KONSEP BELAJAR: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

advertisement
KONSEP BELAJAR:
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Oleh: Aenudin, M.Ag.
NIP. 19720710 200801 1 004
Guru SMA Negeri 1 Jampangtengah Kabupaten Sukabumi
Dosen Filsafat Ilmu dan Ilmu Ekonomi Islam STIES GASANTARA
([email protected])
Abstract
Belajar merupakan inti peradaban. Secara konseptual, terdapat hubungan antara belajar,
pendidikan, kebudayaan dan peradaban. Artinya, bahwa tiada peradaban tanpa kebudayaan, tiada
kebudayaan tanpa pendidikan, tiada pendidikan tanpa belajar. Sedangkan belajar merupakan upaya
manusia dalam memperoleh pengetahuan dengan menggunakan indra, akal dan hati. Hakikat belajar
adalah perubahan yang terjadi pada diri peserta didik setelah melakukan aktivitas belajar, maka
hakikat pembelajaran adalah proses pengaturan atau mengorganisasi lingkungan di sekitar peserta
didik yang dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, aktivitas pembelajaran mengandung
sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar dan mengajar, metode,
alat dan sumber, serta evaluasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: (1) Faktor internal peserta didik, yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani peserta didik; (2) Faktor eksternal peserta didik, yakni kondisi lingkungan di
sekitar peserta didik; (3) Faktor pendekatan bealajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Rumusan lain mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar peserta didik, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan
konsep diri.
Keywords :
Belajar, Pembelajaran, Pendidikan, Kebudayaan, Peradaban, Motivasi, Sikap, Konsep
Diri.
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan peserta didik. Guru
yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur
manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai
mediumnya. Di sana semua komponen pembelajaran diperankan secara optimal
guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran
dilaksanakan.
1
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik kepada
tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik. Suasana pembelajaran yang
tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik biasanya lebih banyak
mendatangkan kegiatan pembelajaran yang kurang harmonis. Keadaan peserta
didik menjadi gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi
ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, pembelajaran mempunyai hakikat,
ciri, komponen atau variabel-variabel, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran. Hal tersebut perlu diketahui dan dipahami oleh guru untuk
menunjang tugasnya di medan pengabdian.
Sebagai rumusan masalah tulisan ini adalah: Apakah hakikat, ciri, variabelvariabel dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran peserta didik ?.
Tulisan ini akan menjawab masalah tersebut dengan merujuk pada literatur yang
otoritatif di bidangnya.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hakikat Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa “pembelajaran”
adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup (mau)
belajar.1 Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik yang melakukan
aktivitas belajar dan guru yang melakukan aktivitas mengajar. Aktivitas interaksi
ini biasanya disebut belajar dan mengajar atau saat ini lebih dikenal dengan istilah
pembelajaran. “Belajar” adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang
setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. 2 Dalam Kamus Besar Bahasa
1
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2005), 17.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 38.
2
Indonesia dinyatakan bahwa “belajar” adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
3
pengalaman.
sebagainya.
4
Sementara “mengajar” adalah memberi pelajaran, melatih dan
Menurut Nana Sudjana “mengajar” adalah proses memberikan
bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. 5 Djamarah
mengemukakan bahwa “mengajar” adalah proses mengatur, mengorganisasi,
lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong anak didik melakukan proses belajar. 6
Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik sebagai subyek sekaligus
sebagai obyek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti pembelajaran tidak lain
adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran akan dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik
saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik peserta didik saja yang aktif,
tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama halnya peserta didik tidak belajar,
karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. 7
Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran guru. Cukup banyak
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar di
rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan dari
orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca
sebuah buku tertentu.
Sementara mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan
keterlibatan individu peserta didik. Bila tidak ada peserta didik atau objek didik,
maka tidak terjadi proses pembelajaran. Karena itu, belajar dan mengajar
merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pembelajaran.
3
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 17.
4
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 17.
5
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 39.
6
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar , 39.
7
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 38.
3
Guru yang mengajar dan pesert didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam
perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan peserta didik.8
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya peserta
didik yang bermasalah. Dalam belajar ada peserta didik yang mempunyai
kemampuan cepat dalam menerima bahan ajar, ada peserta didik yang mmpunyai
kemampuan sedang dalam mencerna bahan ajar, ada juga peserta didik yang
mempunyai kemampuan lamban dalam mencerna bahan ajar yang diberikan guru.
Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi
pembelajarannya sesuai dengan gaya-gaya belajar peserta didik. 9
Berdasarkan pada uraian di atas, bila hakikat belajar adalah perubahan yang
terjadi pada diri peserta didik setelah melakukan aktivitas belajar, maka hakikat
pembelajaran adalah proses pengaturan atau mengorganisasi lingkungan di sekitar
peserta didik yang dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar.
B. Ciri-ciri Pembelajaran
Sebagai suatu proses pengorganisasian kegiatan pembelajaran mempunyai
ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut: 1
1.
Pembelajaran memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu;
2.
Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
3.
Kegiatan pembelajaran ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus;
4.
Adanya aktivitas peserta didik, baik secara fisik maupun secara mental;
8
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 38-39.
9
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 39.
1
0
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi
Belajar-Mengajar, 39-41.
4
0
5.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif;
6.
Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan disiplin;
7.
Ada batas waktu dalam pencapaian tujuan;
8.
Evaluasi. Dalam kegiatan pembelajaran, evaluasi harus dilakukan oleh guru
untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
C. Variabel-variabel Pembelajaran
“Varibel” adalah sesuatu yang dapat berubah, faktor atau unsur yang ikut
menentukan perubahan, berbeda-beda, bermacam-macam (tentang mutu, harga dan
sebagainya). 1
1
Dalam metodologi penelitian, secara teoritis variabel didefinisikan oleh
Hatch dan Farhady (1981) sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai
“variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang
lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan
tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, teknologi
produksi, pengendalian mutu, pemasaran, advertensi, nilai penjualan, dan
keuntungan merupakan contoh dalam kegiatan maupun ilmu bisnis.1
Masih dalam metodologi penelitian, Kerlinger (1973) menyatakan bahwa
variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya
tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan
gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa
variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Selanjutnya Kidder (1981) menyatakan bahwa variabel
adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya. 1
3
1
1
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1258.
1
Sugiyono, Metode Penelitian2 Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), 58.
1
Sugiyono, Metode Penelitian3 Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), 58-59.
5
2
Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat
dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu
orang dengan yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan
sebagai variabel karena persepsi dan motivasi dari sekelompok orang tentu
bervariasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini
bahwa variabel pembelajaran adalah sifat yang menjadi ciri khas suatu benda atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang dapat
berubah-ubah sebagai faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan peserta
didik.
Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, aktivitas
pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan
pelajaran, kegiatan belajar dan mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.
Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu
adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana
kegiatan itu akan dibawa. Tujuan merupakan unsur penting untuk suatu kegiatan,
maka dalam kegiatan apa pun tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian juga halnya
dalam kegiatan pembelajaran, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam
kegiatannya.
Roestiyah, N.K. (1989:44) mengatakan bahwa suatu tujuan pembelajaran
adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita
harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.
2. Bahan Pelajaran
1
4
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi
Belajar-Mengajar, 41-52.
6
4
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan.
Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran
yang akan disampaikannya kepada peserta didik. Bahan merupakan salah satu
sumber belajar bagi peserta didik. Bahan yang juga disebut sebagai sumber belajar
ini merupakan sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran.
3. Kegiatan Belajar dan Mengajar
Kegiatan belajar dan mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan.
Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar
dan mengajar. Dalam kegiatan belajar dan mengajar, guru dan peserta didik terlibat
dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam
interaksi itu, peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan
sebagai motivator dan fasilitator.
4. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar dan mengajar, metode diperlukan oleh
guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila
dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan
para ahli psikologi dan pendidikan. Mahmud Yunus pernah mengatakan bahwa
penguasaan metode pembelajaran lebih penting dari pada materi pelajaran. (althariqah ahmmu min al-madah). 1 Winarno Surakhmad 5mengemukakan lima
faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut: (a)
tujuan yang berbeda-beda jenis dan fungsinya; (b) peserta didik yang berbeda-beda
tingkat kematangannya; (c) situasi yang berbeda-beda keadaannya; (d) fasilitas
yang berbeda-beda kualitas dan kuantitasnya; (e) pribadi guru serta kemampuan
profesionalnya yang berbeda-beda.
1
5
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia (Jakarta: Yayasan al-Hidayah,
1965), 65.
7
5. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai
tujuan pembelajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat
sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu
pembelajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah,
larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pembelajaran adalah berupa globe,
papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya.
6. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai
tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah
ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada
hakikatnya belajar merupakan kegiatan untuk mendapatkan hal-hal yang baru
(perubahan).
Sumber belajar sessungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana: di
sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan
sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya,
serta kebijakan-kebijakan lainnya. Untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja yang
termasuk kategori sumber-sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat-pendapat
para ahli pendidikan:
Roestiyah, N.K. (1989) mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu
adalah:
(a)
manusia
(dalam
keluarga,
sekolah,
dan
masyarakat);
(b)
buku/perpustakaan; (c) mass media (majalah, surat kabar, radio, gambar, tv, dan
lain-lain); (d) dalam lingkungan; (e) alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar,
kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain; (f) museum (tempat
penyimpanan benda-benda kuno).
8
Sudirman N, dkk. (1991) mengemukakan macam-macam sumber belajar
sebagai berikut: (a) manusia; (b) bahan; (c) lingkungan; (d) alat dan perlengakapan;
(e) aktivitas.
7. Evaluasi
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut
Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana (1983) evaluasi pendidikan diartikan
sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dalam dunia pendidikan
atau segala yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Berbeda dengan pendapat tersebut, Roestiyah N.K. (1989) mengatakan
bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalamdalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab
akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan belajar.
Dari kedua pengertian tersebut, dapat diketahui tujuan penggunaan evaluasi.
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
L. Pasaribu dan simanjuntak menegaskan bahwa: pertama, tujuan umum, meliputi:
(a) mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan; (b) memungkinkan pendidik/guru menilai
aktivitas/pengalaman yang didapat; (c) menilai metode mengajar yang
dipergunakan. Kedua, Tujuan khusus meliputi: (a) merangsang kegiatan siswa; (b)
menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan; (c) memberikan bimbingan
yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan;
(d) memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa diperlukan orang tua
dan lembaga pendidikan; (e) untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan
mtode mengajar.
Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelakssanaan evaluasi diarahkan
kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses adalah sustu evaluasi
yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar dan mengajar
yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala,
9
dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Evaluasi produk adalah suatu
evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh
peserta didik, dan bagaimana penguasaan peserta didik terhadap bahan/materi
pelajaran yang telah guru berikan ketika proses pembelajaran berlangsung.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1.
Faktor internal peserta didik, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
peserta didik;
2.
Faktor eksternal peserta didik, yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta
didik;
3.
Faktor pendekatan bealajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik
untuk melakukan kegiatan mempelajari matri-materi pelajaran.1
6
Selanjutnya Muhibbin Syah menjelaskan bahwa faktor internal peserta didik
meliputi:
(a) aspek fisiologis, seperti keadaan mata dan telinga; (b) aspek
psikologis, seperti intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik.
Sedangkan faktor eksternal peserta didik meliputi: (a) lingkungan sosial peserta
didik; (b) lingkungan non sosial (rumah, gedung sekolah, dan sebagainya). 1
Di samping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik sebagaimana
dikemukakan di atas, faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik, sehingga semakin mendalam cara belajar peserta didik semakin baik
hasilnya. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: (a)
pendekatan tinggi (spseculative and achieving); (b) pendekatan sedang (analitical
and deep); (c) pendekatan rendah (reproductive and surface). 1
1
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 129.
1
7
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
, 130-136.
1
8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
, 136.
10
8
Untuk memperjelas uraian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Pembelajaran tersebut di atas, berikut ini penulis sajikan dalam sebuah tabel.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Ragam faktor dan
Elemennya
Internal Peserta Didik
Eksternal Peserta
Didik
1. Aspek Fisiologis:
1. Lingkungan Sosial:
- Tonus jasmani
- Keluarga
- Mata dan Telinga
- Guru dan staf
2. Aspek Psikologis
- Masyarakat
- Intelegensi
- Teman
- Sikap
- Minat
2. Lingkungan
- Bakat
nonsosial:
- Motivasi
- Rumah
- Sekolah
- Peralatan
- Alam
Pendekatan Belajar
Peserta Didik
1. Pendekatan Tinggi
- Speculative
- Achieving
2. Pendekatan Sedang
- Analitical
- Deep
3. Pendekatan Rendah
- Reproductive
- Surface
Senada dengan pendapat Muhibbin Syah sebagaimana telah dikemukakan
di atas, Djaali mengemukakan bahwa kemampuan belajar peserta didik sangat
menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar
tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat,
kebiasaan belajar, dan konsep diri.
1
Kelima faktor yang 9 mempengaruhi
pembelajaran akan diuraikan sebagai berikut:
1. Motivasi
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata sebagai dikutip Djaali adalah keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas
tertentu guna pencapaian suatu tujuan. 2 Menurut Abdurrahman0 Shaleh bahwa
1
Djaali, Psikologi Pendidikan9 (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 101.
2
Djaali, Psikologi Pendidikan0 , 101.
11
Motivasi merupakan pendorong suatu organisme untuk melakukan sesuatu. 2
Dimyati mengemukakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. 2
Sementara menurut Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi
adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang
yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu.2 Greenberg menyatakan3bahwa
motivasi adalaah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku
4
arah dan tujuan.2 Djaali mengemukakan bahwa
motivasi aadalah kondisi fisiologis
dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). 2
Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya
motivasi, Abraham Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia
terbagi atas lima tingkatan, yaitu:
(a). Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuan pokok yang harus dipenuhinya dengan
segera seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian, dan bertempat
tinggal.
(b). Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperroleh
keselamatan, keamanan, jainan, atau perlindungan dari ancaman yang
membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya.
(c). Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai,
dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2
1
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi:
Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta:
Kencana, 2008), 222.
2
2
Dimyati dan Mudjiono, Belajar
dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 80.
2
3
Arthur J. Gates, et. al., Educational
Psychology (New York: The MacMillan Company,
1954), 301.
2
4
Greenberg, Jerald, Managing
Behaviors in Organizations (New York: Prentice Hall,
1996), 62-93.
2
Djaali, Psikologi Pendidikan5 , 101.
12
5
(d). Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan
menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
(e). Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh
kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi yang mampu dan
berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.2
Sementara itu McClelland mengemukakan bahwa di antara kebutuhan
hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan.2
Karena uraian ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
pemnelajaran, maka konteks motivasi yang sesuai di sini adalah motivasi
berprestasi. Dengan demikian, motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam dirii peserta didik
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin).
McCllelland dalam The Encyclopedia Dictionary of Psychology yang
disususun oleh Hare dan Lamb mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi
merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar
8
kepandaian atau standar keahlian. 2 Sementara itu, Heckhausen
mengemukakan
bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa
yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara
kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan
standar keunggulan.2
9
2
6
Abraham H. Maslow, Motivasi
and Personality (New York: Harper & Row Publishers,
1970), 35-47.
2
David C. Mc.Clelland, et.al.,7 The Achievement Mitive (New York: Irvington Publisher,
1976), 75.
2
Rom Hare and Roger Lamb, 8Ed., The Encyclopedia Dictionary of Psychology (London:
Brasil Blacwell Publisher, 1983), 3.
2
9
H. Heckhausen, The Anatomy
of Achievement Motivation (New York: Academic Press,
1967), 4-5.
13
7
2. Sikap
Trow sebagai dikutip Djaali mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan
mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. 3
Sementara Allport seperti dikutip Gable mengemukakan bahwa sikap adalah
sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan
memberikan pengaruh langsung kepada respon indidividu terhadap semua obyek
atau situasi yang berhubungan dengan obyek itu. 3 Harlen mengemukakan1bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam
menghadapi suatu obyek atau situasi tertentu.3
Dari
2
beberapa pengertian sikap di atas, maka sikap merupakan
kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan obyek tertentu. Sikap bukan
tindakan nyata (overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (cover behavior).
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, sikap belajar dapat diartikan
sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang
bersifat akademik.
Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua
komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan Education Acceptance (EA). Teacher
Approval berhubungan dengaan pandangan siswa terhadap guru-guru; tingkah laku
mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun Education Acceptance terdiri atas
penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai, materi yang
disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah. 3
Sikap belajar berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap
belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu,
apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih
3
Djaali, Psikologi Pendidikan0 , 114.
3
1
Robert K. Gable, Instrumen Development
in Affective Domain (Boston: Kluwer).
3
Wyne Harlen, Teaching and 2Learning Primary Science (London: Row Publisher, 1985),
3
Djaali, Psikologi Pendidikan3 , 115.
44-45.
14
3
aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan
siswa yang sikap belajarnya negatif. 3
4
Cara mengembangkan sikap belajar yang positif:3
5
(a). Bangkitkan kebutuhan untuk menhargai keindahan, untuk mendapat
penghargaan, dan sebagainya;
(b). Hubungkan dengan pengalaman yang lampau;
(c). Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;
(d). Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca,
demonstrasi, dan sebagainya.
3. Minat
Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
6
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.3 Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and Crow mengatakan
bahwa minat berhubungan dengan gaya yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.3
7
Jadi, minat dapat diekpresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa
sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
4. Kebiasaan Belajar
3
Djaali, Psikologi Pendidikan4 , 117.
3
5
Nasution, S., Didaktik Azas-azas
Mengajar (Bandung: Jemmares, 1982), 85-88.
3
6
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
3
7
Crow D. Leatar & Crow, Alice,
Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Nur Cahya, 1989),
182.
302-303.
15
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mempunyai
korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit. Witherington dalam Andi
Mappiare 1983 mengartikan kebiasaan (habit) sebagai:
An acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly
automatic.3 (Kebiasaan merupakan 8cara bertindak yang diperoleh melalui belajar
secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis).
Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam
melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan
atau mem[erhatikan hal-hal lain.
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap
pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan
tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar
dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Delay Avoidan (DA) dan Work Methods (WM).
DA menunjuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas0tugas akademis,
menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian
tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam
belajar. Adapun WM menunjuk kepada penggunaan cara (prosedur) belajar ang
efektif, dan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar.
3
9
5. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan
perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang
0
lain. 4 Di sini konsep diri yang
dimaksud adalah bayangan seseorang tentang
keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya
sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu
3
8
Andi Mappiare, Psikologi Orang
Dewasa (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 34.
3
Djaali, Psikologi Pendidikan9 , 128.
4
Anant Pai, How to Develop0 Self-Confidence (Singapore: S.S Mubarak and Brother,
1996), 23-25.
16
bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang
berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan
perlakuan orang lain terhadap dirinya. 4
1
Konsep diri pada mulanya berasal dari perasaan dihargai atau tidak dihargai,
apakah ia diterima dan diinginkan kehadirannya oleh keluarganya. Perasaan inilah
yang menjadi landasan dari pandangan, penilaian, atau bayangan seseorang
mengenai dirinya sendiri yang keseluruhannya disebut konsep diri. 4
2
Dalam teeori psikoanalisis, proses perkembangan konsep diri disebut proses
pembentukan ego (the process of ego formation). Menurut aliran ini, ego yang sehat
adalah ego yang dapat mengontrol dan mengarahkan kebutuhan primitif (dorongan
libido) supaya setara dengan dorongan dari super ego serta tuntutan lingkungan.
Untuk mengembangkan ego atau diri (self) yang sehat adalah dengan memberikan
kasih sayang yang cukup dan dengan cara orang tua menunjukkan sikap menerima
anaknya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, terutama pada tahun-tahun
pertama dari perkembangnannya.4
3
Lebih lanjut dikatakan bahwa konsep diri terbentuk karena empat faktor,
yaitu: (1) kemampuan (competence); (2) perasaan mempunyai arti bagi orang lain
(significance to others); (3) kebajikan (virtues); (4) kekuatan (power). 4
KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
bila hakikat belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri peserta didik setelah
melakukan aktivitas belajar, maka hakikat pembelajaran adalah proses pengaturan
atau mengorganisasi lingkungan di sekitar peserta didik yang dapat menumbuhkan
dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.
4
Djaali, Psikologi Pendidikan1 , 130.
4
Djaali, Psikologi Pendidikan2 , 130.
4
Djaali, Psikologi Pendidikan3 , 130.
4
Djaali, Psikologi Pendidikan4 , 132.
17
4
Variabel pembelajaran merupakan sifat yang menjadi ciri khas suatu benda
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
dapat berubah-ubah sebagai faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan
peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem,
aktivitas pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan,
bahan pelajaran, kegiatan belajar dan mengajar, metode, alat dan sumber, serta
evaluasi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik menurut
Muhibbin Syah dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: (1) Faktor internal
peserta didik, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik; (2) Faktor
eksternal peserta didik, yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik; (3) Faktor
pendekatan bealajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Senada dengan pendapat Muhibbin
Syah tersebut,
juga Djaali mengemukakan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi belajar pesera didik, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan
belajar, dan konsep diri.
DAFTAR PUSTAKA
Crow D. Leatar & Crow, Alice Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahya,
1989.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Djaali, H. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Gable, Robert K. Instrumen Development in Affective Domain. Boston: Kluwer.
Gates, Arthur J. et. al. Educational Psychology. New York: The MacMillan
Company, 1954.
Hare, Rom and Roger Lamb, Ed. The Encyclopedia Dictionary of Psychology.
London: Brasil Blacwell Publisher, 1983.
Harlen, Wyne. Teaching and Learning Primary Science. London: Row Publisher,
1985.
18
Heckhausen, H. The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic
Press, 1967.
Jerald, Greenberg. Managing Behaviors in Organizations. New York: Prentice
Hall, 1996.
Mc.Clelland, David C. et.al. The Achievement Mitive. New York: Irvington
Publisher, 1976.
Mappiare, Andi. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Maslow, Abraham H. Motivasi and Personality. New York: Harper & Row
Publishers, 1970.
Nasution, S. Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmares, 1982.
Pai, Anant. How to Develop Self-confidence. Singapore: S.S Mubarak and Brother,
1996.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2010.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam.
Jakarta: Kencana, 2008.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2009.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Yayasan alHidayah, 1965.
19
Download