KONSEP BELAJAR: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Oleh: Aenudin, M.Ag. NIP. 19720710 200801 1 004 Guru SMA Negeri 1 Jampangtengah Kabupaten Sukabumi Dosen Filsafat Ilmu dan Ilmu Ekonomi Islam STIES GASANTARA ([email protected]) Abstract Belajar merupakan inti peradaban. Secara konseptual, terdapat hubungan antara belajar, pendidikan, kebudayaan dan peradaban. Artinya, bahwa tiada peradaban tanpa kebudayaan, tiada kebudayaan tanpa pendidikan, tiada pendidikan tanpa belajar. Sedangkan belajar merupakan upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan dengan menggunakan indra, akal dan hati. Hakikat belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri peserta didik setelah melakukan aktivitas belajar, maka hakikat pembelajaran adalah proses pengaturan atau mengorganisasi lingkungan di sekitar peserta didik yang dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, aktivitas pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar dan mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: (1) Faktor internal peserta didik, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik; (2) Faktor eksternal peserta didik, yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik; (3) Faktor pendekatan bealajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Rumusan lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Keywords : Belajar, Pembelajaran, Pendidikan, Kebudayaan, Peradaban, Motivasi, Sikap, Konsep Diri. PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan peserta didik. Guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pembelajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan. 1 Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik kepada tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik. Suasana pembelajaran yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan pembelajaran yang kurang harmonis. Keadaan peserta didik menjadi gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, pembelajaran mempunyai hakikat, ciri, komponen atau variabel-variabel, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Hal tersebut perlu diketahui dan dipahami oleh guru untuk menunjang tugasnya di medan pengabdian. Sebagai rumusan masalah tulisan ini adalah: Apakah hakikat, ciri, variabelvariabel dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran peserta didik ?. Tulisan ini akan menjawab masalah tersebut dengan merujuk pada literatur yang otoritatif di bidangnya. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hakikat Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa “pembelajaran” adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup (mau) belajar.1 Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik yang melakukan aktivitas belajar dan guru yang melakukan aktivitas mengajar. Aktivitas interaksi ini biasanya disebut belajar dan mengajar atau saat ini lebih dikenal dengan istilah pembelajaran. “Belajar” adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. 2 Dalam Kamus Besar Bahasa 1 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 17. 2 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 38. 2 Indonesia dinyatakan bahwa “belajar” adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh 3 pengalaman. sebagainya. 4 Sementara “mengajar” adalah memberi pelajaran, melatih dan Menurut Nana Sudjana “mengajar” adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. 5 Djamarah mengemukakan bahwa “mengajar” adalah proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. 6 Dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik sebagai subyek sekaligus sebagai obyek dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Ini sama halnya peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. 7 Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan dari orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca sebuah buku tertentu. Sementara mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu peserta didik. Bila tidak ada peserta didik atau objek didik, maka tidak terjadi proses pembelajaran. Karena itu, belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam konsep pembelajaran. 3 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 17. 4 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 17. 5 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 39. 6 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar , 39. 7 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 38. 3 Guru yang mengajar dan pesert didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan peserta didik.8 Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya peserta didik yang bermasalah. Dalam belajar ada peserta didik yang mempunyai kemampuan cepat dalam menerima bahan ajar, ada peserta didik yang mmpunyai kemampuan sedang dalam mencerna bahan ajar, ada juga peserta didik yang mempunyai kemampuan lamban dalam mencerna bahan ajar yang diberikan guru. Ketiga tipe belajar anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pembelajarannya sesuai dengan gaya-gaya belajar peserta didik. 9 Berdasarkan pada uraian di atas, bila hakikat belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri peserta didik setelah melakukan aktivitas belajar, maka hakikat pembelajaran adalah proses pengaturan atau mengorganisasi lingkungan di sekitar peserta didik yang dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. B. Ciri-ciri Pembelajaran Sebagai suatu proses pengorganisasian kegiatan pembelajaran mempunyai ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut: 1 1. Pembelajaran memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu; 2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; 3. Kegiatan pembelajaran ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus; 4. Adanya aktivitas peserta didik, baik secara fisik maupun secara mental; 8 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 38-39. 9 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 39. 1 0 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 39-41. 4 0 5. Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif; 6. Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan disiplin; 7. Ada batas waktu dalam pencapaian tujuan; 8. Evaluasi. Dalam kegiatan pembelajaran, evaluasi harus dilakukan oleh guru untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. C. Variabel-variabel Pembelajaran “Varibel” adalah sesuatu yang dapat berubah, faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan, berbeda-beda, bermacam-macam (tentang mutu, harga dan sebagainya). 1 1 Dalam metodologi penelitian, secara teoritis variabel didefinisikan oleh Hatch dan Farhady (1981) sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, teknologi produksi, pengendalian mutu, pemasaran, advertensi, nilai penjualan, dan keuntungan merupakan contoh dalam kegiatan maupun ilmu bisnis.1 Masih dalam metodologi penelitian, Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Selanjutnya Kidder (1981) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. 1 3 1 1 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1258. 1 Sugiyono, Metode Penelitian2 Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), 58. 1 Sugiyono, Metode Penelitian3 Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), 58-59. 5 2 Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variabel karena persepsi dan motivasi dari sekelompok orang tentu bervariasi. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel pembelajaran adalah sifat yang menjadi ciri khas suatu benda atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang dapat berubah-ubah sebagai faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, aktivitas pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar dan mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1 1. Tujuan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Tujuan merupakan unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apa pun tujuan tidak bisa diabaikan. Demikian juga halnya dalam kegiatan pembelajaran, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatannya. Roestiyah, N.K. (1989:44) mengatakan bahwa suatu tujuan pembelajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. 2. Bahan Pelajaran 1 4 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, 41-52. 6 4 Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya kepada peserta didik. Bahan merupakan salah satu sumber belajar bagi peserta didik. Bahan yang juga disebut sebagai sumber belajar ini merupakan sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. 3. Kegiatan Belajar dan Mengajar Kegiatan belajar dan mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar dan mengajar. Dalam kegiatan belajar dan mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu, peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. Guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. 4. Metode Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar dan mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan. Mahmud Yunus pernah mengatakan bahwa penguasaan metode pembelajaran lebih penting dari pada materi pelajaran. (althariqah ahmmu min al-madah). 1 Winarno Surakhmad 5mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut: (a) tujuan yang berbeda-beda jenis dan fungsinya; (b) peserta didik yang berbeda-beda tingkat kematangannya; (c) situasi yang berbeda-beda keadaannya; (d) fasilitas yang berbeda-beda kualitas dan kuantitasnya; (e) pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. 1 5 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Yayasan al-Hidayah, 1965), 65. 7 5. Alat Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pembelajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pembelajaran adalah berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. 6. Sumber Belajar Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan/materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar merupakan kegiatan untuk mendapatkan hal-hal yang baru (perubahan). Sumber belajar sessungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana: di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja yang termasuk kategori sumber-sumber belajar, berikut dikemukakan pendapat-pendapat para ahli pendidikan: Roestiyah, N.K. (1989) mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah: (a) manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat); (b) buku/perpustakaan; (c) mass media (majalah, surat kabar, radio, gambar, tv, dan lain-lain); (d) dalam lingkungan; (e) alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain; (f) museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno). 8 Sudirman N, dkk. (1991) mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut: (a) manusia; (b) bahan; (c) lingkungan; (d) alat dan perlengakapan; (e) aktivitas. 7. Evaluasi Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana (1983) evaluasi pendidikan diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dalam dunia pendidikan atau segala yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Berbeda dengan pendapat tersebut, Roestiyah N.K. (1989) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalamdalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Dari kedua pengertian tersebut, dapat diketahui tujuan penggunaan evaluasi. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan simanjuntak menegaskan bahwa: pertama, tujuan umum, meliputi: (a) mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan; (b) memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat; (c) menilai metode mengajar yang dipergunakan. Kedua, Tujuan khusus meliputi: (a) merangsang kegiatan siswa; (b) menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan; (c) memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan; (d) memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan; (e) untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan mtode mengajar. Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelakssanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses adalah sustu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar dan mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala, 9 dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Evaluasi produk adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh peserta didik, dan bagaimana penguasaan peserta didik terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses pembelajaran berlangsung. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Muhibbin Syah mengemukakan bahwa secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: 1. Faktor internal peserta didik, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik; 2. Faktor eksternal peserta didik, yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik; 3. Faktor pendekatan bealajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan mempelajari matri-materi pelajaran.1 6 Selanjutnya Muhibbin Syah menjelaskan bahwa faktor internal peserta didik meliputi: (a) aspek fisiologis, seperti keadaan mata dan telinga; (b) aspek psikologis, seperti intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik. Sedangkan faktor eksternal peserta didik meliputi: (a) lingkungan sosial peserta didik; (b) lingkungan non sosial (rumah, gedung sekolah, dan sebagainya). 1 Di samping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas, faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, sehingga semakin mendalam cara belajar peserta didik semakin baik hasilnya. Pendekatan belajar dapat dibagi menjadi tiga macam tingkatan, yaitu: (a) pendekatan tinggi (spseculative and achieving); (b) pendekatan sedang (analitical and deep); (c) pendekatan rendah (reproductive and surface). 1 1 6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 129. 1 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan , 130-136. 1 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan , 136. 10 8 Untuk memperjelas uraian menegenai faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran tersebut di atas, berikut ini penulis sajikan dalam sebuah tabel. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Ragam faktor dan Elemennya Internal Peserta Didik Eksternal Peserta Didik 1. Aspek Fisiologis: 1. Lingkungan Sosial: - Tonus jasmani - Keluarga - Mata dan Telinga - Guru dan staf 2. Aspek Psikologis - Masyarakat - Intelegensi - Teman - Sikap - Minat 2. Lingkungan - Bakat nonsosial: - Motivasi - Rumah - Sekolah - Peralatan - Alam Pendekatan Belajar Peserta Didik 1. Pendekatan Tinggi - Speculative - Achieving 2. Pendekatan Sedang - Analitical - Deep 3. Pendekatan Rendah - Reproductive - Surface Senada dengan pendapat Muhibbin Syah sebagaimana telah dikemukakan di atas, Djaali mengemukakan bahwa kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. 1 Kelima faktor yang 9 mempengaruhi pembelajaran akan diuraikan sebagai berikut: 1. Motivasi Motivasi menurut Sumadi Suryabrata sebagai dikutip Djaali adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. 2 Menurut Abdurrahman0 Shaleh bahwa 1 Djaali, Psikologi Pendidikan9 (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 101. 2 Djaali, Psikologi Pendidikan0 , 101. 11 Motivasi merupakan pendorong suatu organisme untuk melakukan sesuatu. 2 Dimyati mengemukakan bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. 2 Sementara menurut Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu.2 Greenberg menyatakan3bahwa motivasi adalaah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku 4 arah dan tujuan.2 Djaali mengemukakan bahwa motivasi aadalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). 2 Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari timbulnya motivasi, Abraham Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia terbagi atas lima tingkatan, yaitu: (a). Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuan pokok yang harus dipenuhinya dengan segera seperti keperluan untuk makan, minum, berpakaian, dan bertempat tinggal. (b). Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperroleh keselamatan, keamanan, jainan, atau perlindungan dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan kehidupan dengan segala aspeknya. (c). Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2 1 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2008), 222. 2 2 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 80. 2 3 Arthur J. Gates, et. al., Educational Psychology (New York: The MacMillan Company, 1954), 301. 2 4 Greenberg, Jerald, Managing Behaviors in Organizations (New York: Prentice Hall, 1996), 62-93. 2 Djaali, Psikologi Pendidikan5 , 101. 12 5 (d). Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan menyukai, dicintai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (e). Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai pribadi yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.2 Sementara itu McClelland mengemukakan bahwa di antara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan.2 Karena uraian ini berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi pemnelajaran, maka konteks motivasi yang sesuai di sini adalah motivasi berprestasi. Dengan demikian, motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat di dalam dirii peserta didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin). McCllelland dalam The Encyclopedia Dictionary of Psychology yang disususun oleh Hare dan Lamb mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar 8 kepandaian atau standar keahlian. 2 Sementara itu, Heckhausen mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.2 9 2 6 Abraham H. Maslow, Motivasi and Personality (New York: Harper & Row Publishers, 1970), 35-47. 2 David C. Mc.Clelland, et.al.,7 The Achievement Mitive (New York: Irvington Publisher, 1976), 75. 2 Rom Hare and Roger Lamb, 8Ed., The Encyclopedia Dictionary of Psychology (London: Brasil Blacwell Publisher, 1983), 3. 2 9 H. Heckhausen, The Anatomy of Achievement Motivation (New York: Academic Press, 1967), 4-5. 13 7 2. Sikap Trow sebagai dikutip Djaali mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. 3 Sementara Allport seperti dikutip Gable mengemukakan bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon indidividu terhadap semua obyek atau situasi yang berhubungan dengan obyek itu. 3 Harlen mengemukakan1bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau situasi tertentu.3 Dari 2 beberapa pengertian sikap di atas, maka sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan obyek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior) melainkan masih bersifat tertutup (cover behavior). Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan di atas, sikap belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Brown dan Holtzman mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan Education Acceptance (EA). Teacher Approval berhubungan dengaan pandangan siswa terhadap guru-guru; tingkah laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun Education Acceptance terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai, materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah. 3 Sikap belajar berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Sikap belajar yang positif berkaitan erat dengan minat dan motivasi. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih 3 Djaali, Psikologi Pendidikan0 , 114. 3 1 Robert K. Gable, Instrumen Development in Affective Domain (Boston: Kluwer). 3 Wyne Harlen, Teaching and 2Learning Primary Science (London: Row Publisher, 1985), 3 Djaali, Psikologi Pendidikan3 , 115. 44-45. 14 3 aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif. 3 4 Cara mengembangkan sikap belajar yang positif:3 5 (a). Bangkitkan kebutuhan untuk menhargai keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan sebagainya; (b). Hubungkan dengan pengalaman yang lampau; (c). Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik; (d). Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya. 3. Minat Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau 6 aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.3 Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and Crow mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.3 7 Jadi, minat dapat diekpresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. 4. Kebiasaan Belajar 3 Djaali, Psikologi Pendidikan4 , 117. 3 5 Nasution, S., Didaktik Azas-azas Mengajar (Bandung: Jemmares, 1982), 85-88. 3 6 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 3 7 Crow D. Leatar & Crow, Alice, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Nur Cahya, 1989), 182. 302-303. 15 Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mempunyai korelasi positif dengan kebiasaan belajar atau study habit. Witherington dalam Andi Mappiare 1983 mengartikan kebiasaan (habit) sebagai: An acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly automatic.3 (Kebiasaan merupakan 8cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis). Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau mem[erhatikan hal-hal lain. Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Kebiasaan belajar dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Delay Avoidan (DA) dan Work Methods (WM). DA menunjuk pada ketepatan waktu penyelesaian tugas0tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas, dan menghilangkan rangsangan yang akan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Adapun WM menunjuk kepada penggunaan cara (prosedur) belajar ang efektif, dan efisiensi dalam mengerjakan tugas akademik dan keterampilan belajar. 3 9 5. Konsep Diri Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang 0 lain. 4 Di sini konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu 3 8 Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), 34. 3 Djaali, Psikologi Pendidikan9 , 128. 4 Anant Pai, How to Develop0 Self-Confidence (Singapore: S.S Mubarak and Brother, 1996), 23-25. 16 bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya. 4 1 Konsep diri pada mulanya berasal dari perasaan dihargai atau tidak dihargai, apakah ia diterima dan diinginkan kehadirannya oleh keluarganya. Perasaan inilah yang menjadi landasan dari pandangan, penilaian, atau bayangan seseorang mengenai dirinya sendiri yang keseluruhannya disebut konsep diri. 4 2 Dalam teeori psikoanalisis, proses perkembangan konsep diri disebut proses pembentukan ego (the process of ego formation). Menurut aliran ini, ego yang sehat adalah ego yang dapat mengontrol dan mengarahkan kebutuhan primitif (dorongan libido) supaya setara dengan dorongan dari super ego serta tuntutan lingkungan. Untuk mengembangkan ego atau diri (self) yang sehat adalah dengan memberikan kasih sayang yang cukup dan dengan cara orang tua menunjukkan sikap menerima anaknya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, terutama pada tahun-tahun pertama dari perkembangnannya.4 3 Lebih lanjut dikatakan bahwa konsep diri terbentuk karena empat faktor, yaitu: (1) kemampuan (competence); (2) perasaan mempunyai arti bagi orang lain (significance to others); (3) kebajikan (virtues); (4) kekuatan (power). 4 KESIMPULAN Berdasarkan pada uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa bila hakikat belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri peserta didik setelah melakukan aktivitas belajar, maka hakikat pembelajaran adalah proses pengaturan atau mengorganisasi lingkungan di sekitar peserta didik yang dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. 4 Djaali, Psikologi Pendidikan1 , 130. 4 Djaali, Psikologi Pendidikan2 , 130. 4 Djaali, Psikologi Pendidikan3 , 130. 4 Djaali, Psikologi Pendidikan4 , 132. 17 4 Variabel pembelajaran merupakan sifat yang menjadi ciri khas suatu benda atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang dapat berubah-ubah sebagai faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu sistem. Sebagai suatu sistem, aktivitas pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar dan mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik menurut Muhibbin Syah dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: (1) Faktor internal peserta didik, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik; (2) Faktor eksternal peserta didik, yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik; (3) Faktor pendekatan bealajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Senada dengan pendapat Muhibbin Syah tersebut, juga Djaali mengemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi belajar pesera didik, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. DAFTAR PUSTAKA Crow D. Leatar & Crow, Alice Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Nur Cahya, 1989. Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Djaali, H. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Gable, Robert K. Instrumen Development in Affective Domain. Boston: Kluwer. Gates, Arthur J. et. al. Educational Psychology. New York: The MacMillan Company, 1954. Hare, Rom and Roger Lamb, Ed. The Encyclopedia Dictionary of Psychology. London: Brasil Blacwell Publisher, 1983. Harlen, Wyne. Teaching and Learning Primary Science. London: Row Publisher, 1985. 18 Heckhausen, H. The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press, 1967. Jerald, Greenberg. Managing Behaviors in Organizations. New York: Prentice Hall, 1996. Mc.Clelland, David C. et.al. The Achievement Mitive. New York: Irvington Publisher, 1976. Mappiare, Andi. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional, 1983. Maslow, Abraham H. Motivasi and Personality. New York: Harper & Row Publishers, 1970. Nasution, S. Didaktik Azas-azas Mengajar. Bandung: Jemmares, 1982. Pai, Anant. How to Develop Self-confidence. Singapore: S.S Mubarak and Brother, 1996. Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010. Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana, 2008. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2009. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Yayasan alHidayah, 1965. 19