannya tersebut (Teori Kognitif Sosial)”. 14 Menurut Hilgard terkait dengan belajar, bahwa: Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. 15 Aktivitas mental tersebut seperti di atas, menurut Hilgard terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.Sedangkan menurut Gestalt, menerangkan bahwa “Belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan”. 16 Menurut teori medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam buku Wina Sanjaya Menganggap bahwa “Belajar adalah proses 12 Ibid., hlm. 17 Djaali, Op. Cit., hlm. 86 14 Ibid., hlm. 93 15 Wina Sanjaya. Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 112 16 Ibid., hlm. 120 13 31 pemecahan masalah”.17 Menurut Thorndike dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi antara stimulus dan respons. 18 Menurut Wina Sanjaya sendiri, mengemukakan bahwa “Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang menyebabkan munculnya perubahan perilaku seseorang”. 19 Menurut Sugihartono dkk, “Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”.20 Sedangkan menurut Nana Sudjana, “Belajar itu bukan menghafal dan bukan pula mengingat melainkan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang”. 21 Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Menurut Agus Suprijono, “Prinsip belajar adalah perubahan perilaku, proses untuk mencapai tujuan, dan bentuk pengalaman atau hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya”. 22 Sedangkan menurut Slameto dalam buku Wina Sandjaya mengemukakan bahwa 17 Ibid., hlm. 122 Ibid., hlm. 115 19 Ibid ., hlm. 112 20 Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 74 21 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), hlm. 28 22 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 4-5 18 32 “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. 23 Dalam buku Wina Sandjaya, Slameto juga berpendapat tentang ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, antara lain: a. Perubahan terjadi secara sadar. Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya bertambah. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dlam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seseorang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.Ia dapat meulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dengan kapur dan sebagainya. Dengan kecakapan menulis yang dimilikinya 23 ia dapat Wina Sanjaya, Op., Cit, Hlm. 2 memperoleh kecakapan-kecakapan lain 33 misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan-catatan dan sebagainya. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan dalam belajar itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa belajar itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, artinya bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akanhilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan berkembang kalu terus dipergunakan atau dilatih. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya menetapkan apa yang mungkin akan dicapainya. f. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu sebagai, sebagai hasilnya ia akan mengalami 34 perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, dan sebagainya.24 Berdasarkan beberapa pengertian tentang teori minat dan belajar di atas, bahwa minat belajar merupakan kecenderungan sesorang untuk mempelajari sesuatu yang ia minati sehingga dapat membawa perubahan terhadap seseorang tersebut dengan usaha dan pelatihan yang telah dilakukan. Jadi minat belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. 2. Tujuan dan Fungsi Minat Belajar a. Tujuan Minat Belajar Menurut The Liang Gie tujuan minat belajar antara lain: 1) Untuk melahirkan perhatian yang serta merta. Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan, perhatian yang serta merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa pemaksaan dan kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian 24 Ibid., Hlm. 3-4 35 yang dipaksakan harus menggunakan daya untuk berkembang dan kelangsungannya. Menurut Gie, mengatakan bahwa jika seseorang telah memiliki minat studi, maka saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang, maka akan semakin besar derajat spontanitas perhatiannya. Pendapat di atas, memberikan gambaran tentang eratnya kaitan antara minat dan perhatian.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan perhatian seseorang dalam hal ini siswa terhadap sesuatu, maka terlebih dahulu harus ditingkatkan minatnya. 2) Untuk memudahkannya terciptanya konsentrasi. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaam tenaga kemampuan seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu pelajaran.Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk diperhatikan.Pendapat senada dikemukakan oleh Winkel, bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di kelas.Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar. 36 Pendapat-pendapat di atas, memberi gambaran bahwa tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit dipertahankan. 3) Untuk mencegah gangguan dari luar. Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, kalau minat studinya kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired dalam The Liang Gie menjelaskan gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan oleh sikap batin karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat kecil bahaya akan diganggu perhatiannya. 25 4) Untuk memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya mengingat bahan pelajaran.Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat seantiasa teringat walaupun hanya dibaca atau disimak sekali.Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat.Anak yang mempunyai minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang memadai. 25 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 2004), hlm. 30 37 Pendapat di atas, menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. 5) Untuk memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri. 26 Segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, sepele dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian. Gie berpendapat bahwa kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam diri seseorang dari pada bersumber pada hal-hal di luar dirinya.Oleh karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya. b. Fungsi Minat Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut. 1) Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita. Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak 26 Ibid., hlm. 29 38 yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter. 2) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat. Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan. 3) Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas. Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka. 4) Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan. Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati. Sedangkan Menurut Sardiman, ada beberapa fungsi dari minat belajar, antara lain: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. 3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan bermanfaat bagi tujuan tersebut.27 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar 27 Sardiman, Op., Cit. Hlm. 85 yang tidak 39 Pada dasarnya minat belajar tidak muncul dengan sendirinya, perlu kecenderungan hati atau pikiran dari siswa itu sendiri untuk bisa menarik perhatian dalam belajar. Ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar pada siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Manusia itu merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis.Perubahan- perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari luar diri manusia itu sendiri. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.Dalam faktor internal dibagi menjadi dua, Menurut Sugihartono dkk, faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor psikologis.Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor pdikologis meliputi intelegensi, perhatian, bakat, motivasi, minat, kematangan dan kelelahan. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.Menurut pendapat Reber yang dikutip dalam buku Muhibin Syah, “Minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan 40 ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan”. 28 Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya. Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi.Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya. 29 b. Faktor Eksternal Menurut pendapat Muhibin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar 28 29 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 129 Sugihartono dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UNY Press, 2007), hlm. 76 41 dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Menurut Slameto, lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.30 1) Lingkungan sosial a) Lingkungan Keluarga Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Menurut Hamalik, Keadaan keluarga yang kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar anak. 31 Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan jelas akan memberikan pengaruh terhadap belajar siswa. b) Lingkungan sosial sekolah, Kondisi lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dan jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, 30 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya., (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 72 31 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara. 2001), hlm. 194 42 peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman dan keharmonisan diantara semua personil sekolah.32 Aspek lingkungan sekolah meliputi: relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, sarana belajar, disiplin sekolah. 33 Hubungan yang harmonis dapat menjadikan siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat dan minat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan biarkan anak untuk memilih jurusan yang sesuai dengan yang diminatinya. c) Lingkungan sosial masyarakat Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. 2) Lingkungan nonsosial. a) Faktor Instrumental Faktor instrumental meliputi perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, 32 33 alat-alat belajar, fasilitas belajar, Thursan. Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta : Puspa Suara, 2002), hlm. 18 Slameto., Op.,Cit. Hlm. 65-69 lapangan 43 olahraga..Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya. b) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa) Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap minat belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.34 B. Siswa 1. Pengertian Siswa Secara etimologi siswa atau peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. Namun secara definitif yang lebih detail para ahli telah menuliskan beberapa pengertian tentang siswa atau peserta didik. Peserta didik atau 34 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 133 44 siswa merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. 35 Sedangkan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir mendefinisikan bahwa “Peserta didik dalam pendidikan Islam sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak”.36 Disini peserta didik atau siswa merupakan makhluk Allah SWT yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan. Diantara komponen terpenting dalam dunia pendidikan adalah siswa.Dalam perspektif pendidikan Islam siswa merupakan subyek dan obyek pendidikan. Dibawah ini definisi tentang siswa : a. Menurut Samsul Nizar - Siswa adalah orang yang belum dewasa yang mempunyai sejumlah potensi dasar yang masih berkembang. - Siswa adalah manusia yang memiliki defensiasi periodisasi perkembangan dan pertumbuhan. 35 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 25. Selain istilah Tilmidz, murid dan Thalib, Abudin Nata juga menambahkan istilah muta’alim yang diambil dari kata allama, yang berarti orang yang sedang menuntut ilmu. 36 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet I (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 103 45 - Siswa adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan individual baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana ia berada.37 b. Menurut Abudin Nata Siswa adalah orang tengah yang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.38 Jadi siswa adalah seseorang yang mempunyai sejumlah potensi dasar yang tengah memerlukan bimbingan atau pengarahan untuk mengembangkan kecerdasannya agar supaya bisa mencapai apa yang ia butuhkan. 2. Karakteristik Siswa atau Peserta didik Samsul Nizar mengklasifikasikan siswa atau peserta didik sebagai berikut: a. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri. b. Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertunbuhan. c. Peserta didik adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada. d. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu. 37 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 48-49 Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta : Raja Grafindo, 2001), Hal. 79 38 46 e. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan perkembangkan dan berkembang secara dinamis. 39 3. Kebutuhan dan Potensi Siswa atau Peserta Didik a. Kebutuhan Jasmani. Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah. b. Kebutuhan Rohaniah. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang bersifat rohaniah. c. Kebutuhan Sosial. Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan pendidik serta orang lain. 4. Kewajiban dan Akhlak (etika) siswa atau Peserta Didik Menurut Asma Hasan Fahmi, sebagai mana yang dikutip oleh samsul Nizar, menuliskan beberapa kewajiban peserta didik antara lain : a. Peserta didik atau siswa hendaknya membersihkan hatinya sebelum meuntut ilmu, hal ini disebabkan karena menuntut ilmu adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan hati yang bersih. b. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keutamaan. c. Memiliki kemampuan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai tempat. d. Setiap pesrta didik wajib menghormati pendidik atau gurunya. e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar. 39 Samsul Nizar, Op. Cit., hlm. 20 47 f. Jangan pernah meremehkan suatu ilmu yang telah diberikan. 40 Sedangkan akhlak (etika) peserta didik secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu: Pertama, akhlak terhadap Tuhan yang berkaitan dengan kepatuhan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, akhlak terhadap sesama manusia yang berkaitan dengan menaati perintah orang tua, guru dan pemerintah, menghargai dan menghormati orang lain, dan sebagainaya.Ketiga, akhlak terhadap alam yang berkaitan dengan kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan alam dan lingkungan sosial (seperti peduli terhadap kebersihan, keamanan, keindahan, dan sebagainya). 41 Sementara itu masih dalam Abudin Nata, Ibnu Jama’ah terkait dengan akhlak mengemukakan bahwa: Akhlak (etika) peserta didik dibagi menjadi tiga: Pertama, akhlak terhadap diri sendiri, meliputi: memelihara diri dari perbuatan dosa dan maksiat, memiliki motivasi dan niat yang ikhlas dan kuat dalam menuntut ilmu, bersikap sederhana dan menjauhkan diri dari pengaruh duniawi. Kedua, akhlak terhadap pendidik meliputi: mematuhi, memulyakan, menghormati, membantu dan menerima segala keputusannya. Ketiga, akhlak terhadap kegiatan belajar mengajar meliputi: senantiasa memperdalam ilmu yang dipelajari dari guru, mempelajari ilmu secara bertahap serta berusaha mempraktikkannya. 42 5. Peran Siswa Dalam Minat Belajar Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta, 40 Ibid., hlm. 38 Abudin Nata, Op. Cit.,hlm. 182. Lihat juga KH. Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim Wa Al Muta’alim (Etika Pendidikan Islam) terj. Mohamed Kholil, (Yogyakarta: Titian Wacana, 2007), hlm. 21 42 Ibid., hlm. 183 41 48 memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar.43 Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar. Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akanmendorong ia untuk terus belajar. Minat merupakan faktor yang sangat urgen dalam belajar, menurut Djaali mengutip dari Crow and Crow mengatakan bahwa “Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman, yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”. 44 Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) akan 43 44 The Liang Gie, Op. Cit., hlm. 57 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 121 49 mempelajari PAI dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran PAI, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari PAI. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut. C. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 45 Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis :“Terdapat perbedaan yang signifikan antara minat belajar siswa SMPN 14 Pekalongan dengan SMPN 01 Bojong Pekalongan di daerah kota Pekalongan dan kabupaten Pekalongan. 45 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta), 2006, hlm. 71